• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Perilaku Mencoba Merokok Pada Remaja Putra .1Pengertian Remaja .1Pengertian Remaja

2.2.3 Perilaku Mencoba Merokok Remaja

c. Remaja akhir atau late adolescent (18-20 tahun)

Tahap ini adalah masa menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu:

1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. 5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan

masyarakat umum.

2.2.3 Perilaku Mencoba Merokok Remaja

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung yang timbul karena adanya stimulus dan respons (Sunaryo, 2004). Setelah melewati masa kanak-kanak (usia 6-12 tahun) yang relatif tenang, masa remaja ditandai dengan kehidupan emosi yang lebih bergejolak. Remaja mulai melonggarkan ikatan emosional dengan kedua orang tuanya walaupun secara finansial remaja menyadari bahwa dirinya masih bergantung kepada orang tuanya. Melonggarnya ikatan emosional dengan orang tua memang diperlukan dalam rangka membentuk identitas diri seseorang. Pada saat itu, remaja mulai meninggalkan sebagian aturan, nilai atau norma yang berlaku di rumah orang tuanya dan mulai mencari niai baru dalam kehidupan

25

pertemanan dengan teman sebayanya. Aturan tidak boleh merokok di rumah mulai ditinggalkan. Agar diakui sebagai manusia yang telah dewasa, karena perilaku merokok sering dianggap sebagai lambang kedewasaan (Joewana, 2005).

Perilaku mencoba merokok remaja mencakup tiga domain, yaitu:

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt behaviour) (Sunaryo, 2004). Menurut Rogers dalam Sunaryo (2004) sebelum seseorang mengadopsi perilaku, di dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses yang berurutan (Akronim AIETA), yaitu:

1) Awareness (kesadaran), individu menyadari adanya stimulus.

2) Interest (tetarik), individu mulai tertarik pada stimulus.

3) Evaluation (menimbang-nimbang), individu menimbang-nimbang tentang

baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Pada proses ketiga ini subjek sudah memiliki sikap yang lebih baik lagi.

4) Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru.

5) Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap, dan kesadarannya terhadap stimulus.

Menurut Sunaryo (2004), tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif, mencakup 6 tingkatan, yaitu:

26

a) Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu, adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.

b) Memahami, artinya kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui. Ukuran bahwa seseorang paham tentang sesuatu dapat menjelaskan, memberikan contoh, dan menyimpulkan. c) Penerapan, yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-hukum, rumus, metode dalam situasi nyata.

d) Analisis, artinya adalah kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih di dalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain

e) Sintesis, yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan dalam menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. Ukuran kemampuan adalah seseorang dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan, dan menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah ada.

f) Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun sendiri.

Menurut Wawan dan Dewi (2010), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

27

2) Cukup : hasil presentasi 56%-75% 3) Kurang : hasil presentasi <56%

Pengetahuan merupakan berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencoba merokok untuk pertama kalinya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, dampak, dan rasa rokok tersebut (Purba, 2009).

b. Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respons terhadap stimulus tertentu (Sunaryo, 2004).

Menurut Azwar (2000) dalam Wawan dan Dewi (2011), struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yaitu:

1) Komponen kognitif yaitu representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan, ide dan konsep terhadap suatu objek.

2) Komponen afektif yaitu perasaan yang menyangkut aspek emosional atau evaluasi terhadap objek.

28

3) Komponen konatif yaitu aspek kecendurangan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang.

Menurut Jenny (2012), proses kognitif dapat terjadi pada saat individu memperoleh informasi mengenai objek sikap. Proses kognitif ini dapat terjadi melalui pengalaman langsung, sebagai contoh pada saat individu mencoba rokok untuk pertama kali kemudian merasakan kenikmatannya atau pengalaman tidak langsung yang diperoleh dengan cara menonton iklan rokok yang memperlihatkan bintang iklan terlihat gagah, jantan, dan glamour di televisi. Rasa nikmat yang diperoleh tersebut menyebabkan individu atau remaja bersikap positif terhadap perilaku mencoba merokok.

c. Praktik/Tindakan

Teori tindakan adalah salah satu pendekatan yang sangat berpengaruh dalam ilmu-ilmu sosial. Sedangkan praktik atau tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan (Hardiman, 2008). Hubungan tindakan atau perilaku merokok sehubungan dengan penyakit yaitu terkait dengan pencegahan dan pengobatan penyakit misalnya tidak mencoba berperilaku merokok meskipun orang tua atau teman merokok.

Dokumen terkait