• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis Kelamin

PERILAKU NASABAH MUSLIM SALATIGA DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN

C. Perilaku Nasabah Penerima Fatwa Haram Bunga Bank

Ketika responden ditanya tentang tanggapan mereka tentang terbitnya fatwa haram bunga bank, sebanyak 72 responden menyatakan setuju dan 22% menyatakan menolak atas fatwa ini. Pemahaman responden tentang isi fatwa juga cukup bagus yaitu 51%, dan selebihnya sebesar 37 tidak memahami isi fatwa haram bunga bank. Jawaban responden yang setuju dengan prosentase yang tinggi, sebenarnya menggambarkan perilaku nasabah pada tingkat idealita, namun pada perilaku praktis sampai pada pengambilan keputusan menunjukkan tren menurun. Misalnya ketika responden ditanya tentang kemungkinan fatwa haram bunga bank berlaku mengikat, maka jumlah reponden yang menyatakan setuju menjadi menurun yaitu hanya sebesar 67%. Namun demikian angka tersebut masih cukup besar untuk menggambarkan respon nasabah terhadap perbankan syariah.

Ya (75%); 33; 75.00% Tidak (23%); 10; 22.73% Dikosongi (2%); 1; 2.27% Ya (75%) Tidak (23%) Dikosongi (2%)

Diagram: Fatwa haram berlaku mengikat

Pada pertanyaan selanjutnya yang membutuhkan ketegasan dalam menentukan, perilaku responden semakin unik. Misalnya pertanyaan tentang

bagaimana pendapat responden tentang hukum bunga bank. Kenyataan responden yang menyatakan haram hanya sebesar 49%, yang menyatakan syubhat (antara halal dan haram) sebesar 28%. Responden yang menyatakan halal cukup tinggi yaitu 18%. Terdapat 5% responden yang kesulitan untuk menentukan jawaban tentang status hukum bunga dengan opsi halal, haram dan syubhat tersebut.

Diagram : Hukum bunga bank

Namun jawaban reponden yang menyatakan bunga bank haram ini, tidak berlanjut pada keputusan nasabah untuk berpindah ke perbankan syariah. Hal itu terlihat dengan pertanyaan berikutnya, apakah responden akan memindahkan rekeningnya ke perbankan syariah. Mayoritas responden yaitu sebesar 52% tidak akan memindahkan rekeningnya ke bank syariah, sisanya 48% akan tetap bertransaksi dengan bank konvensional. Alasan utama nasabah muslim Salatiga berupaya untuk memindahkan rekening, adalah pandangannya tentang bunga bank adalah sama dengan riba, oleh karena itu hukumnya adalah haram. Hal itu dapat terlihat darai jawaban

dengan nasabah yang akan memindahkan rekening ke perbankan syariah sebesar 48%. Meskipun pengetahuan nasabah muslim Salatiga tentang fatwa haram bunga bank lebih besar dari penelitian sebelumnya, namun dalam hal keinginan untuk memindahkan rekening ke bank syariah lebih kecil. Penelitian sebelumnya mencapai nagka sebanyak 56 % responden setuju akan memindahkan sebagian dan 22% responden akan memindahkan seluruhnya.

Berupaya memindahkan ke bank syariah (48%); 20; 47.62% Tidak memindahkan ke bank syariah (52%); 22; 52.38%

Berupaya memindahk an ke bank syariah (48%) Tidak memindahk an ke bank syariah (52%)

Diagram : Sebaran nasabah yang bertahan dan akan pindah D. Perilaku Nasabah Penolak Fatwa Haram Bunga Bank

Alasan keengganan bermigrasi ke bank syariah yang dibangun oleh responden sangat variatif. Data diperoleh menunjukkan bahwa alasan mayoritas keengganan memindahkan rekening ke bank syariah adalah karena respondeng berpendapat bahwa bermuamalah dengan perbankan syariah hukumnya tidak wajib (39%). Jawaban yang jumlahnya sama, responden tidak memilih salah satu opsi tetapi memiliki alasan sendiri sebanyak 39%. Responden yang memiliki keinginan untuk memindahkan ke rekening syariah tetapi terkendala alasan kesibukan dan belum sempat sebanyak 19%.

menganggap proses pemindahan ke bank syariah dianggap sangat rumit (3%).

Dari jawaban reponden sebagaimana dalam grafik di atas, ada sejumlah nasabah (12%) yang tidak memilih salah satu opsi artinya memiliki alasan sendiri untuk tidak memindahkan rekeningnya ke bank syariah. Setidaknya ada Sembilan macam alasan responden yaitu: (1) terikat lembaga tempat kerja; (2) mengganggap perbankan syariah dan konvensional sama saja sehingga tidak perlu memindah; (3) praktik bank syariah masih mengandung riba; (4) merasa tidak mengambil bunga karena hanya memperoleh jasa menabung; (5) sudah terlanjur memanfaatkan pembiayaan di bank konvensional; (6) belum sempat memindahkan; (7) tidak perlu karena jumlah saldo sedikit; (8) belum mengetahui sejauhmana kualitas bank syariah; (9) ketersediaan layanan yang masih terbatas. Dari jawaban responden, ternyata alasan tidak memindahkan rekening ke bank syariah sangat kompleks. Secara garis besar dari delapan jawaban itu adalah, perlu adanya sosialisasi yang massif dan berkesinambungan, sehingga bank syariah sebagai industri baru

memperoleh kepercayaan nasabah muslim Salatiga. Di samping itu, ketersediaan layanan seperti ATM sangat penting untuk diperhatikan karena kecenderungan masyarakat saat ini untuk bertindak cepat dan praktis.

Pada tingkat konsep, hasil survey ini sebenarnya mendukung teori yang digagas oleh Monzer Kahf. Dalam pandangan Kahf, bahwa agama memiliki peran penting dalam mempengaruhi perilaku konsumen. Fatwa haram bunga bank adalah salah satu implementasi pengaruh agama terhadap perilaku nasabah muslim. Beberapa penelitian terdahulu seperti Hameeda Abo Hussain and Nadhem Al-Saleh dengan judul Clients of Conventional and Islamic banks in Bahrain; How they Choose which Bank to Patronize Jasim Al-Ajmi?, menunjukkan bahwa kepercayaan religius memiliki pengaruh pada nasabah muslim termasauk. Sementara Gerrard dan Cunninghum (19997) meneliti perkembangan Bank Islam di Singapura, menyimpulkan bahwa masyarakat atau nasabah muslim menabung di bank syariah kerena dimotivasi oleh ketaatan keagamaan, sedangkan nasabah non muslim memilih bank syariah karena motif ekonomi. Hal ini terlihat pada persetujuan responden tentang fatwa haram bunga bank. hanya saja pada level praktik atau realisasi tidak sepenuhnya terjadi.

Berdasarkan pertanyaan yang terakhir dan merupakan pertanyaan lebih prinsipil. yaitu apakah sistem dan akad di bank syariah sudah sesuai dengan prinsip syariah sebagaimana dimaksud dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi, ternyata nasabah muslim yang memiliki trust dan merupakan nasbah loyalist

Responden yang menganggap belum sesuai lebih banyak dari responden yang menganggap telah sesuai, yaitu sebesar 32%. Jawaban dari nasabah muslim Salatiga ini cukup mengejutkan, karena responden ini menggambarkan ketidakpercayaan mereka terhadap bank syariah. Nasabah yang berpendapat bank syariah sama dengan konvensional juga cukup besar, sebesar 14%. Jawaban responden ini tentunya harus menjadi perhatian tersendiri bagi industri perbankan syariah, karena sebagai lembaga yang mencerminkan gaya hidup islami harus memiliki distingsi yang terlihat dan dapat menguntungkan bagi nasabah baik secara lahir maupun batin.

Dengan demikian, nasabah muslim Salatiga yang belum memiliki trust

dan responnya masih negatif terhadap bank syariah, hampir 50% yaitu sebesar 46%. Namun di sisi lain jumlah nasabah potensial juga cukup besar, nasabah potensial ini dapat dikategorikan menjadi dua: (1) responden yang menganggap bank syariah sudah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah (9%); (2) mereka yang menyatakan bahwa praktik perbankan syariah sudah sesuai tetapi perlu perbaikan yaitu sebesar 38% , inilah yang disebut sebagai loyalis kritis. Dari dua kategori ini, maka jumlah nasabah yang memiliki respon positif dan potensial menjadi loyalis terhadap bank syariah di Salatiga sebesar 47%. Prosentase ini di atas lebih sedikit (1%) dari nasabah yang tidak berpotensi menjadi loyalis di bank syariah, yaitu sebesar 46%. Berikut grafik jawaban responden:

BAB VI

Dokumen terkait