• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Perilaku Kesehatan Gigi

Perilaku kesehatan gigi meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan yang berkaitan dengan konsep sehat dan sakit gigi serta upaya pencegahannya.

2.3.1. Pengetahuan Kesehatan Gigi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan memiliki 6 (enam) tingkatan: 1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam mengingat kembali (recall) terhadap suatu hal yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu ´tahu´ merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang itu tahu dilihat dari kemampuan seseorang untuk menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan dan sebagainya. Contoh mengingat kembali fungsi gigi selain untuk mengunyah adalah untuk berbicara dan estetika.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan tentang objek yang diketahui dan dapat diinterpretasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya. Contohnya, mampu menjelaskan tanda-tanda radang gusi.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain. Contohnnya memilih sikat gigi yang benar untuk menyikat gigi.

4. Analisis (Analysis)

Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. Contohnya mampu menjabarkan jenis gigi dan fungsinya.

5. Sintesis (Synthetis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, merencanakan,meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. Contohnya usaha mencegah penyakit gigi.

Evaluasi ini diartikan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi ataupenilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkansuatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Contohnya mampu menilai kondisi gusi anaknya pada saat tertentu.

Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang antara lain :

1. Faktor internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat,kondisi fisik.

2. Faktor eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana. 3. Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode

dalam pembelajaran.

2.3.2. Sikap Mengenai Kesehatan Gigi

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifa temosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atauaktivitas tapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku (Wahid dkk, 2007).

Sikap menentukan jenis tingkah laku dalam hubungannya dengan rangsanganyang relevan, individu lain atau fenomena-fenomena. Dapat dikatakan bahwa sikap merupakan faktor internal tapi tidak semua faktor internal adalah sikap.

Sikap mengenai kesehatan gigi terdiri dari tiga komponen pokok yaitu :

1. Kepercayaan terhadap suatu objek. Misalnya seorang ibu berkeyakinan bahwa radang gusi anak dapat dicegah dengan menggosok gigi secara teratur, maka ibu akan berusaha menggosok gigi anak secara teratur.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional. Misalnya pengalaman bahwa gigi berlubang yang ditambal mmasih menimbulkan sakit, namun bila dicabut tidak ada keluhan, membuat seseorang menolak menambal gigi tapi ingin mencabut gigi langsung.

3. Kecenderungan untuk bertindak. Contohnya seorang ibu yang tahu gudi berdarah akibat kekurangan vitamin C, maka akan berupaya agar anaknya terpenuhi kebutuhan vitamin C

Seperti halnya pengetahuan, sikap memiliki berbagai tingkatan yaitu :

1. Menerima (Receiving) diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. Contohnya, ibu diminta memperhatikan cara mengajari anak menggosok gigi yang benar sehingga ibu-ibu mau menerimanya.

2. Merespon (Responding) diartikan sebagai memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan adalah indikasi dari sikap karena dengan usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan terlepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. Contohnya, ibu yang telah diberi pendidikan mengenai menggosok gigi anak , jika ditanya akan menjawab bagaimana mengajari menggosok gigi anak dengan benar.

3. Menghargai (Valuating) diartikan sebagai mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat ini. Contohnya mengajak teman berdiskusi tentang gusi berdarah, sebab dan akibatnya.

4. Bertanggung jawab (Responsible) adalah bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Contohnya, berobat ke dokter gigi meskipun mengeluarkan biaya yang lebih besar dibanding jika pergi berobat ke Puskesmas atau dukun gigi (Notoatmodjo, 2007)

2.3.3.. Tindakan Mengenai Kesehatan Gigi

Diperlukan faktor pendukung agar sikap dapat menjadi suatu tindakan. Faktor tersebut antara lain adalah adanya sarana dan prasarana. Tindakan mempunyai empat tingkatan yaitu :

1. Persepsi, merupakan tindakan tingkat pertama yaitu memilih dan mengenal objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. Contohnya memilih sikat gigi yang benar baik bentuk, besar, dan jenis bulu sikat untuk menggosok gigi.

2. Respons terpimpin adalah mampu melakukan sesuatu sesuai urutan yang benar sebagaimana contoh yang diberikan. Contohnya, mendidik cara menggosok gigi anak dan anak nantinya mampu melakukan sesuai contoh yang diberi.

3. Mekanisme adalah bila seseorang mampu melaksanakan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sudah merupakan kebiasaan. Contohnya, anak umur lima tahun mampu menggosok gigi dengan benar dan tepat waktu dua kali sehari. 4. Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudh berkembang dengan baik.

Contohnya, anak yang berusia di bawah lima tahun masih minum susu dari botol, maka ibu dapat mengurangi takaran gula dalam susu dan membersihkan gigi anak dengan kain basah bila anak terlanjur tertidur lelap

Dokumen terkait