• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Penelaahan Pustaka

5. Perilaku

Menurut Mechanic (cit., Sarwono, 1997), perilaku manusia merupakan hasil

dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya

yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Sesuai dengan

batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk

pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya menyangkut

pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan

dengan kesehatan.

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang (organisme)

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan, serta lingkungan. Batasan ini mempunyai dua unsur pokok,

yakni respon dan stimulus atau perangsangan. Respon atau reaksi manusia, baik

bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap), maupun bersifat aktif (tindakan

yang nyata atau practice); sedangkan stimulus atau rangsangan di sini terdiri dari

empat unsur pokok, yakni sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, dan

lingkungan (Notoatmodjo, 2003).

Perilaku kesehatan ini dibedakan menjadi dua, yaitu perilaku sehat dan

individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku sakit adalah

reaksi optimal dari individu jika terkena suatu penyakit, perilaku ini sangat

ditentukan oleh sistem sosialnya (Sarwono, 1997).

Perilaku seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi

tentang obyek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya.

Proses pembentukan atau perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor dari dalam, maupun dari luar individu (Sarwono, 1997).

Faktor-faktor internal yang mempengaruhi perilaku masyarakat menurut

Dharmmesta dan Handoko (2000) adalah sebagai berikut ini.

a. Faktor motivasi.

Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong

individu melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi

seseorang akan mewujudkan suatu tingkah laku yang diarahkan pada tujuan

untuk mencapai sasaran kepuasan.

b. Faktor pengalaman.

Pengalaman adalah proses ketika manusia menyadari dan

menginterpretasikan aspek lingkungannya. Hasil dari pengalaman individu

akan membentuk suatu pandangan tertentu terhadap suatu obyek yang akan

menciptakan proses pengamatan dan perilaku yang berbeda-beda.

c. Faktor belajar.

Belajar merupakan perubahan-perubahan perilaku yang terjadi sebagai

hasil akibat adanya pengalaman. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi

d. Faktor kepribadian dan konsep diri.

Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda yang mempengaruhi

perilaku pembeliannya. Kepribadian merupakan karakteristik psikologis yang

berbeda dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten

atau bertahan lama terhadap lingkungannya. Kepribadian berkaitan dengan

konsep diri atau citra pribadi (Kotler, 1997).

e. Faktor sikap.

Sikap biasanya memberikan penilaian (menerima atau menolak) terhadap

obyek atau produk yang dihadapinya. Sikap adalah evaluasi, perasaan

emosional, dan kecenderungan tindakan yang menggantung atau tidak

diuntungkan yang bertahan lama dari seseorang terhadap obyek atau gagasan

tertentu (Kotler, 1997).

Menurut Notoatmodjo (2003), sebelum orang berperilaku baru, di dalam diri

orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

a. awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

stimulus atau obyek terlebih dahulu.

b. interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. evaluation, yakni mempertimbangkan baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya, hal ini menunjukkan sikap responden yang lebih baik lagi.

d. trial, yakni orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. adoption, yakni subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

Lingkungan Pengetahuan

↓↑

Individu → Manifestasi Perilaku Sikap ↑

Pengalaman Tindakan

Gambar 1. Hubungan Perilaku dengan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan (Sarwono, 1997)

Pengetahuan, sikap, dan tindakan merupakan manifestasi perilaku individu

yang dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan yang dihadapi dalam

kehidupan sehari-hari. Pengalaman yang didapat dalam kehidupan sehari-hari

dapat mempengaruhi individu. Dari pengalaman tersebut, individu dapat

mempengaruhi lingkungan, namun individu juga dapat dipengaruhi oleh

lingkungan, sehingga dapat dikatakan bahwa individu dan lingkungan dapat saling

mempengaruhi.

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

Tingkat pengetahuan yang tercakup di dalam domain kognitif mempunyai

6 tingkatan, yaitu:

1) tahu (know)

Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, Oleh sebab itu,

tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan mengatakan.

2) memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan terhadap obyek yang dipelajari.

3) aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi

disini diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

4) analisis (analysis)

Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Secara definitif, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian itu ditentukan

berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).

b. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau obyek. Atau dapat dikatakan sikap adalah

penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau obyek

(dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah orang

tersebut mengalami stimulus atau obyek, proses selanjutnya akan menilai atau

bersikap terhadap stimulus atau obyek kesehatan di mana indikator untuk

Dengan demikian, sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, akan

tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan

kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap obyek (Azwar, 1995).

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni:

1) menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (obyek).

2) merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena

dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas

yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang

itu menerima ide tersebut.

3) menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap

tingkat tiga.

4) bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo,

Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang, yaitu:

komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif (Azwar S.,

1995).

1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh

individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe

yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan

(opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang

kontroversial.

2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.

Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai

komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap

pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang

komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang

terhadap sesuatu.

3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu

sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Berisi tendensi atau

kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan

cara-cara tertentu. Berkaitan dengan obyek yang dihadapinya adalah logis untuk

mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk

tendensi perilaku.

Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut ini (Purwanto, 1998).

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari

membedakannnya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus,

kebutuhan akan istirahat.

2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat

berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat

tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu

terhadap suatu obyek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau

berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dapat

dirumuskan dengan jelas.

4) Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan

kumpulan dari hal-hal tersebut.

5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah

yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau

pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek sikap

antara lain adalah sebagai berikut ini.

1) Pengalaman Pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman

pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan

lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi

dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap

penting tersebut.

3) Pengaruh Kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah

sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap

anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak

pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

4) Media Massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara

obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya

berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga

agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika

6) Faktor Emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 1995).

Pembentukan sikap tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui kontak

sosial secara terus-menerus antara individu dengan individu-individu lain di

sekitarnya. Dalam hubungan ini, faktor-faktor yang menyebabkan perubahan

sikap adalah sebagai berikut ini.

1) Faktor intern, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, seperti

selektivitas. Selektivitas diperlukan karena rangsangan yang dating dari

luar (lingkungan) tidak seluruhnya dapat diserap oleh individu. Oleh

karena itu, seseorang harus memilih rangsangan-rangsangan mana yang

tidak ingin “diperdalam”. Pemilihan-pemilihan ini biasanya juga

dipengaruhi oleh motif-motif dan kecenderungan-kecenderungan dalam

diri seseorang.

2) Faktor ekstern, yaitu faktor-faktor yang terdapat di luar diri individu.

Faktor-faktor ini antara lain: sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap,

kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap, sifat orang-orang

atau kelompok yang mendukung sikap tersebut, media komunikasi yang

digunakan untuk menyampaikan sikap tersebut, situasi pada saat sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap

seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan

sesuatu mengenai obyek sikap yang hendak diungkap.

Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif

mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak

pada obyek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable.

Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif

mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra

terhadap obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang

tidak favourabel.

Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas

pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang.

Dengan demikian, pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak

semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama

sekali obyek sikap (Azwar, 1995).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/ pernyataan responden

terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

pernyataan pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden

melalui kuisioner (Notoatmodjo, 2003).

c. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah

fasilitas. Selain itu, diperlukan juga faktor dukungan dari pihak lain

(Notoatmodjo, 2003). Tindakan individu ini merupakan tindakan sosial yang

rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana-sarana yang paling

tepat (Sarwono, 1997).

Tindakan mempunyai beberapa tingkatan, yaitu persepsi, respon

terpimpin, mekanisme, dan adopsi (Notoatmodjo, 2003).

1) Persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai obyek yang

sehubungan dengan tindakan yang diambil.

2) Respon terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuai dengan

urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah indikator tindakan

yang kedua.

3) Mekanisme (mechanism), apabila seseorang telah dapat melakukan

sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu yang sudah merupakan

kebiasaan, maka sudah mencapai tindakan tingkat tiga.

4) Adopsi (adoption), merupakan suatu tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasi tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Dokumen terkait