• Tidak ada hasil yang ditemukan

Frasa Preposisi Bahasa Batak Toba Analisis Teori X-Bar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Frasa Preposisi Bahasa Batak Toba Analisis Teori X-Bar"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

FRASA PREPOSISI BAHASA BATAK TOBA

ANALISIS TEORI X-BAR

OLEH

ISKA SIMAMORA

NIM 090701018

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana

sastra dan telah disetujui oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Mulyadi, M.Hum. Dra. Rosliana Lubis, M.Hum.

NIP 196407311989031004 NIP 196305241989032002

Departemen Sastra Indonesia

Ketua,

Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si.

(3)

PERNYATAAN

Penulis menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang penulis perbuat ini tidak benar, penulis bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar sarjana yang penulis peroleh.

Medan, Juni 2013

Penulis,

Iska Simamora

(4)

FRASA PREPOSISI BAHASA BATAK TOBA

ANALISIS TEORI X-BAR

ISKA SIMAMORA

(Fakultas Ilmu Budaya USU)

ABSTRAK

Penelitian ini mendeskripsikan perilaku fungsi gramatikal dan merumuskan kaidah struktur frasa preposisi dalam bahasa Batak Toba. Data yang digunakan adalah data lisan, data tulis, dan data intuitif. Data dikumpulkan dengan metode cakap dan metode simak. Kemudian, data dianalisis dengan metode agih dan hasilnya disajikan dengan metode formal dan informal. Teori yang digunakan adalah teori X-bar. Hasil menunjukkan bahwa struktur internal frasa preposisi dalam bahasa Batak Toba dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier. Komplemen berkategori nomina, frasa nomina, frasa preposisi, dan frasa numeralia; keterangan berkategori frasa preposisi dan klausa relatif; spesifier berkategori adverbia dan determiner. Selanjutnya, struktur frasa preposisi dalam bahasa Batak Toba dibentuk oleh kaidah umum berikut.

(Spesifier) + Preposisi + Komplemen + (Keterangan) + (Spesifier).

(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih

dan karunia-Nya sehingga penulis diberi kesehatan dan kekuatan untuk

menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Dr. Syahron Lubis, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Sumatera Utara, yang telah menyediakan fasilitas pendidikan bagi penulis.

2. Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., Ketua Departemen Sastra

Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, yang telah

mengarahkan penulis dalam menjalani perkuliahan dan membantu penulis

dalam hal administrasi.

3. Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P., Sekretaris Departemen Sastra Indonesia,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, yang telah

memberikan motivasi serta memberikan informasi terkait perkuliahan

kepada penulis.

4. Dr. Mulyadi, M.Hum., dosen Pembimbing I, yang telah meluangkan waktu

untuk membimbing penulis dengan penuh tanggung jawab, memberikan

saran dan ide kepada penulis, serta mengarahkan penulis dalam proses

penulisan skripsi. Terima kasih juga karena telah bersedia memeriksa

keseluruhan skripsi ini sampai bagian-bagian terkecil dan telah

(6)

5. Dra. Rosliana Lubis, M.Hum., dosen Pembimbing II, yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan mengarahkan penulis

dalam penyusunan skripsi.

6. Dr. Gustianingsih, M.Hum., dosen Penasihat Akademik, yang telah

memberikan bimbingan serta perhatian kepada penulis selama menjalani

perkuliahan.

7. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bimbingan

dan pengajaran selama penulis menjalani perkuliahan.

8. Kak Tika yang telah membantu penulis dalam hal administrasi di

Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Sumatera Utara.

9. Kedua orang tua tersayang, Ayahanda T.P. Simamora dan Ibunda B. Br.

Hombing, yang telah memberikan dukungan moral, material, dan kasih

sayang tanpa batas kepada penulis dan doa yang tidak pernah berhenti

untuk penulis.

10.Saudara-saudara yang terkasih, kak Pita, Bang Marulam, Bang Notan, kak

Tina, sipudan kami Sri, ipar, serta keponakan-keponakan yang luar biasa.

Terima kasih atas doa dan dorongan yang diberikan kepada penulis selama

perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

11.Informan yang telah membantu penulis untuk menyediakan data

(7)

12.Otorita Asahan yang telah memberikan beasiswa kepada penulis sehingga

kebutuhan perkuliahan penulis dapat terpenuhi.

13.Sahabat karib (Yanti, Jeni) yang selalu memotivasi penulis dan selalu ada

tiap penulis senang ataupun sedih.

14.Teman-teman stambuk 2009 (Siska, Diana, Erma, Chyma, Rina, Ribka,

Merlyn, Tiur, Desi, Tio, Mays, Yoyo, Cris, Cloe, Intan, Supri, Norton,

Andi) dan semua teman yang tidak mungkin disebutkan satu per satu.

Terima kasih atas kebersamaan yang selama ini terjalin sangat baik.

15.Senior-senior 2007 dan 2008, khususnya kak Pesta yang selalu

mengingatkan penulis untuk serius dalam menjalani kuliah.

16.Teman-teman kos (Tiwi, Elvi, Ana, Resni, Renni) yang selalu membantu

penulis dan bersama dengan penulis, baik senang ataupun sedih.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga berkat Tuhan melimpah

bagi kita semua.

Medan, Juni 2013

Iska Simamora

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2 Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Manfaat Praktis ... 5

1.4.2 Manfaat Teoretis ... 5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep ... 6

2.2 Landasan Teori ... 7

2.3 Tinjauan Pustaka ... 11

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 16

(9)

BAB IV FRASA PREPOSISI BAHASA BATAK TOBA

4.1 Perilaku Fungsi Gramatikal ... 29

4.1.1 Komplemen ... 29

4.1.2 Keterangan ... 33

4.1.3 Spesifier ... 35

4.2 Struktur Frasa Preposisi Bahasa Batak Toba ... 38

4.2.1 Preposisi + Komplemen ... 38

4.2 2 Preposisi + Keterangan ... 40

4.2.3 Preposisi + Komplemen + Keterangan ... 42

4.2.4 Preposisi + Komplemen + Spesifier ... 45

4.2.5 Preposisi + Komplemen + Keterangan + Spesifier ... 46

4.2.6 Spesifier + Preposisi + Komplemen ... 48

4.2.7 Spesifier + Preposisi + Keterangan + Keterangan ... 50

4.2.8 Spesifier + Preposisi + Komplemen + Spesifier ... 52

4.2.9 Spesifier + Preposisi + Keterangan + Spesifier ... 53

4.2.10 Spesifier + Preposisi + Komplemen + Keterangan + Spesifier . 55 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 58

5.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

LAMPIRAN 1: DATA PENELITIAN ... 62

LAMPIRAN 2: DATA INFORMAN ... 67

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Pekerjaan Penduduk ... 18

Tabel 3.2 Tingkat Pendidikan Penduduk ... 19

Tabel 4.1 Kategori Pembentuk Komp, Ket, dan Spes ... 37

Tabel 5.1 Kategori Pembentuk Perilaku Fungsi Gramatikal ... 58

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian ... 17

Gambar 3.2 Desa Buluduri ... 18

(12)

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

Daftar Lambang

[ ] batas konstituen pada frasa preposisi

‘ bar/palang

‘’ bar ganda

* kalimat yang tidak gramatikal

+ kombinasi

() konstituen opsional

{} konstituen rekursif

konstituen wajib

mendominasi

Daftar Singkatan

Akt aktif

DET determiner

FA frasa adjektiva

FAdv frasa adverbia

FN frasa nomina

FNum frasa numeralia

FP frasa preposisi

FV frasa verba

jm jamak

Ket keterangan

KlR klausa relatif

(13)

PART partikel

Perf perfektif

Pos posesif

Spes spesifier

T topik

(14)

FRASA PREPOSISI BAHASA BATAK TOBA

ANALISIS TEORI X-BAR

ISKA SIMAMORA

(Fakultas Ilmu Budaya USU)

ABSTRAK

Penelitian ini mendeskripsikan perilaku fungsi gramatikal dan merumuskan kaidah struktur frasa preposisi dalam bahasa Batak Toba. Data yang digunakan adalah data lisan, data tulis, dan data intuitif. Data dikumpulkan dengan metode cakap dan metode simak. Kemudian, data dianalisis dengan metode agih dan hasilnya disajikan dengan metode formal dan informal. Teori yang digunakan adalah teori X-bar. Hasil menunjukkan bahwa struktur internal frasa preposisi dalam bahasa Batak Toba dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier. Komplemen berkategori nomina, frasa nomina, frasa preposisi, dan frasa numeralia; keterangan berkategori frasa preposisi dan klausa relatif; spesifier berkategori adverbia dan determiner. Selanjutnya, struktur frasa preposisi dalam bahasa Batak Toba dibentuk oleh kaidah umum berikut.

(Spesifier) + Preposisi + Komplemen + (Keterangan) + (Spesifier).

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Masalah preposisi selalu mendapat perhatian di dalam buku-buku tata

bahasa, baik dalam tata bahasa bahasa Indonesia (lihat Alwi dkk., 2003: 288;

Chaer, 1994: 373; Lapoliwa, 1992) maupun dalam tata bahasa bahasa daerah

(lihat Sibarani, 1997: 16; Sinaga, 2002: 180; Wollams, 2004: 211). Hal ini dapat

dimengerti sebab preposisi pada tataran frasa preposisi (selanjutnya disingkat FP)

memiliki perilaku yang berbeda pada setiap bahasa (Mulyadi, 2010: 2). Preposisi

lokatif (di, ke, dari) dalam bahasa Indonesia, misalnya, memiliki perilaku yang

berbeda dengan preposisi lokatif (di, tu, sian) dalam bahasa Batak Toba. Dalam

bahasa Indonesia, apabila preposisi diikuti oleh frasa nomina, nomina pertama

dengan nomina kedua tidak dapat disela oleh kategori lain (seperti partikel atau

konjungsi); misalnya, di atas meja tidak dapat disela dengan partikel yang

menjadi *di atas yang meja. Dalam bahasa Batak Toba, apabila preposisi diikuti

oleh frasa nomina, hubungan antara nomina pertama dan nomina kedua atau

bahkan dengan nomina ketiga pada umumnya dapat disela oleh penanda posesif

ni. Misalnya,

(1) Nungnga marpungu nasida [di tonga ni alaman.]

Perf Akt.kumpul 3.jm Ptengah Pos halaman

‘Mereka sudah berkumpul di tengah halaman.’

(2) Laho nasida [tu pudi ni jabu ni tulang.] pergi 3.jm P belakang Pos rumah Pos paman

(16)

Pada kedua contoh di atas, frasa nomina tonga ni alaman ‘tengah

halaman’ dan pudi ni jabu ni tulang ‘belakang rumah paman’ tergolong

komplemen atau pelengkap sebab kedua argumen tersebut diperlukan oleh

preposisi di ‘di’ dan tu ‘ke’ yang menjadi inti leksikalnya. Jadi, ni alaman dan ni

jabu ni tulang berfungsi sama dalam struktur frasa itu karena keduanya tidak

dapat dipindahkan. Apabila dipindahkan, konstruksi yang dibentuk oleh frasa

tersebut menjadi tidak gramatikal, seperti pada contoh di bawah.

(3) *Nungnga marpungu nasida [ni alaman di tonga.]

Perf Akt. kumpul 3.jm Pos halaman P tengah

*‘Mereka sudah berkumpul halaman di tengah.’

(4) *Laho nasida [ni jabu ni tulang tu pudi .] pergi 3.jm Pos rumah Pos paman P belakang

*‘Mereka pergi rumah paman ke belakang.’

Sebuah frasa secara leksikal dapat digolongkan atas frasa nomina (FN),

frasa verba (FV), frasa preposisi (FP), frasa adjektiva (FA), frasa numeralia

(FNum), dan sebagainya. Dalam sebuah frasa, inti leksikal menentukan

kategorinya. Frasa preposisi, misalnya, dibentuk oleh sebuah preposisi sebagai inti

dan kategori lain seperti nomina sebagai komplemen. Dalam sintaksis struktural,

inti leksikal tidak menentukan kategori frasa sehingga terdapat frasa eksosentris

selain frasa endosentris. Dalam sintaksis generatif, setiap frasa justru tergolong

endosentris atau semua frasa didominasi oleh satu inti leksikal (Haegemen, 1992:

95). Jadi, pada FP bahasa Batak Toba, seperti di juma ‘di ladang’, sian dolok ‘dari

(17)

yaitu di ‘di’, dohot ‘dengan’, dan sian ‘dari’. Kata-kata seperti juma ‘ladang’,

dolok ‘bukit’, dan piso ‘’pisau berfungsi sebagai komplemen.

Perlu dikemukakan bahwa pembicaraan tentang FP bahasa Batak Toba

umumnya didekati secara struktural. Misalnya, Sibarani (1997) membagi frasa

bahasa Batak Toba atas dua bagian, yaitu frasa endosentris dan frasa eksosentris.

Frasa endosentris adalah frasa yang salah satu unsurnya dapat mewakili

keseluruhan frasa itu untuk menduduki fungsi sintaksis yang sama (Sibarani,1997:

24). Frasa eksosentris adalah frasa yang salah satu unsurnya tidak dapat mewakili

keseluruhan frasa itu untuk menduduki fungsi sintaksis yang sama (Sibarani,

1997: 16).

Dalam sintaksis struktural, kaidah struktur frasa dibentuk oleh dua tipe

kategori: pertama, kategori leksikal seperti verba, nomina, adjektiva, dan

preposisi, dan kedua, kategori frasa, seperti FV, FN, FA, dan FP. Pada masa itu

belum disinggung kategori yang lebih besar daripada kategori leksikal, tetapi

lebih kecil daripada kategori frasa. Dalam sintaksis generatif, khususnya dalam

teori X-bar, kategori tersebut dinamai kategori antara (intermediate category)

(Mulyadi, 2010:3).

Teori X-bar bukanlah teori yang asing dalam literatur bahasa Indonesia.

Mulyadi telah menerapkan teori X-bar pada frasa nomina bahasa Indonesia

(1998), frasa preposisi bahasa Indonesia (2010), dan frasa adjektiva bahasa

Indonesia (2008). Ia mengatakan bahwa struktur FN, FP, dan FA bahasa

(18)

dan spesifier. Pendapat yang sama juga terdapat pada penelitian Wahyuni (2004)

dalam skripsinya mengenai FNum bahasa Indonesia.

Dalam bahasa Batak Toba, teori X-bar telah diterapkan pada FA oleh

Siagian (2007) dan pada FN oleh Situmorang (2010). Siagian mengatakan bahwa

struktur utama frasa adjektiva adalah adjektiva plus komplemen dan kategori

komplemen biasanya terdiri atas FP (misalnya, sonang di son ‘senang di sini’).

Sementara itu, Situmorang menjabarkan empat belas struktur kaidah FN bahasa

Batak Toba yang dibentuk oleh nomina sebagai inti leksikal.

Sejauh yang diamati, penelitian terhadap FP dalam bahasa Batak Toba

dengan menggunakan teori X-bar belum pernah dilakukan. Penelitian terhadap FP

bahasa Batak Toba masih menggunakan teori struktural. Oleh karena itu, dalam

tulisan ini diteliti bagaimana perilaku fungsi gramatikal dalam membentuk

struktur FP bahasa Batak Toba dan kaidah struktur FP bahasa Batak Toba.

1.2 Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perilaku fungsi gramatikal yang membentuk struktur FP

dalam bahasa Batak Toba?

2. Bagaimanakah kaidah struktur FP dalam bahasa Batak Toba?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai dua tujuan, yakni

(19)

2. Merumuskan kaidah struktur FP dalam bahasa Batak Toba.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoretis

1. Mengembangkan kajian sintaksis bahasa Batak Toba.

2. Memperkaya hasil penelitian sintaksis yang menggunakan pendekatan

generatif.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai bahan masukan bagi peneliti-peneliti lain, khususnya bagi peneliti

bahasa Batak Toba yang ingin melakukan penelitian tentang FP.

2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah daerah mengenai hasil penelitian

dalam bidang sintaksis bahasa Batak Toba yaitu kajian FP dalam bahasa

(20)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

  Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu frasa, FP,

kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa.

Konsep-konsep tersebut perlu dibatasi untuk menghindari salah tafsir bagi

pembaca.

  Frasa adalah kata-kata dalam kalimat yang disusun berdasarkan hierarki

menjadi satuan yang lebih besar (Haegeman, 1992: 26). Sejalan dengan itu

Radford (dalam Mulyadi, 2008: 23) mengatakan bahwa frasa adalah perangkat

elemen yang membentuk suatu konstituen tanpa dibatasi oleh jumlah elemen.

Frasa preposisi adalah frasa yang terbentuk dari preposisi yang digunakan

untuk mengacu pada sebuah kategori kata yang terletak di depan kategori lain,

terutama nomina (Tarigan, dalam Mulyadi, 2010: 2 bdk. Ramlan, 1997: 178;

Chaer, 1994: 373).

Kategori leksikal adalah kategori kata dan kategori ini menentukan

kategori frasanya. Misalnya, FP terbentuk dari sebuah preposisi dan sebuah

kategori lain sebagai komplemennya (Radford, dalam Mulyadi, 2010: 2).

Komplemen adalah argumen internal yang posisinya dibawahi langsung

oleh X-bar dan kehadirannya pada posisi itu merupakan realisasi dari properti

leksikal. Komplemen merupakan argumen wajib dalam struktur frasa (Mulyadi,

(21)

Keterangan adalah konstituen opsional yang dapat berulang atau rekursif.

Dalam skema X-bar, keterangan berkombinasi dengan X’ untuk membentuk

proyeksi X’ (Haegeman, 1992: 81-82, 95).

Spesifier adalah argumen eksternal yang posisinya dibawahi langsung oleh

X-bar ganda atau frasa X. Umumnya spesifier terletak di awal frasa dan di akhir

frasa. Spesifier di awal berfungsi untuk menerangkan frasa di depannya,

sedangkan spesifier di akhir berfungsi untuk menutup frasa (Mulyadi, 2008).

Kaidah struktur frasa adalah kaidah untuk menentukan relasi konstituen

secara hierarkis dalam sebuah frasa. Dalam hal ini, konstituen mengacu kepada

kategori leksikal dan kategori frasa yang berfungsi sebagai komplemen,

keterangan, dan spesifier(Haegeman, 1992: 87, 95).

2.2 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan teori X-bar. Dalam teori X-bar semua frasa

didominasi oleh satu inti leksikal. Inti merupakan simpul akhir yang mendominasi

kata. Inti leksikal dari proyeksi adalah proyeksi kosong (Haegeman, 1992: 95).

Kategori sintaksis dari konstituen frasa, seperti FN, FP, FA, FV, dan FP

ditentukan secara leksikal. Misalnya, inti FN adalah nomina, inti FP adalah

preposisi, begitu seterusnya. Jadi, inti FP di juma ‘di ladang’ adalah di. Inti juga

terletak satu level lebih rendah daripada konstituen yang menjadi inti tersebut.

Dalam hierarki X-bar, P sebagai inti dari FP terletak satu level lebih rendah

(22)

Selanjutnya, teori X-bar direpresentasikan pada diagram pohon.

(5) X’’

... X’ ...

... X ... (Haegeman, 1992: 95)

Simbol X pada diagram di atas merupakan pengganti dari sebuah kategori

leksikal seperti nomina, verba, preposisi, atau adjektiva dan tanda titik di sebelah

kiri dan di sebelah kanan diisi oleh tiga fungsi gramatikal, yaitu komplemen,

spesifier, dan keterangan. Format untuk struktur frasa terlihat dalam kaidah

berikut.

a. X’’ YP; X’

b. X’ X’; ZP

c. X’ X; WP

Keterangan: YP : Spesifier

ZP : Keterangan

WP : Komplemen

Komplemen berkombinasi dengan X membentuk proyeksi X-bar (X’);

keterangan yang berkombinasi dengan X-bar (X’) membentuk proyeksi X-bar

(X’) lebih tinggi, dan spesifier yang berkombinasi dengan X-bar (X’) yang lebih

tinggi membentuk proyeksi maksimal frasa X (X’’). Kategori bar adalah proyeksi

X dan frasa dengan bar tertinggi adalah proyeksi maksimal dari kategori X.

Dalam hal ini, spesifier tidak hanya terletak di awal, tetapi juga terletak di akhir.

(23)

Dalam bahasa Batak Toba, keterangan dan komplemen agak sulit

dibedakan. Komplemen merupakan argumen internal yang bersifat wajib dan

posisinya dibawahi langsung oleh X-bar serta selalu mengikuti inti leksikal atau

letaknya sesudah inti leksikal, sedangkan keterangan bersifat opsional dan

letaknya sebelum atau sesudah inti leksikal. Contohnya dapat dilihat dalam

kalimat berikut.

(6) a. Laho ibana [tu juma.]

pergi 3.tg P ladang

‘Dia pergi ke ladang.’

b. Laho ibana [tu juma dohot amangna.]

pergi 3.tg P ladang P ayahnya

‘Dia pergi ke ladang dengan ayahnya.’

Pada (6.a) nomina juma tidak bisa diletakkan di depan inti leksikal sebab

elemen tersebut dibutuhkan FP untuk menerangkan inti leksikal. Pada (6.b) dohot

amangna tergolong keterangan sebab walaupun diletakkan sebelum inti leksikal,

konstruksi yang dihasilkan tetap gramatikal. Perubahan yang terjadi dapat dilihat

di bawah ini.

(7) a.*Laho ibana [juma tu.]

pergi 3.tg ladangP

*‘Dia pergi ladang ke.’

b. Laho ibana [dohot amangna tu juma.]

pergi 3.tg P ayahnya P ladang

‘Dia pergi dengan ayahnya ke ladang.’

Spesifier merupakan pewatas yang bersifat opsional karena dapat terletak

(24)

di depannya dan pada posisi akhir spesifier berfungsi menutup frasa tersebut.

Contohnya tampak pada kalimat berikut.

(8) [Di pansur an] ma ho maridi!

P pancuran DET PART 2.tg mandi!

‘Di air pancuran itu lah kamu mandi!’

(9) [Tongon di tonga ni alaman] do hami hundul.

tepat Ptengah Poshalaman T 1.jm duduk.

‘Kami duduk tepat di tengah halaman.’

Pada (8) an merupakan spesifier yang terletak di akhir dan berfungsi

menutup frasa. Pada (9) tongon merupakan spesifier yang terletak di akhir frasa

dan berfungsi menerangkan FP di depannya.

Fungsi gramatikal komplemen, keterangan, dan spesifier berhubungan

juga dalam pembentukan kaidah struktur FP. Komplemen adalah argumen

internal yang posisinya dibawahi langsung oleh P-bar (P’). Keterangan juga

terletak di bawah P-bar, tetapi tatarannya berbeda. Spesifier sebagai satuan

argumen dibawahi langsung oleh P-bar ganda (P’’). Hubungan ketiganya

dijelaskan sebagai berikut,

Komplemen memperluas P menjadi P-bar

Keterangan memperluas P-bar menjadi P-bar

Spesifier memperluas P-bar menjadi P-bar ganda (FP). (Radford dalam

Mulyadi, 2010: 5)

Kaidah struktur FP dalam bahasa Batak Toba dicontohkan pada (10).

(25)

Preposisi dapat membentuk FP apabila berkombinasi dengan nomina.

Pada (11) nomina jabu ‘rumah’ merupakan komplemen sebab argumen tersebut

dibutuhkan olen inti leksikal di ‘di’ untuk membentuk FP.

(11) Mansai godang jolma [di jabu.]

sangat banyak orang [P rumah.]

‘Orang sangat banyak di rumah.’

(12) FP

P’

P N

di jabu

‘di’ ‘rumah’

Inti leksikal di berkombinasi dengan komplemen jabu untuk membentuk

P-bar (P’). P’ dibawahi langsung oleh proyeksi maksimal FP.

2.3Tinjauan Pustaka

Mulyadi (2010) telah menerapkan teori X-bar dalam artikelnya yang

berjudul Frasa Preposisi Bahasa Indonesia Analisis X-Bar. Data dalam tulisan ini

diperoleh dari sumber tertulis, seperti surat kabar dan majalah. Kemudian, untuk

memperoleh data tulis digunakan metode simak yang didukung oleh teknik catat.

Data FP kemudian dianalisis dengan metode agih yang didukung oleh teknik

ganti, sisip, perluas, dan lesap.

Mulyadi menjelaskan bahwa FP mempunyai perilaku yang berbeda pada

(26)

hal ini bergantung pada karakter morfologi dari bahasa yang bersangkutan.

Mulyadi mengatakan bahwa dalam teori X-bar semua frasa memiliki sebuah inti

leksikal. Inti mempunyai dua properti. Pertama, inti memarkahi ciri kategorinya.

Contohnya, inti dari FP adalah preposisi, inti dari FN adalah nomina, dan

seterusnya. Kedua, inti terletak satu level lebih rendah dari frasanya.

Selanjutnya, dijelaskan bahwa struktur internal FP bahasa Indonesia

dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier. Struktur mendasar FP ialah

preposisi plus komplemen. Kategori komplemen tidak terbatas pada FN, tetapi

juga pada FP. Struktur FP memungkinkan diperluas dengan keterangan untuk

membentuk P-bar yang lain. Kategori leksikal yang berfungsi sebagai keterangan

adalah FP. Keterangan dapat terletak di kiri atau di kanan inti leksikal dan

jumlahnya tidak terbatas. Spesifier muncul berulang sehingga dalam skema X-bar

ada dua proyeksi maksimal yang dibentuknya.

Teknik analisis data dalam tulisan Mulyadi menjadi acuan bagi peneliti

untuk melakukan penelitian FP bahasa Batak Toba. Selain itu, data bahasa

Indonesia dalam penelitian tersebut sebagian digunakan untuk menyusun sebuah

kuesioner.

Siagian (2007) dalam skripsinya Struktur Frasa Adjektiva Bahasa Batak

Toba Analisis Teori X-Bar menggunakan metode wawancara untuk

mengumpulkan data. Selain itu, dia juga menggunakan metode simak yang

didukung oleh teknik catat. Pada tahap analisis dia menggunakan metode agih

dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan berupa

(27)

Siagian menjelaskan bahwa struktur internal frasa adjektiva bahasa Batak

Toba dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier. Struktur utama frasa

adjektiva adalah adjektiva plus komplemen dan kategori komplemen biasanya

terdiri atas frasa preposisi (misalnya, sonang di son ‘senang di sini’). Posisi

komplemen dalam FA bahasa Batak Toba selalu mengikuti inti leksikal atau

letaknya setelah inti leksikal dan kategori yang mendampingi inti leksikal pada

frasa adjektiva bahasa Batak Toba dapat berupa satu kata atau dua kata. Dalam

skripsinya, Siagian menyebutkan dua belas struktur FA bahasa Batak Toba.

Perilaku frasa adjektiva bahasa Batak Toba terbatas pada kategori-kategori yang

berkombinasi dengan adjektiva saja. Kategori tersebut adalah adverbia dan frasa

preposisi.

Metode penelitian dalam tulisan Siagian bermanfaat untuk meneliti FP

bahasa Batak Toba. Data bahasa Batak Toba yang mengandung preposisi dalam

tulisan itu juga menjadi data penelitian. Misalnya, mansai burju tu inongna

dakdanak i ‘anak-anak itu sangat baik kepada ibunya’.

Pengujian teori X-bar juga dilakukan Situmorang (2010) dalam skripsinya

yang berjudul Frasa Nomina Bahasa Batak Toba: Analisis X-bar. Data

dikumpulkannya melalui studi pustaka dengan menggunakan metode simak.

Kemudian, data dianalisis dengan (1) metode padan referensial dengan teknik

dasar berupa teknik pilah unsur penentu dan teknik lanjutan berupa teknik hubung

banding menyamakan dua hal pokok dan (2) metode agih dengan teknik dasar

berupa teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, teknik

(28)

Situmorang menjelaskan bahwa FN bahasa Batak Toba dibentuk oleh

komplemen, keterangan, dan spesifier. Komplemen FN berkategori numeralia,

nomina, dan verba. Keterangan berkategori FN, FP, FA, FV, dan adverbia.

Spesifier berkategori adverbia dan determiner.

Wahyuni (2004) dalam skripsinya Frasa Numeralia Bahasa Indonesia

Analisis Teori X-Bar menjelaskan bahwa komplemen FNum bahasa Indonesia

tidak terbatas pada nomina dan numeralia, tetapi juga dapat berupa adjektiva.

Kategori yang mendampingi inti leksikal tidak terbatas pada kategori kata, tetapi

juga pada kategori frasa. Selain itu, inti leksikal pada FNum bahasa Indonesia

tidak hanya terdiri atas satu kata, tetapi juga terdiri atas dua kata.

Dalam penelitiannya, Wahyuni menggunakan data tulis yang diperoleh

dari surat kabar, buku, dan novel. Data dikumpulkan melalui penyimakan.

Disediakan pula data intuitif. Selanjutnya, dia menganalisis data dengan

menggunakan metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur

langsung, dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, teknik perluas, dan teknik

balik.

Wahyuni menyebutkan sembilan struktur FNum bahasa Indonesia.

Menurut Wahyuni struktur internal FNum bahasa Indonesia dibentuk oleh

komplemen, keterangan, dan spesifier. Struktur utama FNum adalah numeralia

plus komplemen. Struktur FNum dapat diperluas dengan elemen keterangan untuk

membentuk Num-bar yang lain sebab keterangan merupakan konstituen yang

(29)

leksikal dalam skema X-bar. Posisi komplemen dalam FNum bahasa Indonesia

selalu mengikuti inti leksikal atau letaknya setelah inti leksikal.

Mulyadi (2008) juga menerapkan teori X-bar dalam artikelnya Struktur

Frasa Adjektival dalam Bahasa Indonesia. Data penelitian dalam tulisan ini

diperoleh dari surat kabar, majalah, dan novel dengan menggunakan metode

simak. Data dikelompokkan berdasarkan kesamaan tipe dan perilakunya dan

dikaji dengan menggunakan metode distribusional. Teknik analisis yang

diterapkan dalam penelitian ini adalah teknik ganti, lesap, sisip, perluas, balik,

dan ubah wujud. Cara kerja teori X-bar dalam tulisan ini menjadi acuan bagi

peneliti untuk menerapkan teori X-bar pada FP bahasa Batak Toba.

Mulyadi menyebutkan bahwa struktur FA bahasa Indonesia dibentuk oleh

komplemen, keterangan, dan spesifier. Struktur FA yang paling sederhana tidak

memuat komplemen, keterangan, ataupun spesifier untuk membentuk unit

konstituen yang lebih besar. Misalnya, pintar, mudah, dan adil. Dalam struktur

FA, komplemen berkategori FP, spesifier berkategori adverbia, dan keterangan

berkategori FP dan FN. Posisi komplemen selalu mengikuti inti leksikal,

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan di Desa Buluduri sejak tanggal 11 Maret 2013

sampai dengan 11 April 2013. Desa Buluduri merupakan salah satu desa dari

sembilan desa di Kecamatan Laeparira, Kabupaten Dairi. Desa lain di Kecamatan

Laeparira adalah Desa Sumbul, Desa Kentara, Desa Laeparira, Desa Sempung

Polling, Desa Lumban Sihite, Desa Lumban Toruan, Desa Pandiangan, dan Desa

Kaban Julu. Desa Buluduri berbatasan dengan hutan lindung di sebelah Utara, di

sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sempung Polling, di sebelah Selatan

berbatasan dengan Sungai Simbelin, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Desa

Laeparira. Desa Buluduri dibagi menjadi empat dusun, yaitu Siboga Julu, Strat

PLN, Lumban Silintong, dan Strat Gembira (BPS, 2012).

Desa Buluduri memiliki luas 948 ha (termasuk persawahan, pertanian,

pemukiman, dan pekuburan). Jarak Desa Buluduri ke ibu kota kecamatan adalah 3

km dan jarak Desa Buluduri ke ibu kota kabupaten adalah 15 km. Perjalanan dari

ibu kota kabupaten dan ibu kota kecamatan ke Buluduri dapat ditempuh dengan

transportasi darat, seperti angkutan umum, mobil, sepeda motor, dan kendaraan

roda tiga. Waktu tempuh dari ibu kota kabupaten ke Desa Buluduri adalah 50

(31)

Letak Dessa Buluduri

(http://

dapat diliha

Gambar 3 /www.dairik

at pada gam

.1 Peta loka kab.go.id.,

mbar di baw

asi penelitia diakses 20 F

ah ini.

an

(32)
(33)

Tabel 3.2 Tingkat Pendidikan Penduduk

Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan

SD 342 200

SMP 186 205

SMA 135 241

D1 8 12

D2 2 3

D3 6 6

S1 10 15

S2 1

Desa Buluduri termasuk desa yang sudah maju. Desa ini sudah

menggunakan listrik dan sudah menggunakan air bersih (PAM). Di desa ini

terdapat sekolah dan Puskesmas atau Polindes. Desa Buluduri berbeda dengan

desa lain di Kecamatan Laeparira. Desa lain didiami oleh beberapa suku, termasuk

suku asli Kabupaten Dairi, yaitu suku Batak Pakpak, sehingga bahasa yang

digunakan penduduknya dipengaruhi oleh bahasa lain. Desa Buluduri didiami

oleh suku Batak Toba. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan penduduk Desa

Buluduri adalah bahasa Batak Toba.

Data penelitian ini diperoleh dari data lisan dan data tulis. Data lisan

dikumpulkan dengan menggunakan metode simak dengan teknik lanjutan berupa

teknik simak libat cakap dan teknik simak bebas libat cakap yang didukung

dengan teknik rekam dan teknik catat (Sudaryanto, 1993: 133-135). Selain itu,

(34)

lampiran 1). Informan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan syarat-syarat

berikut ini.

1. Berjenis kelamin pria atau wanita

2. Berusia antara 25-65 tahun

3. Orang tua, istri, atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu serta

jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya

4. Berstatus sosial menengah

5. Memiliki kebanggaan terhadap isolek dan masyarakat isoleknya

6. Sehat jasmani dan rohani (Mahsun, 1995: 106).

Informan dalam penelitian ini berjumlah tiga orang, dua laki-laki dan satu

perempuan (lihat lampiran 2). Salah satu informan yang merupakan informan

(35)
(36)

Data tulis diperoleh dari buku Jambar Hata Dongan tu Ulaon Adat

(Sihombing, 1989) dan buku Sintaksis Bahasa Batak Toba (Sibarani, 1997).

Untuk memperoleh data digunakan metode simak yang didukung oleh teknik catat

(Sudaryanto, 1993: 133, 135). Selain data di atas, disediakan data intuitif sebagai

data pendukung. Kemudian, peneliti menguji keberterimaan data tersebut kepada

narasumber.

Data FP yang telah dikumpulkan dikelompokkan berdasarkan kategori

pembentuk komplemen, keterangan, dan spesifier. Tahapan-tahapan

pengelompokan data ialah sebagai berikut.

1. Mengelompokkan data berdasarkan kategori pembentuk komplemen,

yakni N/FN, FP, dan FNum.

2. Mengelompokkan data berdasarkan kategori pembentuk keterangan, yakni

FP dan klausa relatif.

3. Mengelompokkan data berdasarkan letak spesifier, yakni spesifier di awal

adalah adverbia dan spesifier di akhir adalah determiner.

3.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul dilakukan analisis untuk menyelesaikan

permasalahan penelitian. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah

metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung dan teknik

lanjutan berupa teknik lesap, teknik perluas, dan teknik balik, dan teknik sisip

(Sudaryanto, 1993: 37). Metode ini digunakan untuk menentukan perilaku fungsi

(37)

frasa dari sebuah kalimat, diuji dengan teknik pengedepanan dan teknik

pembelakangan (Haegeman, 1994). Perhatikan contoh-contoh berikut.

(13) Ndang parduli ibana [di sude hata-hata ni jolma.]

tidak peduli 3tg P semua perkataan Pos orang

‘Dia tidak peduli pada setiap perkataan orang.’

(14) Ro do ibana [sian Jakarta.]

datang T 3.tg P Jakarta

‘Dia datang dari Jakarta.’

Data di atas dibagi berdasarkan konstituen. Konstituen di sude hata-hata

ni jolma ‘pada semua perkataan orang’ dan sian Jakarta ‘dari Jakarta’ merupakan

satu frasa. Hal itu dapat dibuktikan melalui teknik pengedepanan berikut.

(15) [Di sude hata-hata ni jolma] ndang parduli ibana.

P semua perkataan Pos orang tidak peduli 3tg

‘Pada setiap perkataan orang, dia tidak peduli.’

(16) [sian Jakarta] do ibana ro.

P Jakarta T 3.tg datang

‘Dari Jakarta dia datang.’

Pada frasa di sude hata-hata ni jolma ‘pada setiap perkataan orang’, sian

Jakarta ‘dari Jakarta’ terdapat hata ni jolma ‘perkataan orang’ dan Jakarta yang

berfungsi sebagai komplemen sebab elemen-elemen tersebut diperlukan oleh

preposisi di ‘pada’ dan sian ‘dari’ yang menjadi intinya untuk membentuk FP.

Apabila komplemen dilesapkan, konstruksi yang dihasilkan menjadi tidak

gramatikal. Perhatikan contoh berikut.

(17) *Ndang parduli ibana [di.]

tidak peduli 3tg P

(38)

(18) *Ro do ibana [sian] datang T 3.tg P

*‘Dia datang dari.’

Bandingkan dengan contoh di bawah ini!

(19) Ndang parduli ibana [di sude hata-hata ni jolma na adong di lambungna.]

tidak peduli 3tg P semua perkataan Pos orang yang ada P dekatnya

‘Dia tidak peduli pada setiap perkataan orang yang ada di dekatnya.’

(20) Ro do ibana [sian Jakarta dohot inantana.]

datang T 3.tg P Jakarta P istrinya

‘Dia datang dari Jakarta dengan istrinya.’

FP di sude hata-hata ni jolma na adong di lambungna (19) tetap

gramatikal meskipun frasa tersebut telah diperluas dengan hadirnya klausa relatif

na adong di lambungna yang berfungsi sebagai komplemen. Representasi struktur

frasa di atas dapat dilihat pada skema di bawah ini.

(21) FP

P’

P’ KlR

P FN

di sude hata-hata ni jolma na adong di lambungna

(39)

Inti leksikal di berkombinasi dengan komplemen sude hata ni jolma untuk

membentuk P-bar, kemudian pada tingkatan di atasnya P-bar berkombinasi

dengan keterangan na adong di lambungna untuk membentuk p-bar yang lebih

tinggi. Spesifier tidak muncul pada struktur frasa tersebut.

FP sian Jakarta dohot inantana (21) telah diperluas dengan hadirnya

keterangan dohot inantana. Dalam skema X-bar, preposisi sian berkombinasi

nomina Jakarta untuk membentuk P-bar. Selanjutnya, P-bar berkombinasi dengan

FP dohot inantana untuk membentuk P-bar berikutnya. Strukturnya tergambar

dalam kaidah berikut.

(22) FP

P’

P’ FP

P N

sian Jakarta dohot inantana

‘dari’ ‘Jakarta’ ‘dengan istrinnya’

Selain tidak dapat dilesapkan, komplemen FP juga tidak dapat

dipindahkan ke depan inti leksikal atau tidak dapat dibalik. Perhatikan contoh di

(40)

(23) [Sian pittu pudi] do baowa i kaluar. P pintu belakang T laki-laki DET keluar

‘Dari pintu belakang, laki-laki itu keluar.’

Pada (23) sian pittu pudi ‘dari pintu belakang’ adalah satu frasa. Dikatakan

satu frasa karena konstituen tersebut dapat dipindahkan ke belakang atau ke akhir

kalimat.

(24) Kaluar do baowa i [sian pittu pudi] keluar T laki-laki DET P pintu belakang

‘Laki-laki itu keluar dari pintu belakang.’

Pada FP sian pittu pudi, FN pittu pudi merupakan komplemen sebab

konstituen tersebut dibutuhkan inti leksikal sian untuk membentuk FP. Apabila

komplemen dipindahkan ke depan inti leksikal, konstruksi yang dihasilkan

menjadi tidak gramatikal. Perhatikan contoh di bawah ini.

(25) *Kaluar do baowa i [pittu pudi sian] keluar T laki-laki DET pintu belakang P

*‘Laki-laki itu keluar pintu belakang dari.’

Sekarang perhatikan contoh berikut.

(26) [Sian najolo sahat tu saonari] ndang marnamuba pangalahona.

P dulu P P sekarang tidak Akt.ubah perilakunya.

‘Dari dulu hingga sekarang perilakunya tidak berubah.’

Pada contoh di atas sian najolo sahat tu saonari ‘dari dulu hingga

sekarang’ merupakan FP. Meskipun terdapat tiga preposisi, konstituen tersebut

(41)

(27) Ndang marnamuba pangalahona [sian najolo sahat tu saonari.] tidak Akt.ubah perilakunya P dulu P P sekarang

‘Perilakunya tidak berubah dari dulu hingga sekarang.’

Pada contoh di atas najolo ‘dulu’ tergolong komplemen sebab elemen

tersebut tidak dapat dilesapkan dan tidak dapat dipindahkan ke depan inti leksikal

sian ‘dari’. Apabila dipindahkan, konstruksi yang dihasilkan menjadi tidak

gramatikal.

(28) a. *[Sian sahat tu saonari] ndang marnamuba pangalahona.

P P P sekarang tidak Akt.ubah perilakunya

*‘Dari hingga sekarang perilakunya tidak berubah.’

b. *[najolo sian sahat tu saonari] ndang marnamuba pangalahona.

dulu P P P sekarang tidak Akt.ubah perilakunya

*‘Dulu dari hingga sekarang perilakunya tidak berubah.’

Perilaku keterangan berbeda dengan perilaku komplemen pada FP. Pada

(27) sahat tu saonari ‘hingga ke sekarang’ tergolong keterangan sebab elemen

tersebut dapat dilesapkan. Perubahannya terlihat pada contoh di bawah ini.

(29) [Sian najolo] ndang marnamuba pangalahona.

P dulu tidak Akt.ubah perilakunya.

‘Dari dulu perilakunya tidak berubah.’

Dalam skema X-bar, frasa pada contoh (27) terbentuk dari inti leksikal

sian yang berkombinasi dengan komplemen najolo untuk membentuk P-bar. Pada

tingkatan di atasnya, P-bar berkombinasi dengan keterangan sahat tu saonari

untuk membentuk P-bar yang lebih tinggi. Spesifier tidak muncul pada struktur

(42)

(30) FP

P’

P’ FP

P N

sian najolo sahat tu saonari

‘dari’ ‘dulu’ ‘hingga ke sekarang’

3.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Metode penyajian hasil analisis data dilakukan dengan dua cara, yakni

metode penyajian formal dan metode penyajian informal. Metode penyajian

informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa, sedangkan metode penyajian

formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang. Metode penyajian

formal dilanjutkan dengan teknik pengkonflasian, yaitu penyajian beberapa

kaidah tunggal secara berjalin sehingga menjadi satu gabungan kaidah, satu

kaidah ganda, atau satu kaidah berkonflasi, antara lain dengan pertolongan

tanda-tanda kurung (Sudaryanto, 1993: 145). Penyajian secara formal tampak dalam

penggambaran hierarki struktural dari frasa preposisi bahasa Batak Toba. Struktur

tersebut digambarkan dengan menggunakan diagram pohon yang merupakan

(43)

BAB IV

FRASA PREPOSISI BAHASA BATAK TOBA

4.1Perilaku Fungsi Gramatikal

Fungsi gramatikal yang membentuk FP bahasa Batak Toba mengacu pada

komplemen (Komp), keterangan (Ket), dan spesifier (Spes). Ketiga fungsi itu

berkaitan dengan (1) kategori leksikal, seperti nomina, preposisi dan adverbia dan

(2) kategori frasa seperti FN, FP, dan FNum. Berikut dijelaskan perilaku fungsi

gramatikal yang membentuk FP dalam bahasa Batak Toba.

4.1.1 Komplemen

Komplemen adalah argumen internal yang letaknya dalam struktur FP

dibawahi langsung oleh P’ (P-bar) dan berfungsi merealisasikan properti leksikal.

Komplemen dalam FP bahasa Batak Toba terletak di kanan atau setelah inti

leksikal. Dalam FP, kehadiran komplemen bersifat wajib. Artinya, apabila

komplemen tidak hadir, struktur yang terbentuk menjadi tidak gramatikal.

Komplemen yang membentuk FP bahasa Batak Toba misalnya, berkategori

nomina, FN, FNum, dan FP.

(31) Laho nasida [tu sikkola].

pergi 3.jm P sekolah

‘Mereka pergi ke sekolah.’

(32) Masihol dakdanak i [tu hahana.]

rindu anak DET P kakanya

(44)

FP tu sikkola ‘ke sekolah’ dan tu hahana ‘kepada kakaknya’ dibentuk oleh

preposisi tu ‘ke / kepada’ yang menjadi inti leksikal. Nomina sikkola ‘sekolah’

dan hahana ‘kakaknya’ merupakan argumen internal dari preposisi tu sehingga

disebut komplemen. Jika argumen tersebut dilesapkan atau diubah susunannya,

konstruksi yang dihasilkan menjadi tidak gramatikal. Perubahannya terlihat di

bawah ini.

(33) a. *Laho nasida [tu].

pergi 3.jm P

*‘Mereka pergi ke.’

b. *Laho nasida [sikkola tu]. pergi 3.jm sekolah P

*‘Mereka pergi sekolah ke.’

(34) a. *Masihol dakdanak i [tu].

rindu anak DET P

*‘Anak itu rindu kepada.’

b. *Masihol dakdanak i [hahana tu.]

rindu anak DET kakaknya P

*‘Anak itu rindu kakaknya kepada.’

Sekarang perhatikan contoh berikut ini.

(35) Laho nasida [tu sikkola ni anggina].

pergi 3.jm P sekolah Pos adiknya

‘Mereka pergi ke sekolah adiknya .’

(36) Masihol dakdanak i [tu hahana siakkangan.]

rindu anak DET P kakaknya sulung

‘Anak itu rindu kepada kakaknya yang sulung.’

(45)

sikkola ni anggina ‘sekolah adiknya’ (35) dan hahana siakkangan ‘kakaknya

yang sulung’ (36). Posisi FN sebagai komplemen tidak dapat dipindahkan ke

depan inti leksikal, seperti terlihat pada contoh berikut.

(37) *Laho nasida [sikkola ni anggina tu].

pergi 3.jm sekolah Pos adiknya P

*‘mereka pergi sekolah adiknya ke.’

(38) *Masihol dakdanak i [hahana siakkangan tu.]

rindu anak DET kakaknya sulung P

*‘Anak itu rindu kakaknya yang sulung kepada.’

Perilaku yang sama terdapat pada contoh berikut. Argumen natua-tua ni

huta ‘penatuah kampung’ (39) adalah komplemen. Hal ini terbukti dari tes

pelesapan pada (39b) atau tes perpindahan pada (39c) yang menghasilkan

konstruksi yang tidak gramatikal.

(39) a. Dipasahat hami do parsoalan i [tu natua-tua ni huta.]

Selain nomina dan FN, komplemen dapat berupa FP. Perhatikan contoh

berikut.

(40) [Sahat tu saonari] ndang pajumpang dope ibana dohot inongna.

P P sekarang tidak Akt.temu masih 3.tg P ibunya

(46)

Meskipun terdapat dua preposisi pada contoh (40), konstituen tersebut

adalah satu frasa. Apabila konstituen sahat tu saonari ‘sampai ke sekarang’

dipindahkan ke akhir kalimat konstruksi yang dihasilkan tetap gramatikal.

(41) Ndang pajumpang dope ibana dohot inongna [sahat tu saonari].

tidak Akt.temu masih 3.tg P ibunya P P sekarang

‘Dia belum bertemu dengan ibunya sampai sekarang.’

Status komplemen pada (41) dapat diuji dengan pelesapan atau

perpindahan FP tu saonari ‘ke sekarang’ ke depan inti leksikal.

(42) a. *[Sahat] ndang pajumpang dope ibana dohot inongna.

P tidak Akt.temu masih 3.tg P ibunya

*‘Sampai dia belum bertemu dengan ibunya.’

b. *[tu saonari sahat] ndang pajumpang dope ibana dohot inongna.

P sekarang P tidak Akt.temu masih 3.tg P ibunya

*‘Ke sekarang sampai dia belum bertemu dengan ibunya.’

Bahwa komplemen tidak dapat dilesapkan dan terletak setelah inti leksikal

juga terdapat pada contoh di bawah ini.

(43) Boi do diboan truk on barang [lobi sian dua ton.]

dapat T dibawa truk DET barang lebih P dua ton

‘Truk ini dapat memuat barang lebih dari dua ton.’

Pada kalimat (43), komplemen dari preposisi sian ‘dari’ berkategori

FNum, yaitu dua ton. Seperti pada pengujian sebelumnya, komplemen FNum

tidak dapat dilesapkan atau dipindahkan ke depan inti leksikal.

Kombinasi komplemen yang berkategori nomina, FN, FP, dan FNum

(47)

Perilaku tersebut ditandai dengan posisi komplemen dalam kalimat yang tidak

dapat dilesapkan atau dipindahkan ke depan inti leksikal.

4.1.2 Keterangan

Keterangan adalah atribut pendamping yang terletak di bawah P’ (P-bar).

Sebagai argumen periferal, keterangan diproyeksikan pada tataran yang berbeda.

Dalam FP bahasa Batak Toba, keterangan bersifat opsional. Artinya, meskipun

keterangan dilesapkan atau dipindahkan, FP yang terbentuk tetap gramatikal.

Keterangan pada struktur FP bahasa Batak Toba berkategori FP dan klausa relatif.

Berikut dijelaskan perilaku keterangan dalam membentuk FP bahasa Batak Toba.

(44) Najolo mardalan pat do hami [sian Buluduri tu Sidikalang.]

dulu Akt. jalan kaki T 1.jm P Buluduri P Sidikalang

‘Dulu kami berjalan kaki dari Buluduri ke Sidikalang.’

Konstituen sian Buluduri tu Sidikalang ‘dari Buluduri ke Sidikalang’ pada

contoh (44) disebut FP. FP itu dibentuk oleh preposisi sian ‘dari’ sebagai inti

leksikal, nomina Buluduri sebagai komplemen, dan FP tu Sidikalang ‘ke

Sidikalang’ sebagai keterangan. Bukti tentang komplemen dan keterangan pada

frasa tersebut terlihat pada contoh berikut.

(45) a. *Najolo mardalan pat do hami [sian tu Sidikalang.]

dulu Akt. jalan kaki T 1.jm P P Sidikalang

*‘Dahulu kami berjalan kaki dari ke Sidikalang.’

b. Najolo mardalan pat do hami [sian Buluduri.]

dulu Akt. jalan kaki T 1.jm P Buluduri

(48)

c. Najolo mardalan pat do hami [tu Sidikalangsian Buluduri.] dulu Akt. jalan kaki T 1.jm P Sidikalang P Buluduri

‘Dahulu kami berjalan kaki ke Sidikalang dari Buluduri.’

Berbeda dengan komplemen, keterangan dapat dilesapkan seperti pada

(45b) atau dibalik susunannya seperti pada (45c).

Sekarang perhatikan contoh berikut.

(46) Mauliate ma ta dok [tu Tuhanta na tontong

terima kasih PART 1.jm katakan P Tuhan kita yang tetap

mandongani hita.] Akt.temani 1.jm

‘Terima kasih kita ucapkan kepada Tuhan yang selalu bersama dengan kita.’

(47) Jong-jong ibana [di gingjang ni meja na marlapik kassa.]

berdiri 3.tg P atas Pos meja yang berlapis kaca

‘Dia berdiri di atas meja yang berlapis kaca.’

Dari contoh di atas dapat dijelaskan bahwa klausa relatif na tontong

mandongani hita ‘yang tetap menemani kita’ dan na marlapik kassa ‘yang

berlapis kaca’ berfungsi sebagai keterangan sebab argumen tersebut dapat

dilesapkan.

(48) Mauliate ma ta dok [tu Tuhanta .] terima kasih PART 1.jm katakan P Tuhan kita

‘Terima kasih kita ucapkan kepada Tuhan kita.’

(49) Jong-jong ibana [di gingjang ni meja.]

berdiri 3.tg P atas Pos meja

‘Dia berdiri di atas meja.’

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterangan yang membentuk

(49)

ini memiliki perilaku yang sama dalam membentuk FP, yakni dapat dilesapkan

atau dipindahkan ke depan inti leksikal.

4.1.3 Spesifier

Spesifier (Spes) adalah argumen eksternal yang dibawahi langsung oleh P’’

(P-bar ganda) atau FP. Kategori ini merupakan proyeksi akhir pada sebuah frasa.

Posisi spesifier dalam bahasa Batak Toba bersifat opsional, artinya dapat terletak

di awal frasa (sebelah kiri inti leksikal), di akhir frasa (sebelah kanan inti

leksikal), ataupun di awal dan di akhir frasa. Pada posisi awal, spesifier berfungsi

menerangkan FP di depannya, sedangkan pada posisi akhir, spesifier berfungsi

menutup frasa. Dalam bahasa Batak Toba, spesifier di awal biasanya dimarkahi

adverbia tongon ‘tepat’, lobi ‘lebih’, tar ‘agak’, dan hombar ‘persis’, sedangkan

spesifier di akhir biasanya dimarkahi determiner an, i, ‘itu’ dan on ‘ini’.

Contohnya sebagai berikut.

(50) Tumimbo do tiang on [sian hau an.]

lebih tinggi T tiang DET P pohonDET

‘Tiang ini lebih tinggi daripada pohon itu.’

(51) Marsogot adong ulaon [di jabu on.]

besok ada acara P rumah DET

‘Besok di rumah ini ada acara.’

FP sian hau an ‘daripada pohon itu’ (50) dan di jabu on ‘di rumah ini’

(51) dibentuk oleh sian ‘daripada’ dan di ‘di’ yang berfungsi sebagai inti leksikal,

hau ‘pohon’ dan jabu ‘rumah’ adalah komplemen. Sementara itu, an ‘itu’ dan on

(50)

yang berfungsi untuk menutup frasa sehingga on dan an tidak dapat diperluas

dengan kategori lain. Apabila diperluas bentuknya menjadi tidak gramatikal.

(52) *Tumimbo do tiang on [sian hau an na balga.]

lebih tinggi T tiang DET P pohonDET yang besar

*‘Tiang ini lebih tinggi daripada pohon itu yang besar.’

(53) *Marsogot adong ulaon [di jabu on na gelleng.]

besok ada acara P rumah DET yang kecil

*‘Besok di rumah ini yang kecil ada acara.’

Berbeda dengan contoh di atas, spesifier pada FP lobi sian sampulu taon

‘lebih dari sepuluh tahun’ dan hombar tu pambahenanmu ‘persis ke perbuatanmu’

terletak di awal frasa. Spesifier tersebut berfungsi untuk menerangkan frasa di

depannya.

(54) [Lobi sian sampulu taon] anakkonhu ndang mulak sian pangarantoan.

lebih P sepuluh tahun anakku tidak pulang P perantauan

‘Lebih dari sepuluh tahun anakku tidak pulang dari perantauan.’

(55) Jaloonmu do balosna [hombar tu pambahenanmu.]

terima 2.tg T balasan persis P perbuatanmu

‘Kamu akan menerima balasan persis dengan perbuatanmu.’

Adverbia lobi ‘lebih’ dan hombar ‘persis’ disebut spesifier didasarkan

fakta bahwa pada struktur FP letak adverbia itu selalu di awal. Perpindahan posisi

spesifier tersebut menghasilkan kalimat yang tidak gramatikal, seperti pada (56)

dan (57).

(56) *[Sian sampulu taon lobi] anakkonhu ndang mulak sian pangarantoan.

P sepuluh tahun lebih anakku tidak pulang P perantauan

(51)

(57) *Jaloonmu do balosna [tu pambahenanmu hombar.] terima 2.tg T balasan P perbuatanmu persis

*‘Kamu akan menerima balasan dengan perbuatanmu persis.’

Dalam struktur FP bahasa Batak Toba, spesifier dapat hadir di awal dan di

akhir frasa. Spesifier di awal untuk menerangkan frasa dan spesifier di akhir untuk

menutup frasa. Perhatikan contoh di bawah ini.

(58) [Tongon di toru ni hau i] do hami marpungu.

tepat P bawah Pos pohon DET T 2.tg Akt.kumpul

‘Kami berkumpul tepat di bawah pohon itu.’

(59) [Lobi sian na nileanna i] nungnga hulean tu ibana.

lebih P yang diberikannya DET Perf. kuberikan P 3.tg

‘Sudah saya berikan sesuatu kepadanya lebih daripada yang dia berikan.’

FP tongon di toru ni hau i ‘tepat di bawah rumah itu’ dan lobi sian na

nileanna i ‘lebih daripada yang diberikannya’ dibentuk oleh dua spesifier.

Spesifier tongon ‘tepat’ dan lobi ‘lebih’ yang terletak di awal frasa berfungsi

untuk menerangkan inti leksikal, sedangkan spesifier i ‘itu’ yang terletak di akhir

frasa berfungsi untuk menutup frasa.

Dari uraian di atas, kategori komplemen, keterangan, dan spesifier dapat

digambarkan dalam tabel berikut.

Tabel 4.1 Kategori pembentuk Komp, Ket, dan Spes

Komplemen Keterangan Spesifier

Awal Akhir

N/FN FP Adverbia DET

FP KlR

(52)

4.2 Struktur Frasa Preposisi Bahasa Batak Toba

Pembahasan mengenai struktur frasa dalam teori X-bar bertalian dengan

tiga fungsi gramatikal, yakni komplemen (Komp), keterangan (Ket), dan spesifier

(Spes). Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, komplemen merupakan

argumen internal yang posisinya langsung dibawahi oleh X-bar dan kehadiran

komplemen merupakan realisasi dari kategori leksikal. Secara skematis

keterangan juga dibawahi X-bar, tetapi letaknya pada tingkatan yang berbeda.

Dengan kata lain, komplemen didominasi oleh X-bar pertama sementara

keterangan didominasi oleh X-bar kedua. Status kedua argumen tersebut berbeda.

Dalam struktur frasa, komplemen merupakan argumen wajib (inti), sedangkan

keterangan adalah argumen opsional. Sementara itu, spesifier merupakan argumen

yang langsung dibawahi oleh X-bar ganda atau frasa X.

Jelasnya, inti leksikal P bersama dengan komplemen membentuk

konstituen P-bar. Jika keterangan hadir pada FP, keterangan dan P-bar akan

membentuk P-bar berikutnya. Proyeksi maksimal terbentuk jika spesifier muncul

pada FP. Di bawah ini dijelaskan struktur FP bahasa Batak Toba.

4.2.1 Preposisi + Komplemen

Dalam bahasa Batak Toba, preposisi dapat membentuk frasa preposisi

apabila didampingi oleh kategori lain sebagai komplemen. Perhatikan contoh

berikut.

(60) Naeng jiara hami [tu kuburan ni tulangna.]

ingin ziarah 1.jm P makam Pos pamannya

(53)

Pada (60) FP tu kuburan ni tulangna ‘ke makam pamannya’ dibentuk oleh

preposisi tu ‘ke’ sebagai inti leksikal. Argumen FN kuburan ni tulangna ‘makam

pamannya’ merupakan komplemen sebab argumen tersebut dibutuhkan inti

leksikal untuk membentuk FP.

Dalam skema X-bar preposisi tu ‘ke’ berkombinasi dengan FN kuburan ni

tulangna ‘makam pamannya’ untuk membentuk P-bar. Dalam hal ini, keterangan

dan spesifier tidak muncul. Pada proyeksi tertinggi, diagramnya tidak bercabang.

Struktur ini dapat digambarkan pada diagram berikut.

(61) FP

P’

P FN

tu kuburan ni tulangna

‘ke’ ‘makam pamannya’

Bandingkan dengan contoh di bawah ini.

(62) Ndang marsikkola hami [sahat tu ari Sabtu.]

tidak Akt.sekolah 1.jm P P hari Sabtu

‘Kami tidak masuk sekolah sampai hari Sabtu.’

Secara skematis, representasi struktur frasa (62) sama dengan frasa di atas

(61). Namun, kategori yang membentuk komplemen bukan nomina, melainkan

FP. Dalam hal ini, FP tu ari Sabtu adalah komplemen sebab konstituen tersebut

(54)

(63) *Ndang marsikkola hami [tu ari Sabtu sahat.] tidak Akt.sekolah 1.jm P hari Sabtu P

*‘Kami tidak masuk sekolah ke hari Sabtu sampai.’

Jelaslah bahwa inti leksikal sahat ‘sampai’ dan komplemen tu ari sabtu

‘ke hari sabtu’ didominasi oleh P-bar. Keterangan dan spesifier tidak hadir dalam

struktur ini. Struktur FP dapat dilihat pada (64).

(64) FP

P’

P FP

sahat tu ari Sabtu

‘sampai’ ‘ke hari Sabtu’

4.2.2 Preposisi + Keterangan

Struktur FP bahasa Batak Toba dapat juga dibentuk oleh inti plus

keterangan. Dari segi bentuk, struktur seperti ini mirip dengan struktur yang

dibentuk oleh inti plus komplemen. Contohnya, (65 dan 66) memuat argumen

berkategori klausa relatif, tetapi fungsi argumen ini ialah keterangan, bukan

komplemen.

(65) Tangis do inanta i [di na buni.] menangis T ibu DET P yang sembunyi

(55)

(66) Ndang boi berengon dolok i [sian na dao.] tidak dapat terlihat bukit DET P yang jauh

‘Bukit itu tidak terlihat dari jauh’

Argumen klausa relatif pada (65 dan 66) sulit ditentukan tergolong

komplemen atau keterangan. Namun, fakta memperlihatkan bahwa argumen itu

adalah keterangan, yakni antara inti leksikal dan klausa relatif dapat disisipi

kategori lain yang berfungsi sebagai komplemen. Ini menunjukkan bahwa

komplemen pada struktur frasa tersebut bersifat implisit. Perhatikan contoh di

bawah ini.

(67) Tangis do inanta i [di inganan na buni.]

menangis T ibu DET P tempat yang sembunyi

‘Ibu itu menangis di tempat yang tersembunyi.’

(68) Ndang boi berengon dolok i [sian huta na dao.]

tidak dapat terlihat bukit DET P daerah yang jauh

‘Bukit itu tidak terlihat dari daerah yang jauh’

Struktur frasanya melibatkan dua konstituen P-bar. Konstituen P-bar

terendah mendominasi sebuah inti leksikal. Konstituen P-bar tertinggi

mendominasi konstituen P-bar terendah dan keterangan klausa relatif.

Selanjutnya, proyeksi maksimal FP mendominasi P-bar tertinggi. Dalam sturktur

(56)

(69) FP

P’

P’ KlR

P

di / sian na buni / na dao

‘di / dari’ ‘yang tersembunyi / yang jauh’

4.2.3 Preposisi + Komplemen + Keterangan

Struktur FP dapat diperluas menjadi P-bar yang lain dengan tambahan

keterangan. Struktur FP berikut menghadirkan komplemen dan keterangan. Tipe

frasa ini memiliki dua argumen, yaitu argumen internal FN sada huta ‘satu

kampung’ dan argumen periferal FP di luat na dao ‘di tempat yang jauh’ pada

(70) serta argumen internal FN jabu nami ‘rumah kami’ dan argumen periferal FP

tu jabu ni ompung ‘ke rumah nenek’ pada (71).

(70) Pidda do nasida [tu sada huta di luat na dao.]

pindah T 3.jm P satu kampung P tempat yang jauh

‘Mereka pindah ke suatu daerah di tempat yang jauh.’

(71) Manarui tapian do nasida [sian jabu nami tu jabu ni ompung.]

Akt.antar air T 3.jm P rumah 1.jm P rumah Pos nenek

‘Mereka mengangkat air dari rumah kami ke rumah nenek.’

(57)

menimbulkan kecurigaan sebab dalam konstruksi tersebut terdapat dua FP.

Namun, fakta berikut menunjukkan bahwa kedua FP tersebut berada dalam satu

frasa. Perhatikan contoh berikut.

Komplemen dan keterangan memiliki perbedaan yang jelas. Sebagai

argumen internal, komplemen tidak dapat dilesapkan, sedangkan keterangan

sebagai argumen periferal dapat dilesapkan.

(74) a *Pidda nasida [tu di luat na dao.]

Keterangan FP pada (74 dan 75) memiliki tataran proyeksi yang berbeda

dengan komplemen FN pada struktur frasa tersebut. FN sada huta dan jabu nami

(58)

membentuk P-bar yang paling rendah. FP di luat na dao dan tu jabu ni ompung

sebagai keterangan berkombinasi dengan P-bar yang paling rendah untuk

membentuk P-bar di atasnya.

(76) FP

P’

P’ FP

P FN

tu / sian sada huta / jabu nami di luat na dao / tu jabu ni ompung ‘ke/dari’ ‘satu kampung/rumah kami’ ‘di tempat yang jauh/ke rumah nenek’

Secara skematis struktur frasa di bawah ini sama dengan struktur frasa

pada (76). Namun, keterangan pada FP adalah klausa relatif. Lihat contoh (77).

(77) Mangkatai bapa [tu angka natua-tua na hundul di adopan nami.]

Akt.bicara ayah P para orang tua yang duduk P depan 1.jm

‘Ayah berbicara kepada para orang tua yang duduk di depan kami.’

Status keterangan pada (77) dapat diuji dengan melesapkan klausa relatif

pada frasa tersebut. Hal ini sesuai dengan sifat keterangan, yakni bersifat opsional.

Jadi, meskipun keterangan dilesapkan, konstruksi yang dihasilkan tetap

(59)

(78) Mangkatai bapa [tu angka natua-tua.] Akt.bicara ayah P para orang tua

‘Ayah berbicara kepada para orang tua.’

Contoh di atas menjelaskan bahwa inti leksikal tu ‘ke’ bersama dengan

komplemen angka natua-tua ‘para orang tua’ dibawahi langsung oleh P-bar

paling rendah. Pada tingkatan berikutnya, keterangan berkombinasi dengan P-bar

untuk membentuk P-bar yang lain. Representasi struktur frasanya tampak pada

skema di bawah ini.

(79) FP

P’

P’ KlR

P FN

tu angka natua-tua na adong di adopan nami

‘kepada’ ‘para orang tua’ ‘yang ada di depan kami’

4.2.4 Preposisi + Komplemen + Spesifier

Struktur FP dapat dibentuk oleh inti berkombinasi dengan komplemen dan

spesifier. Pada (80), adverbia i ‘itu’ adalah spesifier, sedangkan nomina

parmaraan ‘bahaya’ adalah komplemen. Begitu juga pada (81), adverbia an

(60)

(80) Nungnga malua hami [sian parmaraan i.] Perf. lepas 1.jm P bahaya DET

‘Kami sudah terbebas dari bahaya itu.’

(81) Sussihon jolo piring on [tu mual an.]

cucikan dulu piring DET P sungai DET

‘Cucikan piring ini ke sungai itu.’

Struktur FP contoh di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. Inti leksikal

dan nomina parmaraan (80), mual (81) membentuk konstituen P-bar. Keterangan

tidak muncul dalam struktur frasa ini. Selanjutnya, spesifier i dan an bersama

dengan konstituen P-bar membentuk proyeksi maksimal. Struktur frasanya

digambarkan di bawah ini.

(82) FP

P’ Spes

P N

sian/tu parmaraan/mual i/an

‘dari/ke’ ‘bahaya/sungai’ ‘itu’

4.2.5 Preposisi + Komplemen + Keterangan + Spesifier

Struktur FP bahasa Batak Toba sangat kompleks apabila fungsi gramatikal,

seperti komplemen, keterangan, dan spesifier dapat hadir. Struktur yang demikian

(61)

(83) Hurung ma manuk i [tu lobu na di pudi ni jabu an.] kurung PART ayam DET P kandang yang P belakang Pos rumah DET

‘Kurunglah ayam itu di kandang yang di belakang rumah itu.’

Pada FP (83), nomina lobu ‘kandang’ adalah komplemen, klausa relatif na

di pudi ni jabu ‘yang di belakang rumah’ adalah keterangan, dan determiner an

‘itu’ adalah spesifier. Struktur FP (83) digambarkan pada (84).

(84) FP

P’ Spes

P’ KlR

P N

tu lobu na di pudi ni jabu an

‘ke’ ‘kandang’ ‘yang di belakang rumah’ ‘itu’

Struktur FP di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, konstituen

P-bar terendah mendominasi inti leksikal dan komplemen lobu. Berikutnya,

konstituen P-bar tertinggi mendominasi P-bar yang terendah dan keterangan na di

pudi ni jabu. Kemudian, proyeksi maksimal FP mendominasi konstituen P-bar

tertinggi dan spesifier an.

Sekarang perhatikan contoh berikut.

(85) Naeng leanon nami do pangurupion [tu angka jolma di huta on.]

akan berikan 1.jm T bantuan P semua orang P kampung DET

Gambar

Gambar 3kab.go.id., asi penelitiaan http://.1 Peta loka(/www.dairikdiakses 20 FFebruari 20013)
Tabel 3.1 Pekerjaaan Penduduuk
Tabel 3.2 Tingkat Pendidikan Penduduk
Tabel 4.1 Kategori pembentuk Komp, Ket, dan Spes
+2

Referensi

Dokumen terkait

Komplemen dalam frasa numeralia bahasa Pesisir Sibolga tidak hanya terletak di kiri atau di awal saja melainkan juga dapat terdapat di kanan atau di akhir frasa, dan begitu

Penelitian struktur kalimat bahasa Batak Toba di Kabupaten Humbang Hasundutan Kecamatan Lintong ni Huta Berdasarkan hubungan subjek dan predikat analisis teori X-bar

Keterangan dan specifier pada struktur frasa nomina Bahasa Indonesia dapat langsung dibawahi oleh N’ (N- bar), sedangkan pada teori X-bar hanya komplemen yang langsung dibawahi N’

2012.” Struktur Frasa Verba bahasa Pakpak Dairi Analisis Teori X-bar”.. Medan: Fakultas

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberkati penulis sehingga skripsi yang berjudul ’Frasa Verbal dan Fngsinya dalam Kalimat Bahasa Batak Toba’ dapat

Pengguna bahasa Batak Toba beranggapan frasa yang terdapat dalam data (72) yaitu sigotil monis memiliki nilai yang lebih halus dari pada kata holit yang keduanya

Menurut Wahyuni (2004) dalam skripsinya Frasa Numeralia Bahasa Indonesia: Analisis Teori X-bar menjelaskan bahwa struktur internal FNum Bahasa Indonesia dibentuk oleh

Setiap kategori leksikal seperti N,V,A, dan P, yang di dalam teori ini disimbolkan dengan X, dibentuk oleh sebuah komplemen, keterangan, dan spesifier, maka komplemen