• Tidak ada hasil yang ditemukan

Frasa Verba Dalam Novel Sebuah Lorong Di Kotaku Karya NH. Dini : Analisis Teori X-Bar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Frasa Verba Dalam Novel Sebuah Lorong Di Kotaku Karya NH. Dini : Analisis Teori X-Bar"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

FRASA VERBA DALAM NOVEL SEBUAH LORONG DI KOTAKU

KARYA NH. DINI : ANALISIS TEORI X-BAR

SKRIPSI

OLEH

SRI YOHANNA ARITONANG

080701020

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, September 2012

Penulis,

(4)

FRASA VERBA DALAM NOVEL SEBUAH LORONG DI KOTAKU KARYA NH. DINI : ANALISIS TEORI X-BAR

Sri Yohanna Aritonang

FAKULTAS ILMU BUDAYA USU

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba mendeskripsikan perilaku fungsi gramatikal dalam sebuah novel Bahasa Indonesia yang berjudul Sebuah Lorong di Kotaku karya Nh.Dini dalam membentuk struktur FV dalam bahasa Indonesia. Teori yang digunakan adalah teori X-bar yang merupakan bagian dari Tata Bahasa Generatif. Dalam pengumpulan data digunakan metode metode simak yang didukung oleh teknik catat. Pada pengkajian data digunakan metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, teknik ganti, dan teknik balik. Disimpulkan bahwa struktur internal frasa verba dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan specifier. Kaidah struktur FV dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku berjumlah 12 kaidah, yaitu:

FV Inti , FV Inti + Komp , FV Inti + Komp + Ket , FV Asp + Inti + Komp , FV Inti + Spec , FV Ket + Inti + Komp , FV Inti + Komp + Ket , FV Ket + Inti + Ket , FV Inti + Komp + Spec , FV Spec + Inti + Ket + Spec , FV Inti + Komp + Spec , FV Spec + Inti + Komp + Ket.

(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan

karunianya-Nya yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini dari

awal hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Frasa Verba dalam Novel Sebuah Lorong di Kotaku : Analisis

Teori X-bar” ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana sastra di

Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Selama dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai

pihak, baik berupa bantuan moril maupun bantuan materi. Untuk itu, penulis mengucapkan

terima kasih dengan setulus hati kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., selaku ketua Departemen Sastra

Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera utara dan sebagai dosen

pembimbing akademik terima kasih atas perhatian ddan kebaikan Bapak selama

penulis menjalani perkuliahan.

3. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, selaku Sekretaris Departemen Sastra Indonesia,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Gustianingsih, M.Hum., selaku pembimbing I dan ibu Dra. Mascahaya,

M.Hum., selaku pembimbing II. Terimakasih atas kesabaran dan kesediaan ibu

dan bapak yang senantiasa meluangkan waktu untuk membimbing penulis serta

memberikan sumbangan pemikiran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu staff pengajar Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,

(6)

pengetahuan baik dalam bidang linguistik, sastra maupun bidang-bidang ilmu

lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

6. Kak Tika yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan segala urusan

administrasi di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Sumatera Utara.

7. Kedua orang tua saya yang tersayang, Ayahanda B. Aritonang, Ibunda E.Br.

Situmorang yang telah memberikan saya dukungan moral, material, kasih sayang

yang tiada habisnya dan doa yang tidak pernah berhenti. Kiranya kasih dan

karunia Tuhan yang senantiasa melindungi dan memberkati ayahanda dan ibunda.

8. Kepada saudara-saudara saya Naomi Nova Susanti Aritonang S.Sos, Nicolas

Daomara Aritonang, dan William Aritonang, terimakasih atas doa dan semangat

yang diberikan kepada penulis selama perkuliahan dan membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada semua sepupu-sepupu terbaik Lemut , Gito, bang Motto, ka Louis, bang

Sanggam, bang Douglas, dek Tohap, dek Melda, dek David, dek Ruth, dek Lidia,

dek Buheng, dek Ines, dek Velin, dek Muti, dan semua sepupu tersayang yang

namanya tak dapat dicantumkan satu persatu, terimakasih atas motivasi yang

diberikan kepada penulis serta kesabaran dalam mengingatkan penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

10.Terima kasih buat bestfriend ku Yanti Simarmata yang selalu tak pernah berhenti

mengingatkan penulis untuk tetap semangat dan jangan pernah malas

mengerjakan skripsi ini.

11.Buat sahabat-sahabat kampus ku tersayang Pebri bodok, Tinae na Bagak, Idae na

(7)

Charlie Siahaan, terimakasih atas semangat dan selalu ada buat penulis baik dalam

suka maupun duka. Kalian sahabat-sahabat terbaikku.

12.Senior stambuk 2005 kak Vina, kak Rapi, kak Intan, kak Eni dan kak Lilis yang

selalu setia mengingatkan untuk serius kuliah.

13.Kepada Jumantri, Freddy, Echa, Lamsihar, Andro, Herbet, Intan, Heritha yang

selalu menghibur penulis di dalam kesedihan saat menulis skripsi ini dan selalu

memberikan semangat kepada penulis.

14.Kepada senior stambuk 2007 bang Cardo, bang Reza, bang Andi, dan kak Nova

terimakasih atas dukungan dan motivasinya.

Walaupun telah berusaha memberikan yang terbaik, penulis menyadari masih banyak

kekurangan dalam skripsi ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir

kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam

penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga berkat

Tuhan melimpah bagi kita semua.

Akhirnya, penulis berharap agar skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan

wawasan pembaca mengenai Sintaksis Generatif.

Medan, September 2012 Penulis

(8)
(9)

DAFTAR ISI

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep ... 6

2.1.1 Sosiolinguistik ... 6

2.1.2 Penutur Bahasa Indonesia ... 7

2.1.3 Lagu Pop Indonesia ... 8

2.2 Landasan Teori ... 8

2.2.1 Bilingualisme ... 8

(10)

2.3 Tinjauan Pustaka ... 13

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

3.1.1 Lokasi Penelitian ... 16

3.1.2 Waktu Penelitian ... 16

3.2 Populasi dan Sampel ... 16

3.2.1 Populasi ... 16

3.2.1 Sampel ... 17

3.3 Metode Penelitian ... 19

3.3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 19

3.3.2 Metode dan Teknik Analisis Data ... 20

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Bentuk-Bentuk Campur Kode ... 23

4.1.1 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Kata ... 26

4.1.2 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Frase ... 32

4.1.3 Penyisispan Unsur-Unsur yang Berwujud Bentuk Baster ... 39

4.1.4 Penyisispan Unsur-Unsur yang Berwujud Klausa ... 39

4.1.5 Penyisispan Unsur-Unsur yang Berwujud Pengulangan Bentuk Kata ... 42

(11)

BAB V SIMPULSN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 51

5.2 Saran ... 51

(12)

FRASA VERBA DALAM NOVEL SEBUAH LORONG DI KOTAKU KARYA NH. DINI : ANALISIS TEORI X-BAR

Sri Yohanna Aritonang

FAKULTAS ILMU BUDAYA USU

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba mendeskripsikan perilaku fungsi gramatikal dalam sebuah novel Bahasa Indonesia yang berjudul Sebuah Lorong di Kotaku karya Nh.Dini dalam membentuk struktur FV dalam bahasa Indonesia. Teori yang digunakan adalah teori X-bar yang merupakan bagian dari Tata Bahasa Generatif. Dalam pengumpulan data digunakan metode metode simak yang didukung oleh teknik catat. Pada pengkajian data digunakan metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, teknik ganti, dan teknik balik. Disimpulkan bahwa struktur internal frasa verba dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan specifier. Kaidah struktur FV dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku berjumlah 12 kaidah, yaitu:

FV Inti , FV Inti + Komp , FV Inti + Komp + Ket , FV Asp + Inti + Komp , FV Inti + Spec , FV Ket + Inti + Komp , FV Inti + Komp + Ket , FV Ket + Inti + Ket , FV Inti + Komp + Spec , FV Spec + Inti + Ket + Spec , FV Inti + Komp + Spec , FV Spec + Inti + Komp + Ket.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Masalah

1.1.1 Latar Belakang

Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi kebutuhannya, baik secara

perorangan (individu) maupun sebagai mahluk sosial (kolektif). Manusia disebut mahluk

sosial karena di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selalu bekerja sama dengan sesamanya

dan saling berinteraksi. Dalam melakukan aktivitas dengan sesamanya, manusia pasti

menggunakan bahasa sebagai alat berkomunikasi. Dengan berbahasa manusia dapat

mengungkapkan apa yang dirasakannya baik secara pribadi maupun kolektif. Hal ini sesuai

dengan pendapat Keraf (1982 : 16) yang mengatakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi di

dalam masyarakat, berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Kemampuan manusia dalam menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan

sesamanya adalah universal. Masyarakat banyak beranggapan bahwa seorang anak dapat

berbahasa tanpa adanya usaha. Mereka beranggapan bahwa kemampuan dalam berbahasa

adalah wajar, seperti halnya wajar jika manusia dapat makan, minum, jalan, dan tidur. Anak

yang bersuku Batak tentu dapat berbahasa Batak, anak yang bersuku Jawa tentu dapat

berbahasa Jawa, dan anak Jepang tentu dapat berbahasa Jepang. Kepandaian berbahasa

seakan akan merupakan soal keturunan belaka. Pendapat bahwa kepandaian berbahasa

seseorang dari keturunan kurang tepat. Seorang anak akan dapat menguasai bahasa orang

dewasa setelah bertahun-tahun latihan tanpa jemu-jemu dan kesalahan-kesalahan yang

dibenarkan berulang-ulang. Meskipun anak keturunan orang Jawa, tetapi tidak dididik dan

(14)

akan pandai berbahasa Jawa. Anak akan pandai menggunakan bahasa yang digunakan dalam

lingkungan tempat anak dididik dan dibesarkan. Keinginan untuk menggunakan salah satu

bahasa yang menyebabkan seseorang dapat berbahasa suatu bahasa. Manusia menggunakan

bahasa untuk saling berinteraksi dengan sesama. Bahasa dipelajari dan diajarkan oleh

manusia bukan karena keturunan.

Para ahli bahasa menyelidiki bagaimana setiap bahasa itu dibentuk, bagaimana bahasa

itu bervariasi menurut tempat dan berubah menurut waktunya yang berkerabat dengan

bahasa-bahasa lainnya serta bagaimana digunakan oleh pemakainya. Penyelidikan para ahli

mengatakan dari proses seperti ini timbul linguistik (ilmu bahasa). Linguistik sebagai ilmu

mempunyai tataran bahasa yaitu: sintaksis, morfologi, fonologi, dan semantik atau disebut

juga dengan hierarki bahasa.

Novel merupakan salah satu jenis karya sastra yang sangat memerlukan bahasa untuk

menyampaikan ide-ide yang terdapat dalam pikiran si pengarang. Bahasa juga merupakan

alat untuk menyampaikan pesan atau amanat si pengarang kepada si pembaca. Novel

terbentuk dari beberapa paragraf yang saling berhubungan. Dari bahasa yang diatur dengan

baik dengan pengimajinasian, ungkapan, dan perbandingan karena adanya diksi , maka akan

kita peroleh kesan terhadap novel tersebut. Kalimat-kalimat yang terdapat dalam

paragraf-paragraf yang membentuk sebuah novel tidak akan terlepas dari penggunaan frasa.

Frasa dapat dikaji secara struktural dan juga dapat dikaji secara generatif. Secara

struktural frasa dikaji berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada, misalnya dalam

menentukan kelas kata, untuk menyatakan kata kerja harus berdistribusi dengan frasa

“dengan” dan kata sifat adalah kata yang dapat didahului oleh kata “sangat” atau kata

“paling” (Chaer 1994:360). Secara generatif menurut (Radford, 1998 : 86) mengatakan

bahwa dengan atau tanpa pendamping sebuah kata dapat menjadi sebuah frasa sebab frasa

(15)

Ramlan (1987:152) memberi batasan bahwa frasa adalah satuan gramatikal yang

terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya

frasa itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa, yaitu S, P, O, PEL, atau KET.

Sebagai suatu fungsi, frasa adalah satuan sintaksis terkecil yang merupakan pemadu kalimat

(Samsuri, 1985:93). Dapat juga dikatakan bahwa frasa adalah gabungan kata yang bersifat

non predikatif, artinya antara kedua unsur yang membentuk frasa itu tidak berstruktur

subjek-predikat atau berstruktur subjek-predikat-objek (Chaer, 1994:222).

Tata Bahasa Generatif adalah cabang linguistik teoretis yang bekerja untuk

menyediakan seperangkat aturan yang secara akurat dapat memprediksi kombinasi kata yang

mampu membuat tata bahasa kalimat yang benar. Studi tentang tata bahasa generatif dimulai

pada tahun 1950-an oleh seorang filsuf Amerika yang juga seorang penulis dan pengajar di

bidang linguistik, Noam Chomsky mengenalkan gagasan barunya melalui sebuah buku yang

berjudul Syntactic Structure. Di dalam buku itu, Chomsky mengutarakan bahwa bahasa

berkaitan dengan aktivitas berfikir yang berhubungan juga dengan probabilitas berbahasa

atau kreativitas berbahasa yang dapat dianalisis dan dijelaskan dengan teori linguistik. Akibat

konsep tersebut teori merupakan sebuah hipotesis yang memiliki hubungan secara internal

antara yang satu dengan yang lain. Gagasan inilah yang dimaksud Chomsky sebagai tata

bahasa generatif. Sehubungan dengan itu maka pengertian tata bahasa generatif adalah tata

bahasa yang berusaha menampilkan seperangkat kaidah kalimat yang terbatas dari kalimat

yang tak terbatas jumlahnya.

Teori X-bar adalah salah satu bidang kajian Tata Bahasa Generatif Transformasi.

Teori ini pada mulanya digunakan untuk menjawab dua permasalahan yang dihadapi oleh

(16)

dalam literatur bahasa Indonesia. Teori ini telah diterapkan oleh Mulyadi dalam penelitiannya

(1998) yang membicarakan frasa nomina dan farsa preposisi bahasa Indonesia (2002).

Adyana (2000 : 121) membicarakan frasa verba Indonesia dalam teori X-bar. Dia

membuktikan adanya V’ (V bar) dalam bahasa Indonesia dan membuat konstruksi umum.

Frasa verba bahasa Indonesia dalam diagram pohon belum pernah diteliti apalagi objek

penelitiannya adalah Novel. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk menelaah

struktur FV (Frasa Verba) dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku dengan menggunakan

pendekatan sintaksis generatif yaitu teori X-bar.

1.1.2 Masalah

Masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana perilaku fungsi gramatikal, seperti komplemen (komp), keterangan (ket),

dan specifier (spec) dalam membentuk struktur frasa verba dalam novel Sebuah

Lorong di Kotaku?

2. Bagaimanakah kaidah struktur frasa verba yang terdapat dalam novel Sebuah Lorong

di Kotaku.

1.2Batasan Masalah

Suatu penelitian harus mempunyai batasan masalah. Batasan masalah merupakan

uraian terhadap suatu masalah yang akan diteliti, sehingga dengan adanya batasan masalah,

penelitian dapat terarah pada masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini masalah yang

akan diteliti dibatasi hanya pada perilaku fungsi gramatikal, seperti komplemen (komp),

keterangan (ket), dan specifier (spec) dalam membentuk struktur frasa verba dalam novel

Sebuah Lorong di Kotaku berdasarkan teori X-bar dan menetapkan kaidah sruktur frasa

(17)

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu :

1. Mendeskripsikan perilaku fungsi gramatikal, seperti komplemen (komp), keterangan

(ket), dan specifier (spec) dalam membentuk struktur frasa verba dalam novel Sebuah

Lorong di Kotaku berdasarkan teori X-bar.

2. Menjabarkan kaidah struktur frasa verba dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku

berdasarkan teori X-bar.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Memberikan manfaat dan upaya pengembangan kajian sintaksis bahasa

Indonesia.

b. Memperkaya pengetahuan bahasa Indonesia, khususnya frasa verba

(FV) berdasarkan analisis teori X-bar.

c. Memperkaya hasil penelitian sintaksis yang memakai pendekatan

generatif.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai sumber data bagi peneliti lain yang mengkaji sintaksis bahasa

(18)

teori X-bar.

b. Sebagai bahan untuk pembelajaran frasa verba dengan menggunakan

teori X-bar.

c. Sebagai bahan perbandingan untuk pembelajaran frasa verba dalam

Bahasa Indonesia dengan novel Sebuah Lorong di Kotaku dalam kajian

(19)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1Konsep Frasa Verba

Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek atau apapun yang ada di luar

bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana,

2001:117). Frasa adalah unsur sintaksis yang terkecil. Menurut Keraf, frasa adalah

suatu konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan.

Kesatuan ini menimbulkan makna baru yang sebelumnya tidak ada. Salah satu jenis

frasa yang dikemukakan adalah frasa verba (FV). Menurut Radford, frasa adalah

suatu konstruksi yang dibentuk dengan atau tanpa atribut sebagai pendamping dan

memiliki inti leksikal. Kategori leksikal adalah kategori kata yang menentukan

kategori frasa.

Frasa lazim didefenisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan

kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi

salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Abdul Chaer, 1994 : 222).

Secara struktural, frasa dikaji berdasarkan ciri-ciri formal yang ada, misalnya

dalam menentukan kelas kata, untuk menyatakan kata kerja harus berdistribusi

dengan frasa “dengan” dan kata sifat adalah kata yang dapat didahului oleh kata

“sangat” atau kata “paling” (Chaer, 1994 : 360). Secara generatif menurut (Radford,

1998 : 86) mengatakan bahwa dengan atau tanpa pendamping sebuah kata dapat

menjadi sebuah frasa sebab frasa yang belum dimodifikasi memiliki distribusi dan

(20)

frasa verba (FV). Frasa verba adalah frasa yang memiliki fungsi sama dengan kata

kerja biasanya menjadi predikat dalam kalimat.

Misalnya :

1. Ibu sedang memasak di dapur.

2. Semua siswa harus mengikuti upacara di lapangan.

Dalam contoh (1) dan (2) di atas yang menjadi frase verba dalam kalimat di atas yaitu

(1) sedang memasak, (2) harus mengikuti.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori X-Bar

Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan

kenyataan yang ada baik di lapangan maupun kepustakaan. Landasan teori juga bermanfaat

untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahas pembahasan

hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan teori X-bar. Mulyadi (1998 ) mengatakan bahwa

menurut Chomsky teori X-bar bersifat universal, artinya bahwa teori ini dapat digunakan

untuk menganalisis struktur frasa bahasa-bahasa di dunia meskipun bahasa-bahasa itu

bersusunan SVO, SOV, dan sebagainya. Teori X-bar merupakan bagian dari transformasi

generatif . Pada mulanya, teori ini digunakan untuk menjawab dua permasalahan yang

dihadapi oleh kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa. Permasalahan pertama,

kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa hanya dapat diterapkan pada jenis proyeksi

tertentu. Permasalahan kedua, kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa terkesan

terlalu luas sehingga perlu adanya pembatasan. Kemudian teori ini diterapkan pada tataran

frasa (dengan symbol X”) dan kategori antara (intermediate category), yakni kategori yang

lebih besar dari kata, tetapi lebih kecil dari frasa ( simnbol X’) yang menjadi dasar

(21)

Teori X-bar semua frasa dijelaskan dengan satu inti leksikal. Inti merupakan

pemarkah bagi ciri kategorinya. Setiap inti proyeksi yang ditandai (X’) merupakan simpul

akhir (terminal node) yang mendominasi kata dan dapat iteratif (berulang) (Haegemen, 1991

: 84). Inti yang dimaksudkan adalah inti dari FV adalah verba, inti dari FN adalah nomina,

inti dari FA adalah adjektiva, dan inti dari FNum adalah numeralia. Misalnya, membaca

merupakan inti verba pada frasa sedang membaca. Maka sedang membaca dikatakan FV.

Selanjutnya, teori X-bar direpresentasikan pada diagram pohon (disebut juga tataran

sintaksis). Pada tataran ini sebuah kategori leksikal seperti verba, nomina, adjektifa, atau

numeralia (dalam hal ini disimbolkan dengan X), dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan

specifier. Komplemen berkombinasi dengan X membentuk proyeksi X-bar (X’), keterangan

berkombinasi dengan X-bar (X’) membentuk proyeksi X-bar lebih tinggi (X’) dan specifier

berkombinasi dengan X-bar lebih tinggi membentuk proyeksi maksimal frasa X. Jadi,

proyeksi X merupakan kategori bar (X’) dan proyeksi maksimal dari kategori X adalah frasa

dengan bar tertinggi (X” atau FX)

2.2.2 Kaidah Struktur Frasa Verba

Kaidah struktur frasa verba (FV) dalam teori X-bar berhubungan dengan tiga fungsi

gramatikal, yaitu komplemen (komp), keterangan (ket), dan specifier (spec). Komplemen

adalah argumen internal yang posisinya dibawahi langsung oleh V-bar (V’). Keterangan juga

terletak di bawah V-bar tetapi tatarannya berbeda. Specifier sebagai satuan argumen yang

dibawahi langsung oleh V-bar ganda (V”). Maka hubungan ketiganya adalah sebagai berikut

:

Komplemen memperluas V menjadi V-bar

(22)

Specifier memperluas V-bar menjadi V-bar ganda (FV)

Menurut Haegemen (1992:32) konstituen keterangan dalam struktur frasa bersifat

opsional (tidak wajib), sedangkan komplemen bersifat wajib. Specifier merupakan pewatas

yang bersifat opsional karena dapat terletak di awal atau di akhir frasa. Pada posisi awal

specifier berfungsi menerangkan frasa yang di depannya dan pada posisi akhir berfungsi

menutup frasa.

Dari rumusan di atas dapat diketahui bahwa inti leksikal V bersama dengan koplemen

membentuk konstituen V-bar. Apabila keterangan hadir pada FV, maka keterangan itu

bersama V-bar akan membentuk konstituen V-bar berikutnya.

Adapun contoh kaidah struktur frasa verba (FV) dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku

adalah sebagai berikut :

Contoh : Kami [berangkat pada pagi hari sekali.] ( halaman 67)

FV”

FV’ spec

V’ FP

V P FN

berangkat pada pagi hari sekali

Frasa verba mendominasi V’, dan inti leksikalnya tidak bercabang. Frasa verba dapat

(23)

opsional / sifatnya tidak wajib, karena meskipun frasa sekali dilesapkan, kaliamat berangkat

pada pagi hari masih gramatikal.

2.2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat yang sudah dipelajari atau

diselidiki (KBBI, 2005:1198). Pustaka adalah kitab, buku, atau buku primbon (KBBI,

2005:912). Menurut Chaer (1994) frasa juga didefenisikan sebagai satuan gramatikal yang

berupa gabungan kata yang bersifat non predikatif, yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di

dalam kalimat.

Haegemen (1992:95) dalam Introduction to Government ang Binding Theory

mengatakan bahwa semua frasa dalam teori X-bar didominasi oleh sebuah inti leksikal. Inti

adalah simpul akhir (terminal node) yang mendominasi kata. Inti merupakan pemarkah bagi

ciri kategorinya. FV, misalnya didominasi oleh V (verba) sebagai inti. Menurut Mulyadi

(2002) dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul Frasa Preposisi Bahasa Indonesia: Analisis

X-bar menjelaskan bahwa dalam teori X-bar, semua frasa memiliki sebuah inti leksikal. Inti

adalah simpul akhir yang mendominasi kata.

Titin Sri Wahyuni (2004) dalam skripsinya Frasa Numeralia Bahasa Indonesia:

Analisis Teori X-bar menjelaskan struktur internal FNum Bahasa Indonesia dibentuk oleh

komplemen, keterangan, dan specifier. Posisi komplemen dalam FNum dalam Bahasa

Indonesia selalu mengikuti inti leksikal. Dalam struktur FNum Bahasa Indonesia, specifier

terjadi berulang, sehingga dalam skema X-bar ada dua proyeksi yang dibentuknya.

Nova Sabar Menanti Situmorang (2007) dalam skripsinya Frasa Nomina Bahasa

Batak Toba: Analisis Teori X-bar menjabarkan empat belas struktur kaidah FN bahasa Batak

Toba yang dapat dibentuk oleh nomina sebagai inti leksikal. FN dalam bahasa Batak Toba

dapat dibentuk dengan adanya perilaku komplemen (komp), keterangan (ket), dan specifier

(24)

Asmira Rahma Sari Lubis (2007) dalam skripsinya Struktur Frasa Numeralia dalam

Bahasa Pesisir Sibolga : Analisis Teori X-bar menjabarkan lima belas struktur kaidah FNum

bahasa Pesisir Sibolga yang dapat dibentuk oleh numeralia sebagai inti leksikal. Frasa

numeralia dalam bahasa Pesisir Sibolga dapat dibentuk dengan adanya perilaku komplemen

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan

guna mencapai tujuan yang ditentukan.

3.1.1 Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data tulis. Untuk mendapatkan

data tulis diperlukan studi pustaka, yaitu dengan mencari buku yang menjadi sumber data

(Nazir, 1998:111).

Dalam penelitian ini data tulis bersumber dari novel Sebuah Lorong di Kotaku yang

ditulis oleh NH.Dini. Novel ini menggunakan bahasa Indonesia yang terdiri atas 105

halaman dan ditulis pada tahun 2002.

3.1.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data digunakan metode simak, yaitu menyimak penggunaan

bahasa (Sudaryanto, 1993:133). Metode ini dilakukan dengan menyimak frasa verba (FV)

bahasa Indonesia dengan membaca novel Sebuah Lorong di Kotaku. Setelah menemukan FV

kemudian dilanjutkan dengan teknik catat. Teknik catat yaitu dengan mencatat data-data FV

yang telah ditemukan pada novel tersebut. Data-data FV kemudian diklasifikasikan menurut

inti leksikalnya.

3.1.3 Metode dan Teknik Analisis Data

Setiap penelitian memerlukan sejumlah data untuk dianalisis. Pada tahap analisis data

digunakan metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung dan teknik

(26)

Teknik bagi unsur langsung adalah membagi satuan lingual data menjadi beberapa

bagian atau unsur yang daya baginya bersifat intuitif. Contohnya terlihat pada kalimat berikut

:

(1) Air [telah mengurang dari pagi tadi]. Catatan : data (1) halaman 25.

FV”

Teknik lesap digunakan dengan melesapkan unsur tertentu untuk mengetahui kadar

keintian unsur yang dilesapkan. Unsur yang dilesapkan adalah unsur yang menjadi pokok

perhatian dalam proses analisis. Misalnya pada frasa telah mengurang, unsur inti adalah

mengurang. Bila unsur ini dilesapkan menjadi telah, bentuknya menjadi tidak gramatikal.

Namun, bila yang dilesapkan adalah telah, maka kata mengurang masih gramatikal karena

kata mengurang merupakan inti dari unsur tersebut.

Teknik ganti digunakan untuk mengganti satuan lingual yang menjadi pokok

perhatian dengan satuan lingual pengganti. Misalnya : verba menaikkan sepeda (halaman 45).

Apabila verba sepeda diganti dengan mobil, maka bentuk yang dihasilkan masih berterima

atau gramatikal.

(27)

FV”

FV’ Spec

V’ FP

P FN

V FN

menaikkan sepeda ke dalam kendaraan berkuda itu.

Teknik balik digunakan dengan membalik unsur satuan lingual data. Misalnya, pada

frasa berjalan menuju (halaman 73). Frasa verba tersebut bila salah satu unsurnya dibalikkan,

maka hasilnya tidak gramatikal, yaitu menuju berjalan. Frasa verba seperti ini tidak diterima

secara sintaksis maupun semantik dalam Bahasa Indonesia.

Contoh : (3) Ayah [berjalan menuju rumah tua itu.]

FV”

FV’ FP

V P’ FN

P N spec

(28)

3.1.4 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Metode penyajian data dilakukan dengan menggunakan dua metode, yakni metode

informal dan metode formal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata

biasa, sedangkan penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang

(Sudaryanto, 1993:145). Penyajian secara formal tampak dalam penggambaran hierarki

struktural dari frasa verba bahasa Indonesia. Struktur tersebut digambarkan dengan

menggunakan diagram pohon yang merupakan salah satu ciri dari sintaksis generatif yang

(29)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Perilaku Fungsi Gramatikal dalam Membentuk Strukur Frasa Verba Dalam Novel

Sebuah Lorong di Kotaku

4.1.1 Komplemen (Komp)

Komplemen adalah pemerlengkap yang berfungsi untuk melengkapi sebuah kata

dalam pembentukan frasa verba (FN). Dalam bahasa Indonesia komplemen yang sering

melengkapi frasa verba (FV) adalah frasa nomina (FN), frasa preposisi (FP), dan aspek (asp).

Komplemen merupakan realisasi dari kategori leksikal yang kehadirannya bersifat wajib.

Artinya, apabila komplemen tidak hadir maka struktur yang terbentuk menjadi tidak

gramatikal. Komplemen berfungsi sebagai pelengkap sebuah kata dalam pembentukan

sebuah frasa. Komplemen dalam frasa verba (FV) bahasa Indonesia dapat terletak di sebelah

kanan maupun sebelah kiri inti leksikal. Frasa verba (FV) bahasa Indonesia yang

komplemennya berupa aspek biasanya berada di sebelah kiri inti leksikal atau sebelum

kategori leksikal. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut :

(4a) Kami [bergumul di atas pasir sungai.] (halaman 47)

(4b) Kami [dipanggil nenek buat makan.] (halaman 54)

Pada (4a dan 4b), FV bergumul di atas pasir sungai dan dipanggil nenek buat makan

mempunyai inti leksikal bergumul dan dipanggil. Kedua elemen di atas dan nenek berfungsi

sebagai komplemen karena kedua elemen tersebut langsung dibawahi oleh inti leksikal.

Kedua elemen tersebut diperlukan inti leksikal untuk membentuk FV. Apabila komplemen

dan inti leksikal dipisahkan dan mengalami pelesapan, maka kalimat yang dihasilkan menjadi

tidak gramatikal atau tidak berterima. Pembuktiannya dapat terlihat pada (4c dan 4d) berikut :

(30)

(5b) Kami [dipanggil nenek buat makan.]

(5c) Kami [di bergumul atas pasir sungai.]

(5d) Kami [dipanggil buat makan.]

Frasa verba pada (4a) dapat direpsentasikan pada skema X-bar (6) berikut :

(6). FV V + FP

Kami bergumul di atas pasir sungai.

FV’

V’

V FP

P FN

bergumul di atas pasir sungai

Frasa verba pada (4b) dapat direpsentasikan pada skema X-bar (7) berikut :

(7) FV V + FN

(31)

FV’

(8a). Kami [duduk di atas amben] yang ada di samping meja makan. (halaman 74)

(8b). Seorang petani [membawa kiriman makanan] dari rumah. (halaman 68)

FV duduk di atas amben dan membawa kiriman makanan mempunyai inti leksikal

duduk dan membawa. Inti leksikal ini memperlihatkan verba yang memiliki dua tipe inti

leksikal, yaitu preposisi dan nomina. Elemen di atas dan kiriman makanan merupakan

kategori verba yang mempunyai fungsi sebagai komplemen. Kedua elemen ini sangat

diperlukan oleh inti leksikal untuk membentuk FV. Jika elemen tersebut dilesapkan atau

dipindah letaknya, maka konstruksi yang dihasilkan menjadi tidak gramatikal.

(8c). Kami duduk’ yang ada di samping meja makan. (halaman 74)

(8d). Seorang petani membawa’ dari rumah. (halaman 68)

(8e). Kami di atas duduk amben’ yang ada di samping meja makan. (halaman 74)

(8f). Seorang petani kiriman makanan membawa’ dari rumah. (halaman 68)

Apabila struktur frasa verba pada kalimat (8a) diaplikasikan ke dalam skema diagram

pohon, maka hasilnya akan terlihat seperti berikut :

(9) FV V + FP

(32)

FV

V’

V FP

duduk di atas amben

Apabila struktur frasa verba pada kalimat (8b) diaplikasikan ke dalam skema diagram

pohon, maka hasilnya akan terlihat seperti berikut :

(10) FV V + FN

Seorang petani [membawa kiriman makanan dari rumah.] (halaman 68)

FV’

FV

V’ FP

V FN

(33)

4.1.2 Keterangan (Ket)

Keterangan (Ket) adalah atribut pendamping yang posisinya juga dibawahi oleh

proyeksi maksimal tetapi tatarannya berbeda dengan komplemen. Keterangan berfungsi

untuk menerangkan kata kerja yang terdapat dalam frasa verba Bahasa Indonesia. Keterangan

yang dimaksud dapat berkategorikan nomina, preposisi, aspek, dan klausa. Letak keterangan

dapat berada di sebelah kanan maupun di sebelah kiri inti leksikal.

Keterangan dalam frasa verba (FV) dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku bersifat

opsional, karena kehadirannya dalam pembentukan struktur frasa verba tidak wajib. Artinya

meskipun elemen ini dilesapkan maupun dipindahkan letak strukturnya, frasa yang terbentuk

masih gramatikal dan kalimat yang dihasilkan masih berterima dalam tataran sintaksis

Bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada contoh-contoh berikut :

(11) Ayah [telah memberi] petunjuk kepada saudara-saudaraku. (halaman 33)

Pada (11) FV telah memberi memiliki inti leksikal memberi dan elemen aspek telah sebagai

keterangan. Apabila elemen telah dilesapkan, maka kalimat yang dihasilkan masih dapat

berterima sebab inti leksikal memberi dapat berdiri sendiri seperti pada contoh berikut

a. Ayah memberi’ petunjuk kepada saudara-saudaraku. (halaman 33)

Namun, apabila inti leksikal memberi yang dilesapkan, maka kalimat yang dihasilkan

menjadi tidak gramatikal sebab elemen keterangan tidak dapat berdiri sendiri. Hal

tersebut dapat dilihat pada contoh berikut

b. Ayah telah petunjuk kepada saudara-saudaraku. (halaman 33)

Keterangan sebagai atribut dalam sebuah frasa pada kalimat di atas tidak dapat

(34)

dari hasil pelesapan itu, dapat disimpulkan bahwa keterangan dapat dihilangkan

(bersifat tidak wajib).

Pada struktur frasa (12) sama halnya seperti struktur frasa (11) bahwa inti leksikal

tidak dapat dilesapkan, sedangkan elemen keterangan yang mendampingi inti leksikal Bahasa

Indonesia dapat dilesapkan, hanya saja peneliti ingin menunjukkan bahwa keterangan yang

mendampingi inti leksikal Bahasa Indonesia bukan hanya berkategorikan aspek melainkan

dapat juga berupa nomina seperti pada contoh berikut :

(12) Aku [membawa hasil anyaman dari kertas-kertas berwarna]. (halaman 56)

Inti leksikal pada (12) membawa tetap dapat berdiri sendiri dan menghasilkan kalimat yang

gramatikal walaupun elemen hasil dilesapkan. Hal itu terbukti pada contoh di bawah ini :

a. Aku membawa anyaman dari kertas-kertas berwarna. (halaman 56)

Namun, apabila frasa verba membawa hasil anyaman dipindah letakkan maka kalimat

yang dihasilkan tetap gramatikal dan masih dapat berterima, namun kalimat yang terbentuk

memiliki makna baru.

b. Aku membawa anyaman hasil dari kertas-kertas berwarna.

Berdasarkan analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi keterangan dalam

mendampingi FV Bahasa Indonesia bersifat opsional (tidak wajib). Artinya, tanpa kehadiran

konstruksi kalimat yang dihasilkan tetap gramatikal.

Contoh-contoh kalimat di atas direpresentasikan ke dalam skema X-bar sebagai berikut :

(13) FV asp + V

(35)

FV

V’

asp V

telah memberi

(14) FV FV + FN

Aku membawa hasil anyaman dari kertas-kertas berwarna. (halaman 56)

FV

V’

V FN

N N

membawa hasil anyaman

Selain kategori aspek dan nomina, frasa verba (FV) Bahasa Indonesia dapat

juga diikuti oleh atribut keterangan berupa preposisi. Seperti pada contoh berikut :

(15) Meo [menghilang dari rumah selama dua hari.] (halaman 101)

Apabila frasa verba (FV) pada kalimat (15) diaplikasikan ke dalam skema X-bar atau

diagram pohon, maka hasilnya akan terlihat seperti berikut :

(36)

Meo menghilang dari rumah selama dua hari. (halaman 101)

FV

V’

V FP’

P’

P N FP

menghilang dari rumah selama 2 hari

Keterangan pada frasa verba Bahasa Indonesia dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku

(16) berkategorikan frasa preposisi (FP) yang letaknya berada di akhir frasa verba atau

terletak di sebelah kanan inti leksikal. FP dari rumah berfungsi sebagai komplemen berada

langsung di sebelah kanan inti leksikal menghilang. FP selama 2 hari berfungsi sebagai

keterangan dan berada di sebelah kana inti leksikal. Struktur FV ini masih sesuai dengan

struktur sintaksis Bahasa Indonesia dan hal ini juga tidak bertentangan dengan teori X-bar.

4.1.3 Specifier (Spec)

Specifier adalah satuan argumen eksternal yang dibawahi langsung oleh V” (verba

ganda) atau frasa X dan mengakibatkan proyeksi maksimal dalam tataran sintaksis atau

skema X-bar. Kategori ini merupakan proyeksi akhir pada sebuah frasa, pemerkuat objek

yang ditegaskan pada frasa X. Posisi specifier bersifat opsional artinya dapat terletak di awal

frasa (sebelah kiri inti leksikal) maupun di akhir frasa (sebelah kanan inti leksikal). Pada

(37)

akhir specifier berfungsi menutup frasa. Berikut contoh frasa verba Bahasa Indonesia dalam

novel Sebuah Lorong di Kotaku yang memproyeksikan specifier (Spec).

(17) Rumah [itu meminggir ke sebelah kiri.] (halaman 72)

Pada (17) FV itu meminggir dibentuk oleh inti leksikal meminggir kemudian di sebelah kiri

inti leksikal hadir kategori berupa pronominal itu yang berfungsi sebagai specifier. Specifier

hadir sebelum inti leksikal yang berfungsi membuka frasa. Jika diaplikasikan ke dalam teori

X-bar, maka akan dihasilkan skema berikut :

(18) FV Spec + V + FP

Rumah itu meminggir ke sebelah kiri. (halaman 72)

FV

Spec V’

V FP

Itu meminggir ke sebelah kiri

Pada (18) FV itu memingggir dibentuk oleh inti leksikal meminggir yang sebelumya

didahului oleh kategori specifier berupa pronomina itu di sebelah kiri inti leksikal. Kemudian

kategori specifier berupa pronomina itu juga hadir di sebelah kanan inti leksikal. Specifier ini

juga muncul sebagai proyeksi akhir yang berfungsi menutup frasa.

Hal ini dapat kita liat pada contoh berikut :

(38)

(19b) FV FV + Spec

FV

V’ Spec

V N

menangkap ikan itu

4.2 Kaidah Struktur Frasa Verba Dalam Novel Sebuah Lorong di Kotaku

4.2.1 FV Inti

(20) Saya [menunggu] paman. (halaman 58)

(21) FV

V’

V

(39)

Frasa verba di atas adalah frasa yang langsung membawahi inti leksikalnya atau

dengan kata lain frasa tersebut mendominasi V’ (V-bar) dan kategori leksikalnya tidak

bercabang. Artinya, frasa verba dapat langsung menurunkan verba ganda tanpa memiliki

komplemen, keterangan, dan specifier. Kalimat di atas memiliki frasa verba menunggu

paman. Inti dari FV tersebut adalah menunggu. Kata menunggu pada kalimat tersebut juga

merupakan sebuah frasa verba (FV) meskipun tidak diikuti oleh atribut paman, karena

kalimat yang dihasilkan tetap gramatikal yaitu saya menunggu.

.4.2.2 FN Inti + Komp

(22) Aku [menahan nafas.] (halaman 63)

(23) FV

V’

V N

menahan nafas

Strukutur frasa verba (23) dibentuk oleh inti leksikal menahan dan komplemen nafas.

Keterangan dan specifier tidak hadir dalam struktur frasa ini sehingga simpul V’ (V-bar

tunggal) tidak bersifat iteratif (berulang). Selanjutnya proyeksi maksimal FV tidak bercabang

(40)

4.2.3 FV Inti + Komp + Ket

(24) Ibu [berjalan mengikuti rombongan.] (halaman 91)

(25) FV’

V’

V FV

V N

berjalan mengikuti rombongan

Pada skema di atas struktur frasa nya melibatkan dua konstituen V’. Konstituen V’

terendah mendominasi sebuah inti leksikal berjalan dan komplemen mengikuti berada

langsung di sebelah kanan inti leksikal. Nomina rombongan sebagai keterangan berada di

sebelah kanan inti leksikal. Dalam struktur FV tersebut proyeksi maksimalnya tidak

bercabang.

4.2.4 FV Asp + Inti + Komp

(26) Kami [sudah membawa makanan kami sendiri.] (halaman 93)

Representasi struktur frasanya adalah sebagai berikut :

(27) FV’

(41)

V’

V FN

sudah membawa makanan kami

Aspek perfektum sudah mendampingi langsung FV dan sebagai proyeksi maksimal,

menjelaskan bahwa yang berfungsi sebagai keterangan, sedangkan FN makanan kami

berfungsi sebagai komplemen yang berada di sebelah kanan inti leksikal membawa.

4.2.5 FV Inti + Spec

(28) Nenekmu [senang sekali kepadamu.] (halaman 59)

Representasi struktur frasanya adalah sebagai berikut :

(29) FV

V’ spec

V

senang sekali

Frasa di atas inti leksikal hanya didampingi oleh specifier. Komplemen dan keterangan tidak

muncul dalam kaidah strukutur frasa di atas. Frasa verba sebagai proyeksi tertinggi

(42)

4.2.6 FV Ket + Inti + Komp

(30) Mereka [telah berada di dalam air.] (halaman 25)

(31) FV

asp V’

V FP

P FN

telah berada di dalam air

Aspek perfektum telah berfungsi sebagai keterangan dan berada langsung di sebelah

kiiri inti leksikal. FP di dalam air berfungsi sebagai komplemen dan letaknya berada di

sebelah kanan inti leksikal berada. Struktur ini sangat sesuai dengan struktur bahasa

Indonesia.

4.2.7 FV Inti + Komp + Ket

(32) Seorang wanita [berdiri di depan membawa sebuah buku.] (halaman 88)

(43)

V’

V’ FV

V FP V FN

N N

berdiri di depan membawa sebuah buku

Dari skema di atas, struktur FV di atas inti leksikal berdiri dengan komplemen di

depan di dominasi langsung oleh V’. Komplemen terletak di sebelah kanan inti leksikal dan

tidak dihadiri oleh specifier. Frasa verba dalam kalimat di atas bersifat iteratif.

4.2.8 FV Ket + Inti + Ket

(34) Ibuku [telah berjalan di atas ubin beratap.] (halaman 56)

(35) FV

FV

asp V’ FP

V P FP

(44)

telah berjalan di atas ubin beratap

Frasa verba pada skema di atas memiliki inti leksikal berjalan. Struktur FV dijelaskan

bahwa inti leksikal berjalan berdampingan dengan komplemen FV di atas ubin beratap dan

keterangan telah yang merupakan aspek perfektum. Pada Bahasa Indonesia, keterangan dapat

mengapit inti leksikal sebagai atribut yang mendampinginya.

4.2.9 FV Inti + Komp + Spec

(36) Paman [lebih jauh membawa kami.] (halaman 66)

(37) FV

spec FV

FA FV

A’ V’ FN

A V N

lebih jauh membawa kami

Pada skema di atas specifier muncul sebagai proyeksi maksimal di awal yang

berfungsi membuka frasa. Keterangan jauh diisi oleh adjektiva dalam kaidah struktur ini,

komplemen diisi oleh FN kami sehinggan inti leksikal membawa diapit oleh keterangan di

sebelah kiri dan komplemen di sebelah kanan inti leksikal.

4.2.10 FV Spec + Inti + Ket + Spec

(45)

(39) FV

FV

Spec V’ Spec

V FN

itu menunjukkan pokok pikiran sesungguhnya

Frasa verba pada skema di atas memiliki inti leksikal menunjukkan. Specifier

diturunkan langsung dari proyeksi maksimal yang terletak di sebelah kiri inti leksikalnya.

Specifier bersifat iteratif karena hadir dua kali dalam membentuk struktur frasa. Specifier

dapat berada di depan dan di belakang inti leksikal. Keterangan pokok pikiran hadir di

sebelah kanan setelah inti leksikal.

4.2.11 FV Inti + Komp + Spec

(40) Ibuku [menerangkan semua itu.] (halaman 86)

(41) FV

FV

V N Spec

(46)

menerangkan semua itu

Dalam frasa verba Bahasa Indonesia , inti harus didampingi oleh komplemen sebagai

atributnya. Pada skema (41) di atas inti leksikal didampingi specifier dan komplemen sebagai

elemen yang membentuk frasa tersebut. Struktur FV dalam bagan ini menunjukkan hadirnya

sebuah kategori komplemen dan specifier. Pada (41) komplemen verba adalah semua dan

specifier itu. Elemen ini membentuk proyeksi maksimal.

4.2.12 FV Spec + Inti + Komp + Ket

(42) [Sekali lagi menunjukkan betapa hebat mereka.] (halaman 89)

Representasi struktur frasanya adalah sebagai berikut :

(43) FV

Spec V’

V FP

Sekali lagi menunjukkaan betapa hebat mereka

Pada contoh kaidah struktur FV Bahasa Indonesia di atas inti leksikal didampingi oleh

ketiga fungsi gramatikal sekaligus, yaitu komplemen, keterangan, dan specifier. Dalam hal

ini, betapa adalah komplemen, hebat adalah keterangan, dan sekali merupakan specifier.

Kalimat ‘Sekali lagi itu menunjukkan betapa hebat mereka’ merupakan kalimat yang

lengkap karena mempunyai inti, komplemen, keterangan, dan specifier sekaligus dalam satu

(47)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Struktur internal frasa verba Bahasa Indonesia dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku

dibentuk oleh ketiga fungsi gramatikal, yaitu komplemen, keterangan, dan specifier. Struktur

mendasar FV adalah verba plus komplemen dan keterangan yang berkategori nomina,

preposisi dan aspek. Dalam Bahasa Indonesia komplemen, keterangan, dan specifier dapat

terletak di awal frasa (di sebelah kiri inti leksikal) dan juga di akhir frasa (di sebelah kanan

inti leksikal). Keterangan bersifat iteratif karena dapat hadir lebih dari satu kali dalam

membentuk skema X-bar frasa verba.

Kaidah struktur frasa verba yang terbentuk dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku ada

(48)

5.2 Saran

Sejauh yang diketahui, pengujian frasa verba dengan menggunakan teori X-bar masih

sedikit yang meneliti, karena itu disarankan kepada peneliti-peneliti lain untuk meneliti frasa

verba dengan menggunakan teori X-bar pada bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia

agar diperoleh manfaat yang besar dalam upaya pengembangan kajian sintaksis Bahasa

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1994. Pengantar Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2006. Tatabahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Haegemen, Liliane. 1992. Introduction to Government and Binding Theory.Oxford:

Blackwell.

Keraf, Gorys. 1984. Tatabahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah.

Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kelas kata dalam bahasa Indonesia (Edisi Ketiga).

Jakarta:Gramedia Pustaka.

Mulyadi. 2002. “Frase Preposisi Bahasa Indonesia: Analisis Teori X-bar”. Studi Kultura, 1

: 62- 74.

Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Radford, Andrew. 1988. Transformational Grammar. Cambridge: Cambridge University

Press.

Ramlan, M. 1985. Sintaksis (Edisi Keenam). Yogyakarta: Karyono.

Samsuri. 1985. Analisis Bahasa. Jakarta: Airlangga.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana

(50)

SKRIPSI

Lubis, Asmira Rahma Sari. 2007. “Struktur Frasa Numeralia dalam Bahasa Pesisir

Sibolga: Analisis Teori X-bar.” (skripsi). Medan: Fakultas Sastra Universitas

Sumatera Utara.

Siagian, July Fernando. 2003. “Struktur Frasa Adjektiva dalam Bahasa Batak Toba:

Analisis Teori X-bar.” (skripsi). Medan: Fakultas Sastra USU.

Situmorang, Nova Sabar Menanti. 2007. “Frasa Nomina Bahasa Batak Toba: Analisis

Teori X-bar.” (skripsi). Medan: Fakultas Sastra USU.

Torong, Sri Wahyuni. 1999. “Frasa Adjektiva Bahasa Karo: Analisis Teori X-bar.”

(skripsi). Medan: Fakultas Sastra USU.

Wahyuni, Titin Sri. 2004. “Frasa Numeralia Bahasa Indonesia: Analisis Teori X-bar.”

Referensi

Dokumen terkait

Jadi, dari contoh-contoh di atas dapat disimpulkan bahwa frasa verba bahasa Pakpak Dairi dapat dibentuk oleh inti leksikal ditambah frasa preposisi, frasa nomina, frasa adjektiva,

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang

Pada penelitian ini masalah yang akan diteliti dibatasi hanya pada perilaku fungsi gramatikal, seperti komplemen (komp), keterangan (ket), dan specifier (spec) dalam

Tokoh ibu dalam novel SLdK mempengaruhi perkembangan psikologi yang dialami tokoh Dini. Pada dasarnya Dini memiliki karakter yang ceria dan memiliki rasa ingin

Setiap kategori leksikal seperti N,V,A, dan P, yang di dalam teori ini disimbolkan dengan X, dibentuk oleh sebuah komplemen, keterangan, dan spesifier, maka komplemen

Tokoh ibu dalam novel SLdK mempengaruhi perkembangan psikologi yang dialami tokoh Dini. Pada dasarnya Dini memiliki karakter yang ceria dan memiliki rasa ingin