• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Khusus pada Fase Pengasuhan Anak 1.Perilaku memberi makan anak

METODE PENELITIAN

A. Perilaku Umum Walet Rumahan

B.3 Perilaku Khusus pada Fase Pengasuhan Anak 1.Perilaku memberi makan anak

Anak walet selama berada di dalam sarang masih dalam pengasuhan kedua induknya. Pakan anak walet selama fase pengasuhan berasal dari kedua induknya. Ada dua variasi posisi ketika induk walet memberi makan anaknya. Pertama, walet induk mencengkeramkan kakinya pada bibir sarang. Walet induk berada di atas bibir sarang, kemudian mendekatkan paruh berisi makanan ke paruh anak. Anak walet membuka lebar paruhnya sambil menerima gumpalan makanan dari

(a)

paruh induknya (Gambar 40a). Kedua, posisi walet induk menggantung pada bibir sarang. Paruh induk berada persis di atas bibir sarang. Anak walet memajukan paruh dalam keadaan terbuka untuk menerima gumpalan makanan dari paruh induknya (Gambar 40b).

Gambar 40 Perilaku induk walet memberi makan anak dengan posisi bertengger di atas bibir sarang (a), dan posisi menggantung pada bibir sarang (b) 2. Perilaku mendekap tubuh anak

Perilaku mendekap dilakukan dengan menempatkan anak walet di sela sayap dan tubuh walet induk. Perilaku walet induk mendekap tubuh anaknya memiliki tiga variasi. Pertama, salah satu walet induk menempati seluruh area sarangnnya dengan posisi tubuh horizontal sejajar dengan sirip. Perilaku ini dilakukan pada pukul 05.00-17.00 ketika hanya terdapat satu walet induk (Gambar 41a). Pada waktu bersamaan walet induk pasangannya sedang berburu makanan.

Gambar 41 Perilaku mendekap anak. Satu walet induk menempati mangkok

sarang (a); pasangan walet induk bertengger saling berhadapan di bibir sarang (b); salah satu walet induk berada di dalam mangkok sarang dan pasangannya menggantung pada bibir sarang (c)

Kedua, anak walet berada di bagian tengah sarang, sedangkan kedua induknya saling berhadapan di ujung bibir sarang yang berlawanan arah (Gambar

(a) (b)

41b). Ketiga, salah satu walet induk berada di dalam sarang sedang mendekap anaknya, sedangkan pasangannya menggantung pada bibir sarang (Gambar 41c). 3. Perilaku menelisik bulu kepala dan leher anak

Perilaku ini hanya dilakukan pada waktu tertentu, misalnya ketika induk walet sedang mendekap anak tiba-tiba anak walet bergerak-gerak. Untuk mengurangi gerakan anaknya, maka induk walet menelisik bulu kepala/leher anaknya. Walet induk menelisik bulu anak menggunakan paruh yang dipatuk-patukkan pada kepala/leher anaknya secara perlahan. Dengan perilaku ini walet memastikan anak tetap berada di dalam mangkok sarang (Gambar 42).

Gambar 42 Perilaku induk walet menelisik bulu kepala anak. Perilaku ini berguna mengurangi gerak tubuh anak agar tetap di dalam mangkok sarang 4. Perilaku pindah ke sisi bawah sarang dan kembali ke bibir sarang

Selama masa pengasuhan, anak walet sering bergerak, misalnya belajar bertengger di bibir sarang, belajar menelisik bulu dan mengepakkan sayap. Untuk menjaga agar anaknya tetap berada di dalam sarang, salah satu induk walet berpindah tempat ke sisi bawah sarang. Apabila anak walet dalam posisi yang tidak berbahaya, maka induk walet kembali naik dan bertengger di bibir sarang (Gambar 43).

Gambar 43 Induk walet pindah ke sisi bawah sarang dan kembali ke bibir sarang. Perilaku ini bertujuan mencegah anak keluar dari mangkok sarang

Frekuensi perilaku pada fase pengasuhan anak

Perilaku induk walet memberi makan anak memiliki pola menurun. Frekuensi puncak pada hari ke-1 (10 kali/hari). Frekuensi perilaku semakin menurun sampai hari ke-31. Pada hari ke-34 dan ke-40 induk tidak memberi makan anaknya. Pada hari ke-42, induk masih sempat memberi makan anaknya (1 kali/hari) (Gambar 44). Selama fase pengasuhan anak, perilaku induk walet memberi makan anak memiliki rataan 3.47 kali/hari (Gambar 45a) atau 2.23% dari seluruh perilaku (Gambar 45b).

Frekuensi mendekap anak berfluktuasi dengan pola menurun. Perilaku ini memiliki frekuensi puncak pada hari ke-7 (69 kali/hari), Frekuensi perilaku semakin menurun sampai pada hari ke-42 (Gambar 44). Selama fase pengasuhan anak, frekuensi walet induk mendekap anak memiliki rataan 55.40 kali/hari (Gambar 45a) atau 35.62% dari seluruh perilaku (Gambar 45b).

$ %

" " * &

" & *

* +

Gambar 44 Frekuensi perilaku khusus walet pada fase pengasuhan anak

Induk walet menelisik bulu kepala dan leher anak dilakukan pada hari ke-25. Frekuensi puncak berada di hari ke-34 (18 kali/hari). Frekuensi semakin menurun sampai pada hari ke-42 (1 kali/hari) (Gambar 44). Selama fase

Terbang meninggalkan sarang, 8.60 Datang ke sarang, 8.93 Membuang kotoran, 5.53 Pindah posisi ke samping kanan/kiri pasangan, 3.87 Membentangkan sayap, 2.80 Berdiam diri/istirahat, 12.40 Menelisik bulu sendiri, 19.33 Menelisik bulu

berdua, 12.20 Pindah ke sisi bawah sarang/kembali ke bibir sarang, 17.40

Menelisik bulu kepala dan leher

anak, 3.93 Mendekap tubuh anak, 55.40 Menoleh ke kiri-kanan, 1.67 Memberi makan anak, 3.47 Terbang meninggalkan sarang 5.53% Datang ke sarang 5.74% Membuang kotoran 3.56% Pindah posisi ke samping kanan/kiri pasangan 2.49% Membentangkan sayap 1.80% Berdiam diri/istirahat 7.97% Menelisik bulu sendiri 12.43% Menelisik bulu berdua 7.84% Pindah ke sisi bawah sarang/kembali ke bibir sarang 11.19% Menelisik bulu kepala dan leher

anak 2.53% Mendekap tubuh anak 35.62% Menoleh ke kiri-kanan 1.07% Memberi makan anak 2.23%

pengasuhan anak, frekuensi induk walet menelisik bulu kepala dan leher anak memiliki rataan 3.93 kali/hari (Gambar 45a) atau 2.53% (Gambar 45b).

Gambar 45 Rataan frekuensi perilaku walet pada fase pengasuhan anak (a); persentase rataan frekuensi perilaku walet fase pengasuhan anak (b)

(a)

Frekuensi perilaku walet berpindah posisi ke sisi bawah sarang dan kembali ke bibir sarang berfluktuasi. Frekuensi perilaku ini bergantung pada seringnya pergerakan anak walet di dalam sarang. Frekuensi puncak perilaku ini berada pada hari ke-13 (37 kali/hari). Frekuensi menurun sampai hari ke-40 (Gambar 44). Selama fase pengasuhan anak, induk walet pindah ke sisi bawah sarang dan kembali ke bibir sarang mempunyai rataan 17.40 kali/hari (Gambar 45a) atau 11.19% (Gambar 45b).

Durasi perilaku pada fase pengasuhan anak

Durasi induk memberi makan anaknya memiliki pola menurun. Puncak durasi terjadi pada hari ke-1 (5.18 menit/hari). Durasi perilaku ini semakin menurun sampai hari ke-42 (0.18 menit/hari) (Gambar 46b). Selama fase pengasuhan anak, durasi induk walet memberi makan anak mempunyai rataan 26.33 detik/perilaku atau 1.52 menit/hari (Gambar 47a) atau 0.19% dari seluruh perilaku (Gambar 47b).

Perilaku induk walet mendekap anaknya selama masa pengasuhan anak semakin menurun. Puncak durasi terjadi pada hari ke-1 (1300.77 menit/hari), kemudian menurun sampai dengan hari ke-42 (473.33 menit/hari) (Gambar 46a). Selama fase pengasuhan anak, perilaku induk walet mendekap anaknya mempunyai rataan 12.28 menit atau 680.38 menit/hari (Gambar 47a) atau 85.70% dari seluruh perilaku (Gambar 47b).

Perilaku induk walet menelisik bulu kepala dan leher anaknya dimulai hari ke-25. Puncak durasi perilaku ini terjadi pada hari ke-34 (8.93 menit/hari), kemudian semakin menurun sampai hari ke-42 (Gambar 46b). Selama fase pengasuhan anak, durasi induk walet menelisik bulu kepala anaknya mempunyai rataan 36.10 detik/perilaku atau 2.37 menit/hari (Gambar 47a) atau 0.30% dari seluruh perilaku (Gambar 47b).

Perilaku induk walet berpindah tempat ke sisi bawah sarang dan kembali ke bibir sarang secara umum berlangsung kurang dari 1 menit/hari, kecuali pada hari ke-13 (5.40 menit/hari) dan ke-31 berlangsung selama 1.38 menit/hari (Gambar 46b). Durasi Perilaku induk walet berpindah tempat ke sisi bawah sarang dan

$ % ! # " " * & " & * * + ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) $ % ! # " " & * * +

kembali ke bibir sarang mempunyai rataan 2.98 detik/perilaku atau 0.87 menit/hari (Gambar 47a) atau 0.11% dari seluruh perilaku (Gambar 47b).

Gambar 46 Durasi perilaku khusus walet pada fase pengasuhan anak: (a) mendekap tubuh anak, (b) memberi makan anak, menelisik bulu/leher anak, dan pindah ke sisi bawah/kembali ke bibir sarang

(b) (a)

Menelisik bulu berdua, 14.02

Menelisik bulu sendiri, 25.85

Menelisik bulu kepala dan leher

anak, 2.37 Perilaku lainnya, 3.29 Memberi makan anak, 1.52 Pindah ke sisi baw ah sarang/kembali ke bibir sarang, 0.87 Berdiam diri/istirahat, 65.63 Mendekap tubuh anak, 680.38 Mendekap tubuh anak 85.70% Berdiam diri/istirahat 8.27% Pindah ke sisi baw ah sarang/kembali ke bibir sarang 0.11% Memberi makan anak 0.19% Perilaku lainnya 0.41% Menelisik bulu kepala dan leher

anak 0.30% Menelisik bulu sendiri 3.26% Menelisik bulu berdua 1.77%

Gambar 47 Rataan durasi perilaku walet pada fase pengasuhan anak (a); persentase rataan durasi perilaku walet fase pengasuhan anak (b) Kondisi Habitat Mikro Walet Rumahan

Fase pembuatan sarang berlangsung bulan Oktober-Nopember. Fase pengeraman terjadi bulan Nopember-Desember. Fase pengasuhan anak pada bulan Desember-Januari. Suhu ruang bersarang walet yaitu 27-29 oC (Gambar 48). Suhu tertinggi berada pada bulan Oktober dan menurun sampai bulan Desember. Kelembaban relatif di dalam ruang bersarang 81-90%. Kelembaban tertinggi

(a)

(b)

terjadi pada bulan Oktober sebesar 90% dan stabil 81% pada bulan Desember-Januari (Gambar 49). 26.5 27.0 27.5 28.0 28.5 29.0 29.5

Sept'08 Okt'08 Nov'08 Des'08 Jan'09

S u h u ( oC) Periode Pengamatan Suhu pk. 00.00 Suhu pk. 06.00 Suhu pk. 12.00 Suhu pk. 18.00

Gambar 48 Suhu di dalam ruang bersarang walet

76 78 80 82 84 86 88 90 92

Sept'08 Okt'08 Nov'08 Des'08 Jan'09

K e le m b a b a n ( % ) Periode Pengamatan Kelembaban pk. 00.00 Kelembaban pk. 06.00 Kelembaban pk. 12.00 Kelembaban pk. 18.00

PEMBAHASAN

Penggunaan Kamera IR-CCTV

Kendala utama penelitian walet rumahan yaitu: (1) rumah walet memiliki intensitas cahaya rendah, (2) pemilik tidak memberi ijin penelitian menggunakan metode pengamatan langsung di dalam rumah walet. Dengan unit IR-CCTV kedua kendala tersebut dapat diatasi. Kendala pertama dapat diatasi dengan kemampuan kamera inframerah menangkap gambar obyek di tempat gelap. Sinar inframerah yang dihasilkan kamera tidak terdeteksi oleh walet. Dengan kamera ini peneliti dapat mengamati perilaku walet tanpa mengganggu aktivitas hariannya. Kendala kedua dapat diatasi dengan mengamati perilaku walet dari ruang monitor.

Teknik penempatan kamera (Gambar 10) mampu menghasilkan video perilaku pasangan walet dan area sarang dengan jelas. Apabila kamera diletakkan pada sisi kanan atau kiri sarang maka perilaku salah satu walet tidak teramati. Perilaku walet tidak tertangkap kamera secara jelas karena salah satu walet tertutupi oleh walet pasangan yang berada di dekat kamera. Jika kamera diletakkan tegak lurus dengan sirip maka kamera hanya mengamati bagian dorsal pasangan walet. Letak kamera yang terlalu dekat maupun terlalu jauh juga menghasilkan video perilaku kurang jelas.

Yusuf et al. (1999) telah melakukan penelitian teknik penggunaan kamera konvensional. Kamera dilengkapi dengan sumber pencahayaan inframerah dan sensor gerak untuk pengamatan perilaku walet sarang putih (Collocalia

fuciphaga) dan seriti (Collocalia linchi). Kelemahan pada teknik tersebut yaitu

rekaman video perilaku berdurasi pendek dan tidak berkesinambungan. Penyebabnya adalah proses perekaman hanya berlangsung jika objek pengamatan sedang bergerak. Dengan menggunakan perangkat IR-CCTV kelemahan tersebut dapat diatasi karena durasi perekaman relatif lama tanpa menggunakan sensor gerak.

Perilaku Walet Rumahan

A. Perilaku Umum

Perilaku umum selama fase pembuatan sarang, pengeraman, dan pengasuhan anak menunjukkan adanya satu perilaku dominan, yaitu berdiam diri/istirahat. Perilaku berdiam diri/istirahat memiliki frekuensi tertinggi (91.62 kali/hari) yang berlangsung pada fase pembuatan sarang (Gambar 22). Durasi perilaku berdiam diri/istirahat paling tinggi sebesar 380.38 menit/hari juga terjadi pada fase pembuatan sarang (Gambar 23). Durasi perilaku berdiam diri/istirahat yang tinggi dalam penelitian ini sesuai dengan perilaku walet gua di Serawak. Lim & Cranbrook (2002) melaporkan bahwa walet (Collocalia fuciphaga) banyak melakukan perilaku istirahat selama berada di dalam ruang bersarang pada malam hari.

Pasangan walet selalu kembali pada tempat yang sama sebagai tempat bersarang dan beristirahat. Kecenderungan pasangan walet selalu kembali pada tempat bersarangnya dinamakan nest-site fidelity. Perilaku istirahat walet dilakukan di dalam sarang, bertengger di bibir sarang atau menggantung di sisi kiri/kanan sarang. Selain perilaku istirahat, walet gua di Serawak juga berperilaku membentangkan sayap dan menelisik bulu berdua. Enam perilaku lainnya yang tidak disebutkan dalam laporan perilaku walet gua di Serawak yaitu: (1) menelisik bulu sendiri; (2) terbang meninggalkan sarang; (3) datang ke sarang; (4) membuang kotoran; (5) berpindah tempat ke kiri/kanan sarang; dan (6) menoleh ke kiri/kanan. Perilaku membentangkan sayap berlangsung ketika walet sedang didekati pasangannya. Perilaku menelisik bulu berdua berlangsung apabila walet telah menjadi pasangannya (Lim & Cranbrook 2002).

Pada penelitian walet rumahan di Sidayu, perilaku beristirahat dan menelisik bulu berdua memiliki persamaan perilaku dengan walet gua di Serawak. Persamaannya yaitu walet beristirahat dengan cara menggantung pada suatu permukaan (dinding gua atau sirip) dan menelisik bulu kepala/leher pasangan secara bergantian. Berbeda dengan walet di Serawak, perilaku membentangkan sayap pada penelitian ini berlangsung ketika walet sedang beristirahat atau menelisik bulu sendiri.

Dokumen terkait