• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Usia Sekolah di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Usia Sekolah di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat Tahun 2013"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PERILAKU IBU TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 054936

WONOREJO KECAMATAN SEI LEPAN TAHUN 2013

111021001 VERA NINGSIH

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : PERILAKU IBU TERHADAP PEMANFAATAN

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 054936 WONOREJO KECAMATAN SEI LEPAN KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2013

Nama : Vera Ningsih

NIM : 111021001

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan : Pendidikan Kesehatan dan Il,mu Perilaku Tanggal Lulus : 11 Desember 2013

Disahkan Oleh Komisi Pembimbing

(3)

ABSTRAK

Anak usia sekolah rentan terhadap gangguan kesehatan gigi dan mulut. SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat berlokasi paling dekat dengan pelayanan Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan. Kunjungan anak usia sekolah ke poli gigi dan mulut sangat kecil dan masih banyak anak yang mengalami gigi berlubang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku ibu mengenai pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah di SDN 054936 Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah 71 orang Ibu dengan menggunakan stratified random sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah, Ibu memiliki pengetahuan yang tergolong baik (73,3%), sikap yang tergolong sedang (60,5%), kepercayaan yang baik mengenai pelayanan kesehatan gigi dan mulut (97,2%), jarak rumah ibu ke pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas kurang dari satu kilo meter (69%), pendapatan ibu setiap bulan kurang dari Rp 1.200.000,- (69%), jaminan kesehatan berupa Jamkesmas (69%), dukungan anggota keluarga tergolong sedang (63,4%) yakni dukungan suami (23,9%) dan 62% anggota keluarga tidak mendukung. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar Ibu tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut (56,3%) namun memanfaatkan pelayanan kesehatan di luar pelayanan kesehatan gigi dan mulut yaitu (29,6%). Maka sangat diharapkan kepada Puskesmas agar lebih memberikan sosialisasi dan informasi kepada Ibu mengenai pentingnya pemeriksaan gigi sebelum munculnya keluhan gigi pada anak serta mengajak Ibu untuk berpartisipasi dalam pengawasan kesehatan gigi dan mulut anak dan berupaya meningkatkan kunjungan Ibu dan anak pada pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas.

(4)

ABSTRACT

School age children are susceptible to oral health problem, SDN 054936 Sub Wonorejo Sei Lepan Langkat District located closest to The Old Village district health center services Sei Lepan. Visits to the school age children oral poly very small and there are many children who have cavities.

This study aims to determine the mother’s behavior regarding the use of oral health services to school age children in Elemantary School district 054936 Sei Lepan Langkat district. This type of research is descriptive. The population in this study were 71 mother by using stratified random sampling.

The result showed that the use of oral health services school-age children , Mom had a relatively good knowledge (73.3%), attitudes were moderate (60.5%), the belief that good dental and oral health services (97,2%) , distance to the mother's home dental care at the health center less than one kilo meter (69%) , maternal income each month is less than Rp 1.200.000,- (69%), health insurance form JAMKESNAS (69%), support family members were moderate (63.4%) support the husband (23.9%) and 62% did not support family members. The conclusion of this study is largely Mom did not take advantage of dental and oral health services (56.3%) but utilize health services outside the dental and oral health care that is (29.6%). It is therefore expected to be more health centers provide outreach and information to the mother about the importance of dental examination before the advent of dental complaints in children and to take her to participate in monitoring oral health of children and work to improve mother and child visit the dental and oral health services at the health center.

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Vera Ningsih

Tempat dan Tanggal Lahir : Pangkalan Berandan, 16 Nopember 1987

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Anak ke : 2 dari 4 bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Karya Darma Ujung Gg.Mahoni No 2 Kelurahan Pangkalan Masyhur, Medan Johor

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1993-1999 : SD Darma Patra YKPP P.Berandan 2. Tahun 1999-2002 : SLTP DP YKPP P.Berandan

3. Tahun 2002-2005 : SMA Negeri 1 Babalan P.Berandan

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas Kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Usia Sekolah di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat Tahun 2013”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan, bantuan dan dukungan dari beberapa pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Drs.Tukiman, MKM, selaku Kepala Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs.Eddy Syahrial, MS, selaku Dosen Pembimbing Skripsi I.

4. Ibu Lita Sri Andayani, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Skripsi II. 5. Ibu Dr.Ir.evawani Aritonang, Msi, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

6. Seluruh Dosen serta Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, khususnya Dosen dan Staf Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

(7)

8. Ibu Martalena Sembiring, SKM. selaku Kepala Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan beserta seluruh staf.

9. Orang Tuaku tercinta, Ayahanda “Alm.Rajianto” dan Ibunda “Musrifah” yang telah memberikan dukungan, doa, dan segalanya kepada penulis. Kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis tidak akan pernah tergantikan dan terlupakan. 10.Untuk abang dan adikku tersayang “M.Prisbianto”, “Rani Faradita”, dan “Ratih

Fanisa” yang memberikan dukungan dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11.Untuk yang terkasih Ryan Fajrien Harahap yang memberikan doa dan semangat. 12.Untuk teman seperjuanganku “ kak Farida, Dessy Irfi, Sri Isnaini Ritonga, dan

semua teman-teman FKM yang selalu memberikan semangat dan senantiasa mendoakan penulis.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin mencurahkan segala kemampuan yang ada pada diri penulis. Namun demikian, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2013

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 8

1.3.Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1Tujuan Umum ... 8

1.3.2.Tujuan Khusus ... 8

1.4.Manfaat ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Perilaku ... 10

2.2.Perilaku Kesehatan ... 11

2.2.1.Cakupan Perilaku Kesehatan ... 12

2.2.2.Perilaku Ibu ... 15

2.3.Perilaku Kesehatan Gigi ... 17

2.3.1.Pengetahuan Kesehatan Gigi ... 17

2.3.2.Sikap Mengenai Kesehatan Gigi ... 19

2.3.3.Tindakan Mengenai Kesehatan Gigi ... 21

2.4.Pelayanan Kesehatan ... 22

2.4.1.Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan ... 23

2.5.Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut ... 24

2.5.1.Tingkat Pelayanan Kesehatan Gigi ... 24

2.5.2.Upaya Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut ... 26

2.5.3.Tujuan Pelayanan Kesehatan Gigi Puskesmas... 27

2.5.4.Model Pelayanan Gigi di Puskesmas ... 27

2.5.5.Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Gigi Puskesmas ... 29

2.5.6.Usaha Kesehatan Gigi Sekolah ... 30

2.6.Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 31

2.7.Karies Gigi ... 33

2.8.Landasan Teori ... 33

(9)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1.Jenis dan Rancangan Penelitian ... 36

3.2.Lokasi dan waktu Penelitian ... 36

3.2.1.Lokasi Penelitian ... 36

3.2.2.Waktu Penelitian ... 36

3.3.Populasi dan Sampel ... 37

3.3.1.Populasi ... 37

3.3.2.Sampel ... 37

3.4.Metode Pengumpulan Data ... 39

3.4.1.Data Primer ... 39

3.4.2.Data Sekunder ... 39

3.5.Definisi Operasional ... 39

3.6.Instrumen Penelitian ... 40

3.7.Aspek Pengukuran ... 41

3.7.1.Predisposing Factors ... 41

3.7.2.Enabling Factors ... 42

3.7.3.Reinforcing Factors ... 43

3.7.4.Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut ... 43

3.8.Teknik Analisa Data ... 44

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 45

4.1. Gambaran Umum SDN 054936 Wonorejo ... 45

4.2. Gambaran Ibu siswa/i SDN 054936 Wonorejo ... 45

4.2.1. Berdasarkan Umur Ibu ... 46

4.2.2. Berdasarkan Pendidikan Ibu ... 46

4.2.3. Berdasarkan Pekerjaan Ibu ... 47

4.3. Predisposing Factors ... 47

4.3.1. Pengetahuan Ibu ... 47

4.3.2. Sikap Ibu ... 49

4.3.3. Kepercayaan Ibu ... 51

4.4. Enabling Factors ... 52

4.4.1. Jarak Rumah ... 52

4.4.2. Pendapatan Per Bulan ... 53

4.4.3. Jaminan Kesehatan ... 53

4.5. Reinforcing Factors ... 54

4.5.1. Dukungan Anggota Keluarga ... 54

BAB V. PEMBAHASAN ... 57

5.1. Gambaran Ibu Siswa/i SDN 054936 Wonorejo ... 57

5.2. Predisposing Factors ... 57

5.3.1.Pengetahuan Ibu Siswa/i SDN 054936 Wonorejo Mengenai Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut ... 57

(10)

5.3.3.Kepercayaan Ibu Siswa/i SDN 054936 Wonorejo Mengenai

Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut ... 62

5.3. Enabling Factors ... 62

4.4.1. Jarak Rumah ... 62

4.4.2. Pendapatan Per Bulan ... 63

4.4.3. Jaminan Kesehatan ... 64

5.4. Reinforcing Factors ... 65

4.5.1. Dukungan Anggota Keluarga Ibu Siswa/i SDN 054936 Wonorejo Terhadap Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut ... 65

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

6.1. Kesimpulan ... 67

6.2. Saran ... 68

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Siswa/i SDN 054936 Wonorejo T.A. 2013/2014 Tabel 4.2. Distribusi Ibu Menurut Umur

Tabel 4.3. Distribusi Ibu Menurut Pendidikan Tabel 4.4. Distribusi Ibu Menurut Pekerjaan

Tabel 4.5. Distribusi Pengetahuan Ibu Siswa/i SDN 054936 Mengenai Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Tabel 4.6. Kategori Pengetahuan Ibu Siswa/i SDN 054936 Mengenai Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Tabel 4.7. Distribusi Sikap Ibu Siswa/i SDN 054936 Mengenai Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Tabel 4.8. Kategori Sikap Ibu Siswa/i SDN 054936 Mengenai Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Tabel 4.9. Distribusi Kepercayaan Ibu Siswa/i SDN 054936 Mengenai Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Tabel 4.10. Kategori Kepercayaan Ibu Siswa/i SDN 054936 Mengenai Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Tabel 4.11. Distribusi Ibu Berdasarkan Jarak Rumah Ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Tabel 4.12. Distribusi Ibu Menurut Pendapatan Per Bulan Tabel 4.13. Distribusi Ibu Menurut Jaminan Kesehatan

Tabel 4.14. Distribusi Dukungan Anggota Keluarga Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Usia Sekolah di SDN 054936 Wonorejo

(12)

Tabel 4.16. Distribusi Kategori Dukungan Anggota Keluarga Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Usia Sekolah di SDN 054936 Wonorejo

Tabel 4.17. Persentase Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Oleh Ibu Siswa/i SDN 054936 Wonorejo

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Hasil Output SPSS

(14)

ABSTRAK

Anak usia sekolah rentan terhadap gangguan kesehatan gigi dan mulut. SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat berlokasi paling dekat dengan pelayanan Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan. Kunjungan anak usia sekolah ke poli gigi dan mulut sangat kecil dan masih banyak anak yang mengalami gigi berlubang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku ibu mengenai pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah di SDN 054936 Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah 71 orang Ibu dengan menggunakan stratified random sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah, Ibu memiliki pengetahuan yang tergolong baik (73,3%), sikap yang tergolong sedang (60,5%), kepercayaan yang baik mengenai pelayanan kesehatan gigi dan mulut (97,2%), jarak rumah ibu ke pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas kurang dari satu kilo meter (69%), pendapatan ibu setiap bulan kurang dari Rp 1.200.000,- (69%), jaminan kesehatan berupa Jamkesmas (69%), dukungan anggota keluarga tergolong sedang (63,4%) yakni dukungan suami (23,9%) dan 62% anggota keluarga tidak mendukung. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar Ibu tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut (56,3%) namun memanfaatkan pelayanan kesehatan di luar pelayanan kesehatan gigi dan mulut yaitu (29,6%). Maka sangat diharapkan kepada Puskesmas agar lebih memberikan sosialisasi dan informasi kepada Ibu mengenai pentingnya pemeriksaan gigi sebelum munculnya keluhan gigi pada anak serta mengajak Ibu untuk berpartisipasi dalam pengawasan kesehatan gigi dan mulut anak dan berupaya meningkatkan kunjungan Ibu dan anak pada pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas.

(15)

ABSTRACT

School age children are susceptible to oral health problem, SDN 054936 Sub Wonorejo Sei Lepan Langkat District located closest to The Old Village district health center services Sei Lepan. Visits to the school age children oral poly very small and there are many children who have cavities.

This study aims to determine the mother’s behavior regarding the use of oral health services to school age children in Elemantary School district 054936 Sei Lepan Langkat district. This type of research is descriptive. The population in this study were 71 mother by using stratified random sampling.

The result showed that the use of oral health services school-age children , Mom had a relatively good knowledge (73.3%), attitudes were moderate (60.5%), the belief that good dental and oral health services (97,2%) , distance to the mother's home dental care at the health center less than one kilo meter (69%) , maternal income each month is less than Rp 1.200.000,- (69%), health insurance form JAMKESNAS (69%), support family members were moderate (63.4%) support the husband (23.9%) and 62% did not support family members. The conclusion of this study is largely Mom did not take advantage of dental and oral health services (56.3%) but utilize health services outside the dental and oral health care that is (29.6%). It is therefore expected to be more health centers provide outreach and information to the mother about the importance of dental examination before the advent of dental complaints in children and to take her to participate in monitoring oral health of children and work to improve mother and child visit the dental and oral health services at the health center.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Penyakit gigi dan mulut merupakan suatu penyakit yang tersebar luas pada sebagian besar penduduk di seluruh dunia, sehingga benar-benar menjadi masalah kesehatan masyarakat karena dapat memengaruhi kesehatan secara umum dan kualitas hidup. Karies gigi menjadi penyakit kronis yang paling banyak diderita anak usia 5-17 tahun dengan kasus lima kali lebih banyak dibandingkan asma dan 7 kali lebih besar dari demam akibat alergi (The National Institutes of Health, 2012)

Masalah kesehatan masyarakat termasuk penyakit ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor perilaku dan non perilaku (Notoatmodjo, 2005). Menurut Bahar (2000) salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut penduduk di negara berkembang adalah perilaku.

Di negara-negara Eropa dan Amerika, 90% -100% anak-anak di bawah umur 18 tahun menderita penyakit karies dentis. Sebanyak 60-90% anak usia sekolah dan orang dewasa pada umumnya di seluruh dunia memiliki permasalahan gigi dan mulut (WHO Oral Health Media Center, 2012)

(17)

Di Indonesia, 70-80% penduduk mengalami masalah gigi berlubang yang masih berada di atas rata-rata global atau lebih dari 2 gigi. 72,3% anak-anak di bawah usia 12 tahun juga menderita masalah yang sama (Okezone.com, 2012)

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (2004), penyakit karies gigi dan periodontal telah dialami 90% masyarakat Indonesia serta menduduki peringkat pertama penyakit yang paling sering dikeluhkan masyarakat. Penyakit gigi dan mulut juga termasuk kategori progresif artinya bila tidak dirawat/diobati akan semakin parah dan bersifat irreversible yaitu jaringan yang rusak tidak dapat utuh kembali (Depkes RI, 2006)

Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang sangat penting dalam pembangunan kesehatan yang salah satunya disebabkan oleh rentannya kelompok anak usia sekolah terhadap gangguan kesehatan gigi. Banyak orang tua tidak pernah membayangkan bahwa masalah gigi dan mulut anak dapat berpengaruh pada perkembangan anak. Maka,orang tua harus memberikan perhatian terhadap kesehatan gigi dan mulut anak (N Sihite, 2011)

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (2007) menunjukkan 72,1% penduduk Indonesia mempunyai pengalaman gigi berlubang (karies) dan sebanyak 46,5% diantaranya karies aktif yang belum dirawat. Penelitian Pepsodent Tahun 2004 menunjukkan 60% kaum ibu baru mengetahui adanya masalah dengan gigi anak-anak mereka ketika anak-anak mengeluhkan sakit pada giginya (Nasution,2009)

(18)

gigi susu ke gigi tetap (Muhariani, 2009). Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan upaya promotif, preventif, dan kuratif.

WHO menganjurkan berbagai usaha untuk mencegah dan memberantas penyakit gigi dan mulut. Salah satu usaha yang telah dilakukan di berbagai negara dan berhasil baik ialah dengan pemelihaaraan kesehatan gigi anak-anak sekolah secara teratur dan sistematis (Entjang, 2000). Upaya pemeliharaan kesehatan gigi anak sekolah dilakukan melalui program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang melibatkan tim yang terdiri dari dokter gigi, perawat gigi, dan petugas UKGS.

Pertumbuhan gigi, baik yang sementara maupun tetap harus diawasi dengan kunjungan teratur pada dokter gigi setiap 6 bulan sekali. Tidak adanya rasa sakit bukan berarti tidak adanya penyakit atau karies gigi (Pearce, 2002)

Pengaruh orang tua sangat kuat pada anak, terutama ibu karena ibu adalah orang terdekat anak yang memberikan pengaruh baik sikap maupun perilaku mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Ibu berperan dalam memberikan pengertian,mengingatkan,membimbing dan menyediakan fasilitas dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang terserdia. Pengetahuan ibu mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung kebersihan gigi dan mulut seperti memeriksakan gigi tiap 6 bulan sekali (Moeis, 2005)

(19)

Ibu adalah orang yang pertama kali dijumpai seorang anak dalam kehidupan. Semua perilaku ibu, cara mendidik anak dan kebiasaannya dapat dijadikan contoh bagi anak. Kaum ibu paling berperan dalam mewujudkan dan mengembangkan kesehatan secara umum dan memelihara kesehatan gigi dalam keluarga secara khusus (Lina N, 2007)

Menurut Dian (2011) yang mengutip pendapat Effendy, peranan seorang ibu dalam kesehatan gigi anak adalah sebagai motivator, edukator dan fasilitator. Motivator adalah orang yang memberikan motivasi atau mendorong seseorang untuk bertindak. Secara klinis, motivasi diperlukan untuk mendapatkan kekuatan pada pasien yang mendapat perawatan. Motivasi didasari atas suatu kebutuhan, tujuan dan tingkah laku yang khas. Sebagai edukator, seorang ibu wajib memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarganya dalam menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Sebagai fasilitator, seorang ibu dapat dijadikan panutan bagi anak-anaknya dalam memecahkan berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan yang dihadapi sehari-hari.

(20)

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut ditujukan pada keluarga serta masyarakat di wilayah kerjanya, secara menyeluruh baik promotif, preventif, dan kuratif (Rukasa, 2005). Dalam pelaksanaanya, pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan oleh Rumah Sakit, Puskesmas, dan Balai Pengobatan gigi atau praktek dokter gigi swasta. 1,3% penduduk yang mengeluh sakit gigi hanya 13% yang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Diantara yang mengeluh tersebut 35,5% berobat ke Puskesmas , 25,5% ke dokter gigi dan 17,8% ke tenaga kesehatan, selebihnya berobat ke fasilitas lainnya (Depkes RI, 2000)

Pemanfaatan unit pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang rendah pada puskesmas menunjukkan fenomena yang memengaruhi tercapainya hidup sehat. Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia Tahun 2001, gambaran pemanfaatan unit pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada puskesmas rata-rata 5 orang perhari sedangkan target nasional pemanfaatan puskesmas sebanyak 9 orang perhari (Depkes RI, 2001). Pemanfaatan poliklinik gigi puskesmas yaitu rata-rata 11 orang per bulan atau 0,5 orang per hari (Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2007)

(21)

sikap petugas kesehatan, guru, keluarga, teman dan sebagainya yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat (Notoadmodjo, 2007)

Menurut laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2009 penyakit gigi dan mulut merupakan urutan ke Sembilan dari sepuluh penyakit terbesar dengan jumlah kunjungan sebanyak 1.482 kunjungan yang terdiri dari 62,8% berusia lebih dari 15 tahun dan 37,2% kunjungan usia <15 tahun kunjungan pasien ke poli gigi umumnya menderita gangguan gigi dan mulut , dan 43,9% diantaranya menderita karies gigi, dan 56,1% lainnya menderita gangguan periodontal.

Hasil penelitian Pratiwi (2007) yang dikutip oleh Dian (2011) menunjukkan bahwa rendahnya pengetahuan kesehatan gigi orang tua mengakibatkan perilaku mencari pengobatan ke Puskesmas maupun Rumah Sakit juga rendah. Hal ini disebabkan karena persepsi orang tua bahwa sakit gigi pada anak tidak perlu segera diobati, sehingga orang tua pada umumnya membawa anaknya untuk berobat setelah terjadi pembengkakan pada daerah gusi dan pipi anak.

Hasil penelitian Dian (2011) di Padang Selatan menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, pendidikan, status ekonomi orang tua dan jarak rumah berhubungan dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan gigi dan mulut. Pengetahuan menjadi faktor yang paling dominan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

(22)

Hasil penelitian Lilik Rosdawati (2004) di Kabupaten Langkat menunjukkan bahwa pengetahuan siswa yang cenderung baik kurang memotivasi siswa untuk bersikap dan melakukan tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, sehingga status

kesehatan gigi dan mulut siswa SMU di kabupaten Langkat relatif rendah. Hal tersebut

merupakan dampak kurang berhasilnya pelaksanaan program UKGS yang berjalan

selama ini di tingkat dasar (SD).

Dari survei awal yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan diketahui bahwa dalam tiga tahun terakhir rata-rata kunjungan anak SD di poli gigi dan mulut berkisar antara 1-2 orang setiap bulannya bahkan nol kunjungan. Ibu membawa anak berkunjung ke poli gigi hanya ketika ada keluhan gigi anak, padahal baiknya pemeriksaan gigi dilakukan setiap 6 bulan sekali baik ketika ada keluhan maupun tidak. Dalam hal pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi, anak tidak dapat bertindak sendiri namun ibu lah yang berperan dalam menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

(23)

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui perilaku ibu terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan Tahun 2013.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku ibu dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan Tahun 2013

1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku ibu dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan Tahun 2013

1.3.2. Tujuan khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan :

(24)

b. Mengetahui enabling factors (jarak, pendapatan, asuransi) ibu terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan

c. Mengetahui reinforcing factors (peran anggota keluarga) ibu terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan

1.4. Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas.

(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

Perilaku adalah hasil dari segala macam pengalaman dan interakasi manusia dengan lingkungannya. Menurut Benjamin Bloom (dalam Soekidjo Notoatmodjo, 2007), ranah perilaku terbagi dalam 3 domain yaitu pengetahuan ,sikap, dan tindakan.

Perilaku merupakan pencerminan dari berbagai unsur kejiwaan yang mencakup hasrat, sikap, reaksi, rasa takut, dan sebagainya. Perilaku manusia dipengaruhi faktor-faktor yang ada dalam diri manusia atau unsur kejiwaannya. Faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan serta mengembangkan perilaku manusia, baik berupa lingkungan fisik alamiah yakni lingkungan tempat tinggal dan lingkungan sosial atau budaya yaitu social ekonomi, sarana dan prasarana sosial, pendidikan, tradisi, kepercayaan dan agama.

Perilaku dibentuk dari pengetahuan (ranah kognitif). Individu mengetahui rangsangan berupa materi atau objek di luar dirinya, kemudian terbentuk pengetahuan baru. Pengetahuan ini akan menimbulkan tanggapan batin dalam bentuk sikap subjek yang diketahuinya tadi. Setelah rangsangan tadi diketahui sepenuhnya akan timbul tanggapan lebih jauh dalam bentuk tindakan.Makin tinggi umur anak, tingkah lakunya semakin terorganisasi dan mempunyai tujuan (tingkah laku bermotif).

(26)

adalah kesiapan untuk bertindak dengan cara-cara tertentu terhadap objek dan mempunyai tingkat intensitas yang kuat dan lemah. Sikap merupakan penilaian terhadap sesuatu yang mungkin mempunyai konsekuensi tertentu bagi yang bersangkutan.

Perilaku baru diperoleh seseorang melalui proses yang berurutan yaitu kesadaran akan adanya stimulus atau objek , merasa tertarik terhadap stimulus atau objek, dan timbul sikap. Kemudian menimbang stimulus untuk melihat kegunaan bagi dirinya, setelah memlalui berbagai usaha bila dirasakan memberi manfaat maka akan diteruskan sebagai proses adopsi perilaku baru.

2.2. Perilaku Kesehatan

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala pengalaman dan interakasi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seseorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan, sikap,dan tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2005)

(27)

yaitu faktor predisposisi (predisposing factor), faktor yang mendukung (enabling factor), dan faktor yang mendorong (reinforcing factor).

2.2.1. Cakupan perilaku kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, serta lingkungan. Secara lebih terinci, perilaku kesehatan mencakup :

1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit.

Yaitu bagaimana seseorang berespons baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsi penyakit, dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan si luar dirinya maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan penyakit dan sakit tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini sesuai dengan tingkat pencegahan penyakit, yakni:

a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan

(health promotion behaviour) misalnya makan makanan yang banyak mengandung air dan serat untuk membersihkan sisa makanan pada gigi, minum susu yang mengandung kalsium untuk kekuatan gigi

b. Perilaku pencegahan penyakit (health preventif behaviour) adalah respons untuk melakukan pencegahan penyakit misalnya pemeriksaan gigi tiap 6 bulan sekali untuk mengetahui kondisi gigi ataupun penyakit gigi dan mulut yang mungkin ada

(28)

mengobati sendiri penyakitnya atau mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan modern (puskesmas, dokter gigi, dll) maupun ke fasilitas kesehatan tradisional (dukun dan sebagainya)

d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan ( health rehabilitation behaviour) yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit misalnya mematuhui anjuran dokter dan sebagainya

2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respons seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat-obatannya yang terwujud dalam pengetahuan, sikap dan penggunaan fasilitas , petugas, dan obat-obatan

3. Perilaku terhadap makanan (nutririon behaviour) yakni respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktik kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya (zat gizi) sehubungan dengan kebutuhan tubuh kita 4. Perlaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behaviour) adalah

respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri.(Notoatmodjo, 2007)

(29)

a. Perilaku kesehatan (health behaviour) yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga tindakan untuk mencegah penyakit.

b. Perilaku sakit (the sick role behaviour) yaitu segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit. Termasuk juga kemampuan untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit, serta usaha mencegah penyakit.

c. Perilaku peran sakit *(the sick role behaviour) yaitu segala tindakan yang dilakukan oleh individu yang sakit untuk memperoleh kesembuhan. Perilaku ini berpengaruh tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga berpengaruh pada orang disekitarnya. (Notoatmodjo,2007)

Perilaku kesehatan adalah respons seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan konsep sehat, sakit, dan penyakit. Bentuk operasional perilaku kesehatan : 1. Perilaku dalam wujud pengetahuan yakni dengan mengetahui rangsangan dari

luar yang berupa konsep sehat, sakit, dan penyakit.

2. Perilaku dalam wujud sikap yakni tanggapan batin terhadap rangsangan dari luar yang dipengaruhi faktor lingkungan

(30)

Perilaku kesehatan yang berupa pengetahuan dan sikap masih bersifat tertutup (covert behavior), sedangkan perilaku kesehatan yang berupa tindakan, bersifat terbuka (over behavior).

2.2.2. Perilaku ibu

Penyebab seseorang berperilaku kesehatan atau tidak berperilaku kesehatan antar lain:

1. Pemikiran dan perasaan (Thoughts and feeling), hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus.

2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (Personal references) merupakan faktorpenguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada pertimbangan-pertimbangan individu.

3. Sumber daya (Resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikappositif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan kebutuhan dari pada individu tersebut.

4. Sosial budaya (Culture) berperan besar dalam memengaruhi pola pikir seseorang untuk bersikap terhadap objek/stimulus tertentu (Notoatmodjo, 2007).

Rumusan Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah : B = f (TF, PR, R, C)

B = perilaku (behavior) f = fungsi (function)

(31)

PR = kesukaan pribadi (personal reference) R = sumber daya (resources)

C = budaya (culture)

Perilaku kesehatan terbentuk dari tiga faktor utama yaitu :

1. Faktor predisposisi yang terdiri atas pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, umur, pendidikan, pekerjaan, dan status ekonomi keluarga

2. Faktor pendukung yang terdiri dari lingkungan fisik yakni tersedianya sarana dan prasarana kesehatan serta program kesehatan

3. Faktor pendorong terdiri atas sikap dan perbuatan petugas kesehatan atau orang lain yang menjadi panutan

Menurut Davies (1984), perilaku anak sangat dipengaruhi oleh perilaku ibunya. Ibu berperan dalam menentukan perilaku anak. Para ahli menyatakan tingginya penyakit gigi pada anak SD sangat dipengaruhi oleh orang tua, khususnya ibu. Hal ini disebabkan karena ketergantungan anak yang sangat tinggi terhadap ibu. Apabila perilaku ibu mengenai kesehatan gigi baik, maka status kesehatan gigi dan mulut anaknya juga akan baik (Ambarwati, 2010)

(32)

2.3. Perilaku Kesehatan Gigi

Perilaku kesehatan gigi meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan yang berkaitan dengan konsep sehat dan sakit gigi serta upaya pencegahannya.

2.3.1. Pengetahuan Kesehatan Gigi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan memiliki 6 (enam) tingkatan: 1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam mengingat kembali (recall) terhadap suatu hal yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu ´tahu´ merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang itu tahu dilihat dari kemampuan seseorang untuk menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan dan sebagainya. Contoh mengingat kembali fungsi gigi selain untuk mengunyah adalah untuk berbicara dan estetika.

2. Memahami (Comprehension)

(33)

contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya. Contohnya, mampu menjelaskan tanda-tanda radang gusi.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain. Contohnnya memilih sikat gigi yang benar untuk menyikat gigi.

4. Analisis (Analysis)

Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. Contohnya mampu menjabarkan jenis gigi dan fungsinya.

5. Sintesis (Synthetis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, merencanakan,meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. Contohnya usaha mencegah penyakit gigi.

(34)

Evaluasi ini diartikan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi ataupenilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkansuatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Contohnya mampu menilai kondisi gusi anaknya pada saat tertentu.

Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang antara lain :

1. Faktor internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat,kondisi fisik.

2. Faktor eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana. 3. Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode

dalam pembelajaran.

2.3.2. Sikap Mengenai Kesehatan Gigi

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifa temosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atauaktivitas tapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku (Wahid dkk, 2007).

Sikap menentukan jenis tingkah laku dalam hubungannya dengan rangsanganyang relevan, individu lain atau fenomena-fenomena. Dapat dikatakan bahwa sikap merupakan faktor internal tapi tidak semua faktor internal adalah sikap.

Sikap mengenai kesehatan gigi terdiri dari tiga komponen pokok yaitu :

(35)

2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional. Misalnya pengalaman bahwa gigi berlubang yang ditambal mmasih menimbulkan sakit, namun bila dicabut tidak ada keluhan, membuat seseorang menolak menambal gigi tapi ingin mencabut gigi langsung.

3. Kecenderungan untuk bertindak. Contohnya seorang ibu yang tahu gudi berdarah akibat kekurangan vitamin C, maka akan berupaya agar anaknya terpenuhi kebutuhan vitamin C

Seperti halnya pengetahuan, sikap memiliki berbagai tingkatan yaitu :

1. Menerima (Receiving) diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. Contohnya, ibu diminta memperhatikan cara mengajari anak menggosok gigi yang benar sehingga ibu-ibu mau menerimanya.

2. Merespon (Responding) diartikan sebagai memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan adalah indikasi dari sikap karena dengan usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan terlepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. Contohnya, ibu yang telah diberi pendidikan mengenai menggosok gigi anak , jika ditanya akan menjawab bagaimana mengajari menggosok gigi anak dengan benar.

(36)

4. Bertanggung jawab (Responsible) adalah bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Contohnya, berobat ke dokter gigi meskipun mengeluarkan biaya yang lebih besar dibanding jika pergi berobat ke Puskesmas atau dukun gigi (Notoatmodjo, 2007)

2.3.3.. Tindakan Mengenai Kesehatan Gigi

Diperlukan faktor pendukung agar sikap dapat menjadi suatu tindakan. Faktor tersebut antara lain adalah adanya sarana dan prasarana. Tindakan mempunyai empat tingkatan yaitu :

1. Persepsi, merupakan tindakan tingkat pertama yaitu memilih dan mengenal objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. Contohnya memilih sikat gigi yang benar baik bentuk, besar, dan jenis bulu sikat untuk menggosok gigi.

2. Respons terpimpin adalah mampu melakukan sesuatu sesuai urutan yang benar sebagaimana contoh yang diberikan. Contohnya, mendidik cara menggosok gigi anak dan anak nantinya mampu melakukan sesuai contoh yang diberi.

3. Mekanisme adalah bila seseorang mampu melaksanakan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sudah merupakan kebiasaan. Contohnya, anak umur lima tahun mampu menggosok gigi dengan benar dan tepat waktu dua kali sehari. 4. Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudh berkembang dengan baik.

(37)

2.4. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan merupakan suatu aktivitas atau serangkaian alat yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba), yang terjadi akibat interaksi antara pasien dengan petugas kesehatan atau hal-hal lain yang disediakan oleh pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan persoalan pasien (Gronroos, 1990 dalam Ratminto dan Winarsih, 2005).

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah pengunaan fasilitas pelayanan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas kesehatan ataupun bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan pelayanan tersebut yang didasarkan pada ketersediaan dan kesinambungan pelayanan, penerimaan masyarakat dan kewajaran, mudah dicapai oleh masyarakat, terjangkau serta bermutu (Azwar, 1999).

Menurut WHO (1984) dalam Juanita (1998) menyebutkan bahwa faktor perilaku yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan adalah:

1. Pemikiran dan Perasaan (Thoughts and Feeling)

Berupa pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian-penilaian seseorang terhadap obyek, dalam hal ini obyek kesehatan.

2. Orang Penting sebagai Referensi (Personal Referensi)

Seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh seseorang yang dianggap penting atau berpengaruh besar terhadap dorongan penggunaan pelayanan kesehatan. 3. Sumber-Sumber Daya (Resources)

(38)

dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Pengaruh tersebut dapat bersifat positif dan negatif.

4. Kebudayaan (Culture)

Berupa norma-norma yang ada di masyarakat dalam kaitannya dengan konsep sehat sakit.

2.4.1. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan

Azwar (1999) menjelaskan suatu pelayanan kesehatan harus memiliki berbagai persyaratan pokok, yaitu: persyaratan pokok yang memberi pengaruh kepada masyarakat dalam menentukan pilihannya terhadap penggunaan jasa pelayanan kesehatan dalam hal ini puskesmas, yakni :

1. Ketersediaan dan Kesinambungan Pelayanan

Pelayanan yang baik adalah pelayanan kesehatan yang tersedia di masyarakat (acceptable) serta berkesinambungan (sustainable). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat ditemukan serta keberadaannya dalam masyarakat adalah ada pada tiap saat dibutuhkan.

2. Kewajaran dan Penerimaan Masyarakat

Pelayanan kesehatan yang baik adalah bersifat wajar (appropriate) dan dapat diterima (acceptable) oleh masyarakat. Artinya pelayanan kesehatan tersebut dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi, tidak bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan masyarakat, serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu keadaan pelayanan kesehatan yang baik.

(39)

Pengertian dicapai yang dimaksud disini terutama dari letak sudut lokasi mudah dijangkau oleh masyarakat, sehingga distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. Jangkauan fasilitas pembantu untuk menentukan permintaan yang efektif. Bila fasilitas mudah dijangkau dengan menggunakan alat transportasi yang tersedia maka fasilitas ini akan banyak dipergunakan. Tingkat pengguna di masa lalu dan kecenderungan merupakan indikator terbaik untuk perubahan jangka panjang dan pendek dari permintaan pada masa akan datang.

4. Terjangkau

Pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan yang terjangkau (affordable) oleh masyarakat, dimana diupayakan biaya pelayanan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal hanya mungkin dinikmati oleh sebagian masyarakat saja.

5. Mutu

Mutu (kualitas) yaitu menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dan menunjukkan kesembuhan penyakit serta keamanan tindakan yang dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

2.5. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut 2..5.1. Tingkat Pelayanan Kesehatan Gigi

(40)

Pada tingkat ini, pendidikan kesehatan gigi diperlukan untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi, misalnya dengan memilih makanan yang menyehatkan gigi , mengatur pola makan yang mengandung gula.

2. Perlindungan Khusus (Specific Protection)

Meliputi pembersihan karang gigi, menyikat gigi segera setelah makan, topical aplikasi, flouridasi air minum, dan sebagainya.

3. Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment) Yakni pemeriksaan gigi dengan sinar X, penambalan gigi karies, penambalan fissure yang terlalu dalam dan sebagainya.

4. Pembatasan Cacat (Disability Limitation)

Merupakan tindakan pengobatan penyakit yang parah. Misalnya pulp capping, pengobatan saraf, pencabutan gigi dan sebagainya.

5. Rehabilitasi (Rehabilitation)

Yaitu upaya pemulihan atau pengembalian fungsi dan bentuk sesuai dengan aslinya misalnya pembuatan gigi tiruan.

(41)

2.5.2. Upaya Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas merupakan upaya pelayanan kesehatan meliputi:

1. Pembinaan/pengembangan kemampuan peran serta masyarakat dalam upaya pemeliharaan diri dalam program Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM) 2. Pelayanan asuhan pada kelompok rentan meliputi anak sekolah, kelompok ibu

hamil, menyusui dan anak pra sekolah

3. Pelayanan medik gigi dasar, di Puskesmas dilaksanakan terhadap masyarakat baik yang datang mencari pengobatan maupun yang dirujuk oleh BPG (Balai Pengobatan Gigi).

Sebagai pusat pengembangan kesehatan, pembinaan peran serta masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat, Puskesmas harus melakukan kegiatan sebagai berikut :

1. Mendorong masyarakat untuk mengenal masalah kesehatan

2. Memberi petunjuk kepada masyarakat tentang cara memanfaatkan sumber daya setempat yang ada secara berdaya guna dan berhasil guna

3. Memberikan bantuan yang bersifat teknis, bahan-bahan serta rujukan kepada masyarakat

4. Mengadakan kerja sama dengan sektor lain yang terkait

(42)

2.5.3. Tujuan Pelayanan Kesehatan Gigi Puskesmas

Tujuan pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas antara lain:

1. Meningkatkan kesadaran, sikap, dan perilaku masyarakat dalam kemampuan pelihara diri di bidang kesehatan gigi dan mulut dan mampu mencapai pengobatan sedini mungkin dengan jalan memberikan pengertian kepada masyarakat tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

2. Menurunkan prevalensi penyakit gigi dan mulut yang masih banyak diderita masyarakat (karies dan penyakit periodontal) dengan upaya perlindungan khusus tanpa mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan terutama pada kelompok yang rentan terhadap karies

3. Terhindarnya dan berkurangnya gangguan fungsi kunyah akibat kerusakan gigi. Penyelenggaraan upaya kesehatan gigi di Puskesmas merupakan upaya kesehatan yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu , merata dan meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan, yang ditujukan kepada semua golongan umur maupun jenis kelamin, kegiatan ini dapat dilakukan di dalam gedung Puskesmas (UKGS dan UKGM), dengan menitikberatkan pada pelayanan untuk masyarakat luas, guna mencapai derajat kesehatan yang optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.

2.5.4. Model Pelayanan Puskesmas

(43)

berlapis adalah untuk memberikan pelayanan yang menyeluruh dengan tingkat-tingkat pelayanan yang dikaitkan dengan sumber daya yang ada di masyarakat dan institusi pelayanan kesehatan. Institusi pelayanan harus dapat menyediakan pelayanan darurat dasar yang tersebar seluas mungkin dengan melibatkan tenaga kader kesehatan dan tenaga kesehatan lainnya.

1. Pelayanan lapis pertama (Basic Emergency Care) yaitu pelayanan darurat dasar yang harus dapat melayani siapa saja dan dimana saja. Upaya mengurangi rasa sakit gigi dapat diberikan oleh kader kesehatan atau oleh petugas kesehatan misalnya bidan desa.

2. Pelayanan lapis kedua (Preventif Care) yaitu pelayanan yang bersifat pencegahan. Ditujukan pada komunitas, kelompok, dan perorangan.

3. Pelayanan lapis ketiga (Self Care) yaitu pelayanan pelihara diri yang dapat dilakukan perorangan dalam masyarakat. Misalnya pemeriksaan diri sendiri dan menghindari kebiasaan yang tidak baik untuk kesehatan gigi dan mulut. Pelayanan ini dapat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat baik tenaga kesehatan maupun non tenaga kesehatan.

(44)

2.5.5. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Gigi Puskesmas

Pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas dilaksanakan melalui :

1. Pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat/keluarga

Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM) adalah suatu pendekatan edukatif yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan gigi, dengan mengintegrasikan upaya promotif, preventif kesehatan gigi pada berbagai upaya kesehatan yang bersumber daya masyarakat dan berlandaskan pendekatan Primary Health Care (Posyandu, Polindes, dll)

2. Pelayanan kesehatan gigi anak usia sekolah

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah bagian integral dari Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana pada para siswa terutama pada siswa tingkat Sekolah Dasar (SD) dalam kurun waktu tertentu, diselenggarakan secara berkesinambungan melalui paket UKS.

Program pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas antara lain: 1. Pelayanan kesehatan di dalam gedung

Berupa poliklinik gigi (pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut , promotif, preventif, kuratif)

2. Pelayanan kesehatan di luar gedung

(45)

b.Posyandu plus pelayanan gigi, penyuluhan dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk balita

c.Integritas : Puskesmas keliling, Puskesmas Pembantu, Bakti Sosial

2.5.6. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)

Usaha kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) merupakan pendidikan kesehatan gigi dan mulut yang terpadu, secara lintas program dan lintas sektor yang ditujukan untuk masyarakat sekolah dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku hidup sehat terutama kesehatan gigi dan mulut. UKGS merupakan bagian integral dari UKS.

Tujuan UKGS :

1. Memberi pengertian pada siswa tentang pentingnya memelihara kesehatan gigi dan mulut melalui penyuluhan

2. Menginformasikan pada siswa tentang kelainan gigi dan mulut, penyebab penyakit gigi dan cara pencegahannya

3. Memberikan pelayanan kesehatan gigi bagi siswa yang memiliki permasalahan gigi dan mulut

4. Memberikan rujukan dan perawatan selanjutnya untuk gigi yang tidak dapat ditindak lanjuti saat itu

Pentahapan program UKGS

1. Paket minimal UKS yaitu UKGS Tahap 1

(46)

2. Paket standar UKS yaitu UKGS Tahap II

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi murid SD yang sudah terjangkau oleh tenaga kesehatan sedangkan fasilitas kesehatan gigi Puskesmas masih terbatas.

3. Paket optimal UKS yaitu UKGS Tahap III

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi murid SD yang sudah terjangkau oleh tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan gigi yang dimiliki Puskesmas sudah memadai.

Cakupan pelaksanaan program UKGS

Dalam ketentuan Depkes RI tahun 2000 juga dijelaskan bahwa : − Frekuensi pembinaan petugas UKGS ke SD minimal 2 kali per tahun

− Minimal 75% murid SD mendapatkan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut − Minimal 80% murid SD mendapat perawatan medis gigi dasar, dari seluruh murid

SD yang telah terjaring untuk mendapat perawatan lanjutan Pelaksana program UKGS

Menurut Depkes RI (1996) program UKGS di Puskesmas dilaksanakan dalam bentuk tim. Adapun kegiatan tim melibatkan dokter gigi, perawat gigi dan petugas UKGS.

(47)

terkena penyakit tapi tidak merasakan sakit (disease but no illness) tidak akan bertindak apa-apa terhadap penyakit tersebut. Tetapi bila mereka terkena penyakit dan juga merasakan sakit, maka timbul bermacam-macam tingkah laku dan usaha.

Berbagai tingkah laku dan usaha yang dilakukan untuk mengatasi sakit tersebut adalah sebagai berikut : (Soekidjo,1993)

1) Tidak bertindak (no action) . Alasannya antara lain bahwa kondisi yang demikian tidak mengganggu kegiatan/kerja mereka sehari-hari. Mungkin mereka beranggapan bahwa tanpa bertindak apa-apapun gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya. Tidak jarang pula masyarakat memprioritaskan tugas-tugas lain yang dianggap lebih penting daripada mengobati penyakitnya. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa kesehatan belum merupakan prioritas didalam kehidupannya.

2) Bertindak mengobati sendiri (self treatment) dengan alasan-alasan yang sama seperti di atas. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang atau masyarakat tersebut sudah percaya kepada diri sendiri, dan sudah merasa bahwa berdasarkan pengalaman-pengalaman yang lalu usaha-usaha pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan.

(48)

4) Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikatagorikan ke dalam balai pengobatan, puskesmas dan rumah sakit.

5) Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh praktek dokter (private medicine).

Menurut Kaiser (2003) yang mengutip pendapat Buchori, beberapa factor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan antara lain :

1. Faktor sistem pelayanan kesehatan yaitu tersedianya sarana dan fasilitas medis, teraturnya pelayanan, dan hubungan antara tenaga kesehatan dengan penderita. 2. Faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan meliputi status

social ekonomi yaitu pengetahuan, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.

2.7. Karies gigi

Menurut Brauer dalam Rasinta Tarigan (2002), karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan dimulai dari permukaan gigi meluas ke daerah pulpa.

Karies gigi adalah suatu penyakit infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, dan infeksi (Wikipedia.com, 2007).

2.8. Landasan Teori

(49)

Menurut Green (1980) ada tiga faktor penyebab perilaku kesehatan baik individu maupun masyarakat antara lain :

1. Predisposing adalah faktor yang mendahului perilaku yang menjelaskan alasan atau motivasi untuk berperilaku yang termasuk di dalamnya adalah pengetahuan, sikap, dan kepercayaan.

2. Enabling adalah faktor pendukung yang memungkinkan keinginan untuk melaksanakan yang termasuk didalamnya adalah keterampilan perorangan dan sarana kesehatan.

[image:49.612.87.538.391.771.2]

3. Reinforcing adalah factor penguat yang mendorong terjadinya perubahan perilaku seseorang di bidang kesehatan. Yang termasuk di dalamnya antara lain adalah sikap petugas, tokoh masyarakat, teman sebaya dan lain-lain.

Gambar : PRECEDE Framework dari Green Health Education Component of Health Program Health Problem Non Behavioral Causes Enabling Factors : Availability of resources Accesibility Referrals skills Quality of Life Behavioral Causes Reinforcing Factors : Attitudes and behavior of health and Predisposing Factors : Knowledge Attitudes Values

Perceptions Non Health

(50)

2.9. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan hasil studi kepustakaan dapat disusun kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Dari kerangka konsep di atas menjelaskan bahwa predisposing factors dalam (pengetahuan, sikap dan kepercayaan) ; enabling factors (jarak, pendapatan, dan asuransi) ; serta reinforcing factors (peran anggota keluarga) dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

Perilaku ibu dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah Predisposing factor

- Pengetahuan - Sikap

- Kepercayaan

Enabling factor - Jarak

- Pendapatan - Asuransi

Reinforcing factor - Peran anggota

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang dilakukan untuk mengetahui perilaku ibu terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan Tahun 2013

3.2 Lokasi dan waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan dengan alasan :

1. Merupakan sekolah yang berjarak paling dekat (jarak 200 m) dengan fasilitas kesehatan yaitu Puskesmas Kecamatan Sei Lepan

2. Menerima program UKGS dari Puskesmas setempat

3. Angka kejadian karies gigi yang tinggi yaitu 8 dari 10 anak menderita karies

3.2.2 Waktu penelitian

(52)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah ibu dari pelajar kelas I sampai dengan kelas VI SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan tahun ajaran 2013 yang berjumlah 268 orang pelajar.

3.3.2.Sampel

Besar populasi dalam penelitian ini berjumlah 268 orang siswa, Sampel dalam penelitian ini adalah orang tua dari siswa yakni Ibu siswa yang jumlah sampelnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus Lemeshow, yaitu

n =

N = Besar populasi =268

Z = Tingkat kepercayaan (95% = 1,96)

p = Proporsi populasi (0,5)

d = Galat pendugaan (0,1)

n =

=

(53)

Dari perhitungan diatas didapat jumlah sampel sebanyak 71 Orang. Jumlah sampel setiap kelas dengan proposional, dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang representatif.

1. Kelas 1 71 = 13,5 = 14

2. Kelas 2 71 = 11,1 = 11

3. Kelas 3 71 = 8,7 = 9

4. Kelas 4 71 = 11,1 = 11

5. Kelas 5 71 = 12,1 = 12

6. Kelas 6 71= 14,3 = 14

Untuk menentukan pengambilan sampel setiap kelas dengan systematic sampling yaitu:

i = = = 3,77= 4 I = interval

N = populasi n = sampel.

(54)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1.Data Primer

Pengumpulan data dari Ibu siswa dilakukan melalui instrument pertanyaan berupa kuesioner yang berisi daftar pertanyaan dan pilihan jawaban yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder meliputi gambaran umum sekolah dan jumlah siswa yang diperoleh dari dokumen sekolah.

3.5. Definisi Operasional 1. Predisposing factors

a. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

b. Sikap adalah respon/ penilaian responden terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

c. Kepercayaan adalah keyakinan responden mengenai pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut

2. Enabling factors

(55)

b. Pendapatan adalah jumlah penghasilan dalam sebulan yang diukur berdasarkan UMP (Upah Minimum Provinsi) Sumatera Utara Tahun 2012 yaitu :

- Lebih kecil dari UMP atau < Rp 1.200.000/bulan - Lebih besar dari UMP atau > Rp 1.200.000/bulan

c. Asuransi adalah kepemilikan jaminan kesehatan (jamkesmas ataupun askes)

3. Reinforcing factors

a. Dukungan anggota keluarga adalah sikap dan tindakan anggota keluarga lainnya dalam mendorong ibu memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut anak

4. Perilaku ibu adalah pengetahuan, sikap , dan tindakan ibu dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas

5. Anak sekolah adalah anak usia 6-12 tahun yang sedang mengikuti pendidikan di sekolah yang dimaksud

6. Pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah tindakan penggunaan fasilitas atau sarana kesehatan di bidang kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas

3.6. Instrumen Penelitian

(56)

3.7. Aspek Pengukuran 3.7.1. Predisposing Factors 1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang adanya pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang diukur melalui kuesioner dengan 12 pertanyaan. Nilai 2 diberikan untuk jawaban benar (ya) dan 1 untuk jawaban salah (tidak) sehingga total skor adalah 24. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, Berdasarkan Arikunto (2007), pengetahuan diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

1. Pengetahuan baik, apabila jawaban responden benar > 75% dari total nilai (>19). 2. Pengetahuan cukup, apabila jawaban responden benar 45-75% dari total nilai

(12-19).

3. Pengetahuan kurang, apabila jawaban responden benar <45% dari total nilai (<12)

2. Sikap

(57)

Pernyataan positif Nilai Pernyataan negatif Nilai Sangat setuju 4 Sangat setuju 1

Setuju 3 Setuju 2

Kurang setuju 2 Kurang setuju 3 Tidak setuju 1 Tidak setuju 4

Adapun skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah berjumlah 40, cara menentukan kategori tingkat sikap responden mengacu pada persentase berikut (Arikunto, 2007) :

a. Sikap baik, apabila nilai yang diperoleh >75% nilai keseluruhan (>30) b. Sikap cukup, apabila nilai yang diperoleh 45-75% nilai keseluruhan (18-30) c. Sikap kurang, apabila nilai yang diperoleh (<18)

3. Kepercayaan

(58)

3.7.2. Enabling Factors 1. Jarak

Pengukuran jarak dilihat dari jawaban responden, apakah jarak rumah ke fasilitas Puskesmas lebih dari 1 Km atau kurang dari 1 Km.

2. Pendapatan

Pendapatan responden merupakan penghasilan responden per bulan berdasarkan UMP (Upah Minimum Provinsi) Sumatera Utara Tahun 2012 yaitu : - Lebih kecil dari UMP atau < Rp 1.200.000/bulan

- Lebih besar dari UMP atau > Rp 1.200.000/bulan

3. Kepemilikan Asuransi

Kepemilikan asuransi dilihat dari jawaban responden, apakah memiliki asuransi kesehatan baik berupa Jamkesmas, Askes, atau yang lainnya.

3.7.3. Reinforcing Factors

1. Dukungan Anggota Keluarga

(59)

3.7.4. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Pengukuran pemanfaatan kesehatan, dilakukan dengan pemberian nilai pada tiap-tiap pertanyaan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Pemberian nilai 2 bagi yang menyatakan memanfaatkan pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya Puskesmas, Rumah Sakit, praktek dokter gigi, dan nilai 1 bagi yang tidak memanfaatkan.

3.8. Teknik Analisa Data

(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan

[image:60.612.109.422.303.479.2]

SDN 054936 Wonorejo berdiri tahun 1977. Terletak di Jl.Keramat Jaya, Desa Lama Kecamatan Sei Lepan. SD ini memiliki 17 orang staf pengajar. Siswa/i yang mengikuti pendidikan di SDN 054936 Wonorejo Tahun Ajaran 2012/2014 dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Siswa/i SDN 054936 Wonorejo T.A 2013/2014

Kelas Jenis Kelamin Total

LK PR

I 26 25 51

II 20 22 42

III 20 13 33

IV 20 22 42

V 21 25 46

VI 26 28 54

4.2. Gambaran Ibu Siswa/i SDN 054936 Wonorejo

(61)
[image:61.612.111.372.138.282.2]

4.2.1. Berdasarkan Umur Ibu

Tabel 4.2. Distribusi Ibu Menurut Umur

Umur Jumlah %

15-25 tahun 20 28.2

26-36 tahun 41 57.7

37-47 tahun 10 14.1

Total 71 100

Berdasarkan tabel 4.2. di atas, diketahui bahwa sebagian besar responden berumur 26-36 tahun sebanyak 41 orang (57,7%) , sedangkan sebagian kecil responden berumur 37-47 tahun sebanyak 10 orang (14,1%).

4.2.2. Berdasarkan Pendidikan Ibu

Tabel 4.3. Distribusi Ibu Menurut Pendidikan

Pendidikan Jumlah %

SD 21 29.6

SMP 29 40.8

SMA 19 26.8

Diploma/S1 2 2.8

[image:61.612.108.373.446.618.2]
(62)

Berdasarkan tabel 4.3. di atas diketahui bahwa sebagian besar pendidikan responden yaitu SMP sebanyak 29 orang (40,8%), dan sebagian kecil berpendidikan diploma sebanyak 2 orang (2,8%)

[image:62.612.110.373.248.421.2]

4.2.3. Berdasarkan Pekerjaan Ibu

Tabel 4.4. Distribusi Ibu Menurut Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah %

IRT 38 53.5

Petani/pedagang 11 15.5

Swasta 20 28.2

PNS 2 2.8

Total 71 100.0

Berdasarkan tabel 4.4. di atas diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan responden yaitu Ibu Rumah Tangga sebanyak 38 orang (53,5%), dan sebagian kecil bekerja sebagai PNS sebanyak 2 orang (2,8%).

4.3. Predisposing Factors 4.3.1. Pengetahuan Ibu

(63)
[image:63.612.111.528.119.512.2]

Tabel 4.5. Distribusi Pengetahuan Ibu Siswa/i SDN 054936 Wonorejo Mengenai Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

No Pengetahuan Ya Tidak

n % n %

1 Keberadaan poli gigi 56 78,9 15 21,1

2 Keberadaan dokter gigi 52 73,2 19 26,8

3 Keberadaan perawat gigi 40 56,3 31 43,7

4 Kehadiran dokter atau perawat gigi 48 67,6 23 32,4 5 Pemeriksaan gigi (6 bulan sekali) meski tanpa

keluhan 16 22,5 55 77,5

6 Layanan askes dan jamkesmas untuk kesehatan

gigi 65 91,5 6 8,5

7 Kunjungan petugas gigi ke sekolah anak 68 95,8 3 4,2 8 Alat gigi di Puskesmas lengkap 52 73,2 19 26,8

9 Penyuluhan gigi di Posyandu 59 83,1 12 16,9

10 Pemeriksaan dan sikat gigi massal di Sekolah

anak 68 95,8 3 4,2

11 Membawa anak berobat bila gigi anak goyang 16 22,5 55 77,5 12 Pelayanan Poli gigi (pencabutan, penambalan

sementara, pembersihan karang gigi) 52 73,2 19 26,8

(64)
[image:64.612.111.504.208.268.2]

(21,9%) dan sebanyak 18 orang (21,9%) memiliki pengetahuan kurang mengenai pemanfaatan fasilitas pelayanan gigi bila gigi anak goyang.

Tabel 4.6. Kategori Pengetahuan Ibu Siswa/i SDN 054936 Wonorejo Mengenai Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

No Kategori pengetahuan Jumlah (orang) %

1 Baik 52 73,3

2 Sedang 19 26,7

Jumlah 71 100

Berdasarkan tabel 4.6. diketahui bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan ibu terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut ada pada kategori baik yaitu berjumlah 52 orang (73,3%) dan sebagian kecil lainnya ada pada kategori sedang berjumlah 19 orang (26,7%).

4.3.2. Sikap Ibu

[image:64.612.109.542.555.699.2]

Distribusi sikap ibu terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Sikap Ibu Siswa/i SDN 054936 Wonorejo Mengenai Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

N o

Pernyataan

SS S TS STS

n % n % n % N %

1 Bagaimana pendapat Ibu mengenai anggapan bahwa penyakit gigi dapat diobati sendiri di rumah (-)

2 2,8 12 16,9 57 80,3 0 0

2 Meskipun anak tidak memiliki keluhan sakit

(65)

gigi, ibu tetap membawa anak memeriksakan gigi secara teratur

3 Bagaimana pendapat ibu mengenai Usaha Kesehatan Gigi Sekolah

14 19,7 57 80,3 0 0 0 0

4 Menurut Ibu, sarana dan prasarana (gedung, alat pemeriksaan, obat-obatan) poli gigi tergolong lengkap

7 9,9 40 56,3 24 33,8 0 0

5 Menurut Ibu,

dokter/perawat gigi mudah ditemui

1 1,4 45 63,4 25 35,2 0 0 6 Menurut ibu, sikap petugas

Kesehatan gigi (dokter/perawat) terkesan

baik dan ramah

18 25,4 53 74,6 0 0 0 0

7 Menurut Ibu, Puskesmas Desa Lama mudah dijangkau dengan kendaraan

0 0 49 69 22 31 0 0

8 Menurut Ibu, lokasi Puskesmas Desa Lama tergolong strategis

0 0 40 56,3 20 28,2 11 15,5 9 Menurut Ibu, biaya berobat

gigi di Puskesmas cukup terjangkau

8 11,3 63 88,7 0 0 0 0

10 Menurut ibu, waktu tunggu tergolong cepat sewaktu

menunggu giliran perawatan

0 0 71 100 0 0 0 0

(66)
[image:66.612.109.502.208.268.2]

yang terkesan baik dan 63 orang (88,7%) ibu setuju bahwa biaya berobat gigi di Puskesmas cukup terjangkau.

Tabel 4.8. Kategori Sikap Ibu Siswa/i SDN 054936 Wonorejo Mengenai Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

No Kategori Sikap Jumlah (orang) %

1 Baik 28 39,5

2 Sedang 43 60,5

Jumlah 71 100

Berdasarkan tabel 4.8. diketahui bahwa sebagian besar tingkat sikap ibu terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut ada pada kategori sedang yaitu berjumlah 43 orang (60,5%) dan sebagian kecil lainnya ada pada kategori baik berjumlah 28 orang (39,5%).

4.3.3. Kepercayaan Ibu

Distribusi kepercayaan ibu terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9. Distribusi Kepercayaan Ibu Siswa/i SDN 054936 Wonorejo Mengenai Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

No Pernyataan

Ya Tidak

N % n %

1 Anak pasti akan disuntik bila berobat gigi ke Puskesmas

26 36,6 45 63,4 2 Alat-alat yang digunakan untuk

memeriksa dan mengobati gigi tidak steril

[image:66.

Gambar

Gambar : PRECEDE Framework dari Green
Tabel 4.1. Distribusi Siswa/i SDN 054936 Wonorejo T.A 2013/2014
Tabel 4.3. Distribusi Ibu Menurut Pendidikan
Tabel 4.4. Distribusi Ibu  Menurut Pekerjaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keterkaitan langsung dengan penyelenggaran RPIJM bidang keciptakaryaan diantaranya adalah Dinas Pekerjaan Umum Dan Sumber Daya Mineral sebagai instansi perencana,

[r]

Kasus juga memenuhi 4 dari 11 kriteria American College of Rheumatology yaitu fotosensitif, lesi diskoid, titer anti ds-DNA dan ANA positif, sehingga diagnosis ;LES

Transformasi Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L. BL) Dengan Gen SoSUT1 Menggunakan Agrobacterium tumefaciens strain GV3101 dan Eksplan Kalus; Anisa Indah

Menurut Lavicza (Mahmudi, 2011), sejumlah penelitian menunjukkan bahwa GeoGebra dapat mendorong proses penemuan dan eksperimentasi siswa di kelas. Fitur-fitur

1) Tentukan transformasi Laplace untuk fungsi yang diberikan a.. 10) Teorema harga awal 11) Teorema harga akhir6. 12) Perluasan dari teorema harga awal 13) Perluasan dari

Keywords: Aerodynamic gradient method; Eddy covariance; Continuous ammonia denuders; Bi-directional fluxes; Passive flux samplers.. ∗

[r]