• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi perilaku konsumen terpusat pada cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya merela yang tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli barag-barang yang berhubungan dengan konsumsi. Hal ini mencakup ada yang mereka beli, mengapa mereka membeli, kapan mereka membeli, di mana membeli, seberapa sering mereka membeli, dan seberapa sering menggunakannya. Ambilah prus\duk yangs ederhana seperti mesin fax pribadi. Para peneliti konsumen ingin mengetahui

konsumen mana yang membeli mesin fax untuk digunakan di rumah. Keistimewaan apa yang mereka cari? Manfaat apa yang mereka cari? Jenis dokumen apa yang mereka fax dan untuk alasan apa? Berapa besar kemungkinanya mereka akan mengganti yang lama jika model baru dengan keistimewaan tambahan tersedia? Jawaban atas semua pertanyaan ini dapat memberikan masukan yang penting kepada produsen mesin fax untuk penjadwalan produk,modifikasi desain dan strategi promosi.

Di samping mempelajari pemakaian konsumen dan evaluasi pasca-pembelian produk yang mereka beli, para pemeliti konsumen juga tertarik untuk mengetahui cara individu membuang produk yang dulu pernah baru. Sebagai contoh, setelah konsumen menggunakan produk tertentu, apakah mereka menyimpan, membuangnya atau menghadiahkan, menjual, menyewakan, atau meminjamkannya kepada orang lain? (pikirkanlah: apa yang sebetulnya dilakukan oleh konsumen terhadap telepon seluler dan laptop mereka yang sudah using?) jawaban atas semua pertanyaan ini penting bagi para pemasar, karena mereka harus menyesuaikan produk mereka dengan kekeparan konsumen membeli penggantinya. Jawaban ini juga penting bagi masyarakan secara keseluruhan, karena pembuangan limbah padat telaj menjadi masalah lingkungan yang besar dan harus dipikirkan oleh para pemasar dalam mengembangkan produk dan kemasan mereka. Daur ulang (recycling) tidak lagi menjadi jawaban yang cukup terhadap persoalan ini. Banyank pemanufaktur yang telah mulai memanufaktur ulang berbagai komponen lama untuk dipasang pada berbagai produk baru, karena

manufaktur ulang sering lebih murah, lebih mudah, dan lebih efisien daripada mendaur ulang. Perilaku konsumen berakar pada lintas disiplin ilmu pengetahuan Perilaku konsumen merupakan studi yang relatif baru pada pertengahan sampai akhir tahun 1960-an. Karena ilmu ini tidak mempunyai sejarah atau badan risetnya sendiri, para pakar teori pemasaran banyak sekali meminjam berbagai konsep yang dikembangkan di berbagai disiplin ilmu pengetahuan lain, seperti psikologi (studi mengenai individu), sosiologi (studi mengenai kelompok), psikologo sosial (studi mengenai cara individu beroprasi dalam kelompok), antropologi (pengaruh masyarakat pada individu), dan ilmu ekonomi dalam rangka membentuk dasar disiplin ilmu pemasaran yang baru ini. Kebanyakan teori awal mengenai perilaku konsumen didasarkan pada teori ekonomi, dengan pendapat bahwa individu bertindak secara rasional untuk memaksimalkan keuntungan (kepuasan) merela dalam membeli barang dan jasa. Penelitian belakangan ini menemukan bahwa para konsumen mungkin sekali membeli secara impulsive, dan dipengaruhi tidak hanya oleh keluarga (Schiffman dan Kanuk, 2008: 6).

Studi perilaku konsumen terpusat pada cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya merela yang tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli barag-barang yang berhubungan dengan konsumsi. Hal ini mencakup ada yang mereka beli, mengapa mereka membeli, kapan mereka membeli, di mana membeli, seberapa sering mereka membeli, dan seberapa sering menggunakannya. Ambilah prus\duk yangs

ederhana seperti mesin fax pribadi. Para peneliti konsumen ingin mengetahui konsumen mana yang membeli mesin fax untuk digunakan di rumah. Keistimewaan apa yang mereka cari? Manfaat apa yang mereka cari? Jenis dokumen apa yang mereka fax dan untuk alasan apa? Berapa besar kemungkinanya mereka akan mengganti yang lama jika model baru dengan keistimewaan tambahan tersedia? Jawaban atas semua pertanyaan ini dapat memberikan masukan yang penting kepada produsen mesin fax untuk penjadwalan produk,modifikasi desain dan strategi promosi.

Di samping mempelajari pemakaian konsumen dan evaluasi pasca-pembelian produk yang mereka beli, para pemeliti konsumen juga tertarik untuk mengetahui cara individu membuang produk yang dulu pernah baru. Sebagai contoh, setelah konsumen menggunakan produk tertentu, apakah mereka menyimpan, membuangnya atau menghadiahkan, menjual, menyewakan, atau meminjamkannya kepada orang lain? (pikirkanlah: apa yang sebetulnya dilakukan oleh konsumen terhadap telepon seluler dan laptop mereka yang sudah using?) jawaban atas semua pertanyaan ini penting bagi para pemasar, karena mereka harus menyesuaikan produk mereka dengan kekeparan konsumen membeli penggantinya. Jawaban ini juga penting bagi masyarakan secara keseluruhan, karena pembuangan limbah padat telaj menjadi masalah lingkungan yang besar dan harus dipikirkan oleh para pemasar dalam mengembangkan produk dan kemasan mereka. Daur ulang (recycling) tidak lagi menjadi jawaban yang cukup terhadap persoalan ini. Banyank pemanufaktur yang telah mulai memanufaktur ulang berbagai

komponen lama untuk dipasang pada berbagai produk baru, karena manufaktur ulang sering lebih murah, lebih mudah, dan lebih efisien daripada mendaur ulang.

Perilaku konsumen merupakan studi yang relatif baru pada pertengahan sampai akhir tahun 1960-an. Karena ilmu ini tidak mempunyai sejarah atau badan risetnya sendiri, para pakar teori pemasaran banyak sekali meminjam berbagai konsep yang dikembangkan di berbagai disiplin ilmu pengetahuan lain, seperti psikologi (studi mengenai individu), sosiologi (studi mengenai kelompok), psikologo sosial (studi mengenai cara individu beroprasi dalam kelompok), antropologi (pengaruh masyarakat pada individu), dan ilmu ekonomi dalam rangka membentuk dasar disiplin ilmu pemasaran yang baru ini. Kebanyakan teori awal mengenai perilaku konsumen didasarkan pada teori ekonomi, dengan pendapat bahwa individu bertindak secara rasional untuk memaksimalkan keuntungan (kepuasan) merela dalam membeli barang dan jasa. Penelitian belakangan ini menemukan bahwa para konsumen mungkin sekali membeli secara impulsive, dan dipengaruhi tidak hanya oleh keluarga (Schiffman dan Kanuk, 2008: 6).

Dokumen terkait