• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.8 Perilaku Kesehatan Orang Tua

Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan tindakan tentang kesehatan. Perilaku kesehatan adalah tanggapan seseorang terhadap rangsangan yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku ke dalam tiga domain yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah knowledge, attitude, practice (Sarwono, 2004).

1) Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Notoadmodjo (2007) yaitu :

1. Usia

Usia merupakan lamanya hidup dalam hitungan waktu (tahun). 2. Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

3. Sumber Informasi

Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara salam penyampaian informasi, merangsang pikiran dan kemampuan.

Peran serta orang tua sangat diperlukan dalam membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak, agar anak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan. Orang tua

dengan pengetahuan rendah mengenai kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor predisposisi dari perilaku yang tidak mendukung kesehatan gigi dan mulut anak (Riyanti,2005).

2) Sikap

Menurut Notoatmodjo (2005), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap juga merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan juga merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Sikap orang tua yang baik akan dipengaruhi oleh pengetahuan mengenai pemeliharaan kesehatan gigi. Orang tua yang mencari pengetahuan dan mendiskusikan mengenai kesehatan gigi anak dengan dokter gigi merupakan bukti bahwa orang tua mempunyai sikap positif terhadap kesehatan gigi anak.

3) Tindakan

Tindakan adalah gerakan atau perbuatan dari tubuh setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh suatu lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaanya terhadap stimulus tersebut.

Kesehatan gigi susu sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan gigi tetap. Oleh karena itu, peran orang tua sangat diperlukan di dalam membimbing, memberi pengertian, mengingatkan dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak kelak dapat memelihara kebersihan giginya.

Orang tua merupakan faktor penting pada perawatan kesehatan gigi anak. Orang tua menjadi contoh dalam melakukan promosi kesehatan gigi. Keberhasilan perawatan gigi pada anak dipengaruhi oleh peran orang tua dalam melakukan

perawatan gigi. Orang tua yang menjadi teladan lebih efisien dibandingkan anak yang menggosok gigi tanpa contoh yang baik dari orang tua (Potter & Perry, 2005).

Pendidikan dasar tentang prosedur kesehatan mulut penting dilakukan pada anak sejak tahun pertama kelahiran (0-12 bulan). Beberapa teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang dapat dilaksanakan orangtua adalah :

a. Penggunaan sikat gigi

Ada dua jenis sikat gigi, manual dan elektrik. Sikat gigi manual adalah sikat gigi yang biasa digunakan sehari-hari dengan mengunakan tangan dan terdiri atas kepala sikat, bulu sikat dan tangkai pegangannya. Ukuran kepala sikat maupum kekerasan bulu sikat berbeda dengan anak-anak. Pemilihan sikat gigi pada anak sebaiknya dipilih sikat gigi yang ukurannya kecil dengan tangkai yang mudah digenggam. Bulu sikatnya halus. Bagian kepala sikat menyempit agar mudah menjangkau bagian dalam rongga mulut anak. Anak umur 1-5 tahun bisa memakai sikat dengan 3 deret bulu. American Dental Association menganjurkan ukuran maksimal kepala sikat gigi balita adalah 18x7 mm.

b. Pemakaian pasta gigi

Jumlah rata-rata pasta gigi yang digunakan oleh anak-anak dibawah umur 7 tahun berkisar dari 0,4-1,4 miligram. Perlu diperhatikan tertelannya pasta gigi oleh anak kecil yang tidak berkumur atau meludah dengan baik setelah menggosok gigi. Orang tua harus diberitahu agar mengawasi anaknya membatasi jumlah pasta gigi yang diletakkan pada sikat gigi, kira-kira sebesar kacang polong. Pasta akan memberikan kesegaran gigi dan mulut yang lebih optimal. Pasta gigi sekarang ini mememiliki variasi rasa dan warna yang beredar di pasaran, sehingga

diharapkan mengundang perhatian anak sehingga lebih tertarik dan rajin menyikat gigi.

c. Membersihkan gigi.

Gigi anak dapat dibersihkan dengan menyikat gigi. Waktu menyikat gigi sebaiknya dilakukan teratur, minimal 2 kali sehari yaitu pagi hari setelah sarapan dan sebelum tidur malam. Untuk menyikat gigi secara teratur sebaiknya dilakukan lebih dari 2 menit. Menurut Claessen et al waktu yang tepat untuk menyikat gigi adalah setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam. Tindakan ini dikatakan tepat karena sesuai dengan tujuan menyikat gigi yakni untuk membersihkan gigi dan mulut dari sisa makanan yang menempel pad permukaan gigi setelah selesai makan (Claessen dkk, 2008).

Anak yang berumur 2 tahun, orang tua harus melakukan penyikatan gigi anak sebanyak satu atau dua kali sehari. Setelah anak dapat meludah dan bukan menelan, gunakan pasta gigi sebesar kacang polong untuk mengurangi kemungkinan anak tertelan pasta gigi yang berlebihan.

Anak diatas dua tahun sudah dapat mulai diajarkan cara menyikat gigi. Pertama sekali, orang tua memberikan contoh pada anak cara menyikat gigi setelah itu anak diminta untuk mengikutinya. Posisi yang mudah saat mengajarkan cara meyikat gigi yaitu orang tua berdiri saling berdampingan di depan cermin. Posisi lain juga dapat dilakukan adalah orang tua dan anak saling berhadapan lalu tangan orang tua memandu tangan anak untuk melakukan penyikatan gigi.

Anak berumur 3 sampai 6 tahun, penyikatan gigi yang mudah dan dapat dilakukan sendiri oleh anak adalah metode Fons. Penyikatan gigi dilakukan

dengan gerakan memutar pada gigi anterior amupun posterior. Pada umur ini anak sudah dapat menyikat gigi sendiri namun masih perlu perhatian dari orang tua. Anak sudah bisa diberikan pasta gigi yang mengandung fluor sebesar kacang polong pada sikat gigi anak (Riyanti, 2005).

d. Melakukan pemeriksaan ke dokter gigi

Orang tua harus berperan aktif dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut anaknya. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan membawa anaknya berkunjung ke dokter gigi. Kunjungan ke dokter gigi sejak dini diharapkan untuk membiasakan anak melakukan pemeriksaan gigi secara rutin dan mnegatasi rasa cemas dan ketakutan anak terhadap perawatan gigi dan mulut. Usia ideal untuk memulai kunjujgan ke dokter gigi adalah 2-3 tahun. Pemeriksaan gigi pada umumnya hanya dilakukan pada saat gigi terasa sakit saja, sedangkan saat gigi sudah tidak sakit lagi maka mereka tidak datang ke dokter gigi lagi secara rutin 6 bulan sekali, dan mereka akan datang lagi saat gigi terasa sakit. Sebagian besar penyakit gigi justru terdapat pada mereka yang tidak memeriksakan gigi secara rutin khususnya pada anak-anak usia 5 sampai 10 tahun (Furze H, 2003).

Menurut rekomendasi dari The American Academy of Pediatric Dentistry dan American Dental Association, seseorang anak harus mulai melakukan kunjungan ke dokter gigi setelah gigi sulung pertamanya erupsi dan tidak boleh lebih dari usia 12 bulan. Rekomendasi ini ditujukan untuk mendeteksi dan mengontrol berbagai patologi gigi, terutama karies gigi yang merupakan penyakit mulut yang paling relevan pada anak-anak dan dapat terjadi segera setalah gigi erupsi. Pemeriksaan gigi dapat dilakukan pada bayi dan bila perlu pemberian

fluorida dapat mulai dilakukan pada kunjungan ini untuk menjaga kesehatan mulut dan gigi. Sesuai dengan penelitian Naimar, 2003 menyebutkan bahwa Amerika Serikat menetapkan kunjungan pertama ke dokter gigi sebaiknya pada tahun pertama kehidupan. Hal tersebut didasarkan pada dibangunnya dasar pendidikan preventif dan perawatan gigi dalam rangka mencapai kesehatan mulut yang optimum saat kanak-kanak (Furze H, 2003). Dengan mendapatkan pendidikan kesehatan gigi dari dokter gigi, pengetahuan orang tua terhadap pemeliharaan kesehatan gigi semakin baik (Sondang, 2008).

Dokumen terkait