• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Antibiotika dan Penggunaannya di Kalangan Mahasiswa Non Medis Universitas Sumatera Utara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Antibiotika dan Penggunaannya di Kalangan Mahasiswa Non Medis Universitas Sumatera Utara."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ANTIBIOTIKA DAN PENGGUNAANNYA DI KALANGAN MAHASISWA NON MEDIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Oleh:

SAHARA PULUNGAN 070100184

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ANTIBIOTIKA DAN PENGGUNAANNYA DI KALANGAN MAHASISWA NON MEDIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

SAHARA PULUNGAN 070100184

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Antibiotika dan Penggunaannya di Kalangan Mahasiswa Non Medis

Universitas Sumatera Utara Nama : Sahara Pulungan

NIM : 070100184

Pembimbing Penguji I

(Prof. Dr. dr. Rozaimah Zain-Hamid, MS, Sp.FK) (dr. Yunita Sari Pane, MSi) NIP. 19530417 198003 2 001 NIP. 19710620 200212 2 001

Penguji II

(dr. Nelly Efrida Samosir, Sp.PK) NIP. 19690906 200501 2 002

Medan, 29 November 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Pengobatan sendiri (tanpa resep dokter) untuk golongan antibiotika yang saat ini semakin luas dan telah menjadi masalah yang penting di seluruh dunia. Sebab salah satu dampak negatif penggunaan antibiotika yang tidak rasional adalah muncul dan berkembangnya bakteri yang resisten terhadap antibiotika, munculnya penyakit akibat superinfeksi bakteri, terjadinya toksisitas/efek samping obat, sehingga perawatan pasien menjadi lebih lama, biaya pengobatan menjadi lebih mahal, dan akhirnya terjadi penurunan kualitas kesehatan.

Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional dan teknik pengumpulan sampel digunakan adalah teknik cluster sampling. Total 380 responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa non medis di Universitas Sumatera Utara. Seluruh responden dikehendaki untuk mengisi identitas diri (nama, umur, jenis kelamin,dan pendidikan) serta menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam lembar kuesioner. Tingkat pengetahuan terhadap penggunaan antibiotika dan frekuensi penggunaan antibiotika dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square.

Adapun tujuan penelitian adalah untuk melihat bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa non medis di Universitas Sumatera Utara tentang penggunaan antibiotika serta melihat apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan mahasiswa non medis tersebut dengan penggunaan antibiotika.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa non medis di Universitas Sumatera Utara terhadap penggunaan antibiotika sebagian besar tergolong baik, sebab dari 380 orang terdapat 293 mahasiswa non medis (77,1%) yang menjawab pertanyaan pengetahuan dengan benar, mahasiswa non medis yang berpengetahuan sedang sebanyak 70 orang (18,4%) dan mahasiswa non medis yang berpengetahuan kurang sebanyak 17 orang (4,5%). Hasil analisis tingkat pengetahuan terhadap penggunaan antibiotika dijumpai hubungan yang bermakna secara statistik (p=0,001).

Saran dari penelitian ini bagi mahasiswa non medis di USU agar penggunaan antibiotika dilakukan dengan menggunakan resep dokter, bagi peneliti di masa yang akan datang sebagai penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor yang memmpengaruhi penggunaan antibiotika, dan bagi institusi terkait agar lebih mengawasi distribusi antibiotika.

(5)

ABTRACT

Treatment alone (without prescription) for the current class of antibiotics has become increasingly widespread and important problem worldwide. Because one of the negative impact of the irrational use of antibiotics is emerging and the development of bacteria resistant to antibiotics, the emergence of disease caused by bacterial superinfection, the occurrence of toxicity/ side effects of drugs, so that patient care becomes longer, the cost of treatment becomes more expensive , and ultimately a decline in quality health care.

This study design was analytical descriptive study using cross-sectional and sample collection technique used was cluster sampling technique. In total 380 respondents in this study were non-medical student at the University of North Sumatera.All respondents preferred to fill the identity (name, age, gender, and education) and answer the questions in the questionnaire sheet. The level of knowledge on the use of antibiotics and the frequency of antibiotic use was analyzed using Chi-Square test

The purpose of this study is to see how the level of knowledge of non-medical student at the University of North Sumatera on the use of antibiotics and see if there is a relationship between level of knowledge of non-medical student with the use of antibiotics.

The results showed that the level of knowledge of non-medical student at the University of North Sumatera on the use of antibiotics classified as good, because there are 380 people from the 293 non-medical student (77,1%) who answered the knowledge questions correctly, non-medical student who are knowledgeable of 70 people (18.4%) and non-medical students are knowledgeable about as many as 17 people (4.5%). Results of analysis the level of knowledge on the use of antibiotics found a statistically significant relationship(p=0,001). Suggestions from this study for non-medical students at USU for the use of antibiotics by using a doctor's prescription, for researchers in the future as further research about the factors that memmpengaruhi use of antibiotics, and for related institutions to better oversee the distribution of antibiotics

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul ”Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Antibiotika dan Penggunaannya di Kalangan Mahasiswa Non Medis Universitas Sumatera Utara”. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan rasa hormat setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. dr. Rozaimah Zain-Hamid, MS, Sp.FK, selaku Dosen Pembimbing saya yang telah banyak mebantu dan memberikan saran-saran selama penyusunan karya tulis ilmiah, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Ibu dr. Yunita Sari Pane, MSi & Ibu dr. Nelly Efrida Samosir, Sp.PK selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu dan pemikiran untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

4. Para dosen dan staf pegawai di Lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(7)

6. Seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bantuannya dalam proses pengumpulan data penelitian ini, khususnya rekan-rekan satu bimbingan (Muhammad Fahmy Hanim Siregar, Cut Mirshella Amanda, dan Dara Syaputri).

7. Seluruh rekan mahasiswa/i yang telah membantu dalam proses pengumpulan data penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, November 2010 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN...i

ABSTRAK...ii

ABSTRACT...iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR SINGKATAN...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xii

BAB 1 PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang...1

1.2. Rumusan Masalah...3

1.3. Tujuan Penelitian...3

1.4. Manfaat Penelitian...4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...5

2.1. Antibiotika...5

2.1.1 Defenisi Antibiotika... 5

2.1.2 Aktivitas dan Spektrum Antibiotika...5

2.1.3 Mekanisme Kerja Antibiotika ...6

2.1.4 Resistensi Antibiotika...8

2.1.5 Epidemiologi Resistensi Bakteri Terhadap Antibiotika...9

2.1.6 Penyalahgunaan Antibiotika di Kalangan Masyarakat...10

2.1.7 Epidemiologi Pengobatan Sendiri dengan Antibiotika...10

2.1.8. Prinsip Penggunaan Antibiotika yang Rasional...11

2.2. Peraturan Perundang-Undangan tentang Distribusi Antibiotika...12

(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN

DEFENISI OPERASIONAL...17

3.1. Kerangka Konsep Penelitian...17

3.2. Defenisi Operasional...18

3.2.1. Pengetahuan...18

3.2.2. Indikasi Antibiotika...18

3.2.3 Tepat Penderita...18

3.2.4. Dosis antibiotika...18

3.2.5. Cara Pemakaian Antibiotika...18

3.2.6. Resistensi Antibiotika...18

3.2.7. Lama Pemakaian Antibiotika...18

3.2.8. Efek Samping Antibiotika, Kontraindikasi, dan Tempat Penyimpanan...18

3.2.9. Alat Ukur dan Skala Pengukuran...19

3.3. Hipotesa...19

BAB 4 METODE PENELITIAN...20

4.1. Rancangan Penelitian...20

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian...20

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian...20

4.4. Metode Pengumpulan Data...22

4.4.1. Data Primer...22

4.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas...22

4.5. Metode Analisis Data...23

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...25

5.1. Hasil Penelitian………...………….25

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...25

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden...26

5.1.3. Hasil Analisis Data...29

(10)

5.2. Pembahsan...46

5.2.1. Pengetahuan Mahasiswa Non Medis di USU...46

5.2.2. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Penggunaan Antibiotika di Kalangan Mahasiswa Non Medis USU...48

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...50

6.1. Kesimpulan...50

6.2. Saran...51

DAFTAR PUSTAKA...52

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 4.1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas... 23 Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin...26 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Umur... 27 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Penggunaan Antibiotika Tanpa Resep Dokter ...27 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Alasan Penggunaan Antibiotika Tanpa Resep Dokter...28 Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Jenis Antibiotika yang Digunakan...28 Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Sumber Informasi Untuk Menggunakan Antibiotika...29 Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan

Mahasiswa Non Medis tentang Indikasi Antibiotika...30 Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Mahasiswa

Non Medis tentang Contoh Penyakit yang Menggunakan Antibiotika...30 Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan

Mahasiswa Non Medis tentang Kesesuaian Dosis Antibiotika dengan resep Dokter...31 Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Mahasiswa

Non Medis tentang Cara Pemiliha

Antibiotika...31 Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan

Mahasiswa Non Medis tentang Resistensi

(12)

Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Mahasiswa Non Medis tentang Penghentian

Antibiotika...32 Tabel 5.13. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan

Mahasiswa Non Medis tentang Efek Samping

Antibiotika...33 Tabel 5.14. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan

Mahasiswa Non Medis tentang Kontaindikasi

Antibiotika...33 Tabel 5.15. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan

Mahasiswa Non Medis tentang Tempat

Penyimpanan Antibiotika...34 Tabel 5.16. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Pengetahuan...34 Tabel 5.17. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada

Variabel Pengetahuan...35 Tabel 5.18. Hubungan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Non Medis

di USU dengan Penggunaan Antibiotika...36 Tabel 5.19. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kesesuaian Dosis

Antibiotika ...37 Tabel. 5.20. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kesesuaian Contoh

Penyakit Menggunakan Antibiotika...38 Tabel 5.21. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kesesuaian Dosis

Antibiotika ...39 Tabel 5.22. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kesesuaian Cara

Pemilihan Antibiotika ...40 Tabel 5.23. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kesesuaian

Resistensi Antibiotika ...41 Tabel 5.24. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kesesuaian

(13)

Tabel 5.25. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kesesuaian

Efek Samping Antibiotika ...43 Tabel 5.26. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kesesuaian

Kontraindikasi Antibiotika ...44 Tabel 5.27. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kesesuaian Tempat

(14)

DAFTAR SINGKATAN

Nomor Halaman

PABA asam amino benzoate………6

PAS p-aminosalisilat……….6

PROTEKT Prospective Resistant Organism Tracking and

SPSS Statistic Package Social Science……… 23

USU Universitas Sumatera Utara ……… 2

WHO World Health Organization………...1

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Daftar Riwayat Hidup

LAMPIRAN II Kuesioner Penelitian

LAMPIRAN III Informed Concent

LAMPIRAN IV Surat Izin Penelitian

(16)

ABSTRAK

Pengobatan sendiri (tanpa resep dokter) untuk golongan antibiotika yang saat ini semakin luas dan telah menjadi masalah yang penting di seluruh dunia. Sebab salah satu dampak negatif penggunaan antibiotika yang tidak rasional adalah muncul dan berkembangnya bakteri yang resisten terhadap antibiotika, munculnya penyakit akibat superinfeksi bakteri, terjadinya toksisitas/efek samping obat, sehingga perawatan pasien menjadi lebih lama, biaya pengobatan menjadi lebih mahal, dan akhirnya terjadi penurunan kualitas kesehatan.

Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional dan teknik pengumpulan sampel digunakan adalah teknik cluster sampling. Total 380 responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa non medis di Universitas Sumatera Utara. Seluruh responden dikehendaki untuk mengisi identitas diri (nama, umur, jenis kelamin,dan pendidikan) serta menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam lembar kuesioner. Tingkat pengetahuan terhadap penggunaan antibiotika dan frekuensi penggunaan antibiotika dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square.

Adapun tujuan penelitian adalah untuk melihat bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa non medis di Universitas Sumatera Utara tentang penggunaan antibiotika serta melihat apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan mahasiswa non medis tersebut dengan penggunaan antibiotika.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa non medis di Universitas Sumatera Utara terhadap penggunaan antibiotika sebagian besar tergolong baik, sebab dari 380 orang terdapat 293 mahasiswa non medis (77,1%) yang menjawab pertanyaan pengetahuan dengan benar, mahasiswa non medis yang berpengetahuan sedang sebanyak 70 orang (18,4%) dan mahasiswa non medis yang berpengetahuan kurang sebanyak 17 orang (4,5%). Hasil analisis tingkat pengetahuan terhadap penggunaan antibiotika dijumpai hubungan yang bermakna secara statistik (p=0,001).

Saran dari penelitian ini bagi mahasiswa non medis di USU agar penggunaan antibiotika dilakukan dengan menggunakan resep dokter, bagi peneliti di masa yang akan datang sebagai penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor yang memmpengaruhi penggunaan antibiotika, dan bagi institusi terkait agar lebih mengawasi distribusi antibiotika.

(17)

ABTRACT

Treatment alone (without prescription) for the current class of antibiotics has become increasingly widespread and important problem worldwide. Because one of the negative impact of the irrational use of antibiotics is emerging and the development of bacteria resistant to antibiotics, the emergence of disease caused by bacterial superinfection, the occurrence of toxicity/ side effects of drugs, so that patient care becomes longer, the cost of treatment becomes more expensive , and ultimately a decline in quality health care.

This study design was analytical descriptive study using cross-sectional and sample collection technique used was cluster sampling technique. In total 380 respondents in this study were non-medical student at the University of North Sumatera.All respondents preferred to fill the identity (name, age, gender, and education) and answer the questions in the questionnaire sheet. The level of knowledge on the use of antibiotics and the frequency of antibiotic use was analyzed using Chi-Square test

The purpose of this study is to see how the level of knowledge of non-medical student at the University of North Sumatera on the use of antibiotics and see if there is a relationship between level of knowledge of non-medical student with the use of antibiotics.

The results showed that the level of knowledge of non-medical student at the University of North Sumatera on the use of antibiotics classified as good, because there are 380 people from the 293 non-medical student (77,1%) who answered the knowledge questions correctly, non-medical student who are knowledgeable of 70 people (18.4%) and non-medical students are knowledgeable about as many as 17 people (4.5%). Results of analysis the level of knowledge on the use of antibiotics found a statistically significant relationship(p=0,001). Suggestions from this study for non-medical students at USU for the use of antibiotics by using a doctor's prescription, for researchers in the future as further research about the factors that memmpengaruhi use of antibiotics, and for related institutions to better oversee the distribution of antibiotics

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengobatan sendiri dengan antibiotika yang semakin luas telah menjadi masalah yang penting di seluruh dunia. Salah satunya adalah terjadinya peningkatan resistensi kuman terhadap antibiotika (WHO, 2001). Hal ini mengakibatkan pengobatan menjadi tidak efektif, peningkatan morbiditas maupun mortalitas pasien dan meningkatnya biaya kesehatan pasien. Dampak tersebut harus ditanggulangi secara efektif sehingga perlu diperhatikan prinsip penggunaan antibiotika harus sesuai indikasi penyakit, dosis, cara pemberian dengan interval waktu, lama pemberian, keefektifan, mutu, keamanan, dan harga. (Refdanita, 2004).

Pengobatan sendiri dengan antibiotika, tidak hanya terjadi di negara-negara sedang berkembang, tetapi juga di negara maju. Selebihnya di negara-negara Eropa seperi Romania, dan Lithuania, juga ditemukan prevalensi yang tinggi pada pengobatan sendiri dengan antibiotika (Al-Azzam, 2007). Tingginya prevalensi pengobatan sendiri dengan antibiotika ditemukan pada orang dewasa (44%) dan anak-anak (34%) oleh berbagai faktor yang diteliti di Saudi Arabia. Persentase pengobatan sendiri dengan antibiotika yang ditemukan di India (18%), Sudan (48%), dan Jordan (40%) ( Abasaeed , 2009). Adapun penelitian yang dilakukan di Brazil menunjukkan bahwa 74% dari 107 apotek yang telah dikunjungi, termasuk 88% apotek, yang didaftar oleh Municipal Health Secretary, menjual antibiotika tanpa resep dokter. (Volpato, 2005)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sangat mengkhawatirkan tingginya peningkatan jumlah resistensi bakteri di semua wilayah di dunia. Oleh karena itu, untuk menciptakan koordinasi global, WHO mengeluarkan Global Strategy for

Containment of Antimicrobial Resistance (Strategi global untuk menahan

(19)

melakukan tindakan dan berbagai usaha yang dapat menahan terjadinya resistensi antibiotika (WHO, 2001).

Di Indonesia, juga telah dilakukan beberapa usaha untuk tujuan ini, salah satu dari usaha tersebut adalah di berlakukannya undang-undang yang mengatur tentang penjualan antibiotika yang diatur dalam undang-undang obat keras St. No. 419 tgl. 22 Desember 1949, pada pasal 3 ayat 1 (Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 1949).

Namun, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan pada penggunaan antibiotika di kalangan masyarakat diperlukan edukasi dan berbagai aspek yang berkaitan dengan penggunaan antibiotika, agar tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang penggunaan antibiotika dapat mencapai tahap yang diinginkan. Sehingga tidak terjadi penyalahgunaan dan pengguna salahan antibiotika di kalangan masyarakat. Hal ini dapat difasilitasi dengan komunikasi yang lebih efektif antara dokter dengan pasien (masyarakat pada umumnya), sehingga meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien dan masyarakat terhadap keuntungan dan kerugian antibiotika (Eng, 2003).

(20)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah tingkatn pengetahuan tentang antibiotika akan berpengaruh terhadap penggunaan antibiotika di kalangan mahasiswa non medis USU? 2. Apakah tingkat pengetahuan akan mengakibatkan terjadinya pengguna

salahan antibiotika (tidak sesuai indikasi), tidak sesuai dosis, tidak tepat cara, dan lama pemakaian di kalangan mahasiswa non medis USU?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Memperoleh data tingkat pengetahuan tentang penggunaan antibiotika di kalangan mahasiswa non medis Universitas Sumatera Utara.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kesesuaian indikasi antibiotika.

2. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kesesuaian contoh penyakit yang menggunakan antibiotika

3. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kesesuaian dosis antibiotika

4. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kesesuaian cara pemilihan antibiotika

5. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kesesuaian resistensi antibiotika

6. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kesesuaian penghentian antibiotika

7. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kesesuaian efek samping antibiotika.

(21)

9. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tempat penyimpanan antibiotika.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Data dan informasi dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk penelitian berikutnya.

2. Sebagai informasi kepada masyarakat khususnya mahasiswa non medis di USU mengapa pembatasan antibiotika dilakukan.

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANTIBIOTIKA 2.1.1 Definisi Antibiotika

Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat membasmi mikroba jenis lain.

Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut harus bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksis bagi hospes (Setiabudy, 2008).

2.1.2 Aktivitas dan Spektrum Antibiotika

Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik dan ada yang bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Obat-obat bakteriostatik bekerja dengan mencegah pertumbuhan kuman, tidak membunuhnya, sehingga pembasmian kuman sangat tergantung kepada daya tahan tubuh penderita. Sedangkan antibiotika yang bakterisid, secara aktif membunuh kuman.

(23)

2.1.3 Mekanisme Kerja Antibiotika

Pemusnahan mikroba dengan antimikroba yang bersifat bakteriostatik masih tergantung dari kesanggupan reaksi daya tahan tubuh hospes.

Berdasarkan mekanisme kerja atau tempat kerjanya, antibiotika dibagi dalam lima kelompok, yaitu (Setiabdudy, 2008):

1. Antibiotika yang menghambat metabolisme sel mikroba

Antibiotika yang termasuk dalam kelompok ini seperti, : sulfonamide, trimetoprim, asam p-aminosalisilat (PAS) dan sulfon. Antibiotika yang menghambat metabolisme sel mikroba ini menggunakan aktivitas

bakteriostatik. Kuman patogen harus mensintesis sendiri asam folat dari

asam amino benzoate (PABA) untuk kebutuhan hidupnya. Apabila sulfonamide menang bersaing dengan PABA dalam pembentukan asam folat, maka terbentuk analog asam folat yang fungsional. Akibatnya, kehidupan mikroba akan terganggu.

2. Antibiotika yang menghambat sintesis dinding sel mikroba

(24)

gangguan pada sintesis komponen ini dapat menyebabkan sel lisis dan kematian sel. Sel selama mensintesis peptidoglikan memerlukan enzim hidrolase dan sintase. Untuk menjaga sintesis supaya normal, kegiatan kedua enzim ini harus seimbang satu sama lain.

3. Antibiotika yang mengganggu keutuhan membran sel mikroba

Antibiotika yang termasuk dalam kelompok ini seperti, : polimiksin, kolistin, amfoterisin B, nistatin. Di bawah dinding sel bakteri adalah lapisan membran sel lipoprotein. Membran ini mempunyai sifat permeabilitas selektif dan berfungsi mengontrol keluar masuknya substansi dari luar ke dalam sel, serta pemeliharaan tekanan osmotik internal dan ekskresi waste products. Selain itu membran sel juga berkaitan dengan replikasi DNA dan sintesis dinding sel.

4. Antibiotika yang menghambat sintesis protein sel mikroba

Antibiotika yang termasuk dalam kelompok ini seperti, : golongan aminoglikosid, makrolid, linkomisin, tetrasiklin, dan kloramfenikol. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di dalam ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Berdasarkan koefisien sedimentasinya, ribosom dikelompokkan ke dalam 3 grup:

A. Ribosom 80s, terdapat pada sel eukariot. Partikel ini terdiri dari subunit 60s dan 40s.

B. Ribosom 70s, yang terdapat pada sel prokariot dan eukariot. Partikel ini terdiri dari subunit 50s dan 30s.

(25)

5. Antibiotika yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba

Antibiotika yang termasuk ke dalam kelompok ini seperti, : rifampisin dan golongan kuinolon. Pada umumnya hanya digunakan sebagai obat antikanker , tetapi beberapa obat dalam kelompok terakhir ini dapat pula digunakaan sebagai antivirus. Asam nukleat merupakan bagian yang sangat vital bagi perkembangbiakan sel.

2.1.4 Resistensi Antibiotika A. Mekanisme Resistensi

Resistensi sel mikroba adalah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba oleh antibiotika. Sifat ini bisa merupakan suatu mekanisme alamiah untuk tetap bertahan hidup.Timbulnya resistensi terhadap suatu antibiotika terjadi berdasarkan salah satu atau lebih mekanisme berikut (Jawet, 1997):

1. Mikroba mensintesis suatu enzim inaktivator atau penghancur antibiotika Contoh: Stafilokoki yang resisten terhadap penisilin G menghasilkan beta-laktamase, yang merusak obat tersebut. Beta-laktamase lain dihasilkan oleh bakteri batang Gram-negatif.

2. Mikroba mengubah permeabilitasnya terhadap obat.

Contoh: Tetrasiklin tertimbun dalam bakteri yang rentan tetapi tidak pada bakteri yang resisten.

3. Mikroba mengembangkan suatu perubahan struktur sasaran bagi obat Contoh: Resistensi kromosom terhadap aminoglikosida berhubungan dengan hilangnya (atau perubahan) protein spesifik pada subunit 30s ribosom bakteri yang bertindak sebagai reseptor pada organisme yang rentan.

4. Mikroba mengembangkan perubahan jalur metabolik yang langsung dihambat oleh obat.

(26)

5. Mikroba mengembangkan perubahan enzim yang tetap dapat melakukan fungsi metabolismenya tetapi lebih sedikit dipengaruhi oleh obat dari pada enzim pada kuman yang rentan.

Contoh: beberapa bakteri yang rentan terhadap sulfonamid, dihidropteroat sintetase mempunyai afinitas yang jauh lebih tinggi terhadap sulfonamid dari pada PABA.

B. Faktor Pemicu Resistensi Antibiotika

Dampak negatif akibat penggunaan antibiotika yang tidak rasional adalah resistensi kuman terhadap banyak obat ( multidrug-resistance ). Hal ini mengakibatkan pengobatan menjadi tidak efektif, peningkatan morbiditas maupun mortalitas pasien, dan peningkatan biaya kesehatan (Directorate General of Medical Care Ministry of Health Republic of Indonesia, 2005).Faktor-faktor yang mempermudah berkembangnya resistensi kuman terhadap antibiotika adalah (Staf Pengajar Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia).

1. Penggunaan antibiotika yang sering 2. Penggunaan antibiotika yang irasional 3. Penggunaan antibiotika baru yang berlebihan 4. Penggunaan antibiotika dalam waktu yang lama

2.1.5. Epidemilogi Kejadian Resistensi Bakteri Terhadap Antibiotika

Prevalensi resitensi antibiotika dari Streptococcus pneumoniae dalam penelitian PROTEKT (Prospective Resistant Organism Tracking and

Epidemiology for the Ketolide Telithromycin) tahun 1999-2000, terdapat 3362

pneumococcus yang resitensi terhadap penicillin G sekitar 22,1 % dengan tingkat

(27)

2.1.6. Penyalahgunaan Antibiotika di Kalangan Masyarakat

Resistensi antibiotika merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti penyalahgunaan antibiotika. Penyalahgunaan antibiotika pada dasarnya dipengaruhi oleh pengetahuan , komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien, tingkat ekonomi, karakteristik dari sistem kesehatan suatu negara, dan peraturan lingkungan. Jika dilihat dari faktor pasien, hal yang mendasari terjadinya penyalahgunaan antibiotika dikarenakan banyak pasien percaya bahwa keluaran obat baru lebih baik dibandingkan obat keluaran lama.

Di negara-negara berkembang, antibiotika dibeli dalam dosis tunggal dan penghentian antibiotika dilakukan jika pasien merasa lebih baik atas penyakit yang dideritanya. Pembelian antibiotika secara bebas yang dilakukan oleh pasien juga dipengaruhi oleh praktik pemasaran kepada konsumen melalui televisi, radio, media cetak, dan internet. Sehingga antibiotika dengan mudah didapatkan di apotek ataupun pasar.

Pengobatan sendiri dengan menggunakan antibiotika, tidak hanya terjadi di negara-negara sedang berkembang, tetapi juga di negara-negara maju. Selebihnya di negara-negara Eropa masih ditemukan prevalensi yang tinggi terhadap pengobatan sendiri dengan antibiotika (WHO, 2001)

2.1.7. Epidemiologi Pengobatan Sendiri dengan Antibiotika

(28)

2.1.8. Prinsip Penggunaan Antibiotika Secara Rasional

Antibiotika hanya bekerja untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Penggunaan antibiotika secara rasional diartikan sebagai pemberian antibiotika yang tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat, tepat dosis, dan waspada terhadap efek samping antibiotika yang dalam arti konkritnya adalah (Kimin, 2009):

1. Pemberian resep yang tepat atau sesuai indikasi 2. Penggunaan dosis yang tepat

3. Lama pemberian obat yang tepat 4. Interval pemberian obat yang tepat 5. Aman pada pemberiannya

6. Terjangkau oleh penderita

Terapi dengan antibiotika merupakan terapi kausal untuk melawan kuman penyebab infeksi. Keputusan untuk memberikan antibiotika pada penderita, harus didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Apakah gejala dan keluhan yang dialami penderita disebabkan oleh suatu infeksi ?

Untuk memastikan hal ini diperlukan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan hasil-hasil pemeriksaan tambahan.

2. Kuman apakah yang paling sering menjadi penyebabnya ?

(29)

3. Dapatkah kuman penyebab diobati dengan antibiotik ?

Infeksi yang terjadi mungkin terletak di tempat yang tidak terjangkau oleh antibiotik pada konsentrasi yang cukup, misalnya pada protesis sendi.

3. Apakah benar-benar diperlukan antibiotik untuk melawan infeksi tersebut?

Beberapa infeksi bakteri seperti furunkel, impetigo dan ulkus dekubitus tidak memerlukan pemberian antibiotik.

5.Antibiotik apakah yang harus dipilih dan bagaimana cara pemberiannya? Dasar pemikiran dalam memilih antibiotik adalah sensitivitas dari dugaan kuman penyebab, efektivitas antibiotik, keamanan, bisa didapat serta sesuai dengan standar pengobatan, risiko terjadinya resistensi, dan harga antibiotik.

6.Bagaimana menentukan dosis dan lama pemberian hal ini berdasarkan Pada farmakokinetik dan farmakodinamik obat tersebut ?

Besar dosis yang diberikan tergantung dari jenis infeksi dan penetrasi obat ke tempat infeksi. Sedangkan lama pemberian tergantung pada respon klinis, mikrobiologis, ataupun radiologis.

7. Bagaimana dengan follow up penderita ?

Penderita harus dievaluasi apakah ada perbaikan atau tidak dan dilihat adakah komplikasi. Selain itu diperiksa juga apakah antibiotik perlu diganti oleh karena efek samping atau interaksi dengan obat lain. Informasi terbaru dari infeksi atau kuman penyebab menjadi dasar untuk mengubah cara pemberian atau mengubah antibiotik yang lebih tepat.

2.2. Peraturan Perudang-Undangan Tentang Distribusi Antibiotika

(30)

undang-undang obat keras St. No. 419 tgl. 22 Desember 1949, pada pasal 3 ayat 1. Antibiotika termasuk salah satu jenis obat-obat keras, hal ini terdapat dalam pasal 1 ayat 1a yang berbunyi: “Obat-obat keras yaitu obat-obatan yang tidak digunakan untuk keperluan teknik, yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, membaguskan, mendesinfeksikan, dan lain-lain tubuh manusia, baik dalam bungkusan maupun tidak , yang dtetapkan oleh Secretaris Vaan Staat, Hoofd van het Departement van Gesondheid, menurut ketentuan pasal 2 ayat (1) “Sec. V. St mempunyai wewenang untuk menetapkan bahan-bahan sebagai obat-obat keras dan ayat (2) “ Penetapan ini dijalankan dengan menempatkan bahan-bahan itu pada suatu daftar G(obat-obat berbahaya) atau daftar W (peringatan).

Peraturan mengenai distribusi obat tertulis dalam (Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan).

1. Pasal 3

(1) Penyerahan persediaan untuk penyerahan dan penawaran untuk penjualan dari bahan-bahan G, demikian pula memiliki bahan – bahan ini dalam jumlah sedemikian rupa sehingga secara normal tidak dapat diterima bahwa bahan-bahan ini hanya diperuntukkan pemakain pribadi, adalah dilarang. Larangan ini tidak berlaku untuk pedagang-pedagang besar yang diakui, Apoteker-apoteker , yang memimpin Apotek dan Dokter Hewan.

( 2) Penyerahan dari bahan –bahan G , yang menyimpang dari resep

Dokter, Dokter Gigi, Dokter Hewan dilarang, larangan ini tidak berlaku bagi penyerahan-penyerahan kepada Pedagang –pedagang Besar yang diakui, Apoteker-apoteker, Dokter-dokter Gigi dan Dokter-dokter Hewan demikian juga tidak terhadap penyerahan-penyerahan menurut ketentuan pada Pasal 7 ayat 5.

2.4. Pengetahuan

(31)

pemahaman masyarakat tentang penggunaan antibiotika dapat mencapai tahap yang diinginkan. Sehingga tidak terjadi penyalahgunaan dan pengguna salahan antibiotika di kalangan masyarakat.

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia terhadap objek melalui indera yang dimilikinya, seperti mata, hidung, telinga, dan alat indera lainnya. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).(

Ada 6 tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yaitu: 1. Tahu (know)

Diartika sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan, dsb.

2. Memahami (comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dsb

3. Menerapkan (application)

Diartikan sebgaai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis (analysis)

(32)

5. Sintesa (synthesis)

Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

4. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri atau dengan menggunakan criteria yang telah ada.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. 2. umur

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

3. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

4. Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengethuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku-buku.

5. Penghasilan

(33)

6. Sosial budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

(34)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat Pengetahuan

Mahasiswa Non Medis

USU

Penggunaan Antibiotika Tepat dosis

Cara pemilihan

Resistensi

Lama Pemakaian

Efek samping

kontraindikasi Tempat penyimpanan Tepat Indikasi

Tepat Penderita

(35)

3.2. Defenisi Operasional

3.2.1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang penggunaan antibiotika mulai dari ketepatan indikasi, ketepatan penderita, ketepatan dosis, cara pemilihan, resistensi, lama pemberian, efek samping, kontraindikasi, dan tempat penyimpanan.

3.2.2. Tepat indikasi adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden mengenai kondisi penyakit yang harus diobati dengan antibiotika.

3.2.3 Tepat penderita adalah segala sesutau yang diketahui oleh responden mengenai contoh penyakit yang harus menggunakan antibiotika.

3.2.4. Tepat dosis adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang takaran penggunaan antibiotika yang rasional.

3.2.5. Cara pemilihan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang pemilihan antibiotika yang rasional seperti disesuaikan dengan usia pasien.

3.2.6. Resistensi antibiotika adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang kekebalan kuman terhadap antibiotika.

3.2.7. Lama pemakaian adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden mengenai indikasi penghentian antibiotika.

3.2.8. Efek samping antibiotika adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden mengenai efek yang timbul selain dari pada efek penyembuhan yang bersifat merugikan.

Kontraindikasi adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang siapa saja yang harus berhati-hati dalam penggunaan antibiotika . Tempat penyimpanan antibiotika adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang penyimpanan antibiotika yang baik.

(36)

3.2.9. Alat Ukur dan Skala Pengukuran

Pengetahuan responden diukur dengan kuesioner, jawaban yang benar diberi nilai 2, jawaban yang salah diberi nilai 1, dan tidak tahu diberi nilai 0.

Skala Pengukuran

Skala pengukurannya adalah skala ordinal.

Pengetahuan dikategorikan atas baik, sedang, dan kurang sebagai berikut (Pratomo dan Sudarti, 1986):

a. Baik, apabila responden memperoleh skor > 75%. b. Sedang, apabila responden memperoleh skor 40-75%. c. Kurang, apabila responden memperoleh skor < 40%.

3.3. Hipotesis

1. Tingkat pengetahuan mahasiswa non medis di USU terhadap penggunaan antibiotika masih rendah.

2. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penggunaan antibiotika di kalangan mahasiswa non medis USU.

(37)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian Cross-sectional tipe deskriptif analitik.

4.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Universitas Sumatera Utara (USU).

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung sejak bulan November 2010. 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah sekelompok subjek atau data dengan karakteristik tertentu. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa non medis, sedangkan populasi terjangkau adalah seluruh mahasiswa non medis di Universitas Sumatera Utara tahun 2010.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian mahasiswa non medis di

Universitas Sumatera Utara. Perhitungan besar sampel yang dibutuhkan dalam suatu penelitian menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2003).

p x q N - n d = Z x √———— x √————

n N – 1

(38)

Keterangan:

d = Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan, biasanya 0,05 atau 0,01.

Z = Standar deviasi normal, biasanya 1,96.

p = Proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan terjadi pada populasi. Apabila tidak diketahui proporsi atau sifat tertentu tersebut, maka p > 0,10 atau < 0,90

q = 1,0- p

N = Besarnya populasi n = Besarnya sampel

Jadi besar sampel yang diperlukan:

p x q N- n d = Z x √———— x √————— n N- 1

0,5 x 0,5 18.120 - n 0,05 = 1,96 x √———— x √—————— n 18.120 -1

0,0025 = 3,84 x 0,25 x 18.120-n ————— ——————

n 18.119

(39)

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan Teknik cluster sampling.Artinya, sampel diambil sebanyak 47 orang mahasiswa dari setiap fakultas non medis di USU (Fakultas Hukum, Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Pertanian, Fakultas Sastra, FISIP, MIPA, dan Ilmu Komputer).

4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner pada responden, dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sampel penelitian.

4.4.2. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Untuk mengukur apakah kuesioner tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skor tiap-tiap item dengan skor total kuesioner tersebut. Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi pruduct moment.

4.4.3. Uji Reliabilitas

(40)
[image:40.595.101.524.166.405.2]

Tabel 4.1.

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Variabel Pertanyaan Total Person Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0,829 Valid 0,902 Reliabel

2 0,744 Valid Reliabel

3 0,707 Valid Reliabel

4 0,726 Valid Reliabel

5 0,711 Valid Reliabel

6 0,757 Valid Reliabel

7 0,820 Valid Reliabel

8 0,716 Valid Reliabel

9 0,744 Valid Reliable

4.5. Metode Analisis Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap pertama adalah

editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden

serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua adalah coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa, tahap ketiga adalah entry yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer dengan menggunakan program SPSS (Statistic Package Social Science) versi 17.0 , tahap keempat adalah cleaning yaitu memeriksa kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.

(41)
(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang berjudul ”Tingkat Pengetahuan tentang Penggunaan Antibiotika di Kalangan Mahasiswa Non Medis Universitas Sumatera Utara”, diperoleh dari kuesioner yang diberikan kepada 380 mahasiswa non medis di USU yang terdiri dari 8 fakultas yaitu Fakultas Hukum, Fakultas Teknik, Fakultas Pertanian, Fakultas Ekonomi, Fakultas Sastra, FISIP, MIPA, Ilmu Komputer.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Universitas Sumatera Utara (USU) adalah sebuah universitas yang terletak di Kota Medan, Indonesia. Universitas Sumatera Utara (USU) adalah sebuah universitas negeri yang terletak di Kota Medan, Indonesia. Universitas Sumatera Utara adalah salah satu universitas terbaik di Pulau Sumatera dan merupakan universitas negeri tertua di luar Pulau Jawa. Universitas Sumatera Utara (USU) didirikan pada tanggal 4 Juni 1952. Fakultas pertama adalah Fakultas Kedokteran yang didirikan pada tanggal 20 Agustus 1952. Presiden Indonesia, Soekarno kemudian meresmikan USU sebagai universitas negeri ketujuh di Indonesia pada tanggal 20 November 1957.

(43)

Kampus USU Padang Bulan yang berlokasi di Kelurahan Padang Bulan

Kecamatan Medan Baru, dengan batas wilayah:

a. Batas Utara : Jalan Dokter Sumarsono, Jalan Sei Padang, Jalan

Dokter Yusuf, dan Jalan Profesor Picauly.

b. Batas Selatan : Jalan Tri Darma dan jalan Pembangunan.

c. Batas Barat : Jalan Sipirok.

d. Batas Timur : Jalan Letnan Jenderal Jamin Ginting.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

[image:43.595.106.513.469.558.2]

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa non medis Universitas Sumatera Utara sebanyak 380 orang yang terdiri dari 8 fakultas yaitu, Fakultas Hukum, Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Pertanian, FISIP, MIPA, Fakultas Sastra, dan Ilmu Komputer.

Tabel 5.1.

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persen (%)

Laki-laki 188 49,5

Perempuan 192 50,5 Total 380 100,0

(44)
[image:44.595.113.509.157.248.2]

Tabel 5.2.

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Umur Frekuensi (n) Persen (%)

≤ 20 tahun 182 47,9

≥ 20 tahun 198 52,1

Total 380 100,0

Berdasarkan tabel 5.2. dapat dilihat bahwa jumlah responden yang berusia ≤ 20 tahun adalah 182 orang (47,9%) dan jumlah responden yang berusia ≥20 tahun adalah 198 orang (52,1%).

Tabel 5.3.

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Penggunaan Antibiotika Tanpa Resep Dokter

Penggunaan Frekuensi (n) Persen (%)

Tidak 144 30,0

Ya 266 70,0

Total 380 100,0

[image:44.595.111.510.416.505.2]
(45)
[image:45.595.114.514.177.332.2]

Tabel 5.4.

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Alasan Penggunaan Antibiotika Tanpa Resep Dokter

Alasan Frekuensi (n) Persen (%) Murah 93 24,5

Mudah didapat 48 12,6

Sudah tahu jenisnya 117 30,8 Lain-lain 8 2,1 Tidak Pernah 114 30,0 Total 380 100,0

Berdasarkan tabel 5.4. dapat dilihat bahwa alasan penggunakan antibiotika tanpa resep dokter karena harganya murah adalah 93 orang (24,5%), alasan karena mudah didapat adalah 48 orang (12,6%), alasan sudah tahu jenisnya adalah 117 orang (30,8%), alasan lain-lain adalah 8 orang (2,1%), dan yang tidak pernah adalah 114 orang (30,0%).

Tabel 5.5.

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Antibiotika yang Digunakan

Alasan Frekuensi (n) Persen (%)

Amoksisilin 218 57,4

Penisilin 37 9,7

[image:45.595.110.514.538.672.2]
(46)
[image:46.595.111.514.279.414.2]

Berdasarkan tabel 5.5. dapat dilihat bahwa jenis antibiotika yang digunakan untuk amoksisilin adalah 218 orang (57,4%), jenis antibiotika penisilin adalah 37 orang (9,7%), jenis antibiotika lainnya adalah 11 orang (2,9%), dan tidak pernah adalah 114 orang (30,0%).

Tabel 5.6.

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi Untuk Menggunakan Antibiotika

Sumber Informasi Frekuensi (n) Persen (%) Media Elektronik 124 32,6 Media Cetak 77 20,3 Teman dan Apoteker 153 40,3 Lain-lain 26 6,8 Total 380 100,0

Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat bahwa jumlah responden yang menggunakan media elektronik adalah 124 orang (32,6%), jumlah responden yang menggunakan media cetak adalah 77 orang (20,3%), jumlah responden dari teman dan apoteker adalah 153 orang (40,3%), dan jumlah responden yang menggunakan sumber informasi lainnya adalah 26 orang (6,8%).

5.1.3. Hasil Analisis Data

(47)
[image:47.595.110.515.217.331.2]

5.1.3.1. Pengetahuan Mahasiswa Non Medis

Tabel 5.7.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Mahasiswa Non Medis tentang Indikasi Antibiotika

Jawaban Frekuensi (n) Persen (%) Infeksi Bakteri 347 91,3 Asma 10 2,6

Tidak tahu 23 6,1

Total 380 100,0

Berdasarkan tabel 5.7. dapat dilihat bahwa jumlah responden yang menjawab benar pertanyaan tentang indikasi antibiotika yaitu infeksi bakteri adalah 347 orang (91,3%). 10 orang memilih jawaban asma (2,6%), 23 orang memilih jawaban tidak tahu (6,1%).

Tabel 5.8.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Mahasiswa Non Medis tentang Contoh Penyakit yang Menggunakan Antibiotika Jawaban Frekuensi (n) Persen (%) TBC 299 78,7

Asma 23 6,1

Tidak tahu 58 15,3

Total 380 100,0

[image:47.595.114.513.516.631.2]
(48)
[image:48.595.111.514.176.288.2]

Tabel 5.9.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Mahasiswa Non Medis tentang Kesesuaian Dosis Antibiotika dengan resep Dokter Jawaban Frekuensi (n) Persen (%) Ya 338 88,9

Tidak 27 7,1

Tidak tahu 15 3,9

Total 380 100,0 Berdasarkan tabel 5.9. dapat dilihat bahwa jumlah responden yang menjawab benar pertanyaan tentang kesesuaian dosis harus dengan resep dokter yaitu Ya adalah 338 orang (88,9%), 27 orang memilih jawaban tidak (7,1%), dan 15 orang memilih jawaban tidak tahu (3,9%).

Tabel 5.10.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Mahasiswa Non Medis tentang Cara Pemilihan Antibiotika

Jawaban Frekuensi (n) Persen (%) Sesuai jenis kuman, data

Epidemiologi, umur 270 71,1 Sesuai gejala klinis 84 22,1

Tidak tahu 26 6,8

Total 380 100,0

[image:48.595.113.514.450.586.2]
(49)
[image:49.595.110.513.176.288.2]

Tabel 5.11.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Mahasiswa Non Medis tentang Resistensi Antibiotika

Jawaban Frekuensi (n) Persen (%) Kuman menjadi kebal 301 79,2

Kuman tidak kebal 29 7,6

Tidak tahu 50 13,2

Total 380 100,0

Berdasarkan tabel 5.11. dapat dilihat bahwa jumlah responden yang menjawab benar pertanyaan tentang resistensi antibiotika yaitu kuman menjadi kebal adalah 301 orang (79,2%), 29 orang memilih jawaban kuman tidak kebal (7,6%), dan 50 orang memilih jawaban tidak tahu (13,2%).

Tabel 5.12.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Mahasiswa Non Medis tentang Penghentian Antibiotika

Jawaban Frekuensi (n) Persen (%)

Gejala hilang, sesuaikan

Lab, radiologi 269 70,8

Gejala hilang 79 20,8

Tidak tahu 32 8,4

Total 380 100,0

[image:49.595.114.513.475.610.2]
(50)
[image:50.595.112.513.175.288.2]

Tabel 5.13.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Mahasiswa Non Medis tentang Efek Samping Antibiotika

Jawaban Frekuensi (n) Persen (%) Alergi dan toksik 260 68,4

Mual muntah 51 13,4 Tidak tahu 69 18,2

Total 380 100,0

Berdasarkan tabel 5.13. dapat dilihat bahwa jumlah responden yang menjawab benar pertanyaan tentang efek samping antibiotika yaitu reaksi alergi dan toksik adalah 260 orang (68,4%), 51 orang memilih jawaban mual muntah (13,4%), dan 69 orang memilih jawaban tidak tahu (18,2%).

Tabel 5.14.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Mahasiswa Non Medis tentang Kontaindikasi Antibiotika

Jawaban Frekuensi (n) Persen (%) Ibu hamil dan lansia 253 66,6

HIV/AIDS 61 16,1 Tidak tahu 66 17,4

Total 380 100,

[image:50.595.114.513.474.588.2]
(51)
[image:51.595.110.514.175.288.2]

Tabel 5.15.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Mahasiswa Non Medis tentang Tempat Penyimpanan Antibiotika

Jawaban Frekuensi (n) Persen (%) Terhindar sinar UV 332 87,4

Terkena sinar UV 14 3,7 Tidak tahu 34 8,9 Total 380 100,0

Berdasarkan tabel 5.15. dapat dilihat bahwa jumlah responden yang menjawab benar pertanyaan tentang tempat penyimpanan antibiotika yaitu terhindar dari sinar UV adalah 332 orang (87,4%), 14 orang memilih jawaban terkena sinar UV (3,7%), dan 34 orang memilih jawaban tidak tahu (8,9%).

Tabel 5.16.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Jawaban Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 293 77,1

Sedang 70 18,4 Kurang 17 4,5 Total 380 100,0

[image:51.595.114.512.455.567.2]
(52)
[image:52.595.109.539.143.441.2]

Tabel 5.17.

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Pengetahuan

No Pertanyaan Jawaban Responden

Benar Salah Tidak Tahu n % n % n % 1 Indikasi penggunaan antibiotika 347 91,3 10 2,6 23 6,1 2 Contoh penyakit yang

menggunakan antibiotika

299 78,6 23 6,1 58 15,3

3 Dosis antibiotika 338 89,0 27 7,1 15 3,9 4 Cara pemilihan antibiotika 270 71,1 84 22,1 26 6,8 5 Resistensi antibiotika 301 79,2 29 7,6 50 13,2 6 Lama penggunaan antibiotika 269 70,8 79 20,8 32 8,4 7 Efek samping antibiotika 260 68,4 51 13,4 69 18,2 8 Kontraindikasi antibiotika 253 66,5 61 16,1 66 17,4 9 Tempat penyimpanan

antibiotika

332 87,4 14 3,7 34 8,9

(53)
[image:53.595.110.513.241.437.2]

5.1.4. Analisis Hasil Penelitian

Tabel 5.18.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Non Medis di USU dengan Penggunaan Antibiotika

Penggunaan Antibiotika

Tingkat Pengetahuan ____________________________ Total

Ya Tidak

____________________________ f % f %

Pengetahuan Baik 218 82,0 75 65,7 293 Pengetahuan Sedang 36 13,5 34 29,9 70 Pengetahuan Kurang 12 4,5 5 4,4 17 Total 266 100,0 114 100,0 380

Dari tabel 5.19. berdasarkan hubungan tingkat pengetahuan dengan penggunaan antibiotika diperoleh nilai p value = 0,001. Maka dapat disimpulkan bahwa p value < α, Ho ditolak. Artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan mahasiswa non medis dengan penggunaan antibiotika.

(54)
[image:54.595.110.513.203.394.2]

Tabel 5.19.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Non Medis di USU dengan Kesesuaian Indikasi Antibiotika

Kesesuaian Indikasi Antibiotika

Tingkat Pengetahuan ____________________________ Total Sesuai Tidak sesuai

____________________________ f % f %

Pengetahuan Baik 282 81,2 11 33,3 293 Pengetahuan Sedang 59 17,0 11 33,3 70 Pengetahuan Kurang 6 1,8 11 33,3 17 Total 347 100,0 33 100,0 380

(55)
[image:55.595.109.513.208.394.2]

Tabel 5.20.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Non Medis di USU dengan Kesesuaian Contoh Penyakit yang Menggunakan Antibiotika

Kesesuaian Contoh Penyakit Menggunakan Antibiotika Tingkat Pengetahuan ____________________________ Total

Sesuai Tidak sesuai ____________________________ f % f %

Pengetahuan Baik 256 85,6 37 45,6 293 Pengetahuan Sedang 40 13,3 30 37,0 70 Pengetahuan Kurang 3 1,0 14 17,2 17 Total 299 100,0 81 100,0 380

Dari tabel 5.21. berdasarkan hubungan tingkat pengetahuan dengan kesesuaian contoh penyakit yang menggunakan antibiotika diperoleh nilai p value

= 0,0001. Maka dapat disimpulkan bahwa p value < α, Ho ditolak. Artinya ada

(56)
[image:56.595.109.513.203.394.2]

Tabel 5.21.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Non Medis di USU dengan Kesesuaian Dosis Antibiotika

Kesesuaian Dosis Antibiotika

Tingkat Pengetahuan ____________________________ Total Sesuai Tidak sesuai

____________________________ f % f %

Pengetahuan Baik 280 82,8 13 30,9 293 Pengetahuan Sedang 55 16,3 15 35,7 70 Pengetahuan Kurang 3 0,9 14 33,3 17 Total 338 100,0 42 100,0 380

(57)
[image:57.595.110.513.206.393.2]

Tabel 5.22.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Non Medis di USU dengan Kesesuaian Cara Pemilihan Antibiotika

KesesuaianCara Pemilihan Antibiotika

Tingkat Pengetahuan ____________________________ Total Sesuai Tidak sesuai

____________________________ f % f %

Pengetahuan Baik 240 88,8 53 48,2 293 Pengetahuan Sedang 30 11,1 40 36,4 70 Pengetahuan Kurang 0 0 17 15,4 17 Total 270 100,0 110 100,0 380

(58)
[image:58.595.111.513.203.393.2]

Tabel 5.23.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Non Medis di USU dengan Kesesuaian Resistensi Antibiotika

Kesesuaian Resistensi Antibiotika

Tingkat Pengetahuan ____________________________ Total Sesuai Tidak sesuai

____________________________ f % f %

Pengetahuan Baik 267 88,7 26 32,9 293 Pengetahuan Sedang 34 11,3 36 45,6 70 Pengetahuan Kurang 0 0 17 21,5 17 Total 301 100,0 79 100,0 380

(59)
[image:59.595.115.513.223.417.2]

Tabel 5.24.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Non Medis di USU dengan Kesesuaian Penghentian Antibiotika

Kesesuaian Penghentian Antibiotika

Tingkat Pengetahuan ____________________________ Total Sesuai Tidak sesuai

____________________________ f % f %

Pengetahuan Baik 233 86,6 60 54,0 293 Pengetahuan Sedang 35 13,0 35 31,5 70 Pengetahuan Kurang 1 0,4 16 14,4 17 Total 269 100,0 111 100,0 380

(60)
[image:60.595.117.515.214.416.2]

Tabel 5.25.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Non Medis di USUdengan Kesesuaian Efek Samping Antibiotika

Kesesuaian Efek Samping Antibiotika Tingkat Pengetahuan ____________________________ Total

Sesuai Tidak sesuai ____________________________ f % f %

Pengetahuan Baik 236 90,8 57 47,5 293 Pengetahuan Sedang 24 9,2 46 38,3 70 Pengetahuan Kurang 0 0 17 14,2 17 Total 260 100,0 120 100,0 380

(61)
[image:61.595.112.514.212.415.2]

Tabel 5.26.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Non Medis di USU dengan Kesesuaian Kontraindikasi Antibiotika

Kesesuaian Kontraindikasi Antibiotika Tingkat Pengetahuan ____________________________ Total

Sesuai Tidak sesuai ____________________________ f % f %

Pengetahuan Baik 229 90,5 64 50,4 293 Pengetahuan Sedang 22 8,7 48 37,8 70 Pengetahuan Kurang 2 0,8 15 11,8 17 Total 253 100,0 127 100,0 380

(62)
[image:62.595.111.515.228.416.2]

Tabel 5.27.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Non Medis di USU dengan Kesesuaian Tempat Penyimpanan Antibiotika

Kesesuaian Tempat Penyimpanan Antibiotika Tingkat Pengetahuan ____________________________ Total

Sesuai Tidak sesuai ____________________________ f % f %

Pengetahuan Baik 279 84,0 14 29,1 293 Pengetahuan Sedang 50 15,0 20 41,7 70 Pengetahuan Kurang 3 0,9 14 29,2 17 Total 332 100,0 48 100,0 380

(63)

5.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa non medis (Fakultas Hukum, Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Pertanian, FISIP, MIPA, Fakultas Sastra, dan Ilmu Komputer) di Universitas Sumatera Utara, diperoleh data yang disebarkan melalui kuesioner kepada 380 orang mahasiswa non medis di Universitas Sumatera Utara. Data tersebut dijadikan sebagai tolak ukur dalam pembahasan dan sebagai hasil akhir dapat dijabarkan sebagai berikut:

5.2.1. Pengetahuan Mahasiswa Non Medis di Universitas Sumatera Utara Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia terhadap objek melalui indera yang dimilikinya, seperti mata, hidung, telinga, dan alat indera lainnya. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

Berdasarkan tabel 5.16. dapat dilihat bahwa dari 380 orang mahasiswa non medis yang ikut serta dalam penelitian ini, 293 orang (77,1%) responden memiliki pengetahuan baik, 70 orang (18,4%) memiliki pengetahuan sedang, dan 17 orang (4,5%) memiliki pengetahuan kurang. Angka ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa non medis di USU sudah baik tetapi belum maksimal. Jumlah tingkat pengetahuan responden yang baik seharusnya lebih tinggi dan bisa mencapai angka maksimal yaitu 100%. Hal ini dapat terwujud bila mahasiswa non medis pernah mendapatkan pengarahan ataupun penyuluhan dari para medis mengenai penggunaan antibiotika yang rasional.

(64)

kesehatan, buku-buku kesehatan, dan koran). Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat bahwa mahasiswa non medis mendapatkan sumber informasi terbanyak tentang penggunaan antibiotika dari teman dan apoteker adalah 153 orang (40,3%), 124 orang (32,6%) dari media elektronik, dan 77 orang (20,3%) dari media cetak. Pengetahuan mahasiswa non medis yang sudah tergolong baik ini sejalan dengan fasilitas yang ada (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan tabel 5.7. dapat dilihat bahwa pengetahuan mahasiswa non medis di USU tentang penggunaan antibiotika sudah dalam kategori baik (77,1%) telah menjawab pertanyaan tentang indikasi antibiotika dengan benar. Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2003) mengenai fasilitas (sumber informasi dari teman dan apoteker) akan mempengaruhi tingkat pengetahuan sesorang.

Selain itu, pengetahuan yang paling penting mengenai penggunaan antibiotika adalah ketepatan dosis. Dosis yang tidak tepat dapat mengakibatkan resistensi antibiotika. Resistensi antibiotika merupakan salah satu faktor penyebab kegagalan dalam pengobatan penyakit, sehingga penyakit menjadi tidak tuntas, berkepanjangan, bahkan kematian. Berdasarkan tabel 5.9. dapat dilihat bahwa pengetahuan mahasiswa non medis di USU sudah dalam kategori baik (88,9%) telah menjawab pertanyaan meminum antibiotika harus sesuai dengan dosis yang ditetapkan oleh dokter. Pengetahuan mahasiswa non medis di USU tentang dosis antibiotika harus sesuai dengan petunjuk dokter (88,9%) dalam kategori baik. Hal ini sejalan dengan pengetahuan mahasiswa non medis di USU mengenai resistensi antibiotika (79,2%) juga dalam kategori baik. Artinya, mahasiswa non medis mengetahui bahwa ketepatan dosis antibiotika akan mempengaruhi resistensi antibiotika.

(65)

non medis di USU harus berpengetahuan baik untuk pertanyaan kontraindikasi antibiotika.

5.2.2. Hubungan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Non Medis di USU dengan Penggunaan Antibiotika

Pengetahuan mahasiswa non medis dikategorikan menjadi 3 bagian yaitu pengetahuan baik, pengetahuan sedang, dan pengetahuan kurang. Berdasarkan tabel 5.19. dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa non medis di Universitas Sumatera Utara jika dihubungkan dengan penggunaan antibiotika, terdapat 218 mahasiswa (82,0%) berpengetahuan baik dengan menggunakan antibiotika, 36 mahasiswa (13,5%) berpengetahuan sedang dengan menggunakan antibiotika, dan 12 mahasiswa (6,3%) berpengetahuan kurang dengan menggunakan antibiotika. Sementara mahasiswa yang tidak menggunakan antibiotika yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 75 orang (65,7%), pengetahuan sedang sebanyak 34 orang (29,9%), dan pengetahuan kurang sebanyak 5 orang (4,4%). Setelah dilakukan uji analisis statistik dengan antara tingkat pengetahuan mahasiswa non medis di Universitas Sumatera Utara dengan penggunaan antibiotika diperoleh nilai p < 0,05 (p= 0,001), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna secara statistik antara tingkat pengetahuan mahasiswa non medis di Universitas Sumatera Utara terhadap penggunaan antibiotika.

(66)

mungkin dipicu oleh media masa, media elektronik seperti televisi, majalah internet, atau iklan surat kabar, dan perilaku juga memberikan kontribusi pada perkembangan penggunaan antibiotika.

Akan tetapi hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Barah (2010) dengan judul penggunaan antibiotika dan pengeta

Gambar

Tabel 4.1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Tabel 5.1.
Tabel 5.2.
Tabel 5.4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

NIM NAMA MAHASISWA J/K NO.. NIM NAMA MAHASISWA

at Penawaran Saudara melalui LPSE Provin i Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah aka dengan ini kami mengundang Saudara u si di Kantor Balai Pelaksana Teknis Bina

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kreativitas iklan dan kredibilitas cellebrity endorser (Syahrini) terhadap keputusan pembelian mie sedaap white

Beliau mengurutkan ciri-ciri pengalaman tersebut sebagai suatu pandangan yang tidak terlukiskan, yaitu pengalaman yang sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata;

Hal ini dapat dibuktikan dengan penghargaan kepada Jurusan Keperawatan sebagai jurusan terbaik dilingkungan Politeknik Kesehatan Surakarta dalam bidang pelayanan

Discussion: Summary of the research was maternal dominant communication to fetus was stroking the belly when the fetus moving and kicking and reciting verses from the Holy

jenis inisering digunakan dalam usaha-usaha pemadatan material yang berbutir kasar.Untuk menambah bobot dari three wheel roller ini, maka roda silinder yangkosong

In this paper, we have presented a uncertainty propagation tech- nique based on the general Gauss-Helmert method to compute the covariance matrix per 3D point and the