• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencemaran tinja/ kotoran manusia (feces) adalah sumber utama dari virus, bakteri dan patogen lain penyebab diare. Jalur pencemaran yang diketahui sehingga cemaran dapat sampai ke mulut manusia termasuk balita adalah melalui 4F (Wagner & Lanoix, 1958) yakni fluids (air), fields (tanah), flies (lalat),dan

fingers (jari/tangan). Jalur ini memperlihatkan bahwa salah satu upaya prevensi cemaran yang sangat

efektif dan efisien adalah perilaku manusia yang memblok jalur fingers. Ini bisa dilakukan dengan mempraktekkan cuci tangan pakai sabun di waktu-waktu yang tepat. Dalam meta-studinya, Curtis & Cairncross (2003) menemukan bahwa praktek cuci tangan dengan sabun dapat menurunkan risiko insiden diare sebanyak 42-47%. Bila dikonversikan, langkah sederhana ini dapat menyelamatkan sekitar 1 juta anak-anak di dunia.

Untuk konteks balita, waktu-waktu untuk cuci tangan pakai sabun yang perlu dilakukan Si Ibu/ Pengasuhnya untuk mengurangi risiko terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare terdiri dari 5 (lima) waktu penting yakni, 1) sesudah buang air besar (BAB), 2) sesudah menceboki pantat anak, 3)sebelum menyantap makanan, 4) sebelum menyuapi anak, dan terakhir adalah 5) sebelum menyiapkan

makanan bagi keluarga. Sebagian waktu penting itu sebetulnya ditujukan bagi ibu-ibu rumah tangga secara

umum semisal: waktu sesudah buang air besar, sebelum menyiapkan makanan, dan sebelum menyantap makanan. Sementara, waktu yang lebih khusus ditujukan bagi ibu atau pengasih anak balita adalah sesudah menceboki pantat anak, dan sebelum menyuapi makan anak.

Untuk menelusuri perilaku-perilaku cuci tangan yang dilakukan ibu sehari-harinya, EHRA terlebih dahulu memastikan penggunaan sabun di rumah tangga dengan pertanyaan apakah si Ibu menggunakan sabun hari ini atau kemarin. Jawabannya menentukan kelanjutan pertanyaan berikutnya dalam wawancara. Mereka yang perilakunya didalami oleh EHRA terbatas pada mereka yang menggunakan sabun hari ini atau kemarin.

[Type text] Page 32

3.5.1 Praktek cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada 5 waktu penting. a. Sesudah buang air besar

Menurut hasil survey EHRA yang ditampilkan pada Gambar 3.21 menunjukkan bahwa praktek cuci tangan pakai sabun (CTPS) masyarakat Ngada pada skala kabupaten sesudah buang air besar mencapai 60%, sedangkan yang tidak CTPS sebesar 40%.

Gambar 3.21 Praktek Cuci Tangan Sesudah Buang Air Besar (Skala Kabupaten)

Menurut hasil survey EHRA yang ditampilkan pada Gambar 3.22 menunjukkan bahwa praktek cuci tangan pakai sabun (CTPS) masyarakat Ngada skala kluster sesudah buang air besar mencapai 100% pada kluster 0, 25,6 % pada kluster 1, 76,5% pada kluster 2, 100% pada kluster 3, dan 30 % pada kluster 4.

[Type text] Page 33

b. Sesudah menceboki pantat anak

Menurut hasil survey EHRA yang ditampilkan pada Gambar 3.23 menunjukkan bahwa praktek cuci tangan pakai sabun (CTPS) masyarakat Ngada pada skala kabupaten sesudah menceboki pantat anak mencapai 78 %.

Gambar 3.23 CTPS Sesudah Menceboki Pantat Anak (Skala Kabupaten)

Menurut hasil survey EHRA yang ditampilkan pada Gambar 3.24 CTPS setelah menceboki bayi skala kabupaten menunjukkan bahwa praktek cuci tangan pakai sabun (CTPS) masyarakat Ngada sesudah menceboki pantat anak mencapai 0% pada kluster 0, 3,8% pada kluster 1, 31,9% pada kluster 2, 67,5% pada kluster 3, dan 42,5% pada kluster 4.

Gambar 3.24 Praktek Cuci Tangan Sesudah Menceboki Pantat Anak (Per Kluster)

c. Sebelum menyantap makanan

Menurut hasil survey EHRA yang ditampilkan pada Gambar 3.25 menunjukkan bahwa praktek cuci tangan pakai sabun (CTPS) masyarakat Ngada sebelum menyantap makanan mencapai 68%.

[Type text] Page 34

Gambar 3.25 Praktek Cuci Tangan Sebelum Menyantap Makanan (Skala Kabupaten)

Menurut hasil survey EHRA yang ditampilkan pada Gambar 3.26 menunjukkan bahwa praktek cuci tangan pakai sabun (CTPS) masyarakat Ngada sebelum menyantap makanan mencapai 100% pada kluster 0, 48,1% pada kluster 1, 79,8% pada kluster 2, 95% pada kluster 3, dan 50% pada kluster 4.

Gambar 3.26 Praktek Cuci Tangan Sebelum Menyantap Makanan (Per Kluster)

d. Sebelum menyuapi anak

Menurut hasil survey EHRA yang ditampilkan pada Gambar 3.27 menunjukkan bahwa praktek cuci tangan pakai sabun (CTPS) masyarakat Ngada sebelum menyuapi anak mencapai 56%, sedangkan yang tidak CTPS sebesar 44%

[Type text] Page 35

Gambar 3.27 CTPS Sebelum Menyuapi Anak (Skala Kabupaten)

Menurut hasil survey EHRA yang ditampilkan pada Gambar 3.28 menunjukkan bahwa praktek cuci tangan pakai sabun (CTPS) masyarakat Ngada sebelum menyuapi anak mencapai 100% pada kluster 0, 25 % pada kluster 1, 54,6% pada kluster 2, 37,5% pada kluster 3, dan 32,5% pada kluster 4.

Gambar 3.28 CTPS Sebelum Menyuapi Anak (Per Kluster)

e. Sebelum menyiapkan makanan

Menurut hasil survey EHRA yang ditampilkan pada Gambar 3.29 CTPS sebelum menyiapkan makanan skala kabupaten menunjukkan bahwa praktek cuci tangan pakai sabun (CTPS) masyarakat Ngada sebelum menyiapkan makanan mencapai 46%.

[Type text] Page 36

Gambar 3.29 Praktek Cuci Tangan Sebelum Menyiapkan Makanan (Skala Kabupaten)

Menurut hasil survey EHRA yang ditampilkan pada Gambar 3.30 menunjukkan bahwa praktek cuci tangan pakai sabun (CTPS) masyarakat Ngada sebelum menyiapkan makanan mencapai 82,9% pada kluster 0, 23,1% pada kluster 1, 56,3% pada kluster 2, 85% pada kluster 3, dan 32,5% pada kluster 4.

Gambar 3. 30 CTPS Sebelum Menyiapkan Makanan (Per Kluster)

3.5.2 Ketersediaan sarana CTPS di jamban a. Ketersediaan air

Dalam survey EHRA ditanyakan pula ketersediaan sarana CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) di jamban. Sarana CTPS meliputi air, sabun dll. Menurut hasil survey EHRA yang ditampilkan pada Gambar 3.31 Ketersediaan Air di Jamban pada skala Kabupaten menunjukkan bahwa ketersediaan air dijamban mencapai 58% air tersedia di dalam bak air/ember, dan 28% air berasal dari kran & berfungsi dan yang tidak ada air di jamban sebesar 14%

[Type text] Page 37

Gambar 3.31 Ketersediaan Air di Jamban (Skala Kabupaten)

Menurut hasil survey EHRA yang ditampilkan pada Gambar 3.32 menunjukkan bahwa ketersediaan air dijamban menunjukan angka yang tinggi. Sebagian besar air tersedia di dalam bak air/ember, dan sebagian kecil berasakl dari kran. Pada kluster 0, ketersediaan air mencapai 97,6% yang berasal dari kran & berfungsi . Pada kluster 1, ketersediaan air mencapai 48,1% yang terdapat di dalam bak air/ ember. Pada kluster 2, ketersediaan air mencapai 65,5% yang terdapat di dalam bak/ ember. Pada kluster 3, ketersediaan air mencapai 97,5% yang terdapat di dalam bak/ ember. Pada kluster 4, ketersediaan air mencapai 95% yang terdapat di dalam bak air/ ember.

Gambar 3.32 Ketersediaan Air di Jamban (Per Kluster)

b. Ketersediaan Sabun

Menurut hasil survey EHRA yang ditampilkan pada Gambar 3.33 Ketersediaan sabun di jamban pada skala kabupaten menunjukkan bahwa ketersediaan sabun dijamban mencapai 56 %.

[Type text] Page 38

Gambar 3.33 Ketersediaan Sabun di Jamban (Skala Kabupaten)

Menurut hasil survey EHRA yang ditampilkan pada Gambar 3.34 menunjukkan bahwa ketersediaan sabun dijamban mencapai 100% pada kluster 0, 40 % pada kluster 1, 56,3% pada kluster 2, 70% pada kluster 3, 57,5 % pada kluster 4.

Gambar 3.34 Ketersediaan Sabun di Jamban (Per Kluster)

3.5.3 Pola pemanfaatan sabun dalam kehidupan sehari-hari

Dalam survey EHRA juga ditanyakan pola pemanfaatn sabun dalam kehidupan sehari-hari. Menurut hasil survey EHRA yang ditampilkan pada Gambar 3.35 menunjukkan bahwa penggunaan sabun 17% digunakanan untuk mandi, 15% untuk mencuci peralatan minum, makan, dan masak, 14% untuk mencuci pakaian, 12% untuk mencuci tangan anak dan tangan sendiri, memandikan anak sebesar 13% , menceboki pantat anak sebesar 11% dan untuk lainnya sebesar 6%.

[Type text] Page 39

Gambar 3. 5 Penggunaan Sabun (Skala Kabupaten)

Menurut hasil survey EHRA yang ditampilkan pada Gambar 3.36 menunjukkan bahwa pada kluster 0, sabun digunakan untuk mandi (100%), memandikan anak (100%) ,mencuci tangan anak (100%), mencuci tangan sendiri (100%), Mencuci peralatan(97,6%), mencuci pakaian (48,8%), lainnya (70%), Pada Kluster 1 sabun digunakan untuk mandi (91,1%), memandikan anak (75%) ,mencuci tangan anak (47,9%), mencuci tangan sendiri (50%), Mencuci peralatan(52,8%), mencuci pakaian (88,2%), lainnya (45,1%). Sedangkan untuk kluster lainnya (kluster 2 – kluster 4) menunjukkan angka yang hampir sama.

[Type text] Page 40

Dokumen terkait