• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Kandungan Fluorida (F), Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun Tentang Pasta Gigi yang Dipakai di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Area Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Kandungan Fluorida (F), Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun Tentang Pasta Gigi yang Dipakai di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Area Tahun 2015"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA KANDUNGAN FLUORIDA (F), TINGKAT PENGETAHUAN

DAN TINDAKAN ORANG TUA ANAK USIA 4-6 TAHUN TENTANG PASTA GIGI YANG DIPAKAI DI TAMAN KANAK-KANAK

KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH

ATIKA SYAHFITRI HARAHAP NIM. 101000016

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISA KANDUNGAN FLUORIDA (F), TINGKAT PENGETAHUAN

DAN TINDAKAN ORANG TUA ANAK USIA 4-6 TAHUN TENTANG PASTA GIGI YANG DIPAKAI DI TAMAN KANAK-KANAK

KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

ATIKA SYAHFITRI HARAHAP NIM : 101000016

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisa Kandungan Fluorida (F), Tingkat Pengetahuan Dan Tindakan Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun Tentang Pasta Gigi Yang Dipakai Di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Area Tahun 2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Agustus 2015

Yang Membuat Pernyataan

(4)
(5)

ABSTRAK

Penggunaan pasta gigi anak merupakan salah satu upaya dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Beredarnya pasta gigi khusus anak yang mengandung kadar fluorida tinggi menjadikan anak-anak perlu perhatian khusus agar tidak terjadi gangguan kesehatan termasuk diantaranya fluorosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kadar fluorida (F) pada pasta gigi anak dan mengukur tingkat pengetahuan dan tindakan orang tua tentang fluorida (F) pada pasta gigi anak yang dipakai di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Area Tahun 2015.

Jenis penelitian bersifat deskriptif dimana populasi dan sampel orang tua adalah 96 orang dengan teknik Simpel Random Sampling. Data yang dikumpulkan akan dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel dan narasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 2 merek pasta gigi anak yang memenuhi syarat dengan kisaran kandungan sebesar 503,6-565,6 ppm. Ada 4 merek pasta gigi yang tidak memenuhi syarat aman konsumi yaitu 370,6 ppm, 483,6 ppm, 487,6 ppm dan 1004 ppm. Pada tingkat pengetahuan orang tua tentang fluorida (F) pada pasta gigi anak terdiri dari pengetahuan sedang (14,6%) dan pengetahuan baik (85,4%). Sedangkan tindakan orang tua tentang fluorida (F) pasta gigi anak terdiri buruk (1,0%), baik (27,1%) dan sedang (71,9%).

Kesimpulan yang dibuat adalah sebagian besar pasta gigi anak mengandung fluorida (F) tidak memenuhi syarat dan tingkat pengetahuan serta tindakan orang tua baik. Disarankan orang tua dapat mengawasi setiap anak menyikat gigi dan melakukan pemeriksaan dokter secara rutin. Untuk pemerintah diharapkan melakukan pengawasan terhadap keterangan keamanan produk yang beredar dipasaran.

(6)

ABSTRACT

The use of child toothpaste is one effort in maintaining oral health. Circulation of children’s special toothpaste containing high level of fluoride makes the children need special attention to avoid health problems including fluorosis. this research aims to deremine the level of fluoride (F) in child toothpaste and measure the level of knowledge and to know parent’s action about fluoride (F) in child toothpaste which is used in the Kindergarten District of Medan Area 2015.

This research is a descriptive research where the population and sample of parents are 96 people with simple random sampling technique. Data which is collected will be analyzed descriptively in tables and narrative.

The result showed that there are two brands of child toothpaste that is a eligible with a range content of 503.6 to 565.5 ppm. There are four brands of child toothpaste that is not safety requirements consumption : 370,6 ppm, 483,6 ppm, 487,6 ppm, and 1004 ppm. The level of parents’s knowledge about fluoride (F) in the child toothpaste consisted of moderate knowledge (14,6%) and good knowledge (85,4%). While the parents’s action about fluoride (F) in the child toothpaste is bad (1,0%), good (27,1%) and moderate (71,9%).

The conclusion is mostly of child toothpaste containing fluoride (F) is not qualify. The level of knowledge and parents’s action is good. Based on the result of this research, expected to the parents to control their children to brush their tooth and get the routine medical checkup. To the government is expected to supervise of the information security products in the market.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan

rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul

“Analisa Kandungan Fluorida (F), Tingkat Pengetahuan dan Tindakan

Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun Tentang Pasta Gigi Yang Dipakai di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Area Tahun 2015”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Skripsi ini dipersembahkan kepada Ayahanda Syahril Harahap dan Ibunda

Nurhayati, abangda Arief Rahman Hakim Harahap dan adik-adik tercinta yang

selalu memberikan dukungan serta doa yang tiada pernah berhenti selama penulis

menempuh pendidikan.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai

pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan

terimakasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Dosen

Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk member

(8)

3. Ir. Indra Chahaya S, M.Si selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Ketua

Penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran,

bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. Dr. dr. Taufik Ashar, MKM selaku Dosen Penguji II dan Prof.Dr. Dra.

Irnawati Marsaulina, MS selaku Dosen Penguji III Skripsi yang telah

memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam perbaikan sripsi ini.

5. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah memperhatikan penulis selama mengikuti pendidikan di FKM USU.

6. Seluruh dosen beserta staf pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

7. Dra. Ernawati, apt selaku Kepala Penanggungjawab Laboratorium Kimia

Air di Balai Laboratorium Kesehatan Sumatera Utara.

8. Kepala Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) Kecamatan Medan Area.

9. Syahrial Syahputra Siregar, terima kasih untuk doa, semangat dan

dukungannya selama ini.

10.Sahabat tersayang yang selalu memberikan dukungan dan semangat,

Adelia Bastian, Riri Astika Indriyani, Tasya Arida Wijaya, Tengku

Miranda Rizky, Widya Oktalisa dan Syahraeni Pasaribu.

11.Sahabat tersayang saat PBL, Frecilia Agustina, Sylvana Dina, Sri

Novianti, Adelina Situmorang, Ashela Risa, Eela Utharie, Izzah Dienillah,

Nadia dan Roy Maranata, terima kasih untuk semangat, dukungan, serta

(9)

12.Sahabat seperjuangan di FKM USU, Ahmad Taufik, Ahmad Syukroni,

Eko Pranata, Andy Surya, Ziad Husaini, Dian, Fadlan, Imam, Reza, Putri

Rahayu, Enty, terima kasih untuk semangat dan dukungannya.

13.Teman-teman dari Peminatan Kesehatan Lingkungan FKM USU serta

seluruh angkatan 2010 FKM USU, terima kasih untuk semangat,

dukungan dan doa yang diberikan.

14.Untuk semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat

disebutkan satu-persatu, terima kasih untuk semangat, dukungan dan doa

yang telah diberikan.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan,

sehingga diperlukan kritik dan saran yang membangun. Semoga Allah SWT

senantiasa melimpahkan rahmat dan karuniaNya dan semogga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Agustus 2015

Peneliti

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ...iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

RIWAYAT HIDUP ...xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Bahan Toksik Pada Produk Konsumen ... 6

2.2 Fluor ... 10

2.2.1 Sifat-Sifat Fluor ... 11

2.2.2 Sumber Pencemaran Fluor ... 12

2.2.3 Kegunaan Fluor ... 14

2.2.4 Pengendalian Fluor... 15

2.2.5 Dampak Penggunaan Fluor Terhadap Lingkungan dan Manusia ... 17

2.3 Pasta Gigi ... 24

2.3.1 Fungsi Pasta Gigi ... 25

2.3.2 Komposisi Pasta Gigi ... 26

2.3.3 Jenis-Jenis Pasta Gigi ... 30

2.4. Peran Fluorida pada Pasta Gigi ... 35

2.5 Fluorida pada Pasta Gigi Anak ... 37

2.6 Perbedaan Pasta Gigi Anak dan Dewasa ... 39

2.7 Balita ... 41

2.7.1 Karakteristik Balita ... 41

2.7.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Taman Kanak-Kanak ... 42

2.8 Perilaku Kesehatan Orang Tua... 43

(11)

BAB III METODE PENELITIAN ... 51

3.1 Jenis Penelitian ... 51

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 51

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 51

3.2.2 Waktu Penelitian ... 51

3.3 Objek Penelitian ... 51

3.4 Populasi dan Sampel ... 52

3.4.1 Populasi ... 52

3.4.2 Sampel ... 52

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 53

3.5.1 Data Primer ... 53

3.5.2 Data Sekunder ... 54

3.6 Definisi Operasional... 54

3.7 Aspek Pengukuran ... 55

3.7.1 Fluorida (F) ... 55

3.7.2 Tingkat Pengetahuan Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun Tentang Pasta Gigi ... 55

3.7.3 Tindakan Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun Tentang Pasta Gigi ... 56

3.8 Prosedur Pengukuran Fluorida (F) ... 57

3.8.1 Prinsip Pengukuran ... 57

3.8.2 Peralatan dan Bahan ... 57

3.8.3 Cara Kerja ... 58

3.9 Teknik Pengolahan Data ... 59

3.10 Teknik Analisa Data ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 61

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 61

4.1.1 Taman Kanak-Kanak Al-Quran Al-Ikhlas Taqwa ... 61

4.1.2 Taman Kanak-Kanak Raudhatul Athfal Al Manar ... 62

4.1.3 Taman Kanak-Kanak Raudhatul Athfal As-Saadah ... 62

4.2 Hasil Pemeriksaan Fluorida (F) pada Pasta Gigi Anak Yang Biasa Dipakai di Taman Kank-Kanak Kecamatan Medan Area Tahun 2015 ... 63

4.3 Karakteristik Responden ... 64

4.4 Hasil Pengukuran Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Area Tahun 2015 .... 65

4.4.1 Tingkat Pengetahuan Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun Tentang Pasta Gigi Anak ... 65

(12)

BAB V PEMBAHASAN ... 72

5.1 Kandungan Fluorida (F) pada Pasta Gigi Anak ... 72

5.2 Karakteristik Responden ... 75

5.3 Tingkat Pengetahuan Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun Tentang Pasta Gigi Anak ... 75

5.4 Tindakan Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun Tentang Pasta Gigi Anak... 78

BAB VI KESIMPULAN ... 82

6.1 Kesimpulan ... 82

6.2 Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Uji Fluor (F) pada Pasta Gigi Anak oleh LKJ PIRAC ... 38

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Fluorida (F) Pada Pasta Gigi Yang Biasa

Digunakan di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Area ... 63

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Area Tahun 2015 ... 64

Tabel 4.3 Distribusi Umur Anak Responden di Taman Kanak-Kanak

Kecamatan Medan Area Tahun 2015 ... 65

Tabel 4.4 Distribusi Pengetahuan Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun Tentang Pasta Gigi Anak di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Area Tahun 2015 ... 66

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun Tentang Pasta Gigi Anak di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Area Tahun 2015 ... 68

Tabel 4.6 Distribusi Tindakan Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun Tentang Pasta Gigi Anak di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Area Tahun 2015 ... 69

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun Tentang Pasta Gigi Anak di Taman Kanak-Kanak

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Atika Syahfitri Harahap

Tempat lahir : Medan

Tanggal Lahir : 12 April 1992

Suku Bangsa : Batak Mandailing

Agama : Islam

Nama Ayah : Syahril Harahap

Suku Bangsa Ayah : Batak Mandailing

Nama Ibu : Nurhayati

Suku Bangsa Ibu : Minang

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat tahun : SD Negeri 112224 Kota Pinang/2004

2. SLTP/Tamat tahun : SMP Negeri 1 Kota Pinang/2007

3. SLTA/Tamat tahun : SMA Negeri 1 Kotapinang/2010

4. Akademik/Tamat tahun : FKM USU Masuk Tahun 2010 s/d sekarang

(16)

ABSTRAK

Penggunaan pasta gigi anak merupakan salah satu upaya dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Beredarnya pasta gigi khusus anak yang mengandung kadar fluorida tinggi menjadikan anak-anak perlu perhatian khusus agar tidak terjadi gangguan kesehatan termasuk diantaranya fluorosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kadar fluorida (F) pada pasta gigi anak dan mengukur tingkat pengetahuan dan tindakan orang tua tentang fluorida (F) pada pasta gigi anak yang dipakai di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Area Tahun 2015.

Jenis penelitian bersifat deskriptif dimana populasi dan sampel orang tua adalah 96 orang dengan teknik Simpel Random Sampling. Data yang dikumpulkan akan dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel dan narasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 2 merek pasta gigi anak yang memenuhi syarat dengan kisaran kandungan sebesar 503,6-565,6 ppm. Ada 4 merek pasta gigi yang tidak memenuhi syarat aman konsumi yaitu 370,6 ppm, 483,6 ppm, 487,6 ppm dan 1004 ppm. Pada tingkat pengetahuan orang tua tentang fluorida (F) pada pasta gigi anak terdiri dari pengetahuan sedang (14,6%) dan pengetahuan baik (85,4%). Sedangkan tindakan orang tua tentang fluorida (F) pasta gigi anak terdiri buruk (1,0%), baik (27,1%) dan sedang (71,9%).

Kesimpulan yang dibuat adalah sebagian besar pasta gigi anak mengandung fluorida (F) tidak memenuhi syarat dan tingkat pengetahuan serta tindakan orang tua baik. Disarankan orang tua dapat mengawasi setiap anak menyikat gigi dan melakukan pemeriksaan dokter secara rutin. Untuk pemerintah diharapkan melakukan pengawasan terhadap keterangan keamanan produk yang beredar dipasaran.

(17)

ABSTRACT

The use of child toothpaste is one effort in maintaining oral health. Circulation of children’s special toothpaste containing high level of fluoride makes the children need special attention to avoid health problems including fluorosis. this research aims to deremine the level of fluoride (F) in child toothpaste and measure the level of knowledge and to know parent’s action about fluoride (F) in child toothpaste which is used in the Kindergarten District of Medan Area 2015.

This research is a descriptive research where the population and sample of parents are 96 people with simple random sampling technique. Data which is collected will be analyzed descriptively in tables and narrative.

The result showed that there are two brands of child toothpaste that is a eligible with a range content of 503.6 to 565.5 ppm. There are four brands of child toothpaste that is not safety requirements consumption : 370,6 ppm, 483,6 ppm, 487,6 ppm, and 1004 ppm. The level of parents’s knowledge about fluoride (F) in the child toothpaste consisted of moderate knowledge (14,6%) and good knowledge (85,4%). While the parents’s action about fluoride (F) in the child toothpaste is bad (1,0%), good (27,1%) and moderate (71,9%).

The conclusion is mostly of child toothpaste containing fluoride (F) is not qualify. The level of knowledge and parents’s action is good. Based on the result of this research, expected to the parents to control their children to brush their tooth and get the routine medical checkup. To the government is expected to supervise of the information security products in the market.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang

tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain sebab kesehatan gigi dan mulut akan

mempengaruhi kesehatan tubuh. Guna menjaga kesehatan gigi dan mulut, cara

ampuh yang dapat dilakukan yaitu dengan menyikat gigi. Penggunaan pasta gigi

bersama sikat gigi melalui penyikatan gigi adalah salah satu cara yang paling

banyak digunakan oleh masyarakat saat ini dengan tujuan untuk meningkatkan

kebersihan rongga mulut (Yanti, 2005).

Saat ini penggunaan pasta gigi dikalangan masyarakat sudah menjadi

kebutuhan sehari – hari yang tidak hanya dipergunakan orang dewasa tetapi juga anak-anak. Pasta gigi ini dibuat dengan tujuan untuk membersihkan gigi dari sisa

makanan atau minuman, menjaga kesehatan gigi dan gusi, menghilangkan bau

yang tidak sedap dalam rongga mulut, menyegarkan dalam pernafasan serta dapat

mencegah kerusakan gigi yang disebabkan oleh aktifitas bakteri dalam mulut

(Depkes RI, 1996).

Pasta gigi anak yang tersedia dipasaran memiliki kemasan yang menarik dan

ditambah dengan perasa buah sehingga sangat berguna untuk mendorong anak

yang malas sikat gigi. Tetapi kenyataannya, di Indonesia banyak beredar pasta

gigi anak yang tidak melindungi kesehatan anak. Pasta gigi yang beredar

mengandung fluor yang konsentrasinya cukup tinggi dari pada konsentrasi yang

dianjurkan untuk anak. Padahal anak-anak yang berusia dibawah empat tahun

(19)

Indonesia, tidak ada pasta gigi anak yang tidak mengandung fluor, sehingga

anak-anak yang berusia sangat dini sudah menyikat gigi dengan menggunakan pasta

gigi yang mengandung fluor (LKJ PIRAC, 2002).

Menurut Tim Peneliti Lembaga Konsumen Jakarta Public Interest Research

and Advocacy Center (LKJ PIRAC), pasta gigi anak yang beredar dipasaran

Indonesia tidak mengikuti ketentuan yang berlaku. Pasta gigi anak yang beredar

mengandung fluor yang hampir sama jumlahnya dengan pasta gigi orang dewasa,

sehingga dapat mengakibatkan resiko terjadinya fluorosis gigi yang tinggi pada

anak, apalagi fluorosis hanya terjadi pada anak-anak atau pada masa pertumbuhan

dan perkembangan gigi geligi. Dengan demikian di Indonesia sudah didapati

kasus fluorosis gigi pada anak SD di Desa Ciater, Kabupaten Subang yang belum

dapat dipastikan apakah kasus tersebut terjadi akibat pemakaian pasta gigi pada

anak. Dari hasil yang diperoleh menyatakan bahwa air minum di Desa Ciater,

Kecamatan Subang memiliki konsentrasi fluor yang yang cukup rendah, yakni

0,15- 0, 38 ppm (Salam, 2000).

Konsentrasi fluor dalam pasta gigi yang dianjurkan untuk orang dewasa

sebesar 800-1500 ppm sedangkan untuk anak adalah 500-1000 ppm, akan tetapi

sebagian besar pasta gigi anak yang beredar di pasaran Indonesia mengandung

fluor dengan konsentrasi yang tidak aman untuk anak yaitu lebih dari 1000 ppm.

Diduga hal inilah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya fluorosis gigi pada

anak. Pada anak usia dibawah 2 tahun refleks menelan pasta gigi atau tidak

sengaja tertelan masih tinggi pada waktu menyikat gigi karena rasa segar yang

didapat apalagi bila ditambah perasa tertentu. Kebiasaan ini dapat menyebabkan

(20)

Goel yang dikutip oleh Eddy IP (2014), pasta gigi yang mengandung fluoride

tidak cocok digunakan untuk anak-anak di bawah umur empat tahun dan jika

pasta gigi berfluoride sering tertelan dalam jumlah yang signifikan maka dapat

mengakibatkan fluorosis pada anak, kerapuhan tulang, dan pertumbuhannya

terhambat.

Iracemapolis, Brazil memiliki air minum yang tidak mengalami fluoridasi.

Dilakukan penelitian pada anak-anak yang berumur 11 dan 12 tahun yang

bertujuan untuk mengetahui prevalensi fluorosis dan karies di daerah Brazil yang

tidak mengalami fluoridasi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa nilai DMFT

pada tahun 1997 adalah 2,9 sedangkan pada tahun 1991 adalah sebesar 6,7.

Sehingga nilai DMFT di daerah Brazil yang tidak mengalami fluoridasi

mengalami penurunan, dan persentase fluorosis meningkat dari 2% menjadi

10,1% pada tahun 1997. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik

kesimpulan bahwa makanan-makanan yang mengandung fluor serta pemakaian

pasta gigi yang mengandung fluor menjadi faktor penyebab terjadinya fluorosis

tersebut. Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, tidak ditemukannya

bagian-bagian yang penting dari makanan yang dapat meningkatkan pemasukan fluor ke

dalam tubuh secara signifikan sehingga kuat dugaan penyebab fluorosis ini adalah

akibat pemakaian pasta gigi (Pereira AC, 2000).

Pada jenjang Taman kanak-kanak atau usia 4-6 tahun sudah mulai diajarkan

penggunaan pasta gigi bersamaan pada saat menyikat gigi sewaktu mereka mandi.

Para ahli telah melakukan penelitian dan membuktikan bahwa pasta gigi yang

banyak beredar di masyarakat mengandung konsentrasi fluor yang tinggi dapat

(21)

pada anak-anak atau pada masa pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi.

Selain fluor yang berkonsentrasi tinggi pada pasta gigi anak, kecenderungan

menelan pasta gigi saat menyikat gigi juga menjadi faktor penyebab

meningkatnya kejadian fluorosis pada anak. Pengetahuan dan tindakan orang tua

mengenai fluorida juga sangat dibutuhkan terutama dalam menentukan pasta gigi

yang aman dan mengawasi cara menyikat gigi yang benar. Orang tua memiliki

andil yang besar dalam melindungi kesehatan keluarga terutama anak yang sedang

mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.

1.2 Rumusan Masalah

Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwasannya

hampir semua pasta gigi anak-anak yang beredar di Indonesia mengandung

fluorida melebihi kadar batas aman yaitu 500-1000 ppm. Oleh karena itu, penulis

ingin mengetahui apakah kadar fluorida pada pasta gigi anak yang biasa

digunakan dan bagaimana tingkat pengetahuan serta tindakan orang tua anak usia

4-6 tahun tentang pasta gigi yang mengandung fluorida di Taman Kanak-kanak

Al-Ikhlas Taqwa, RA Al Manar dan RA As Saadah Tahun 2015

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui besarnya kadar Fluorida (F) dan tingkat pengetahuan

serta tindakan orang tua anak usia 4-6 tahun tentang pasta gigi yang biasa dipakai

di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Area.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui besarnya kadar fluorida pada merek pasta gigi yang biasa

(22)

2. Mengetahui perbandingan jumlah kadar fluorida masing-masing produk

pasta yang banyak diminati.

3. Mengetahui tingkat pengetahuan dan tindakan orang tua anak usia 4-6

tahun tentang pasta gigi anak yang biasa dipakai anak-anak di Taman

Kanak-Kanak AL-Ikhlas Taqwa, RA Al Manar dan RA As Saadah.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan kepada Badan Pengawasan Obat dan Makanan,

Dinas Kesehatan dan instansi lainnya untuk lebih memperhatikan

kandungan pasta gigi untuk anak-anak yang dipasarkan di masyarakat.

2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang bahaya kandungan

fluorida jika sering tertelan oleh anak-anak pada saat menyikat gigi.

3. Sebagai referensi bagi penelitian lain yang ingin meneliti lebih lanjut

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Toksik Pada Produk Konsumen

Pengertian produk tidak dapat dihilangkan dengan kebutuhan, dikarenakan

produk merupakan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari.

Produk konsumen adalah semua hal meliputi barang atau jasa yang ditawarkan

kepada setiap orang untuk tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya pribadi,

keluarga dan atau rumah tangga dan tidak untuk diperdagangkan kembali

(Nasution A, 2001). Akhir-akhir ini banyak ditemukan produk-produk yang

beredar dipasaran mengandung bahan yang berbahaya bagi kesehatan konsumen.

Produk-produk yang mengandung bahan toksik dapat masuk kedalam tubuh

manusia melalui pernafasan, pencernaan atau masuk melalui pori-pori kulit lalu

beredar keseluruh tubuh sesuai dengan dosis dan lama pajanan seseorang. Hati,

paru-paru dan organ tubuh dalam lainnya merupakan organ yang menjadi tempat

zat-zat yang bersifat toksik terakumulasi didalam tubuh.

Kosmetika termasuk dalam produk yang digunakan konsumen dalam

kebutuhan sehari-hari. Menurut Wall dan Jellinek yang dikutip oleh Tranggono

(2007), kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Di Mesir, 3500

tahun Sebelum Masehi telah digunakan berbagai bahan alami baik yang berasal

dari tumbuh-tumbuhan, hewan maupun bahan alam lain misalnya tanah liat,

lumpur, arang, batubara bahkan api, air, embun, pasir atau sinar matahari. Pada

abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk

kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya

(24)

Sejak semula kosmetika merupakan salah satu segi ilmu pengobatan atau

ilmu kesehatan, sehingga para pakar kosmetik dahulu adalah juga pakar

kesehatan; seperti para tabib, dukun, bahkan penasehat keluarga istana. Dalam

perkembangannya kemudian, terjadi pemisahan antara kosmetik dan obat, baik

dalam hal jenis, efek, efek samping, dan lainnya (Wasitaatmadja, 1997).

Kosmetika merupakan sediaan atau paduan bahan yang siap untuk

digunakan pada bagian luar badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi, dan

rongga mulut antara lain untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah

penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau

badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu

penyakit (Tranggono, 2007). Sama halnya yang disebutkan oleh Wasitaatmadja

(1997) bahwa kosmetik bukan satu obat yang dipakai untuk diagnosis, pengobatan

maupun pencegahan penyakit. Obat bekerja lebih kuat dan dalam sehingga dapat

mempengaruhi struktur dan faal tubuh.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI dalam Tranggono (2007),

kosmetika dibagi ke dalam 13 preparat yaitu :

1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dan lain-lain.

2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dan

lain-lain.

3. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shadow, dan lain-lain.

4. Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dan lain-lain.

5. Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dan lain-lain.

6. Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dan lain-lain.

(25)

8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth washes,

dan lain-lain.

9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dan lain-lain.

10.Preparat kuku, misalnya cat kuku, losion kuku, dan lain-lain.

11.Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindung,

dan lain-lain.

12.Preperat cukur, misalnya sabun cukur, dan lain-lain.

13.Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation,

dan lain-lain.

Sesuai dengan pasal 47 Undang-undang Nomor 36 tahun 2009, pemerintah

telah melakukan berbagai upaya kesehatan yang bertujuan untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, dengan salah

satu upaya kesehatan bagi masyarakat yaitu peningkatan kesehatan gigi dan

mulut.

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral kesehatan secara

keseluruhan dan perihal hidup sehingga perlu dibudidayakan diseluruh

masyarakat. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, bercahaya dan

didukung oleh gusi yang kencang dan berwarna merah muda. Dalam kondisi

normal, dari gigi dan mulut yang sehat tidak tercium bau yang tidak sedap.

Kondisi ini dapat tercapai dengan perawatan gigi yang tepat. Keadaan oral hygine

yang buruk seperti adanya kalkulus dan stain, banyak karies gigi, keadaan tidak

bergigi atau ompong dapat menimbulkan masalah dalam kehidupan sehari-hari

(26)

Praktek kebersihan mulut oleh individu merupakan tindakan pencegahan

yang paling utama dianjurkan yang berarti individu tadi telah melakukan tindakan

pencegahan yang sesungguhnya, praktek kebersihan mulut ini dapat dilakukan

individu dengan cara menggosok gigi (Sriyono, 2005). Tujuan menyikat gigi

adalah untuk menghilangkan dan mengganggu pembentukan plak, membersihkan

gigi dari makanan, debris dan pewarnaan, menstimulasi jaringan gigiva,

mengaplikasikan pasta gigi yang berisi suatu bahan khusus yang ditujukan

terhadap karies, penyakit periodontal, atau sensitivitas (Sriyono, 2005).

Tindakan pencegahan terhadap penyakit gigi dan mulut perlu dilakukan agar

tidak terjadi gangguan fungsi, aktivitas (belajar dan bekerja) dan penurunan

produktivitas kerja yang tentunya akan mempengaruhi kualitas hidup (Depkes RI,

1996).

Upaya pemeliharaan gigi dan mulut sebaiknya dilakukan sejak usia dini.

Usia sekolah dasar merupakan saat yang ideal untuk melatih kemampuan motorik

seorang anak, termasuk dintaranya menyikat gigi. Kemampuan menyikat gigi

secara baik dan benar merupakan faktor yang cukup penting untuk pemeliharaan

kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut. Keberhasilan pemeliharaan kesehatan

dan kebersihan gigi dan mulut juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat,

metode penyikatan gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat (Riyanti,

2005).

Sebagai salah satu preparat dalam kebersihan mulut, pasta gigi yang

digunakan bersama dengan sikat gigi lebih menekankan dari segi fungsi

(27)

dari permukaan gigi. Sehingga diperoleh kesan gigi yang bersih dan nafas yang

segar.

2.2 Fluor

Fluor adalah mineral alamiah yang terdapat di semua sumber air termasuk

laut. Fluor tidak pernah ditemukan dalam bentuk bebas dialam. Fluor bergabung

dengan unsur lain membentuk senyawa fluorida. (Yanti, 2005).

Fluor merupakan salah satu unsur yang melimpah pada kerak bumi. Unsur

ini ditemukan dalam bentuk ion Fluorida (F). Dimana fluorida bersifat organik

dan anorganik yang mengandung elemen fluor. Seperti halnya halogen, fluor

adalah ion monovalen (-1 charge). Zat fluor dapat bersenyawa dengan elemen

atau radikal lainnya seperti hydrofluoric acid (HF), sodium fluorie (NaF), calcium

fluoride (CaF2) dan uranium hexafluoride (UF6) (Achmad, 2004).

Fluor telah digunakan secara luas untuk mencegah karies. Penggunaan

fluor dapat dilakukan dengan fluoridasi air minum, pasta gigi dan obat kumur

yang mengandung fluor, pemberian tablet fluor dan topikal varnish. Tujuan

penggunaan fluor dalam bidang kedokteran gigi adalah untuk melindungi gigi dari

karies (Angela, 2005).

Sejak dulu senyawa fluor yang biasa digunakan adalah sodium fluoride

dan sodium monofluorofosfat. Fluor yang ditambahkan pada pasta gigi rata-rata

mempunyai konsentrasi yang sama yaitu 0,1% atau 1 mg/l, walaupun ada juga

pasta gigi yang konsentrasi fluornya 0,15%. Berarti jumlah ini adalah kira-kira

sama dengan 1 mg fluor dalam 1 gr pasta gigi. Jika mengosok gigi dengan 1 gr

pasta gigi berfluor lalu dilarutkan dalam 10 ml saliva (cairan mulut), maka di

(28)

2.2.1 Sifat-sifat fluor

Ion fluor dalam penggolongan secara kimiawi termasuk dalam golongan

halogen (Golongan 2A). Persenyawaan kimia dalam bentuk fluor paling banyak

terdapat sebagai fluorspar (CaF2), fluorapatit (Ca10F2(PO4)6F2), atau cryolite.

Fluor merupakan unsur yang menunjukkan semua bentuk elemen (ionized,

ionizable, atau nonionizable) yang artinya adalah suatu unsur kimia yang sangat

elektronegatif dibandingkan unsur kimia yang lain. Dengan unsur yang kecil,

afinitas elektron yang tinggi dan ikatan dengan unsur lainnya yang lemah

menyebabkan fluor mempunyai reaktifitas yang kuat dengan elemen jenis lain

(Fejerskov dkk, 1996).

Beberapa ion fluor larut dalam air, akan tetapi fluor yang berikatan dengan

lithium,, alumunium, stronikum, barium, magnesium, kalsium, dan manganese

hanya sedikit yang larut. Campuran kovalen biasanya ditemukan dalam bentuk

non-metal, seperti silicone tetra fluoride dan sulfur heksa fluoride (Fejerskov

dkk,1996).

Fluor merupakan suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki

lambang F dan nomor atom 19. Namanya berasal dari bahasa Latin fluere, berarti

„mengalir‟. Fluor (F) adalah gas halogen beracun univalen berwarna kuning-hijau

pucat, memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk dengan senyawa lain bahkan

dengan gas mulia, memiliki sifat kimia yang paling reaktif dan elektronegatif dari

unsur lain yang menyebabkan kaca, logam bahkan air serta zat lain akan terbakar

dan menyala terang saat direaksikan, memiliki titik lebur pada suhu -219,60 C, dan

(29)

menyebabkan pembakaran kimia parah begitu berhubungan dengan kulit

(Halogen Group, 2009).

2.2.2 Sumber Pencemaran Fluor

Fluor di alam dapat ditemukan di tanah, di air maupun di udara, selain juga

ditemukan pada tanaman. Fluor merupakan elemen yang paling elektronegatif dan

semua elemen kimia, maka secara alamiah tidak pernah dijumpai dalam bentuk

elemen tersendri. Kombinasi secara kimiawi dalam bentuk fluorida, fluor adalah

urutan ke 17 dari susunan elemen, dan keberadaannya merupakan 0.06-0.09% dari

permukaannya tanah. Di daerah pegunungan, kandungan fluor dalam tanah relatif

rendah.

Fluor sebagai unsur kimia halogen dalam tabel periodik yang paling reaktif

sehingga jarang ditemukan dalam keadaan bebas. Fluor sama seperti unsur

halogen lainnya yaitu klor, yodium dan brom didapat dalam bentuk “Binary Compound” yang disebut fluorida. Sumber utama dari fluorida adalah air,

terutama air dari sumur-sumur yang dalam. Fluor ditemukan berikatan dengan

senyawa lain didalam tanah sebagai fluorspar (calcium, fluoride), cryolite (sodium

aluminium fluoride), dan lain-lain mineral seperti fluorapatite, fluorphospat dan

fluorsilikat (Panjaitan, 1995).

Semua air mengandung fluor dalam konsentrasi yang berbeda-beda. Air laut

mempunyai kandungan fluor dengan konsentrasi 0,814 mg/liter. Kadar fluor

dalam air yang berasal dari danau, sungai atau sumur buatan adalah dibawah 0,5

mg/liter. Adanya perbedaan kadar fluor yang bervariasi tersebut, kelihatannya

(30)

Fluorida ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan dan jaringan tubuh. Pada

tahun 1802 telah ditemukan pertama kali tentang adanya fluorida dalam jaringan

tubuh binatang, dimana menunjukkan adanya fluorida dalam fosil gigi gajah.

Selain terdapat dalam gigi, fluorida juga dijumpai dalam tulang. Oleh karena

unsur halogen mempunyai afinitas yang tinggi terhadap kalsium fluorida dalam

makanan biasanya diukur dalam mgr dan ukuran ini hampir sama dengan ukuran

fluorida dalam air yaitu ppm (1 mg fluoride dalam 1 liter air). Kebutuhan fluorida

per hari yang berasal dari makanan adalah sebesar 0,2–0,6 mgr (Panjaitan, 1995).

Daging, buah-buahan, sayur-sayuran dan biji-bijian mengandung sedikit

sekali fluorida. Makanan laut seperti ikan banyak mengandung fluorida, terutama

ikan bertulang halus seperti sardencis, ikan salem dan lain-lain.

Teh dan ikan adalah sumber lain yang mengandung fluor dalam jumlah

yang bermakna. Daun teh yang kering mengandung 75–100 ppm. Daging ikan

mengandung fluor sekitar 1 ppm, sedangkan kulit dan tulang ikan mengandung

lebih dari itu. Jumlah fluorida dalam ikan segar adalah sebesar 7–12 ppm, jika

kandungan fluor dalam air rendah, anda dapat menambah fluor melalui makanan

(Besford J, 1996).

Polusi fluor pada lingkungan dapat terjadi akibat fluor yang berasal dari

pertambangan, pembuangan industri, pembakaran batu bara, pupuk dan pestisida

yang tidak disertai perlindunan. Sumber utama polusi adalah industri dan

pertambangan. Sebagai contoh, sembilan puluh persen sampel udara yang diambil

dari sebuat kota di Republik Federasi Jerman pada tahun 1965, mengandung fluor

(31)

menempel pada tanaman, dan selanjutnya dapat memasuki rantai makanan (WHO,

1994).

2.2.3 Kegunaan Fluor

Pada tahun 1886 ahli kimia Perancis Henri Miossan berhasil mengisolasi

fluor dari senyawanya dengan cara mengelektrolisis lelehan fluorida. Berdasarkan

kerjanya dalam mengisolasi fluor tersebut, Miossan memenangkan penghargaan

Nobel 1906 dalam bidang kimia.

Gas fluor sangat beracun, sehingga dalam keadaan murni gas ini jarang

digunakan, tetapi dalam bentuk senyawa fluor banyak digunakan dalam

kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Dalam bentuk klorofluorokarbon, yaitu cairan atau gas yan tidak

berwarna dan tidak beracun seperti freon (CCI2F2, CCIF3) digunakan

sebagai zat pendispersi dalam semprotan aerosol dan sebagai zat

pendingin (refrigenerant).

2. Politetrafluoroetilena (teflon), yaitu sejenis plastik yang sangat tahan

terhadap sebagian besar reaksi kimia, banyak digunakan dalam industri

automobile, sebagai contoh untuk membuat produk-produk yang

digunakan sebagai paking motor (motor gasket) dan aksesoris

dashboard, serta teflon juga digunakan sebagai pelapis pada bagian

dalam permukaan panic atau peralatan dapur lainnya.

3. Cairan hidrokarbon yang terfluorinasi yang diperoleh dari minyak bumi

(32)

4. Uranium heksafluorida digunakan dalam proses difusi gas untuk

menyediakan bahan bakar bagi pembangkit listrik tenaga atom

(Krisbiyantoro, 2008).

5. Pembuatan aluminium dengan menggunakan kalium fluorida selama

elektrolisis.

6. Pembuatan baja, pupuk asam fosfat, batu bata, ubin, barang-barang dari

tanah liat, semen, kaca dan enamel (Connell & Miller, 2006).

2.2.4 Pengendalian Fluor

Fluoridasi termasuk pasta gigi yang mengandung fluor memang salah satu

cara efektif mengontrol kerusakan gigi seperti karies, namun penggunaannya

harus tepat dosis dan tidak berlebihan dalam pemakaiannya.

Menurut Standar Nasional kadar fluor pada pasta gigi yang baik untuk

anak adalah 500-1000 mg/L (SNI 16-4767-1998). Berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan No.445/Menkes/Per/V/1998 Lampiran 1#34 disebutkan bahwa batas

maksimum garam fluorida dan turunannya dalam sediaan hygiene mulut adalah

0,15% (setara dengan 1500 ppm), jumlah ini sesuai dengan aturan Asean

Cosmetic Directive 76/768/EEC Annex III Bagian 1, aturan FDA Amerika

Serikat, serta ISO 11609 (BPOM, 2009).

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No.

HK.00.05.42.1018 tahun 2008 tentang Bahan Kosmetik telah menetapkan bahwa

jumlah senyawa fluorida yang boleh terkandung dalam pasta gigi tidak boleh dari

0,15% atau 1500 ppm. Hal ini sejalan dengan yang telah ditetapkan oleh

negara-negara di ASEAN kecuali Thailand. Thailand menetapkan kadar fluorida dalam

(33)

kandungan fluorida pada air minum Thailand sudah cukup tinggi. Sedangkan

untuk pasta gigi anak-anak kandungan fluoridanya harus kurang dari 0,1% atau

1000 ppm (BPOM, 2009).

Selain kadar yang dibatasi ada, penandaan-penandaan yang harus

dicantumkan pada kemasan pasta gigi yang berfluorida yaitu tertera mengandung

senyawa fluorida, misalnya sodium fluoride dan untuk pasta gigi yang

mengandung 0,1-0,15% fluoride, kecuali sudah ada penandaan kontra indikasi

untuk anak-anak, misalnya hanya digunakan untuk dewasa maka wajib

mencantumkan “Anak-anak usia 6 tahun dan dibawahnya gunakan seukuran biji

kacang polong (diameter 6 mm) untuk penyikatan gigi yang diawasi untuk

memperkecil kemungkinan tertelan. Dalam hal asupan fluorida dari sumber

lainnya konsultasikan dengan dokter gigi atau dokter”.

Pemakaian pasta gigi sudah dapat dimulai pada usia dua tahun. Pada anak

terutama usia dibawah 2 tahun refleks menelan tinggi sehingga sering menelan

pasta gigi juga karna pasta gigi anak memiliki rasa. Untuk menghindari fluorosis,

banyaknya pasta gigi yang diberikan pada anak-anak dianjurkan sebesar biji

kacang polong (American Dental Association, 2014).

Sesuai dengan rekomendasi American Dental Association menyebutkan

bahwa orang tua disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter gigi sebelum

menggunakan pasta gigi berfluoride kepada anak usia 2 tahun. Untuk

anak-anak usia 2 sampai 6 tahun dianjurkan menggunakan pasta gigi berfluorida

sejumlah ukuran kacang polong pada setiap menyikat gigi.

Selain itu rekomendasi lain mengusulkan untuk anak usia mulai dari 3

(34)

dengan menggunakan pasta gigi berfluorida dalam jumlah tidak lebih dari ukuran

sebutir beras (sekitar 0,1 gram pasta gigi atau 0,1 miligram fluorida) dan

mengawasinya untuk memastikan menggunakan jumlah pasta gigi yang tepat.

Untuk anak-anak 3 sampai 6 tahun, orang tua harus memastikan penggunaan pasta

gigi berfluorida tidak lebih dari sebesar ukuran kacang polong (sekitar 0,25 gram

pasta gigi atau 0,25 mg fluorida) dan mengawasi anak dalam menyikat gigi untuk

meminimalkan terjadinya pasta gigi yang tertelan (American Dental Association,

2014).

2.2.5 Dampak Penggunaan Fluor Terhadap Lingkungan dan Manusia

Zat atau senyawa hasil kegiatan manusia ataupun industri (limbah) biasanya

berbahaya dan mempunyai sifat beracun. Keberadaan zat atau senyawa tersebut di

lingkungan akan sangat membahayakan dan menurunkan kualitas lingkungan

(Darmono, 1995).

Hampir semua sumber atau persediaan air dalam tanah mengandung ion

fluor, meskipun dengan kadar yang berbeda-beda. Ion fluor merupakan elemen

yang sangat elektronegatif dan aktif sehingga terdistribusi di alam secara meluas

dan ditemukan dalam mineral-mineral di tanah, udara, air,tumbuhan, dan juga

binatang.

Fluorida dilepaskan sebagai limbah dari berbagai proses industri seperti

pabrik yang memproduksi baja, aluminium, tembaga, dan nikel serta pabrik

lainnya seperti pengolahan fosfat, pupuk, gelas/kaca, pembuatan keramik dan

bata, serta produksi lem. Penggunaan pestisida yang mengandung fluorida juga

(35)

merupakan industri yang utama dalam pelepasan fluorida ke lingkungan (WHO,

2004).

Dengan pupuk dan pabrik pembuatan asam fosfat, batuan fosfat yang

mengandung fluor yang digunakan dalam proses tersebut, melakukan sejumlah

reaksi untuk membentuk asam hidroflorat (HF) dan silikon tetrafluorida (SiF4)

yang berbentuk gas dan dibuang ke atmosfer. Pada pembuatan aluminium proses

tersebut melibatkan penggunaan kalsium fluorida selama elektrolisis dan gas yang

sama (HF dan SiF4) yang dilepaskan. Mineral yang mengandung fluorida sering

digunakan dalam pembuatan baja, batu bata, ubin, barang-barang dari tanah liat,

semen, kaca, enamel. Batu bara mengandung fluorida 0,001-0,048% yang

menyebabkan pembentukan asam hidroflorat dan silikon tetrafluorida di dalam

proses pembakarannya (Connell dan Miller, 2006).

Dalam lingkungan, silikon tetrafluorida bereaksi dengan air menghasilkan

asam fluorosilat (H2SiF4). Keduanya, asam fluorosilat dan asam hidroflorat yang

merupakan bentuk gas utama dari fluor, yang siap diserap oleh hewan dan

tanaman (Smith dan Hodge, 1979). Partikulat pada umumnya antara lain kriolit,

natrium fluorosilikat, aluminium fluorida, natrium fluorida dipancarkan ke dalam

atmosfer dan mempunyai kelarutan air tanah dari 0,04-4,0 g per 100 mL pada

1000 C. Dengan zat-zat ini, hujan dan keadaan iklim lainnya mempunyai pengaruh

yang kuat terhadap perluasan pengaruh toksik (Connell dan Miller, 2006).

Secara optimal intake fluorida ditentukan antara 0,05 sampai 0,07 mg/kg

berat badan per hari. Menurut Mc Clure, untuk anak-anak usia 1-12 tahun, intake

(36)

intake yang paling optimal untuk pencegahan karies tanpa menimbulkan fluorosis

adalah 0,06 mg/kg berat badan untuk anak usia 1-12 tahun (Buzalaf, 2011).

Kira-kira 75-90% dari fluor yang dikonsumsi diserap didalam lambung yang

bersifat asam, fluor dikonversikan menjadi hydrogen fluoride (HF) dan hampir

40% dari fluor yang dikonsumsi diserap oleh lambung dalam bentuk HF. pH asam

lambung yang tinggi akan mengurangkan absropsi dengan mengurangkan

konsentrasi HF. Fluor yang tidak diabropsi dilambung akan diserap oleh usus dan

pH tidak mempengaruhi absorpsinya berbanding di lambung (Whitford,

1997;IPCS, 2002).

Setelah diabsorpsi di dalam darah, fluor didistribusikan keseluruh tubuh

dengan kira-kira hampir 99% fluor berada di daerah yang tinggi kandungan

kalsium seperti tulang dan gigi (dentin dan enamel) dimana ia tersusun seperti

crystal lattice. Fluor bisa melewati plasenta dan dijumpai didalam air susu ibu

pada kadar yang rendah yaitu sama seperti di dalam darah (WHO, 1996;IPCS,

2002).

Fluor diekskresikan secara primer oleh urin (IPCS, 2002). Urinary fluor

clearance meningkat dengan pH urin disebabkan oleh penurunan konsentrasi HF.

Berbagai faktor seperti diet dan obat-obatan yang bisa memberi efek kepada pH

urin dan ini seterusnya akan memberi efek terhadap fluoride clearance dan

retention (USNRC, 1993).

Menurut salah satu penelitian, diperkirakan 25-38% anak menelan pasta gigi

sewaktu menyikat gigi. Hal ini disebabkan oleh produsen pasta gigi yang sering

menambahkan rasa yang disukai anak-anak ke dalam pasta gigi yang bertujuan

(37)

pasta gigi yang dioleskan di atas sikat giginya atau menelan pasta gigi tersebut

sewaktu menyikat gigi karena anak dibawah umur 5 tahun belum begitu pandai

membuang atau meludahkan cairan yang ada didalam mulutnya (Shulman, 1997).

Gejala awal keracunan fluorida termasuk gangguan pencernaan, mual,

muntah, dan sakit kepala. Dosis minimal yang yang dapat menghasilkan gejala ini

diperkirakan 0,1 sampai 0,3 mg/kg fluorida (yaitu 0,1-0,3 miligram fluorida untuk

setiap kilogram berat badan).

Gejala keracunan fluorida akut hampir sama dengan penyakit umum

lainnya, 80% insiden keracuanan fluorida terjadi pada anak usia 6 tahun dengan

kadar florida 5 mg/kg BB. Sebagaimana dicatat dalam Journal of Public Health

Dentisty : “Memperkirakan kejadian eksposur fluorida beracun nasional juga diperumit oleh adanya bias. Orang tua atau pengasuh mungkin tidak menyadari

gejala yang terkait dengan toksisitas fluorida ringan seperti kolik atau

gastroenteritis, terutama jika mereka tidak melihat anak menelan fluorida.

Demikian pula, karena sifat spesifik dari gejala ringan sampai sedang, dokter tidak

meungkin memasukkan toksisitas fluorida tanpa riwayat konsumsi fluorida”.

Meskipun insiden kejadian tertelannya pasta gigi pada anak banyak yang tidak

terdiagnosis, jumlah laporan ke Poison Control Center di AS mengalami

peningkatan sejak Food and Drugs Administration (FDA) mengeluarkan

peringatan bahaya racun fluorida. Memang di awal 1990-an (sebelum peringatan

FDA), ada sekitar 1.000 laporan keracuan setiap tahun dari pasta gigi fluorida.

Saat ini, terdapat peningkatan 20 kali lipat sejak FDA menambahkan peringatan

(38)

Intake fluorida yang berlebihan dapat menimbulkan masalah-masalah

kesehatan bagi manusia sebagai berikut antara lain :

1. Efek terhadap gigi dan tulang

Efek fluor yang berlebihan pada gigi disebut fluorosis gigi.

Fluorosis gigi merujuk kepada perubahan tampilan enamel gigi yang

disebabkan oleh pengambilan fluor dalam jangka masa panjang ketika

gigi sedang berkembang (Aoba T, Fejerskov O, 2002). Perubahan

tampilan enamel gigi adalah warna gigi menjadi tidak putih, pucat, dan

buram. Ini bisa berupa tumpukan putih yaitu masih pada tahap ringan

sehingga kepada tompokan gelap atau hitam. Warna gigi yang gelap

atau hitam ini terlihat pada fluorosis yang lebih berat dan enamelnya

juga menjadi lunak dan rapuh. Tanda pertamanya berupa erupsi gigi

dengan enamel yang berbintik-bintik (mottled enamel).

Fluorosis gigi merupakan suatu fenomena yang terjadi pada masa

pembentukan gigi, maka hanya anak berusia 8 tahun ke bawah yang

memiliki risiko tinggi terkena fluorosis. Sedangkan anak berusia di atas

8 tahun tidak berisiko terkena fluorosis. Pada masa ini apabila

seseorang terpapar fluorida lebih dari 1 ppm setiap harinya minimal 2

tahun, maka dapat menimbulkan noda cokelat kehitaman pada

permukaan gigi. Namun, proses ini akan berhenti saat anak berusia 13

tahun karena proses pembentukan enamel telah sempurna (Centers for

Disease Control and Prevention, 2001).

Keparahan kondisi ini tergantung kepada dosis, durasi dan masa

(39)

terjadinya fluorosis pada tulang adalah antara 8-10 ppm. Fluorosis pada

tulang ini ditunjukkan oleh adanya pertambahan ketebalan

tulang-tulang kortikal panjang pada endosteal dan periosteal.

2. Kanker

Banyak penelitian dilakukan terhadap pekerja terutamnya dalam

bidang peleburan aluminium dilaporkan terdapat peningkatan insiden

dan mortalitas akibat kanker paru, kanker kandung kemih dan juga

kanker-kanker lain. Hasil penelitian Grandjean, Olsen (2004) di

Denmark terhadap pekerja pabrik cryolite yang berbentuk cohort

selama 12 tahun telah menunjukkan hasil yaitu mortalitas total lebih

dari 90%. Kematian pekerja-pekerja ini kebanyakannya adalah akibat

kanker dengan insiden yang paling tinggi adalah kanker paru primer

dan kanker kandung kemih. Grandjean dan Olsen membuat kesimpulan

bahwa fluor perlu dipertimbangkan sebagai antara faktor yang

menyebabkan kanker kandung kemih dan kanker paru primer.

3. Penurunan IQ

Berdasarkan kepada penemuan reset yang terkini, didapati bahwa

fluor (F) menyebabkan disfungsi neuronal dan cedera pada sinap

dengan mekanisme yang melibatkan produksi radikal bebas dan

peroksidasi lipid (Shivarajashankara et al., 2001). Penelitian oleh Lu et

al (2000) di China yang mengkaji mengenai efek kadar fluor yang

tinggi didalam air minum terhadap IQ anak-anak telah menunjukkan

(40)

fluornya tinggi mempunyai IQ yang lebih rendah berbanding anak-anak

yang minum air dengan kandungan fluor yang rendah.

Biomekanisme cara kerja dari fluor yang bisa menurunkan IQ

masih tidak jelas namun terdapat bukti yang menyatakan bahwa ini

mungkin melibatkan alterasi lipid membran dan menurunnya aktivitas

kholinesterase di otak. Fluor juga diketahui mempunyai adverse effect

terhadap aktivitas kholinesterase yang terlibat dalam hidrolisis ester

choline. Efek toksik ini bisa menyebabkan perubahan utilisasi

acethycholine, seterusnya memberi efek terhadap transmisi impuls saraf

pada jaringan otak (Vani, Reddy, 2000).

2.3 Pasta Gigi

Dalam catatan sejarah, pertama kali pasta gigi pada peradaban manusia

ditemukan pada 1550 SM di Mesir Kuno, dimana bahan-bahan pembuatnya terdiri

dari campuran serbuk batu api, tanah liat, kemenyan dan madu.sedangkan pada

masa Romawi dan Yunani Kuno, pasta gigi terbuat dari serbuk tanduk rusa,

serbuk tulang hewan, serbuk batu apung dan marmer, madu dan berbagai macam

tumbuhan obat yang digunakan hingga ke zaman pertengahan. Sedangkan produk

pasta gigi komersial yang sudah diproduksi di pasaran dimulai di Amerika Serikat

pada tahun 1850 dengan nama Sheffield Toothpaste (Mitsui, 1997).

Sedian pembersih gigi adalah sediaan semi padat yang efektif sebagai

medium perawatan yang terdiri dari campuran bahan penggosok, bahan

pembersih, dan bahan tambahan agar zat aktif dapat berkerja pada permukaan gigi

dengan efek utamanya yaitu membuat permukaan gigi lebih resisten terhadap

(41)

mukosa mulut (SNI 12-3524-1995). Sediaan pembersih gigi dapat berupa pasta,

gel, pasta dengan lapisan berwarna, serbuk atau cairan. Sediaan dalam bentuk gel

umumnya disukai karena mempuyai penampilan yang lebih baik. Namun sediaan

dalam bentuk pasta maupun gel, masyarakat menyebutnya sebagai pasta gigi (J.

B.Wilkinson dan Moore, 2000).

Pasta gigi merupakan salah satu media dalam menjaga kesehatan gigi dan

mulut yang dipakai bersamaan sikat gigi untuk membersihkan permukaan gigi

dari sisa makanan yaitu materi alba, film, food debris dan stain yang dapat

menyebabkan kerusakan pada jaringan gigi. Menurut American Council on Dental

Therapeutics (1970), pasta gigi adalah suatu bahan yang digunakan dengan sikat

gigi untuk membersihkan tempat-tempat yang dapat dicapai. Saat ini seluruh pasta

gigi yang beredar di masyarakat, baik untuk orang dewasa maupun anak-anak,

sebagian besar mengandung flour.

Pasta gigi didefinisikan suatu bahan semi-aqueous yang digunakan

bersama-sama sikat gigi untuk membersihkan deposit dan memoles seluruh permukaan

gigi. Pasta gigi biasa digunakan pada saat menyikat gigi dengan menggunakan

sikat gigi. Penggunaan pasta gigi bersamaan sikat gigi melalui penyikatan gigi

adalah salah satu cara yang paling banyak digunakan masyarakat saat ini dengan

tujuan untuk meningkatkan kebersihan rongga mulut.

2.3.1 Fungsi Pasta Gigi

Fungsi pasta gigi adalah untuk membersihkan gigi yang dianggap sebagai

bahan kosmetik. Pasta gigi yang digunakan pada saat menyikat gigi memiliki

fungsi utama yaitu membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan atau minuman,

(42)

dapat mencegah kerusakan gigi yang disebabkan oleh aktifitas bakteri dalam

mulut, mencegah terjadinya karang gigi dan radang gusi (Depkes RI, 1996).

Menyikat gigi dengan pasta gigi adalah penting. Pasta gigi digunakan di

dalam menyikat gigi dengan berbagai alasan :

1. Pasta gigi dan teknik penyikatan gigi yang benar dapat bekerja untuk

menghilangkan plak dan menghambat pertumbuhan bakteri merugikan

yang melekat pada gigi dimana dapat menyebabkan karies, penyakit

gingiva.

2. Pasta gigi yang mengandung fluorida, dapat membuat seluruh

permukaan gigi lebih resisten untuk berlubang dan fluorida dapat

meningkatkan remineralisasi secara dini sehingga mencegah perusakan

gigi yang lebih lanjut.

3. Komposisi tertentu pada pasta gigi dapat membantu membersihkan dan

mengkilatkan gigi dan menyingkirkan stain.

4. Pasta gigi membantu menyegarkan nafas dan membuat mulut terasa

lebih bersih.

5. Pemakaian pasta gigi dapat menyenangkan penyikatan dengan adanya

bahan pemberi rasa yang dikandungnya.

6. Pasta gigi dapat digunkan sebagai vehikel (bahan untuk memasukkan

obat) yang cocok untuk memasukkan obat-obatan ke dalam mulut (Oral

Health Care Product, 1994).

2.3.2 Komposisi Pasta Gigi

Hampir semua pasta gigi mengandung lebih dari satu bahan aktif dan

(43)

Umumnya pasta gigi yang beredar di pasaran saat ini adalah kombinasi dari bahan

abrasif, deterjen dan satu atau lebih bahan terapeutik. Komposisi pasta gigi beserta

fungsi bahan-bahan yang terkandung akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Bahan abrasif (20-50%)

Bahan abrasif yang terdapat pada pasta gigi umumnya berbentuk

bubuk pembersih yang dapat memoles dan menghilangkan stain dan

plak. Bentuk dan jumlah bahan abrasif dalam pasta gigi membantu

untuk menambah kekentalan pasta gigi. Contoh bahan abrasif antara

lain silica atau hydrated silica, sodiaum bikarbonat, aluminium oxide,

dikalsium fosfat dan kalsium karbonat.

2. Air (20-40%)

Air dalam pasta gigi berfungsi sebagai pelarut.

3. Humectant atau pelembab (20-35%)

Humectant adalah bahan penyerap air dari udara dan menjaga

kelembaban. Digunakan untuk menjaga pasta gigi tetap lembab.

4. Bahan perekat (1-2%)

Bahan perekat ini dapat mengontrol kekentalan dan memberikan

bentuk krim dengan cara mencegah terjadinya pemisahan dalam solid

dan liquid pada suau pasta igi. Contohnya glycerol, sorbitol dan

polyethylene glycol (PEG) dan cellulose gum.

5. Surfectan atau Deterjen (1-3%)

Bahan deterjen yang banyak terdapat dalam pasta gigi di pasaran

adalah Sodium Lauryl Sulphate (SLS) yang berfungsi menurunkan

(44)

memberikan busa sehingga pembuangan plak, debris, material alba dan

sisa makanan menjadi lebih mudah. Sodium Lauryl Sulphate ini juga

memiliki efek antti bakteri.

6. Bahan penambah rasa (0-2%)

Biasanya pasta gigi mengunakan pemanis buatan untuk memberikan

cita rasa yang beraneka ragam. Misalnya rasa mint, stroberi, kayu

manis bahkan rasa permen karet untuk pasta gigi anak. Tambahan rasa

pada pasta gigi akan membuat menyikat gigi menjadi menyenangkan.

7. Bahan terapeutik (0-2%)

Bahan terapeutik yang biasa ditambahkan dalam pasta gigi adalah

flour, bahan desensitisasi, bahan anti-tartar, bahan antimikroba, bahan

pemutih, bahan pengawet. Manfaat masing-masing bahan terapeutik

adalah :

a.Fluoride

Penambahan fluoride pada pasta gigi dapat memperkuat enamel

dengan cara membuatnya resisten terhadap asam dan menghambat

bakteri untuk memproduksi asam. Jenis fluoride yang terdapat dalam

pasta gigi adalah Stannous fluoride, Sodium fluoride dan Sodium

monofluorofosfat. Stannous, Stannous fluoride atau Tin fluor

merupakan fluor yang pertama ditambahkan dalam pasta gigi yang

digunakan secara bersamaan dengan bahan abrasif (kalium fosfat).

Fluor ini bersifat antibakterial namun kelemahannya dapat membuat

(45)

yang paling sering ditambahkan dalam pasta gigi, tapi tidak dapat

digunakan bersamaan dengan bahan abrasif.

b.Bahan desensitisasi

Jenis bahan desensitisasi adalah bahan yang digunakan untuk

perawatan hipersensitivitas denti/hipersensi. Bahan sensitivitas yang

sering digunakan dalam pasta gigi adalah Potassium citrate yang dapat

memblok transmisi nyeri di antara sel-sel syaraf dan Stronsium

chloride yang dapat memblok tubulus dentin.

c.Bahan anti-tartar

Bahan ini digunakan untuk mengurangi kalsium dan magnesium dalam

saliva sehingga keduanya tidak dapat berdeposit pada permukaan gigi,

misalnya Tetrasodium pyrophosphate.

d.Bahan antimikroba

Bahan ini digunakan untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan

bakteri, misalnya Trikolsan (bakterisidal), Zinc citrate atau Zinc

phosphate (bakteriostatik). Selain itu, ada beberapa herbal yang

ditambahkan sebagai anti mikroba dalam pasta gigi misalnya daun

sirih dan siwak.

8. Bahan pemutih (0,05-0,5%)

Bahan pemutih yang biasa digunakan antara lain Sodium carbonat,

Hidrogen peroksida, citroxane, dan sodium hexametaphospate

9. Bahan pengawet (0,05-0,5%)

Bahan pengawet ini berfungsi untuk menceah pertumbuhan

(46)

ditambahkan dalam pasta gigi adalah Sodium benzoate,

Methylparaben, dan Etihylparaben (Storehagen, 2003).

2.3.3 Jenis-jenis Pasta Gigi

Pada masa lampau, pasta gigi yang digunakan bersamaan dengan sikat gigi

hanya bersifat sebagai alat kosmetik. Sesuai dengan perkembangan zaman banyak

pasta gigi mempunyai efek untuk merawat penyakit mulut dan mencegah karies

gigi, sehingga sukar dibedakan dengan jelas antara pasta gigi yang berefek

kosmetik dan yang berefek terapi.

Ada bebarapa jenis pasta gigi yaitu pasta gigi anti karies, pasta gigi anti

plak, pasta gigi pemutih dan pasta gigi herbal :

1. Pasta gigi anti karies

Pasta gigi yang beredar dipasaran umumnya mengandung fluor dalam

bentuk Natrium fluoride (NaF), Stanium Fluoride (SnF) dan Sodium

monofluorofosfat (NaMNF). Pasta gigi fluoride efektif dalam mencegah

dan mengendalikan karies gigi. Fluor dapat menghambat demineralisasi

enamel dan meningkatkan remineralisasi. Fluor sangat berperan penting

terhadap peningkatan kesehatan gigi. Contoh pasta gigi anti karies

adalah Colgate, Pepsodent dan Fluordine.

2. Pasta gigi anti plak

Selama dua dekade terakhir, banyak pasta gigi telah diformulasikan

mengandung senyawa antimikroba untuk mencegah atau mengurangi

plak, kalkulus dan karies gigi. Salah satu senyawa tersebut adalah

triklosan. Triklosan (2,4 trikloro-2’-hidroksi difenil eter) adalah suatu

(47)

concentration atau konsentrasi penghambat minimal terhadap banyak

bakteri oral kurang dari 10 µg/g) terhadap kebanyakan bakteri yang

membentuk plak. Anti mikroba ini terabsorbsi ke permukaan oral tetapi

tidak menimbulkan stein. Contoh merek dagangnya adalah Antiplague,

AP-24

3. Pasta gigi pemutih

Pasta gigi untuk pemutih meliputi enzim, peroksida, surfaktan, sitrat,

pirofosfat dan hexametaphosphate. Contoh merek dagangnya adalah

Diamond, dan Opale.

4. Pasta gigi anti hipersensitivitas

Hipersensitivitas dentin merupakan suatu kondisi dari gigi yang sakit,

berupa rasa sakit yang singkat dan tajam, diakibatkan dentin yang

tersingkap dalam menerima stimulus yang berasal dari luar. Jenis bahan

desensitisasi yang digunakan dalam pasta gigi adalah Potassium citrate

dan Stronsium chloride. Contoh merek daangnya adalah Colgate

Sensitive, Sensodyne dan Sensodyne-F.

5. Pasta gigi herbal

Pasta gigi herbal merupakan pasta gigi yang mengandung bahan-bahan

alami pilihan. Penelitian klinis tentang pasta gigi yang mengandung

herbal telah banyak dilakukan oleh para ahli (Panjaitan, 1997).

Menurut kegunaannya, pasta gigi dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu:

1. Fungsi kosmetik. Pasta gigi kosmetik ini tidak mengandung bahan

obat-obatan. Efek penggunaan pasta gigi yang bersifat kosmetik ini adalah

(48)

materi alba, plak, sisa-sisa makanan dan memberikan kesegaran pada

nafas.

2. Fungsi kosmetik terapeutik. Penggunaan pasta gigi ini adalah untuk

memelihara secara cermat dan menghilangkan plak gigi secara

fisis-mekanis. Efek dari pasta gigi ini adalah sebagai bahan terapi untuk

mencegah karies, kalkulus dan menghambat penyakit gingiva.

3. Fungsi terapeutik. Pasta gigi ini mengandung obat-obatan. Fungsi pasta

gigi ini adalah membawa oabat-obatan ke permukaan gigi atau ke

sekitar pasta gigi, misalnya: plak, saliva, dan jaringan mukosa. Efek

pasta gigi secara klinis dapat mengurangi plak, kalkulus, karies, dan

penyakit gingival, akan tetapi pasta gigi akan berfungsi atau dapat

memberikan efek jika obat-obatan tersebut bereaksi secara kimiawi atau

secara farmakologi dengan hidroxil apatit. Efek pasta gigi juga

tergantung pada ketepatan prosedur atau cara menyikat gigi. Pasta gigi

terapeutik ini dibagi lagi dalam dua kelompok, yaitu pasta gigi

terapeutik yang tidak mengandung fluor dan pasta gigi terapeutik yang

mengandung fluor (Houwink, 1993).

Pasta gigi terapeutik ini dibagi dalam dua kelompok yaitu :

1. Pasta gigi terapeutik yang tidak mengandung fluor

Ada beberapa macam pasta gigi yang termasuk ke dalam pasta gigi

terapeutik yang tidak mengandung fluor, yaitu :

a. Pasta gigi yang mengandung ammonium,

b. Pasta gigi yang mengandung klorofil,

(49)

d. Pasta gigi yang mengandung antienzim,

e. Pasta gigi yang mengandung oksidator,

f. Pasta gigi yang mengandun enzim proteolitik.

Pada pasta gigi yang diatas digunakan untuk perawatan penyakit

periodontal.

2. Pasta gigi terapeutik yang mengandung fluor

Menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluor merupakan

salah satu cara penggunaan fluor secara topikal untuk gigi yang sudah

erupsi. Penggunaan fluor sebagai bahan topikal telah dilakukan sejak

lama dan telah terbukti menghambat pembentukan asam dan

pertumbuhan mikroorganisme sehingga menghasilkan peningkatan yang

signifikan dalam mempertahankan permukaan gigi dari proses karies.

Konsentrasi fluor dalam pasta gigi adalah 1000 ppm/1 miligram fluor

dalam 1 gram pasta gigi yang mengandung fluor. Dengan pasta gigi

yang mengandung fluor dapat diharapkan menghambat karies sebesar

15-30%.

a. Pasta gigi yang mengandung sodium fluoride, merupakan

campuran pertama fluorida yang digunakan dalam formulasi pasta

gigi dipakai juga sebagai bahan topikasl aplikasi fluor. Melalui

penelitian terhadap pasta gigi yang mengandung 0,22% sodim

fluorida diketahui bahwa kandungan ini tidak efektif dalam

menurunkan insiden karies karena bahan ini tidak dapat

(50)

sebagai bahan abrasif karena dapat membentuk kalsium fluoride

yang tidak dapat terlarut.

b. Pasta gigi yang mengandung stannous fluoride, pasta gigi yang

mengandung 0,4% stannous fluorida dan kalsium pirofosfat

sebagai bahan pembersih dan pengkilat merupakan pasta gigi

yang telah dikenal luas, di mana kalsium pirofosfat ini dipilih

karena merupakan bahan abrasif yang cukup baik dan dapat

dikombinasikan dengan stannous fluorida. Bahan ini efekti

Gambar

Tabel 2.1 Hasil Uji Fluor (F) pada Pasta Gigi Anak oleh LKJ PIRAC
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Fluorida (F) Pada Pasta Gigi Yang Digunakan
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan dan
Tabel 4.4. Distribusi Pengetahuan Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN OLEH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK USIA BALITA (Studi Fenomenologi Perilaku

audiovisual terhadap pengetahuan orang tua tentang karies gigi pada anak usia. 5-9 tahun di desa

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui sejauhmana peran guru dan orang tua dalam menanaman budi pekerti pada anak usia dini di Taman Kanak-kanak

penyusunan skripsi yang berjudul “ Hubungan Pengetahuan Sikap dan Tindakan Orang Tua tentang Pemberian Stimulasi Motorik Kasar terhadap Kemampuan Berjalan Anak ”.. Adapun

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan orang tua tentang kesehatan gigi dan mulut terhadap indeks karies gigi pada anak usia enam

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Dini Anak Usia Dini Melalui Model Akuisisi Literasi Di TK.. Cahaya Bangsa

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul:“Peran Orang Tua Dalam melatih Kemandirian Anak Usia Pra Sekolah (3-6 Tahun) Di Bustanul Athfal (BA)

LEMBAR PERSETUJUAN Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : GAMBARAN TINGKAT STRESS ORANG TUA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI MASA PEMBELAJARAN TATAP