• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Fungsi Gramatikal dalam Membentuk Strukur Frasa Verba Dalam Novel Sebuah Lorong di Kotaku

METODE PENELITIAN

4.1 Perilaku Fungsi Gramatikal dalam Membentuk Strukur Frasa Verba Dalam Novel Sebuah Lorong di Kotaku

4.1.1 Komplemen (Komp)

Komplemen adalah pemerlengkap yang berfungsi untuk melengkapi sebuah kata dalam pembentukan frasa verba (FN). Dalam bahasa Indonesia komplemen yang sering melengkapi frasa verba (FV) adalah frasa nomina (FN), frasa preposisi (FP), dan aspek (asp). Komplemen merupakan realisasi dari kategori leksikal yang kehadirannya bersifat wajib. Artinya, apabila komplemen tidak hadir maka struktur yang terbentuk menjadi tidak gramatikal. Komplemen berfungsi sebagai pelengkap sebuah kata dalam pembentukan sebuah frasa. Komplemen dalam frasa verba (FV) bahasa Indonesia dapat terletak di sebelah kanan maupun sebelah kiri inti leksikal. Frasa verba (FV) bahasa Indonesia yang komplemennya berupa aspek biasanya berada di sebelah kiri inti leksikal atau sebelum kategori leksikal. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut :

(4a) Kami [bergumul di atas pasir sungai.] (halaman 47) (4b) Kami [dipanggil nenek buat makan.] (halaman 54)

Pada (4a dan 4b), FV bergumul di atas pasir sungai dan dipanggil nenek buat makan

mempunyai inti leksikal bergumul dan dipanggil. Kedua elemen di atas dan nenek berfungsi sebagai komplemen karena kedua elemen tersebut langsung dibawahi oleh inti leksikal. Kedua elemen tersebut diperlukan inti leksikal untuk membentuk FV. Apabila komplemen dan inti leksikal dipisahkan dan mengalami pelesapan, maka kalimat yang dihasilkan menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima. Pembuktiannya dapat terlihat pada (4c dan 4d) berikut : (5a) Kami [bergumul di atas pasir sungai.]

(5b) Kami [dipanggil nenek buat makan.] (5c) Kami [di bergumul atas pasir sungai.] (5d) Kami [dipanggil buat makan.]

Frasa verba pada (4a) dapat direpsentasikan pada skema X-bar (6) berikut :

(6). FV V + FP

Kami bergumul di atas pasir sungai. FV’

V’

V FP

P FN

bergumul di atas pasir sungai

Frasa verba pada (4b) dapat direpsentasikan pada skema X-bar (7) berikut : (7) FV V + FN

FV’

V’

V’ FP

V N

dipanggil nenek untuk makan

Perhatikan contoh berikut :

(8a). Kami [duduk di atas amben] yang ada di samping meja makan. (halaman 74) (8b). Seorang petani [membawa kiriman makanan] dari rumah. (halaman 68)

FV duduk di atas amben dan membawa kiriman makanan mempunyai inti leksikal duduk dan membawa. Inti leksikal ini memperlihatkan verba yang memiliki dua tipe inti leksikal, yaitu preposisi dan nomina. Elemen di atas dan kiriman makanan merupakan kategori verba yang mempunyai fungsi sebagai komplemen. Kedua elemen ini sangat diperlukan oleh inti leksikal untuk membentuk FV. Jika elemen tersebut dilesapkan atau dipindah letaknya, maka konstruksi yang dihasilkan menjadi tidak gramatikal.

(8c). Kami duduk’ yang ada di samping meja makan. (halaman 74) (8d). Seorang petani membawa’ dari rumah. (halaman 68)

(8e). Kami di atas duduk amben’ yang ada di samping meja makan. (halaman 74) (8f). Seorang petani kiriman makanan membawa’ dari rumah. (halaman 68)

Apabila struktur frasa verba pada kalimat (8a) diaplikasikan ke dalam skema diagram pohon, maka hasilnya akan terlihat seperti berikut :

(9) FV V + FP

FV

V’

V FP

duduk di atas amben

Apabila struktur frasa verba pada kalimat (8b) diaplikasikan ke dalam skema diagram pohon, maka hasilnya akan terlihat seperti berikut :

(10) FV V + FN

Seorang petani [membawa kiriman makanan dari rumah.] (halaman 68) FV’

FV

V’ FP

V FN

4.1.2 Keterangan (Ket)

Keterangan (Ket) adalah atribut pendamping yang posisinya juga dibawahi oleh proyeksi maksimal tetapi tatarannya berbeda dengan komplemen. Keterangan berfungsi untuk menerangkan kata kerja yang terdapat dalam frasa verba Bahasa Indonesia. Keterangan yang dimaksud dapat berkategorikan nomina, preposisi, aspek, dan klausa. Letak keterangan dapat berada di sebelah kanan maupun di sebelah kiri inti leksikal.

Keterangan dalam frasa verba (FV) dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku bersifat opsional, karena kehadirannya dalam pembentukan struktur frasa verba tidak wajib. Artinya meskipun elemen ini dilesapkan maupun dipindahkan letak strukturnya, frasa yang terbentuk masih gramatikal dan kalimat yang dihasilkan masih berterima dalam tataran sintaksis Bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada contoh-contoh berikut :

(11) Ayah [telah memberi] petunjuk kepada saudara-saudaraku. (halaman 33)

Pada (11) FV telah memberi memiliki inti leksikal memberi dan elemen aspek telah sebagai keterangan. Apabila elemen telah dilesapkan, maka kalimat yang dihasilkan masih dapat berterima sebab inti leksikal memberi dapat berdiri sendiri seperti pada contoh berikut

a. Ayah memberi’ petunjuk kepada saudara-saudaraku. (halaman 33)

Namun, apabila inti leksikal memberi yang dilesapkan, maka kalimat yang dihasilkan menjadi tidak gramatikal sebab elemen keterangan tidak dapat berdiri sendiri. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut

b. Ayah telah petunjuk kepada saudara-saudaraku. (halaman 33)

Keterangan sebagai atribut dalam sebuah frasa pada kalimat di atas tidak dapat berdiri sendiri, karena mengakibatkan kalimat di atas menjadi tidak gramatikal .

dari hasil pelesapan itu, dapat disimpulkan bahwa keterangan dapat dihilangkan (bersifat tidak wajib).

Pada struktur frasa (12) sama halnya seperti struktur frasa (11) bahwa inti leksikal tidak dapat dilesapkan, sedangkan elemen keterangan yang mendampingi inti leksikal Bahasa Indonesia dapat dilesapkan, hanya saja peneliti ingin menunjukkan bahwa keterangan yang mendampingi inti leksikal Bahasa Indonesia bukan hanya berkategorikan aspek melainkan dapat juga berupa nomina seperti pada contoh berikut :

(12) Aku [membawa hasil anyaman dari kertas-kertas berwarna]. (halaman 56)

Inti leksikal pada (12) membawa tetap dapat berdiri sendiri dan menghasilkan kalimat yang gramatikal walaupun elemen hasil dilesapkan. Hal itu terbukti pada contoh di bawah ini :

a. Aku membawa anyaman dari kertas-kertas berwarna. (halaman 56)

Namun, apabila frasa verba membawa hasil anyaman dipindah letakkan maka kalimat yang dihasilkan tetap gramatikal dan masih dapat berterima, namun kalimat yang terbentuk memiliki makna baru.

b. Aku membawa anyaman hasil dari kertas-kertas berwarna.

Berdasarkan analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi keterangan dalam mendampingi FV Bahasa Indonesia bersifat opsional (tidak wajib). Artinya, tanpa kehadiran konstruksi kalimat yang dihasilkan tetap gramatikal.

Contoh-contoh kalimat di atas direpresentasikan ke dalam skema X-bar sebagai berikut :

(13) FV asp + V

FV

V’

asp V

telah memberi

(14) FV FV + FN

Aku membawa hasil anyaman dari kertas-kertas berwarna. (halaman 56) FV

V’

V FN

N N

membawa hasil anyaman

Selain kategori aspek dan nomina, frasa verba (FV) Bahasa Indonesia dapat juga diikuti oleh atribut keterangan berupa preposisi. Seperti pada contoh berikut : (15) Meo [menghilang dari rumah selama dua hari.] (halaman 101)

Apabila frasa verba (FV) pada kalimat (15) diaplikasikan ke dalam skema X-bar atau diagram pohon, maka hasilnya akan terlihat seperti berikut :

Meo menghilang dari rumah selama dua hari. (halaman 101) FV V’ V FP’ P’ P N FP

menghilang dari rumah selama 2 hari

Keterangan pada frasa verba Bahasa Indonesia dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku (16) berkategorikan frasa preposisi (FP) yang letaknya berada di akhir frasa verba atau terletak di sebelah kanan inti leksikal. FP dari rumah berfungsi sebagai komplemen berada langsung di sebelah kanan inti leksikal menghilang. FP selama 2 hari berfungsi sebagai keterangan dan berada di sebelah kana inti leksikal. Struktur FV ini masih sesuai dengan struktur sintaksis Bahasa Indonesia dan hal ini juga tidak bertentangan dengan teori X-bar.

4.1.3 Specifier (Spec)

Specifier adalah satuan argumen eksternal yang dibawahi langsung oleh V” (verba ganda) atau frasa X dan mengakibatkan proyeksi maksimal dalam tataran sintaksis atau skema X-bar. Kategori ini merupakan proyeksi akhir pada sebuah frasa, pemerkuat objek yang ditegaskan pada frasa X. Posisi specifier bersifat opsional artinya dapat terletak di awal frasa (sebelah kiri inti leksikal) maupun di akhir frasa (sebelah kanan inti leksikal). Pada posisi awal, specifier berfungsi menerangkan frasa verba di depannya, sedangkan pada posisi

akhir specifier berfungsi menutup frasa. Berikut contoh frasa verba Bahasa Indonesia dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku yang memproyeksikan specifier (Spec).

(17) Rumah [itu meminggir ke sebelah kiri.] (halaman 72)

Pada (17) FV itu meminggir dibentuk oleh inti leksikal meminggir kemudian di sebelah kiri inti leksikal hadir kategori berupa pronominal itu yang berfungsi sebagai specifier. Specifier hadir sebelum inti leksikal yang berfungsi membuka frasa. Jika diaplikasikan ke dalam teori X-bar, maka akan dihasilkan skema berikut :

(18) FV Spec + V + FP

Rumah itu meminggir ke sebelah kiri. (halaman 72) FV

Spec V’

V FP

Itu meminggir ke sebelah kiri

Pada (18) FV itu memingggir dibentuk oleh inti leksikal meminggir yang sebelumya didahului oleh kategori specifier berupa pronomina itu di sebelah kiri inti leksikal. Kemudian kategori specifier berupa pronomina itu juga hadir di sebelah kanan inti leksikal. Specifier ini juga muncul sebagai proyeksi akhir yang berfungsi menutup frasa.

Hal ini dapat kita liat pada contoh berikut :

(19b) FV FV + Spec FV

V’ Spec

V N

menangkap ikan itu

4.2 Kaidah Struktur Frasa Verba Dalam Novel Sebuah Lorong di Kotaku

Dokumen terkait