• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SOSIOLOGIS TERHADAP PERILAKU THAHARAH MASYARAKAT BUKIT KEMUNING

C. Perilaku bersuci masyarakat 1.Tatacara bersuci

3. Perilaku dan kesadaran hukum

Berbicara masalah pelaksanaan thaharah, tidak terlepas dari aspek pemenuhan hukum dalam syariat islam. Pelaksanaan bersuci yang sesuai dengan penjelasan fuqaha dalam kitab fikih menjamin kesempurnaan dalam beribadah. Hukum syariat yang dijelaskan dalam kitab fiqih bertujuan untuk menciptakan keteraturan dalam beribadah dan bermuamalah. Sehingga tercipta suatu keharmonisan antara kenyamanan beribadah dengan kenyamanan dalam berinteraksi sosial.

Kesadaran masyarakat akan hukum syariat mempunyai posisi yang sangat penting dalam menciptakan keteraturan. Hal tersebut tidak hanya berimplikasi pada lingkungannya saja, tetapi secara individual ketaatan terhadap hukum-hukum yang

ditetapkan dalam syariat dapat menjamin keshahihan dalam beribadah. Karena jika seseorang mengabaikan aturan hukum yang berlaku dalam beribadah, maka dia berpotensi rusak atau bahkan hilang nilai pahala dari ibadah yang dilakukannya.

Namun demikian, kesadaran hukum ini belum tercipta secara optimal dalam masyarakat Bukit Kemuning. Masih ada masyarakat yang mengabaikan hukum yang telah ditetapkan. Sebagai contoh adalah cara membersihkan sofa yang terkena air kencing bayi perempuan yang berumur 1 tahun. Dari satu permasalahan tersebut terdapat tiga jawaban yang berbeda berdasarkan wawancara penulis dengan tiga narasumber sebagai berikut:

a. Ibu Juwarita16: “saya membersihkan kencing bayi yang mengenai sofa dengan cara dilap saja dengan kain basah, karena dengan cara itu juga sudah cukup. Yang penting sudah tidak ada bekas kencingnya lagi”. b. Ibu Imah17: “kalau anak saya kencing di sofa, saya biarkan saja yang

penting sudah dilap dengan celananya tadi yang bekas kencing. Kenapa tidak saya bersihkan lagi karena serapan air kencing ke sofa sudah cepat masuk ke busa sofa tersebut. Jadi buat apa dibersihkan lagi. Lagian juga kalau mau dijemur terlalu berat diangkat sofanya”.

16

Wawancara pribadi, dengan ibu Juwarita (umur 29 tahun) latar belakang pendidikan SLTP, dan mendapatkan pengetahuan agama dari orang tua. Sabtu 8 Oktober 2010 pukul 10.00 WIB.

17

Wawancara pribadi dengan ibu Imah (umur 37 tahun) latar belakang pendidikannya SD. Minggu, 9 Oktober 2010, pukul 15.00 WIB.

c. Ibu Mutmainah18: “saya membersihkan kencing bayi yang mengenai sofa dengan cara dialirkan air sedikit lalu dilap dengan kain basah, kalau baunya juga masih belum hilang maka sofa tersebut saya jemur”.

Dari ketiga jawaban di atas, jawaban yang sesuai dengan ketentuan fiqh adalah jawaban yang diutarakan oleh ibu Mutmainah. Apa yang telah dilakukan ibu Mutmainah dalam cara membersihkan najis sudah memenuhi standar thaharah sebagaimana telah dijelaskan dalam bab II bahwa ukuran sesuatu itu dikatakan suci/bersih harus terhindar dari tiga sifat yaitu: warnanya sudah tidak terlihat, baunya sudah tidak tercium dan wujudnya sudah tidak Nampak lagi.

Ketidaksesuaian pelaksanaan thaharah dan konsep normatif bisa disebabkan oleh faktor ketidak mengertian. Namun demikian, faktor kelalaian juga menjadi persoalan penting. Sebagaimana saja alasan yang diungkapkan oleh ibu Mayang (umur 39 tahun) yang latar belakang pendidikannya SMP, sebagai berikut:

Sebenarnya saya tahu kalau membersihkan najis itu harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti, tetapi hal tersebut membuat rumit, yang terpenting bagi saya adalah saya sudah membersihkannya dengan cara-cara yang saya mau.

Dalam ketaatan terhadap hukum syariat tentang pembahasan thaharah, masyarakat Bukit Kemuning masih banyak yang tidak melaksanakannya dengan semestinya. Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di lapangan ditemukan banyak di antara mereka yang melakukan pelaksanaan thaharah tidak sesuai dengan

18

Wawancara pribadi dengan ibu Mutmainah (31 tahun) latar melakang pendidikanya MA, Kamis, 30 September 2010, pukul 14.00 WIB

apa yang dijelaskan dalam kitab fiqih. Terkadang mereka melakukan kekeliruan tersebut secara sadar, namun dengan alasan keterbatasan sumber daya, mereka tetap melakukan kekeliruan tersebut. Sebagaimana terlihat dalam sebuah peristiwa yang terobservasi dalam sebuah kasus ibu Mawar yang latar belakang pendidikan umum yang hanya lulus dibangku SMP, dalam membersihkan najis kencing anak bayi perempuannya yang berumur 1 tahun. Tetapi pada saat si kecil kencing ibu Mawar melepaskan celana anaknya yang terkena air kencing lalu kemudian melapkan yang sudah kotor itu kedalam air kencing, tanpa kemudian menyiram air kencing itu. Kasus yang sama terlihat pada hari yang berbeda dilakukan juga oleh ibu Mawar19.

Contoh lainnya adalah perilaku thaharah yang dilakukan keluarga bapak Waskito dan ibu Eka20. Melihat dari latar belakang pendidikan mereka bapak Waskito merupakan lulusan Sekolah Dasar umum dan yang tidak terbiasa mengikuti pengajian-pengajian agama di karenakan sibuknya bekerja, dan ibu Eka lulusan Aliyah yang memiliki latar belakang pendidikan agama dari pondok pesantren, dan mereka mempunyai anak bayi yang berumur 8 bulan.

Mengingat keluarga bapak waskito dan istrinya merupakan pasangan muda, yang baru mempunyai anak bayi pertama kalinya. Maka pekerjaan rumah tangga dilakukan secara bergantian salah satunya adalah mencuci pakaian bayi mereka. Dalam hal ini, ketika penulis berkunjung kerumah mereka. Penulis melihat ibu Eka

19

Observasi dilakukan pada hari Jum’at, 17 September 2010, pukul 10.00 WIB.

20

dalam membersihkan pakaian bayinya yang terkena najis dengan cara menghilangkan dulu kotoran yang menempel atau bekas kencingnya, setelah itu pakaian tersebut di rendam kemudian dicampur dengan pakaian yang lain. Fenomena yang berbeda, terlihat pada hari yang berbeda dilakukan juga oleh bapak Waskito dalam mencuci pakaian bayi mereka, dalam hal ini bapak Waskito melakukannya dengan cara yang berbeda yakni dengan cara mencampurkan semua pakaian yang terkena najis maupun yang tidak ke dalam mesin cuci. Pada waktu yang bersamaan ibu Eka pun melihat apa yang dilakukan suaminya. Namun hal tersebut dibiarkan saja oleh ibu Eka.

Hal ini bisa disebabkan oleh proses sosialisasi ilmu yang kurang sempurna. Pemahaman mereka yang hanya sekelumit tentang thaharah baik dari proses belajar di sekolah maupun dari proses pembelajaran orang tua, menyebabkan penanaman hukum hanya sebatas meniru dari apa yang dilihat pada saat terjadi proses sosialisasi.

Pemahaman thaharah secara tidak menyeluruh menyebabkan adanya kesenjangan antara teori yang terdapat dalam literatur fiqih, dengan pelaksanaan thaharah di masyarakat. Sebenarnya masyarakat memandang thaharah itu sebagai suatu kegiatan yang sangat penting dalam pelaksanaan ibadah. Tetapi dalam pelaksanaanya, mereka masih saja melakukan kekeliruan yang terkadang dengan sadar mereka lakukan. Hal ini menunjukan bahwa proses sosialisasi hukum syariat ini hanya bersifat taklid, atau hanya mengikuti tanpa ada penjelasan bukan dari proses penurunan ilmu yang rasional.

71

Dari penelitian dalam skripsi ini dapat penulis ambil beberapa kesimpulan, diantaranya yaitu:

1. Masyarakat Bukit Kemuning Lampung Utara memiliki pemahaman tentang thaharah yang sama namun, dalam hal menyikapi najis khususnya berbeda-beda. Hal ini dikarenakan umumnya mereka tidak memiliki latar belakang pendidikan agama dan tingkat pendidikan yang rendah. Kedua faktor tersebut merupakan faktor utama di samping faktor lainnya yang mempengaruhi pemahaman mereka tentang thaharah.

2. Tata cara bersuci masyarakat Bukit Kemuning didasarkan pada pemahaman yang didapatkan dari meniru kebiasaan orang tua terdahulu dan dari proses belajar yang dilakukan di sekolah. Namun demikian, penulis mendapatkan adanya ketidaksesuaian antara teori dan prakteknya di masyarakat. Misalnya dalam membersihkan najis air kencing bayi perempuan yang berumur 1 tahun. Syari’at islam menetapkan bahwa cara mennyucikannya dengan menghilangkan zatnya terlebih dahulu, hingga hilang wujud, bau dan warnanya, kemudian menyiram dengan air sampai bersih lalu dikeringkan. Sedangkan yang terjadi masyarakat Bukit Kemuning, mereka

cenderung tidak memperhatikan ketentuan yang ada. Mereka melakukannya berdasarkan apa yang mereka anggap mudah, misal hanya dilap saja.

B. Saran-Saran

1. Diharapkan kepada para tokoh agama (ustadz/ ustadzah) untuk menyampaikan pembahasan-pembahasan seputar thaharah secara detail sesuai dengan yang disyari’atkan agama.

2. Mengadakan kegiatan pengajian mulai dari anak-anak, remaja dan orang tua untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang wacana keagamaan.

3. Kepada masyarakat, untuk lebih mentaati hukum yang berlaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

73

Bukhori, Al, Iman Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim ibnu al-Mughiroh. Jilid 1. Shohih al-Bukhori. Bairut: Dar al-Fikri, 1994M/1414H. Buku Monografi Kecamatan Bukit Kemuning, 2005

Friedman, Lawrence M. Sistem Hukum: Perspektif Ilmu Sosial. Penerjemah M. Khozim. Bandung: Nusamedia, 2009.

Handoko, Martin. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakartra: Kanisus, 1992.

Husaini, Al. Iman Taqiyuddin Abubakar. Kifayatul Akhyar. Jilid 1. Surabaya: PT. Bina Ilmu Offset, 1997.

Jaziry, Al, Abdurrahmn. Kitabul al-Fiqhul ala Madzhib al ar-ba’ah. Jilid 1.Cairo: at-Tijariyah al kubro, tth.

Kahlani, Al, Muhammad bin Ismail. Subul al-Salam. jilid I. Bandung: Maktabah Dahlan, T.t.h).

Maulana, Achmad. Kamus Ilmiah Populer Lengkap. Yogyakarta: Absolut, 2004. Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. (Surabaya:

Pustaka Progressif, 1997.

Naisaburi, Al, Iman Abi al-Husein Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi. Jilid 1. Shahih Muslim. Riyadh: Dar al-Salam, 1998M/1419H.

74

Observasi dilakukan pada hari Jum’at, 17 September 2010, pukul 10.00 WIB.

Qardhawi, Al, Yusuf. Fiqhu at-Thaharah. Penerjemah Samson Rahman. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2004.

Qurţubi, Al, Ibnu Rusyd. Bidāyat al-Mujtahid wan Nihāyat al-Muqtaşid. Jilid 1. Bairut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 2007.

Ritonga, A. Rahman dan Zainuddin. Fiqh Ibadah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997.

Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah. Penerjemah Mahyuddin Syaf. Jilid 1. Bandung: PT.

Alma’arif,2003.

Saebani, Beni Ahmad. Sosiologi Hukum. Bandung: Pustaka Setia, 2007.

Salman, Otje. Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Hukum Waris. Bandung: Alumni, 1993.

Syarbaini, Al, Khatib. Al-Iqnâ’fil hall Alfâzi Abî Syujâ’i. Bandung: Al-Ma’arif, t.th. Soekanto, Soerjono. Hukum Adat Indonesi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003. --- dan Soleman B.Taneko. Hukum Adat Indonesia. Jakarta: Rajawali

Pers,1983.

Warassih, Esmi, Pemberdayaan Masyarakat dalam Mewujudkan Tujuan Hukum (Proses Penegakan Hukum dan Persoalan Keadilan); Pidato Pengukuhan Guru Besar. Fakultas Hukum UNDIP Semarang, 2001.

75

Wawancara pribadi dengan bapak Nanang, Jumat 24 September 2010 pukul 15.00 Wawancara pribadi dengan ibu Sarina. Senin 4 Oktober 2010 pukul 09.00 WIB. Wawancara pribadi dengan ibu Yuni. Senin 11 Oktober 2010 pukul 16.00 WIB Wawancara pribadi dengan bapak Pidiyan. Sabtu, 2 Oktober 2010 pukul 09.00 WIB. Wawancara pribadi dengan ibu Linda. Sabtu 2 Oktober 2010 pukul 14.00 WIB. Wawancara pribadi dengan ibu Apri. Selas, 5 Oktober 2010 pukul 17.00 WIB Wawancara pribadi dengan ibu Rohani.Minggu, 3 Oktober 2010 pukul 16.00 WIB. Wawancara pribadi dengan ibu Hartini. Senin 4 Oktober 2010, pukul 13.00 WIB. Wawancara pribadi dengan ibu Tutik Senen, 27 September 2010, pukul 10.30 WIB. Wawancara pribadi dengan ibu Amnah. Selasa 12 Oktober 2010 pukul 15.00 WIB Wawancara pribadi dengan ibu Desi. Sabtu 8 Oktober 2010 pukul 14.00 WIB. Wawancara pribadi, dengan ibu Juwarita. Sabtu 8 Oktober 2010 pukul 10.00 WIB. Wawancara pribadi dengan ibu Mutmainah. Kamis, 30 September 2010, pukul 14.00

WIB.

Widjaja, AW. Kesadaran Hukum Manusia dan Masyarakat Pancasila. (Jakarta: CV. Era Swasta, 1984.

Zuhaily, Al,Wahbah. Al-Fiqhul Isalamy wa Adillatuhu. Penerjemah Masdar Hilmy. Bandung: CV. Pustaka Media Utama, 2004.

Z, Zurinal dan Aminuddin. Fiqh Ibadah. Jakarta:Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008

Sumber: Data Lapangan 2010. NO Lingkungan KK Laki-laki PR Jumlah 1 I 338 827 780 1.607 2 II 452 903 901 1.804 3 III 433 905 894 1.799 4 IV 362 862 829 1.691 5 V 261 738 728 1.466 6 VI 469 935 953 1.888 7 VII 325 773 782 1.555 8 VIII 443 928 925 1.853 9 IX 246 699 680 1.379 10 X 167 397 382 779 11 XI 133 259 254 513 12 XII 141 277 258 535 13 XIII 223 362 346 708 14 XIV 164 298 254 552 Jumlah 4.157 9.163 8.966 18.129 Sumber: Kelurahan Bukit Kemuning Tahun 2010

No Lingkungan Luas wilayah 1 Luas wilayah I 1.57 KM2

2 Luas wilayah II 1.48 KM2 3 Luas wilayah III 1.37 KM2 4 Luas wilayah IV 1.19 KM2 5 Luas wilayah V 1.05 KM2 6 Luas wilayah VI 1.26 KM2 7 Luas wilayah VII 1.05 KM2 8 Luas wilayah VIII 0.98 KM2 9 Luas wilayah IX 1.06 KM2 10 Luas wilayah X 1.15 KM2 11 Luas wilayah XI 1.07 KM2 12 Luas wilayah XII 1.68 KM2 13 Luas wilayah XIII 1.47 KM2 14 Luas wilayah XIV 0.52 KM2

1 0-4 1.707 9 2 5-9 1.693 9 3 10-14 1.617 9 4 15-19 2.026 11 5 20-24 1.922 11 6 25-29 2.394 13 7 30-39 2.699 15 8 40-49 2.363 13 9 50-59 1.132 6 10 60+ 576 3 Jumlah 18.129 100

Sumber: Data Lapangan 2010.

1 Islam 18.040

2 Kristen 64

3 Hindu 2

4 Budha 23

5 Aliran Kepercayaan lainya -

Jumlah 18.129 Sumber : Monografi 2010.

Tabel 3.5

Jumlah sarana pribadatan

No Sarana kepribadatan Jumlah

1 Masjid 19 2 Mushalla 15 3 Gereja - 4 Vihara - 5 Pura - Sumber : Monografi 2010.

1 Tidak sekolah 1.832 2 Taman kanak-kanak 2.930 3 SD/Sederajat 5.102 4 SMP/MTS 4.420 5 SMA/MA 3.531 6 D3 219 7 S1 95 Sumber : Monografi 2010 Tabel. 3.7

Jumlah sarana pendidikan

No Sarana pendidikan Jumlah

1 SD 10 2 Ibtidaiyah 3 3 SMP 2 4 MTs 2 5 SMA 1 6 MA 2 7 STAI 1 Jumlah 17 Sumber: data monografi 2010

1 15-25 Tahun 3 12

2 26-35 Tahun 10 40

3 36-50 Tahun 8 32

4 Diatas 50 Tahun 4 16

Jumlah 25 100

Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2010.

Tabel 4.2.

Distribusi narasum Berdasarkan Pendidikan

No Jenis Pendidik % ber (jenis pendidikan) an f 1 Agama 6 24 2 Umum 19 76 Jumalah 25 100

1 SD/MI 8 32 2 SMP/MTS 5 20 3 SMA 6 24 4 Aliyah 3 12 5 S1 3 12 Jumlah 25 100

Sumber: diolah dari data lapangan 2010. Tabel 4.4

Narasum a khusus

No Pengalaman Khusus f % ber berpengalaman mengikuti agam

1 Ya 10 40

2 Tidak 15 60

Jumlah 25 100

Sumber: Diolah dari data lapangan 2010

1 Biasa 23 92

2 Tokoh agama 2 8

Jumlah 25 100

Sumber: diolah dari data lapangan tahun 2010.

Narasumber berdasark man tentang thaharah N Tabel 4.6 an pemaha o Alternatif Jawaban f % 1 Sangat paham 4 16 2 Paham 8 32 3 Kurang paham 11 44 4 Tidak paham 2 8 Jumlah 25 100

NO AlternatifJawaban f %

1 Diajarkan Orangtua 8 32

2 Pelajaran Agama di Sekolah 11 44

3 Mengikuti Pengajian 5 20

4 Buku-buku Agama 1 4

Jumlah 25 100

PERILAKU THAHARAH (BERSUCI) DI MASYARAKAT BUKIT

Dokumen terkait