ANALISA KANDUNGAN FLUORIDA (F), TINGKAT PENGETAHUAN
DAN TINDAKAN ORANG TUA ANAK USIA 4-6 TAHUN TENTANG PASTA GIGI YANG DIPAKAI DI TAMAN KANAK-KANAK
KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2015
SKRIPSI
OLEH
ATIKA SYAHFITRI HARAHAP NIM. 101000016
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISA KANDUNGAN FLUORIDA (F), TINGKAT PENGETAHUAN
DAN TINDAKAN ORANG TUA ANAK USIA 4-6 TAHUN TENTANG PASTA GIGI YANG DIPAKAI DI TAMAN KANAK-KANAK
KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2015
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH
ATIKA SYAHFITRI HARAHAP NIM : 101000016
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisa Kandungan Fluorida (F), Tingkat Pengetahuan Dan Tindakan Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun Tentang Pasta Gigi Yang Dipakai Di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Area Tahun 2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Agustus 2015
Yang Membuat Pernyataan
ABSTRAK
Penggunaan pasta gigi anak merupakan salah satu upaya dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Beredarnya pasta gigi khusus anak yang mengandung kadar fluorida tinggi menjadikan anak-anak perlu perhatian khusus agar tidak terjadi gangguan kesehatan termasuk diantaranya fluorosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kadar fluorida (F) pada pasta gigi anak dan mengukur tingkat pengetahuan dan tindakan orang tua tentang fluorida (F) pada pasta gigi anak yang dipakai di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Area Tahun 2015.
Jenis penelitian bersifat deskriptif dimana populasi dan sampel orang tua adalah 96 orang dengan teknik Simpel Random Sampling. Data yang dikumpulkan akan dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel dan narasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 2 merek pasta gigi anak yang memenuhi syarat dengan kisaran kandungan sebesar 503,6-565,6 ppm. Ada 4 merek pasta gigi yang tidak memenuhi syarat aman konsumi yaitu 370,6 ppm, 483,6 ppm, 487,6 ppm dan 1004 ppm. Pada tingkat pengetahuan orang tua tentang fluorida (F) pada pasta gigi anak terdiri dari pengetahuan sedang (14,6%) dan pengetahuan baik (85,4%). Sedangkan tindakan orang tua tentang fluorida (F) pasta gigi anak terdiri buruk (1,0%), baik (27,1%) dan sedang (71,9%).
Kesimpulan yang dibuat adalah sebagian besar pasta gigi anak mengandung fluorida (F) tidak memenuhi syarat dan tingkat pengetahuan serta tindakan orang tua baik. Disarankan orang tua dapat mengawasi setiap anak menyikat gigi dan melakukan pemeriksaan dokter secara rutin. Untuk pemerintah diharapkan melakukan pengawasan terhadap keterangan keamanan produk yang beredar dipasaran.
ABSTRACT
The use of child toothpaste is one effort in maintaining oral health. Circulation of children’s special toothpaste containing high level of fluoride makes the children need special attention to avoid health problems including fluorosis. this research aims to deremine the level of fluoride (F) in child toothpaste and measure the level of knowledge and to know parent’s action about fluoride (F) in child toothpaste which is used in the Kindergarten District of Medan Area 2015.
This research is a descriptive research where the population and sample of parents are 96 people with simple random sampling technique. Data which is collected will be analyzed descriptively in tables and narrative.
The result showed that there are two brands of child toothpaste that is a eligible with a range content of 503.6 to 565.5 ppm. There are four brands of child toothpaste that is not safety requirements consumption : 370,6 ppm, 483,6 ppm, 487,6 ppm, and 1004 ppm. The level of parents’s knowledge about fluoride (F) in the child toothpaste consisted of moderate knowledge (14,6%) and good knowledge (85,4%). While the parents’s action about fluoride (F) in the child toothpaste is bad (1,0%), good (27,1%) and moderate (71,9%).
The conclusion is mostly of child toothpaste containing fluoride (F) is not qualify. The level of knowledge and parents’s action is good. Based on the result of this research, expected to the parents to control their children to brush their tooth and get the routine medical checkup. To the government is expected to supervise of the information security products in the market.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul
“Analisa Kandungan Fluorida (F), Tingkat Pengetahuan dan Tindakan
Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun Tentang Pasta Gigi Yang Dipakai di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Area Tahun 2015”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
Skripsi ini dipersembahkan kepada Ayahanda Syahril Harahap dan Ibunda
Nurhayati, abangda Arief Rahman Hakim Harahap dan adik-adik tercinta yang
selalu memberikan dukungan serta doa yang tiada pernah berhenti selama penulis
menempuh pendidikan.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada :
1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Dosen
Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk member
3. Ir. Indra Chahaya S, M.Si selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Ketua
Penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran,
bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
4. Dr. dr. Taufik Ashar, MKM selaku Dosen Penguji II dan Prof.Dr. Dra.
Irnawati Marsaulina, MS selaku Dosen Penguji III Skripsi yang telah
memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam perbaikan sripsi ini.
5. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memperhatikan penulis selama mengikuti pendidikan di FKM USU.
6. Seluruh dosen beserta staf pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
7. Dra. Ernawati, apt selaku Kepala Penanggungjawab Laboratorium Kimia
Air di Balai Laboratorium Kesehatan Sumatera Utara.
8. Kepala Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) Kecamatan Medan Area.
9. Syahrial Syahputra Siregar, terima kasih untuk doa, semangat dan
dukungannya selama ini.
10.Sahabat tersayang yang selalu memberikan dukungan dan semangat,
Adelia Bastian, Riri Astika Indriyani, Tasya Arida Wijaya, Tengku
Miranda Rizky, Widya Oktalisa dan Syahraeni Pasaribu.
11.Sahabat tersayang saat PBL, Frecilia Agustina, Sylvana Dina, Sri
Novianti, Adelina Situmorang, Ashela Risa, Eela Utharie, Izzah Dienillah,
Nadia dan Roy Maranata, terima kasih untuk semangat, dukungan, serta
12.Sahabat seperjuangan di FKM USU, Ahmad Taufik, Ahmad Syukroni,
Eko Pranata, Andy Surya, Ziad Husaini, Dian, Fadlan, Imam, Reza, Putri
Rahayu, Enty, terima kasih untuk semangat dan dukungannya.
13.Teman-teman dari Peminatan Kesehatan Lingkungan FKM USU serta
seluruh angkatan 2010 FKM USU, terima kasih untuk semangat,
dukungan dan doa yang diberikan.
14.Untuk semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu, terima kasih untuk semangat, dukungan dan doa
yang telah diberikan.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan,
sehingga diperlukan kritik dan saran yang membangun. Semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan rahmat dan karuniaNya dan semogga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Agustus 2015
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ...iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ...viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
RIWAYAT HIDUP ...xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1 Tujuan Umum ... 5
1.3.2 Tujuan Khusus ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Bahan Toksik Pada Produk Konsumen ... 6
2.2 Fluor ... 10
2.2.1 Sifat-Sifat Fluor ... 11
2.2.2 Sumber Pencemaran Fluor ... 12
2.2.3 Kegunaan Fluor ... 14
2.2.4 Pengendalian Fluor... 15
2.2.5 Dampak Penggunaan Fluor Terhadap Lingkungan dan Manusia ... 17
2.3 Pasta Gigi ... 24
2.3.1 Fungsi Pasta Gigi ... 25
2.3.2 Komposisi Pasta Gigi ... 26
2.3.3 Jenis-Jenis Pasta Gigi ... 30
2.4. Peran Fluorida pada Pasta Gigi ... 35
2.5 Fluorida pada Pasta Gigi Anak ... 37
2.6 Perbedaan Pasta Gigi Anak dan Dewasa ... 39
2.7 Balita ... 41
2.7.1 Karakteristik Balita ... 41
2.7.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Taman Kanak-Kanak ... 42
2.8 Perilaku Kesehatan Orang Tua... 43
BAB III METODE PENELITIAN ... 51
3.1 Jenis Penelitian ... 51
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 51
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 51
3.2.2 Waktu Penelitian ... 51
3.3 Objek Penelitian ... 51
3.4 Populasi dan Sampel ... 52
3.4.1 Populasi ... 52
3.4.2 Sampel ... 52
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 53
3.5.1 Data Primer ... 53
3.5.2 Data Sekunder ... 54
3.6 Definisi Operasional... 54
3.7 Aspek Pengukuran ... 55
3.7.1 Fluorida (F) ... 55
3.7.2 Tingkat Pengetahuan Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun Tentang Pasta Gigi ... 55
3.7.3 Tindakan Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun Tentang Pasta Gigi ... 56
3.8 Prosedur Pengukuran Fluorida (F) ... 57
3.8.1 Prinsip Pengukuran ... 57
3.8.2 Peralatan dan Bahan ... 57
3.8.3 Cara Kerja ... 58
3.9 Teknik Pengolahan Data ... 59
3.10 Teknik Analisa Data ... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 61
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 61
4.1.1 Taman Kanak-Kanak Al-Quran Al-Ikhlas Taqwa ... 61
4.1.2 Taman Kanak-Kanak Raudhatul Athfal Al Manar ... 62
4.1.3 Taman Kanak-Kanak Raudhatul Athfal As-Saadah ... 62
4.2 Hasil Pemeriksaan Fluorida (F) pada Pasta Gigi Anak Yang Biasa Dipakai di Taman Kank-Kanak Kecamatan Medan Area Tahun 2015 ... 63
4.3 Karakteristik Responden ... 64
4.4 Hasil Pengukuran Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Area Tahun 2015 .... 65
4.4.1 Tingkat Pengetahuan Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun Tentang Pasta Gigi Anak ... 65
BAB V PEMBAHASAN ... 72
5.1 Kandungan Fluorida (F) pada Pasta Gigi Anak ... 72
5.2 Karakteristik Responden ... 75
5.3 Tingkat Pengetahuan Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun Tentang Pasta Gigi Anak ... 75
5.4 Tindakan Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun Tentang Pasta Gigi Anak... 78
BAB VI KESIMPULAN ... 82
6.1 Kesimpulan ... 82
6.2 Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 84
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil Uji Fluor (F) pada Pasta Gigi Anak oleh LKJ PIRAC ... 38
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Fluorida (F) Pada Pasta Gigi Yang Biasa
Digunakan di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Area ... 63
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Area Tahun 2015 ... 64
Tabel 4.3 Distribusi Umur Anak Responden di Taman Kanak-Kanak
Kecamatan Medan Area Tahun 2015 ... 65
Tabel 4.4 Distribusi Pengetahuan Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun Tentang Pasta Gigi Anak di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Area Tahun 2015 ... 66
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun Tentang Pasta Gigi Anak di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Area Tahun 2015 ... 68
Tabel 4.6 Distribusi Tindakan Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun Tentang Pasta Gigi Anak di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Area Tahun 2015 ... 69
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun Tentang Pasta Gigi Anak di Taman Kanak-Kanak
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Atika Syahfitri Harahap
Tempat lahir : Medan
Tanggal Lahir : 12 April 1992
Suku Bangsa : Batak Mandailing
Agama : Islam
Nama Ayah : Syahril Harahap
Suku Bangsa Ayah : Batak Mandailing
Nama Ibu : Nurhayati
Suku Bangsa Ibu : Minang
Pendidikan Formal
1. SD/Tamat tahun : SD Negeri 112224 Kota Pinang/2004
2. SLTP/Tamat tahun : SMP Negeri 1 Kota Pinang/2007
3. SLTA/Tamat tahun : SMA Negeri 1 Kotapinang/2010
4. Akademik/Tamat tahun : FKM USU Masuk Tahun 2010 s/d sekarang
ABSTRAK
Penggunaan pasta gigi anak merupakan salah satu upaya dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Beredarnya pasta gigi khusus anak yang mengandung kadar fluorida tinggi menjadikan anak-anak perlu perhatian khusus agar tidak terjadi gangguan kesehatan termasuk diantaranya fluorosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kadar fluorida (F) pada pasta gigi anak dan mengukur tingkat pengetahuan dan tindakan orang tua tentang fluorida (F) pada pasta gigi anak yang dipakai di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Area Tahun 2015.
Jenis penelitian bersifat deskriptif dimana populasi dan sampel orang tua adalah 96 orang dengan teknik Simpel Random Sampling. Data yang dikumpulkan akan dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel dan narasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 2 merek pasta gigi anak yang memenuhi syarat dengan kisaran kandungan sebesar 503,6-565,6 ppm. Ada 4 merek pasta gigi yang tidak memenuhi syarat aman konsumi yaitu 370,6 ppm, 483,6 ppm, 487,6 ppm dan 1004 ppm. Pada tingkat pengetahuan orang tua tentang fluorida (F) pada pasta gigi anak terdiri dari pengetahuan sedang (14,6%) dan pengetahuan baik (85,4%). Sedangkan tindakan orang tua tentang fluorida (F) pasta gigi anak terdiri buruk (1,0%), baik (27,1%) dan sedang (71,9%).
Kesimpulan yang dibuat adalah sebagian besar pasta gigi anak mengandung fluorida (F) tidak memenuhi syarat dan tingkat pengetahuan serta tindakan orang tua baik. Disarankan orang tua dapat mengawasi setiap anak menyikat gigi dan melakukan pemeriksaan dokter secara rutin. Untuk pemerintah diharapkan melakukan pengawasan terhadap keterangan keamanan produk yang beredar dipasaran.
ABSTRACT
The use of child toothpaste is one effort in maintaining oral health. Circulation of children’s special toothpaste containing high level of fluoride makes the children need special attention to avoid health problems including fluorosis. this research aims to deremine the level of fluoride (F) in child toothpaste and measure the level of knowledge and to know parent’s action about fluoride (F) in child toothpaste which is used in the Kindergarten District of Medan Area 2015.
This research is a descriptive research where the population and sample of parents are 96 people with simple random sampling technique. Data which is collected will be analyzed descriptively in tables and narrative.
The result showed that there are two brands of child toothpaste that is a eligible with a range content of 503.6 to 565.5 ppm. There are four brands of child toothpaste that is not safety requirements consumption : 370,6 ppm, 483,6 ppm, 487,6 ppm, and 1004 ppm. The level of parents’s knowledge about fluoride (F) in the child toothpaste consisted of moderate knowledge (14,6%) and good knowledge (85,4%). While the parents’s action about fluoride (F) in the child toothpaste is bad (1,0%), good (27,1%) and moderate (71,9%).
The conclusion is mostly of child toothpaste containing fluoride (F) is not qualify. The level of knowledge and parents’s action is good. Based on the result of this research, expected to the parents to control their children to brush their tooth and get the routine medical checkup. To the government is expected to supervise of the information security products in the market.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain sebab kesehatan gigi dan mulut akan
mempengaruhi kesehatan tubuh. Guna menjaga kesehatan gigi dan mulut, cara
ampuh yang dapat dilakukan yaitu dengan menyikat gigi. Penggunaan pasta gigi
bersama sikat gigi melalui penyikatan gigi adalah salah satu cara yang paling
banyak digunakan oleh masyarakat saat ini dengan tujuan untuk meningkatkan
kebersihan rongga mulut (Yanti, 2005).
Saat ini penggunaan pasta gigi dikalangan masyarakat sudah menjadi
kebutuhan sehari – hari yang tidak hanya dipergunakan orang dewasa tetapi juga anak-anak. Pasta gigi ini dibuat dengan tujuan untuk membersihkan gigi dari sisa
makanan atau minuman, menjaga kesehatan gigi dan gusi, menghilangkan bau
yang tidak sedap dalam rongga mulut, menyegarkan dalam pernafasan serta dapat
mencegah kerusakan gigi yang disebabkan oleh aktifitas bakteri dalam mulut
(Depkes RI, 1996).
Pasta gigi anak yang tersedia dipasaran memiliki kemasan yang menarik dan
ditambah dengan perasa buah sehingga sangat berguna untuk mendorong anak
yang malas sikat gigi. Tetapi kenyataannya, di Indonesia banyak beredar pasta
gigi anak yang tidak melindungi kesehatan anak. Pasta gigi yang beredar
mengandung fluor yang konsentrasinya cukup tinggi dari pada konsentrasi yang
dianjurkan untuk anak. Padahal anak-anak yang berusia dibawah empat tahun
Indonesia, tidak ada pasta gigi anak yang tidak mengandung fluor, sehingga
anak-anak yang berusia sangat dini sudah menyikat gigi dengan menggunakan pasta
gigi yang mengandung fluor (LKJ PIRAC, 2002).
Menurut Tim Peneliti Lembaga Konsumen Jakarta Public Interest Research
and Advocacy Center (LKJ PIRAC), pasta gigi anak yang beredar dipasaran
Indonesia tidak mengikuti ketentuan yang berlaku. Pasta gigi anak yang beredar
mengandung fluor yang hampir sama jumlahnya dengan pasta gigi orang dewasa,
sehingga dapat mengakibatkan resiko terjadinya fluorosis gigi yang tinggi pada
anak, apalagi fluorosis hanya terjadi pada anak-anak atau pada masa pertumbuhan
dan perkembangan gigi geligi. Dengan demikian di Indonesia sudah didapati
kasus fluorosis gigi pada anak SD di Desa Ciater, Kabupaten Subang yang belum
dapat dipastikan apakah kasus tersebut terjadi akibat pemakaian pasta gigi pada
anak. Dari hasil yang diperoleh menyatakan bahwa air minum di Desa Ciater,
Kecamatan Subang memiliki konsentrasi fluor yang yang cukup rendah, yakni
0,15- 0, 38 ppm (Salam, 2000).
Konsentrasi fluor dalam pasta gigi yang dianjurkan untuk orang dewasa
sebesar 800-1500 ppm sedangkan untuk anak adalah 500-1000 ppm, akan tetapi
sebagian besar pasta gigi anak yang beredar di pasaran Indonesia mengandung
fluor dengan konsentrasi yang tidak aman untuk anak yaitu lebih dari 1000 ppm.
Diduga hal inilah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya fluorosis gigi pada
anak. Pada anak usia dibawah 2 tahun refleks menelan pasta gigi atau tidak
sengaja tertelan masih tinggi pada waktu menyikat gigi karena rasa segar yang
didapat apalagi bila ditambah perasa tertentu. Kebiasaan ini dapat menyebabkan
Goel yang dikutip oleh Eddy IP (2014), pasta gigi yang mengandung fluoride
tidak cocok digunakan untuk anak-anak di bawah umur empat tahun dan jika
pasta gigi berfluoride sering tertelan dalam jumlah yang signifikan maka dapat
mengakibatkan fluorosis pada anak, kerapuhan tulang, dan pertumbuhannya
terhambat.
Iracemapolis, Brazil memiliki air minum yang tidak mengalami fluoridasi.
Dilakukan penelitian pada anak-anak yang berumur 11 dan 12 tahun yang
bertujuan untuk mengetahui prevalensi fluorosis dan karies di daerah Brazil yang
tidak mengalami fluoridasi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa nilai DMFT
pada tahun 1997 adalah 2,9 sedangkan pada tahun 1991 adalah sebesar 6,7.
Sehingga nilai DMFT di daerah Brazil yang tidak mengalami fluoridasi
mengalami penurunan, dan persentase fluorosis meningkat dari 2% menjadi
10,1% pada tahun 1997. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik
kesimpulan bahwa makanan-makanan yang mengandung fluor serta pemakaian
pasta gigi yang mengandung fluor menjadi faktor penyebab terjadinya fluorosis
tersebut. Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, tidak ditemukannya
bagian-bagian yang penting dari makanan yang dapat meningkatkan pemasukan fluor ke
dalam tubuh secara signifikan sehingga kuat dugaan penyebab fluorosis ini adalah
akibat pemakaian pasta gigi (Pereira AC, 2000).
Pada jenjang Taman kanak-kanak atau usia 4-6 tahun sudah mulai diajarkan
penggunaan pasta gigi bersamaan pada saat menyikat gigi sewaktu mereka mandi.
Para ahli telah melakukan penelitian dan membuktikan bahwa pasta gigi yang
banyak beredar di masyarakat mengandung konsentrasi fluor yang tinggi dapat
pada anak-anak atau pada masa pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi.
Selain fluor yang berkonsentrasi tinggi pada pasta gigi anak, kecenderungan
menelan pasta gigi saat menyikat gigi juga menjadi faktor penyebab
meningkatnya kejadian fluorosis pada anak. Pengetahuan dan tindakan orang tua
mengenai fluorida juga sangat dibutuhkan terutama dalam menentukan pasta gigi
yang aman dan mengawasi cara menyikat gigi yang benar. Orang tua memiliki
andil yang besar dalam melindungi kesehatan keluarga terutama anak yang sedang
mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.
1.2 Rumusan Masalah
Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwasannya
hampir semua pasta gigi anak-anak yang beredar di Indonesia mengandung
fluorida melebihi kadar batas aman yaitu 500-1000 ppm. Oleh karena itu, penulis
ingin mengetahui apakah kadar fluorida pada pasta gigi anak yang biasa
digunakan dan bagaimana tingkat pengetahuan serta tindakan orang tua anak usia
4-6 tahun tentang pasta gigi yang mengandung fluorida di Taman Kanak-kanak
Al-Ikhlas Taqwa, RA Al Manar dan RA As Saadah Tahun 2015
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui besarnya kadar Fluorida (F) dan tingkat pengetahuan
serta tindakan orang tua anak usia 4-6 tahun tentang pasta gigi yang biasa dipakai
di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Area.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui besarnya kadar fluorida pada merek pasta gigi yang biasa
2. Mengetahui perbandingan jumlah kadar fluorida masing-masing produk
pasta yang banyak diminati.
3. Mengetahui tingkat pengetahuan dan tindakan orang tua anak usia 4-6
tahun tentang pasta gigi anak yang biasa dipakai anak-anak di Taman
Kanak-Kanak AL-Ikhlas Taqwa, RA Al Manar dan RA As Saadah.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan masukan kepada Badan Pengawasan Obat dan Makanan,
Dinas Kesehatan dan instansi lainnya untuk lebih memperhatikan
kandungan pasta gigi untuk anak-anak yang dipasarkan di masyarakat.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang bahaya kandungan
fluorida jika sering tertelan oleh anak-anak pada saat menyikat gigi.
3. Sebagai referensi bagi penelitian lain yang ingin meneliti lebih lanjut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Toksik Pada Produk Konsumen
Pengertian produk tidak dapat dihilangkan dengan kebutuhan, dikarenakan
produk merupakan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari.
Produk konsumen adalah semua hal meliputi barang atau jasa yang ditawarkan
kepada setiap orang untuk tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya pribadi,
keluarga dan atau rumah tangga dan tidak untuk diperdagangkan kembali
(Nasution A, 2001). Akhir-akhir ini banyak ditemukan produk-produk yang
beredar dipasaran mengandung bahan yang berbahaya bagi kesehatan konsumen.
Produk-produk yang mengandung bahan toksik dapat masuk kedalam tubuh
manusia melalui pernafasan, pencernaan atau masuk melalui pori-pori kulit lalu
beredar keseluruh tubuh sesuai dengan dosis dan lama pajanan seseorang. Hati,
paru-paru dan organ tubuh dalam lainnya merupakan organ yang menjadi tempat
zat-zat yang bersifat toksik terakumulasi didalam tubuh.
Kosmetika termasuk dalam produk yang digunakan konsumen dalam
kebutuhan sehari-hari. Menurut Wall dan Jellinek yang dikutip oleh Tranggono
(2007), kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Di Mesir, 3500
tahun Sebelum Masehi telah digunakan berbagai bahan alami baik yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan, hewan maupun bahan alam lain misalnya tanah liat,
lumpur, arang, batubara bahkan api, air, embun, pasir atau sinar matahari. Pada
abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk
kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya
Sejak semula kosmetika merupakan salah satu segi ilmu pengobatan atau
ilmu kesehatan, sehingga para pakar kosmetik dahulu adalah juga pakar
kesehatan; seperti para tabib, dukun, bahkan penasehat keluarga istana. Dalam
perkembangannya kemudian, terjadi pemisahan antara kosmetik dan obat, baik
dalam hal jenis, efek, efek samping, dan lainnya (Wasitaatmadja, 1997).
Kosmetika merupakan sediaan atau paduan bahan yang siap untuk
digunakan pada bagian luar badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi, dan
rongga mulut antara lain untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah
penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau
badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu
penyakit (Tranggono, 2007). Sama halnya yang disebutkan oleh Wasitaatmadja
(1997) bahwa kosmetik bukan satu obat yang dipakai untuk diagnosis, pengobatan
maupun pencegahan penyakit. Obat bekerja lebih kuat dan dalam sehingga dapat
mempengaruhi struktur dan faal tubuh.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI dalam Tranggono (2007),
kosmetika dibagi ke dalam 13 preparat yaitu :
1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dan lain-lain.
2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dan
lain-lain.
3. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shadow, dan lain-lain.
4. Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dan lain-lain.
5. Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dan lain-lain.
6. Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dan lain-lain.
8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth washes,
dan lain-lain.
9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dan lain-lain.
10.Preparat kuku, misalnya cat kuku, losion kuku, dan lain-lain.
11.Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindung,
dan lain-lain.
12.Preperat cukur, misalnya sabun cukur, dan lain-lain.
13.Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation,
dan lain-lain.
Sesuai dengan pasal 47 Undang-undang Nomor 36 tahun 2009, pemerintah
telah melakukan berbagai upaya kesehatan yang bertujuan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, dengan salah
satu upaya kesehatan bagi masyarakat yaitu peningkatan kesehatan gigi dan
mulut.
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral kesehatan secara
keseluruhan dan perihal hidup sehingga perlu dibudidayakan diseluruh
masyarakat. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, bercahaya dan
didukung oleh gusi yang kencang dan berwarna merah muda. Dalam kondisi
normal, dari gigi dan mulut yang sehat tidak tercium bau yang tidak sedap.
Kondisi ini dapat tercapai dengan perawatan gigi yang tepat. Keadaan oral hygine
yang buruk seperti adanya kalkulus dan stain, banyak karies gigi, keadaan tidak
bergigi atau ompong dapat menimbulkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
Praktek kebersihan mulut oleh individu merupakan tindakan pencegahan
yang paling utama dianjurkan yang berarti individu tadi telah melakukan tindakan
pencegahan yang sesungguhnya, praktek kebersihan mulut ini dapat dilakukan
individu dengan cara menggosok gigi (Sriyono, 2005). Tujuan menyikat gigi
adalah untuk menghilangkan dan mengganggu pembentukan plak, membersihkan
gigi dari makanan, debris dan pewarnaan, menstimulasi jaringan gigiva,
mengaplikasikan pasta gigi yang berisi suatu bahan khusus yang ditujukan
terhadap karies, penyakit periodontal, atau sensitivitas (Sriyono, 2005).
Tindakan pencegahan terhadap penyakit gigi dan mulut perlu dilakukan agar
tidak terjadi gangguan fungsi, aktivitas (belajar dan bekerja) dan penurunan
produktivitas kerja yang tentunya akan mempengaruhi kualitas hidup (Depkes RI,
1996).
Upaya pemeliharaan gigi dan mulut sebaiknya dilakukan sejak usia dini.
Usia sekolah dasar merupakan saat yang ideal untuk melatih kemampuan motorik
seorang anak, termasuk dintaranya menyikat gigi. Kemampuan menyikat gigi
secara baik dan benar merupakan faktor yang cukup penting untuk pemeliharaan
kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut. Keberhasilan pemeliharaan kesehatan
dan kebersihan gigi dan mulut juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat,
metode penyikatan gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat (Riyanti,
2005).
Sebagai salah satu preparat dalam kebersihan mulut, pasta gigi yang
digunakan bersama dengan sikat gigi lebih menekankan dari segi fungsi
dari permukaan gigi. Sehingga diperoleh kesan gigi yang bersih dan nafas yang
segar.
2.2 Fluor
Fluor adalah mineral alamiah yang terdapat di semua sumber air termasuk
laut. Fluor tidak pernah ditemukan dalam bentuk bebas dialam. Fluor bergabung
dengan unsur lain membentuk senyawa fluorida. (Yanti, 2005).
Fluor merupakan salah satu unsur yang melimpah pada kerak bumi. Unsur
ini ditemukan dalam bentuk ion Fluorida (F). Dimana fluorida bersifat organik
dan anorganik yang mengandung elemen fluor. Seperti halnya halogen, fluor
adalah ion monovalen (-1 charge). Zat fluor dapat bersenyawa dengan elemen
atau radikal lainnya seperti hydrofluoric acid (HF), sodium fluorie (NaF), calcium
fluoride (CaF2) dan uranium hexafluoride (UF6) (Achmad, 2004).
Fluor telah digunakan secara luas untuk mencegah karies. Penggunaan
fluor dapat dilakukan dengan fluoridasi air minum, pasta gigi dan obat kumur
yang mengandung fluor, pemberian tablet fluor dan topikal varnish. Tujuan
penggunaan fluor dalam bidang kedokteran gigi adalah untuk melindungi gigi dari
karies (Angela, 2005).
Sejak dulu senyawa fluor yang biasa digunakan adalah sodium fluoride
dan sodium monofluorofosfat. Fluor yang ditambahkan pada pasta gigi rata-rata
mempunyai konsentrasi yang sama yaitu 0,1% atau 1 mg/l, walaupun ada juga
pasta gigi yang konsentrasi fluornya 0,15%. Berarti jumlah ini adalah kira-kira
sama dengan 1 mg fluor dalam 1 gr pasta gigi. Jika mengosok gigi dengan 1 gr
pasta gigi berfluor lalu dilarutkan dalam 10 ml saliva (cairan mulut), maka di
2.2.1 Sifat-sifat fluor
Ion fluor dalam penggolongan secara kimiawi termasuk dalam golongan
halogen (Golongan 2A). Persenyawaan kimia dalam bentuk fluor paling banyak
terdapat sebagai fluorspar (CaF2), fluorapatit (Ca10F2(PO4)6F2), atau cryolite.
Fluor merupakan unsur yang menunjukkan semua bentuk elemen (ionized,
ionizable, atau nonionizable) yang artinya adalah suatu unsur kimia yang sangat
elektronegatif dibandingkan unsur kimia yang lain. Dengan unsur yang kecil,
afinitas elektron yang tinggi dan ikatan dengan unsur lainnya yang lemah
menyebabkan fluor mempunyai reaktifitas yang kuat dengan elemen jenis lain
(Fejerskov dkk, 1996).
Beberapa ion fluor larut dalam air, akan tetapi fluor yang berikatan dengan
lithium,, alumunium, stronikum, barium, magnesium, kalsium, dan manganese
hanya sedikit yang larut. Campuran kovalen biasanya ditemukan dalam bentuk
non-metal, seperti silicone tetra fluoride dan sulfur heksa fluoride (Fejerskov
dkk,1996).
Fluor merupakan suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang F dan nomor atom 19. Namanya berasal dari bahasa Latin fluere, berarti
„mengalir‟. Fluor (F) adalah gas halogen beracun univalen berwarna kuning-hijau
pucat, memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk dengan senyawa lain bahkan
dengan gas mulia, memiliki sifat kimia yang paling reaktif dan elektronegatif dari
unsur lain yang menyebabkan kaca, logam bahkan air serta zat lain akan terbakar
dan menyala terang saat direaksikan, memiliki titik lebur pada suhu -219,60 C, dan
menyebabkan pembakaran kimia parah begitu berhubungan dengan kulit
(Halogen Group, 2009).
2.2.2 Sumber Pencemaran Fluor
Fluor di alam dapat ditemukan di tanah, di air maupun di udara, selain juga
ditemukan pada tanaman. Fluor merupakan elemen yang paling elektronegatif dan
semua elemen kimia, maka secara alamiah tidak pernah dijumpai dalam bentuk
elemen tersendri. Kombinasi secara kimiawi dalam bentuk fluorida, fluor adalah
urutan ke 17 dari susunan elemen, dan keberadaannya merupakan 0.06-0.09% dari
permukaannya tanah. Di daerah pegunungan, kandungan fluor dalam tanah relatif
rendah.
Fluor sebagai unsur kimia halogen dalam tabel periodik yang paling reaktif
sehingga jarang ditemukan dalam keadaan bebas. Fluor sama seperti unsur
halogen lainnya yaitu klor, yodium dan brom didapat dalam bentuk “Binary Compound” yang disebut fluorida. Sumber utama dari fluorida adalah air,
terutama air dari sumur-sumur yang dalam. Fluor ditemukan berikatan dengan
senyawa lain didalam tanah sebagai fluorspar (calcium, fluoride), cryolite (sodium
aluminium fluoride), dan lain-lain mineral seperti fluorapatite, fluorphospat dan
fluorsilikat (Panjaitan, 1995).
Semua air mengandung fluor dalam konsentrasi yang berbeda-beda. Air laut
mempunyai kandungan fluor dengan konsentrasi 0,814 mg/liter. Kadar fluor
dalam air yang berasal dari danau, sungai atau sumur buatan adalah dibawah 0,5
mg/liter. Adanya perbedaan kadar fluor yang bervariasi tersebut, kelihatannya
Fluorida ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan dan jaringan tubuh. Pada
tahun 1802 telah ditemukan pertama kali tentang adanya fluorida dalam jaringan
tubuh binatang, dimana menunjukkan adanya fluorida dalam fosil gigi gajah.
Selain terdapat dalam gigi, fluorida juga dijumpai dalam tulang. Oleh karena
unsur halogen mempunyai afinitas yang tinggi terhadap kalsium fluorida dalam
makanan biasanya diukur dalam mgr dan ukuran ini hampir sama dengan ukuran
fluorida dalam air yaitu ppm (1 mg fluoride dalam 1 liter air). Kebutuhan fluorida
per hari yang berasal dari makanan adalah sebesar 0,2–0,6 mgr (Panjaitan, 1995).
Daging, buah-buahan, sayur-sayuran dan biji-bijian mengandung sedikit
sekali fluorida. Makanan laut seperti ikan banyak mengandung fluorida, terutama
ikan bertulang halus seperti sardencis, ikan salem dan lain-lain.
Teh dan ikan adalah sumber lain yang mengandung fluor dalam jumlah
yang bermakna. Daun teh yang kering mengandung 75–100 ppm. Daging ikan
mengandung fluor sekitar 1 ppm, sedangkan kulit dan tulang ikan mengandung
lebih dari itu. Jumlah fluorida dalam ikan segar adalah sebesar 7–12 ppm, jika
kandungan fluor dalam air rendah, anda dapat menambah fluor melalui makanan
(Besford J, 1996).
Polusi fluor pada lingkungan dapat terjadi akibat fluor yang berasal dari
pertambangan, pembuangan industri, pembakaran batu bara, pupuk dan pestisida
yang tidak disertai perlindunan. Sumber utama polusi adalah industri dan
pertambangan. Sebagai contoh, sembilan puluh persen sampel udara yang diambil
dari sebuat kota di Republik Federasi Jerman pada tahun 1965, mengandung fluor
menempel pada tanaman, dan selanjutnya dapat memasuki rantai makanan (WHO,
1994).
2.2.3 Kegunaan Fluor
Pada tahun 1886 ahli kimia Perancis Henri Miossan berhasil mengisolasi
fluor dari senyawanya dengan cara mengelektrolisis lelehan fluorida. Berdasarkan
kerjanya dalam mengisolasi fluor tersebut, Miossan memenangkan penghargaan
Nobel 1906 dalam bidang kimia.
Gas fluor sangat beracun, sehingga dalam keadaan murni gas ini jarang
digunakan, tetapi dalam bentuk senyawa fluor banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Dalam bentuk klorofluorokarbon, yaitu cairan atau gas yan tidak
berwarna dan tidak beracun seperti freon (CCI2F2, CCIF3) digunakan
sebagai zat pendispersi dalam semprotan aerosol dan sebagai zat
pendingin (refrigenerant).
2. Politetrafluoroetilena (teflon), yaitu sejenis plastik yang sangat tahan
terhadap sebagian besar reaksi kimia, banyak digunakan dalam industri
automobile, sebagai contoh untuk membuat produk-produk yang
digunakan sebagai paking motor (motor gasket) dan aksesoris
dashboard, serta teflon juga digunakan sebagai pelapis pada bagian
dalam permukaan panic atau peralatan dapur lainnya.
3. Cairan hidrokarbon yang terfluorinasi yang diperoleh dari minyak bumi
4. Uranium heksafluorida digunakan dalam proses difusi gas untuk
menyediakan bahan bakar bagi pembangkit listrik tenaga atom
(Krisbiyantoro, 2008).
5. Pembuatan aluminium dengan menggunakan kalium fluorida selama
elektrolisis.
6. Pembuatan baja, pupuk asam fosfat, batu bata, ubin, barang-barang dari
tanah liat, semen, kaca dan enamel (Connell & Miller, 2006).
2.2.4 Pengendalian Fluor
Fluoridasi termasuk pasta gigi yang mengandung fluor memang salah satu
cara efektif mengontrol kerusakan gigi seperti karies, namun penggunaannya
harus tepat dosis dan tidak berlebihan dalam pemakaiannya.
Menurut Standar Nasional kadar fluor pada pasta gigi yang baik untuk
anak adalah 500-1000 mg/L (SNI 16-4767-1998). Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan No.445/Menkes/Per/V/1998 Lampiran 1#34 disebutkan bahwa batas
maksimum garam fluorida dan turunannya dalam sediaan hygiene mulut adalah
0,15% (setara dengan 1500 ppm), jumlah ini sesuai dengan aturan Asean
Cosmetic Directive 76/768/EEC Annex III Bagian 1, aturan FDA Amerika
Serikat, serta ISO 11609 (BPOM, 2009).
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No.
HK.00.05.42.1018 tahun 2008 tentang Bahan Kosmetik telah menetapkan bahwa
jumlah senyawa fluorida yang boleh terkandung dalam pasta gigi tidak boleh dari
0,15% atau 1500 ppm. Hal ini sejalan dengan yang telah ditetapkan oleh
negara-negara di ASEAN kecuali Thailand. Thailand menetapkan kadar fluorida dalam
kandungan fluorida pada air minum Thailand sudah cukup tinggi. Sedangkan
untuk pasta gigi anak-anak kandungan fluoridanya harus kurang dari 0,1% atau
1000 ppm (BPOM, 2009).
Selain kadar yang dibatasi ada, penandaan-penandaan yang harus
dicantumkan pada kemasan pasta gigi yang berfluorida yaitu tertera mengandung
senyawa fluorida, misalnya sodium fluoride dan untuk pasta gigi yang
mengandung 0,1-0,15% fluoride, kecuali sudah ada penandaan kontra indikasi
untuk anak-anak, misalnya hanya digunakan untuk dewasa maka wajib
mencantumkan “Anak-anak usia 6 tahun dan dibawahnya gunakan seukuran biji
kacang polong (diameter 6 mm) untuk penyikatan gigi yang diawasi untuk
memperkecil kemungkinan tertelan. Dalam hal asupan fluorida dari sumber
lainnya konsultasikan dengan dokter gigi atau dokter”.
Pemakaian pasta gigi sudah dapat dimulai pada usia dua tahun. Pada anak
terutama usia dibawah 2 tahun refleks menelan tinggi sehingga sering menelan
pasta gigi juga karna pasta gigi anak memiliki rasa. Untuk menghindari fluorosis,
banyaknya pasta gigi yang diberikan pada anak-anak dianjurkan sebesar biji
kacang polong (American Dental Association, 2014).
Sesuai dengan rekomendasi American Dental Association menyebutkan
bahwa orang tua disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter gigi sebelum
menggunakan pasta gigi berfluoride kepada anak usia 2 tahun. Untuk
anak-anak usia 2 sampai 6 tahun dianjurkan menggunakan pasta gigi berfluorida
sejumlah ukuran kacang polong pada setiap menyikat gigi.
Selain itu rekomendasi lain mengusulkan untuk anak usia mulai dari 3
dengan menggunakan pasta gigi berfluorida dalam jumlah tidak lebih dari ukuran
sebutir beras (sekitar 0,1 gram pasta gigi atau 0,1 miligram fluorida) dan
mengawasinya untuk memastikan menggunakan jumlah pasta gigi yang tepat.
Untuk anak-anak 3 sampai 6 tahun, orang tua harus memastikan penggunaan pasta
gigi berfluorida tidak lebih dari sebesar ukuran kacang polong (sekitar 0,25 gram
pasta gigi atau 0,25 mg fluorida) dan mengawasi anak dalam menyikat gigi untuk
meminimalkan terjadinya pasta gigi yang tertelan (American Dental Association,
2014).
2.2.5 Dampak Penggunaan Fluor Terhadap Lingkungan dan Manusia
Zat atau senyawa hasil kegiatan manusia ataupun industri (limbah) biasanya
berbahaya dan mempunyai sifat beracun. Keberadaan zat atau senyawa tersebut di
lingkungan akan sangat membahayakan dan menurunkan kualitas lingkungan
(Darmono, 1995).
Hampir semua sumber atau persediaan air dalam tanah mengandung ion
fluor, meskipun dengan kadar yang berbeda-beda. Ion fluor merupakan elemen
yang sangat elektronegatif dan aktif sehingga terdistribusi di alam secara meluas
dan ditemukan dalam mineral-mineral di tanah, udara, air,tumbuhan, dan juga
binatang.
Fluorida dilepaskan sebagai limbah dari berbagai proses industri seperti
pabrik yang memproduksi baja, aluminium, tembaga, dan nikel serta pabrik
lainnya seperti pengolahan fosfat, pupuk, gelas/kaca, pembuatan keramik dan
bata, serta produksi lem. Penggunaan pestisida yang mengandung fluorida juga
merupakan industri yang utama dalam pelepasan fluorida ke lingkungan (WHO,
2004).
Dengan pupuk dan pabrik pembuatan asam fosfat, batuan fosfat yang
mengandung fluor yang digunakan dalam proses tersebut, melakukan sejumlah
reaksi untuk membentuk asam hidroflorat (HF) dan silikon tetrafluorida (SiF4)
yang berbentuk gas dan dibuang ke atmosfer. Pada pembuatan aluminium proses
tersebut melibatkan penggunaan kalsium fluorida selama elektrolisis dan gas yang
sama (HF dan SiF4) yang dilepaskan. Mineral yang mengandung fluorida sering
digunakan dalam pembuatan baja, batu bata, ubin, barang-barang dari tanah liat,
semen, kaca, enamel. Batu bara mengandung fluorida 0,001-0,048% yang
menyebabkan pembentukan asam hidroflorat dan silikon tetrafluorida di dalam
proses pembakarannya (Connell dan Miller, 2006).
Dalam lingkungan, silikon tetrafluorida bereaksi dengan air menghasilkan
asam fluorosilat (H2SiF4). Keduanya, asam fluorosilat dan asam hidroflorat yang
merupakan bentuk gas utama dari fluor, yang siap diserap oleh hewan dan
tanaman (Smith dan Hodge, 1979). Partikulat pada umumnya antara lain kriolit,
natrium fluorosilikat, aluminium fluorida, natrium fluorida dipancarkan ke dalam
atmosfer dan mempunyai kelarutan air tanah dari 0,04-4,0 g per 100 mL pada
1000 C. Dengan zat-zat ini, hujan dan keadaan iklim lainnya mempunyai pengaruh
yang kuat terhadap perluasan pengaruh toksik (Connell dan Miller, 2006).
Secara optimal intake fluorida ditentukan antara 0,05 sampai 0,07 mg/kg
berat badan per hari. Menurut Mc Clure, untuk anak-anak usia 1-12 tahun, intake
intake yang paling optimal untuk pencegahan karies tanpa menimbulkan fluorosis
adalah 0,06 mg/kg berat badan untuk anak usia 1-12 tahun (Buzalaf, 2011).
Kira-kira 75-90% dari fluor yang dikonsumsi diserap didalam lambung yang
bersifat asam, fluor dikonversikan menjadi hydrogen fluoride (HF) dan hampir
40% dari fluor yang dikonsumsi diserap oleh lambung dalam bentuk HF. pH asam
lambung yang tinggi akan mengurangkan absropsi dengan mengurangkan
konsentrasi HF. Fluor yang tidak diabropsi dilambung akan diserap oleh usus dan
pH tidak mempengaruhi absorpsinya berbanding di lambung (Whitford,
1997;IPCS, 2002).
Setelah diabsorpsi di dalam darah, fluor didistribusikan keseluruh tubuh
dengan kira-kira hampir 99% fluor berada di daerah yang tinggi kandungan
kalsium seperti tulang dan gigi (dentin dan enamel) dimana ia tersusun seperti
crystal lattice. Fluor bisa melewati plasenta dan dijumpai didalam air susu ibu
pada kadar yang rendah yaitu sama seperti di dalam darah (WHO, 1996;IPCS,
2002).
Fluor diekskresikan secara primer oleh urin (IPCS, 2002). Urinary fluor
clearance meningkat dengan pH urin disebabkan oleh penurunan konsentrasi HF.
Berbagai faktor seperti diet dan obat-obatan yang bisa memberi efek kepada pH
urin dan ini seterusnya akan memberi efek terhadap fluoride clearance dan
retention (USNRC, 1993).
Menurut salah satu penelitian, diperkirakan 25-38% anak menelan pasta gigi
sewaktu menyikat gigi. Hal ini disebabkan oleh produsen pasta gigi yang sering
menambahkan rasa yang disukai anak-anak ke dalam pasta gigi yang bertujuan
pasta gigi yang dioleskan di atas sikat giginya atau menelan pasta gigi tersebut
sewaktu menyikat gigi karena anak dibawah umur 5 tahun belum begitu pandai
membuang atau meludahkan cairan yang ada didalam mulutnya (Shulman, 1997).
Gejala awal keracunan fluorida termasuk gangguan pencernaan, mual,
muntah, dan sakit kepala. Dosis minimal yang yang dapat menghasilkan gejala ini
diperkirakan 0,1 sampai 0,3 mg/kg fluorida (yaitu 0,1-0,3 miligram fluorida untuk
setiap kilogram berat badan).
Gejala keracunan fluorida akut hampir sama dengan penyakit umum
lainnya, 80% insiden keracuanan fluorida terjadi pada anak usia 6 tahun dengan
kadar florida 5 mg/kg BB. Sebagaimana dicatat dalam Journal of Public Health
Dentisty : “Memperkirakan kejadian eksposur fluorida beracun nasional juga diperumit oleh adanya bias. Orang tua atau pengasuh mungkin tidak menyadari
gejala yang terkait dengan toksisitas fluorida ringan seperti kolik atau
gastroenteritis, terutama jika mereka tidak melihat anak menelan fluorida.
Demikian pula, karena sifat spesifik dari gejala ringan sampai sedang, dokter tidak
meungkin memasukkan toksisitas fluorida tanpa riwayat konsumsi fluorida”.
Meskipun insiden kejadian tertelannya pasta gigi pada anak banyak yang tidak
terdiagnosis, jumlah laporan ke Poison Control Center di AS mengalami
peningkatan sejak Food and Drugs Administration (FDA) mengeluarkan
peringatan bahaya racun fluorida. Memang di awal 1990-an (sebelum peringatan
FDA), ada sekitar 1.000 laporan keracuan setiap tahun dari pasta gigi fluorida.
Saat ini, terdapat peningkatan 20 kali lipat sejak FDA menambahkan peringatan
Intake fluorida yang berlebihan dapat menimbulkan masalah-masalah
kesehatan bagi manusia sebagai berikut antara lain :
1. Efek terhadap gigi dan tulang
Efek fluor yang berlebihan pada gigi disebut fluorosis gigi.
Fluorosis gigi merujuk kepada perubahan tampilan enamel gigi yang
disebabkan oleh pengambilan fluor dalam jangka masa panjang ketika
gigi sedang berkembang (Aoba T, Fejerskov O, 2002). Perubahan
tampilan enamel gigi adalah warna gigi menjadi tidak putih, pucat, dan
buram. Ini bisa berupa tumpukan putih yaitu masih pada tahap ringan
sehingga kepada tompokan gelap atau hitam. Warna gigi yang gelap
atau hitam ini terlihat pada fluorosis yang lebih berat dan enamelnya
juga menjadi lunak dan rapuh. Tanda pertamanya berupa erupsi gigi
dengan enamel yang berbintik-bintik (mottled enamel).
Fluorosis gigi merupakan suatu fenomena yang terjadi pada masa
pembentukan gigi, maka hanya anak berusia 8 tahun ke bawah yang
memiliki risiko tinggi terkena fluorosis. Sedangkan anak berusia di atas
8 tahun tidak berisiko terkena fluorosis. Pada masa ini apabila
seseorang terpapar fluorida lebih dari 1 ppm setiap harinya minimal 2
tahun, maka dapat menimbulkan noda cokelat kehitaman pada
permukaan gigi. Namun, proses ini akan berhenti saat anak berusia 13
tahun karena proses pembentukan enamel telah sempurna (Centers for
Disease Control and Prevention, 2001).
Keparahan kondisi ini tergantung kepada dosis, durasi dan masa
terjadinya fluorosis pada tulang adalah antara 8-10 ppm. Fluorosis pada
tulang ini ditunjukkan oleh adanya pertambahan ketebalan
tulang-tulang kortikal panjang pada endosteal dan periosteal.
2. Kanker
Banyak penelitian dilakukan terhadap pekerja terutamnya dalam
bidang peleburan aluminium dilaporkan terdapat peningkatan insiden
dan mortalitas akibat kanker paru, kanker kandung kemih dan juga
kanker-kanker lain. Hasil penelitian Grandjean, Olsen (2004) di
Denmark terhadap pekerja pabrik cryolite yang berbentuk cohort
selama 12 tahun telah menunjukkan hasil yaitu mortalitas total lebih
dari 90%. Kematian pekerja-pekerja ini kebanyakannya adalah akibat
kanker dengan insiden yang paling tinggi adalah kanker paru primer
dan kanker kandung kemih. Grandjean dan Olsen membuat kesimpulan
bahwa fluor perlu dipertimbangkan sebagai antara faktor yang
menyebabkan kanker kandung kemih dan kanker paru primer.
3. Penurunan IQ
Berdasarkan kepada penemuan reset yang terkini, didapati bahwa
fluor (F) menyebabkan disfungsi neuronal dan cedera pada sinap
dengan mekanisme yang melibatkan produksi radikal bebas dan
peroksidasi lipid (Shivarajashankara et al., 2001). Penelitian oleh Lu et
al (2000) di China yang mengkaji mengenai efek kadar fluor yang
tinggi didalam air minum terhadap IQ anak-anak telah menunjukkan
fluornya tinggi mempunyai IQ yang lebih rendah berbanding anak-anak
yang minum air dengan kandungan fluor yang rendah.
Biomekanisme cara kerja dari fluor yang bisa menurunkan IQ
masih tidak jelas namun terdapat bukti yang menyatakan bahwa ini
mungkin melibatkan alterasi lipid membran dan menurunnya aktivitas
kholinesterase di otak. Fluor juga diketahui mempunyai adverse effect
terhadap aktivitas kholinesterase yang terlibat dalam hidrolisis ester
choline. Efek toksik ini bisa menyebabkan perubahan utilisasi
acethycholine, seterusnya memberi efek terhadap transmisi impuls saraf
pada jaringan otak (Vani, Reddy, 2000).
2.3 Pasta Gigi
Dalam catatan sejarah, pertama kali pasta gigi pada peradaban manusia
ditemukan pada 1550 SM di Mesir Kuno, dimana bahan-bahan pembuatnya terdiri
dari campuran serbuk batu api, tanah liat, kemenyan dan madu.sedangkan pada
masa Romawi dan Yunani Kuno, pasta gigi terbuat dari serbuk tanduk rusa,
serbuk tulang hewan, serbuk batu apung dan marmer, madu dan berbagai macam
tumbuhan obat yang digunakan hingga ke zaman pertengahan. Sedangkan produk
pasta gigi komersial yang sudah diproduksi di pasaran dimulai di Amerika Serikat
pada tahun 1850 dengan nama Sheffield Toothpaste (Mitsui, 1997).
Sedian pembersih gigi adalah sediaan semi padat yang efektif sebagai
medium perawatan yang terdiri dari campuran bahan penggosok, bahan
pembersih, dan bahan tambahan agar zat aktif dapat berkerja pada permukaan gigi
dengan efek utamanya yaitu membuat permukaan gigi lebih resisten terhadap
mukosa mulut (SNI 12-3524-1995). Sediaan pembersih gigi dapat berupa pasta,
gel, pasta dengan lapisan berwarna, serbuk atau cairan. Sediaan dalam bentuk gel
umumnya disukai karena mempuyai penampilan yang lebih baik. Namun sediaan
dalam bentuk pasta maupun gel, masyarakat menyebutnya sebagai pasta gigi (J.
B.Wilkinson dan Moore, 2000).
Pasta gigi merupakan salah satu media dalam menjaga kesehatan gigi dan
mulut yang dipakai bersamaan sikat gigi untuk membersihkan permukaan gigi
dari sisa makanan yaitu materi alba, film, food debris dan stain yang dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan gigi. Menurut American Council on Dental
Therapeutics (1970), pasta gigi adalah suatu bahan yang digunakan dengan sikat
gigi untuk membersihkan tempat-tempat yang dapat dicapai. Saat ini seluruh pasta
gigi yang beredar di masyarakat, baik untuk orang dewasa maupun anak-anak,
sebagian besar mengandung flour.
Pasta gigi didefinisikan suatu bahan semi-aqueous yang digunakan
bersama-sama sikat gigi untuk membersihkan deposit dan memoles seluruh permukaan
gigi. Pasta gigi biasa digunakan pada saat menyikat gigi dengan menggunakan
sikat gigi. Penggunaan pasta gigi bersamaan sikat gigi melalui penyikatan gigi
adalah salah satu cara yang paling banyak digunakan masyarakat saat ini dengan
tujuan untuk meningkatkan kebersihan rongga mulut.
2.3.1 Fungsi Pasta Gigi
Fungsi pasta gigi adalah untuk membersihkan gigi yang dianggap sebagai
bahan kosmetik. Pasta gigi yang digunakan pada saat menyikat gigi memiliki
fungsi utama yaitu membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan atau minuman,
dapat mencegah kerusakan gigi yang disebabkan oleh aktifitas bakteri dalam
mulut, mencegah terjadinya karang gigi dan radang gusi (Depkes RI, 1996).
Menyikat gigi dengan pasta gigi adalah penting. Pasta gigi digunakan di
dalam menyikat gigi dengan berbagai alasan :
1. Pasta gigi dan teknik penyikatan gigi yang benar dapat bekerja untuk
menghilangkan plak dan menghambat pertumbuhan bakteri merugikan
yang melekat pada gigi dimana dapat menyebabkan karies, penyakit
gingiva.
2. Pasta gigi yang mengandung fluorida, dapat membuat seluruh
permukaan gigi lebih resisten untuk berlubang dan fluorida dapat
meningkatkan remineralisasi secara dini sehingga mencegah perusakan
gigi yang lebih lanjut.
3. Komposisi tertentu pada pasta gigi dapat membantu membersihkan dan
mengkilatkan gigi dan menyingkirkan stain.
4. Pasta gigi membantu menyegarkan nafas dan membuat mulut terasa
lebih bersih.
5. Pemakaian pasta gigi dapat menyenangkan penyikatan dengan adanya
bahan pemberi rasa yang dikandungnya.
6. Pasta gigi dapat digunkan sebagai vehikel (bahan untuk memasukkan
obat) yang cocok untuk memasukkan obat-obatan ke dalam mulut (Oral
Health Care Product, 1994).
2.3.2 Komposisi Pasta Gigi
Hampir semua pasta gigi mengandung lebih dari satu bahan aktif dan
Umumnya pasta gigi yang beredar di pasaran saat ini adalah kombinasi dari bahan
abrasif, deterjen dan satu atau lebih bahan terapeutik. Komposisi pasta gigi beserta
fungsi bahan-bahan yang terkandung akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Bahan abrasif (20-50%)
Bahan abrasif yang terdapat pada pasta gigi umumnya berbentuk
bubuk pembersih yang dapat memoles dan menghilangkan stain dan
plak. Bentuk dan jumlah bahan abrasif dalam pasta gigi membantu
untuk menambah kekentalan pasta gigi. Contoh bahan abrasif antara
lain silica atau hydrated silica, sodiaum bikarbonat, aluminium oxide,
dikalsium fosfat dan kalsium karbonat.
2. Air (20-40%)
Air dalam pasta gigi berfungsi sebagai pelarut.
3. Humectant atau pelembab (20-35%)
Humectant adalah bahan penyerap air dari udara dan menjaga
kelembaban. Digunakan untuk menjaga pasta gigi tetap lembab.
4. Bahan perekat (1-2%)
Bahan perekat ini dapat mengontrol kekentalan dan memberikan
bentuk krim dengan cara mencegah terjadinya pemisahan dalam solid
dan liquid pada suau pasta igi. Contohnya glycerol, sorbitol dan
polyethylene glycol (PEG) dan cellulose gum.
5. Surfectan atau Deterjen (1-3%)
Bahan deterjen yang banyak terdapat dalam pasta gigi di pasaran
adalah Sodium Lauryl Sulphate (SLS) yang berfungsi menurunkan
memberikan busa sehingga pembuangan plak, debris, material alba dan
sisa makanan menjadi lebih mudah. Sodium Lauryl Sulphate ini juga
memiliki efek antti bakteri.
6. Bahan penambah rasa (0-2%)
Biasanya pasta gigi mengunakan pemanis buatan untuk memberikan
cita rasa yang beraneka ragam. Misalnya rasa mint, stroberi, kayu
manis bahkan rasa permen karet untuk pasta gigi anak. Tambahan rasa
pada pasta gigi akan membuat menyikat gigi menjadi menyenangkan.
7. Bahan terapeutik (0-2%)
Bahan terapeutik yang biasa ditambahkan dalam pasta gigi adalah
flour, bahan desensitisasi, bahan anti-tartar, bahan antimikroba, bahan
pemutih, bahan pengawet. Manfaat masing-masing bahan terapeutik
adalah :
a.Fluoride
Penambahan fluoride pada pasta gigi dapat memperkuat enamel
dengan cara membuatnya resisten terhadap asam dan menghambat
bakteri untuk memproduksi asam. Jenis fluoride yang terdapat dalam
pasta gigi adalah Stannous fluoride, Sodium fluoride dan Sodium
monofluorofosfat. Stannous, Stannous fluoride atau Tin fluor
merupakan fluor yang pertama ditambahkan dalam pasta gigi yang
digunakan secara bersamaan dengan bahan abrasif (kalium fosfat).
Fluor ini bersifat antibakterial namun kelemahannya dapat membuat
yang paling sering ditambahkan dalam pasta gigi, tapi tidak dapat
digunakan bersamaan dengan bahan abrasif.
b.Bahan desensitisasi
Jenis bahan desensitisasi adalah bahan yang digunakan untuk
perawatan hipersensitivitas denti/hipersensi. Bahan sensitivitas yang
sering digunakan dalam pasta gigi adalah Potassium citrate yang dapat
memblok transmisi nyeri di antara sel-sel syaraf dan Stronsium
chloride yang dapat memblok tubulus dentin.
c.Bahan anti-tartar
Bahan ini digunakan untuk mengurangi kalsium dan magnesium dalam
saliva sehingga keduanya tidak dapat berdeposit pada permukaan gigi,
misalnya Tetrasodium pyrophosphate.
d.Bahan antimikroba
Bahan ini digunakan untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan
bakteri, misalnya Trikolsan (bakterisidal), Zinc citrate atau Zinc
phosphate (bakteriostatik). Selain itu, ada beberapa herbal yang
ditambahkan sebagai anti mikroba dalam pasta gigi misalnya daun
sirih dan siwak.
8. Bahan pemutih (0,05-0,5%)
Bahan pemutih yang biasa digunakan antara lain Sodium carbonat,
Hidrogen peroksida, citroxane, dan sodium hexametaphospate
9. Bahan pengawet (0,05-0,5%)
Bahan pengawet ini berfungsi untuk menceah pertumbuhan
ditambahkan dalam pasta gigi adalah Sodium benzoate,
Methylparaben, dan Etihylparaben (Storehagen, 2003).
2.3.3 Jenis-jenis Pasta Gigi
Pada masa lampau, pasta gigi yang digunakan bersamaan dengan sikat gigi
hanya bersifat sebagai alat kosmetik. Sesuai dengan perkembangan zaman banyak
pasta gigi mempunyai efek untuk merawat penyakit mulut dan mencegah karies
gigi, sehingga sukar dibedakan dengan jelas antara pasta gigi yang berefek
kosmetik dan yang berefek terapi.
Ada bebarapa jenis pasta gigi yaitu pasta gigi anti karies, pasta gigi anti
plak, pasta gigi pemutih dan pasta gigi herbal :
1. Pasta gigi anti karies
Pasta gigi yang beredar dipasaran umumnya mengandung fluor dalam
bentuk Natrium fluoride (NaF), Stanium Fluoride (SnF) dan Sodium
monofluorofosfat (NaMNF). Pasta gigi fluoride efektif dalam mencegah
dan mengendalikan karies gigi. Fluor dapat menghambat demineralisasi
enamel dan meningkatkan remineralisasi. Fluor sangat berperan penting
terhadap peningkatan kesehatan gigi. Contoh pasta gigi anti karies
adalah Colgate, Pepsodent dan Fluordine.
2. Pasta gigi anti plak
Selama dua dekade terakhir, banyak pasta gigi telah diformulasikan
mengandung senyawa antimikroba untuk mencegah atau mengurangi
plak, kalkulus dan karies gigi. Salah satu senyawa tersebut adalah
triklosan. Triklosan (2,4 trikloro-2’-hidroksi difenil eter) adalah suatu
concentration atau konsentrasi penghambat minimal terhadap banyak
bakteri oral kurang dari 10 µg/g) terhadap kebanyakan bakteri yang
membentuk plak. Anti mikroba ini terabsorbsi ke permukaan oral tetapi
tidak menimbulkan stein. Contoh merek dagangnya adalah Antiplague,
AP-24
3. Pasta gigi pemutih
Pasta gigi untuk pemutih meliputi enzim, peroksida, surfaktan, sitrat,
pirofosfat dan hexametaphosphate. Contoh merek dagangnya adalah
Diamond, dan Opale.
4. Pasta gigi anti hipersensitivitas
Hipersensitivitas dentin merupakan suatu kondisi dari gigi yang sakit,
berupa rasa sakit yang singkat dan tajam, diakibatkan dentin yang
tersingkap dalam menerima stimulus yang berasal dari luar. Jenis bahan
desensitisasi yang digunakan dalam pasta gigi adalah Potassium citrate
dan Stronsium chloride. Contoh merek daangnya adalah Colgate
Sensitive, Sensodyne dan Sensodyne-F.
5. Pasta gigi herbal
Pasta gigi herbal merupakan pasta gigi yang mengandung bahan-bahan
alami pilihan. Penelitian klinis tentang pasta gigi yang mengandung
herbal telah banyak dilakukan oleh para ahli (Panjaitan, 1997).
Menurut kegunaannya, pasta gigi dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu:
1. Fungsi kosmetik. Pasta gigi kosmetik ini tidak mengandung bahan
obat-obatan. Efek penggunaan pasta gigi yang bersifat kosmetik ini adalah
materi alba, plak, sisa-sisa makanan dan memberikan kesegaran pada
nafas.
2. Fungsi kosmetik terapeutik. Penggunaan pasta gigi ini adalah untuk
memelihara secara cermat dan menghilangkan plak gigi secara
fisis-mekanis. Efek dari pasta gigi ini adalah sebagai bahan terapi untuk
mencegah karies, kalkulus dan menghambat penyakit gingiva.
3. Fungsi terapeutik. Pasta gigi ini mengandung obat-obatan. Fungsi pasta
gigi ini adalah membawa oabat-obatan ke permukaan gigi atau ke
sekitar pasta gigi, misalnya: plak, saliva, dan jaringan mukosa. Efek
pasta gigi secara klinis dapat mengurangi plak, kalkulus, karies, dan
penyakit gingival, akan tetapi pasta gigi akan berfungsi atau dapat
memberikan efek jika obat-obatan tersebut bereaksi secara kimiawi atau
secara farmakologi dengan hidroxil apatit. Efek pasta gigi juga
tergantung pada ketepatan prosedur atau cara menyikat gigi. Pasta gigi
terapeutik ini dibagi lagi dalam dua kelompok, yaitu pasta gigi
terapeutik yang tidak mengandung fluor dan pasta gigi terapeutik yang
mengandung fluor (Houwink, 1993).
Pasta gigi terapeutik ini dibagi dalam dua kelompok yaitu :
1. Pasta gigi terapeutik yang tidak mengandung fluor
Ada beberapa macam pasta gigi yang termasuk ke dalam pasta gigi
terapeutik yang tidak mengandung fluor, yaitu :
a. Pasta gigi yang mengandung ammonium,
b. Pasta gigi yang mengandung klorofil,
d. Pasta gigi yang mengandung antienzim,
e. Pasta gigi yang mengandung oksidator,
f. Pasta gigi yang mengandun enzim proteolitik.
Pada pasta gigi yang diatas digunakan untuk perawatan penyakit
periodontal.
2. Pasta gigi terapeutik yang mengandung fluor
Menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluor merupakan
salah satu cara penggunaan fluor secara topikal untuk gigi yang sudah
erupsi. Penggunaan fluor sebagai bahan topikal telah dilakukan sejak
lama dan telah terbukti menghambat pembentukan asam dan
pertumbuhan mikroorganisme sehingga menghasilkan peningkatan yang
signifikan dalam mempertahankan permukaan gigi dari proses karies.
Konsentrasi fluor dalam pasta gigi adalah 1000 ppm/1 miligram fluor
dalam 1 gram pasta gigi yang mengandung fluor. Dengan pasta gigi
yang mengandung fluor dapat diharapkan menghambat karies sebesar
15-30%.
a. Pasta gigi yang mengandung sodium fluoride, merupakan
campuran pertama fluorida yang digunakan dalam formulasi pasta
gigi dipakai juga sebagai bahan topikasl aplikasi fluor. Melalui
penelitian terhadap pasta gigi yang mengandung 0,22% sodim
fluorida diketahui bahwa kandungan ini tidak efektif dalam
menurunkan insiden karies karena bahan ini tidak dapat
sebagai bahan abrasif karena dapat membentuk kalsium fluoride
yang tidak dapat terlarut.
b. Pasta gigi yang mengandung stannous fluoride, pasta gigi yang
mengandung 0,4% stannous fluorida dan kalsium pirofosfat
sebagai bahan pembersih dan pengkilat merupakan pasta gigi
yang telah dikenal luas, di mana kalsium pirofosfat ini dipilih
karena merupakan bahan abrasif yang cukup baik dan dapat
dikombinasikan dengan stannous fluorida. Bahan ini efekti