• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

a. Pengertian PHBS

Menurut Notoatmodjo dalam Kadiyono (2019: 1), PHBS merupakan serangkaian perilaku berbasis kesadaran belajar

dapat membantu masyarakat berperan dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam pencapaian kesehatan masyarakat.

Menjaga kesehatan serta kebersihan mengacu pada perilaku yang dijaga, dilindungi, dan tingkatkan kesehatan untuk menjaga semua perilaku diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. PHBS seseorang sangat erat kaitannya dengan peningkatan kesehatan individu, keluarga, komunitas dan lingkungannya. (Kadiyono, 2019).

Nur adliani (2015: 110) mengemukakan bahwa memiliki tubuh yang sehat adalah kondisi yang sangat ideal. WHO mengartikan kesehatan sebagai kondisi yang ideal karena bebas penyakit dan dapat hidup sejahtera. Pencapaian derajat kesehatan yang baik tidak membedakan jenis kelamin, keyakinan agama, dan tingkat sosial ekonomi. Ini hak setiap orang.

Kemudian menurut Subrayan (2020: 10), pola hidup sehat merupakan kebiasaan yang membutuhkan kesabaran dalam memberi nama setiap anak dan harus dimulai secepatnya.

Semua anak Indonesia juga berhak atas hidup sehat dan akses ke layanan kesehatan yang layak. Dengan mengikuti pendidikan kesehatan PHBS, seseorang dapat memperoleh jiwa yang sehat. Pendidikan kesehatan PHBS merupakan salah satu perilaku yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat yang

didasarkan pada kesadaran kesehatan untuk mencegah penyakit dan secara aktif melaksanakannya. Ciptakan lingkungan yang sehat melalui olah raga teratur, perkelahian, istirahat dan gaya hidup yang baik.

Menurut Notoatmodjo dalam Zitty A.R Koem (2015 : 291), setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau komunitas, PHBS menempati urutan kedua. Perilaku ini melibatkan pentingnya kebersihan pribadi, sikap terhadap penyakit atau masalah kesehatan lainnya.

Kemudian menurut Desak dalam Lina (2016: 94) pengaruh faktor perilaku terhadap kualitas kesehatan adalah 30% sampai 35%.

Oleh karena itu, kita perlu melakukan segala cara untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku yang sehat agar dapat hidup sehat.

Menurut Notoatmodjo dalam lina (2016: 94), berbagai informasi tentang PHBS dan contoh langsung yang diberikan dalam bentuk tindakan praktek diharapkan siswa terus mempraktekannya. Selain itu, untuk mendukung proses tersebut diperlukan sarana dan prasarana yang memadai untuk mewujudkan gaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.

Kemudian Perry dalam Upa (2020: 22) mengemukakan bahwa kebersihan mengacu pada kotoran tanpa debu, bakteri dan bau. Kebersihan melibatkan banyak aspek, termasuk

kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan. Kebersihan diri, disebut juga dengan personal hygiene, merupakan salah satu jenis perawatan diri yang bertujuan untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Kebersihan diri meliputi:

1) Kebersihan kulit.

Menurut Upa (2020: 68), mandi setiap hari bisa membersihkan kulit. Kemudian harus dilakukan secara rutin minimal dua kali sehari, dan air bersih serta sabun harus digunakan setiap saat. Selain itu, perlu mengganti pakaian bersih setidaknya sekali sehari.

2) Gigi dan mulut.

Untuk menjaga kebersihan mulut, disarankan untuk menyikat gigi minimal dua kali sehari atau secara teratur setelah makan, kemudian sikat gigi dengan sikat gigi sendiri sebelum tidur. Dianjurkan juga untuk lebih sering memeriksakan kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi atau puskesmas setiap 6 bulan sekali.

3) Kebersihan rambut.

Kebersihan rambut bisa dilakukan dengan mencuci rambut dua kali seminggu.Jika seseorang sering berkeringat (misalnya setelah berolahraga atau setelah pulang kerja), sebaiknya keramas sekali lagi. Kemudian harus mencuci rambut dengan sampo atau pembersih lain agar rambut dan

kulit kepala tetap bersih. Namun sampo tidak hanya membersihkan rambut, tetapi juga merawat kulit kepala dan memberikan berbagai vitamin pada rambut, sehingga membuat rambut menjadi tebal dan berkilau.

4) Mata

Agar mata tetap bersih bisa menggunakan kain bersih yang lembut untuk membersihkan mata, usapkan kotoran yang ada di mata dari sudut dalam hingga sudut luar, agar mata selalu terjaga kebersihannya. Kemudian, pembersihan mata secara normal melalui air mata, kelopak mata dan bulu mata dapat mencegah benda asing masuk ke ke dalam mata. Untuk menjaga kesehatan mata, disarankan untuk makan sayur dan buah secara teratur dan tidak terlalu banyak menatap layar ponsel atau komputer, karena akan menyebabkan radiasi mata. (Upa, 2020: 68-69).

5) Hidung dan telinga.

Untuk membersihkan hidung dapat menggunakan penyeka kapas, saputangan atau jaringan lunak yang bersih untuk mengeluarkan sekresi hidung atau lendir hidung untuk menjaga kebersihan rongga hidung. Selain menjaga kebersihan hidung, penting juga untuk menjaga kebersihan telinga, karena kotoran telinga atau debu yang menumpuk akan mempengaruhi pendengaran. Kemudian untuk

menjaga kebersihan telinga dengan cara membersihkannya 1-2 kali dalam seminggu agar telinga tetap bersih. Saat membersihkan telinga, harap berhati-hati. Jangan memakai benda tajam (misalnya peniti), karena dapat menyebabkan cedera telinga atau peradangan. (Upa, 2020: 69).

6) Kaki dan kuku.

Agar kaki tetap terjaga bersih dan sehat, anda bisa menggunakan alas kaki yang lembut, aman dan nyaman untuk membersihkannya. Alas kaki yang dikenakan dapat mempengaruhi masalah pada kaki dan kuku. Selain itu, menjaga kebersihan kaki adalah dengan sering-sering mencuci kaki. Mencuci kaki secara teratur setelah berolahraga dan sebelum tidur. Dengan cara ini, kuku akan terlihat sehat dan bersih. Potong kuku minimal seminggu sekali atau dalam waktu yang lama. Saat memotong kuku, disarankan menggunakan gunting kuku. (Upa, 2020: 69).

7) Kebersihan alat kelamin

Untuk membersihkan alat kelamin dapat menggunakan handuk yang lembut, kering, bersih dan tidak berasa atau lembab. Kemudian, memakai pakaian dalam yang mudah menyerap keringat. Mengganti pakaian dalam setidaknya dua kali sehari. Bagi wanita, setelah buang air kecil, alat kelamin harus dibersihkan dari depan ke belakang

agar bakteri di anus tidak masuk ke organ reproduksi. Bagi pria, sunat atau sunat dianjurkan untuk mencegah penyakit menular seksual dan mengurangi risiko kanker penis.

8) Dan kerapihan pakaian.

Kebersihan perlu dijaga. Sebagai bagian dari penampilan, kebersihan adalah kunci kepercayaan diri seseorang. Berikut ini lima cara menjaga kebersihan pakaian, yaitu: cuci secara teratur dan jangan menumpuk terlalu lama, rendam dalam air sabun untuk segera membersihkan noda pada pakaian, ganti pakaian setiap hari, sebaiknya simpan pakaian di lemari yang bersih dan kering serta hindari tempat yang lembab.

Menurut Perry dalam Upa (2020: 22), akibat kurangnya perhatian terhadap personal hygiene, biasanya timbul dua macam efek yaitu: efek fisik dan efek psikososial.

1) Efek fisik meliputi: penyakit fusi kulit, penyakit mukosa mulut, infeksi mata dan telinga, dan penyakit kuku.

2) Pengaruh psikososial meliputi: gangguan pada kebutuhan akan kenyamanan, gangguan pada kebutuhan akan cinta dan dicintai, hambatan kebutuhan harga diri, hambatan realisasi diri, dan hambatan interaksi sosial.

Proverawati dalam Julianti (2018: 13), meyakini bahwa PHBS mencerminkan gaya hidup keluarga yang sehat dan selalu memperhatikan serta menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga. Definisi lain dari PHBS adalah melakukan segala perilaku kesehatan yang menjadi perhatian masyarakat agar dapat membantu dirinya sendiri di dinas kesehatan serta berperan aktif dalam kegiatan kesehatan masyarakat. PHBS merupakan cara manusia untuk mencegah (mencegah penyakit atau gangguan kesehatan) dan mempromosikan (memperbaiki kondisi kesehatan), sehingga dapat dikatakan salah satu pilar

"Indonesia 2010 Health" (www.dinkes) .go .Indo ).

Hal ini ditekankan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan sosial sehingga produktif secara ekonomi dan sosial. PHBS masih menjadi perhatian khusus pemerintah. Terlihat dari posisi PHBS bahwa PHBS merepresentasikan peningkatan kesehatan dan realisasi dari rencana Sustainable Development Goals (SDGs) 2015-2030. PHBS merupakan strategi pencegahan yang berdampak jangka pendek terhadap kesehatan tiga tingkat regional yaitu sekolah, keluarga, dan masyarakat. (Sanussi, 2020).

Harapannya perilaku ini bisa dilakukan oleh semua golongan masyarakat, termasuk anak usia sekolah. Banyak faktor yang mempengaruhi PHBS seperti kebiasaan keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah atau guru yang tidak memberikan teladan atau teladan, dan anak itu sendiri.

Kebiasaan yang terbentuk setiap hari tidak dapat meningkatkan kesadaran anak. Anak ini tidak dapat melakukan hal-hal atau perilaku yang diharapkan dari anak yang sehat, cerdas, dan ceria.

Kementerian Kesehatan dalam Kadiyono (2019: 24), bahwa rencana pembangunan yang sehat telah dirumuskan agar dapat mewujudkan manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Gaya hidup sehat adalah gaya hidup yang memperhatikan faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi kesehatan, termasuk pola makan dan olahraga. PHBS dapat diartikan sebagai rangkaian perilaku yang didasarkan pada pembelajaran siswa, guru dan masyarakat sehingga dapat secara mandiri mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan, serta berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang sehat. Perilaku sehat yaitu tanggapan seseorang pada rangsangan yang berkaitan pada penyakit, sistem perawatan kesehatan, makanan dan lingkungan.Oleh karena itu, perilaku

perawatan kesehatan ini secara kasar dapat dibagi menjadi dua kategori:

1) Perilaku orang sehat dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan. Oleh karena itu, perilaku tersebut adalah perilaku kesehatan, termasuk perilaku yang mencegah atau menghindari penyakit dan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh penyakit atau sebab (perilaku terbuka dan rahasia) (perilaku pencegahan) dan perilaku yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan (perilaku promosi).

2) Tindakan yang diambil oleh orang yang sakit atau memiliki kondisi kesehatan yang baik untuk mengobati atau menangani suatu masalah kesehatan. Perilaku ini termasuk tindakan yang harus dilakukan pada saat seseorang sakit atau memiliki gangguan kesehatan guna menyembuhkan dan menghilangkan gangguan kesehatan tersebut.

Menurut Notoadmodjo dalam Wulandari (2018: 230), PHBS berkomitmen untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku pribadi melalui saluran komunikasi terbuka, memberikan informasi dan pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku pribadi melalui kepemimpinan, sehingga memberikan pengalaman belajar (Advocacy),

menciptakan suasana (social support) dan meningkatkan kekuatan masyarakat (empowerment).

b. Manfaat PHBS

Kementerian Kesehatan (2016 : 3), PHBS memiliki banyak manfaat, antara lain manfaat PHBS secara keseluruhan, manfaat PHBS di sekolah, manfaat PHBS di keluarga, manfaat dalam bekerja, dan manfaat di masyarakat.

1) PHBS umum

Secara umum manfaat PHBS adalah dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan kebersihan dan kesehatan lingkungan. Melalui cara ini, masyarakat dapat mencegah dan mengatasi gangguan kesehatan. Kemudian dengan penerapan PHBS pada masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang sehat dan meningkatkan kualitas hidup.

2) Manfaat PHBS di sekolah.

Kegiatan PHBS disekolah bertujuan agar siswa, guru, dan masyarakat di lingkungan sekolah dapat mengembangkan kebiasaan hidup sehat untuk mewujudkan sekolah yang sehat. Manfaat PHBS di sekolah yaitu dapat membangun lingkungan yang bersih dan sehat,

meningkatkan proses pengajaran, serta menyehatkan siswa, guru dan lingkungan sekolah.

3) Manfaat PHBS dalam keluarga.

Menerapkan PHBS dalam keluarga pasti akan membangun keluarga yang sehat dan meminimalkan gangguan kesehatan. Manfaat PHBS bagi keluarga antara lain: setiap anggota keluarga dapat meningkatkan kesejahteraannya sendiri, dan tidak mudah sakit; keluarga yang sehat dapat meningkatkan produktivitas anggota keluarga dan penghasilan keluarga PHBS; kecuali anggota keluarga terbiasa membawanya keluar, aktivitas yang sehat.

Gaya hidup, anak bisa tumbuh dengan sehat dan mendapat nutrisi yang baik.

4) Manfaat PHBS di tempat kerja.

PHBS di tempat kerja merupakan kegiatan yang dirancang agar pekerja memahami dan berharap untuk menerapkan "gaya hidup bersih dan sehat" serta berperan dalam mewujudkan tempat kerja yang sehat. Manfaat PHBS di tempat kerja adalah para pekerja dapat meningkatkan kesehatannya, mengurangi kemungkinan sakit, meningkatkan efisiensi kerja dan meningkatkan citra positif tempat kerja.

5) Manfaat PHBS di masyarakat.

Manfaat PHBS bagi masyarakat yaitu masyarakat dapat membangun lingkungan yang sehat untuk mencegah penyebaran penyakit, masyarakat dapat memanfaatkan pelayanan instansi kesehatan, dan dapat mengembangkan kesehatan yang disediakan masyarakat.

c. Tujuan PHBS

Tujuan penting gerakan PHBS yaitu membangun kualitas kesehatan melalui proses penyadaran, merupakan awal dari kontribusi individu dalam menjaga perilaku hidup bersih dan sehat setiap hari. (Kemenkes: 2016).

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PHBS

Teori Lawnce Green dalam Notoatmodjo (2015), bahwa perilaku sehat seseorang dapat dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu; penyebab perilaku dan penyebab non perilaku.

Perilaku itu sendiri ditentukan atau dibentuk oleh 3 faktor, yaitu:

1) Faktor pemudah

Faktor yang mendorong atau mempengaruhi perilaku masyarakat, termasuk pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai, tradisi, demografi (usia, pendidikan, sosial ekonomi, pekerjaan, pendapatan), dll.

2) Faktor pemungkin

Faktor yang mendorong atau mendorong perilaku atau tindakan, termasuk sarana dan prasarana. Contohnya puskesmas, obat-obatan, alat kontrasepsi, toilet, dll.

3) Faktor penguat

Faktor yang mendorong dan memperkuat perilaku antara lain adalah dukungan tokoh masyarakat, pemuka agama, dan petugas kesehatan.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebersihan Diri

Menurut Departemen Kesehatan (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi kebersihan diri seseorang adalah:

1) Citra tubuh

Citra tubuh adalah konsep subjektif dari penampilan manusia. Citra diri seseorang dapat mempengaruhi kebersihan diri, misalnya karena perubahan fisik, ia tidak peduli dengan kebersihannya.

2) Praktik sosial

Kelompok sosial seseorang mempengaruhi perilaku kebersihan pribadi. Kebiasaan higiene perorangan yang didapat anak dari orang tuanya, Misalnya kebiasaan keluarga, jumlah orang yang ada di rumah dan ketersediaan

air bersih semuanya akan mempengaruhi pelayanan kesehatan.

3) Status sosial ekonomi

Sumber daya ekonomi seseorang akan mempengaruhi jenis dan tingkat kebiasaan higienis yang digunakan. Personal hygiene membutuhkan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo dan perlengkapan mandi yang semuanya bisa disediakan dengan biaya tertentu.

4) Pengetahuan

Memahami pentingnya higiene perorangan dan dampaknya terhadap kesehatan akan memengaruhi kebiasaan higiene perorangan. Namun pengetahuan saja tidak cukup, orang harus dimotivasi untuk menjaga perawatan diri.

5) Budaya

Keyakinan budaya dan nilai-nilai pribadi akan mempengaruhi kebersihan pribadi. Orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda mengadopsi kebiasaan kebersihan pribadi yang berbeda.

6) Pilihan pribadi

Setiap orang memiliki keinginan, kebiasaan atau pilihan sendiri untuk menggunakan produk tertentu untuk perawatan diri, seperti menggunakan sabun, sampo, dll.

7) Kondisi fisik.

Pada beberapa penyakit, seseorang mungkin kekurangan kekuatan fisik atau kelenturan untuk melakukan kebersihan diri dan oleh karena itu membutuhkan pertolongan. Jika dia tidak bisa melakukan ini sendiri, maka dia tidak mungkin mempraktikkan kebersihan pribadi.

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku personal hygiene mengacu pada perilaku menjaga kebersihan diri atau pribadi, meliputi kebersihan kulit, rambut, gigi, mata, telinga, tangan, kaki dan kuku.

f. Indikator tatanan PHBS Secara Umum

Kementerian Kesehatan RI dalam Jayanti.L (2011: 192) meyakini bahwa PHBS pada dasarnya merupakan perilaku pribadi atau keluarga untuk mencegah berbagai penyakit. Salah satu tujuan pelaksanaan PHBS adalah membentuk tatanan keluarga untuk meningkatkan kesehatan keluarga dan efisiensi kerja setiap anggota keluarga. Pengetahuan kesehatan dan

PHBS harus dimulai sejak usia dini. Pengetahuan anak pada dasarnya adalah lingkungan keluarga yang merupakan sarana pendidikan paling dasar bagi anak untuk mempelajari berbagai hal termasuk belajar tentang kebersihan dan kesehatan.

Menurut Warman (2019: 124), PHBS merupakan rangkaian perilaku yang didasarkan pada pembelajaran akibat Kurangnya pemahaman siswa tentang perilaku hidup sehat.

Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari-hari pun siswa tidak dapat menggunakan perilaku sehat dengan benar. Maka dapat mempengaruhi kesehatan tubuh. Diperlukan peningkatan pengetahuan, pemahaman dan pengetahuan praktis di lingkungan sekolah serta untuk memecahkan masalah dan solusinya.

Menurut Lina dalam Maryuani (2016: 94), rencana PHBS dibagi menjadi 5 struktur lingkungan, yaitu ;

1) PHBS disekolah

PHBS di lingkungan sekolah memiliki 8 indikator PHBS, diantaranya:

a) Cuci tangan dengan air mengalir, lalu cuci tangan dengan sabun.

b) Makan yang sehat.

c) Gunakan toilet / kamar mandi yang bersih.

d) Berolahraga secara teratur.

e) Membasmi jentik-jentik nyamuk.

f) Tidak merokok di sekolah.

g) Mengukur tinggi dan berat.

h) Membuang sampah pada tempatnya.

2) PHBS dalam struktur keluarga.

Menurut Ardiansyah (2013: 47-48), terdapat sepuluh indikator PHBS dalam penataan rumah tangga, yaitu:

a) Petugas kesehatan membantu persalinan.

b) Memberikan ASI Eksklusif.

c) Menimbang bayi dan balita.

d) Cuci tangan dengan sabun.

e) Gunakan air bersih.

f) Gunakan toilet yang sehat.

g) Membasmi jentik nyamuk di rumah.

h) Makan sayur dan buah setiap hari.

i) berolahraga setiap hari.

j) Jangan merokok di dalam rumah.

3) PHBS di institusi kesehatan.

Promkes (2011: 2) meyakini bahwa PHBS pada institusi kesehatan tujuannya agar pasien dan masyarakat pengunjung memahami dan mengembangkan kebiasaan hidup bersih dan sehat, serta berperan aktif dalam mewujudkan PHBS di institusi kesehatan dan mencegah

penyebaran penyakit di dinas kesehatan. mekanisme.

Terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menilai PHBS di fasilitas kesehatan, yaitu:

a) Gunakan air bersih.

b) Gunakan toilet.

c) Buang sampah.

d) Jangan merokok di institusi medis.

e) Jangan hanya muntah.

f) Singkirkan jentik-jentik nyamuk 4) PHBS di tempat umum.

Promkes (2012 : 3) menjelaskan bahwa PHBS di tempat umum bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pengunjung dan pengelola di tempat umum, yang ingin mempraktikkan kemampuan PHBS, dan berperan aktif dalam menciptakan tempat umum yang sehat. Tempat umum adalah sarana yang digunakan oleh pemerintah atau perseorangan untuk kegiatan sosial, seperti pariwisata, angkutan, tempat ibadah, sarana olah raga dan perdagangan, tempat hiburan, dan sarana sosial lainnya.

Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi lokasi PHBS di tempat umum. :

a) Gunakan air bersih.

b) Gunakan toilet.

c) Buang sampah.

d) Jangan merokok di tempat umum.

e) Jangan meludah sembarangan.

f) Membasmi jentik-jentik nyamuk.

5) PHBS ditempat kerja.

Promkes (2012 : 4), PHBS di tempat kerja bertujuan agar pekerja memahami dan dapat mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja yang sehat. PHBS di tempat kerja meliputi:

a) Tidak merokok di tempat kerja.

b) Konsumsi makanan di tempat kerja.

c) Berolahraga secara teratur.

d) Cuci tangan dengan sabun dan air sebelum makan dan setelah buang air besar atau buang air kecil.

e) Menangani jentik nyamuk di tempat kerja.

f) Gunakan air bersih.

g) Gunakan toilet saat buang air kecil dan buang air besar.

h) Membuang sampah pada tempatnya

i) Gunakan APD sesuai dengan jenis pekerjaannya.

Tabel 2.2

Indikator PHBS (kebersihan diri)

Variabel Aspek Indikator

PHBS (kebersihan diri)

Kebersihan kulit Cara menjaga kesehatan kulit

Kebersihan rambut Cara menjaga kebersihan dan kesehatan rambut

Kebersihan Gigi dan mulut.

Cara gosok gigi dengan benar

Menjaga kesehatan mulut dan bibir.

Menjaga Kebersihan mata Cara menjaga kebersihan dan kesehatan mata Menjaga kebersihan kaki dan

kuku

Cara membersihkan kaki Cara membersihkan kuku

Genitalia Menjaga kebersihan alat

kelamin

Kerapihan Pakaian. Menggunakan pakaian bersih dan wangi

Sumber: Perry dalam Upa (2020 : 22) g. Pentingnya gerakan PHBS.

Pentingnya gerakan PHBS bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan melalui proses ini pengetahuan sebagai individu dalam melakukan PHBS sehari-hari. Kemudian manfaat utama dari PHBS adalah dapat menumbuhkan masyarakat yang sadar kesehatan dengan pengetahuan dan kesadaran untuk menjaga PHBS.

Berdasarkan data Risksdas (Riset Kesehatan Dasar) 2018, PHBS penduduk Indonesia: Dari segi kesehatan gigi dan mulut, proporsi masalah mulut dan mulut yang dicatat oleh Risksdas 2018 adalah 57%, dan proporsi penduduk yang mendapat perawatan gigi. adalah 10,2%. Proporsi perilaku menyikat yang tepat adalah 2,8%. Jika seseorang tidak memiliki pola hidup bersih maka tubuhnya akan menjadi tidak sehat, misalnya tidak menggunting kukunya akan menyebabkan seseorang terkena diare, selain itu lingkungan yang kotor juga

karena kurangnya kesadaran dan tidak tahu harus berbuat apa.

melakukan. Mengotori. Oleh karena itu, Anda dianjurkan menjalankan PHBS supaya terhindar dari segala penyakit.

(Sanussi, 2020: 2-3).

Notoadmodjo dalam Kalalo (2017: 2),meyakini bahwa memberikan pengetahuan kesehatan sebenarnya bisa dimulai dari lingkungan dan keluarga anak. Namun orang tua dan orang sekitar tidak bisa menjelaskan bagaimana cara menjaga kebersihan yang baik dan benar, karena anak biasanya hanya mengetahui cara bermain di lingkungan keluarga. Genetika, lingkungan, perilaku dan pelayanan masyarakat merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan pribadi dan kesehatan masyarakat.

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 struktur PHBS di lingkungan yaitu PHBS di lingkungan sekolah, PHBS di lingkungan keluarga, PHBS di lembaga kesehatan, PHBS di tempat umum dan PHBS di lingkungan tempat kerja. Selain itu, PHBS merupakan perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan terutama dalam hal kebersihan diri yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, mata, hidung, telinga, kaki dan kuku, kebersihan dan kerapihan alat kelamin dan pakaian.

Akibat kurangnya perhatian terhadap personal hygiene terdapat dua macam pengaruh yaitu: pengaruh fisik dan pengaruh psikososial.

Dokumen terkait