• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Frasa Verba Bahasa PakPak Dairi Analisis X-Bar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Struktur Frasa Verba Bahasa PakPak Dairi Analisis X-Bar"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

STRUKTUR FRASA VERBA BAHASA PAKPAK DAIRI

ANALISIS X-BAR

SKRIPSI OLEH

WIDARTI S. PASARIBU 070701035

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

.

Struktur Frasa Verba Bahasa Pakpak Dairi:

Dalam penelitian dibahas perilaku fungsi gramatikal komplemen (Komp), keterangan (Ket), spesifier (Spec) dalam struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi berdasarkan teori X-Bar dan kaidah struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi menurut teori X-Bar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku fungsi gramatikal komplemen (Komp), keterangan (Ket), spesifier (Spec) dalam membentuk struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi berdasarkan teori X-Bar dan mendeskripsikan kaidah struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi menurut teori X-Bar. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode cakap yaitu dengan melakukan percakapan atau kontak antara peneliti dengan penutur bahasa yang diteliti. Teknik yang digunakan adalah teknik pancing dan teknik catat. Kemudian data dianalisis dengan metode agih yaitu metode analisis data dengan teknik bagi unsur langsung teknik lesap, teknik ganti, dan teknik perluas. Selanjutnya data yang telah dianalisi disajikan dengan metode formal dan informal. Teori yang digunakan adalah teori X-Bar yaitu teori yang menguraikan struktur internal frasa digambarkan dalam diagram pohon. Hasil dari penelitian adalah struktur internal bahasa Pakpak Dairi dibentuk oleh ketiga fungsi gramatikal yaitu spesifier, keterangan, dan komplemen. Struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi yang paling mendasar adalah verba plus komplemen. Komplemen dalam frasa verba bahasa Pakpak Dairi hanya berkategori nomina. kemudian, frasa verba bahasa Pakpak Dairi diperluas oleh kehadiran keterangan. keterangan dalam struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi tidak terbatas yaitu dapat berupa aspek, FP, FN, dan FAdj. Specifier yang melengkapi frasa verba bahasa Pakpak Dairi berkategori penjumlah dan kata penunjuk. Dalam struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi, keterangan dan specifier dapat hadir di awal dan di akhir frasa. sedangkan, komplemen hanya hadir setelah inti leksikal frasa verba saja. Kaidah struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi yang terbentuk dengan menggunakan teori X-Bar yaitu: (1) FV Inti; (2) FV Inti + Komp; (3) FV Inti + Ket; (4) FV Inti + Komp + Ket; (5) FV Spec + Inti; (6) FV Spec + Inti + Komp;

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbi al-‘ālamīn, segala puji hanya milik Allah SWT, atas segala karunia dan rahmat-Nya kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagaimana yang ada di hadapan pembaca.

Shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada manusia pilihan, kekasih Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, seorang tokoh revolusioner dunia yang memiliki akhlak Al-Qur’an sehingga menjadi teladan bagi segenap umat.

Skripsi yang berjudul ‘Struktur Frasa Verba Bahasa Pakpak Dairi Analisis X-Bar’ ini disusun penulis dalam rangka menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini tentunya masih terdapat banyak kekurangan yang disebabkan oleh pengetahuan dan pemahaman penulis yang sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Januari 2012

(4)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……… i

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Rumusan Masalah dan Batasan Masalah 1.2.1 Rumusan Masalah ……… 4

1.2.2 Batasan Masalah ……….. 5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian ……… 5

1.3.2 Manfaat Penelitian ……… 5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Struktur ……… 6

2.1.2 Frasa Verba ……… 6

2.1.3 Bahasa Batak Pakpak Dairi ……… 8

2.2 Landasan Teori ……….. 8

2.3 Tinjauan Pustaka ……… 14

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 16

3.2 Populasi dan Sampel ……… 16

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ……… 18

(5)

3.5 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ……… 20

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Perilaku Fungsi Gramatikal Bahasa Pakpak Dairi ………. 22

4.1.1 Komplemen (Komp)………. 22

4.1.2 Keterangan (Ket) ………. 25

4.1.3 Specifier (Spec) ……… 32

4.2 Kaidah Struktur Frasa Verba Bahasa Pakpak Dairi ……….... 35

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ………. 65

5.2 Saran ………... 66

(6)

.

Struktur Frasa Verba Bahasa Pakpak Dairi:

Dalam penelitian dibahas perilaku fungsi gramatikal komplemen (Komp), keterangan (Ket), spesifier (Spec) dalam struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi berdasarkan teori X-Bar dan kaidah struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi menurut teori X-Bar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku fungsi gramatikal komplemen (Komp), keterangan (Ket), spesifier (Spec) dalam membentuk struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi berdasarkan teori X-Bar dan mendeskripsikan kaidah struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi menurut teori X-Bar. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode cakap yaitu dengan melakukan percakapan atau kontak antara peneliti dengan penutur bahasa yang diteliti. Teknik yang digunakan adalah teknik pancing dan teknik catat. Kemudian data dianalisis dengan metode agih yaitu metode analisis data dengan teknik bagi unsur langsung teknik lesap, teknik ganti, dan teknik perluas. Selanjutnya data yang telah dianalisi disajikan dengan metode formal dan informal. Teori yang digunakan adalah teori X-Bar yaitu teori yang menguraikan struktur internal frasa digambarkan dalam diagram pohon. Hasil dari penelitian adalah struktur internal bahasa Pakpak Dairi dibentuk oleh ketiga fungsi gramatikal yaitu spesifier, keterangan, dan komplemen. Struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi yang paling mendasar adalah verba plus komplemen. Komplemen dalam frasa verba bahasa Pakpak Dairi hanya berkategori nomina. kemudian, frasa verba bahasa Pakpak Dairi diperluas oleh kehadiran keterangan. keterangan dalam struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi tidak terbatas yaitu dapat berupa aspek, FP, FN, dan FAdj. Specifier yang melengkapi frasa verba bahasa Pakpak Dairi berkategori penjumlah dan kata penunjuk. Dalam struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi, keterangan dan specifier dapat hadir di awal dan di akhir frasa. sedangkan, komplemen hanya hadir setelah inti leksikal frasa verba saja. Kaidah struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi yang terbentuk dengan menggunakan teori X-Bar yaitu: (1) FV Inti; (2) FV Inti + Komp; (3) FV Inti + Ket; (4) FV Inti + Komp + Ket; (5) FV Spec + Inti; (6) FV Spec + Inti + Komp;

(7)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana, 2008:143). Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 2008:24).

Bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa di dunia, yang digunakan oleh masyarakat Indonesia dalam berinteraksi atau berkomuniksi. Bahasa Indonesia merupakan alat pemersatu masyarakat Indonesia yang heterogen karena terdiri dari berbagai etnik atau suku serta bahasa daerah masing-masing.

Bahasa Pakpak Dairi merupakan salah satu dari bahasa daerah yang terdapat di Indonesia, yaitu di Provinsi Sumatera Utara, yang wajib dilindungi dan dikembangkan agar terpelihara kelangsungan budaya daerah yang merupakan kekayaan Negara. Bahasa Pakpak Dairi kurang dikenal di nusantara khususnya di Sumatera Utara bila dibandingkan dengan bahasa daerah lainnya, seperti bahasa Batak Toba, bahasa Batak Karo, bahasa Simalungun, bahasa Mandailing, dan bahasa Melayu. Hal ini disebabkan kurangnya informasi atau pengenalan tentang bahasa Pakpak Dairi baik oleh pemerintah setempat maupun pengguna bahasa tersebut. Selain itu, masyarakat pengguna bahasa Pakpak Dairi juga mampu berbahasa daerah lain atau bilingualis, seperti bahasa Batak Toba atau bahasa Batak Karo dikarenakan faktor geografisnya.

(8)

penuturnya. Misalnya, kemajuan teknologi yang membuat masyarakat Pakpak Dairi lebih menguasai bahasa Indonesia serta menjadikannya bahasa ibu, sehingga anak atau keturunan penutur bahasa tersebut hanya mengenal bahasa Pakpak Dairi sebatas bahasa daerahnya saja tanpa mampu menggunakannya atau berkomunikasi dalam bahasa Pakpak Dairi.

Berdasarkan fakta tersebut di atas, maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian terhadap bahasa Pakpak Dairi untuk ikut memelihara dan mengembangkannya sesuai dengan pasal 36 UUD 1945 bahwa bahasa-bahasa daerah itu harus tetap dihormati dan dipelihara. Salah satu cara untuk tetap memeliharanya adalah dengan melakukan kajian-kajian tentang bahasa tersebut.

Kajian tentang bahasa Pakpak Dairi pernah dilakukan oleh Basaria (2002) dengan judul ‘Analisis Morfologi Verba Bahasa Pakpak Dairi’. Dalam tesisnya, Basaria menyimpulkan bahwa ciri-ciri verba bahasa Pakpak Dairi dapat diteliti melalui perilaku semantik, perilaku sintaksis, dan perilaku morfologisnya. Namun, penelitian tentang frasa verba bahasa Pakpak Dairi jarang sekali dilakukan.

Frasa verba adalah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai intinya tetapi tidak merupakan klausa (Alwi,2003:157). Verba dalam bahasa Pakpak Dairi sangat penting karena menduduki fungsi utama sebagai predikat di dalam kalimat.

Teori X-Bar merupakan salah satu bidang kajian cabang linguistik teoritis, yaitu Tata Bahasa Generatif. Teori ini diperkenalkan oleh Noam Chomsky (1950), seorang filsuf Amerika dan menguasai bidang ilmu linguistik.

(9)

FV adalah verba, inti dari FN adalah nomina, inti dari FP adalah preposisi, dan seterusnya. Jadi, karena verba meninggalkan adalah inti dari frasa meninggalkan rumah maka frasa meninggalkan rumah adalah FV. Kedua, inti terletak satu level lebih rendah dalam hierarki teori X-Bar

daripada konstituen yang menjadi inti tersebut. Maka dalam hierarki X-Bar, verba yang menjadi inti dari FV terletak satu tingkat lebih rendah dari frasanya.

Kemudian, di dalam teori X-Bar dikenal dua tataran proyeksi, yaitu proyeksi X (kategori bar) dan proyeksi maksimal X (kategori frasa dengan bar tertinggi). Kedua tataran proyeksi itu direpresentasikan pada level sintaksis. Sebuah kategori leksikal dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier, maka komplemen yang berkombinasi dengan X akan membentuk proyeksi X-Bar, keterangan yang berkombinasi dengan X akan membentuk proyeksi X-Bar lebih tinggi, dan specifier yang berkombinasi dengan X akan membentuk proyeksi maksimal frasa X. Jadi, kategori bar adalah proyeksi X dan frasa dengan Bar tertinggi ialah proyeksi maksimal dari kategori X.

(10)

Dairi dengan menggunakan teori X-Bar. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam ilmu linguistik.

1.2Rumusan Masalah dan Batasan Masalah 1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

a. Bagaimanakah perilakufungsi gramatikal komplemen (Komp), keterangan (Ket), dan spesifier (Spec.) dalam membentuk struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi berdasarkan teori X-Bar?

b. Bagaimanakah kaidah struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi menurut teori X-Bar? 1.2.2 Batasan Masalah

Suatu penelitian yang tidak diberi batasan akan tidak sampai kepada tujuan penelitian tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah hanya pada struktur frasa verbabahasa Pakpak Dairi.

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini ialah:

a. Untuk mendeskripsikan perilakufungsi gramatikal komplemen (Komp), keterangan (Ket), dan spesifier (Spec) dalam membentuk struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi berdasarkan teori X-Bar

b. Untuk mendeskripsikan kaidah struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi menurut teori X-Bar.

(11)

Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini ialah:

a. Menambah pengetahuan mengenai perilaku fungsi gramatikalkomplemen (Komp), keterangan (Ket), dan spesifier (Spec) dalam membentuk struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi

b. Dapat mengetahui kaidah struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi

c. Menambah referensi bagi peneliti selanjutnya mengenai struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi

(12)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep

Konsep adalah suatu rangkaian kegiatan yang terencana dan sistematis untuk menemukan jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

2.1.1 Struktur

Struktur adalah pengaturan pola dalam bahasa secara sintagmatis (KBBI, 2007). 2.1.2 Frasa Verba

Frasa verba ialah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai intinya, tetapi bentuk ini tidak merupakan klausa. Dengan demikian, frasa verba mempunyai inti dan kata-kata lain yang mendampinginya. Posisi kata pendamping ini tegar (fixed) sehingga tidak dapat dipindahkan secara bebas ke posisi lain (Alwi, 2003:157).

Contoh:

a. Kesehatannya sudah membaik. b. Pesawat itu akan mendarat.

c. Anak-anak tidak harus pergi sekarang. d. Kami harus menulis kembali makalah kami. e. Mahasiswa sering makan dan minum di kantin. f. Kamu boleh menyanyi atau menari.

Konstruksi sudah membaik, akan mendarat, tidak harus pergi, harus menulis kembali,

(13)

kalimat (a-d) di atas masing-masing adalah membaik, mendarat, pergi,dan menulis; verba inti kalimat (e) dan (f) masing-masing adalah makan dan minum dan menyanyi atau menari.

Dari segi perilaku sintaksisnya, verba dapat dibagi menjadi dua, yaitu verba transitif dan verba intransitif. Verba transitif adalah verba yang membutuhkan objek dalam kalimat, atau menurut (Alwi,2003:90), verba transitif adalah verba yang membutuhkan nomina sebagai objek dalam kalimat aktif dan objek itu dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif.

Contoh: a. Ibu sedang membersihkan kamar.

b. Zaman sekarang sulit mencari pekerjaan.

Verba yang bercetak miring dalam kedua kalimat di atas adalah verba transitif yang masing-masing diikuti nomina kamar dan pekerjaan. Kedua nomina yang berfungsi sebagai objek tersebut dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif, seperti:

a.1 Kamar sedang dibersihkan oleh ibu. b.1 Zaman sekarang pekerjaan sulit dicari.

Verba intransitif adalah verba yang tidak memerlukan objek atau tidak memerlukan nomina dibelakangnya.

Contoh: c. Adik sering bermimpi. d. Ayah sedang mandi.

Verba bermimpi dan mandi adalah verba intransitive karena tidak memerlukan nomina sebagai objek dibelakangnya.

2.1.3 Bahasa Pakpak Dairi

(14)

Bahasa Pakpak terbagi dalam beberapa dialek yaitu dialek simsim, dialek keppas, dialek klasen, dialek boang, dan dialek pegagan. Kelima dialek bahasa Pakpak ini tersebar diseluruh daerah penutur bahasa Pakpak. Namun, bahasa Pakpak yang masih terjaga keasliannya adalah bahasa Pakpak dialek simsim yang ada di kabupaten Pakpak Barat.

2.2 Landasan Teori

Setiap penelitian pasti membutuhkan landasan teori sebagai kerangka dasar. Landasan teori yang digunakan adalah sesuatu yang berkaitan dan diharapkan mampu menjadi acuan semua pembahasan masalah dalam penelitian yang dilakukan.

Penelitian ini menggunakan teori Bar yang dipelopori oleh Noam Chomsky. Teori X-Bar menjelaskan struktur frasa secara umum dalam bentuk diagram pohon.

Dalam teori X-Bar, semua frasa memiliki sebuah inti leksikal. Inti adalah simpul akhir yang mendominasi kata atau proyeksi leksikal dari sebuah kategori kata (Napoli,1996 dalam Mulyadi, 2008:23). Maksudnya, inti dari Frasa Nomina (FN) ialah Nomina, inti dari Frasa Ajektiva (FA) ialah Ajektiva, inti dari Frasa Verba (FV) ialah Verba, dan begitu seterusnya. Dalam hierarki X-Bar,inti terletak satu level lebih rendah daripada konstituen yang menjadi inti tersebut. Jadi, dalam hierarki X-Bar, Verba sebagai inti dari Frasa Verba terletak satu level lebih rendah dari frasanya.

(15)

FV

V’

V’

V N

Makan nasi

Kata ‘makan’ merupakan inti verba atau kategori leksikal dari kategori frasa verba ‘makan nasi’.

Hubungan antara kategori leksikal dan kategori frasa dapat digambarkan dalam dua tataran proyeksi, yaitu proyeksi X (kategori Bar) dan proyeksi maksimal X (kategori Bar tertinggi).Diantara kedua kategori tersebut terdapat proyeksi menengah (intermediate projection). Proyeksi menengah (proyeksi antara) tersebut lebih besar daripada kategori leksikal,

tetapi lebih kecil daripada kategori frasa. Artinya, antara kategori leksikal [V] dan kategori frasa [FV] terdapat [V’] sebagai penengah atau perantara keduanya. Kategori inilah yang menjadi dasar munculnya teori X-Bar.

Kedua proyeksi tersebut bertalian erat dengan tiga fungsi gramatikal yang membangun suatu frasa, yakni komplemen, keterangan, dan spesifier. Komplemen (komp.) adalah sebuah argumen internal yang posisinya dibawahi langsung oleh X-Bar pertama (kategori leksikal) (Mulyadi,2002:22).

(16)

a.[ Memalbal pola]i juma ia. Memukul aren di ladang dia ‘Dia memukul aren di ladang’ b. [Menabi dukut] i juma jehe. Menyabit rumput di ladang hilir ‘Menyabit rumput di ladang hilir’ c. [Mendedah dedahenna] genep ari. Menjaga adiknya setiap hari ‘Menjaga adiknya setiap hari’

Ketiga contoh frasa verba di atas, memalbal pola‘memukul aren’; menabi dukut‘menyabit rumput’; dan mendedah dedahenna‘menjaga adiknya’ terdiri atas inti frasa

memalbal‘memukul’, menabi‘menyabit’, dan mendedah‘menjaga’ ditambah dengan nomina

pola‘aren’, dukut‘rumput’, dan dedahenna‘adiknya’. Ketiga nomina tersebut berperilaku

sebagai komplemen.

Keterangan (ket.) adalah sebuah argumen yang bersifat periferal (pilihan) yang dibawahi langsung oleh X-Bar, tetapi posisinya setingkat di atas komplemen.

(17)

c. [Tangis lalap] sedarien ia. Menangis terus sehari ini dia ‘Dia terus menangis seharian’

Frasa verba di atas terdiri dari inti frasa mulak‘pulang’, laus‘pergi’, dan tangis‘menangis’ ditambah dengan aspek lako‘mau’, nggo‘sudah’, dan lalap‘terus’. Aspek pada frasa verba di atas bertindak sebagai keterangan.

Specifier (spec.) adalah sebuah argumen yang sifatnya eksternal dan posisinya setingkat

di atas keterangan, yakni langsung dibawahi oleh X-Bar ganda atau frasa X (FX). Contoh:

[Karina mengurupi bahanna bari]. Semua membantu pestanya kemarin. ‘Semua membantu pestanya kemarin’

Kata karina‘semua’ pada frasa verba di atas bertindak sebagai specifier.

Lebih lanjut, hubungan kategori leksikal dengan komplemen, keterangan, dan spesifier diterangkan sebagai berikut.

Setiap kategori leksikal seperti N,V,A, dan P, yang di dalam teori ini disimbolkan dengan X, dibentuk oleh sebuah komplemen, keterangan, dan spesifier, maka komplemen yang berkombinasi dengan X akan membentuk proyeksi X-Bar, keterangan yang berkombinasi dengan X-Bar akan membentuk proyeksi X-Bar yang lebih tinggi, dan pada level tertinggi spesifier yang berkombinasi dengan X-Bar akan membentuk proyeksi maksimal X. Dengan demikian, kategori Baradalah sebuah proyeksi X dan frasa dengan Bar tertinggi adalah proyeksi maksimal dari kategori X (Mulyadi,2008:23).

(18)

X’’ (FX) │

… X’ …

… X …

Dan, apabila skema itu dilengkapi dengan komplemen, keterangan, dan specifier, maka strukturnya akan menjadi skema berikut.

X” (FX) Spec X’

X’ Ket. X Komp. X” = Spec : X’

X” = X’ :Ket. X” = X : Komp.

Dalam skema di atas, setiap kategori tidak perlu direpresentasikan tersendiri sebab sudah dicakup oleh kaidah yang sudah ada. Dengan cara ini, struktur frasanya menjadi lebih sederhana (Mulyadi,2008:23).

(19)

Contohnya: a. Andi [ makan.]

b. Andi [sedang makan roti.]

Verba [makan] pada contoh di atas sama distribusinya dengan frasa verba (FV) [sedang makan roti]. Status kedua kategori ini sama. Kesimpulannya, sebuah FV dapat dibatasi sebagai sebuah frasa yang memuat inti verba dengan atau tanpa elemen-elemen lain sebagai pewatasnya. 2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan untuk mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan oleh peneliti, maka ada beberapa sumber yang relevan untuk membantu penelitian ini.

Mulyadi (2002) “Frase Preposisi Bahasa Indonesia: Analisis X-Bar” menerangkan bahwa struktur internal FP bahasa Indonesia dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier. Tulisan ini member sumbangan bagi peneliti dalam memahami analisis X-Bar.

Basaria (2002) dalam tesisnya “Analisis Morfologi Verba Bahasa Pakpak Dairi” menyatakan bahwa cirri-ciri verba bahasa Pakpak Dairi dapat diteliti melalui tiga hal, yaitu perilaku semantik, perilaku sintaksis, dan perilaku morfologisnya. Tesis ini member sumbangan bagi peneliti mempelajari perilaku verba bahasa Pakpak Dairi.

Kemuadian, Wahyuni (2004)menyatakan bahwa perilaku frasa Numeralia bahasa Indonesia tidak terbatas sebab kategori yang dapat berfungsi sebagai komplemen tidak terbatas pada Nomina dan Numeralia, tetapi juga dapat berupa Adjektiva. Tulisan ini juga member sumbangan bagi peneliti mempelajari penggunaan X-Bar dalam FA.

(20)

kategori Adverbia, frasa Preposisi, dan Adjektiva. Kategori yang mendampingi inti leksikal tidak terbatas hanya berupa kategori kata, tetapi juga kategori frasa yaitu frasa Preposisi. Selain itu, inti leksikal pada frasa Adjktiva bahasa Batak Toba bukan hanya terdiri dari satu kata melainkan dapat juga terdiri dari dua kata. July Fernando menemukan dua belas kaidah frasa Adjektiva bahasa Batak Toba. Penelitian ini memberi sumbangan bagi penulis mempelajari teori X-Bar yang diaplikasikan dalam FA bahasa Batak Toba.

Mulyadi (2008) “Struktur Frasa Adjektiva dalam Bahasa Indonesia” menerangkan bahwa struktur internal FA bahasa Indonesia dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier. Tulisan ini juga member sumbangan bagi peneliti mempelajari analisis X-Bar lebih mendalam.

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Wilayah penutur bahasa Pakpak terbagi dalam beberapa kabupaten, yaitu : 1. Kabupaten Dairi, ibu kotanya Sidikalang, 15 kecamatan,

2. Kabupaten Aceh Singkil, ibu kotanya Singkil, 15 kecamatan, 3. Kabupaten Pakpak Bharat, ibu kotanya Salak, delapan kecamatan, 4. Kota Madya Subulussalam, ibu kotanya Subulussalam, lima kecamatan,

5. Kabupaten Tapanuli Tengah, ibu kotanya Pandan, enam kecamatan ( Kecamatan Barus, Barus Utara, Sosor Gadong, Andam Dewi, Manduamas, dan Sirandorung).

6. Kabupaten Humbang Hasundutan, ibu kotanya Dolok Sanggul, tiga kecamatan ( kecamatan Pakkat, Parlilitan, dan Tara Bintang).

Tanah Batak Pakpak terletak antara 097.33.29,4 B.T – 098.49.18,6 B.T dan 02.00.42,6 L.U. – 03.105.01,3 L.U. Batas-batas wilayahnya, sebelah utara berbatasan dengan Aceh Tenggara dan Aceh Selatan; sebelah Timur berbatasan dengan Tanah Karo; sebelah Selatan berbatasan dengan Tapanuli Utara; sebelah Barat berbatasan dengan Tapanuli Tengah (Ringgas Maibang,2009 :3-4).

Lokasi atau tempat penelitian penulis adalah di Lae Trondi, desa Boang Manalu, kecamatan Salak, kabupaten Pakpak Barat.

3.1.2 Waktu Penelitian

(22)

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah objek penelitian. Dalam penelitian linguistik, populasi pada umumnya ialah keseluruhan individu dari segi-segi bahasa (Subroto, 2007:36). Maka, populasi penulis adalah seluruh masyarakat penutur bahasa Batak Pakpak yang bermukim diLae Trondi, desa Boang Manalu, kecamatan Salak, kabupaten Pakpak Bharat.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian langsung. Sampel mewakili populasi secara keseluruhan (Sobroto,2007;36). Dalam penelitian ini, penulis mengambil lima informan yang bermukim di daerah tersebut.

Dalam Mahsun (1995: 106) kriteria-kriteria sampel atau seorang informan adalah: 1. Berjenis kelamin pria atau wanita;

2. Berusia antara 25- 65 tahun (tidak pikun);

3. Orang tua, istri, atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu serta jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya;

4. Memiliki kebanggan terhadap isolek dan masyarakat isoleknya; 5. Dapat berbahasa Indonesia;

6. Sehat jasmani dan rohani;

7. Berpendidikan maksimal tamat pendidikan dasar (SD-SLTP);

8. Berstatus sosial menengah (tidak rendah atau tidak tinggi) dengan harapan tidak terlalu tinggi mobilitasnya; dan

(23)

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan metode cakap dalam pengumpulan data. Metode cakap adalah melakukan percakapan atau kontak antara peneliti dengan penutur bahasa yang diteliti (Sudaryanto:1993:139). Metode tersebut dilakukan dengan teknik pancing, yaitu dengan berbagai cara agar beberapa orang mau berbicara. Hal ini karena penulis merupakan penutur bahasa Pakpak. Selanjutnya, penelitimemakai teknik catat untuk lebih melengkapi pengumpulan data, yaitu pencatatan data yang dianggap penting pada kartu data atau disket (sudaryanto, 1993:139).

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data

Langkah selanjutnya yang dilakukan setelah data yang diperlukan terkumpul adalah menganalisis data tersebut atau disebut dengan tahap analisis data. Dalam tahap ini, peneliti menggunakan metode agih (Sudaryanto, 1993:31). Metode agih ialah metode analisis data-data bahasa dengan teknik bagi unsur langsung, yaitu membagi-bagi unsur inti bahasa yangmenjadi objek kajian peneliti, yaitu bahasa Pakpak Dairi, dengan unsur lainnya.

Contoh: a. [Enggo roh] bapa.

(24)

Kemudian, teknik bagi unsur langsung tersebut akan dilanjutkan dengan teknik lesap. Yaitu, teknik melesapkan unsur yang menjadi pokok perhatian dalam proses analisis untuk mengetahui kadar keintian unsur yang dilesapkan terebut. Contohnya, pada frasa enggo roh‘sudah datang’, inti frasanya adalah roh‘datang’. Bila inti ini dilesapkan, *enggo bapa‘sudah

ayah’, artinya menjadi tidak gramatikal. Demikian halnya dengan frasa verba kitasak nakan pengurupi‘memasak nasi pekerja’. Apabila inti leksikal kitasak‘memasak’ dihilangkan, maka

kalimat tersebut tidak gramatikal. *nakan pengurupi berrungku‘nasi pekerja putriku’.

Selanjutnya, peneliti menggunakan teknik ganti, yaitu teknik mengganti satuan lingual yang menjadi pokok perhatian peneliti dengan satuan lingual pengganti. Contohnya, frasa enggo roh‘sudah datang’, apabila inti frasa roh‘datang’ diganti dengan laus‘pergi’ menjadienggo laus

‘sudah pergi’, maka hasilnya masih tetap berterima atau gramatikal. Sama halnya dengan frasa verba kitasak nakan‘memasak nasi’, apabila inti leksikal kitasak‘memasak’ diganti dengan

kipangan‘memakan’ menjadi kipangan nakan pengurupi berrungku‘memakan nasi pekerja

putriku’ maka kalimat ini juga masih berterima.

Peneliti juga menggunakan teknik perluas, yaitu suatu teknik memerluas satuan lingual yang bersangkutan dengan unsur tertentu. Contohnya, frasa enggo roh‘sudah datang’ diperluas menjadi enggo naing roh‘sudah mau datang’ masih tetap berterima secara gramatikal. Frasa verba kitasak nakan‘memasak nasi’ dapat diperluas menjadi lako kitasak nakan ‘ingin memasak nasi’, maka kalimatnya tetap masih berterima.

3.5 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

(25)

Penyajian Frasa Verba bahasa Pakpak Dairi secara formal berwujud hierarki struktural, yaitu struktur yang digambarkan dengan diagram pohon X-Bar yang dikembangkan oleh Chomsky. Sedangkan penyajian Frasa Verba bahasa Pakpak Dairi secara informal adalah menjelaskan dengan kata-kata biasa. Hal ini dilakukan untuk memudahkan memahami diagram pohon, terutama untuk masyarakat awam yang belum mengenal Teori X-Bar.

Penyajian formal dan informal Frasa Verba bahasa Pakpak Dairi dengan Teori X-Bar akan terlihat sebagai berikut:

FV→ V

FV V’ V’

V Mangan ‘makan’

Frasa verba dapat langsung menurunkan inti leksikal tanpa pewatas, yaitu verba mangan‘makan’.

FV → Spec + Ket + Inti

FV

Spec V’

Aspek V’

(26)
(27)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Perilaku Fungsi Gramatikal Frasa Verba Bahasa Pakpak Dairi

Kaidah struktur frasa verba (FV) dalam teori X-Bar berhubungan dengan tiga fungsi gramatikal, yaitu komplemen (Komp.), keterangan (Ket), dan specifier (Spec). Komplemen (komp.) adalah sebuah argumen internal yang posisinya dibawahi langsung oleh V’ (Verba-Bar) pertama; keterangan (ket.) adalah sebuah argumen yang bersifat periferal (pilihan) yang

dibawahi langsung oleh V-Bar, tetapi posisinya setingkat di atas komplemen; dan spesifier (spec.) adalah sebuah argumen yang sifatnya eksternal dan posisinya setingkat di atas keterangan, yakni langsung dibawahi oleh V-Bar ganda atau frasa verba (FV).

4.1.1 Komplemen (Komp)

Dalam bahasa Pakpak Dairi, komplemen ikut berperan membentuk frasa verba bahasa Pakpak Dairi. Kehadiran komplemen dalam frasa verba bahasa Pakpak Dairi tersebut bersifat wajib pada frasa verba transitif, yaitu verba yang membutuhkan objek dibelakangnya.

Komplemen yang melengkapi frasa verba bahasa Pakpak Dairi berkategori nomina. Hal ini dapat dilihat pada contoh-contoh berikut.

(1) [kitambari omak ] nampun. Mengobati ibu bibi ‘Bibi mengobati ibu’

(28)

(3) [Mengembah berru] si Anu.

Pada (1 s.d. 4), FV kitambari omak‘mengobati ibu’, kitangkih neur ‘memanjat kelapa’, mengembah berru‘membawa perempuan’, dan menuan gadong‘menanam ubi’ terdiri dari inti

leksikal masing-masing kitambari‘mengobati’, kitangkih‘memanjat’, mengembah‘membawa’, dan menuan‘menanam’ ditambah Nomina ukurku‘hatiku’, neur‘kelapa’, berru‘perempuan’, dan gadong‘ubi’. Kehadiran nomina dalam frasa verba tersebut berperilaku sebagai komplemen.

(29)

‘Paman menanam’

Frasa Verba pada contoh (1 s. d. 4) dapat direpresentasikan pada skema X-Barberikut.

FV Verba + Nomina

(1) FV (2) FV

V’ V’

V N V N

Kitambariukurku Kitangkihneur

‘Mengobati hatiku Memanjatkelapa’

(3) FV (4) FV

V’ V’

V N V N

Mengembah berru Menuan gadong

‘Membawa perempuan Menanam ubi’

Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa komplemen dalam frasa verba bahasa Pakpak Dairi bersifat wajib dan hadir hanya setelah inti leksikal yaitu di sebelah kanan inti leksikal frasa verba bahasa Pakpak Dairi.

4.1.2 Keterangan (Ket)

(30)

(1) [pellen mangan] ia. Hanya makan dia ‘Dia hanya makan’ (2) [Lako sohisapo] bapa.

Akan sampai di rumah ayah. ‘Ayah akan sampai/tiba di rumah.’ (3) [Lalap merengut]abena.

Selalu cemberut wajahnya ‘Wajahnya selalu cemberut’ (4) [nggatitertunduhi sikkola] ia.

Sering mengantuk di sekolah dia ‘Dia sering mengantuk di sekolah’

Pada contoh-contoh di atas, inti leksikal dari FV pellen mangan ‘hanya makan’, lako soh i sapo‘akan sampai di rumah’, lalap merengut abena‘selalu cemberut wajahnya’, dan nggati

tertunduh i sikkola ‘sering ngantuk di sekolah’ masing-masing adalah makan ‘makan’,

soh‘sampai’, merengut‘cemberut’, dan tertunduh‘mengantuk’. Aspek pellen‘hanya’, lako‘akan’,

lalap‘selalu’,dan nggati‘sering’ berperan sebagai keterangan. Aspek tersebut hadir di awal inti

frasa verba bahasa Pakpak Dairi. Apabila keempat aspek tersebut dilesapkan, kalimat yang dihasilkan masih gramatikal karena inti leksikal dapat berdiri sendiri.

(31)

(6) [Soh] i sapo bapa. Sampai di rumah ayah. ‘Ayah sampai di rumah.’ (7) [Merengut abena.]

Cemberut wajahnya ‘Wajahnya cemberut’ (8) [tertunduh] i sikkola ia.

Mgantuk di sekolah dia ‘Dia mengantuk di sekolah’

Sebaliknya, apabila inti leksikalnya yang dilesapkan, maka kalimat yang terbentuk tidak gramatikal karena keterangan tidak dapat berdiri sendiri.

(9) *Pellen ia. Hanya dia ‘Dia hanya.’ (10) *Lakobapa.

Akan ayah ‘Ayah akan’ (11) *Lalap abena.

Selalu wajahnya ‘Wajahnya selalu’ (12) *Nggati ia.

(32)

‘Dia sering’

Frasa verba (5 s.d. 8) di atas dapat disajikan dalam diagram pohon (pohon X-Bar) sebagai berikut.

(5) FV (6) FV

V’ V’

Asp V’ Asp V’

V V

PellenmanganLako soh

‘Hanyamakan’‘Akan sampai’

(7) FV (8) FV

V’ V’

Asp V’ Asp V’

V V

Lalap merengut Nggati tertunduh ‘Selalu cemberut’‘Sering mengantuk’

Kehadiran keterangan dalam membentuk frasa verba bahasa Pakpak Dairi tidak hanya di sebelah kiri inti leksikal atau sebelum inti leksikal, tetapi juga dapat hadir di sebelah kanan inti leksikal frasa verba bahasa Pakpak Dairi.

Contoh:

(33)

(10) [Rohmi sapona] perengge-rengge . Datang ke rumahnya pedagang ‘Pedagang datang ke rumahnya.’ (11) [Merdalan hanjar-hanjar] popung.

Berjalan pelan-pelan nenek ‘Nenek berjalan pelan-pelan’ (12) [Ngutnguten sambing] mbu.

Menggerutu saja bibi ‘Bibi menggerutu saja’

Dalam frasa verba di atas, frasa nomina rebbak popungna‘bersama neneknya’ dan frasa preposisi mi sapona ‘ke rumahnya’, hadir setelah inti leksikal itadingken‘ditinggalkan’ dan roh‘datang’.

Kemudian, frasa adjektiva hanjar-hanjar‘pelan-pelan’ dan aspek sambing ‘saja’ juga hadir di sebelah kanan inti leksikal merdalan ‘berjalan’, dan ngutnguten‘menggerutu’. Kehadiran FN, FP, FA, dan aspek dalam frasa verba Pakpak Dairi tersebut berfungsi sebagai keterangan. Walaupun aspek tersebut hadir setelah inti leksikal, perannya sama dengan aspek yang hadir sebelum inti leksikal. Artinya, struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi tetap gramatikal tanpa kehadiran FN, FP, FA, dan aspek tersebut di akhir inti leksikal.

(34)

(9) FV (10) FV

V’ V’

V’ FN V’ FP

V V

Itadingken rebbak popungna Roh mi sapona

‘Ditinggalkan bersama neneknya’‘Datang ke rumahnya’

(11) FV (12) FV

V’ V’

V’ FA V’ Asp.

V V

Merdalan hanjar-hanjar Nngutnguten sambing

‘Berjalan pelan-pelan’‘Menggerutu saja’

Jadi, dari contoh-contoh di atas dapat disimpulkan bahwa frasa verba bahasa Pakpak Dairi dapat dibentuk oleh inti leksikal ditambah frasa preposisi, frasa nomina, frasa adjektiva, dan aspek yang berperan sebagai keterangan, yang mana keterangan tersebut dapat hadir di awal dan di akhir inti leksikal.

4.1.3 Specifier (Spec)

Specifier (Spec) adalah sebuah argumen yang sifatnya eksternal dan posisinya langsung

dibawahi V-Bar ganda (FV). Specifier juga berperan membentuk frasa verba bahasa Pakpak Dairi. Specifier yang melengkapi FV bahasa Pakpak Dairi berkategori penjumlah dan penunjuk ini/itu.

(35)

(13) [Karina mengembah dukakna mella lot bahan i kuta.] Semua membawa anaknya kalau ada pesta di kampung ‘Semua membawa anaknya kalau ada pesta di kampung’ (14) [Situk rohkakadena.]

Sedikit datang saudaranya ‘Sedikit datang saudaranya’ (15) [Mbue turah dukut.]

Banyak tumbuh rumput ‘Banyak tumbuh rumput’

Pada kalimat (13-15), FV karina mengembah dukakna mella lot bahan i kuta‘semua membawa anaknya kalau ada pesta di kampung’, situk roh kakadena ‘sedikit datang keluarganya’, dan mbue turah dukut ‘banyak tumbuh rumput’; terdiri dari inti leksikal mengembah ‘membawa’, roh ‘datang’, dan turah ‘tumbuh’. Kemudian kata karina‘semua’, situk

‘sedikit’, dan mbue ‘banyak’ hadir di awal frasa sebagai specifier. Specifier ini berfungsi menerangkan frasa verba di depannya. Jika diaplikasikan dalam pohon X-Bar, maka hasilnya sebagai berikut.

(13) FV

Spec V’

V’ Klausa V N

Karina mengembah dukakna mella lot bahan i kuta

(36)

(14) FV

Spec V’

V N Situkrohkakadenana

‘Sedikitdatang kelurganya’

(15) FV

Spec V’

V N Mbue turah dukut

‘Banyak tumbuh rumput’

Dari contoh di atas, terlihat jelas bahwa kata yang berkategori penjumlah seperti karina ‘semua’, situk ‘sedikit’, dan mbue ‘banyak’ sebagai specifier dapat hadir di awal FV bahasa Pakpak Dairi

Selain contoh di atas, specifier juga hadir di akhir FV bahasa pakpak dairi. Artinya, specifier hadir sebagai penutup frasa verba bahasa Pakpak Dairi.

Contoh:

(16) [Pitakken i]! (17) [Jemput i]!

Buang itu Pungut itu

‘Buang itu!’ ‘Pungut itu!’

(18) [Pangan en]! (19) [Embah en]!

Makan ini Bawa ini

(37)

Contoh frasa verba bahasa Pakpak di atas terdiri dari inti leksikal pitakken‘buang’, jemput‘pungut’, pangan‘makan’, dan embah‘bawa’. Penunjuk en‘ini’ dan i‘itu’ hadir di akhir

frasa sebagai specifier. Posisi specifier tersebut berfungsi menutup frasa verba di depannya. Contoh-contoh struktur frasa verba (16 s.d. 19) di atas akan terlihat sebagai berikut dalam skema X-Bar.

Dari contoh-contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa frasa verba bahasa Pakpak Dairi dapat dibentuk oleh specifier yang hadir di awal dan di akhir frasa.

4.2 Kaidah Struktur Frasa Verba dalam Bahasa Pakpak Dairi

Berdasarkan analisis perilaku fungsi gramatikal frasa verba bahasa Pakpak Dairi di atas, maka terbentuklah beberapa kaidah frasa verba bahasa Pakpak Dairi.

(38)

1. Frasa Verba bahasa Pakpak Dairi terdiri dari inti (FV Inti)

Dalam bahasa Pakpak Dairi, frasa verba dapat terdiri dari satu kata yang distribusinya sama dengan frasa lengkap.

Contoh:

(20) [Mangan] bapa. (21) [Mate] manuk. makan ayah mati ayam

‘Ayah makan’ ‘Ayam mati’

(22) [Meddem] omak. (23) [Tedoh] aku. Tidur ibu Rindu aku

‘Ibu tidur’ ‘Aku rindu’

Dalam pohon X-Bar, contoh-contoh di atas akan terlihat sebagai berikut.

(20) FV (21) FV (22) FV (23) FV

V’ V’ V’ V’

V’ V’ V’ V’

V V V V

Mangan Meddem Mate Teddoh

‘Makan’‘tidur’‘Mati’‘Rindu’

(39)

2. Frasa Verba bahasa Pakpak Dairi dibentuk oleh inti leksikal + komplemen (FV Inti + Komp)

Dalam bahasa Pakpak Dairi, frasa verba dapat dibentuk oleh inti leksikal bersama dengan komplemen. Komplemen dalam frasa verba bahasa Pakpak Dairi berkategori nomina.

Contoh:

(24) [Menuancina]puhun . (25) [Menakil seban] dukakku.

menanam cabai paman Memotong kayu anakku ‘Paman menanam cabai’ ‘Anakku memotong kayu’

(26) [Menabi dukut] turang. (27) [Kipangan neur] si Pulan. Menyabit rumput abang Memakan kelapa si Pulan ‘Abang menyabit rumput’ ‘Si Pulan memakan kelapa’ Bila disajikan dalam skema X-Bar, contoh-contoh di atas akan terlihat sebagai berikut.

(24) FV (25) FV

V’ V’

V N V N Menuancina Menabi dukut

‘Menanam cabai’‘Menyabit rumput’

(26) FV (27) FV

V’ V’

V N V N Menakil seban Kipangan neur

(40)

Pada skema di atas, FV dibentuk oleh inti leksikal menuan‘menanam’, menabi‘menyabit’,

menakil‘memotong’, dan kipangan‘memakan’ ditambah N cina‘cabai’, dukut‘rumput’,

seban‘kayu’, dan neur‘kelapa’ sebagai komplemen. Keterangan dan specifier tidak hadir dalam

struktur tersebut sehingga FV tidak bercabang dan langsung mendominasi konstituen V’.

3. Frasa verba bahasa Pakpak Dairi dibentuk oleh inti leksikal + keterangan (FV Inti + Ket) Selain komplemen, frasa verba bahasa Pakpak Dairi dapat dibentuk oleh inti leksikal dan keterangan. Keterangan tersebut berkategori frasa adjektiva, frasa preposisi, dan aspek. Keterangan dapat hadir di awal dan di akhir inti frasa verba bahasa Pakpak Dairi.

Contoh:

(28) [Paulakmibekasna]. Kembalikan ke tempatnya ‘Kembalikan ke tempatnya.’ (29) [Tangis lalap] dedahenku.

Menangis selalu adikku ‘Adikku selalu menangis’ (30) [Mengido sambing] bahanna.

Meminta saja kerjaannya ‘Kerjaannya meminta saja’

(41)

Struktur frasa verba (28) dibentuk oleh inti verba paulak‘kembalikan’ ditambah frasa preposisi mi bekasna‘ke tempatnya’ sebagai keterangan. Kemudian skema frasa verba (29-30) didominasi inti leksikal tangis‘menangis’ dan mengido‘meminta’ ditambah dengan kehadiran aspek lalap‘selalu’ dan sambing‘saja’ sebagai keterangan. Terakhir, struktur frasa verba (31) dibentuk oleh inti leksikal pesada‘satukan’ ditambah dengan kehadiran frasa adjektiva si ndurun engket si mbersih ‘yang kotor dengan yang bersih’ yang berfungsi sebagai keterangan.

Dalam skema X-Bar, contoh-contoh di atas akan terlihat sebagai berikut.

(28) FV (29) FV

V’ V’

V’ FP V’ Asp

V V

Paulak mi bekasna Tangis lalap ‘Kembalikan ke tempatnya’‘Menangis selalu’

(30) FV (31) FV

V’ V’

V Asp V FAdj

Mengido sambing Pesada si ndurun engket si mbersih

‘Meminta saja’‘Satukan yang kotor dengan yang bersih

(42)

4. Frasa verba bahasa Pakpak Dairi dibentuk oleh inti leksikal + komplemen + keterangan (FV Inti + Komp + Ket)

Frasa verba bahasa Pakpak Dairi juga dapat dibentuk oleh inti leksikal bersama dengan komplemen dan keterangan. Komplemen yang mengisi frasa verba tersebut berkategori nomina, sedangkan keterangan berkategori frasa adjektiva, frasa preposisi, dan aspek.

Contoh:

(32) [Menapukopideng] omak. Memetik kopi sedang ibu ‘Ibu sedang memetik kopi.’

(33) [Menaruhken kepeng mi bank] aku. Mengantarkan uang ke bank aku ‘Aku menabung uang ke bank’ (34) [Kipangan roroh si merasa i] ia.

Memakan sayur yang enak itu dia ‘Dia memakan sayur yang enak itu’ (35) [Mengula sabahsi mbellang ] bapa. Mengolah sawah yang lebar ayah ‘Ayah mengolah sawah yang lebar.’

(43)

(32) FV V’

V’ Asp.

V N

Menapukopideng

‘Memetik kopi sedang’

(33) FV

V’

V’ FP

V N

Menaruhken kepeng mi bank

‘Mengantarkan uang ke bank’

(34) FV

V’

V’ FAdj.

V N

Kipanganrorohsi merasa i

(44)

(35) FV V’

V’ FAdj.

V N

Mengulasabahsi mbellang

‘Mengolah sawah yang lebar’

Struktur frasa verba di atas menunjukkan V’ yang berulang (iteratif). Pada frasa verba (32), inti verba menapu‘memetik’ bersama nomina kopi‘kopi’ yang berperan sebagai komplemen, didominasi oleh V’ (V-Bar) terendah. Kemudian, V’ (V-Bar) terendah tersebut bersama dengan aspek deng‘sedang’ sebagai keterangan didominasi V’ (V-Bar) tertinggi.

Struktur frasa verba (33) terdiri dari inti leksikal menaruhken‘mengantarkan’ ditambah nomina kepeng ‘uang’ sebagai komplemen. Inti leksikal dan komplemen tersebut didominasi V’ (V-Bar) terendah. V’ (V-Bar) terendah ditambah frasa preposisi mi bank ‘ke bank’ yang berperan sebagai keterangan didominasi V’ (V-Bar) tertinggi.

Begitu juga dengan struktur frasa verba (34-35), V’ (V-Bar) terendah didominasi oleh inti leksikal kipangan‘memakan’ dan mengula‘mengolah’ berkombinasi dengan nomina roroh‘sayur’ dan sabah‘sawah’. Kemudian V’ terendah berkombinasi dengan FAdj. si merasa i‘yang enak itu’ dan si mbellang‘yang lebar’ membentuk V’ (V-Bar) tertinggi.

Pada keempat frasa verba bahasa Pakpak Dairi di atas, specifier tidak hadir sehingga FV tidak bercabang.

(45)

Pembentukan frasa verba bahasa Pakpak Dairi dapat juga dihadiri specifier di awal inti leksikalnya. Dalam kasus ini, komplemen dan keterangan tidak hadir.

Contoh:

(36) [Mbuetumatak]. (37) [Situk dapet] . Banyak menari Sedikitdapat ‘Semua menari.’ ‘Sedikit dapat’ (38) [Karina medem]. (39) [Karina merengut].

Semua tidur Semua cemberut ‘Semua tidur’ ‘Semua cemberut’

Dalam skema X-Bar, keempat contoh frasa verba bahasa Pakpak Dairi di atas akan terlihat sebagai berikut.

(36) FV (37) FV

Spec V’ Spec V’

V V

Mbue tumatak Situkdapet

‘Banyak menari’‘Sedikit dapat’

Keempat struktur frasa verba di atas, masing-masing terdiri dari inti leksikal

(46)

didominasi V’ tertinggi. Di awal frasa, penjumlahmbue ‘banyak’. situk ‘sedikit’, dan karina ‘semua’ sebagai specifier hadir langsung didominasi FV. Komplemen dan keterangan tidak hadir sehingga V’ tidak berulang ( iteratif).

6. Frasa verba bahasa Pakpak Dairi dibentuk oleh specifier + inti leksikal + komplemen ( FV Spec + Inti + Komp)

Dalam kaidah ini, frasa verba bahasa Pakpak Dairi dibentuk oleh specifier di awal inti frasa dan dilengkapi dengan hadirnya komplemen.

Contoh:

(40) [Karina kilagai ia]. Semua memarahi dia ‘Semua memarahi dia’

(41) [Mbue mengembah luah]. Banyak membawa oleh-oleh ‘Banyak membawa oleh-oleh’ (42) [Karina kingutnguti ia].

Semua memarahi dia ‘Semua memarahi dia’ (43) [Situk menjahabukku].

Sedikit membaca buku ‘Sedikit membaca buku.’

(47)

(40) FV (41) FV

Spec V’ Spec V’

V N V N

KarinakilagaiiaMbuemengembah luah

‘Semua memarahi dia’‘Banyak membawa oleh-oleh’

(42) FV (43) FV

Spec V’ Spec V’

V N V N

Karina kingutnguti ia Situk menjaha bukku

‘Semua memarahi dia’‘Sedikit membaca buku’

Pada struktur frasa verba (40-43) di atas, Specifier hadir di awal frasa yaitu langsung didominasi FV. Inti verba kilagai‘memarahi’, mengembah‘membawa’, kingutnguti‘memarahi’, dan menjaha‘membaca’ bersama dengan N ia‘dia’, luah‘oleh-oleh’, dan bukku‘buku’ sebagai komplemen langsung membentuk V’. Keterangan tidak hadir pada struktur ini sehingga V’ tidak berulang.

7. Frasa verba bahasa Pakpak Dairi dibentuk oleh specifier + inti leksikal + keterangan (FV Spec + Inti + Ket)

Dalam kaidah ini, frasa verba bahasa Pakpak Dairi dibentuk oleh specifier yang hadir di awal inti leksikal ditambah keterangan. Struktur ini tidak lengkap karena komplemen tidak berkontribusi membentuk frasa.

Contoh:

(48)

Sedikitpulang ke kampung perantau ‘Sedikit perantau pulang ke kampung.’ (45) [Karina meddem deng] perkebbas.

Semua tidur sedang pekerja ‘Semua pekerja sedang tidur’ (46) [Karina mermeam soh lolona] .

Semua bermain dengan gembiranya. ‘Semua bermain dengan gembiranya’ (47) [Mbue laus cegen-cegen].

Banyak pergi pagi-pagi ‘Banyak pergi pagi-pagi’

Struktur frasa verba (44-47) di atas akan terlihat sebagai berikut bila diaplikasikan dalam skema X-Bar.

(44) FV

Spec V’

V FP

Sedikit mulak mi kuta

‘Sedikit pulang ke kampung’

(45) FV

(49)

V Asp

Pada struktur frasa verba (44) di atas, tidak terdapat komplemen sehingga inti leksikalnya mulak ‘pulang’ berkombinasi dengan FP mi kuta‘ke kampung’ langsung didominasi V’ (V-Bar) tertinggi. Struktur frasa verba (45) terdiri dari inti leksikal meddem‘tidur’ bersama dengan aspek deng‘sedang’ sebagai keterangan membentuk V’ (V-Bar) tertinggi. Kemudian, struktur frasa verba (46) terdiri dari inti leksikal mermeam‘bermain’ ditambah keterangan soh lolona‘dengan gembiranya’ yang berkategori FAdjektiva membentuk V’ (V-Bar) tetinggi. Sama

halnya dengan struktur frasa verba (47), inti leksikal laus ‘pergi’ bersama dengan adverbial cegen-cegen ‘pagi-pagi’ yang berperan sebagai keterangan membentuk V’ tertinggi.

(50)

8. Frasa verba bahasa Pakpak Dairi dibentuk oleh keterangan + inti leksikal

(FV Ket + Inti)

Berbeda dengan kaidah sebelumnya, kaidah ini membuktikan bahwa frasa verba bahasa Pakpak Dairi dapat dibentuk oleh inti leksikal frasa verba ditambah keterangan yang hadir di awal inti leksikal.

Contoh:

(48) [Nggo meddem] popung. (49) [I sapo mangan] poli. Sudah tidur nenek Di rumah makan kakek ‘Nenek sudah tidur’ ‘Kakek makan di rumah’

(50) [Baremben roh] kalak i. (51) [Pande meretong] Si Anu. Besok datang mereka Pandai berhitung Si Anu ‘Mereka datang besok’ ‘Si Anu pandai berhitung ’

Jika disajikan dalam skema X-Bar, struktur frasa verba (51-54) di atas akan terlihat sebagai berikut.

(48) FV (49) FV

V’ V’

Asp V Adv V

Nggomeddem Baremben Roh

‘Sudah tidur’ ‘Besok datang’

(50) FV (51) FV

V’ V’

(51)

I sapo mangan Pande meretong

‘Di rumah makan’ ‘Pandai berhitung’

Dalam struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi di atas, keterangan yang hadir di awal inti frasa berkategori aspek, FP, Adv, dan Adj. Struktur frasa verba (48) dibentuk oleh inti leksikal meddem‘tidur’ ditambah aspek nggo‘sudah’. Struktur FV kedua (49) dibentuk oleh inti leksikal roh‘datang’ berkombinasi dengan Adv. baremben‘besok’. Begitu juga dengan FV (50-51), keduanya masing-masing terdiri dari inti leksikal mangan‘makan’ dan meretong‘berhitung’ ditambah FPi sapo‘di rumah’ dan Adj. pande‘pandai’.

Keempat contoh FV bahasa Pakpak Dairi di atas langsung didominasi V’ tertinggi. Komplemen tidak hadir sehingga V’ tidak berulang. FV juga tidak bercabang karena specifier tidak hadir pada frasa verba tersebut.

9. Frasa verba bahasa Pakpak Dairi dibentuk oleh keterangan + inti leksikal + komplemen (FV Ket + Inti + Komp.)

Selanjutnya, frasa verba bahasa Pakpak Dairi dapat dibentuk oleh keterangan di awal inti leksikal ditambah kehadiran komplemen setelah inti leksikal.

Contoh:

(52) [Lako mendahi mbu]. Ingin mengunjungi bibi ‘Ingin mengunjungi bibi.’

(52)

(54) [Mi juma menaruhken pupuk ].

(53)

V N Mi juma menaruhken pupuk

‘Ke ladang mengantarkan pupuk’

(55) FV

V’

Adj V’

V N Peddik memere kepeng

‘Pelit memberi uang’

Frasa verba (52-55) di atas terbentuk oleh dua V’ (V-Bar). V’(V-Bar) terendah mendominasi inti leksikal mendahi‘mengunjungi’, menuan‘menanam’,

menaruhken‘mengantarkan’, dan memere‘memberi’ ditambah N mbu‘bibi’, page‘padi’,

pupuk‘pupuk’, dan kepeng‘uang’ yang berfungsi sebagai komplemen. Kemudian, V’ (V-Bar)

terendah bersama dengan aspek lako‘ingin’, adverbiagendari‘sekarang’,FP mi juma‘ke ladang’, dan adjektiva peddik‘pelit’ yang berperan sebagai keterangan hadir di awal frasa membentuk V’ (V-Bar) tertinggi. Specifier tidak hadir pada frasa verba tersebut sehingga FV tidak bercabang.

(54)

Tidak selamanya frasa verba bahasa Pakpak Dairi dihadiri oleh ketiga fungsi gramatikalnya. Pada kaidah ini, FV bahasa Pakpak Dairi dibentuk oleh inti leksikal dan specifier yang hadir di akhir frasa.

Contoh:

(56) [Embah i!] (57) [Rakut en!]

Bawa itu Ikat ini

‘Bawa itu’ ‘Ikat ini’

(58) [Pitakken i!] (59) [Pakade en!] Buang itu Perbaiki ini ‘Buang itu!' ‘Perbaiki ini!’

Penyajian keempat FV di atas dalam skema X-Bar akan terlihat sebagai berikut.

(56) FV (57) FV

V Spec V Spec

Embahi Rakut en

‘Bawa itu’ ‘Ikat ini’

(58) FV (59) FV

V Spec V Spec

Pitakken i Pakade en

‘Buang itu’ ‘Perbaiki ini’

(55)

pitakken‘buang’, rakut‘ikat’, dan pakade‘perbaiki’. Specifieri‘itu’ dan en‘ini’ hadir di akhir frasa

langsung didominasi FV.

11. Frasa verba bahasa Pakpak Dairi dibentuk oleh keterangan + inti leksikal + keterangan(FV Ket + Inti + Ket)

Dalam frasa verba bahasa Pakpak Dairi, keterangan dapat hadir dua kali, di awal dan di akhir inti leksikal frasa verba.

Contoh:

(60) [Lako mulak baremben] si Pulan. Akan pulang besok si Pulan

Sudah pergi tadi saudaraku ‘Saudaraku sudah pergi tadi’

Contoh-contoh frasa verba di atas akan terlihat sebagai berikut dalam skema X-Bar.

(60) FV

V’

(56)

Asp V

(57)

Dalam struktur FV (60) tersebut, terdapat dua V’ (V-Bar) yang sama-sama diisi oleh keterangan. V’ terendah didominasi aspek lako‘akan’ yang hadir di awal inti leksikalsebagai keterangan dan berkombinasi dengan inti leksikal mulak‘pulang’. V’ tertinggi mendominasi V’ terendah dan adverbiabaremben‘besok’ di akhir inti leksikal yang bertindak sebagai keterangan juga.

Sama halnya dengan FV (61-63), terdapat V’ (V-Bar) yang berulang. Pada contoh (61), V’ terendah mendominasi inti leksikal laus‘pergi’ ditambah keterangan madeng‘belum’ berkategori aspek yang hadir di awal inti leksikal. V’ terendah tersebut bersama dengan keterangan berkategori FP, mi juma‘ke ladang’ yang hadir di akhir inti frasa membentuk V’ tertinggi. Kemudian, contoh FV (62) terdiri dari aspek lako‘akan’ bersama dengan inti leksikal ibaing‘dibuat’ membentuk V’ terendah. V’ terendah tersebut bersama dengan adjektiva

mbaru‘baru’ membentuk V’ tertinggi. Demikian halnya dengan FV (63), V’ terendah diisi oleh

kehadiran aspek nggo‘sudah’ di awal inti leksikal sebagai keterangan berkombinasi dengan inti leksikal laus‘pergi’. Kemudian V’ terendah tersebut bersama dengan aspek ndai‘tadi’ membentuk V’ tertinggi. Specifier tidak hadir dalam keempat contoh frasa verba di atas sehingga FV ( V-Bar ganda) tidak bercabang.

12. Frasa verba bahasa Pakpak Dairi dibentuk oleh specifier + inti leksikal + komplemen + keterangan (FV Spec + Inti + Komp + Ket)

Frasa verba bahasa Pakpak Dairi dapat dibentuk oleh specifier di awal inti leksikal ditambah komplemen dan keterangan. Frasa verba ini paling lengkap kaena dihadiri ketiga fungsi gramatikal.

Contoh:

(64) [Karina kenna udani onan] jelmai.

(58)

‘Semua orang-orang kehujanan di pasar. (65) [Karina kibukbuki manuk deng] .

Semua membului ayam sedang ‘Semua sedang membului ayam’ (66) [Mbue mendokken Nina bagak].

Banyak mengatakan Nina cantik Banyak mengatakan Nina cantik’ (67) [Karina mengerehei ia bari].

Semua mengejek dia semalam ‘Semua mengejek dia semalam’

Skema X-Bar keempat frasa verba bahasa Pakpak Dairi di atas sebagai berikut.

(64) FV

Spec V’

V’ FP

V N

Karinakennaudani onan

‘Semua terkena hujan di pasar’

(65) FV

Spec V’

(59)

V N

Struktur frasa verba (64-67) di atas merupakan frasa verba yang lengkap karena specifier, keterangan, dan komplemen hadir bersama inti leksikal. Pada struktur tersebut terjadi perulangan V-Bar (V’). V’ pertama didominasi oleh inti leksikal kenna‘terkena’,

kibukbuki‘membului’, mendokken‘mengatakan’, dan mengerehei‘mengejek’ bersama dengan N

udan‘hujan’, manuk‘ayam’, Nina‘Nina’, dan ia‘dia sebagai komplemen. V’ (V-Bar) kedua

(60)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

(61)

Struktur internal frasa verba bahasa Pakpak Dairi dibentuk oleh ketiga fungsi gramatikal, yaitu specifier, keterangan, dan komplemen. Struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi yang paling mendasar adalah verba plus komplemen. Komplemen dalam frasa verba bahasa Pakpak Dairi hanya berkategori nomina. Kemudian, frasa verba bahasa Pakpak Dairi diperluas oleh kehadiran keterangan. Keterangan dalam struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi tidak terbatas, yaitu dapat berupa aspek,FN, FP, dan FAdj. Specifier yang melengkapi frasa verba bahasa Pakpak Dairi berkategori penjumlah dan kata penunjuk.

Dalam struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi, keterangan dan specifier dapat hadir di awal dan di akhir frasa. Sedangkan, komplemen hanya hadir setelah inti leksikal frasa verba saja.

(62)

5.2 Saran

Bahasa daerah merupakan kekayaan Negara Indonesia yang harus kita lestarikan. Oleh karena itu, penelitian tentang bahasa-bahasa daerah perlu ditingkatkan oleh mahasiswa sastra Indonsia khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Penelitian terhadap bahasa Pakpak Dairi ini memaparkan perilaku fungsi gramatikal dan kaidah struktur frasa verba bahasa Pakpak Dairi dengan menggunakan teori X-Bar. Namun, penelitian ini masih terbatas pada data-data dan referensi yang digunakan penulis sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis berharap ada penelitian selanjutnya yang lebih baik lagi. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi pelestarian bahasa daerah khususnya bahasa Pakpak Dairi.

DAFTAR PUSTAKA

(63)

Chaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa Struktur Internal, Pemakaian, dan Pemelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Gustianingsih. 2005. Revolusi Chomsky dalam Linguistik Transformasi: Aplikasi dalam Bahasa Indonesia. Medan.

Haegeman, Liliane. 1992. Introduction to Government ang Binding Theory. Oxford: Blackwell. Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Maibang, Ringgas. 2009. Mengenal Ethnis Pakpak Lebih Dekat.

Mulyadi. 2002. Frase Preposisi Bahasa Indonesia: Analisis X-Bar. Studia Kultura.

Mulyadi. 2008. Struktur Frasa Adjektival dalam Bahasa Indonesia. Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra.

Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Kajian Morfologi. Bandung: PT Refika Aditama.

Subroto, Edi. 2007. Pengantar Metode Penelitian linguistik Struktural. Surakarta: UNS Press.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Takari, Muhammad, dkk. 2008. Masyarakat Kesenian di Indonesia. Medan: Studia Kultura Fakultas Sastra USU.

Kamus

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. 2007. Jakarta: Balai Pustaka.

Kridalaksana. Kamus Linguistik Edisi Keempat. 2008. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Manik, Tinti Radja. Kamus Pakpak Indonesia. 2002. Medan: Bina Media.

Skripsi

Lubis. Struktur Frasa Numeralia Bahasa Pesisir Sibolga Analisis Teori X-Bar. 2010 Siagian. Struktur Frasa Adjektiva Bahasa Batak Toba Analisis Teori X-Bar. 2007 Wahyuni. Frasa Numeralia Bahasa Indonesia Analisis Teori X-Bar. 2004

(64)

Basaria. Analisis Morfologi Verba Bahasa Pakpak Dairi. 2002

Internet

Referensi

Dokumen terkait

Kata kunci: Struktur Frasa, Kaidah Struktur Frasa, Frasa Nomina, Bahasa Batak Toba, Sintaksis, Teori X-bar, Tata Bahasa Generatif... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Sesuai data yang dianalisis makna kata bahasa Jawa pada judul artikel Koran Solopos yang ditemukan yaitu kelas kata frasa nomina, nomina, verba, dan adjektiva. Karakteristik

Frasa preposisional bahasa Jawa Pertengahan dalam kitab Pararaton berdasarkan kategori unsur-unsurnya terdiri dari dua tipe, yaitu: (1) preposisi + nomina, misalnya

nepang adalah VK yang tetap berfungsi sebagai inti dari frasa verbal tipe verba + adjektif. Dari hal tersebut terlihat bahwa frasa tersebut tidak dapat

Pada contoh di atas penerjemah menerapkan pergeseran unit yakni down- rank dari frasa preposisi in his library menjadi unit kata (nomina) yaitu perpustakaan

Verba denominal yang dibentuk atas unsur bentuk dasar nomina asal dan kombinasi afiks meng-i dapat dilihat pada contoh berikut.. (14) Menjelang Natal, pengunjung

Kalimat majemuk koordinatif pada (a.) dibentuk oleh dua klausa yaitu wen ni de xianzai yang berfungsi sebagai komplemen (Komp) dan menduduki fitur FV (Frasa

Karena frasa yang telah disebutkan di atas terdiri atas numeralia yang berfungsi sebagai pembatas dan adjektiva sebagai pewatas, dan nomina sebagai inti, konstruksi frasa tersebut