• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pemberian alat bantu ketaatan dan informasi terhadap perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) pasien rawat jalan RS Panti Rini Yogyakarta periode Juni-Juli 2009 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh pemberian alat bantu ketaatan dan informasi terhadap perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) pasien rawat jalan RS Panti Rini Yogyakarta periode Juni-Juli 2009 - USD Repository"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Diajukan oleh: Dewi Prasetyaningrum

NIM : 068114057

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Don’t tremble with fear.

I am your God.

I will make you strong, as I protect you with My arm and give you

victories.

Isaiah 41:10

Untuk segala sesuatu ada masanya;

Untuk apa pun di bawah langit ada waktunya;

Namun, Ia membuat sesuatu indah pada waktunya

(Pengkotbah 3:1-11)

Segala perkara dapat kutanggung

Di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku

(Filipi 4:13)

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

Tuhan yang telah memberikan aku kesempatan untuk hidup di dunia penuh warna

Babe dan Mami atas kasih sayang, doa, dan pengorbanan

Kakak dan Adik tersayang

(5)
(6)

vi

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Pemberian Alat Bantu Ketaatan dan Informasi Terhadap Perilaku (Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan) Pasien Rawat Jalan Rs Panti Rini Yogyakarta Periode Juni – Juli 2009” ini dengan baik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang berupa materil, moral, maupun spiritual. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Direktur Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta yang telah memberikan ijin menggunakan Rumah Sakit Panti Rini sebagai tempat untuk menjalankan penelitian.

2. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma dan sebagai dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, saran serta dukungan yang telah diberikan selama penyusunan skripsi ini.

(7)

vii

5. Drs. Mulyono, Apt. yang telah bersedia menjadi dosen penguji serta yang telah memberikan saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Y. Bety Husadani, S. Si., Apt., selaku apoteker di Instalasi Farmasi RS Panti Rini serta selaku dosen pembimbing lapangan yang telah bersedia untuk diwawancarai dan banyak membantu peneliti selama penelitian.

7. Seluruh petugas di Instalasi Farmasi RS Panti Rini Yogyakarta yang tak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan saran serta arahan kepada peneliti.

8. Bapak Hari Budiarto, selaku Kepala Bagian Rekam Medis RS Panti Rini Yogyakarta beserta staf karyawan yang telah mengijinkan dan membantu peneliti dalam pengambilan data.

9. Seluruh responden yang mengerti pentingnya arti jawaban kuisioner yang diberikan.

10.Bapak Edy dan Ibu Anie penulis yang tak pernah lelah untuk mendukung penulis melalui kasih saying, doa-doa tulus, dan pengorbanan kepada penulis. 11.Mbak Iik dan Adek yang telah memberi suntikan semangat dan motivasi

penulis.

(8)

viii

14.Mas Danang, Aa Wawan, Dimas, Bray, Mey, dan terutama Mas Ganda yang membantu dan menemani penulis dalam penyusunan skripsi ini.

15.Tim Humas Universitas Sanata Dharma, terutama Mas Gregorius Sanjaya yang sangat membantu dan mendukung penulis dalam menyusun skripsi ini. 16.Dewi, May, Vero, Mbak Rian, Olin, Shiela, Tiara sebagai rekan dalam

penelitian di RS Panti Rini yang telah membantu peneliti dalam penelitian serta bersama-sama dalam suka dan duka menjalankan penelitian.

17.Teman-teman angkatan 2006 baik FKK maupun FST yang telah memberikan semangat kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

18.Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam kehidupan ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat unuk menambah pengetahuan.

Yogyakarta, 14 November 2009 Penulis

(9)
(10)

x

perlu inovasi dan kreasi dengan alat bantu yang lebih meningkatkan ketaatan penggunaan obat.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian alat bantu ketaatan dan informasi terhadap pengetahuan, sikap, tindakan pasien rawat jalan Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Juni-Juli 2009. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan rancangan analitik dan deskriptif. Responden dalam penelitian ini berjumlah 156 orang (78 orang kelompok kontrol dan 78 orang kelompok perlakuan). Alat bantu ketaatan yang terdiri dari kotak obat dan kartu pengingat hanya diberikan pada kelompok perlakuan. Home visit dilakukan pada kedua kelompok untuk mengevaluasi ketaatan penggunaan obat.

Dapat disimpulkan adanya pemberian informasi dan alat bantu ketaatan meningkatkan pengetahuan dan tindakan pasien, namun tidak berpengaruh terhadap sikap pasien rawat jalan Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Juni-Juli 2009. Dari hasil wawancara, 96,15% pasien menyatakan bahwa alat bantu ketaatan bermanfaat dan 3,85% pasien menyatakan bahwa alat bantu ketaatan tidak bermanfaat.

(11)

xi

information about medicine using therefore it can improve patient’s obedience. The main purpose of this research is to find out what is the influence of complience tools and information toward rate of knowledge, attitude, and action of June-July 2009 Panti Rini Hospital’s Outpatients

This research is a pseudo-experimental research with a descriptive-analytic-plan. There are 156 patients in this research (78 control group) and (78 treatment group). The complience tools that are used including medicine box and card-reminder only given to treatment group. Home visit was done to the control and traetment group to evaluate drug used complience.

It can be conluded that by complience tools and information, is proven to improve the June – July 2009 Panti Rini hospital’s outpatients’ knowledge and action. But, it has no impact toward the outpatients’ attitude. The result is that 96.15% of the outpatients say that the complience tools is useful and 3.85% say that it is useless.

(12)

xii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

PRAKATA ... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... x

INTISARI ... xi

ABSTRAK ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENGANTAR ... 1

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Jenis dan rancangan penelitian………26

B. Variabel Penelitian………..27

C. Definisi Operasional………....27

D. Subjek Penelitian……….29

E. Bahan Penelitian………..31

F. Tempat dan Waktu Penelitian ……….31

G. Instrumen Penelitian………32

(13)

xiii

2. Analisis Data……… 40

J. Kesulitan Penelitian………. 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……… . 45

A. Profil Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009 ... 46

B. Normalitas Data Kuisioner Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009 ... 51

C. Perbandingan Nilai Pre-test dan Post-test Pda Setiap Variabel (Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan) Pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan………52

D. Pengaruh Pemberian Alat Bantu dan Informasi Terhadap Perubahan Perilaku (Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan) Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009 terhadap Pemberian Alat Bantu dan Informasi ... 57

E. Kepuasan Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009 terhadap Pemberian Alat Bantu dan Informasi ... 62

BAB V PENUTUP………. ... 66

A. Kesimpulan………66

B. Saran………..66

(14)

xiv

and Prevention ... 6 Tabel III. Penyebab-penyebab drug related problems (DRPs) ... 7 Tabel IV. Tabel Pembagian Jenis Pertanyaan (Favorable atau Unfavorable)

Pada Setiap Bagian Pertanyaan (Pengetahuan, Sikap,

dan Tindakan) ... 34 Tabel V. Data Baseline Profil Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Pasien

Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009 ... 47 Tabel VI. Tabel Hasil Uji Normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov

(KS-Z1 dan KS-Z2) Terhadap Data Kuisioner Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Pasien Panti Rini Yogyakarta Periode

Juni-Juli 2009 ... 51 Tabel VII. Tabel Jumlah Responden yang Mengalami Perubahan Skor

Pretest dan Post-test Pada Setiap Bagian Pertanyaan

(Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan) Kelompok Kontrol dan Perlakuan………..…………53 Tabel VIII. Tabel Nilai Rata-rata (mean) dan Selisih MeanPretest

dan Post-test Pada Setiap Bagian Pertanyaan (Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan) Kelompok Kontrol dan Perlakuan Serta Hasil Uji Wilcoxon (p) ... 54 Tabel IX. Tabel Selisih Mean Pretest-Post-test Kelompok Kontrol dan

Perlakuan serta Selisih Mean Kontrol-Perlakuan Pada Variabel Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Pasien

Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode

Juni-Juli 2009 ... 58 Tabel X. Persentase Pendapat Kelompok Perlakuan Tentang Manfaat

Alat Bantu……….62

(15)

xv

Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan ... 25 Gambar 3. Skema rancangan pretest-post-test intervention with

control group design ... 26 Gambar 4. Skema Pembagian Kelompok Kontrol Dan Perlakuan

Untuk Melihat Pengaruh Pemberian Alat Bantu

Ketaatan Dan Informasi Terhadap Perilaku Pasien Rawat

Jalan RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009 ... 29 Gambar 5. Skema Tata Cara Penelitian Pengaruh Pemberian

Alat Bantu Ketaatan Dan Informasi Terhadap Perilaku Pasien Rawat Jalan RS Panti Rini Yogyakarta

Periode Juni-Juli 2009 ... 32 Gambar 6. Skema Penentuan Uji Signifikansi Berdasarkan

Uji Normalitas Data...42 Gambar 7. Persentase Jumlah Pasien Kelompok Perlakuan dan

Kelompok Kontrol

berdasarkan Umur...48 Gambar 8. Persentase Jumlah Pasien Kelompok Perlakuan dan

Kelompok Kontrol Berdasarkan

Jenis Kelamin...49 Gambar 9. Persentase Jumlah Pasien Kelompok Perlakuan dan

Kelompok Kontrol Berdasarkan

(16)

xvi

Lampiran 4. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Realibilitas Kuisioner ... 74

Lampiran 5. Hasil Wawancara Kelompok Kontrol ... 76

Lampiran 6. Hasil Wawancara Kelompok Perlakuan ... 83

Lampiran 7. Nilai Kuisioner Pretest Kelompok Kontrol ... 86

Lampiran 8. Nilai Kuisioner Pretest Kelompok Perlakuan ... 87

Lampiran 9. Nilai Kuisioner Post-test Kelompok Kontrol ... 91

Lampiran 10. Nilai Kuisioner Post-test Kelompok Perlakuan ... 95

Lampiran 11. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Normalitas Semua Data (Kolmogorov-Smirnov) ... 99

Lampiran 12. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Mann-Whitney Bagian Pengetahuan ... 103

Lampiran 13. Output SPSS versi 16 for WindowsUji Mann-Whitney Bagian Sikap ... 104

Lampiran 14. Output SPSS versi 16 for WindowsUji Mann-Whitney Bagian Tindakan ... 105

Lampiran 15. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Wilcoxon Bagian Pengetahuan Kelompok Kontrol ... 106

Lampiran 16. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Wilcoxon Bagian Pengetahuan Kelompok Perlakuan ... 107

Lampiran 17. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Wilcoxon Bagian Sikap Kelompok Kontrol ... 108

Lampiran 18. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Wilcoxon Bagian Sikap Kelompok Perlakuan ... 109

Lampiran 19. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Wilcoxon Bagian Tindakan Kelompok Kontrol ... 110

(17)

1

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dewasa ini, pelayanan kefarmasian telah bergeser orientasinya dari yang

berorientasi pada obat berubah menjadi berorientasi pada pasien. Dengan

demikian, farmasis semakin bertanggungjawab dalam menjalankan asuhan

kefarmasian (Pharmaceutical Care). Sebagai konsekuensinya, farmasis dituntut

untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat

berinteraksi langsung dengan pasien. Salah satu bentuk interaksi tersebut adalah

pelayanan informasi obat dan monitoring penggunaan obat. Farmasis harus dapat

memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pengobatan

(Medication Error) sehingga farmasis harus berupaya untuk mencegah dan

meminimalkan masalah yang terkait obat (Drug Related Problems) dengan

membuat keputusan profesional untuk tercapainya pengobatan yang rasional.

Berdasarkan laporan FDA's Adverse Event Reporting System selama tahun

1993-1998 jumlah kematian karena medication error (ME) sebanyak 496 kasus,

tipe error yang terbanyak dosis yang salah 40,9%, salah obat 16,2%, dan salah

rute obat 9,5%, sedangkan menurut laporan penelitian yang pernah dilakukan oleh

Massachusetts College of Pharmacy and Allied Health Sciences, ditemukan 88%

ME dikarenakan salah obat dan salah dosis (AHRQ, 2002) (Philips et.al., 2001).

Pada penelitian Tahun 2008 yang berjudul Evaluasi Permasalahan Utama

(18)

Pasien RS Bethesda Agustus–September 2008, beberapa temuan hasil penelitian

adalah sebagai berikut ini (Suhadi et.al., 2008).

1. Medication error (ME) fase administrasi yang ditemukan adalah 170 dari 212

total kejadian ME dan Drug Therapy Problems (DTP) fase administrasi yang

ditemukan adalah 164 dari 241 total kejadian DTP (Suhadi et.al., 2008).

2. Masalah utama yang melatarbelakangi munculnya ME dan DTP dapat

dikatakan dikarenakan kurangnya kehadiran farmasis di bangsal kelas III RS

Bethesda (Suhadi et.al., 2008).

Berdasarkan uraian di atas, maka dirasa perlu dilakukan sebuah penelitian

yang berhubungan dengan peran farmasis dalam menjalankan asuhan

kefarmasian. Salah satu cara yang dapat dilakukan farmasis dalam menjalankan

asuhan kefarmasian adalah dengan memberikan informasi dan alat bantu ketaatan

kepada pasien. Dengan cara tersebut farmasis dapat melakukan monitoring

penggunaan obat. Untuk mengetahui pengaruh pemberian informasi dan alat

bantu terhadap perilaku pasien serta kepuasan pasien terhadap informasi dan alat

bantu yang diberikan, perlu diadakan penelitian mengenai pengaruh pemberian

alat bantu ketaatan terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan (perilaku) pasien

serta kepuasaan pasien terhadap alat bantu yang diberikan dan akhirnya diusulkan

suatu judul Pengaruh Pemberian Alat Bantu Ketaatan terhadap Perilaku

(Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan) Pasien Rawat Jalan RS Panti Rini

Yogyakarta Periode Juni – Juli 2009. Penelitian ini merupakan kerjasama antara

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma dengan pihak Rumah Sakit Panti

(19)

1. Permasalahan

Permasalahan utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah: ”bagaimana

perbedaan perilaku dilihat dari pengetahuan, sikap, dan tindakan pasien rawat

jalan di RS Panti Rini antara pasien yang memperoleh informasi versus yang

memperoleh informasi plus alat bantu ketaatan dan bagaimana pendapat pasien

terhadap alat bantu yang diberikan?”

2. Keaslian Penelitian

Penelitian dengan tema mengenai ”Pengaruh Pemberian Alat Bantu

Ketaatan terhadap Perilaku (Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan) Pasien Rawat

Jalan RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni – Juli 2009” belum pernah

dilakukan. Dan belum ditemukan penelitian terkait ketaatan pasien yang diberi

informasi versus informasi plus alat bantu oleh peneliti lain.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh

pemberian alat bantu ketaatan terhadap perubahan perilaku pasien rawat

jalan RS Panti Rini Yogyakarta periode Juni-Juli 2009 dan untuk

mengetahui kepuasan pasien terhadap alat bantu yang diberikan.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk

(20)

pharmaceutical care, secara khusus di RS Panti Rini dan dapat

meningkatkan kualitas pelayanan terapi obat.

B. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alat bantu ketaatan

dan informasi terhadap perubahan perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan)

pasien rawat jalan RS Panti Rini Yogyakarta periode Juni-Juli 2009 serta

(21)

5

BAB II

A. Penelaahan Pustaka

1. Medication Error

Medication error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang

seharusnya dapat dicegah dan proses tersebut masih berada dalam pengawasan

dan tanggung jawab profesi kesehatan (Cohen, 1991). Dalam Surat Keputusan

Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 disebutkan bahwa

pengertian medication error adalah kejadian yang merugikan pasien, akibat

pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya

dapat dicegah. Kejadian medication error dibagi dalam 4 fase, yaitu fase

prescribing, fase transcribing, fase dispensing, dan fase administration.

Tabel I. Bentuk-bentuk Medication error (Dwiprahasto dan Kristin, 2008)

Prescribing Transcribing Dispensing Administration

•Kontraindikasi

•Sediaan obat buruk

•Instruksi pengguna-an obat tidak jelas

•Salah menghitung dosis

•Salah memberi label

•Salah menulis instruksi

•Dosis keliru

(22)

Tabel II. Taksonomi & kategorisasi Medication error versi the National Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention

(NationalCoordinating Council for Medication Error Reporting and

Prevention, 1998)

Tipe error Kategori Keterangan

NO ERROR A • Keadaan atau kejadian yang potensial menyebabkan

terjadinya error

ERROR-NO HARM

B

Error terjadi, tetapi obat belum mencapai pasien

C

Error terjadi, obat sudah mencapai pasien tetapi tidak berisiko

• Obat mencapai pasien dan sudah terlanjut diminum/digunakan

• Obat mencapai pasien tetapi belum sempat diminum/digunakan

D • Error terjadi dan konsekuensinya diperlukan monitoring terhadap pasien, tetapi tidak menimbulkan risiko (harm) pada pasien

ERROR-HARM

E • Error terjadi dan pasien memerlukan terapi atau intervensi serta menimbulkan risiko (harm) pada pasien yang bersifat sementara

F • Error terjadi & pasien memerlukan perawatan atau perpanjangan perawatan di rumahsakit disertai cacat yang bersifat sementara

G • Error terjadi dan menyebabkan risiko (harm) permanen

H • Error terjadi dan nyaris menimbulkan kematian (mis. Anafilaksis, henti jantung)

ERROR-DEATH

I

(23)

2. Pharmaceutical Care

Pharmaceutical care atau “asuhan kefarmasian” adalah suatu praktek yang

dilakukan dengan tanggung jawab yang berkaitan dengan obat yang dibutuhkan

oleh pasien dan diselenggarakan berdasarkan komitmen tanggung jawab tersebut

(Pharmaceutical care is a PRACTICE in which the practioner takes

RESPONSIBILITY for a patient’s drug-related needs, and is held

ACCOUNTABLE for COMMITMENT). Tanggung jawab tersebut dapat

dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu: (1) menjamin semua terapi yang diterima

oleh individu pasien sesuai (appropriate), paling efektif (the most effective

possible), paling aman (the safest available), dan praktis (convenient enough to be

taken as indicated); (2) mengidentifikasi, memecahkan, dan mencegah

permasalahan berhubungan terapi dengan obat yang menghambat pelaksanaan

tanggung jawab yang pertama (Strand et.al., 1998 dan Rovers et.al., 2003).

Tabel III. Penyebab-penyebab drug related problems (DRPs) (Strand et.al., 1998)

No Jenis DRP Contoh Penyebab DRP

1

• Timbulnya kondisi medis baru memerlukan tambahan obat baru

• Kondisi kronis memerlukan terapi lanjutan terus-menerus

• Kondisi yang memerlukan terapi kombinasi

• Pasien potensial timbul kondisi medis baru yang perlu terapi profilaksi.

• Terapi yang diperoleh sudah tidak valid saat itu

• Terapi dengan dosis toksik

• Penyalah-gunaan obat, merokok, dan alkohol

• Terapi sebaiknya non-farmakologi

• Polifarmasi yang sebaiknya terapi tunggal

(24)

Tabel Lanjutan Tabel III (Penyebab-penyebab drug related problems (DRPs) (Strand et.al., 1998))

No Jenis DRP Contoh Penyebab DRP

3 Pemilihan obat salah (wrong drug)

• Obat yang digunakan bukan yang efektif /paling efektif

• Pasien alergi atau kontraindikasi

• Obat efektif tetapi relatif mahal atau bukan yang paling aman

• Obat sudah resisten terhadap infeksi

• Kondisi sukar sembuh dengan obat yang sudah pernah diperoleh perlu mengganti obat

• Kombinasi obat yang salah.

4 Dosis terlalu rendah (dose

too low)

• Dosis terlalu rendah

• Waktu pemberian yang tidak tepat, misalnya profilaksis antibiotika untuk operasi

• Obat, dosis, rute, atau formulasi yang kurang sesuai untuk pasien

• Obat diberikan terlalu cepat

• Risiko yang sudah teridentifikasi karena obat tertentu

• Pasien alergi atau reaksi indiosinkrasi

• Bioavalibilitas atau efek obat diubah oleh obat lain atau makanan.

• Interaksi obat karena induksi atau inhibisi enzim, penggeseran dari tempat ikatan, atau dengan hasil laboratorium

6 Dosis terlalu tinggi (dose

too high)

• Dosis terlalu besar, kadar obat dalam plasma melebihi rentang terapi yang diharapkan

• Dosis dinaikkan terlalu cepat

• Obat akumulasi karena terapi jangka panjang

• Obat, dosis, rute, atau formulasi yang kurang sesuai untuk pasien

• Dosis dan interval pemberian misalnya analgesik bila perlu diberikan terus

7

• Pasien gagal menerima obat yang sesuai karena

medication error

• Pasien tidak menuruti aturan yang ditetapkan secara sengaja maupun karena tidak mengerti maksudnya

(25)

3. Edukasi

Edukasi adalah upaya yang dilakukan agar masyarakat berperilaku atau

mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan,

memberikan informasi, memberikan kesadaran, dan sebagainya melalui kegiatan

yang disebut pendidikan atau penyuluhan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Pendidikan kesehatan sendiri pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau

usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau

individu. Dengan adanya pesan tersebut diharapkan dapat memperoleh

pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya

dapat berpengaruh terhadap perilaku individu (Notoatmodjo, 2003).

Pendidikan atau penyuluhan kesehatan tersebut mengupayakan agar

perilaku individu, kelompok atau masyarakat mempunyai pengaruh positif

terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Edukasi kesehatan

dilaksanakan melalui penyuluhan massa, kelompok atau interpersonal yang tujuan

akhirnya adalah agar individu, kelompok atau masyarakat berada dalam kondisi

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Notoatmodjo, 2003).

4. Informasi

Informasi obat adalah keterangan hal ihwal obat terutama yang dapat

mendukung tercapainya tujuan pengobatan/terapi yang berbentuk data

terdokumentasi yang bersifat obyektif, diturunkan secara ilmiah yang menyangkut

(26)

Informasi ini merupakan suatu hal yang sangat penting ditekankan supaya

tujuan pengobatan dapat sampai pada sasarannya. Hal ini karena banyaknya kasus

yang terjadi pada pasien yang berkaitan dengan masalah pemakaian obat akibat

kurangnya informasi tentang obat yang diminumnya.

5. Perilaku

Menurut Mechanic (cit., Sarwono, 1997), perilaku manusia merupakan hasil

dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya

yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Sesuai dengan

batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk

pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya menyangkut

pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan

dengan kesehatan.

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang (organisme)

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan, serta lingkungan. Batasan ini mempunyai dua unsur pokok,

yakni respon dan stimulus atau perangsangan. Respon atau reaksi manusia, baik

bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap), maupun bersifat aktif (tindakan

yang nyata atau practice); sedangkan stimulus atau rangsangan di sini terdiri dari

empat unsur pokok, yakni sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, dan

lingkungan (Notoatmodjo, 2003).

Perilaku kesehatan ini dibedakan menjadi dua, yaitu perilaku sehat dan

(27)

individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku sakit adalah

reaksi optimal dari individu jika terkena suatu penyakit, perilaku ini sangat

ditentukan oleh sistem sosialnya (Sarwono, 1997).

Perilaku seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi

tentang obyek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya.

Proses pembentukan atau perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor dari dalam, maupun dari luar individu (Sarwono, 1997).

Faktor-faktor internal yang mempengaruhi perilaku masyarakat menurut

Dharmmesta dan Handoko (2000) adalah sebagai berikut ini.

a. Faktor motivasi.

Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong

individu melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi

seseorang akan mewujudkan suatu tingkah laku yang diarahkan pada tujuan

untuk mencapai sasaran kepuasan.

b. Faktor pengalaman.

Pengalaman adalah proses ketika manusia menyadari dan

menginterpretasikan aspek lingkungannya. Hasil dari pengalaman individu

akan membentuk suatu pandangan tertentu terhadap suatu obyek yang akan

menciptakan proses pengamatan dan perilaku yang berbeda-beda.

c. Faktor belajar.

Belajar merupakan perubahan-perubahan perilaku yang terjadi sebagai

hasil akibat adanya pengalaman. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi

(28)

d. Faktor kepribadian dan konsep diri.

Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda yang mempengaruhi

perilaku pembeliannya. Kepribadian merupakan karakteristik psikologis yang

berbeda dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten

atau bertahan lama terhadap lingkungannya. Kepribadian berkaitan dengan

konsep diri atau citra pribadi (Kotler, 1997).

e. Faktor sikap.

Sikap biasanya memberikan penilaian (menerima atau menolak) terhadap

obyek atau produk yang dihadapinya. Sikap adalah evaluasi, perasaan

emosional, dan kecenderungan tindakan yang menggantung atau tidak

diuntungkan yang bertahan lama dari seseorang terhadap obyek atau gagasan

tertentu (Kotler, 1997).

Menurut Notoatmodjo (2003), sebelum orang berperilaku baru, di dalam diri

orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

a. awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

stimulus atau obyek terlebih dahulu.

b. interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. evaluation, yakni mempertimbangkan baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya, hal ini menunjukkan sikap responden yang lebih baik lagi.

d. trial, yakni orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. adoption, yakni subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

(29)

Lingkungan Pengetahuan

↓↑

Individu → Manifestasi Perilaku Sikap

Pengalaman Tindakan

Gambar 1. Hubungan Perilaku dengan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan (Sarwono, 1997)

Pengetahuan, sikap, dan tindakan merupakan manifestasi perilaku individu

yang dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan yang dihadapi dalam

kehidupan sehari-hari. Pengalaman yang didapat dalam kehidupan sehari-hari

dapat mempengaruhi individu. Dari pengalaman tersebut, individu dapat

mempengaruhi lingkungan, namun individu juga dapat dipengaruhi oleh

lingkungan, sehingga dapat dikatakan bahwa individu dan lingkungan dapat saling

mempengaruhi.

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

(30)

Tingkat pengetahuan yang tercakup di dalam domain kognitif mempunyai

6 tingkatan, yaitu:

1) tahu (know)

Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, Oleh sebab itu,

tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan mengatakan.

2) memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan terhadap obyek yang dipelajari.

3) aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi

disini diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

(31)

4) analisis (analysis)

Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Secara definitif, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian itu ditentukan

berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).

b. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau obyek. Atau dapat dikatakan sikap adalah

penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau obyek

(dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah orang

tersebut mengalami stimulus atau obyek, proses selanjutnya akan menilai atau

bersikap terhadap stimulus atau obyek kesehatan di mana indikator untuk

(32)

Dengan demikian, sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, akan

tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan

kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap obyek (Azwar, 1995).

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni:

1) menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (obyek).

2) merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena

dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas

yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang

itu menerima ide tersebut.

3) menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap

tingkat tiga.

4) bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo,

(33)

Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang, yaitu:

komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif (Azwar S.,

1995).

1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh

individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe

yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan

(opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang

kontroversial.

2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.

Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai

komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap

pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang

komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang

terhadap sesuatu.

3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu

sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Berisi tendensi atau

kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan

cara-cara tertentu. Berkaitan dengan obyek yang dihadapinya adalah logis untuk

mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk

tendensi perilaku.

Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut ini (Purwanto, 1998).

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari

(34)

membedakannnya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus,

kebutuhan akan istirahat.

2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat

berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat

tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu

terhadap suatu obyek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau

berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dapat

dirumuskan dengan jelas.

4) Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan

kumpulan dari hal-hal tersebut.

5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah

yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau

pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek sikap

antara lain adalah sebagai berikut ini.

1) Pengalaman Pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman

pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan

lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam

(35)

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi

dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap

penting tersebut.

3) Pengaruh Kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah

sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap

anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak

pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

4) Media Massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara

obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya

berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga

agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika

(36)

6) Faktor Emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 1995).

Pembentukan sikap tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui kontak

sosial secara terus-menerus antara individu dengan individu-individu lain di

sekitarnya. Dalam hubungan ini, faktor-faktor yang menyebabkan perubahan

sikap adalah sebagai berikut ini.

1) Faktor intern, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, seperti

selektivitas. Selektivitas diperlukan karena rangsangan yang dating dari

luar (lingkungan) tidak seluruhnya dapat diserap oleh individu. Oleh

karena itu, seseorang harus memilih rangsangan-rangsangan mana yang

tidak ingin “diperdalam”. Pemilihan-pemilihan ini biasanya juga

dipengaruhi oleh motif-motif dan kecenderungan-kecenderungan dalam

diri seseorang.

2) Faktor ekstern, yaitu faktor-faktor yang terdapat di luar diri individu.

Faktor-faktor ini antara lain: sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap,

kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap, sifat orang-orang

atau kelompok yang mendukung sikap tersebut, media komunikasi yang

digunakan untuk menyampaikan sikap tersebut, situasi pada saat sikap

(37)

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap

seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan

sesuatu mengenai obyek sikap yang hendak diungkap.

Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif

mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak

pada obyek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable.

Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif

mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra

terhadap obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang

tidak favourabel.

Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas

pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang.

Dengan demikian, pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak

semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama

sekali obyek sikap (Azwar, 1995).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/ pernyataan responden

terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

pernyataan pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden

melalui kuisioner (Notoatmodjo, 2003).

c. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

(38)

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah

fasilitas. Selain itu, diperlukan juga faktor dukungan dari pihak lain

(Notoatmodjo, 2003). Tindakan individu ini merupakan tindakan sosial yang

rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana-sarana yang paling

tepat (Sarwono, 1997).

Tindakan mempunyai beberapa tingkatan, yaitu persepsi, respon

terpimpin, mekanisme, dan adopsi (Notoatmodjo, 2003).

1) Persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai obyek yang

sehubungan dengan tindakan yang diambil.

2) Respon terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuai dengan

urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah indikator tindakan

yang kedua.

3) Mekanisme (mechanism), apabila seseorang telah dapat melakukan

sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu yang sudah merupakan

kebiasaan, maka sudah mencapai tindakan tingkat tiga.

4) Adopsi (adoption), merupakan suatu tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasi tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

6. Kepuasan

Kepuasan pasien didefinisikan sebagai evaluasi pasca konsumsi bahwa

suatu produk yang dipilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapan. Kepuasan

(39)

mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembelian ulang produk yang sama

(Endang, 1998).

7. Kuisioner

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan maupun pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien

bila peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa

diharapkan dari responden. Selain itu, kuisioner juga cocok digunakan bila jumlah

responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuisioner dapat berupa

pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden

secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet. Adanya kontak langsung

antara peneliti dengan responden akan menciptakan kondisi yang cukup baik,

sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data obyektif dan cepat

(Sugiyono, 2008).

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian,

fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya

disebut sebagai variabel penelitian. Skala Likert dapat digunakan untuk

menjabarkan variabel yang akan diukur menjadi indikator variabel. Kemudian

indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item

instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item

(40)

sampai sangat negatif. Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat

dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda (Sugiyono, 2008).

B. Landasan Teori

Perilaku pasien dalam penggunaan obat sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan suatu terapi. Perilaku pasien sangat dipengaruhi oleh komunikasi,

informasi, dan edukasi yang diterima oleh pasien. Oleh karena itu, diperlukan

interaksi antara pasien dan lingkungan. Penggunaan obat oleh pasien bergantung

dari informasi yang diperoleh, dalam beberapa kasus pasien tidak menggunakan

obat secara tepat karena kurangnya informasi referensi tertulis, maupun dari

tenaga kesehatan yang bertanggungjawab dengan pengetahuannya akan

penggunaan obat yang benar.

Farmasis merupakan tenaga kesehatan yang bertanggung jawab memberikan

informasi obat kepada pasien. Sesuai dengan tujuan yaitu patient oriented,

pemberian informasi oleh farmasis dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu

informasi verbal, demonstrasi dengan alat visual, multimedia, maupun dengan

form kepatuhan. Pemberian informasi disertai alat bantu ketaatan dan form

kepatuhan akan lebih mempermudah pemberian informasi dan meningkatkan

pengetahuan pasien tentang penggunaan obat yang tepat sebab lebih melibatkan

(41)

Kerangka Konsep

Gambar 2. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Sebelum dan Setelah Diberikan Informasi Disertai Pemberian Alat Bantu Terhadap

Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

C. Hipotesis

Ada peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan pasien rawat jalan RS Panti

Rini Yogyakarta periode Juni-Juli 2009 setelah diberi intervensi berupa alat bantu

ketaatan dan informasi.

Pengetahuan, Sikap, dan

Tindakan

Pemberian Informasi dan

Alat Bantu Ketaatan

Perubahan Pengetahuan,

(42)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu dengan rancangan

penelitian analitik dan deskriptif dengan pola searah (Pratiknya, 1986).

Berdasarkan setting tempat penelitian ini termasuk penelitian lapangan (di

komunitas). Berdasarkan bidang ilmu penelitian ini merupakan penelitian klinis

komunitas, mata kuliah yang terkait meliputi Farmasi Klinis, Farmasi Sosial,

Farmakoterapi, serta Komunikasi dan Konseling.

Metode pengumpulan data dengan membandingkan kelompok yang diberi

perlakukan berupa pemberian alat bantu ketaatan dan informasi dengan kelompok

kontrol yang hanya diberi informasi. Bagian survei dilakukan dengan observasi

pasien berdasarkan data hasil kunjungan ke pasien (home visit) serta wawancara

dengan pasien.

Kelompok eksperimen:

a---P---b

Kelompok kontrol:

ak---TP---bk

Gambar 3. Skema rancangan pretest - post-test intervention with control group design

Keterangan :

P : perlakuan informasi dan alat bantu

(43)

a : pengukuran pretest tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan sebelum P

ak : pengukuran pretest tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pada

kelompok kontrol tanpa perlakuan

b : pengukuran post-test tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan setelah P

bk : pengukuran post-test tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pada

kelompok kontrol tanpa perlakuan.

B. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. variabel bebas (independent) yang digunakan dalam penelitian ini adalah

intervensi yang berupa pemberian informasi disertai pemberian alat bantu.

2. variabel tergantung (dependent) yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pengetahuan, sikap, tindakan, serta kepuasan pasien rawat jalan RS Panti Rini

Yogyakarta periode Juni-Juli 2009.

C. Definisi operasional

1. Pengetahuan adalah hal-hal umum tentang obat dan cara penggunaan obat

yang diketahui oleh pasien rawat jalan RS Panti Rini Yogyakarta periode

Juni-Juli 2009.

2. Sikap adalah pendapat pasien rawat jalan RS Panti Rini Yogyakarta periode

Juni-Juli 2009 tentang hal-hal umum tentang obat dan cara penggunaannya.

3. Tindakan merupakan hal-hal yang dilakukan pasien yang berkaitan dengan

(44)

4. Kepuasan pasien adalah evaluasi pasien tentang manfaat alat bantu ketaatan

yang telah diberikan yang diketahui dari wawancara pada home visit

terakhir.

5. Pasien rawat jalan adalah pasien yang tidak dirawat secara intensif di RS

Panti Rini Yogyakarta periode Juni-Juli 2009 yang meliputi: pasien yang

datang untuk berobat ketika ada keluhan tertentu, pasien yang secara berkala

datang ke rumah sakit untuk menerima pengobatan, maupun pasien rawat

inap yang telah keluar dari rumah sakit namun masih harus menerima

pemeriksaan dan pengobatan secara berkala.

6. Informasi obat adalah segala keterangan tentang obat dan cara

penggunaannya, terutama yang dapat mendukung tercapainya tujuan

pengobatan yang disampaikan oleh petugas instalasi farmasi RS Panti Rini

Yogyakarta periode Juni-Juli 2009

7. Alat bantu ketaatan berupa kotak obat dan kartu pengingat yang digunakan

selama penelitian untuk tujuan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan

tindakan (perilaku) serta kepuasan pasien terhadap alat bantu yang telah

diberikan. Alat bantu ketaatan yang dirancang oleh peneliti mahasiswa dan

(45)

D. Subyek Penelitian

Gambar 4. Skema Pembagian Kelompok Kontrol Dan Perlakuan Untuk Melihat Pengaruh Pemberian Alat Bantu Ketaatan Dan Informasi Terhadap Perilaku Pasien Rawat Jalan RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009

Pasien rawat jalan RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli

2009

KRITERIA INKLUSI

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol

Diberi alat ketaatan minum obat

Tidak diberi alat ketaatan minum obat

HOME VISIT

evaluasi perbedaan tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan (perilaku) serta kepuasan pasien rawat jalan di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009 terhadap informasi saja versus informasi

(46)

Subyek penelitian meliputi pasien dewasa (berumur minimal 17 tahun)

menjalani rawat jalan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta. Kriteria inklusi

subyek adalah pasien yang dirawat-jalan di Rumah Sakit Panti Rini periode

Juni-Juli 2009; menerima salah satu atau lebih golongan obat antihipertensi, golongan

obat saluran nafas non infeksi, golongan obat saluran cerna non infeksi, golongan

obat endokrin, golongan obat neuromuskular, dan golongan obat antiinfeksi;

pasien menggunakan obat yang memerlukan ketaatan atau aturan pakai berdurasi

lama (30 hari) atau penggunaan terus menerus untuk mencapai tingkat

keberhasilan terapi; pasien yang bersedia bekerja sama berdasarkan persetujuan

dengan informed consent.

Dalam penelitian ini, subyek uji dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan, subyek uji

diberi alat bantu ketaatan minum obat yang berupa kotak bersekat-sekat, dan di

dalam sekat-sekat tersebut obat yang diterima pasien sudah ditata sedemikian rupa

sehingga siap untuk digunakan sesuai dengan aturan pakai yang tercantum dalam

etiket, sedangkan kelompok kontrol tidak diberi alat bantu ketaatan minum obat.

Artinya, pada kelompok kontrol subyek uji mengkonsumsi obat langsung dari

kemasan sesuai dengan yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit.

Pada awal berlangsungnya penelitian, subyek uji berjumlah 190 orang.

190 orang subyek uji tersebut terbagi menjadi kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol. Kelompok perlakuan berjumlah 92 orang dan kelompok kontrol

berjumlah 98 orang. Saat berjalannya penelitian, ada beberapa subyek uji yang

(47)

terbagi menjadi 78 kelompok perlakuan dan 78 kelompok kontrol. Jumlah pasien

yang dikeluarkan dari penelitian yaitu 34 orang. Berkurangnya subyek uji dalam

penelitian ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain pasien meninggal dunia (1

orang); pada saat kunjungan, pasien selalu tidak dapat ditemui (8 orang); pasien

tidak tinggal di tempat yang sama di tengah kunjungan dan tidak bisa ditemui lagi

(4 orang); alamat yang tertera tidak dapat ditemukan (10 orang); pasien menjalani

rawat inap setelah ikut dalam penelitian (6 orang); serta dikeluarkannya pasien

yang menerima golongan obat kardiovaskular selain obat antihipertensi (5 orang).

E. Bahan Penelitian

Hasil home visit pasien yang dilakukan minimal tiga kali untuk perlakuan

dan sekali untuk kontrol digunakan untuk membantu menggambarkan ketaataan

pasien dalam menggunakan obat serta dampak terapinya. Hasil home visit terakhir

yang digunakan untuk mengetahui hasil evaluasi pasien kelompok perlakuan

tentang manfaat alat bantu yang telah diberikan.

F. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Instalasi Farmasi dan ruang tunggu pengambilan

resep bagian poli (Rawat Jalan) RS Panti Rini Yogyakarta dan dilanjutkan di

rumah pasien untuk kegiatan pemantauan (home visit). Penelitian yang dilakukan

di rumah sakit dilakukan setiap hari Senin sampai Jumat, pada pukul 09.00-15.00

WIB. Penelitian dilakukan dari tanggal 8 Juni 2009-31 Juli 2009. Penelitian di

(48)

disesuaikan dengan rutinitas pasien melalui janjian dengan pasien. Penelitian

dilakukan dari tanggal 8 Juni 2009-31 Juli 2009.

G. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan (1) alat-alat sederhana yang akan dirancang

untuk membantu ketaatan penggunaan obat pasien berupa kartu pengingat dan

kotak obat; (2) Panduan wawancara terstruktur; (3) kuisioner yang berisi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden.

H. Tata Cara Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari serangkaian penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui Pengaruh Pemberian Alat Bantu Ketaatan terhadap Perilaku

(Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan) Pasien Rawat Jalan RS Panti Rini

Yogyakarta Periode Juni – Juli 2009 Serta Kepuasan Pasien. Jalannya penelitian

secara umum digambarkan seperti pada gambar 5.

Gambar 5. Skema Tata Cara Penelitian Pengaruh Pemberian Alat Bantu Ketaatan Dan Informedasi Terhadap Perilaku Pasien Rawat Jalan RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009

Tahap persiapan

Pengambilan data

(49)

1. Tahap persiapan

Tahap ini adalah tahap awal jalannya penelitian. Tahap ini meliputi

analisis situasi, pembuatan alat bantu ketaatan, pembuatan kuisioner, pembuatan

wawancara terstruktur, dan pembuatan informed consent.

Pada analisis situasi dilakukan diskusi bersama pihak Rumah Sakit

khususnya bagian Instalasi Farmasi tentang penelitian yang akan dilaksanakan,

penetapan kasus, penetapan subyek uji, dan kriteria inklusi dalam penelitian.

Selanjutnya, dilakukan pembuatan alat bantu ketaatan minum obat yang

gagasannya dikumpulkan dari berbagai macam studi pustaka dan pertimbangan

tertentu. Contoh alat bantu yang dirancang adalah kartu dan kotak-kotak yang

dapat membantu ingatan pasien untuk meminum obat dengan bahasa yang

sederhana disertai gambar.

Pembuatan kuisioner dan wawancara terstruktur ditujukan untuk

mengevaluasi pengetahuan, sikap, dan tindakan serta kepuasan pasien dalam

penelitian. Informed consent dibuat sebagai tanda persetujuan pasien untuk ikut

serta dalam penelitian. Sebelum digunakan, alat bantu ketaatan, kuisioner,

wawancara terstruktur, dan informed consent diujicobakan pada 20 orang yang

memiliki kriteria menyerupai kriteria subyek uji.

Pembuatan kuisioner yang berisi 12 pertanyaan dengan bahasa sederhana.

Kuisioner yang dibuat terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama kuisioner

menggambarkan sikap pasien dalam penggunaan obat. Bagian kedua kuisioner

(50)

dijalaninya dan tindakan untuk lebih teratur minum obat sesuai aturan. Bagian

keempat kuisioner menggambarkan pengetahuan umum pasien tentang aturan

minum obat.

Tabel IV. Tabel Pembagian Jenis Pertanyaan (Favorable atau Unfavorable) Pada Setiap Bagian Pertanyaan (Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan)

Variabel No pertanyaan

Jenis pertanyaan

Favorable Unfavorable

Sikap 1, 2, 3 1, 2, 3

Tindakan 4, 5, 6, 7 4, 6, 7 5

Pengetahuan 8, 9, 10, 11, 12 10, 12 8, 9, 11

Sistem penilaian dibagi menjadi dua cara yaitu pernyataan favorable dan

unfavorable. Penilaian untuk pernyataan yang favorable adalah SS (Sangat

Setuju) = 4, S (Setuju) = 3, TS (Tidak Setuju) = 2, STS (Sangat Tidak Setuju) = 1

sedangkan untuk pernyataan yang unfavorable adalah SS (Sangat Setuju) = 1, S

(Setuju) = 2, TS (Tidak Setuju) = 3, STS (Sangat Tidak Setuju) = 4.

Kuisioner perlu diuji sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian. Uji

yang dilakukan meliputi uji validitas, uji reliabilitas dengan menghitung nilai

Alpha Cronbach, dan uji pengetahuan bahasa.

a. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan kepada 20 masyarakat di Kabupaten Sleman

Yogyakarta di luar sampel yang memiliki kriteria yang menyerupai kriteria

subyek uji. Uji validitas ini dilakukan di masing-masing rumah masyarakat

(51)

sejauh mana kuisioner mencerminkan atribut yang hendak diukur (Azwar,

2008). Pengujian validitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

validitas isi. Uji validitas isi dilakukan dengan professional judgement. Selain

itu, pengujian juga dilakukan dengan melihat Case Processing Summary dari

program SPSS versi 16 for Windows. Dari uji validitas diperoleh hasil bahwa

12 butir pernyataan kuisioner sudah valid.

b. Uji Reliabilitas

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan internal konsistensi dalam

estimasi reliabilitas, di mana dalam pendekatan ini hanya memerlukan satu

kali uji kepada suatu kelompok individu sebagai subyek.

Koefisien reliabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

program SPSS versi 16 for Windows dengan analisis reliabilitas yang

menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Jika nilai alpha>0,60, maka reliabel

(Mario, 2006). Nilai koefisien reliabilitas dalam penelitian ini adalah 0,647.

Dengan taraf kepercayaan 90%, 12 item pertanyaan dalam kuisioner yang

disajikan dalam penelitian ini tidak ada yang dinyatakan gugur.

Pada penelitian, tahap persiapan yang dilakukan tidak berbeda dengan

serangkaian penelitian lain karena data yang dibutuhkan dalam penelitian ini

tercantum dalam panduan wawancara terstruktur.

Dalam tahap ini juga dilakukan penyesuaian teknis pengambilan data di

Instalasi Farmasi rawat jalan Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta. Penyesuaian

(52)

mengganggu kegiatan pelayanan di Rumah Sakit dan di Instalasi Farmasi rawat

jalan. Tahap persiapan ini berlangsung selama dua minggu.

2. Tahap Pengambilan Data

Tahap pengambilan data dimulai pada tanggal 8 Juni 2009. Dalam

pengambilan data, ditetapkan suatu aturan main dalam mengumpulkan subyek uji

yang terdiri dari kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pada minggu

pertama pengambilan data, dilakukan pengumpulan subyek uji untuk kelompok

perlakuan. Minggu selanjutnya dilakukan pengumpulan subyek uji untuk

kelompok kontrol. Pada minggu ketiga kembali dilakukan pengumpulan subyek

uji untuk kelompok perlakuan dan minggu keempat untuk kelompok kontrol. Hal

ini dilakukan terus menerus sampai jumlah subyek uji mencapai target yang

diinginkan. Dengan adanya aturan seperti ini, diharapkan terdapat distribusi yang

merata pada subyek uji baik kelompok kontrol ataupun kelompok perlakuan.

Golongan obat yang digunakan dalam penelitian ini ada 6. Untuk setiap

golongan obat, subyek uji yang diinginkan berjumlah 40 orang (± SD 20%), yaitu

20 orang untuk kelompok perlakuan dan 20 orang untuk kelompok kontrol. Dalam

pelaksanaan penelitian, satu pasien dapat digunakan untuk beberapa kajian

golongan obat. Hal ini memang diinginkan dengan tujuan supaya jumlah subyek

uji keseluruhan tidak terlalu banyak. Jadi, jika pada suatu resep terdapat beberapa

jenis obat yang masuk ke dalam beberapa kajian golongan obat yang diteliti, maka

resep ini akan lebih diinginkan daripada resep yang berisi obat yang hanya masuk

(53)

Pengambilan data dilakukan di 2 tempat yaitu di Instalasi Farmasi dan

ruang tunggu pengambilan resep. Di Instalasi Farmasi dilakukan skrining terhadap

resep yang masuk sesuai dengan golongan obat yang akan diteliti seperti yang

tercantum dalam definisi operasional. Apabila resep sesuai dengan golongan obat

yang akan diteliti, maka pasien yang berada di ruang tunggu pengambilan resep

akan diminta untuk ikut serta dalam penelitian dengan menandatangani informed

consent. Informed consent ditandatangani oleh subyek uji dan saksi

(keluarga/kerabat dekat, namun jika tidak ada saat itu, peneliti bisa menjadi saksi).

Selanjutnya, menentukan pasien mana yang menjadi kontrol dan perlakuan sesuai

dengan aturan yang telah dibuat. Untuk kelompok perlakuan, pasien diberi alat

bantu ketaatan seperti kotak tempat obat dan kartu pengingat, lalu peneliti

membantu pasien menatakan obat yang telah diresepkan ke dalam kotak obat dan

meminta pasien untuk mencentang kartu pengingat setiap meminum obat.

Kelompok kontrol tidak diberi alat bantu cukup informasi verbal mengenai

ketaatan penggunaan obat. Selain itu, pasien yang dijadikan subyek uji diminta

untuk mengisi kuisioner dan dilakukan wawancara sesuai dengan panduan yang

telah disiapkan, hasilnya dihitung sebagai nilai pretest.

Kemudian dilakukan home visit pada semua subyek uji yang telah

didapatkan. Untuk kelompok perlakukan, home visit dilakukan 3 kali, sedangkan

pada kelompok kontrol home visit hanya dilakukan 1 kali. Perbedaan perlakuan

ini dilakukan karena pada kelompok perlakuan akan diberikan informasi yang

berkaitan dengan obat yang diterima dan informasi lain tentang penggunaan obat.

(54)

menghitung jumlah obat di akhir jangka waktu pengobatan. Perhitungan jumlah

obat juga dilakukan pada kelompok perlakuan, yang membedakannya dengan

kelompok kontrol adalah pemberian informasi mengenai obat dan pemberian alat

bantu. Pada home visit terakhir, dilakukan pengisian kuisioner dan wawancara lagi

baik untuk kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol sebagai nilai post-test

yang nantinya akan dibandingkan dengan nilai pretest dan dilihat hasilnya.

Wawancara terstruktur dilakukan terhadap pasien (kelompok perlakuan

dan kelompok kontrol) tentang pengetahuan, sikap, dan tindakan serta kepuasan

pasien terhadap informasi penggunaan obat.

3. Tahap Pengolahan Data

Pada penelitian ini, data yang diolah diperoleh dari kuisioner dan

wawancara terstruktur.

a. Pretest

Pasien yang telah setuju menjadi subyek uji, setelah menandatangani

informed consent, diminta untuk mengisi kuisioner dan dilakukan

wawancara sesuai dengan panduan yang telah disiapkan, hasilnya dihitung

sebagai nilai pretest. Pretest dilakukan terhadap semua responden sebelum

dilakukan intervensi berupa informasi dan pemberian alat bantu (bagi

kelompok perlakuan). Pretest dilakukan untuk mengetahui pengetahuan,

(55)

b. Post-test pada home visit terakhir

Post-test dilakukan pada home visit terakhir pada semua responden baik

pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol. Post-test pada

kelompok perlakuan dilakukan untuk melihat konsistensi pengetahuan dan

sikap responden setelah menerima informasi umum penggunaan obat,

pemberian alat bantu (kotak obat dan kartu pengingat), dan home visit

(bagi kelompok perlakuan).

c. Wawancara

Wawancara terstruktur dilakukan terhadap pasien (kelompok perlakuan

dan kelompok kontrol) tentang pengetahuan, sikap, tindakan, dan

kepuasan pasien terhadap informasi penggunaan obat. Wawancara

mengenai pengetahuan pasien tentang penggunaan obat diberikan di awal.

Sedangkan wawancara kepuasan pasien terhadap informasi dan alat bantu

diberikan di akhir pengambilan data.

I. Analisis Data 1. Manajemen Data

Untuk menjamin keakuratan data, dilakukan beberapa kegiatan proses

(56)

a. Editing

Melakukan pemilihan kuisioner yang memenuhi kriteria inklusi sampel

untuk digunakan dalam pengolahan data selanjutnya. Selain itu, dilakukan

juga pemeriksaan kelengkapan isi jawaban kuisioner.

b. Processing

Dalam penelitian ini, data diolah dengan cara mengelompokan item

pernyataan dalam kuisioner didasarkan pada variabel-variabel yang akan

diteliti, yaitu: pengetahuan, sikap, dan tindakan. Kemudian menjumlahkan

angka pada tiap variabel yang akan diteliti yang dijawab oleh responden.

Lalu data tersebut dipindahkan ke program komputer.

c. Cleaning

Cleaning dilakukan dengan memeriksa kembali kebenaran data yang

dimasukkan ke program komputer.

2. Analisis Data

Uji t merupakan statistik parametrik. Salah satu syarat statistik

parametrik adalah memiliki distribusi data yang normal. Dengan demikian,

analisis data secara statistik diawali dengan melakukan uji normalitas

dengan Kolmogorov-Smirnov (jumlah sampel>50). Jika data tidak normal,

dilakukan normalisasi sebaran data, lalu diuji kembali dengan uji

normalitas one sample kolmogorov-smirnov. Data dikatakan normal jika

angka signifikansi p<0,1 (taraf kepercayaan 90%). Kemudian Uji

(57)

intervensi (informasi umum penggunaan obat, pemberian alat bantu (kotak

obat dan kartu pengingat), dan home visit) yang berupa peningkatan

pengetahuan, sikap, dan perilaku dengan Paired t-test (data terdistribusi

normal) dan Wilcoxon (data yang terdistribusi tidak normal). Uji

signifikansi kelompok intervensi (informasi umum penggunaan obat,

pemberian alat bantu (kotak obat dan kartu pengingat), dan home visit)

dengan kontrol untuk mengetahui ada-tidaknya perbedaan yang signifikan

antara kelompok kontrol-perlakuan untuk setiap variabel dengan

independent t-test (data terdistribsui normal) dan Mann Whitney U-Test

(data terdistribusi tidak normal). Secara deskriptif, analisis data dilakukan

dengan melihat selisih mean (nilai rata-rata) pretest-post-test pada setiap

bagian pertanyaan (pengetahuan, sikap, dan tindakan) dalam kelompok

kontrol dan kelompok perlakuan untuk mengetahui perubahan nilai

kuisioner kelompok kontrol dan perlakuan. Dengan membandingkan

selisih mean antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan pada setiap

bagian pertanyaan (pengetahuan, sikap, dan tindakan) dan menyelisihkan

selisih dapat diketahui pengaruh pemberian alat bantu ketaatan dan

informasi terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan.

Dalam penelitian ini, kepuasan pasien dapat dilihat dari hasil

wawancara, terkait dengan pemberian alat bantu, yang diberikan pada

home visit terakhir. Penjelasan tentang hal tersebut diuraikan secara

(58)

Gambar 6.Skema Penentuan Uji Signifikansi Berdasarkan Uji Normalitas Data

Alur penentuan uji signifikansi berdasarkan uji normalitas data dalam penelitian ini

Ada-tidaknya peningkatan yang signifikan antara pretest-posttest

untuk masing-masing variabel pada masing-masing kelompok.

Ada-tidaknya peningkatan yang signifikan antara kelompok kontrol-intervensi (ceramah) untuk masing-masing variabel Uji normalitas pretest dan

posttest untuk masing-masing variabel dan kelompok

Normal

Two Sample

Independent T-Test

Uji normalitas selisih pretest

dan posttest untuk masing-masing variabel dan kelompok

Normal Tidak

normal

Paired

T-Test Wilcoxon

Data Ceramah dan Kontrol

Tidak normal

Gambar

Tabel I. Bentuk-bentuk Medication error (Dwiprahasto dan Kristin,
Tabel II. Taksonomi & kategorisasi Medication error versi  the National Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention (National Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention, 1998)
Tabel III. Penyebab-penyebab drug related problems (DRPs) (Strand et.al.,
Gambar 1. Hubungan Perilaku dengan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian risiko menunjukkan,

Jika tali membentuk sudut 60 ° dengan arah perpindahan balok, maka usaha yang dilakukan oleh gaya tersebut adalah.. Titik tangkap gaya menggeser sepanjang garis

Untuk memfasilitasi siswa memahami dengan baik konsep-konsep kinematika, merekam konsep-konsep tersebut secara mendalam dalam memori jangka panjang, dan dapat

[r]

§ Model ini dapat menghasilkan kualitas solusi yang sama baik dengan hasil yang dicatat dalam literatur untuk berbagai ukuran kasus uji, khususnya untuk fungsi objektif minimasi

Berdasarkan kuisioner yang disebarkan kepada 250 mahasiswa yang mewakili Jurusan Syari’ah, Dakwah dan Tarbiyah, rata-rata tingkat kepuasan mereka atas pelayanan

Hasil penelitian yang telah dilakukan data BEI menunjukkan bahwa rasio lancar dan profit margin berpengaruh positif terhadap perubahan laba pada perusahaan BEI.. Sedangkan

Jika besarnya pajak adalah 20% dari keuntungan sebelum pajak dan semua biaya sebesar Rp500 juta, berapa minimal penjualan yang harus dicapai untuk