• Tidak ada hasil yang ditemukan

Frasa Nomina Bahasa Batak Toba : Analisis Teori X-Bar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Frasa Nomina Bahasa Batak Toba : Analisis Teori X-Bar"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

FRASA NOMINA BAHASA BATAK TOBA :

ANALISIS TEORI X-BAR

SKRIPSI

Oleh

NOVA SABAR MENANTI SITUMORANG

NIM 070701021

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

FRASA NOMINA BAHASA BATAK TOBA : ANALISIS TEORI X-BAR

Oleh

NOVA SABAR MENANTI SITUMORANG NIM 070701021

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana sastra

dan telah disetujui oleh

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Gustianingsih, M.Hum. Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum,

NIP 19640828 198903 2 001 NIP 19600725 198601 1 002

Departemen Sastra Indonesia

Ketua,

Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum.

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, November 2010 Penulis

(4)

FRASA NOMINA BAHASA BATAK TOBA : ANALISIS TEORI X-BAR

Nova Sabar Menanti Situmorang

FAKULTAS SASTRA USU ABSTRAK

Penelitian ini mencoba mendeskripsikan perilaku tiga fungsi gramatikal pada teori X-bar dalam membentuk struktur FN Bahasa Batak Toba. Di samping itu, mencoba mencari rumusan kaidah struktur FN Bahasa Batak Toba. Untuk itu, akan digunakan teori X-bar yang merupakan bagian dari Tata Bahasa Generatif. Dalam pengumpulan data digunakan studi pustaka yang dibantu dengan teknik catat. Pada pengkajian data digunakan metode padan refrensial dengan teknik dasar berupa teknik pilah unsur penentu dan teknik lanjutan berupa teknik hubung banding menyamakan hal pokok; dan metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, teknik ganti, dan teknik balik. Disimpulkan bahwa struktur internal frasa nomina Bahasa Batak Toba dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan specifier. Kaidah struktur FN dalam Bahasa Batak Toba berjumlah 14 kaidah, yaitu: FN → inti, FN → inti + Spec, FN → inti + Komp, FN → inti + Komp+ Spec, FN → inti + Ket + Komp, FN → inti + Ket + Spec,

FN → inti + Komp + Ket, FN → inti + Ket + Komp, FN → inti + Komp + Ket + Spec, FN → Ket + inti, FN → Ket + inti + Spec, FN → Ket + inti + Ket, FN → Ket + inti + Komp + Spec, dan FN → Spec + inti + Komp.

(5)

PRAKATA

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan puji syukur kepada

Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi ini berjudul “Frasa Nomina Bahasa Batak Toba: Analisis Teori X-bar”

ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana sastra di

Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak, baik berupa dorongan, nasehat, dan petunjuk praktis. Untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih dengan setulus hati kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., sebagai Dekan Fakultas Sastra USU.

2. Ibu Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum., sebagai Ketua Departemen Sastra

Indonesia Fakultas Sastra USU, sekaligus sebagai dosen wali yang telah

memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan selama penulis kuliah

hingga penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Dra. Mascahaya, M.Hum., sebagai Sekretaris Departemen Sastra

Indonesia Fakultas Sastra USU.

4. Ibu Dr. Gustianingsih, M.Hum., sebagai pembimbing I. Terima kasih atas

kesabaran dan kesediaan ibu dalam meluangkan waktu untuk membimbing

saya serta telah memberikan banyak sumbangan pikiran dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum., sebagai pembimbing II. Terima kasih

(6)

membimbing saya serta telah memberikan banyak sumbangan pikiran dalam

proses penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Prof. Dr. Ikhwanuddin, M.Si., yang selalu bersedia menjawab

pertanyaan-pertanyaan penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Fakultas Sastra USU, khususnya Staf

Pengajar Departemen Sastra Indonesia yang telah memberikan berbagai

materi perkuliahan selama penulis mengikuti perkuliahan.

8. Kak Dede yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan segala urusan

administrasi di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra USU.

9. Teman-teman Mahasiswa Sastra Indonesia Stambuk ’07, Haseprinta, Eva,

Risma, Karolina, Ulfa, Lisa, Irma Sofia, Nurlela, Imel ‘Kocik’, Aci, Hendra,

Irene, Asmira, Semmi, Novel, Widi, Rina, Erni, Lutfi, Yuni, dan banyak lagi

yang namanya tidak dapat dicantumkan satu per satu. Teman-teman stambuk

’07, pertemanan yang penuh dengan suka dan duka antara kita selama

perkuliahan, sehingga kampus tak lagi menjadi tempat yang membosankan,

namun menjadi tempat yang penuh dengan warna-warni.

10.Sahabat-sahabat kampusku terkasih, Mardiana ‘Bunga’, Eni ‘Enot’, Chandra

‘Gopal’, Cardo ‘Sang Gorat’, Jumadi, Reza ‘Ndut’, Naek ‘Iban’, Andi

‘Lindung’, Paidun, Tina, Sri, Ayu Lumongga, Ida, Irwan, Nico, Febri, Jupri,

dan banyak lagi yang namanya tidak dapat dicantumkan satu per satu. Terima

kasih buat kebersamaan yang pernah ada di antara kita.

11.Senior-junior Sastra Indonesia, Kak Fitri Ndut ’06, Kak Nelly ’06, Kak Lina

(7)

’06, dan semua kakak-abang stambuk ’04-‘06 serta adik-adik stambuk ’08-’09

yang selama perkuliahan banyak memberi motivasi, masukan, dan kenangan

kepada penulis.

Penulis juga sangat berterima kasih pada keluarga yang memotivasi penulis

selama kuliah hingga proses penyelesaian skripsi ini.

1. Ayahanda T. Situmorang dan Ibunda M. boru Sianipar yang sangat penulis

sayangi dan kasihi, yang dengan sabar mengasuh, menasehati, dan memberi

perhatian, baik moral maupun material serta doa yang selalu mengiringi

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Kak Feby beserta abang R. Marpaung, terima kasih atas doa, dorongan, dan

dukungannya selama penulis kuliah hingga penyelesaian skripsi ini.

3. Keluarga Besar Situmorang, yang selalu memberikan kasih sayang, doa,

nasehat, dan dorongan dalam segala hal kepada penulis sampai saat ini.

4. Keluarga Besar Sianipar, yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dan

motivasi bagi penulis sejak kecil hingga saat ini.

5. Sahabat-sahabat sejatiku, Ester, Friska, Valen, Yanti, Riana, Juwita, Tara,

Elvi, dan Juniaty. Terima kasih karena selalu ada menemani penulis baik

dalam suka maupun duka, serta selalu menolong penulis saat penulis sedang

berada dalam kesusahan.

6. Terkhusus buat Walder Libra Sihite. Kebersamaan yang indah dan tak pernah

(8)

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, walaupun

telah berusaha menyajikan yang terbaik. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca yang sifatnya membangun.

Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat menambah wawasan dan

pengetahuan pembaca mengenai Sintaksis Generatif.

Medan, November 2010

Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

BAB II : KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA…. 7

2.1 Konsep………… ……….…….. 7

2.2 Landasan Teori………... 8

2.2.1 Teori X-bar………. 8

2.2.2 Struktur Frasa Nomina Bahasa Batak Toba…….…….…. 12

2.3 Tinjauan Pustaka……….…... 13

BAB III : METODE PENELITIAN………..… 16

3.1 Metode Penelitian……….……..….. 16

3.1.1 Sumber Data………...………... 17

3.1.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data………….….….. 17

3.1.3 Metode dan Teknik Analisis Data…….….………... 18

3.1.4 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data……... 22

BAB IV : PEMBAHASAN……….….… 25

4.1 Perilaku Fungsi Gramatikal Dalam Membentuk Struktur Frasa Nomina Bahasa Batak Toba………..… 25

(10)

4.1.2 Keterangan (Ket)……….. 28

4.1.3 Specifier (Spec)……….... 31

4.2 Kaidah Struktur Frasa Nomina Bahasa Batak Toba………....… 33

4.2.1 FN → inti………...…. 33

4.2.2 FN → inti + Spec…………..…….……….…... 34

4.2.3 FN → inti + Komp …………..…….……….…... 34

4.2.4 FN → inti + Komp + Spec…..………..…... 36

4.2.5 FN → inti + Ket…………....…….………..….... 37

4.2.6 FN → inti + Ket + Komp …..………..…... 38

4.2.7 FN → inti + Ket + Spec………... 39

4.2.8 FN → inti + Komp + Ket………..…..… 41

4.2.9 FN → inti + Komp + Ket + Spec……….. .….… 42

4.2.10 FN → Ket + inti …….………..……….……... 44

4.2.11 FN → Ket + inti + Spec………. ………....…. 45

4.2.12 FN → Ket + inti + Ket………..……….…....….… 46

4.2.13 FN → Ket + inti + Komp + Spec……..………..…….... 48

4.2.14 FN → Spec + inti + Komp…….. ………...…. 50

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN………...….… 51

5.1 Simpulan……….……….… 51

5.2 Saran……….……….….. 52

(11)

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

Daftar Lambang

bar/ palang

“ bar ganda/ bar tertinggi

→ mendominasi

[ ] batas konstituen pada frasa nomina

Daftar Singkatan

A adjektiva

Adv adverbia

FA frasa adjektiva

FN frasa nomina

FNum frasa numeralia

FP frasa preposisi

FV frasa verba

Ket keterangan

Komp komplemen

N nomina

P preposisi

Spec specifier

T topik ( kata tugas pada BBT )

(12)

FRASA NOMINA BAHASA BATAK TOBA : ANALISIS TEORI X-BAR

Nova Sabar Menanti Situmorang

FAKULTAS SASTRA USU ABSTRAK

Penelitian ini mencoba mendeskripsikan perilaku tiga fungsi gramatikal pada teori X-bar dalam membentuk struktur FN Bahasa Batak Toba. Di samping itu, mencoba mencari rumusan kaidah struktur FN Bahasa Batak Toba. Untuk itu, akan digunakan teori X-bar yang merupakan bagian dari Tata Bahasa Generatif. Dalam pengumpulan data digunakan studi pustaka yang dibantu dengan teknik catat. Pada pengkajian data digunakan metode padan refrensial dengan teknik dasar berupa teknik pilah unsur penentu dan teknik lanjutan berupa teknik hubung banding menyamakan hal pokok; dan metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, teknik ganti, dan teknik balik. Disimpulkan bahwa struktur internal frasa nomina Bahasa Batak Toba dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan specifier. Kaidah struktur FN dalam Bahasa Batak Toba berjumlah 14 kaidah, yaitu: FN → inti, FN → inti + Spec, FN → inti + Komp, FN → inti + Komp+ Spec, FN → inti + Ket + Komp, FN → inti + Ket + Spec,

FN → inti + Komp + Ket, FN → inti + Ket + Komp, FN → inti + Komp + Ket + Spec, FN → Ket + inti, FN → Ket + inti + Spec, FN → Ket + inti + Ket, FN → Ket + inti + Komp + Spec, dan FN → Spec + inti + Komp.

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

1.1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat, berupa lambang

bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf 1984 : 16). Bahasa juga

merupakan cermin pikiran.

Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam pembentukan

dan pengembangan bahasa Indonesia. Sebelum mengenal bahasa Indonesia, sebagian

besar bangsa Indonesia mempelajari dan menggunakan bahasa daerah untuk

berinteraksi antaranggota masyarakat. Ucapan dan cara penyampaian ide-ide

dipengaruhi kebiasaan yang lazim digunakan oleh masyarakat itu. Bahasa daerah

tetap dipelihara oleh Negara sebagai bagian dari kebudayaan yang hidup. Bahasa

merupakan bagian dari kebudayaan yang universal dan mempunyai peranan penting.

Bahasa Batak Toba merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang

masih digunakan oleh masyarakat pendukungnya dalam kehidupan berinteraksi

sehari-hari. Bahasa ini dapat dikatakan sebagai bahasa pertama dalam komunikasi

sosial dari berbagai lapisan masyarakat Batak Toba. Dalam kajian sintaksis, Bahasa

Batak Toba biasanya dikaji hanya menyangkut struktur frasa dan klausa. Kajiannya

hampir tidak menyinggung kalimat. Tiga buku yang dengan jelas disebut sebagai

Tata Bahasa Batak Toba yakni Tobasche Spraakunst (1971) oleh Van der Tuuk, A

Grammar of The Urbanized Toba Batak of Medan (1981) oleh Percival, dan A

(14)

Buku berbahasa Batak Toba dipilih sebagai objek penelitian, seperti buku

cerita rakyat masyarakat Batak Toba dan buku cerita lain yang bahasanya merupakan

Bahasa Batak Toba. Hal ini dilakukan karena penulis memilih untuk melakukan

penelitian kepustakaan (Library Reseach). Alasan penulis memilih penelitian

kepustakaan karena Bahasa Batak Toba maupun bahasa-bahasa daerah lain saat ini

sudah banyak yang terpengaruh oleh bahasa asing maupun bahasa Indonesia. Apalagi

mayoritas masyarakat Indonesia saat ini sudah menggunakan bahasa Indonesia

sebagai bahasa sehari-hari dalam berinteraksi antaranggota masyarakat. Untuk itu,

penulis memilih melakukan penelitian kepustakaan dengan menjadikan buku

berbahasa Batak Toba sebagai objek penelitian.

Ramlan (1987: 120) memberi batasan bahwa frasa adalah satuan gramatikal

yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi. Sebagai suatu

fungsi, frasa adalah satuan sintaksis terkecil yang merupakan pemadu kalimat

(Samsuri, 1985:93). Sebagai suatu bentuk, frasa adalah satuan gramatikal yang

berupa gabungan kata yang nonpredikat (Kridalaksana dkk., 1994:162).

Tata bahasa generatif adalah cabang linguistik teoretis yang bekerja untuk

menyediakan seperangkat aturan yang secara akurat dapat memprediksi kombinasi

kata yang mampu membuat tata bahasa kalimat yang benar. Studi tentang tata bahasa

generatif dimulai pada tahun 1950-an oleh seorang filsuf Amerika yang juga seorang

penulis dan pengajar di bidang linguistik, Noam Chomsky. Sejarahnya, pada tahun

1931-1951, kajian linguistik pada saat itu diwarnai oleh aliran struktural, yang kita

kenal dengan nama Tata Bahasa Deskriptif. Dalam Tata Bahasa Deskriptif, tokoh

(15)

strukturalisme Amerika yang pemikirannya banyak dipengaruhi oleh Boaz. Dalam

tata bahasa jenis ini, kajian yang dikembangkan adalah kajian linguistik yang

berhubungan dengan masalah-masalah praktis, dan langsung menjelaskan komponen

serta struktur bahasa tertentu berdasarkan realitas formalnya sebagai ujaran. Oleh

karena itu, model kajian semacam ini disebut dengan istilah Tata Bahasa Struktural.

Model kajian semacam ini sesuai dengan konsep pengembangan teori yang sedang

“menjamur” di Amerika Serikat, yaitu logika positivistisme. Bagi logika ini, sebuah

teori bisa dianggap benar atau salah, jika telah diujikan pada data kajian secara

konkrit. Pada tahun 1957, Chomsky mengenalkan gagasan barunya melalui sebuah

buku yang berjudul Syntactic Structure. Gagasan barunya yang tertuang dalam buku

itulah yang kemudian oleh para linguist disebut dengan Tata Bahasa Generatif

Transformasi.

Teori X-bar adalah salah satu bidang kajian Tata Bahasa Generatif

Transformasi. Teori ini pada awalnya diterapkan pada tataran frasa (dengan simbol

X”) dan kategori antara (intermediate category), yakni kategori yang lebih besar dari

kata, tetapi lebih kecil dari frasa (simbol X’). Dengan demikian, jelas bahwa teori

X-bar adalah teori tentang struktur frasa. Teori ini Teori X-X-bar bukanlah sesuatu yang

asing dalam literatur Bahasa Indonesia. Sebagai contoh, teori ini telah disinggung

oleh Silitonga (1990) yang membicarakan prinsip-prinsip umum dan prosedur

penerapan teori X-bar dalam sebuah bahasa. Mulyadi bahkan telah menerapkan teori

tersebut pada dua jenis frasa, yaitu frasa nomina Bahasa Indonesia (1998) dan pada

frasa preposisi Bahasa Indonesia (2002). Dalam menguraikan frasa nomina Bahasa

(16)

dalam perspektif X-bar, khususnya pada keterangan dan specifier. Keterangan dan

specifier pada struktur frasa nomina Bahasa Indonesia dapat langsung dibawahi oleh

N’ (N-bar), sedangkan pada teori X-bar hanya komplemen yang langsung dibawahi

N’ (N-bar). Penyimpangan juga ditemukan pada struktur frasa preposisi (FP) Bahasa

Indonesia. Dalam hal ini, proyeksi dalam skema X-bar dapat bersifat iteratif

(berulang) dan akibatnya terbentuk dua proyeksi maksimal dalam struktur frasa

tersebut padahal dalam teori X-bar proyeksi maksimal seharusnya tidak bersifat

iteratif. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti dan menelaah

struktur FN (frasa nomina) dalam Bahasa Batak Toba dengan menggunakan

pendekatan sintaksis generatif yaitu teori X-bar.

1.1.2 Masalah

Ada dua masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimanakah perilaku fungsi gramatikal, seperti komplemen (Komp),

keterangan (Ket), dan specifier (Spec) dalam membentuk struktur frasa

nomina Bahasa Batak Toba berdasarkan teori X-bar?

2. Bagaimanakah kaidah struktur frasa nomina Bahasa Batak Toba menurut

teori X-bar?

1.2Batasan Masalah

Fokus penelitian ini adalah frasa Bahasa Batak Toba, yaitu frasa nomina (FN).

Hal ini perlu ditegaskan mengingat dalam perkembangannya teori X-bar dapat juga

digunakan untuk menelaah struktur klausa dan struktur kalimat. Dalam penelitian ini

yang ingin dijelaskan adalah struktur dan kaidah FN Bahasa Batak Toba menurut

(17)

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu :

1. Mendeskripsikan perilaku fungsi gramatikal, seperti komplemen (Komp),

keterangan (Ket), dan specifier (Spec) dalam membentuk struktur FN Bahasa

Batak Toba dengan menggunakan teori X-bar dan

2. Menjabarkan kaidah struktur FN Bahasa Batak Toba dengan menggunakan

teori X-bar.

1.3.2 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

a. Memberikan manfaat dalam upaya pengembangan kajian sintaksis

Bahasa Batak Toba.

b. Memperkaya pemerian Bahasa Batak Toba, khususnya yang bertalian

dengan frasa nomina (FN) dalam kajian teori X-bar.

c. Memperkaya hasil penelitian-penelitian sintaksis yang menggunakan

pendekatan generatif.

2. Secara Praktis

a. Sebagai referen bagi peneliti-peneliti lain yang mengkaji sintaksis

Bahasa Batak Toba maupun bahasa-bahasa daerah lain (di luar

Bahasa Batak Toba) khususnya yang bertalian dengan kajian teori

X-bar.

b. Sebagai referen/informasi bagi Pemerintah Daerah mengenai hasil

(18)

c. Dengan adanya diagram pohon yang digunakan untuk

menggambarkan struktur frasa sebuah bahasa, akan memberi

perspektif baru di tengah-tengah keseragaman model yang selama ini

(19)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1Konsep

Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu

objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi

untuk memahami hal-hal lain.

Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang

penganut sintaksis generatif, Radford (1988:86), mengatakan bahwa dengan atau

tanpa pendamping sebuah kata dapat menjadi sebuah frasa sebab frasa yang belum

dimodifikasi memiliki distribusi dan status yang sama seperti frasa lengkap.

Ramlan (1987 : 120) memberi batasan bahwa frasa adalah satuan gramatikal

yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi.

Menurut Keraf (1984:138) frasa adalah suatu konstruksi yang terdiri dari dua

kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan. Kesatuan ini menimbulkan makna

baru yang sebelumnya tidak ada. Adapun jenis frasa dibagi menjadi beberapa bagian,

salah satunya adalah frasa nomina (FN).

Frasa adalah suatu konstruksi yang dibentuk dengan atau tanpa atribut sebagai

pendamping dan memiliki inti leksikal (Radford, 1988:86). Frasa nomina adalah frasa

yang bertugas menerangkan benda, biasanya menjadi subjek atau objek dalam sebuah

kalimat. Menurut Elson dan Picket (dalam Mulyadi, 1998:6), frasa adalah sebuah unit

yang secara potensial terbentuk dari dua kata atau lebih, tetapi tidak memiliki ciri

(20)

Frasa nomina atau benda adalah frasa yang mempunyai fungsi sama dengan

kata benda biasanya menjadi subjek atau objek dalam kalimat.

Misalnya :

(1) Kami mendengar pidato presiden.

(2) Pidato presiden kami dengarkan.

Dalam contoh (1) dan (2) di atas, pidato presiden sebagai frasa nomina (FN), dapat

berfungsi sebagai subjek maupun objek.

2.2Landasan Teori 2.2.1Teori X-bar

Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai

dengan kenyataan yang ada, baik di lapangan maupun kepustakaan. Selain itu,

landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar

penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.

Noam Chomsky merupakan orang pertama yang mengemukakan bahwa frasa

mempunyai struktur yang sama yang harus dikaji secara eksplisit. Chomsky belajar

dari Zellig Harris yang merupakan penggagas dari teori X-bar. Teori ini menjelaskan

struktur umum frasa yang direpresentasikan pada skema X-bar. Melalui skema ini,

kaidah struktur frasa sebuah bahasa dapat dideskripsikan, atau dengan kata lain,

kaidah struktur frasa sebuah bahasa dapat disederhanakan (Silitonga, 1990:30;

Mulyadi, 1998:217). Selanjutnya Mulyadi (1998) mengatakan bahwa menurut

(21)

menganalisis struktur frasa bahasa-bahasa di dunia meskipun bahasa-bahasa itu

bersusunan SPO, SOP, POS dan sebagainya.

Sebelum teori X-bar muncul, struktur frasa diatur melalui sebuah kaidah yang

dinamakan kaidah struktur frasa yang hanya mengenal dua jenis kategori (Silitonga,

1990:31; Culicover dalam Mulyadi, 2002:64). Pertama, kategori leksikal seperti

verba, nomina, adjektiva, dan preposisi. Kedua, kategori frasa seperti frasa verba,

frasa nomina, frasa adjektiva, dan frasa preposisi. Dalam perkembangannya di dalam

kategori frasa ternyata terdapat sebuah kategori yang lebih besar daripada kategori

leksikal tetapi lebih kecil dari kategori frasa. Inilah yang disebut kategori antara

(intermediate category) yang menjadi dasar munculnya teori X-bar. Kategori ini

terdapat di antara kategori leksikal dan kategori frasanya. Misalnya di antara verba

dengan frasa verba, di antara nomina dengan frasa nomina, di antara adjektiva dengan

frasa adjektiva, dan di antara preposisi dengan frasa preposisi. Sebagai contoh, dapat

digambarkan pada skema X-bar berikut :

(a) menulis surat (FV) (b) boneka cantik (FN)

FV → V + FN FN → N + FA FV FN

V’ N’

V FN N FA

(22)

(c) rajin belajar (FA) (d) di lapangan (FP)

FA → A + FV FP → P + FN FA FP

A’ P’

A FV P FN

rajin belajar di lapangan

Jelaslah dari contoh di atas, bahwa di antara verba (V) dengan frasa verba

(FV) terdapat kategori antara (intermediate category) yaitu V’(V-bar), di antara

nomina (N) dengan frasa nomina (FN) terdapat kategori antara yaitu N’(N-bar)

begitu juga seterusnya.

Dalam teori X-bar semua frasa didominasi oleh sebuah inti leksikal. Inti

adalah simpul akhir (terminal node) yang mendominasi kata (lihat Haegemen,

1992:95). Inti merupakan pemarkah bagi ciri kategorinya. Dengan kata lain kategori

inti (kategori leksikal) selalu menentukan kategori frasanya. Frasa nomina, misalnya,

didominasi oleh nomina sebagai inti. Inti dari frasa gadis cantik adalah nomina gadis.

Pada tataran X-bar, inti terletak satu tingkat lebih rendah dari konstituen inti tersebut.

Kategori ini merupakan kategori tanpa bar (X).

Teori X-bar direpresentasikan pada diagram pohon (atau disebut juga tataran

(23)

adjektiva (dalam hal ini disimbolkan dengan X), dibentuk oleh komplemen,

keterangan, dan specifier. Komplemen berkombinasi dengan X membentuk proyeksi

X-bar (X’), keterangan berkombinasi dengan X-bar (X’) membentuk proyeksi X-bar

lebih tinggi (X’), dan specifier berkombianasi dengan X-bar lebih tinggi membentuk

proyeksi maksimal frasa X. Jadi, proyeksi X merupakan kategori bar (X’), dan

proyeksi maksimal dari kategori X adalah frasa dengan bar tertinggi (X” atau FX).

Menurut Chomsky (dalam Mulyadi, 1998) teori X-bar bersifat universal,

artinya teori ini dapat digunakan untuk mengkaji struktur frasa bahasa-bahasa di

dunia termasuk bahasa-bahasa daerah.

Dalam Haegemen (1992) frasa nomina dalam bahasa Inggris yang dianalisis

dengan teori X-bar dapat dibentuk dalam diagram pohon berikut :

(1) the investigation of the corpse after lunch

NP

Det N PP PP

the investigation of the corpse after lunch

(2) The investigation of the corpse after lunch was less horrible than the one

after dinner.

Penyelidikan terhadap mayat setelah makan siang kurang mengerikan

(24)

2.2.2 Struktur Frasa Nomina Bahasa Batak Toba

Struktur frasa nomina (FN) dalam teori X-bar bertalian dengan tiga fungsi

gramatikal, yakni komplemen (Komp), keterangan (Ket), dan specifier (Spec).

Komplemen adalah argumen internal yang posisinya dibawahi langsung oleh N-bar.

Keterangan juga terletak di bawah N-bar, tetapi tatarannya berbeda. Specifier

(pemarkah) akan hadir sebagai satuan argumen yang dibawahi langsung oleh N-bar

ganda. Jadi hubungan dari ketiganya adalah sebagai berikut :

Komplemen memperluas N menjadi N-bar

Keterangan memperluas N-bar menjadi N-bar

Specifier memperluas N-bar menjadi N-bar ganda (FN)

Dari rumusan di atas dapat diketahui bahwa inti leksikal, N, bersama dengan

komplemen membentuk konstituen N-bar. Apabila keterangan hadir pada FN, maka

keterangan itu bersama dengan N-bar akan membentuk konstituen N-bar berikutnya.

Dalam hal ini, konstituen N-bar dapat muncul berulang (iteratif) pada struktur sebuah

frasa. Dan yang terakhir akan muncul sebuah proyeksi maksimal apabila specifier

hadir pada frasa nomina (FN) tersebut. Berdasarkan rumusan di atas dapat

diterangkan struktur FN Bahasa Batak Toba.

Adapun contoh kaidah struktur dasar frasa nomina (FN) dalam Bahasa Batak

(25)

● FN → N

FN”

N’

N

rotan

‘kayu rotan’

Frasa nomina mendominasi N’, dan inti leksikalnya tidak bercabang. Artinya,

frasa nomina dapat langsung menurunkan N ganda tanpa mempunyai komplemen,

keterangan, dan specifier.

2.3Tinjauan Pustaka

Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki

atau mempelajari (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003 : 1198). Pustaka adalah

kitab, buku, buku primbon (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003 : 912).

Haegemen (1992:95) dalam Introduction to Government and Binding Theory

mengatakan bahwa semua frasa dalam teori X-bar didominasi oleh sebuah inti

leksikal. Inti adalah simpul akhir (terminal node) yang mendominasi kata. Inti

merupakan pemarkah bagi ciri kategorinya. FN, misalnya, didominasi oleh N

(26)

Mulyadi (2002) dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul Frase Nomina Bahasa

Indonesia: Analisis X-bar menjelaskan bahwa dalam teori X-bar, semua frasa

memiliki sebuah inti leksikal. Inti adalah simpul akhir yang mendominasi kata. Inti

mempunyai dua properti yaitu, pertama inti memarkahi ciri kategorinya, misalnya inti

dari FN adalah N. Kedua, inti terletak satu level lebih rendah dalam hierarki X-bar

daripada konstituen yang menjadi inti tersebut. Jadi, dalam hierarki X-bar nomina

sebagai inti dari FN terletak satu level lebih rendah dari frasanya. Kategori ini

mempunyai bar kosong atau bias pula dikatakan tanpa bar.

Teori X-bar pada frasa numeralia (FNum) Bahasa Indonesia juga telah

dilakukan. Menurut Wahyuni (2004) dalam skripsinya Frasa Numeralia Bahasa

Indonesia: Analisis Teori X-bar menjelaskan bahwa struktur internal FNum Bahasa

Indonesia dibentuk oleh komplemen, keterangan dan specifier. Struktur utama FNum

adalah numeralia dan komplemen. Kategori komplemen biasanya terdiri dari

numeralia dan nomina. Posisi komplemen dalam FNum Bahasa Indonesia selalu

mengikuti inti leksikal. Kasus yang menyimpang terdapat pada specifier. Seharusnya

dalam teori X-bar kategori ini bersama dengan Num’(Num-bar) membentuk proyeksi

maksimal FNum dan tidak bersifat iteratif. Namun dalam struktur FNum Bahasa

Indonesia, specifier terjadi berulang, sehingga dalam skema X-bar ada dua proyeksi

yang dibentuknya.

Sri Wahyuni Torong (1999) dalam skripsinya Frasa Adjektiva Bahasa Karo:

Analisis Teori X-bar menjelaskan bahwa struktur internal frasa adjektiva Bahasa

Karo dibentuk oleh komplemen (Komp), keterangan (Ket), dan specifier (Spec).

(27)

adjektiva, dan frasa preposisi. Struktur FA dapat diperluas dengan keterangan yang

berkategori FP. Keterangan dapat terletak di kiri atau kanan inti leksikal dalam skema

X-bar.

July Fernando Siagian (2003) dalam skripsinya Struktur Frasa Adjektiva

Dalam Bahasa Batak Toba: Analisis Teori X-bar menjabarkan 12 struktur kaidah FA

Bahasa Batak Toba yang dapat dibentuk oleh adjektiva sebagai inti leksikal. FA

dalam Bahasa Batak Toba dapat dibentuk dengan adanya perilaku komplemen

(Komp), keterangan (Ket), dan specifier (Spec). Dan specifier dapat bersifat iteratif

(28)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

3.1.1 Sumber Data

Dalam penelitian ini digunakan data tulis yang bersumber dari buku berbahasa

Batak Toba oleh W.M. Hutagalung (1991) yaitu Pustaha Batak (Tarombo dohot

Turiturian ni Bangso Batak) dan buku cerita Turi-Turian ni Datuk Tiongku Aji

Malim Leman Dohot Si Tapi Mombang Suro Dilangit (Baginda Soripada dan Patuan

Daulat Baginda Nalobi, 1970). Alasan penulis memilih kedua buku tersebut karena

di dalam buku tersebut banyak terdapat frasa nomina yang merupakan objek kajian

penelitian.

Frasa nomina (FN) yang terdapat dalam buku I yaitu Pustaha Batak (Tarombo

dohot Turiturian ni Bangso Batak) berjumlah 138 buahdan dalam buku II yaitu buku

cerita Turi-Turian ni Datuk Tiongku Aji Malim Leman Dohot Si Tapi Mombang Suro

Dilangit berjumlah 32 buah. Frasa nomina tersebut diteliti dan dijadikan populasi

data dalam penelitian ini. Jadi, populasi penelitian yang dijadikan sumber data

berjumlah 170 buah frasa nomina dan 15% yang dijadikan sampel data menjadi 25

buah frasa nomina yang akan dianalisis berdasarkan teori X-bar. Hal ini dilakukan

karena beberapa data FN yang ada dalam buku I dan buku II memiliki kaidah struktur

yang sama.

Arikunto (1998: 120) mengatakan bahwa apabila populasi data berjumlah ≥ 100 data, maka yang dijadikan sampel data adalah 10% - 15% atau 15% - 20% dari

(29)

data, maka data diambil seluruhnya untuk dijadikan sebagai bahan penelitian,

sehingga penelitian tersebut dinamakan sebagai penelitian populasi.

3.1.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data tulis digunakan studi pustaka (Nazir,1988:111),

yaitu dengan mencari buku yang menjadi sumber data. Dalam mengumpulkan data,

penulis menggunakan metode simak dengan teknik catat. Lokasi yang digunakan

untuk mengumpulkan data adalah perpustakaan, karena penelitian ini merupakan

penelitian kepustakaan Kemudian, untuk mendapatkan data-data yang berupa FN,

buku tersebut dibaca. Setelah itu, dilanjutkan dengan teknik catat, yaitu mencatat

data-data yang berupa FN dari buku I yaitu Pustaha Batak (Tarombo dohot

Turiturian ni Bangso Batak) dan buku II yaitu buku cerita Turi-Turian ni Datuk

Tiongku Aji Malim Leman Dohot Si Tapi Mombang Suro Dilangit.

. Data-data FN yang telah ditemukan, dikelompokkan menurut inti

leksikalnya. Frasa nomina manuk na bontar i ‘ayam yang berwana putih itu’,

misalnya, dimasukkan ke dalam kelompok inti leksikal di kiri karena inti frasa

tersebut adalah manuk, sedangkan atributnya na bontar terletak di sebelah kanan atau

setelah inti. Sementara itu frasa nomina si tolu ampang eme ‘ketiga empang padi’,

misalnya, dimasukkan ke dalam kelompok inti leksikal di kanan karena inti leksikal

eme terletak di kanan, sedangkan pendamping atau atributnya terletak di sebelah kiri

(30)

3.1.3 Metode dan Teknik Analisis Data

Pada tahapan analisis data peneliti menerapkan dua metode. Pertama, peneliti

menggunakan metode padan referensial dengan teknik dasar berupa teknik pilah

unsur penentu dan teknik lanjutan berupa teknik hubung banding menyamakan hal

pokok (Sudaryanto,1993:21,27). Kedua, metode agih dengan teknik dasar berupa

teknik bagi unsur langsung, dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, teknik ganti, dan

teknik balik (Sudaryanto,1993 :55).

Peneliti menggunakan metode padan referensial untuk menggunakan referen

sebuah kata. Dalam hal ini, peneliti membandingkan atau menyamakan referen sifat

dengan hal pokok berdasarkan daya pilah yang dimiliki oleh peneliti dan daya pilah

yang melekat pada referen tersebut. Untuk menentukan sebuah nomina atau benda,

misalnya, peneliti menyamakan referen yang berupa nomina yaitu boru-boru ‘anak

gadis’ (sebagai hal pokok) sehingga diperoleh bahwa boru-boru ‘anak gadis’ adalah

kata benda atau nomina.

Metode agih adalah metode yang digunakan untuk memilah-milah unsur inti

(yang menjadi objek kajian) dengan unsur lainnya. Pada metode agih peneliti

menggunakan intuisi untuk membagi satuan lingual.

Contohnya terlihat pada kalimat berikut.

(1) dibereng ma [angka boru-boru] na di onan i

‘dilihat lah para anak gadis yang di pasar itu’

Dilihatlah semua anak gadis yang ada di pasar itu.

Teknik lesap digunakan dengan melesapkan unsur tertentu untuk mengetahui

(31)

menjadi pokok perhatian dalam proses analisis. Misalnya, pada frasa donganna na

burju i ‘temannya yang baik itu’, unsur inti adalah donganna ‘temannya’. Bila unsur

ini dilesapkan, menjadi *na burju i ‘yang baik itu’, bentuknya menjadi tidak

gramatikal. Namun, bila yang dilesapkan adalah na burju i ‘yang baik itu’, maka kata

donganna ‘temannya’ masih gramatikal karena kata donganna ‘temannya’ adalah inti

dari unsur tersebut.

Teknik ganti digunakan dengan mengganti satuan lingual yang menjadi

pokok perhatian dengan satuan lingual pengganti, misalnya, numeralia tolu ‘tiga’

pada frasa tolu borngin ‘tiga malam’. Apabila numeralia tolu ‘tiga’ diganti dengan

pitu ‘tujuh’ menjadi pitu borngin ‘tujuh malam’, maka bentuk yang dihasilkan masih

berterima atau gramatikal.

Teknik balik dilakukan dengan membalik unsur satuan lingual data. Misalnya,

pada frasa roha ni ibana ‘hatinya’. Frasa nomina tersebut bila salah satunya unsurnya

dibalikkan, maka hasilnya tidak gramatikal, yaitu *ibana ni roha. FN seperti ini tidak

diterima secara sintaksis maupun semantik dalam Bahasa Batak Toba.

Data yang telah dianalisis berdasarkan teori X-bar disajikan secara formal dan

informal. Penyajian secara formal tampak dalam penggambaran hierarki struktural

dari frasa nomina (FN) Bahasa Batak Toba. Struktur tersebut digambarkan dengan

menggunakan diagram pohon yang merupakan ciri dari sintaksis generatif yang

(32)

Frasa nomina (FN) inganan ni Mulajadi Nabolon ‘tempat tinggal Mulajadi

Nabolon’ pada (2), misalnya, jika diaplikasikan ke dalam teori X-bar, membentuk

skema seperti terlihat pada (3), kemudian frasa nomina bohi ni boru Naduma Bulung

i ‘wajah anak gadis si Naduma Bulung itu’ pada (4) membentuk skema (5) berikut :

(2) i ma [inganan ni Mulajadi Nabolon] ‘itu lah tempat tinggal T Mulajadi Nabolon’

Itulah tempat tinggal Mulajadi Nabolon.

FN → N + FN

(3) FN

N’

N FN

inganan ni Mulajadi Nabolon

‘tempat tinggal Mulajadi Nabolon’

(4) markilim-kilim [bohi ni boru Naduma Bulung i] ‘berseri-seri wajah T anak gadis si Naduma Bulung itu’

Berseri-seri wajah anak gadis si Naduma Bulung itu.

(33)

(5) FN

N’

N’ Spec

N’ FN

N

bohi ni boru Naduma Bulung i

‘wajah anak gadis si Naduma Bulung itu’

Namun bagi seorang pemula yang ingin meneliti kajian struktur frasa dengan

menggunakan teori X-bar, kadangkala agak sulit memahami skema X-bar. Untuk

mempermudah memahami skema X-bar, pada (5) di bawah ini digambarkan skema

(34)

FN → N + FN + Spec

(5a) FN

N’

N’ Spec

N FN

bohi ni boru Naduma Bulung i wajah itu

N N

boru Naduma Bulung

anak gadis si Naduma Bulung

3.1.4 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Semua data yang telah dianalisis berdasarkan teori X-bar disajikan secara

formal dan informal. Penyajian secara formal tampak dalam penggambaran hierarki

struktur dari frasa nomina Bahasa Batak Toba yang telah dianalisis. Struktur tersebut

digambarkan dengan menggunakan diagram pohon yang memang menjadi salah satu

ciri dari sintaksis generatif yang dikembangkan Chomsky (Parera, 1991:49). Frasa

(35)

di bawah ini, misalnya, jika diaplikasikan ke dalam teori X-bar, membentuk skema

seperti terlihat pada berikut.

(6) Di si diida ibana [ boru-boru na uli i ] ‘di situ dilihat dia gadis yang cantik itu’

Di situ dilihatnya gadis yang cantik itu.

FN → N + FA + Spec

(7) boru-boru na uli i

‘gadis yang cantik itu’

FN

N’

N’ Spec

N FA

boru-boru na uli i ‘gadis yang cantik itu’

Akan tetapi, harus diakui pula bahwa struktur frasa yang direpresentasikan

dengan diagram pohon ada kalanya agak sulit dipahami pembaca, terutama yang

masih awam dengan sintaksis generatif. Oleh sebab itu, agar hasil penelitian ini dapat

(36)

Bahasa Batak Toba di atas dapat disajikan juga secara informal, yakni menjelaskan

kaidah struktur frasa nomina tersebut dengan kata-kata biasa.

Data di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pada skema (3), N-bar membawahi inti leksikal, inganan ‘tempat tinggal’,

dan komplemen ni Mulajadi Nabolon ‘Mulajadi Nabolon’. Pada tingkatan di atasnya

hadir FN sebagai proyeksi maksimal. Dari skema di atas kaidah struktur frasa nomina

yang terbentuk yaitu FN → inti + Komp.

Pada skema (5), N-bar membawahi inti leksikal, bohi ‘wajah’, dan

komplemen boru Naduma Bulung ‘anak gadis si Naduma Bulung’. Pada tingkatan di

atasnya hadir FN sebagai proyeksi maksimal bersama dengan specifier i ‘itu’. Dari

skema di atas kaidah struktur frasa nomina yang terbentuk yaitu FN → inti + Komp +

Spec.

Pada skema (7), N-bar membawahi inti leksikal, boru-boru ‘gadis’, dan

keterangan na uli ‘cantik’. Pada tingkatan di atasnya hadir FN sebagai proyeksi

maksimal bersama dengan specifier i ‘itu’. Dari skema di atas kaidah struktur frasa

(37)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Perilaku Fungsi Gramatikal Dalam Membentuk Struktur Frasa Nomina Bahasa Batak Toba

4.1.1 Komplemen (Komp)

Komplemen (Komp) adalah pemerlengkap yang berfungsi untuk melengkapi

sebuah kata dalam pembentukan frasa. Dalam Bahasa Batak Toba, komplemen yang

sering melengkapi frasa nomina adalah numeralia, nomina, dan verba. Misalnya, sude

jolma ‘semua orang’, adalah frasa nomina yang inti leksikalnya jolma ‘orang’

didampingi oleh komplemen (Komp) FNum sude ‘semua’. Komplemen dalam frasa

nomina Bahasa Batak Toba dapat terletak di sebelah kanan maupun kiri inti leksikal.

Frasa nomina (FN) Bahasa Batak Toba yang komplemennya berupa FNum biasanya

berada di sebelah kiri inti leksikal. Komplemen merupakan bentuk internal yang

posisinya langsung dibawahi oleh X-bar dan kehadiran komplemen pada posisi itu

merupakan realisasi dari kategori leksikal. Contohnya terlihat pada kalimat berikut :

(8) [Tolu marga] do muse pinompar Andornabolak di si.

‘tiga marga T pula keturunan Andornabolak di situ’

Tiga marga pula keturunan si Andornabolak di situ.

Pada (8), FN tolu marga ‘tiga marga’ merupakan FN yang inti leksikalnya

marga berada di sebelah kanan FNum tolu ‘tiga’ sebagai komplemen. Atau dengan

kata lain komplemen berada di sebelah kiri inti leksikal. Argumen FNum tolu ‘tiga’

tergolong komplemen karena kata tolu ‘tiga’ dengan inti leksikal marga ‘marga’ tidak

(38)

dipisahkan (mengalami pelesapan), maka kalimat yang dihasilkan menjadi tidak

gramatikal. Pembuktiannya dapat terlihat pada (8a) dan (8b) berikut :

(8a) * Marga do muse pinompar Andornabolak di si.

‘marga T pula keturunan Andornabolak di situ’

Marga pula keturunan Andornabolak di situ.

(8b) * Tolu do muse pinompar Andornabolak di si.

‘tiga T pula keturunan Andornabolak di situ’

Tiga pula keturunan Andornabolak di situ.

Kalimat pada (8a) tidak gramatikal karena tidak berterima dalam sintaksis

maupun semantik Bahasa Batak Toba. Begitu pula pada (8b), kalimat yang dihasilkan

termasuk kalimat yang tidak gramatikal, sebab informasi yang dihasilkan oleh

kalimat (8b) mengalami perubahan. Karena inti leksikal pada FN tolu marga ‘tiga

marga’ dalam kalimat (8) adalah marga ‘marga’, bukan tolu ‘tiga’.

Apabila frasa nomina pada (8) diaplikasikan ke dalam teori X-bar, maka

hasilnya terlihat pada skema berikut :

FN → FNum + N

(9) FN

N’

FNum N

tolu marga

(39)

Sedangkan komplemen FN yang membentuk frasa nomina Bahasa Batak

Toba biasanya terletak di sebelah kanan inti leksikal.

Contohnya terlihat pada kalimat berikut :

(10) Mambuat boru ma ibana di si [boru ni marga Manurung].

‘mengambil anak perempuan lah dia di situ anak perempuan T marga Manurung’

Menikahi anak gadislah dia di situ anak perempuan dari marga Manurung.

Sama halnya dengan (8), komplemen dan inti leksikal frasa nomina pada

kalimat (10) tidak dapat dipisahkan atau mengalami pelesapan. Karena akan

menghasilkan kalimat yang tidak gramatikal.

(10a) * Mambuat boru ma ibana di si [ni marga Manurung].

‘mengambil anak perempuan lah dia di situ T marga Manurung’

Menikahi anak gadislah dia di situ marga Manurung.

(10b) * Mambuat boru ma ibana di si [boru].

‘mengambil anak perempuan lah dia di situ anak perempuan’

Menikahi anak gadislah dia di situ anak perempuan.

Inilah yang merupakan ciri dari komplemen. Dalam pembentukan frasa

nomina (FN) Bahasa Batak Toba, komplemen bersifat wajib. Artinya, antara

komplemen dan inti leksikal tedapat hubungan yang internal. Selain itu, jika elemen

ini dipindahkan letak strukturnya, maka kalimat yang dihasilkan menjadi tidak

gramatikal.

(10c) * Mambuat boru ma ibana di si [ni marga Manurung boru].

‘mengambil anak perempuan lah dia di situ T marga Manurung anak perempuan’

(40)

Apabila struktur frasanya direpresentasikan, maka akan terbentuk skema

berikut :

FN N + FN

(11) FN

N’

N FN

boru ni marga Manurung

‘anak perempuan marga Manurung’

4.1.2 Keterangan (Ket)

Keterangan berfungsi untuk menerangkan kata benda yang terdapat pada frasa

nomina (FN) Bahasa Batak Toba. Keterangan yang dimaksud tersebut dapat

berkategorikan nomina, preposisi, adjektiva, verba dan adverbia. Letak keterangan

dapat berada di sebelah kanan maupun di sebelah kiri inti leksikal. Keterangan dalam

frasa nomina (FN) Bahasa Batak Toba bersifat opsional, karena kehadirannya dalam

pembentukan struktur frasa nomina tidak wajib. Artinya, meskipun elemen ini

dihilangkan atau dipindahkan letak strukturnya, frasa yang terbentuk masih

gramatikal dan kalimat yang dihasilkan masih berterima dalam tataran sintaksis

(41)

Pembuktiannya dapat kita lihat pada kalimat berikut :

(12) Pillit hamu ma sada [anak ni horbo] na manusu dope.

‘pilih kalian lah satu anak T kerbau yang menyusui masih’

Pilih kalianlah satu anak kerbau yang masih menyusui.

Apabila pada (12), salah satu unsur dari kalimat tersebut dilesapkan, maka inti

leksikal (kategori leksikal) horbo ‘kerbau’ akan berdiri sendiri. Dan kalimat yang

dihasilkan masih dapat berterima dalam sintaksis Bahasa Batak Toba.

(12a) Pillit hamu ma sada [horbo] na manusu dope.

‘pilih kalian lah satu kerbau yang menyusui masih’

Pilih kalianlah satu kerbau yang masih menyusui.

Namun perlu kita ingat, bahwa dalam proses pelesapan, tujuan utamanya

adalah untuk mengetahui kadar keintian dari frasa tersebut. Inti leksikal (kategori

leksikal) sebuah frasa dapat mewakili tugas keseluruhan frasa (frasa lengkap) pada

sebuah kalimat tanpa harus mengurangi informasi yang dimaksud oleh kalimat

tersebut. Sebaliknya, keterangan sebagai atribut dalam sebuah frasa pada sebuah

kalimat tidak dapat berdiri sendiri, karena akan mengakibatkan kalimat tersebut

menjadi tidak gramatikal seperti berikut :

(12b) *Pillit hamu ma sada [anak ni] na manusu dope.

‘pilih kalian lah satu anak T yang menyusui masih’

Pilih kalianlah satu anak T yang masih menyusui.

Dari hasil peleburan (pelesapan) itu, dapat disimpulkan bahwa keterangan

dapat dihilangkan (tidak wajib). Dan elemen nomina dalam pembentukan frasa

(42)

keterangan, tergantung pada konteks kalimat yang dianalisis. Jika struktur frasa pada

(12) direpresentasikan, maka hasilnya akan terlihat pada (13) berikut :

● FN → Ket + inti

(13) FN

N’

FN N’

N

anak ni horbo

‘anak kerbau’

Frasa nomina Bahasa Batak Toba dapat juga diikuti oleh elemen keterangan

yang berkategorikan preposisi, adjektiva, verba, maupun adverbia. Frasa nomina (FN)

Bahasa Batak Toba yang keterangannya berupa preposisi (FP) dapat kita lihat pada

contoh kalimat berikut:

(14) Saluhut [hita na di son]. ‘seluruh kita yang di sini’

Seluruh kita yang ada di sini.

(43)

(15) FN

N’

N’ FP

N

hita na di son

‘kita yang ada di sini’

Keterangan pada frasa nomina Bahasa Batak Toba yang berkategori FP,

letaknya berada di sebelah kanan inti leksikal atau setelah inti leksikal, terlihat jelas

pada skema (15).

4.1.3 Specifier (Spec)

Specifier (Spec) adalah pemerkuat objek yang ditegaskan pada frasa nomina.

Dalam FN Bahasa Batak Toba, specifier yang memperkuat FN adalah i ‘itu’, on ‘ini’,

yang letaknya di sebelah kanan inti leksikal, dan holan ‘hanya’ yang letaknya di

sebelah kiri atau depan inti leksikal. Pada struktur frasa, specifier merupakan

argumen yang langsung dibawahi X-bar ganda atau frasa X dan mengakibatkan

proyeksi maksimal. Berikut contoh frasa nomina Bahasa Batak Toba yang

memproyeksikan specifier.

(16) Marbagi ma hita di [ harajaon i ]. ‘berbagi lah kita di kerajaan itu’

(44)

Pada kalimat (16), frasa nomina (FN) memiliki kategori leksikal harajaon

‘kerajaan’ dan memproyeksikan i ‘itu’ sebagai specifier. Apabila frasa nomina pada

(16) diaplikasikan ke dalam skema X-bar (diagram pohon), maka hasilnya akan

terlihat pada (17) berikut :

FN N + Spec

(17) FN

N’

N’ Spec

N

harajaon i

‘kerajaan itu’

Jika skema di atas diaplikasikan ke dalam bentuk yang informal, maka

hasilnya adalah FN harajaon i ‘kerajaan itu’ sebagai proyeksi tertinggi menurunkan

N’(N-bar) yang memproyeksikan specifier i ‘itu’, kemudian pada tataran yang kedua,

(45)

4.2 Kaidah Struktur Frasa Nomina Bahasa Batak Toba 4.2.1 FN → inti

(18) Martahuak [manuk] jantan.

‘berkokok ayam jantan’

Berkokok ayam jantan.

(19) FN

N’

N

manuk

‘ayam’

Frasa nomina di atas adalah frasa yang langsung membawahi inti leksikalnya

atau dengan kata lain frasa tersebut mendominasi N’(N-bar) dan kategori leksikalnya

tidak bercabang. Artinya, frasa nomina (FN) dapat langsung menurunkan N ganda

tanpa mempunyai komplemen, keterangan, dan specifier.

Dari kaidah struktur frasa di atas, dapat kita ketahui bahwa sebuah frasa tidak

harus terdiri dari dua kata atau lebih. Namun, sebuah frasa dapat terdiri dari satu kata

saja. Artinya, dalam sintaksis generatif, sebuah frasa yang hanya terdiri dari satu kata

memiliki distribusi yang sama dengan frasa lengkap (utuh). Kalimat di atas memiliki

frasa nomina manuk jantan ‘ayam jantan’. Inti dari FN tersebut adalah manuk ‘ayam’.

Kata manuk ‘ayam’ pada kalimat tersebut juga merupakan sebuah frasa nomina (FN)

meskipun tidak diikuti oleh atribut jantan ‘jantan’, karena kalimat yang dihasilkan

(46)

4.2.2 FN → inti + Spec

(20) Patogu jala patimbo hamu ma parit ni [huta i].

‘perbaiki dan tinggikan kalian lah parit T desa itu’

Perbaiki dan tinggikanlah parit desa itu.

(21) FN

N’

N’ Spec

N

huta i

‘desa itu’

Dari contoh di atas, inti leksikal (kategori leksikal) hanya didampingi oleh

specifier. Keterangan dan komplemen tidak muncul dalam kaidah struktur frasa

tersebut. Jelaslah bahwa FN sebagai proyeksi tertinggi menurunkan inti leksikal huta

‘desa’ bersama dengan specifier i ‘itu’.

4.2.3 FN → inti + Komp

(22) Maponggol ma [ tanduk ni naga ]. ‘patah lah tanduk T naga’

(47)

(23) FN

N’

N’ FN

N

tanduk ni naga

‘tanduk naga’

Pada skema di atas, inti leksikal tanduk ‘tanduk’ berada pada tataran terendah.

Di atasnya hadir komplemen yang berkategori FN naga ‘naga’ yang berada pada

tataran yang lebih tinggi daripada inti leksikal. Kemudian pada tataran berikutnya,

hadir FN atau N’’(N-bar ganda) sebagai tertinggi maksimal frasa tersebut.

(24) Dibege nasida ma [ soara ni katipak ni hoda].

(48)

(25) FN

N’

N’ FN

N

soara ni katipak ni hoda

‘suara tapak kuda’

FN menurunkan N-bar yang memproyeksikan komplemen FN katipak ni hoda

‘tapak kuda’, kemudian pada tataran berikutnya hadir N’(N-bar) sebagai proyeksi

akhir yang menurunkan kategori leksikal dari frasa nomina (FN) tersebut yaitu soara

‘suara’.

4.2.4 FN → inti + Komp + Spec

(26) Paluahon muna ma [anak ni horbo i] ‘lepaskan kalian lah anak T kerbau itu’

(49)

(27) FN

N’

N’ Spec

N’ FN

N

anak ni horbo i

‘anak kerbau itu’

Seperti pada skema X-bar di atas, dapat dijelaskan bahwa FN sebagai

proyeksi maksimal menurunkan kategori leksikal anak ‘anak’ bersama dengan

komplemen FN horbo ‘kerbau’, kemudian hadir di atasnya specifier i ‘itu’ untuk

melengkapi frasa nomina (FN) tersebut.

4.2.5 FN → inti + Ket

(28) Gantungkon hamu ma di si [batu na bolon].

‘gantungkan kalian lah di situ batu yang besar’

(50)

(29) FN

N’

N’ FA

N

batu na bolon

‘batu yang besar’

Dari contoh di atas, inti leksikal batu ‘batu’ dan keterangannya FA na balga

‘yang besar’ didominasi oleh N-bar. Selanjutnya hadir di atasnya N-bar sebagai

proyeksi akhir dari frasa nomina tersebut.

4.2.6 FN → inti + Ket + Komp

(30) Ai nunga suda huhut [arta na tininggalhon ni Tuan Sappallat].

‘ T sudah habis seluruh harta yang ditinggalkan T Tuan Sapallat’

(51)

(31) FN

N’

N’ FN

N’ Adv

N

arta na tininggalhon Tuan Sapallat

‘harta peninggalan Tuan Sapallat’

Frasa nomina di atas menurunkan N-bar yang memproyeksikan komplemen

FN Tuan Sapallat ‘Tuan Sapallat’, kemudian N-bar tersebut kembali menurunkan N’

(N-bar) yang memproyeksikan keterangan adverbia yaitu na tininggalhon

‘peninggalan’. Dan yang terakhir sebagai proyeksi akhir, hadir inti leksikal dari FN

yaitu arta ‘harta’.

4.2.7 FN → inti + Ket + Spec

(32) Dibereng nasida ma [ eme na di pardegean i].

‘dilihat beliau lah padi yang di perpijakan itu’

(52)

(33) FN

N’

N’ Spec

N’ FP

N

eme na di pardegean i

‘padi yang di tanah itu’

Dalam frasa nomina Bahasa Batak Toba, inti tidak harus didampingi oleh

komplemen sebagai atributnya. Seperti halnya FN pada (32), inti leksikal didampingi

oleh keterangan dan specifier sebagai elemen yang membentuk frasa tersebut.

FN pada (32) bila digambarkan strukturnya akan membentuk sebuah diagram pohon

seperti pada (33). Terlihat jelas bahwa eme ‘padi’ sebagai kategori leksikal

didampingi oleh elemen keterangan yang berkategori FP yaitu na di pardegean ‘yang

di tanah’ berada pada tataran terendah. Kemudian, pada tataran yang lebih tinggi,

hadir specifier i ‘itu’ bersama dengan N’(N-bar) yang memproyeksikannya. Dan yang

terakhir, FN sebagai proyeksi akhir atau proyeksi maksimal hadir untuk menutup

(53)

4.2.8 FN → inti + Komp + Ket

(34) Disoroi ma [ dakdanak na marmeami di si ]. ‘diserbu lah anak-anak yang bermain-main di situ’

Diserbulah anak-anak yang bermain-main di situ.

(35) FN

N’

N’ FP

N’ FV

N

dakdanak na marmeami di si

‘anak-anak yang bermain-main di situ’

FN pada (34) bila digambarkan strukturnya akan membentuk sebuah diagram

pohon seperti pada (35). Terlihat jelas bahwa dakdanak ‘anak-anak’ sebagai kategori

leksikal (inti leksikal) didampingi oleh elemen komplemen yang berkategori FV yaitu

na marmeami ‘yang bermain-main’ berada pada tataran terendah. Kemudian, pada

tataran yang lebih tinggi, hadir keterangan berkategori FP disi ‘di situ’ bersama

dengan N’(N-bar) yang memproyeksikannya. Dan yang terakhir, FN sebagai proyeksi

(54)

4.2.9 FN → inti + Komp + Ket + Spec

(36) I ma [ mudar ni anak ni manuk na diongomna i ]. ‘itu lah darah T akan T ayam T diminumnya itu’

Itulah darah anak ayam yang diminumnya itu.

(37) FN

N’

N’ Spec

N’ FV

N’ FN

N

mudar ni anak ni manuk na diongomna i

‘darah anak ayam yang diminumnya itu’

Struktur FN Bahasa Batak Toba dapat menjadi kompleks, apabila hadir ketiga

fungsi gramatikal seperti komplemen, keterangan, dan specifier. Struktur yang

demikian diilustrasikan pada (36) dan (38). Dalam hal ini, FN anak ni manuk ‘anak

ayam’ pada (36) dan FN parpahean ‘pemakai baju‘ pada (38) adalah komplemen,

(55)

‘yang baru’ pada (38) adalah keterangan. Kemudian specifier i‘itu’ hadir pada (36)

dan (38) sebagai fungsi gramatikal yang membuat struktur kedua FN tersebut

menjadi kompleks.

Jadi, FN pada (36) digambarkan strukturnya pada (37). Mudar ‘darah’ sebagai

inti leksikal bersama dengan komplemen FN anak ni manuk ‘anak ayam’ diturunkan

oleh N’ (N-bar). Kemudian hadir di atasnya N’ (N-bar) yang lebih tinggi yang

memproyeksikan keterangan FV na diongomna ‘yang diminumnya‘ bersama dengan

specifier i ‘itu’ sebagai proyeksi maksimal.

Sedangkan FN pada (38) digambarkan strukturnya pada (39). Sebagai inti

leksikal, halak ‘orang’ hadir bersama dengan komplemen FN parpahean ‘pemakai

baju‘ sebagai proyeksi N’ (N-bar) yang terendah. Kemudian keterangan FA na

imbaru ‘yang baru’ berada pada konstituen N’ (N-bar) yang lebih tinggi. Dan sebagai

proyeksi N’ (N-bar) yang tertinggi, hadir specifier i ‘itu’ untuk membentuk struktur

FN yang lebih klompleks.

Struktur FN pada (36) dan (38) sama kompleksnya, karena ketiga fungsi

gramatikal seperti komplemen (Komp), keterangan (Ket), dan specifier (Spec) hadir

dalam pembentukan frasa tersebut. Yang membedakan keduanya hanyalah kategori

keterangan yang terdapat pada frasa tersebut. Pada (36), FN didominasi oleh

(56)

(38) Gabe marsisintak abitna be ma [halak parpahean na imbaru i].

jadi mengangkat pakaiannya masing-masing lah orang pemakai baju T baru itu

‘Jadi mengangkat pakaiannya masing-masinglah orang yang memakai baju baru itu.’

(39) FN

N’

N’ Spec

N’ FA

N’ FV

N

halak parpahean na imbaru i

‘orang yang memakai baju yang baru itu’

4.2.10 FN → Ket + inti

(40) Dung i dipapungu boru-boru i ma [angka ulubalang]. ‘setelah itu dikumpulkan perempuan itu lah para hulubalang’

(57)

(41) FN

N’

Adv N’

N

angka ulubalang

‘para hulubalang’

Dari skema di atas, terlihat jelas bahwa N’(N-bar) menurunkan inti leksikal

ulubalang ‘hulubalang’, kemudian di atasnya hadir N’(N-bar) bersama keterangan

adverbia angka ‘para’ yang diproyeksikan oleh FN sebagai proyeksi tertinggi. Dari

skema X-bar di atas, jelaslah bahwa dalam Bahasa Batak Toba, keterangan dapat juga

terletak sebelum inti leksikal atau di sebelah kiri inti leksikal dalam membentuk

sebuah frasa nomina.

4.2.11 FN → Ket + inti + Spec

(42) Di na sahali dipapungu ma [ sude parumaenna i ]. ‘di T sekali dikumpulkan lah semua menantunya itu’

(58)

(43) FN

N’

N’ Spec

FNum N

sude parumaenna i

‘semua menantunya itu’

Frasa nomina di atas memiliki inti leksikal parumaenna ‘menantunya’. FNum

sude ‘semua’ di sini hadir sebagai keterangan bersama dengan specifier i ‘itu’

sebagai proyeksi maksimal dari FN.

4.2.12 FN → Ket + inti + Ket

(44) Jala dipeakkon ma [ sada hau na ganjang ]. ‘lalu diletakkan lah satu kayu yang panjang’

(59)

(45) FN

N’

FNum N’

N’ FA

N

sada hau na ganjang

‘satu kayu yang panjang’

Frasa nomina di atas memiliki inti leksikal hau ‘kayu’. FA na ganjang ‘yang

panjang’ di sini hadir sebagai keterangan bersama dengan FNum sada ‘satu’. Namun

perbedaan kedua keterangan tersebut ada pada letaknya. Karena keterangan bersifat

opsional, maka keterangan dapat hadir dua kali dalam membentuk struktur frasa.

Keterangan dapat berada di depan dan belakang inti leksikal. Seperti pada (44),

keterangan pertama yang berkategori FNum sada ‘satu’ berada di depan inti leksikal

hau ‘kayu’, sedangkan keterangan yang kedua berkategori FA yaitu na ganjang ‘yang

panjang’ berada di belakang inti leksikal. Artinya, dalam frasa nomina (FN) Bahasa

Batak Toba, keterangan dapat mengapit inti leksikal sebagai atribut yang

(60)

4.2.13 FN → Ket + inti + Komp + Spec

(46) [ uli ni soara ni boru-boru i ] dibege.

‘cantik T suara T perempuan itu didengar’

Keindahaan suara perempuan itu didengar.

(47) FN

N’

FN N’

N’ Spec

N’ FN

N

uli ni soara ni boru-boru i

‘keindahan suara perempuan itu’

Frasa nomina (FN) di atas adalah frasa nomina yang memiliki proyeksi

maksimal, karena memproyeksikan tiga fungsi gramatikal sekaligus, yaitu keterangan

(Ket), komplemen (Komp), dan specifier (Spec). FN sebagai proyeksi maksimal

berada pada tataran tertinggi menurunkan N’(N-bar) yang memproyeksikan

(61)

N’(N-bar) yang lain yang memproyeksikan komplemen FN yaitu boru-boru

‘perempuan’ bersama dengan specifier i ‘itu’. Dan yang terakhir sebagai proyeksi

akhir, hadir inti leksikal dari FN yaitu soara ‘suara’.

(48) Jadi diida ma [ sada boru pinompar ni Sariburaja i ].

‘jadi dilihat lah satu perempuan keturunan T Sariburaja itu’

Jadi dilihatlah satu perempuan keturunan Sariburaja itu.

(49) FN

N’

FNum N’

N’ Spec

N FN

sada boru pinompar ni Sariburaja i

‘satu perempuan keturunan Sariburaja itu’

Frasa nomina di atas menurunkan N-bar yang memproyeksikan keterangan

FNum sada ‘satu’, kemudian N-bar tersebut kembali menurunkan N-bar yang

memproyeksikan komplemen FN yaitu pinompar ni Sariburaja ‘keturunan

Sariburaja’ bersama dengan specifier i ‘itu’. Dan yang terakhir sebagai proyeksi

(62)

4.2.14 Spec + inti + Komp

(50) Sae ma holan [ ulu ni dengke].

‘cukup lah hanya kepala T ikan’

Cukuplah hanya kepala ikan.

(51) FN

N’

Spec N’

N’ FN

N

holan ulu ni dengke

‘hanya kepala ikan’

FN pada (50) bila digambarkan strukturnya akan membentuk sebuah diagram

pohon seperti pada (51). Terlihat jelas bahwa ulu ‘kepala’ sebagai kategori leksikal

(inti leksikal) didampingi oleh elemen komplemen yang berkategori FN yaitu dengke

‘ikan’ berada pada tataran terendah. Kemudian, pada tataran yang lebih tinggi, hadir

specifier holan ‘hanya’ di sebelah kiri inti leksikal bersama dengan N’(N-bar) yang

memproyeksikannya. Dan yang terakhir, FN sebagai proyeksi akhir atau proyeksi

(63)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Struktur internal frasa nomina Bahasa Batak Toba dibentuk oleh komplemen,

keterangan, dan specifier. Struktur mendasar FN adalah inti leksikal yaitu nomina

plus komplemen yang berkategori numeralia, nomina dan verba. Struktur FN dapat

diperluas dengan keterangan yang berkategori komplemen. Komplemen dan

keterangan dapat terletak di kiri atau kanan inti leksikal dalam skema X-bar. Dan

komplemen bersifat iteratif karena dapat hadir lebih dari satu kali dalam skema

X-bar.

Dalam Bahasa Batak Toba ada 14 struktur frasa nomina (FN), yaitu :

1. FN → inti

2. FN → inti + Spec

3. FN → inti + Komp 4. FN → inti + Komp+ Spec

5. FN → inti + Ket + Komp 6. FN → inti + Ket + Spec

7. FN → inti + Komp + Ket 8. FN → inti + Ket + Komp 9. FN → inti + Komp + Ket + Spec

10.FN → Ket + inti

11.FN → Ket + inti + Spec

Referensi

Dokumen terkait

Disimpulkan bahwa struktur internal frasa verba dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan specifier.. Kata kunci : Struktur Frasa, Kaidah

Jadi, dari contoh-contoh di atas dapat disimpulkan bahwa frasa verba bahasa Pakpak Dairi dapat dibentuk oleh inti leksikal ditambah frasa preposisi, frasa nomina, frasa adjektiva,

Penelitian mengenai Sistem Fonem Bahasa Batak Toba Analisis Generatif ini sangatlah menarik karena dalam penelitian ini ada suatu kekhasan dibandingkan

Pada penelitian ini masalah yang akan diteliti dibatasi hanya pada perilaku fungsi gramatikal, seperti komplemen (komp), keterangan (ket), dan specifier (spec) dalam

Penelitian mengenai Sistem Fonem Bahasa Batak Toba Analisis Generatif ini sangatlah menarik karena dalam penelitian ini ada suatu kekhasan dibandingkan

Penelitian mengenai Sistem Fonem Bahasa Batak Toba Analisis Generatif ini sangatlah menarik karena dalam penelitian ini ada suatu kekhasan dibandingkan

yang terdapat pada bahasa Batak Toba di Kabupaten Samosir dengan

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberkati penulis sehingga skripsi yang berjudul ’Frasa Verbal dan Fngsinya dalam Kalimat Bahasa Batak Toba’ dapat