STRUKTUR FRASA NUMERALIA DALAM BAHASA PESISIR SIBOLGA : ANALISIS TEORI X-BAR
SKRIPSI
OLEH
ASMIRA RAHMA SARI LUBIS 070701030
DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
STRUKTUR FRASA NUMERALIA DALAM BAHASA PESISIR SIBOLGA : ANALISIS TEORI X-BAR
Oleh:
ASMIRA RAHMA SARI LUBIS 070701030
Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh
gelar sarjana sastra yang telah disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Gustianingsih, M.Hum
NIP 19640828 198903 2 001 NIP 19600725 198601 1 002 Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum
Departemen Sastra Indonesia
Ketua,
PERNYATAAN
Penulis menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang penulis perbuat ini tidak benar, penulis bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang penulis peroleh.
Medan, Desember 2010
FRASA NUMERALIA DALAM BAHASA PESISIR SIBOLGA ANALISIS TEORI X-BAR
ASMIRA RAHMA SARI LUBIS
ABSTRAK
Penelitian ini mendeskripsikan perilaku dan struktur frasa numeralia dalam bahasa Pesisir Sibolga. Teori yang digunakan adalah teori X-bar oleh Noam Chomsky. Dalam pengumpulan data digunakan metode simak yang didukung oleh teknik catat. Pada pengkajian data digunakan metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, teknik ganti dan teknik balik. Pada penyajian data digunakan metode formal dan informal. Struktur internal bahasa pesisir sibolga dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan specifier. Komplemen dalam frasa numeralia bahasa Pesisir Sibolga tidak hanya terletak di kiri atau di awal saja melainkan juga dapat terdapat di kanan atau di akhir frasa, dan begitu pula halnya dengan keterangan yang bersifat opsional karena dapat terletak sebelum atau sesudah inti leksikal. Specifier dalam frasa numeralia bahasa Pesisir Sibolga bersifat iteratif dan posisinya dapat berdampingan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kaidah struktur frasa numeralia dalam bahasa pesisir sibolga dapat dirumuskan menjadi 15 kaidah, yaitu FNum Inti , FNum Inti + Komp , FNum Inti + Ket , FNum Inti + Spec
Kata Kunci: Struktrur Frasa, Kaidah Struktur Frasa, Frasa Numeralia, Bahasa Pesisir Sibolga, Sintaksis, Teori X-Bar, Tata Bahasa Generatif
PRAKATA
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan kepada Dia sang pemberi
petunjuk, Allah SWT, yang tidak henti hentinya memberikan segala curahan rahman dan
rahimnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Frasa Numeralia
Dalam Bahasa Pesisir Sibolga: Analisis Teori X-bar.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan pihak atau lembaga yang ada
disekitar penulis. Dengan salam penuh hormat, cinta dan kasih, penulis sampaikan
terimakasih kepada :
1. Dr. Syahron Lubis, M.A sebagai Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
2. Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum sebagai Ketua Departemen Sastra Indonesia Fakultas
Sastra Universitas Sumatera Utara
3. Dra. Mascahaya, M.Hum sebagai Sekretaris Departemen Sastra Indonesia Fakultas
Sastra Universitas Sumatera Utara
4. Dr. Gustianingsih, M.Hum sebagai dosen pembimbing I atas keikhlasannya memberikan
ilmu, arahan dan motivasi kepada penulis. Beliau tak pernah kenal lelah, tak peduli
waktu dengan tangan terbuka senantiasa membimbing penulis hingga selesainya skripsi
ini. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat. Amin
5. Bapak Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum sebagai dosen pembimbing II yang selalu
meluangkan waktu untuk membimbing penulis.
6. Ibu Dr. Dwi Widayati, M.Hum sebagai dosen pembimbing akademik yang mau berbagi
tawa dengan penulis.
7. Prof.Dr.Ikhwanuddin, M.Hum yang telah banyak memberikan informasi mengenai
8. Bapak dan Ibu Staf Pengajar Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas
Sumatera Utara
9. DISBUDPARPORA Pemko Sibolga yang telah bersedia membantu penulis dalam
penyediaan sumber data.
10. Inspirasi hidupku, cahaya jiwaku, semangat juangku, ayahanda, Drs. H. Habibun Nazar
Lubis dan ibunda, Netty Duma Sari Hutapea. Beliau-beliaulah tempat menyandarkan
tawa air mata, berusaha mengerti apa yang ingin dimengerti, serta peluk dan kasihnya
yang memudarkan lelah. Ayahanda dan ibunda adalah orang terhebat sedunia. Doamu
telah mengantar anakmu ke gerbang kesuksesan. Selalu sayang padamu dahulu, sekarang
dan selamanya.
11. Loebz Broswiztah, saudara sekaligus menjadi sahabat penulis, bang kuyek Syawirhan
Lubis, S.E. (sang pemimpin), ogek Ners Guslan Hadi Lubis, S.Kep. (sang penolong),
ethy Naila Sri Humairak Lubis, S.Pd. (sang penasehat), dan didenk Isma Rani Rukmana
Lubis (sang pencerah)
[chemiland nyusul]
12. Bapak dan Ibu tercinta, Ir. H. Rama Yulis Nasution, M.T dan Dr. Hasrita Lubis, M.Pd.
atas doa, nasehat serta motivasi yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis.
13. Keluarga besar Lubis di Batang Serangan terkhusus untuk nenekku tersayang.
14. Keluarga besar Hutapea di Sibolga.
15. The 4rouses of thoink class, Wita si pooh, Devi si cute, dan Nisa si kalem, atas
persahabatan yang diberikan suka duka yang kita lalui bersama. Semoga tetap bisa kita
pertahankan sampai menutup mata.
[mira si pinky luan yaah,,buruan nyusul biar kita bareng nyari kerjanya]
16. Yang sering buat kesal sekaligus tawa, sahabatku Aliza Basrah Lubis, atas kebaikannya
17. Kakak asuhku, Mustika Wulandari ’05 alias ticka perempuan, yang telah banyak
memberi motivasi dan membantu penyediaan buku-buku kuliah selama penulis
menjalani studi. Buku yang diberikan sangat bermanfaat.
18. Kakak Dedek yang telah banyak membantu dalam hal administrasi dan informasi di
Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
[maaf yah kak,, kalau bimbingan selalu buatmu lama menunggu]
19. Senior – senior, bang benk-benk, kak nanda, kak ipeh, kak rina, kak laito,kak desi
“desot” yang telah banyak membantu dan berbagi pengalaman dengan penulis ketika
menjalani studi.
20. Teman – teman stambuk ’07 (“waktu terasa semakin berlalu tinggalkan cerita tentang
kita, akan tiada lagi kini tawamu tuk hapuskan smw sepi dihati, ada cerita tentang masa
yang indah saat kita berduka saat kita tertawa”. Always remember it in Bunga Diana
house’s)
[tetap semangat sobat-sobat!!]
21. Under Ground Community, Icha si chealsea [keju ma..keju ma..], Novel si motivator
[gak boleh gituh bebh..], Enytime [jalan-jalan lah], Ticka si gokil [sakit apa tick? “Ini
diagnosis gizi buruk”], Irma si cute [xinaga], Yuni si twin date [let it flow], Sri si
makhluk tenang sedunia [rik ada tugas loh..“loost”], Widi alias ukhti [sholat yuk], Vivi si
kalem, Hendra Winata alias komting [hmm,,bau apa neh? mandi kau ndra], Lutfi alias
bang uphy
22. Kawan seperjuangan Risma, Novel, Nova atas kerja keras dan kerja sama kita mencapai
target 3,5 tahun.
23. Keluarga di kost tercinta, ongku (alm), nenek, wak pon, ipho “posek”, bang Budi, kak
Rina, dan adek-adek tersayang Nisa “aconk”, Tika “madut”, Nazwa “majeng”, Zaskia
“cucun” atas kebaikan dan perhatiannya selama ini sampai penulis menyelesaikan studi.
24. Anggota atas, prastik dan wahyuni atas pengalaman yang luar biasa satu atap, makan gak
makan yang penting kumpul,,lapar dahaga ditanggung bersama.
[aq luan yah,,titip kamar]
25. Lagu Bondan& fade2black, Pee Wee Gaskins, Sheila on7, dan Souljah yang telah setia
menemani sekaligus sebagai motivator penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
26. Teman-teman Sahiva dan Kompas, atas persahabatan singkat kita yang sangat berarti
untuk penulis.
27. Kepada seluruh pihak yang terkait.
Akhir kata, semoga segala kebaikan yang telah penulis terima dari berbagai pihak selama
menyelesaikan skripsi ini menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat, tidak hanya berguna
bagi penulis sendiri tetapi juga berguna bagi orang banyak nntinya. Amin.
Medan, Desember 2010
Penulis,
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ABSTRAK
PRAKATA………... i
DAFTAR ISI ……….. i
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN………..…………...ii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang………. 1
1.2 Masalah……… 3
1.3 Pembatasan Masalah……….………... 3
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 3
1.4.1 Tujuan Penelitian ……….. 3
1.4.2 Manfaat Penelitian………….……….... 4
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA ………... 5
2.1 Konsep………..………..……….. 5
2.1.1 Pengertian Frasa………...………….. 5
2.1.2 Frasa Numeralia dan Kategorinya………..……….. 10
2.2 Landasan Teori ……….………..………. 12
2.2.1 Teori X-bar……… 12
2.2.2 Kaidah Struktur Frasa Numeralia dalam Bahasa Pesisir Sibolga….. 14
2.3 Tinjauan Pustaka……….……….……… 17
BAB III METODE PENELITIAN ……….………. 19
3.1 Metode Penelitian………... 19
3.1.1 Sumber Data………..…………...……….. 19
3.1.3 Metode dan Teknik Analisis Data …...………..……. 22
3.1.4 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data …...………….. 23
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Perilaku Fungsi Gramatikal Frasa Numeralia Bahasa Pesisir Sibolga….…26 4.1.1 Komplemen…………...26
4.1.2 Keterangan………....32
4.1.3 Specifier……….…...36
4.2 Kaidah Struktur Frasa Numeralia Bahasa Pesisir Sibolga………...……38
4.2.1 FNum Inti………..……38
BAB V SIMPULAN DAN SARAN………...55
5.2 Saran……….56
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN
Daftar Lambang
( ) batas konstituen
' bar / palang
" bar tertinggi
mendominasi
Daftar Singkatan A adjektiva
Adv adverbia
FA frasa adjektiva
FAdv frasa adverbia
FNum frasa numeralia
Fprep frasa preposisi
FV frasa verba
Ket keterangan
Komp komplemen
N nomina
Num numeralia
Prep preposisi
Spec spec
FRASA NUMERALIA DALAM BAHASA PESISIR SIBOLGA ANALISIS TEORI X-BAR
ASMIRA RAHMA SARI LUBIS
ABSTRAK
Penelitian ini mendeskripsikan perilaku dan struktur frasa numeralia dalam bahasa Pesisir Sibolga. Teori yang digunakan adalah teori X-bar oleh Noam Chomsky. Dalam pengumpulan data digunakan metode simak yang didukung oleh teknik catat. Pada pengkajian data digunakan metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, teknik ganti dan teknik balik. Pada penyajian data digunakan metode formal dan informal. Struktur internal bahasa pesisir sibolga dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan specifier. Komplemen dalam frasa numeralia bahasa Pesisir Sibolga tidak hanya terletak di kiri atau di awal saja melainkan juga dapat terdapat di kanan atau di akhir frasa, dan begitu pula halnya dengan keterangan yang bersifat opsional karena dapat terletak sebelum atau sesudah inti leksikal. Specifier dalam frasa numeralia bahasa Pesisir Sibolga bersifat iteratif dan posisinya dapat berdampingan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kaidah struktur frasa numeralia dalam bahasa pesisir sibolga dapat dirumuskan menjadi 15 kaidah, yaitu FNum Inti , FNum Inti + Komp , FNum Inti + Ket , FNum Inti + Spec
Kata Kunci: Struktrur Frasa, Kaidah Struktur Frasa, Frasa Numeralia, Bahasa Pesisir Sibolga, Sintaksis, Teori X-Bar, Tata Bahasa Generatif
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang
didiami oleh berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa mempunyai ciri khas tersendiri yang
membedakannya dari suku yang lain. Salah satu pembeda itu adalah bahasa. Bahasa adalah
sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja
sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2008:24).
Pembinaan dan pengembangan bahasa sangat penting terutama pada bahasa-bahasa
daerah karena disamping sebagai pemerkaya kebudayaan nasional yang diungkapkan didalam
kebudayaan nasional, nilai – nilai kebudayaan tradisional juga diungkapkan di dalam bahasa–
bahasa daerah. Konsep kebudayaan tradisional hanya dapat dimengerti melalui ungkapan
bahasa daerah msyarakatnya (Sibarani, 2003:1). Dengan berkembangnya bahasa-bahasa
daerah, maka budaya etnis penutur tersebut akan dikenal dan kemungkinan pengkajian serta
pengembangan budaya masyarakat penutur bahasa itu akan lebih cepat dilakukan. Oleh
karena itu, bahasa daerah harus tetap dipelihara dan dibina agar tetap berkembang. Salah satu
upaya melestarikan eksistensi bahasa-bahasa daerah itu adalah dengan cara melakukan kajian
tentang bahasa-bahasa tersebut.
Salah satu bahasa daerah yang mengalami perkembangan cukup pesat adalah bahasa
Pesisir Sibolga. Perkembangan bahasa Pesisir Sibolga dipengaruhi oleh besarnya jumlah
penutur. Penutur bahasa ini diperkirakan sekitar 84.444 jiwa dengan luas wilayah sekitar
10,77 kilo meter persegi di dataran Sumatera (Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik
kota Sibolga tahun 2010). Selain itu, kota ini juga menjadi sebuah kota bahari yang identik
pelaut atau musafir yang berkelana dari berbagai penjuru negeri, dan melayani mereka yang
hendak beristirahat atau sekedar bertamasya. Hal inilah yang menjadi pendukung
perkembangan bahasa Pesisir Sibolga.
Secara geografis wilayah Sibolga terletak antara 1º 42'1º 46' Lintang Utara dan 98º 44' -
98º 48' Bujur Timur di Pantai Barat Pulau Sumatera Bagian Utara yaitu di Teluk Tapian
Nauli, ± 350 Km Selatan Kota Medan. Secara administratif, kota Sibolga terdiri atas empat
Kecamatan, yakni Sibolga Utara, Sibolga Kota, Sibolga Selatan, dan Sibolga Sambas.
Kemudian empat kecamatan itu dibagi menjadi 17 Kelurahan.
Bahasa Pesisir Sibolga dapat dikaji berdasarkan strukturnya seperti yang pernah
dilakukan oleh Setiana Simorangkir (1986) dalam bukunya Struktur Bahasa pesisir Sibolga.
Struktur tersebut termasuk mengenai frasa. Pembentuk frasa adalah kata. Kata, dalam tataran
sintaksis, merupakan satuan gramatikal bebas terkecil, sehingga pembentuk frasa harus
berupa morfem bebas. Misal, sangat cantik dan gedung tinggi. Dari pengertian di atas dapat
juga dikatakan bahwa frasa adalah gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, artinya antara
kedua unsur yang membentuk frasa itu tidak berstruktur subjek-predikat atau berstruktur
predikat-objek. (Chaer, 1994 : 222).
Ramlan (1995: 151) memberi batasan bahwa frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri
atas dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa. Sebagai suatu fungsi,
frasa adalah satuan sintaksis terkecil yang merupakan pemadu kalimat (Samsuri, 1985:93).
Sebagai suatu bentuk, frasa adalah satuan gramatikal yang berupa kata yang nonpredikatif
(Kridalaksana dkk, 1994 : 162). Frasa dapat dikaji secara struktural maupun secara generatif.
Secara struktural, frasa dikaji berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada, misalnya
dalam menentukan kelas kata, untuk menyatakan kata kerja harus berdistribusi dengan frasa “
dengan” dan kata sifat adalah kata yang dapat didahului oleh kata “sangat” atau kata “paling”
arti dalam bentuk kaidah-kaidah yang tepat dan jelas sebab frasa merupakan kumpulan kata
yang terdiri atas deretan bunyi yang mempunyai makna.
Tata bahasa generatif adalah cabang linguistik teoretis yang bekerja untuk menyediakan
seperangkat aturan yang secara akurat dapat memprediksi kombinasi kata yang mampu
membuat tata bahasa kalimat yang benar. Studi tentang tata bahasa generatif dimulai pada
tahun 1950-an oleh Noam Chomsky, seorang filsuf Amerika yang juga seorang penulis dan
pengajar di bidang linguistik. Chomsky mengenalkan gagasan barunya melalui sebuah buku
yang berjudul Syntactic Structure. Di dalam buku ini, Chomsky mengutarakan bahwa bahasa
berkaitan dengan aktivitas mental yang sehubungan juga dengan probabilitas dan bukan
berhadapan dengan data kajian yang tertutup dan selesai sehingga bahasa dapat dianalisis dan
dideskripsikan secara pasti. Akibat konsep tersebut bahwa teori merupakan sebuah hipotesis
yang memiliki hubungan secara internal antara yang satu dengan yang lainnya. Hipotesis
tersebut memiliki dua ciri, pertama berisi pernyataan yang berfungsi untuk memahami
sesuatu secara sementara yang dikembangkan melalui strategi heuristik dan kedua merupakan
kreasi intelek yang sistematik, teliti tetapi sekaligus bersifat tentatif (Chomsky, 1981 dalam
Adil) . Gagasan inilah yang dimaksud Chomky sebagai tata bahasa generatif. Sehubungan
dengan itu maka pengertian tata bahasa generatif adalah tata bahasa yang berusaha
menampilkan seperangkat kaidah kalimat yang terbatas dari kalimat yang tak terbatas
jumlahnya.
Teori X-bar adalah salah satu bidang kajian Tata Bahasa Generatif Transformasi. Teori
ini pada mulanya digunakan untuk menjawab dua permasalahan yang dihadapi oleh kaidah
struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa. Permasalahan yang pertama adalah kaidah
struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa hanya dapat diterapkan pada jenis proyeksi
tertentu. Permasalahan kedua, kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa terkesan
bukanlah sesuatu yang asing dalam literatur bahasa Indonesia. Sebagai contoh, teori ini telah
diterapkan oleh Mulyadi dalam penelitiannya (1998) yang membicarakan frasa nomina
bahasa Indonesia dan pada frasa preposisi bahasa Indonesia (2002).
Kajian struktur frasa terhadap bahasa Pesisir Sibolga masih terbatas termasuk di
antaranya mengenai frasa numeralia. Numeralia dalam tata bahasa Pesisir Sibolga tidak dapat
diabaikan begitu saja. Istilah numeralia digunakan untuk menghitung banyaknya maujud,
misalnya, untuk menyatakan jumlah orang, binatang dan benda (Moeliono, 1988 : 194). Pada
tataran frasa, numeralia bisa diperluas menjadi frasa numeralia dengan cara menambahkan
konstituen lain sebelum atau sesudah inti leksikal. Namun, dalam sintaksis generatif (lihat
Radford, 1988: 86), frasa numeralia dapat terbentuk tanpa adanya tambahan konstituen lain
sebab frasa yang belum dimodifikasi memiliki distribusi dan status yang sama seperti sebuah
frasa yang lengkap.
Dari uraian di atas, sejauh yang diamati peneliti terhadap struktur FNum bahasa Pesisir
Sibolga dengan menggunakan teori X-Bar sama sekali belum pernah dilakukan. Hal inilah
yang menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian tentang frasa numeralia dalam
bahasa pesisir Sibolga.
1.2Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah dari penelitian ini
adalah
1. Bagaimanakah perilaku fungsi gramatikal, seperti komplemen (Komp), keterangan
(Ket), dan specifier (Spec) dalam membentuk struktur FNum bahasa Pesisir Sibolga
berdasarkan teori X-bar?
1.3Pembatasan Masalah
Suatu penelitian mempunyai batasan masalah. Dengan adanya pembatasan masalah,
maka penelitian yang dikaji dapat terarah dan tidak terjadi kesimpangsiuran terhadap masalah
yang hendak diteliti, sehingga tujuan yang dimaksud dapat tercapai. Oleh karena itu,
penelitian ini dibatasi hanya pada struktur frasa, yakni frasa numeralia dalam bahasa Pesisir
Sibolga berdasarkan teori X-bar dan diteliti secara kepustakaan.
1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai dua tujuan yakni
2. Mendeskripsikan fungsi gramatikal, seperti komplemen (Komp), keterangan (Ket), dan
specifier (Spec) dalam membentuk struktur FNum bahasa Pesisir Sibolga berdasarkan
teori X-bar.
3. Merumuskan kaidah struktur FNum bahasa Pesisir Sibolga menurut teori X-bar.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Manfaat Teoretis
1. Memberikan manfaat dalam upaya pengembangan kajian sintaksis bahasa Pesisir
Sibolga
2. Memperkaya pemerian bahasa Pesisir Sibolga, khususnya yang berhubungan dengan
FNum dalam analisis teori X-bar
Manfaat Praktis
1. Sebagai sumber data bagi penelitian lanjutan tentang frasa numeralia maupun
bahasa-bahasa daerah lain khususnya yang berhubungan dengan teori X-bar.
2. Sebagai informasi bagi pemerintah daerah mengenai hasil penelitian baru tentang bahasa
Pesisir Sibolga.
3. Sebagai bahan perbandingan untuk pembelajaran antara struktur frasa numeralia bahasa
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses,
atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
lain.
Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian. Paparan konsep-konsep
bersumber dari pendapat para ahli, pengalaman peneliti, dokumentasi, dan nalar yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.
2.1.1 Pengertian Frasa
Menurut Keraf (1984:138) frasa adalah satuan konstruksi yang terdiri atas dua kata atau
lebih yang membentuk satu kesatuan. Kemudian Kridalaksana (1994:162) menyatakan bahwa
frasa adalah satuan gramatikal berupa gabungan kata yang nonpredikatif.
Radford (1988:86) frasa adalah suatu konstruksi yang dibentuk dengan atau tanpa atribut
sebagai pendamping dan memiliki inti leksikal. Elson dan Picket (dalam Mulyadi, 1998:6)
frasa adalah sebuah unit yang secara potensial terbentuk dari dua kata atau lebih, tetapi tidak
memiliki ciri proposisi dalam kalimat. Ini berarti bahwa frasa tidak memiliki ciri klausa dan
kalimat, atau secara aktual sebuah frasa mungkin saja terdiri atas satu kata.
Berdasarkan persamaan distribusi dengan kategori kata, frasa dapat digolongkan menjadi
empat golongan, yaitu frasa nomina, frasa verba, frasa numeralia, dan frasa keterangan
(Ramlan, 1995:158). Menurut Chaer (1994:228) frasa berdasarkan kategori intinya dapat
dibedakan atas empat golongan, yakni 1) Frasa nomina (FN), yaitu frasa yang intinya berupa
frasa yang intinya berupa verba. Misalnya, tidak akan pergi, sedang tertawa, dan sudah
makan. 3) Frasa adjektiva (FA), yaitu frasa yang intinya berupa adjektiva. Misalnya, kurang
cepat, sangat baik, dan cantik sekali. 4) Frasa numeralia (FNum), yaitu frasa yang intinya
berupa numeralia. Misalnya, lima ribu, satu meter, dan tiga kodi.
Kategori leksikal adalah kategori kata yang menentukan kategori frasanya (Radford,
1988:85). Misalnya, keempat frasa di atas jika diaplikasikan ke dalam teori X-bar akan
terbentuk skema seperti di bawah ini :
1) Frasa Nomina
FN → N + A
FN
N'
N A
2) Frasa Verba
FV → P + V
FV
V'
P V
sudah makan
3) Frasa Adjektiva
FA → Spec + A
FA
A'
Spec A
4) Frasa Numeralia
FNum → Num + Num
FNum
Num'
Num Num
lima ribu
Namun, yang menjadi fokus penelitian peneliti adalah frasa numeralia. Frasa numeralia
(FNum) adalah frasa yang terbentuk dari sebuah numeralia sebagai inti dan sebuah kategori
lain sebagai pendamping atau atribut yang berfungsi sebagai kata keterangan bilangan
(Samsuri, 1994:246).Misalnya, lima buah, beberapa orang, dan satu meter. Numeralia lima,
beberapa, dan satu merupakan inti, sedangkan buah, orang, dan meter merupakan atribut
atau pendamping.
2.1.2 Frasa Numeralia dan Kategorinya
Menurut Kridalaksana (1990:77) numeralia adalah kategori yang dapat (1) mendampingi
nomina dalam konstruksi sintaksis, (2) mempunyai potensi untuk mendampingi numeralia
lain , dan (3) tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat.
Berdasarkan uraian tersebut, Kridalaksana mengkategorikan numeralia menjadi 2
1) Numeralia Takrif, yakni numeralia yang menyatakan jumlah tentu. Kategori ini terbagi
atas :
a) Numeralia Utama (Kardinal), yakni kata bilangan yang berfungsi untuk menyatakan
jumlah, nomor, urutan, atau himpunan.
Numeralia utama terdiri atas
1. Bilangan penuh yang menyatakan jumlah tertentu, seperti satu, sebelas, tiga
puluh satu.
2. Bilangan pecahan yang terdiri atas pembilang dan penyebut yang dibubuhi
preposisi, seperti setengah, seperlima, dan tiga pertujuh.
3. Bilangan gugus yang menyatakan sekelompok bilangan, seperti lusin, ton,
kodi, ribu, ratus, juta, dan seterusnya.
b) Numeralia Tingkat (Ordinal), yakni kata bilangan yang berfungsi untuk menyatakan
urutan dalam jumlah dan berstruktur ke- + Num.
Contoh: Kakakku menjadi juara ketiga lomba baca puisi.
c) Numeralia Kolektif, yakni kata bilangan yang berfungsi untuk menyatakan himpunan
dan digunakan di depan kata benda
Contoh: Kelima anak itu datang terlambat.
2) Numeralia Tak Takrif, yakni numeralia yang menyatakan jumlah tidak tentu.
Contoh : semua, seluruh, beberapa, sebagian, tiap-tiap, segala, berbagai, sekalian, dan
seterusnya.
Dalam penggunaannya, numeralia juga memiliki kata bantu bilangan, yakni kata-kata
yang digunakan sebagai tanda pengenal benda dan digunakan di belakang kata bilangan
dalam menyebutkan jumlah suatu benda (Chair,2006: 116)
Kata bantu bilangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
b) Ekor digunakan di depan kata benda yang menyatakan binatang.
c) Buah digunakan di depan kata benda umum dan terhitung.
d) Batang digunakan untuk benda yang berbentuk panjang, bulat maupun persegi
seperti pohon dan pipa
e) Lembar digunakan untuk benda pipih dan lebar, seperti papan, seng
f) Helai digunakan untuk benda tipis dan lebar, seperti daun, seng, dan uang
g) Butir digunakan untuk benda bulat bundar dan kecil, seperti telur dan kelereng.
h) Biji digunakan untuk benda pipih dan lebar, seperti papan, seng
i) Pucuk digunakan untuk surat
j) Laras digunakan untuk senjata api
k) Kuntum digunakan untuk bunga
l) Bilah digunakan untuk pisau dan keris
m) Mata digunakan untuk kail dan jarum
n) Tangkai digunakan untuk bunga dan sapu
o) Tandan digunakan untuk kelapa, pisang, dan pinang
p) Carik digunakan untuk kertas, kain, dan baju
q) Kaki digunakan untuk payung
r) Bentuk digunakan untuk cincin
s) Pasangdigunakan untuk kaki, sepatu, dan mata
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori X-bar
Penelitian ini menggunakan teori X-Bar. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Zellig
Haris dan diteruskan oleh muridnya Noam Chomsky (Parera, 1987:74). Teori X-bar
menjawab dua permasalahan yang dihadapi oleh kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur
frasa. Permasalahan pertama, kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa hanya dapat
diterapkan pada jenis proyeksi tertentu. Kedua, kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur
frasa terkesan terlalu luas sehingga perlu adanya pembatasan (Lieber, 1992 dalam
Sawirman). Kemudian, teori ini diterapkan pada tataran frasa (dengan simbol X") dan kategori antara (intermediate category), yakni kategori yang lebih besar dari kata, tetapi lebih
kecil dari frasa (simbol X'). Misalnya, diantara Num dengan FNum terdapat Num'. Sebagai contoh dapat digambarkan pada skema berikut
Lima buah (FNum)
Berdasarkan contoh di atas jelaslah bahwa diantara Num dengan FNum terdapat kategori
antara, yaitu Num' ( Num-bar).
Noam Chomsky adalah orang pertama yang mengemukakan pendapat bahwa struktur
frasa harus dikaji secara eksplisit. Teori ini menjelaskan bahwa struktur frasa tersebut
direpresentasikan dengan menggunakan skema X-bar. Selanjutnya, Chomsky juga
mengatakan (dalam Mulyadi, 1998) bahwa teori X-bar bersifat universal, artinya teori ini
bahasa-bahasa itu bersusun VOS, SOV, dan sebagainya. Dengan demikian, jelas bahwa teori ini
dapat digunakan untuk mengkaji bahasa daerah, terutama bahasa Pesisir Sibolga.
Dalam teori X-bar semua frasa mempunyai satu inti leksikal yang merupakan simpul
akhir (terminal node) yang mendominasi kata dan bisa iteratif (Haegemen, 1992: 95). Inti
merupakan pemarkah bagi ciri kategorinya. Misalnya, frasa numeralia didominasi oleh
numeralia sebagai inti. Inti dari lima hari adalah numeralia lima. Pada tataran ini, inti terletak
lebih rendah dari konstituen inti tersebut. Kategori ini adalah kategori tanpa bar (X).
Selanjutnya, teori X-bar direpresentasikan pada diagram pohon (atau disebut juga tataran
sintaksis). Pada tataran ini sebuah kategori leksikal seperti nomina, verba, numeralia, atau
adjektiva (dalam hal ini disimbolkan dengan X), dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan
spesifier. Komplemen berkombinasi dengan X membentuk proyeksi X-bar lebih tinggi (X’)
dan spesifier berkombinasi dengan X-bar lebih tinggi membentuk proyeksi maksimal frasa X.
Jadi, proyeksi X merupakan kategori bar (X’) dan proyeksi maksimal dari kategori X adalah
frasa dengan bar tertinggi (X’’ atau FX).
2.2.2 Kaidah Struktur Frasa Numeralia dalam Bahasa Pesisir Sibolga
Kaidah struktur frasa numeralia (FNum) dalam teori X-bar berhubungan dengan tiga
fungsi gramatikal, yakni komplemen (Komp), keterangan (Ket), dan specifier (Spec).
Komplemen adalah argumen internal yang letaknya dalam struktur FNum dibawahi langsung
oleh Num' (Num-bar). Keterangan juga terletak di bawah Num-bar tetapi tatarannya berbeda.
Specifier sebagai satuan argumen eksternal yang dibawahi langsung oleh Num" (Num-bar ganda). Maka perilaku ketiganya dalam struktur FNum dirumuskan sebagai berikut :
Komplemen memperluas Num menjadi Num-bar
Specifier memperluas Num-bar menjadi Num-bar ganda atau FNum
Menurut Haegemen (1992:32) konstituen keterangan dalam struktur frasa bersifat
opsional (tidak wajib), sedangkan komplemen bersifat wajib.
Specifier merupakan pewatas yang bersifat opsional karena dapat terletak di awal atau di
akhir frasa. Pada posisi awal specifier berfungsi menerangkan frasa yang di depannya dan
pada posisi akhir berfungsi menutup frasa. Specifier di awal FNum bahasa Pesisir Sibolga
biasanya dimarkahi adverbia kiro-kiro ‘kira-kira’, sedangkan di akhir biasanya dimarkahi
oleh kata penunjuk tu ‘itu’ dan ko ‘ini’.
Simbol X pada gambar struktur frasa di bawah ini merupakan pengganti dari kategori
leksikal, sementara tanda titik (…) di sebelah kiri dan kanan adalah pengisi komplemen,
keterangan, atau specifier yang didominasi oleh X-bar (X') atau pada tingkat yang lebih
tinggi didominasi oleh frasa X (X").
FX
… X' …
… X …
Melalui skema di atas tidak dipelukan representasi dari setiap kategori karena telah
mencakup generalisasi kaidah yang ada. Metode ini lebih menyederhanak teori struktur frasa.
Hal inilah yang menjadi kelebihan teori X-bar. Jika skema di atas dilengkapi dengan
X" YP ; X
X' X' ; ZP
X' X ; WP
Keterangan :
YP = Specifier
ZP = Keterangan
WP = Komplemen
X = Kategori Leksikal
Simpul X' dapat bersifat iteratif
Dengan demikian, berdasarkan teori di atas, maka dapat direpresentasikan kaidah
struktur dasar frasa numeralia (FNum) dalam bahasa Pesisir Sibolga sebagai berikut :
FNum → Num
FNum
Num'
Num
sencek
Frasa numeralia mendominasi Num' dan inti leksikalnya tidak bercabang. Artinya frasa numeralia dapat langsung menurunkan Num tanpa mempunyai komplemen, keterangan, dan
specifier.
2.3 Tinjauan Pustaka
Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki atau
mempelajari (KBBI,2003:18). Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon (KBBI, 203:912).
Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan, ada sejumlah sumber yang relevan untuk
dikaji dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
Radford (1988:86) frasa adalah suatu konstruksi yang dibentuk dengan atau tanpa atribut
sebagai pendamping dan memiliki inti leksikal.
Menurut Chaer (1994) frasa juga didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa
gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam
kalimat.
Ramlan (1995:151) memberi batasan bahwa frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri
atas dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa.
Mulyadi (1998) “Frasa Adjektiva Bahasa Indonesia: Analisis X-Bar” menjelaskan
bahwa dalam teori X-bar, semua frasa memiliki sebuah inti leksikal. Inti adalah simpul akhir
yang mendominasi kata.
Mulyadi (2002) “Frasa Preposisi Bahasa Indonesia: Analisis X-Bar” menjelaskan bahwa
dalam teori X-bar, semua frasa memiliki sebuah inti leksikal. Inti adalah simpul akhir yang
mendominasi kata.
Sri Wahyuni Torong (1999) dalam skripsinya “Frasa Adjektiva Bahasa Karo: Analisis
Teori X-Bar” menjelaskan bahwa struktur internal frasa adjektiva bahasa Karo dibentuk oleh
Komplemen (Komp), keterangan (Ket), dan specifier (Spec). Struktur mendasar FA adalah
FA dapat diperluas dengan keterangan yang berkategori FP. Keterangan dapat terletak di kiri
atau kanan inti leksikal dalam skema X-bar.
Penelitian teori X-bar pada frasa adjektiva (FA) bahasa Batak Karo juga telah dilakukan.
Menurut July Fernando Siagian (2003) dalam skripsinya “Struktur Frasa Adjektiva Dalam
Bahasa Batak Toba: Analisis Teori X-bar” menjabarkan dua belas struktur kaidah FA bahasa
Batak Toba yang dapat dibentuk oleh adjektiva sebagai inti leksikal. FA dalam bahasa Batak
Toba dapat dibentuk dengan adanya perilaku komplemen (Komp), keterangan (Ket), dan
specifier (Spec). Dan specifier dapat bersifat iteratif (berulang) dalam skema X-bar.
Titin Sri Wahyuni (2004) dalam skripsinya “Struktur Frasa Numeralia dalam Bahasa
Indonesia: Analisis Teori X-Bar”. Dalam penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa perilaku
frasa numeralia bahasa Indonesia tidak terbatas pada nomina dan numeralia saja tetapi juga
dapat berupa adjektiva.
Berdasarkan penelitian terdahulu, maka penulis mencoba meneliti struktur frasa
numeralia dalam bahasa Pesisir Sibolga. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya
yang diteliti oleh Titin Sri Wahyuni. Pada penelitian terdahulu, pengkajian data digunakan
metode agih dengan teknik lanjutan berupa teknik perluas, sedangkan penelitian ini tidak
menggunakan teknik tersebut. Kemudian, data penelitian terdahulu bersumber dari surat
kabar, majalah buku bahasa Indonesia, dan novel, sedangkan penelitian ini datanya
bersumber dari buku bahasa Pesisir Sibolga Masyarakat Budaya Dan Pariwisata Pesisir
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan
guna mencapai tujuan yang ditentukan (KBBI, 2002: 740).
3.1.1 Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data tulis. Untuk mendapatkan data
tulis digunakan studi pustaka (Nazir, 1988:111), yaitu dengan mencari buku yang menjadi
sumber data.
Dalam penelitian ini data tulis bersumber dari buku Masyarakat Budaya Dan Pariwisata
Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga yang ditulis oleh Sjawal Pasaribu tahun 2008. Buku ini
menggunakan bahasa Pesisir Sibolga yang terdiri atas dua belas bab. Pada bab VI, Bahasa
dan Sastra Pesisir, terdapat kumpulan cerita pendek, Sutan Manembak di Kualo oleh Ota
Sikunek. Kumpulan cerita pendek tersebut terdiri dari 13 judul, diantaranya 1) Tasuo Lawan,
yaknimenceritakan kecerdikan Kunek melawan Buyung yang suka mempamerkan uang lima
puluh ribunya. Dalam cerita pendek ini terdapat 20 buah frase numeralia. 2) Balari Sambi
Batilanjang, yakni menceritakan terjadinya peperangan antara pasukan Bejo dan pasukan
Banteng di Sibolga sekitar tahun empat puluhan. Dalam cerita pendek ini terdapat 10 buah
frase numeralia. 3) Omong Betawi, yakni menceritakan kesialan Kunek memberikan uang
lima ratus sebanyak delapan belas helai kepada orang Betawi yang tidak dikenalnya. Dalam
cerita pendek ini terdapat 19 buah frase numeralia. 4) Kue Bolu Adat, yakni menceritakan
kekesalan Buyung dengan memakan bolu adat milik Udo Togang. Dalam cerita pendek ini
terdapat 6 buah frase numeralia. 5) Akkal Mambali Durian, yakni menceritakan kiat - kiat
buah frase numeralia. 6) Tasosak….!!! , yakni menceritakan kisah Buyung dan Tuong ketika
sakit perut. Dalam cerita pendek ini terdapat 14 buah frase numeralia 7) Tasinggung Pernyo,
yakni menceritakan kisah lucu mak Etong ketika dibawa ke kantor polisi. Dalam cerita
pendek ini terdapat 5 buah frase numeralia8) Abang Ogek, yakni menceritakan kecemburuan
Upik terhadap suaminya, si Kunek. Dalam cerita pendek ini terdapat 1 buah frase numeralia
9) Onde-Onde, yakni menceritakan kisah lucu Kutar yang terobsesi memasak onde-onde.
Dalam cerita pendek ini terdapat 4 buah frase numeralia 10) Cito-Cito Jadi Paralong-Along,
yakni menceritakan keinginan Anga Collat menjadi penjual ikan. Dalam cerita pendek ini
terdapat 2 buah frase numeralia11) Salah Pangartian, yakni menceritakan perbedaan bahasa
antara Sidin,suku Padang, dan warga Kolang, suku Batak. Dalam cerita pendek ini terdapat 5
buah frase numeralia12) Ha ka Gopok…..! Ha ka Puteh, yakni menceritakan kesialan Kunek
ketika berkunjung ke rumah Upik. Dalam cerita pendek ini tidak terdapat frase numeralia13)
Jago Karate, yakni menceritakan perselisihan Kunek dengan orang pendatang akibat salah
memaknai bahasa. Dalam cerita pendek ini terdapat 5 buah frase numeralia.
Jadi, jumlah keseluruhan FNum yang terdapat pada 13 judul cerita pendek di atas adalah
120 buah frasa numeralia. Dengan rincian sebagai berikut :
Cerita I : 20 buah frasa Cerita VIII : 1 buah frasa
Cerita II : 10 buah frasa Cerita IX : 4 buah frasa
Cerita III : 19 buah frasa Cerita X : 2 buah frasa
Cerita IV : 6 buah frasa Cerita XI : 5 buah frasa
Cerita V : 29 buah frasa Cerita XII : - buah frasa
Cerita VI : 14 buah frasa Cerita XIII : 5 buah frasa
Selanjutnya, FNum tersebut diteliti dan dijadikan populasi data. Dari 120 jumlah frasa
numeralia tersebut yang akan dijadikan sampel adalah sebanyak 24 buah FNum.
Penetapan populasi dan sampel di atas didasari oleh pendapat Arikunto (1998:120) yang
menyatakan “Jika subjeknya (populasi yang ada) besar (lebih dari seratus), maka sampel
yang dianggap baik (diambil) di antara 10-15% atau 15-20% atau lebih”. Sehingga dapatlah
ditentukan rumus sebagai berikut :
Sampel = 20% x 120 = 24 buah
Maka, yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 24 buah frasa numeralia yang
akan dianalisis berdasarkan teori X-bar.
3.1.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data digunakan metode simak, yaitu menyimak penggunaan
bahasa (Sudaryanto, 1993: 133). Metode ini dilakukan dengan menyimak frasa numeralia
(FNum) bahasa Pesisir Sibolga dengan membaca 13 judul cerita pendek yang ada didalam
buku Masyarakat Budaya Dan Pariwisata Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga. Setelah
menemukan FNum kemudian dilanjutkan dengan teknik catat. Teknik catat, yaitu dengan
mencatat data-data FNum yang telah ditemukan pada 13 judul cerita pendek. Data-data
FNum kemudian diklasifikasikan menurut inti leksikalnya. FNum mangisok rokkok sabatang
‘mengisap rokok sebatang’, misalnya, dimasukkan ke dalam kelompok inti leksikal di kanan
karena inti frasa tersebut adalah sabatang, sedangkan atribut mangisok rokkok terletak
sebelum inti, yakni di sebelah kiri. Sedangkan, FNum satanga umu mandakkek kadinyo
‘setengah umur mendekat padanya’, misalnya, dimasukkan ke dalam kelompok inti leksikal
di kiri karena inti frasa tersebut adalah satanga, sedangkan atribut umu mandakkek kadinyo
Kemudian penelitian ini didukung oleh penggunaan data intuitif karena penulis
merupakan penutur asli bahasa Pesisir Sibolga.
3.1.3 Metode dan Teknik Analisis Data
Setiap penelitian memerlukan sejumlah data untuk dianalisis. Pada tahap analisis data
digunakan metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung dan teknik
lanjutan berupa teknik lesap, teknik ganti dan teknik balik (Sudaryanto, 1993 : 55).
Teknik bagi unsur langsung adalah membagi satuan lingual data menjadi beberapa
bagian atau unsur yang daya baginya bersifat intuitif. Misalnya :
(1) waktu tu kepeng[sappuluh ribu ala bahago bana]
waktu itu uang [sepuluh ribu sudah berharga sekali]
‘Pada saat itu uang [sepuluh ribu sudah berharga sekali]’.
Teknik lesap dilaksanakan dengan melesapkan unsur tertentu untuk mengetahui kadar
keintian yang dilesapkan. Unsur yang dilesapkan adalah unsur yang menjadi pokok perhatian
dalam analisis. Misalnya, pada frasa sappuluh ribu ala bahago bana ‘sepuluh ribu sudah
berharga sekali’, unsur inti adalah sappuluh ribu ‘sepuluh ribu’. Bila unsur ini dilesapkan,
maka bentuknya menjadi tidak gramatikal. Namun, jika yang dilesapkan adalah ala bahago
bana ‘sudah berharga sekali’, maka kata sappuluh ribu ‘sepuluh ribu’ masih gramatikal
karena kata sappuluh ribu ‘sepuluh ribu’ merupakan inti dari unsur tersebut.
Teknik ganti digunakan dengan menggantikan satuan lingual yang menjadi pokok
perhatian dengan satuan lingual pengganti. Misalnya, numeralia sappuluh ‘sepuluh’ pada
frasa sappuluh ribu ‘sepuluh ribu’. Apabila numeralia sappuluh ‘sepuluh’ diganti dengan
lapan ‘delapan’ menjadi lapan ribu ‘lapan ribu’, maka bentuk yang dihasilkan masih
Teknik balik dilaksanakan dengan membalik unsur satuan lingual data. Jika hasil
penggunaannya berupa tuturan yang gramatikal informasi yang dihasilkan tidak berubah.
Teknik ini berguna untuk menentukan bahwa komponen yang dapat dibalik adalah
keterangan. Misalnya, sappuluh ribu ala bahago bana. Frasa numeralia sappuluh ribu ala
bahago bana dapat dipindahletakkan ke sebelah kiri menjadi ala bahago bana sappuluh ribu
‘sudah berharga sekali sepuluh ribu’dengan informasi yang tidak berubah.
3.1.4 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Metode penyajian data dilakukan dengan menggunakan dua metode, yakni metode
informal dan metode formal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata
biasa, sedangkan penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang
(Sudaryanto,1993:145).
Penyajian secara formal tampak dalam penggambaran hierarki struktural dari frasa
numeralia (FNum) bahasa Pesisir Sibolga. Struktur tersebut digambarkan dengan
menggunakan diagram pohon yang merupakan salah satu ciri dari sintaksis generatif yang
dikembangkan Chomsky (Parera, 1991:49). Sedangkan penyajian (FNum) bahasa Pesisir
Sibolga secara informal adalah menjelaskan dengan kata-kata biasa. Hal ini dilakukan
mengingat masih banyak yang mengalami kesulitan dalam memahami diagram pohon
terutama orang yang masih awam terhadap sintaksis generatif. Oleh sebab itu, sangat
diperlukan penjelasan secara informal agar penelitian ini dapat dipahami oleh masyarakat
yang lebih luas.
Penerapan metode informal dan formal ke dalam teori X-bar akan terlihat pada contoh
(2) ala mangartilah inyo [saketek-saketek bahaso urang Batak tu]
suda h mengertilah dia [ sedikit-sedikit bahasa orang Batak itu].
‘Suda h mengertilah dia [ sedikit-sedikit bahasa orang Batak itu]’.
(3) FNum Num + N + FN + Spec
FNum
Num' Spec
Num' FN
Num N
saketek-saketek bahaso urang Batak tu
‘sedikit-sedikit bahasa orang Batak itu’
Kemudian, dari hasil penerapan kaidah struktur frasa numeralia bahasa pesisir sibolga
secara metode formal di atas berupa skema X-bar dapat pula dijelaskan menurut metode
informalnya, yakni dengan kata-kata agar mempermudah dalam pemahamannya. Metode
secara informalnya dapat diuraikan sebagai berikut
Num-bar (Num') pertama membawahi inti leksikal saketek-saketek ‘sedikit-sedikit’ dan komplemen bahaso ‘bahasa’. Pada tingkatan di atasnya bar kedua membawahi
Num-bar pertama dan keterangan berupa FN urang Batak ‘orang Batak’ serta sebagai proyeksi
maksimal hadir FNum yang membawahi Spec tu ‘itu’. Elemen bahaso ‘bahasa’ dikatakan
sedangkan FN urang Batak ‘orang Batak’ dikatakan sebagai keterangan karena letaknya bisa
sesudah atau sebelum inti leksikal. Dari skema di atas maka kaidah struktur frasa yang
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Perilaku Fungsi Gramatikal Frasa Numeralia Bahasa Pesisir Sibolga
Kaidah struktur frasa numeralia (FNum) dalam teori X-bar berhubungan dengan tiga
fungsi gramatikal, yakni komplemen (Komp), keterangan (Ket), dan specifier (Spec).
Komplemen adalah argumen internal yang letaknya dalam struktur FNum dibawahi langsung
oleh Num' (Num-bar). Keterangan juga terletak di bawah Num-bar tetapi tatarannya berbeda.
Specifier sebagai satuan argumen eksternal yang dibawahi langsung oleh Num" (Num-bar ganda).
4.1.1 Komplemen (Komp)
Komplemen (Komp) adalah bentuk internal yang posisinya langsung dibawahi oleh
X-bar dan letaknya di sebelah kanan maupun kiri inti leksikal. Komplemen merupakan realisasi
dari kategori leksikal yang kehadirannya bersifat wajib. Artinya, apabila komplemen tidak
hadir maka struktur yang terbentuk menjadi tidak gramatikal. Komplemen berfungsi sebagai
pelengkap sebuah kata dalam pembentukan sebuah frasa. Komplemen yang sering
melengkapi frasa numeralia dalam bahasa Pesisir Sibolga adalah komplemen yang
berkategorikan nomina dan numeralia. Hal ini dapat dilihat pada contoh-contoh berikut
(4)a. Lakki-lakki [satanga umu] mandakkek kadinyo
laki-laki setengah umur mendekat padanya
‘Laki-laki setengah umur mendekat padanya’
b. Kakkinyo tarantuk kapado [sabuah barang]
kakinya terbentur kepada sebuah barang
Pada (4a dan 4b) FNum satanga umu ‘setengah umur’ dan sabuah barang ‘sebuah
barang’ mempunyai inti leksikal satanga ‘setengah’ dan sabuah ‘sebuah’. Kedua elemen N
umu ‘umur’ dan barang ‘barang’ berfungsi sebagai komplemen karena kedua elemen tersebut
langsung dibawahi oleh inti leksikal. Kedua elemen tersebut diperlukan inti leksikal untuk
membentuk FNum. Jika elemen tersebut dilesapkan atau dipindah letaknya, maka struktur
yang terbentuk menjadi tidak gramatikal.
(5) a.* Lakki-lakki [umu satanga] mandakkek kadinyo
laki-laki umur setengah mendekat padanya
‘Laki-laki umur setengah mendekat padanya’
b. *Kakkinyo tarantuk kapado [barang sabuah]
kakinya terbentur kepada barang sebuah
‘Kakinya terbentur pada barang sebuah’
c. * Lakki-lakki [satanga] mandakkek kadinyo
laki-laki setengah mendekat padanya
‘Laki-laki setengah umur mendekat padanya’
d. * Kakkinyo tarantuk kapado [sabuah]
kakinya terbentur kepada sebuah
‘Kakinya terbentur pada sebuah’
(6) FNum Num + N
FNum
Num'
Num N
sabuah / satanga barang / umu
‘sebuah / setengah barang / umur’
Dalam bahasa Pesisir Sibolga, komplemen FNum tidak terbatas pada FN saja, melainkan
juga berupa Numeralia itu sendiri. Artinya, numeralia yang pertama berfungsi sebagai inti,
sedangkan numeralia yang kedua berfungsi sebagai komplemen. Selain itu, FNum yang
dibentuk oleh inti leksikal dan komplemen Num ini mempunyai dua tipe inti leksikal.
Pertama, inti leksikal yang terdiri atas satu kata, misal sencek ‘satu’, sadonyo ‘semua’, limo
‘lima’, dan lain-lain. Kedua, inti leksikal yang terdiri atas dua kata atau lebih, misal ampek
puluh ampek ‘empat puluh empat’, tigo puluh ampek ‘tiga puluh empat’, limo bale ‘lima
belas’, dan lain-lain.
Perhatikan contoh berikut
(7) a. Tuong mangagih kepeng lembaran [sappuluh ribu]
tuong memberikan uang lembaran [sepuluh ribu]
‘Tuong memberikan uang lembaran [sepuluh ribu]’
b. Kiro-kiro [satanga kilo meter] baranti pulo ditampek pajaga durian
‘Kira-kira [setengah kilometer] berhenti pula ditempat penjual durian’
FNum sappuluh ribu ‘sepuluh ribu’ dan satanga kilometer ‘setengah kilometer’
mempunyai inti leksikal sappuluh ‘sepuluh’ dan satanga ‘setengah’. Inti leksikal ini
memperlihatkan numeralia yang memiliki tipe inti leksikal yang pertama. Elemen ribu ‘ribu’
dan kilometer ‘kilometer’merupakan ketegori numeralia yang berfungsi sebagai komplemen.
Kedua elemen ini sangat diperlukan oleh inti leksikal untuk membentuk FNum. Jika elemen
ini dilesapkan atau dipindah letaknya, konstruksi yang dihasilkan menjadi tidak gramatikal.
(8) a. *Tuong mangagih kepeng lembaran [sappuluh]
tuong memberikan uang lembaran [sepuluh]
‘Tuong memberikan uang lembaran sepuluh’
b. *Kiro-kiro [satanga] baranti pulo ditampek pajaga durian
kira-kira setengah berhenti pula ditempat penjual durian
‘Kira-kira setengah berhenti pula di tempat penjual durian’
c. *Tuong mangagih kepeng lembaran [ribu sappuluh]
tuong memberikan uang lembaran [ribu sepuluh]
‘Tuong memberikan uang lembaran ribu sepuluh’
d. *Kiro-kiro [kilo meter satanga] baranti pulo ditampek pajaga durian
kira-kira kilo meter setengah berhenti pula ditempat penjual durian
‘Kira-kira kilometer setengah berhenti pula di tempat penjual durian’
Apabila struktur frasa (7) diaplikasikan ke dalam teori X-bar, maka akan terbentuk
(9) FNum Num + Num
FNum
Num'
Num Num
sappuluh / satanga ribu / kilometer
‘sepuluh / setengah ribu / kilometer’
Bandingkan struktur frasa numeralia (7) dengan contoh berikut
(10) a. si Kunek mambaok kepeng ketek sabanyak [limo puluh ribu]
si Kunek membawa uang kecil sebanyak lima puluh ribu
‘Kunek membawa uang kecil sebanyak lima puluh ribu’
b. memang rancak kileknyo sarupo ameh [duo puluh ampek karat]
memang indah kilaunya seperti emas dua puluh empat karat
‘Kilaunya seindah emas dua puluh empat karat’
Pada contoh (10a dan 10b) FNum limo puluh ribu ‘lima puluh ribu’ dan duo puluh
ampek karat ‘dua puluh empat karat’ mempunyai inti leksikal limo puluh ‘lima puluh’ dan
duo puluh ampek ‘dua puluh empat’. Tipe inti leksikal ini berbeda dengan tipe inti leksikal
yang ada pada contoh (7). Memperlihatkan FNum yang inti leksikalnya terdiri atas dua kata
dan tiga kata. Jika masing-masing inti leksikal di ubah ke dalam angka akan menjadi 50 dan
Elemen ribu ‘ribu’ dan karat ‘karat’ merupakan ketegori numeralia yang berfungsi sebagai
komplemen dan keduanya memiliki jenis numeralia yang berbeda, ribu ‘ribu’ sebagai
numeralia gugussedangkan karat ‘karat’ sebagai numeralia ukuran. Kedua elemen ini sangat
diperlukan oleh inti leksikal untuk membentuk FNum. Jika elemen ini dilesapkan atau
dipindah letaknya, konstruksi yang dihasilkan menjadi tidak gramatikal. Seperti contoh
berikut
(11) a. *si Kunek mambaok kepeng ketek sabanyak [limo puluh]
si Kunek membawa uang kecil sebanyak lima puluh
‘Kunek membawa uang kecil sebanyak lima puluh’
b. *memang rancak kileknyo sarupo ameh [duo puluh ampek]
memang indah kilaunya seperti emas dua puluh empat
‘Kilaunya seindah emas dua puluh empat’
c. *si Kunek mambaok kepeng ketek sabanyak [ribu limo puluh]
si Kunek membawa uang kecil sebanyak ribu lima puluh
‘Kunek membawa uang kecil sebanyak ribu lima puluh’
d. *memang rancak kileknyo sarupo ameh [karat duo puluh ampek]
memang indah kilaunya seperti emas karat dua puluh empat
‘Kilaunya seindah emas karat dua puluh empat’
Jika struktur frasa (10) diaplikasikan ke dalam teori X-bar, maka akan terbentuk
(12) FNum Num + Num
FNum
Num'
Num Num
limo puluh / duo puluh ampek ribu / karat
4.1.2 Keterangan (Ket)
Keterangan (Ket) adalah atribut pendamping yang posisinya juga dibawahi oleh X-bar
tetapi tatarannya berbeda dengan komplemen, yakni pada X-bar tertinggi. Dalam frasa
numeralia bahasa Pesisir Sibolga, keterangan bisa terletak di sebelah kanan maupun kiri inti
leksikal dan kehadirannya bersifat opsional (tidak wajib). Artinya, meskipun keterangan
dihilangkan atau dipindahkan letak strukturnya, maka frasa yang terbentuk masih gramatikal
dan kalimat yang dihasilkan masih berterima dalam tataran sintaksis bahasa Pesisir Sibolga.
Adapun komplemen yang sering melengkapi frasa numeralia dalam bahasa Pesisir Sibolga
adalah komplemen yang berkategorikan nomina, adjektiva, dan preposisi. Hal ini dapat
dilihat pada contoh-contoh berikut
(13) Buyung mambari tau kapado Tuong bahwa durian tu ado [ampek buah]
buyung memberi tahu kepada Tuong bahwa durian itu ada [empat buah]
Pada (13) FNum ampek buah memiliki inti leksikal ampek ‘empat’ dan elemen N buah
sebagai keterangan. Apabila elemen ini dilesapkan, maka kalimat yang dihasilkan masih
dapat berterima sebab inti leksikal ampek dapat berdiri sendiri seperti pada contoh berikut
a. Buyung mambari tau kapado Tuong bahwa durian tu ado [ampek]
buyung memberi tahu kepada Tuong bahwa durian itu ada [empat]
‘Buyung memberi tahu Tuong bahwa durian itu ada empat’
Namun, apabila inti leksikal ampek yang dilesapkan, maka kalimat yang dihasilkan
menjadi tidak gramatikal sebab elemen keterangan tidak dapat berdiri sendiri. Sebagai
pembuktiannya dapat dilihat pada contoh berikut
b. *Buyung mambari tau kapado Tuong bahwa durian tu ado [buah]
buyung memberi tahu kepada Tuong bahwa durian itu ada [buah]
‘Buyung memberi tahu Tuong bahwa durian itu ada buah’
Pada struktur frasa (14) sama halnya seperti pada (13) bahwa inti leksikal tidak dapat
dilesapkan, sedangkan elemen keterangan dapat dilesapkan, hanya saja peneliti ingin
menunjukkan bahwa keterangan yang mendampingi inti leksikal numeralia dalam bahasa
Pesisir Sibolga bukan saja berkategorikan nomina melainkan dapat juga berupa kategori
adjektiva seperti pada contoh berikut
(14) Balun abis ala dimintaknyo pulo talu lauk kakkap [sapiring gadang]
belum habis sudah dimintanya pula telur ikan kakap [sepiring besar]
‘Belum habis sudah dimintanya pula telur ikan kakap sepiring besar’
Inti leksikal pada (14) sapiring ‘sepiring’tetap dapat berdiri sendiri dan menghasilkan
kalimat yang gramatikal walaupun elemen A gadang ‘besar’ dilesapkan. Hal ini terbukti pada
contoh di bawah ini
a. Balun abis ala dimintaknyo pulo talu lauk kakkap [sapiring]
‘Belum habis sudah dimintanya pula telur ikan kakap sepiring’
Namun, apabila yang dilesapkan adalah elemen A gadang maka kalimat yang dihasilkan
tetap gramatikal namun telah membentuk makna baru sehingga pada posisi ini eleman A
tetap tidak dapat berdiri sendiri tanpa mendampingi inti leksikal.
b. *Balun abis ala dimintaknyo pulo talu lauk kakkap [gadang]
belum habis sudah dimintanya pula telur ikan kakap [besar]
‘Belum habis sudah dimintanya pula telur ikan kakap besar’
Berdasarkan analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi keterangan dalam
mendampingi FNum bahasa Pesisir Sibolga bersifat opsional (tidak wajib). Artinya, tanpa
kehadirannya konstruksi yang dihasilkan tetap gramatikal.
Selanjutnya, contoh-contoh di atas direpresentasikan ke dalam skema X-bar sebagai
berikut
(15) FNum Num + N
FNum
Num'
Num' N
Num
ampek buah
(16) FNum Num + A
FNum
Num'
Num' A
Num
sapiring gadang
‘sepiring besar’
Selain kategori nomina dan ajektiva, Frasa Numeralia (FNum) bahasa Pesisir Sibolga
dapat juga diikuti oleh atribut keterangan berupa preposisi. Seperti pada contoh berikut
(17) Hotel Fansyuri talatak [di simpang ampek] manuju pasa
Hotel Fansyuri terletak di simpang empat menuju pasar
(18) FNum FPrep + Num
FNum
Num'
FPrep Num'
Num
di simpang ampek
‘di simpang empat’
Keterangan pada frasa numeralia bahasa Pesisir Sibolga (18) berkategorikan FPrep
yang letaknya berada di awal frasa atau sebelah kiri inti leksikal.
4.1.3 Specifier (Spec)
Specifier (Spec) adalah satuan argumen eksternal yang dibawahi langsung oleh Num"
(Num-bar ganda) atau FNum. Kategori ini merupakan proyeksi akhir pada sebuah frasa.
Posisi specifier dalam bahasa Pesisir Sibolga bersifat opsional, artinya dapat terletak di awal
frasa (sebelah kiri inti leksikal) maupun di akhir frasa (sebelah kanan inti leksikal). Pada
posisi awal, specifier berfungsi menerangkan FNum di depannya, sedangkan pada posisi
akhir berfungsi menutup frasa. Specifier di awal FNum bahasa Pesisir Sibolga biasanya
dimarkahi Adverbia kiro-kiro ‘kira-kira’, sedangkan di akhir biasanya dimarkahi Pronomina
(19) Sakajab sajo durian nan [ampek tu] tandeh dibahe urang tu.
sebentar saja durian yang empat itu habis dibuat orang itu
‘Sebentar saja durian yang empat itu habis dibuat orang itu’
Pada (19) FNum ampek tu dibentuk oleh inti leksikal ampek ‘empat’ kemudian di
sebelah kanan inti leksikal hadir kategori berupa pronomina tu ‘itu’ yang berfungsi sebagai
specifier.Specifier muncul sebagai proyeksi akhir yang berfungsi menutup frasa.
Inti leksikal ampek diproyeksikan pada Num. Kemudian pada tingkatan tertinggi hadir
FNum yang merupakan proyeksi maksimal dari specifier. Jika diaplikasikan ke dalam teori
X-bar, maka akan dihasilkan skema sebagai berikut
(20) FNum Num + Spec
FNum
Num' Spec
Num
ampek tu
‘empat itu’
(21) Kadatangan urang tu [sakali ko] lain dari pado nan lain
kedatangan orang itu sekali ini lain dari pada yang lain
Pada (21) FNum sakali ko dibentuk oleh inti leksikal sakali ‘sekali’ kemudian diikuti
oleh kategori specifier berupa pronomina ko ‘ini’. Specifier ini jugamuncul sebagai proyeksi
akhir yang berfungsi menutup frasa. Inti leksikal sakali diproyeksikan pada Num. Kemudian
pada tingkatan tertinggi hadir FNum yang merupakan proyeksi maksimal dari specifier.
Berikut hasil representasi struktur frasanya
(22) FNum Num + Spec
FNum
Num' Spec
Num
sakali ko
‘sekali ini’
4.2 Kaidah Struktur Frasa Numeralia Dalam Bahasa Pesisir Sibolga 4.2.1 FNum Inti
Dalam bahasa Pesisir Sibolga frasa dapat terdiri dari satu kata yang memiliki distribusi
yang sama dengan frasa lengkap. Hal ini dapat kita lihat pada contoh berikut
(23) Nasi [duo] bungkus
nasi dua bungkus
(24) FNum
Num'
Num
duo
‘dua’
Pada skema (24) simpul FNum mendominasi Num' (num-bar) dan inti leksikalnya tidak
bercabang sebab hanya ada satu garis pada FNum. Artinya, FNum dapat menurunkan
langsung Num tanpa harus mempunyai komplemen, keterangan, dan specifier.
4.2.2 FNum Inti + Komp
(25) Lakki-lakki [satanga umu] mandakkek kadinyo
laki-laki setengah umur mendekat padanya
‘Laki-laki setengah umur mendekat padanya’
(26) FNum
Num'
Num N
satanga umu
Struktur frasa numeralia (26) dibentuk oleh inti leksikal satanga ‘setengah’ dan
komplemen N umu ‘umur’. Keterangan dan specifier tidak hadir dalam struktur frasa ini
sehingga simpul Num' (num-bar) tidak bersifat iteratif (berulang). Selanjutnya, proyeksi
maksimal FNum tidak bercabang dan mendominasi konstituen Num'.
4.2.3 FNum Inti + Ket
(27) Diserahkannyo durian [ampek buah] tu
diserahkannya durian empat buah itu
‘Diserahkannya empat buah durian itu’
(28) FNum
Num'
Num' N
Num
ampek buah
‘empat buah’
Pada skema di atas struktur frasanya melibatkan dua konstituen Num'. Konstituen
Num' terendah mendominasi sebuah inti leksikal ampek ‘empat’. Konstituen Num' tertinggi
maksimal FNum mendominasi konstituen Num' tertinggi. Dalam struktur FNum tersebut
proyeksi maksimalnya tidak bercabang.
4.2.4 FNum Inti + Spec
(29) Urang nan [baduo tu] pun masuklah ka dalam lapou si Uccok kalek
orang yang berdua itu pun masuklah ke dalam kedai si Ucok Kalek
‘Orang yang berdua itu pun masuklah ke dalam kedai si Ucok Kalek’
Representasi struktur frasanya adalah sebagai berikut
(30) FNum
Num' Spec
Num
baduo tu
‘berdua itu’
Pada (30) FNum baduo tu dibentuk oleh inti leksikal baduo ‘berdua’ kemudian diikuti
oleh specifier Pronomina tu ‘itu’. Dalam struktur ini, FNum tidak memiliki komplemen dan
keterangan sehingga simpul Num' yang mendominasi inti leksikalnya tidak bercabang.
Kemudian pada tingkatan tertinggi hadir FNum yang merupakan proyeksi maksimal dari
specifier.
4.2.5 FNum Inti + Komp + Ket
(31) [Satiok urang mancuritokan Barus], indak lupo manyabuik Gurindam Barus
setiap orang menceritakan Barus, tidak lupa menyebut Gurindam Barus
‘Setiap orang menceritakan Barus tidak lupa menyebut Gurindam Barus’
(32) FNum
Num'
Num' FV
Num N
satiok urang mancuritokan Barus
‘setiap orang menceritakan Barus’
Berdasarkan kaidah struktur FNum di atas inti leksikal satiok ‘setiap’ bersama dengan
komplemen urang ‘orang’ didominasi langsung oleh Num'. Komplemen terletak di sebelah
kanan inti leksikal dan tidak dihadiri oleh specifier. Pada tingkatan berikutnya, Num' dengan
keterangan mancuritokan Barus ‘menceritakan Barus’ diproyeksikan pada Num' kedua.
4.2.6 FNum Inti + Komp + Spec
Kaidah struktur FNum dalam bahasa Pesisir Sibolga dapat dibentuk oleh sebuah
specifier. Contoh :
(33)a. [Salamo bulan tu] inyo indak bapuaso
selama bulan itu dia tidak berpuasa
‘Dia tidak puasa selama bulan itu’
b. Diserahkannyo durian [ampek buah tu]
diserahkannya durian empat buah itu
‘Diserahkannya durian empat buah itu’
c. Indak tau pulo siapo nan mamulai diantaro [duo pasukan tu]
Tidak tahu pula siapa yang memulai diantara dua pasukan itu
‘Tidak tahu pula siapa yang memulai diantara dua pasukan itu’.
Pada (25) specifier muncul sebagai proyeksi akhir yang berfungsi menutup frasa. Sebab
Specifier tidak dapat diperluas lagi. Specifier tersebut dimarkahi oleh kata penunjuk tu ‘itu’,
sedangkan FNum dibentuk oleh inti leksikal salamo ‘selama’, ampek ‘empat’, dan duo ‘dua’,
selanjutnya diikuti oleh komplemen bulan ‘bulan’, buah ‘buah’, dan pasukan ‘pasukan’.