i SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Diajukan oleh: Dewi Prasetyaningrum
NIM : 068114057
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
Don’t tremble with fear.
I am your God.
I will make you strong, as I protect you with My arm and give you
victories.
Isaiah 41:10
Untuk segala sesuatu ada masanya;
Untuk apa pun di bawah langit ada waktunya;
Namun, Ia membuat sesuatu indah pada waktunya
(Pengkotbah 3:1-11)
Segala perkara dapat kutanggung
Di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku
(Filipi 4:13)
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
Tuhan yang telah memberikan aku kesempatan untuk hidup di dunia penuh warna
Babe dan Mami atas kasih sayang, doa, dan pengorbanan
Kakak dan Adik tersayang
vi
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Pemberian Alat Bantu Ketaatan dan Informasi Terhadap Perilaku (Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan) Pasien Rawat Jalan Rs Panti Rini Yogyakarta Periode Juni – Juli 2009” ini dengan baik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang berupa materil, moral, maupun spiritual. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Direktur Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta yang telah memberikan ijin menggunakan Rumah Sakit Panti Rini sebagai tempat untuk menjalankan penelitian.
2. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma dan sebagai dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, saran serta dukungan yang telah diberikan selama penyusunan skripsi ini.
vii
5. Drs. Mulyono, Apt. yang telah bersedia menjadi dosen penguji serta yang telah memberikan saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Y. Bety Husadani, S. Si., Apt., selaku apoteker di Instalasi Farmasi RS Panti Rini serta selaku dosen pembimbing lapangan yang telah bersedia untuk diwawancarai dan banyak membantu peneliti selama penelitian.
7. Seluruh petugas di Instalasi Farmasi RS Panti Rini Yogyakarta yang tak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan saran serta arahan kepada peneliti.
8. Bapak Hari Budiarto, selaku Kepala Bagian Rekam Medis RS Panti Rini Yogyakarta beserta staf karyawan yang telah mengijinkan dan membantu peneliti dalam pengambilan data.
9. Seluruh responden yang mengerti pentingnya arti jawaban kuisioner yang diberikan.
10.Bapak Edy dan Ibu Anie penulis yang tak pernah lelah untuk mendukung penulis melalui kasih saying, doa-doa tulus, dan pengorbanan kepada penulis. 11.Mbak Iik dan Adek yang telah memberi suntikan semangat dan motivasi
penulis.
viii
14.Mas Danang, Aa Wawan, Dimas, Bray, Mey, dan terutama Mas Ganda yang membantu dan menemani penulis dalam penyusunan skripsi ini.
15.Tim Humas Universitas Sanata Dharma, terutama Mas Gregorius Sanjaya yang sangat membantu dan mendukung penulis dalam menyusun skripsi ini. 16.Dewi, May, Vero, Mbak Rian, Olin, Shiela, Tiara sebagai rekan dalam
penelitian di RS Panti Rini yang telah membantu peneliti dalam penelitian serta bersama-sama dalam suka dan duka menjalankan penelitian.
17.Teman-teman angkatan 2006 baik FKK maupun FST yang telah memberikan semangat kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
18.Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam kehidupan ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat unuk menambah pengetahuan.
Yogyakarta, 14 November 2009 Penulis
x
perlu inovasi dan kreasi dengan alat bantu yang lebih meningkatkan ketaatan penggunaan obat.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian alat bantu ketaatan dan informasi terhadap pengetahuan, sikap, tindakan pasien rawat jalan Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Juni-Juli 2009. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan rancangan analitik dan deskriptif. Responden dalam penelitian ini berjumlah 156 orang (78 orang kelompok kontrol dan 78 orang kelompok perlakuan). Alat bantu ketaatan yang terdiri dari kotak obat dan kartu pengingat hanya diberikan pada kelompok perlakuan. Home visit dilakukan pada kedua kelompok untuk mengevaluasi ketaatan penggunaan obat.
Dapat disimpulkan adanya pemberian informasi dan alat bantu ketaatan meningkatkan pengetahuan dan tindakan pasien, namun tidak berpengaruh terhadap sikap pasien rawat jalan Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Juni-Juli 2009. Dari hasil wawancara, 96,15% pasien menyatakan bahwa alat bantu ketaatan bermanfaat dan 3,85% pasien menyatakan bahwa alat bantu ketaatan tidak bermanfaat.
xi
information about medicine using therefore it can improve patient’s obedience. The main purpose of this research is to find out what is the influence of complience tools and information toward rate of knowledge, attitude, and action of June-July 2009 Panti Rini Hospital’s Outpatients
This research is a pseudo-experimental research with a descriptive-analytic-plan. There are 156 patients in this research (78 control group) and (78 treatment group). The complience tools that are used including medicine box and card-reminder only given to treatment group. Home visit was done to the control and traetment group to evaluate drug used complience.
It can be conluded that by complience tools and information, is proven to improve the June – July 2009 Panti Rini hospital’s outpatients’ knowledge and action. But, it has no impact toward the outpatients’ attitude. The result is that 96.15% of the outpatients say that the complience tools is useful and 3.85% say that it is useless.
xii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
PRAKATA ... vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... x
INTISARI ... xi
ABSTRAK ... xii
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENGANTAR ... 1
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
A. Jenis dan rancangan penelitian………26
B. Variabel Penelitian………..27
C. Definisi Operasional………....27
D. Subjek Penelitian……….29
E. Bahan Penelitian………..31
F. Tempat dan Waktu Penelitian ……….31
G. Instrumen Penelitian………32
xiii
2. Analisis Data……… 40
J. Kesulitan Penelitian………. 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……… . 45
A. Profil Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009 ... 46
B. Normalitas Data Kuisioner Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009 ... 51
C. Perbandingan Nilai Pre-test dan Post-test Pda Setiap Variabel (Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan) Pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan………52
D. Pengaruh Pemberian Alat Bantu dan Informasi Terhadap Perubahan Perilaku (Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan) Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009 terhadap Pemberian Alat Bantu dan Informasi ... 57
E. Kepuasan Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009 terhadap Pemberian Alat Bantu dan Informasi ... 62
BAB V PENUTUP………. ... 66
A. Kesimpulan………66
B. Saran………..66
xiv
and Prevention ... 6 Tabel III. Penyebab-penyebab drug related problems (DRPs) ... 7 Tabel IV. Tabel Pembagian Jenis Pertanyaan (Favorable atau Unfavorable)
Pada Setiap Bagian Pertanyaan (Pengetahuan, Sikap,
dan Tindakan) ... 34 Tabel V. Data Baseline Profil Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Pasien
Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009 ... 47 Tabel VI. Tabel Hasil Uji Normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov
(KS-Z1 dan KS-Z2) Terhadap Data Kuisioner Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Pasien Panti Rini Yogyakarta Periode
Juni-Juli 2009 ... 51 Tabel VII. Tabel Jumlah Responden yang Mengalami Perubahan Skor
Pretest dan Post-test Pada Setiap Bagian Pertanyaan
(Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan) Kelompok Kontrol dan Perlakuan………..…………53 Tabel VIII. Tabel Nilai Rata-rata (mean) dan Selisih MeanPretest
dan Post-test Pada Setiap Bagian Pertanyaan (Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan) Kelompok Kontrol dan Perlakuan Serta Hasil Uji Wilcoxon (p) ... 54 Tabel IX. Tabel Selisih Mean Pretest-Post-test Kelompok Kontrol dan
Perlakuan serta Selisih Mean Kontrol-Perlakuan Pada Variabel Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Pasien
Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode
Juni-Juli 2009 ... 58 Tabel X. Persentase Pendapat Kelompok Perlakuan Tentang Manfaat
Alat Bantu……….62
xv
Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan ... 25 Gambar 3. Skema rancangan pretest-post-test intervention with
control group design ... 26 Gambar 4. Skema Pembagian Kelompok Kontrol Dan Perlakuan
Untuk Melihat Pengaruh Pemberian Alat Bantu
Ketaatan Dan Informasi Terhadap Perilaku Pasien Rawat
Jalan RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009 ... 29 Gambar 5. Skema Tata Cara Penelitian Pengaruh Pemberian
Alat Bantu Ketaatan Dan Informasi Terhadap Perilaku Pasien Rawat Jalan RS Panti Rini Yogyakarta
Periode Juni-Juli 2009 ... 32 Gambar 6. Skema Penentuan Uji Signifikansi Berdasarkan
Uji Normalitas Data...42 Gambar 7. Persentase Jumlah Pasien Kelompok Perlakuan dan
Kelompok Kontrol
berdasarkan Umur...48 Gambar 8. Persentase Jumlah Pasien Kelompok Perlakuan dan
Kelompok Kontrol Berdasarkan
Jenis Kelamin...49 Gambar 9. Persentase Jumlah Pasien Kelompok Perlakuan dan
Kelompok Kontrol Berdasarkan
xvi
Lampiran 4. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Realibilitas Kuisioner ... 74
Lampiran 5. Hasil Wawancara Kelompok Kontrol ... 76
Lampiran 6. Hasil Wawancara Kelompok Perlakuan ... 83
Lampiran 7. Nilai Kuisioner Pretest Kelompok Kontrol ... 86
Lampiran 8. Nilai Kuisioner Pretest Kelompok Perlakuan ... 87
Lampiran 9. Nilai Kuisioner Post-test Kelompok Kontrol ... 91
Lampiran 10. Nilai Kuisioner Post-test Kelompok Perlakuan ... 95
Lampiran 11. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Normalitas Semua Data (Kolmogorov-Smirnov) ... 99
Lampiran 12. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Mann-Whitney Bagian Pengetahuan ... 103
Lampiran 13. Output SPSS versi 16 for WindowsUji Mann-Whitney Bagian Sikap ... 104
Lampiran 14. Output SPSS versi 16 for WindowsUji Mann-Whitney Bagian Tindakan ... 105
Lampiran 15. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Wilcoxon Bagian Pengetahuan Kelompok Kontrol ... 106
Lampiran 16. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Wilcoxon Bagian Pengetahuan Kelompok Perlakuan ... 107
Lampiran 17. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Wilcoxon Bagian Sikap Kelompok Kontrol ... 108
Lampiran 18. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Wilcoxon Bagian Sikap Kelompok Perlakuan ... 109
Lampiran 19. Output SPSS versi 16 for Windows Uji Wilcoxon Bagian Tindakan Kelompok Kontrol ... 110
1
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dewasa ini, pelayanan kefarmasian telah bergeser orientasinya dari yang
berorientasi pada obat berubah menjadi berorientasi pada pasien. Dengan
demikian, farmasis semakin bertanggungjawab dalam menjalankan asuhan
kefarmasian (Pharmaceutical Care). Sebagai konsekuensinya, farmasis dituntut
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat
berinteraksi langsung dengan pasien. Salah satu bentuk interaksi tersebut adalah
pelayanan informasi obat dan monitoring penggunaan obat. Farmasis harus dapat
memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pengobatan
(Medication Error) sehingga farmasis harus berupaya untuk mencegah dan
meminimalkan masalah yang terkait obat (Drug Related Problems) dengan
membuat keputusan profesional untuk tercapainya pengobatan yang rasional.
Berdasarkan laporan FDA's Adverse Event Reporting System selama tahun
1993-1998 jumlah kematian karena medication error (ME) sebanyak 496 kasus,
tipe error yang terbanyak dosis yang salah 40,9%, salah obat 16,2%, dan salah
rute obat 9,5%, sedangkan menurut laporan penelitian yang pernah dilakukan oleh
Massachusetts College of Pharmacy and Allied Health Sciences, ditemukan 88%
ME dikarenakan salah obat dan salah dosis (AHRQ, 2002) (Philips et.al., 2001).
Pada penelitian Tahun 2008 yang berjudul Evaluasi Permasalahan Utama
Pasien RS Bethesda Agustus–September 2008, beberapa temuan hasil penelitian
adalah sebagai berikut ini (Suhadi et.al., 2008).
1. Medication error (ME) fase administrasi yang ditemukan adalah 170 dari 212
total kejadian ME dan Drug Therapy Problems (DTP) fase administrasi yang
ditemukan adalah 164 dari 241 total kejadian DTP (Suhadi et.al., 2008).
2. Masalah utama yang melatarbelakangi munculnya ME dan DTP dapat
dikatakan dikarenakan kurangnya kehadiran farmasis di bangsal kelas III RS
Bethesda (Suhadi et.al., 2008).
Berdasarkan uraian di atas, maka dirasa perlu dilakukan sebuah penelitian
yang berhubungan dengan peran farmasis dalam menjalankan asuhan
kefarmasian. Salah satu cara yang dapat dilakukan farmasis dalam menjalankan
asuhan kefarmasian adalah dengan memberikan informasi dan alat bantu ketaatan
kepada pasien. Dengan cara tersebut farmasis dapat melakukan monitoring
penggunaan obat. Untuk mengetahui pengaruh pemberian informasi dan alat
bantu terhadap perilaku pasien serta kepuasan pasien terhadap informasi dan alat
bantu yang diberikan, perlu diadakan penelitian mengenai pengaruh pemberian
alat bantu ketaatan terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan (perilaku) pasien
serta kepuasaan pasien terhadap alat bantu yang diberikan dan akhirnya diusulkan
suatu judul Pengaruh Pemberian Alat Bantu Ketaatan terhadap Perilaku
(Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan) Pasien Rawat Jalan RS Panti Rini
Yogyakarta Periode Juni – Juli 2009. Penelitian ini merupakan kerjasama antara
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma dengan pihak Rumah Sakit Panti
1. Permasalahan
Permasalahan utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah: ”bagaimana
perbedaan perilaku dilihat dari pengetahuan, sikap, dan tindakan pasien rawat
jalan di RS Panti Rini antara pasien yang memperoleh informasi versus yang
memperoleh informasi plus alat bantu ketaatan dan bagaimana pendapat pasien
terhadap alat bantu yang diberikan?”
2. Keaslian Penelitian
Penelitian dengan tema mengenai ”Pengaruh Pemberian Alat Bantu
Ketaatan terhadap Perilaku (Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan) Pasien Rawat
Jalan RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni – Juli 2009” belum pernah
dilakukan. Dan belum ditemukan penelitian terkait ketaatan pasien yang diberi
informasi versus informasi plus alat bantu oleh peneliti lain.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh
pemberian alat bantu ketaatan terhadap perubahan perilaku pasien rawat
jalan RS Panti Rini Yogyakarta periode Juni-Juli 2009 dan untuk
mengetahui kepuasan pasien terhadap alat bantu yang diberikan.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk
pharmaceutical care, secara khusus di RS Panti Rini dan dapat
meningkatkan kualitas pelayanan terapi obat.
B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alat bantu ketaatan
dan informasi terhadap perubahan perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan)
pasien rawat jalan RS Panti Rini Yogyakarta periode Juni-Juli 2009 serta
5
BAB II
A. Penelaahan Pustaka
1. Medication Error
Medication error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang
seharusnya dapat dicegah dan proses tersebut masih berada dalam pengawasan
dan tanggung jawab profesi kesehatan (Cohen, 1991). Dalam Surat Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 disebutkan bahwa
pengertian medication error adalah kejadian yang merugikan pasien, akibat
pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya
dapat dicegah. Kejadian medication error dibagi dalam 4 fase, yaitu fase
prescribing, fase transcribing, fase dispensing, dan fase administration.
Tabel I. Bentuk-bentuk Medication error (Dwiprahasto dan Kristin, 2008)
Prescribing Transcribing Dispensing Administration
•Kontraindikasi
•Sediaan obat buruk
•Instruksi pengguna-an obat tidak jelas
•Salah menghitung dosis
•Salah memberi label
•Salah menulis instruksi
•Dosis keliru
Tabel II. Taksonomi & kategorisasi Medication error versi the National Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention
(NationalCoordinating Council for Medication Error Reporting and
Prevention, 1998)
Tipe error Kategori Keterangan
NO ERROR A • Keadaan atau kejadian yang potensial menyebabkan
terjadinya error
ERROR-NO HARM
B •
Error terjadi, tetapi obat belum mencapai pasien
C
• Error terjadi, obat sudah mencapai pasien tetapi tidak berisiko
• Obat mencapai pasien dan sudah terlanjut diminum/digunakan
• Obat mencapai pasien tetapi belum sempat diminum/digunakan
D • Error terjadi dan konsekuensinya diperlukan monitoring terhadap pasien, tetapi tidak menimbulkan risiko (harm) pada pasien
ERROR-HARM
E • Error terjadi dan pasien memerlukan terapi atau intervensi serta menimbulkan risiko (harm) pada pasien yang bersifat sementara
F • Error terjadi & pasien memerlukan perawatan atau perpanjangan perawatan di rumahsakit disertai cacat yang bersifat sementara
G • Error terjadi dan menyebabkan risiko (harm) permanen
H • Error terjadi dan nyaris menimbulkan kematian (mis. Anafilaksis, henti jantung)
ERROR-DEATH
I •
2. Pharmaceutical Care
Pharmaceutical care atau “asuhan kefarmasian” adalah suatu praktek yang
dilakukan dengan tanggung jawab yang berkaitan dengan obat yang dibutuhkan
oleh pasien dan diselenggarakan berdasarkan komitmen tanggung jawab tersebut
(Pharmaceutical care is a PRACTICE in which the practioner takes
RESPONSIBILITY for a patient’s drug-related needs, and is held
ACCOUNTABLE for COMMITMENT). Tanggung jawab tersebut dapat
dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu: (1) menjamin semua terapi yang diterima
oleh individu pasien sesuai (appropriate), paling efektif (the most effective
possible), paling aman (the safest available), dan praktis (convenient enough to be
taken as indicated); (2) mengidentifikasi, memecahkan, dan mencegah
permasalahan berhubungan terapi dengan obat yang menghambat pelaksanaan
tanggung jawab yang pertama (Strand et.al., 1998 dan Rovers et.al., 2003).
Tabel III. Penyebab-penyebab drug related problems (DRPs) (Strand et.al., 1998)
No Jenis DRP Contoh Penyebab DRP
1
• Timbulnya kondisi medis baru memerlukan tambahan obat baru
• Kondisi kronis memerlukan terapi lanjutan terus-menerus
• Kondisi yang memerlukan terapi kombinasi
• Pasien potensial timbul kondisi medis baru yang perlu terapi profilaksi.
• Terapi yang diperoleh sudah tidak valid saat itu
• Terapi dengan dosis toksik
• Penyalah-gunaan obat, merokok, dan alkohol
• Terapi sebaiknya non-farmakologi
• Polifarmasi yang sebaiknya terapi tunggal
Tabel Lanjutan Tabel III (Penyebab-penyebab drug related problems (DRPs) (Strand et.al., 1998))
No Jenis DRP Contoh Penyebab DRP
3 Pemilihan obat salah (wrong drug)
• Obat yang digunakan bukan yang efektif /paling efektif
• Pasien alergi atau kontraindikasi
• Obat efektif tetapi relatif mahal atau bukan yang paling aman
• Obat sudah resisten terhadap infeksi
• Kondisi sukar sembuh dengan obat yang sudah pernah diperoleh perlu mengganti obat
• Kombinasi obat yang salah.
4 Dosis terlalu rendah (dose
too low)
• Dosis terlalu rendah
• Waktu pemberian yang tidak tepat, misalnya profilaksis antibiotika untuk operasi
• Obat, dosis, rute, atau formulasi yang kurang sesuai untuk pasien
• Obat diberikan terlalu cepat
• Risiko yang sudah teridentifikasi karena obat tertentu
• Pasien alergi atau reaksi indiosinkrasi
• Bioavalibilitas atau efek obat diubah oleh obat lain atau makanan.
• Interaksi obat karena induksi atau inhibisi enzim, penggeseran dari tempat ikatan, atau dengan hasil laboratorium
6 Dosis terlalu tinggi (dose
too high)
• Dosis terlalu besar, kadar obat dalam plasma melebihi rentang terapi yang diharapkan
• Dosis dinaikkan terlalu cepat
• Obat akumulasi karena terapi jangka panjang
• Obat, dosis, rute, atau formulasi yang kurang sesuai untuk pasien
• Dosis dan interval pemberian misalnya analgesik bila perlu diberikan terus
7
• Pasien gagal menerima obat yang sesuai karena
medication error
• Pasien tidak menuruti aturan yang ditetapkan secara sengaja maupun karena tidak mengerti maksudnya
3. Edukasi
Edukasi adalah upaya yang dilakukan agar masyarakat berperilaku atau
mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan,
memberikan informasi, memberikan kesadaran, dan sebagainya melalui kegiatan
yang disebut pendidikan atau penyuluhan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
Pendidikan kesehatan sendiri pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau
usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau
individu. Dengan adanya pesan tersebut diharapkan dapat memperoleh
pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya
dapat berpengaruh terhadap perilaku individu (Notoatmodjo, 2003).
Pendidikan atau penyuluhan kesehatan tersebut mengupayakan agar
perilaku individu, kelompok atau masyarakat mempunyai pengaruh positif
terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Edukasi kesehatan
dilaksanakan melalui penyuluhan massa, kelompok atau interpersonal yang tujuan
akhirnya adalah agar individu, kelompok atau masyarakat berada dalam kondisi
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Notoatmodjo, 2003).
4. Informasi
Informasi obat adalah keterangan hal ihwal obat terutama yang dapat
mendukung tercapainya tujuan pengobatan/terapi yang berbentuk data
terdokumentasi yang bersifat obyektif, diturunkan secara ilmiah yang menyangkut
Informasi ini merupakan suatu hal yang sangat penting ditekankan supaya
tujuan pengobatan dapat sampai pada sasarannya. Hal ini karena banyaknya kasus
yang terjadi pada pasien yang berkaitan dengan masalah pemakaian obat akibat
kurangnya informasi tentang obat yang diminumnya.
5. Perilaku
Menurut Mechanic (cit., Sarwono, 1997), perilaku manusia merupakan hasil
dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya
yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Sesuai dengan
batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk
pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya menyangkut
pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan
dengan kesehatan.
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang (organisme)
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, serta lingkungan. Batasan ini mempunyai dua unsur pokok,
yakni respon dan stimulus atau perangsangan. Respon atau reaksi manusia, baik
bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap), maupun bersifat aktif (tindakan
yang nyata atau practice); sedangkan stimulus atau rangsangan di sini terdiri dari
empat unsur pokok, yakni sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, dan
lingkungan (Notoatmodjo, 2003).
Perilaku kesehatan ini dibedakan menjadi dua, yaitu perilaku sehat dan
individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku sakit adalah
reaksi optimal dari individu jika terkena suatu penyakit, perilaku ini sangat
ditentukan oleh sistem sosialnya (Sarwono, 1997).
Perilaku seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi
tentang obyek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya.
Proses pembentukan atau perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor dari dalam, maupun dari luar individu (Sarwono, 1997).
Faktor-faktor internal yang mempengaruhi perilaku masyarakat menurut
Dharmmesta dan Handoko (2000) adalah sebagai berikut ini.
a. Faktor motivasi.
Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong
individu melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi
seseorang akan mewujudkan suatu tingkah laku yang diarahkan pada tujuan
untuk mencapai sasaran kepuasan.
b. Faktor pengalaman.
Pengalaman adalah proses ketika manusia menyadari dan
menginterpretasikan aspek lingkungannya. Hasil dari pengalaman individu
akan membentuk suatu pandangan tertentu terhadap suatu obyek yang akan
menciptakan proses pengamatan dan perilaku yang berbeda-beda.
c. Faktor belajar.
Belajar merupakan perubahan-perubahan perilaku yang terjadi sebagai
hasil akibat adanya pengalaman. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi
d. Faktor kepribadian dan konsep diri.
Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda yang mempengaruhi
perilaku pembeliannya. Kepribadian merupakan karakteristik psikologis yang
berbeda dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten
atau bertahan lama terhadap lingkungannya. Kepribadian berkaitan dengan
konsep diri atau citra pribadi (Kotler, 1997).
e. Faktor sikap.
Sikap biasanya memberikan penilaian (menerima atau menolak) terhadap
obyek atau produk yang dihadapinya. Sikap adalah evaluasi, perasaan
emosional, dan kecenderungan tindakan yang menggantung atau tidak
diuntungkan yang bertahan lama dari seseorang terhadap obyek atau gagasan
tertentu (Kotler, 1997).
Menurut Notoatmodjo (2003), sebelum orang berperilaku baru, di dalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:
a. awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
stimulus atau obyek terlebih dahulu.
b. interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
c. evaluation, yakni mempertimbangkan baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya, hal ini menunjukkan sikap responden yang lebih baik lagi.
d. trial, yakni orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e. adoption, yakni subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
Lingkungan Pengetahuan
↓↑
Individu → Manifestasi Perilaku Sikap
↑
Pengalaman Tindakan
Gambar 1. Hubungan Perilaku dengan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan (Sarwono, 1997)
Pengetahuan, sikap, dan tindakan merupakan manifestasi perilaku individu
yang dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari. Pengalaman yang didapat dalam kehidupan sehari-hari
dapat mempengaruhi individu. Dari pengalaman tersebut, individu dapat
mempengaruhi lingkungan, namun individu juga dapat dipengaruhi oleh
lingkungan, sehingga dapat dikatakan bahwa individu dan lingkungan dapat saling
mempengaruhi.
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
Tingkat pengetahuan yang tercakup di dalam domain kognitif mempunyai
6 tingkatan, yaitu:
1) tahu (know)
Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, Oleh sebab itu,
tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan mengatakan.
2) memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan terhadap obyek yang dipelajari.
3) aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi
disini diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
4) analisis (analysis)
Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Secara definitif, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6) evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian itu ditentukan
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).
b. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau obyek. Atau dapat dikatakan sikap adalah
penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau obyek
(dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah orang
tersebut mengalami stimulus atau obyek, proses selanjutnya akan menilai atau
bersikap terhadap stimulus atau obyek kesehatan di mana indikator untuk
Dengan demikian, sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, akan
tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap obyek (Azwar, 1995).
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni:
1) menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek).
2) merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena
dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas
yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang
itu menerima ide tersebut.
3) menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap
tingkat tiga.
4) bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo,
Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang, yaitu:
komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif (Azwar S.,
1995).
1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe
yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan
(opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang
kontroversial.
2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.
Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai
komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap
pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang
komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang
terhadap sesuatu.
3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu
sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Berisi tendensi atau
kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan
cara-cara tertentu. Berkaitan dengan obyek yang dihadapinya adalah logis untuk
mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk
tendensi perilaku.
Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut ini (Purwanto, 1998).
1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari
membedakannnya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus,
kebutuhan akan istirahat.
2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat
berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat
tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu
terhadap suatu obyek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau
berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dapat
dirumuskan dengan jelas.
4) Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut.
5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah
yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau
pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek sikap
antara lain adalah sebagai berikut ini.
1) Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman
pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan
lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi
dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap
penting tersebut.
3) Pengaruh Kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah
sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap
anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak
pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.
4) Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara
obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya
berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga
agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika
6) Faktor Emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 1995).
Pembentukan sikap tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui kontak
sosial secara terus-menerus antara individu dengan individu-individu lain di
sekitarnya. Dalam hubungan ini, faktor-faktor yang menyebabkan perubahan
sikap adalah sebagai berikut ini.
1) Faktor intern, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, seperti
selektivitas. Selektivitas diperlukan karena rangsangan yang dating dari
luar (lingkungan) tidak seluruhnya dapat diserap oleh individu. Oleh
karena itu, seseorang harus memilih rangsangan-rangsangan mana yang
tidak ingin “diperdalam”. Pemilihan-pemilihan ini biasanya juga
dipengaruhi oleh motif-motif dan kecenderungan-kecenderungan dalam
diri seseorang.
2) Faktor ekstern, yaitu faktor-faktor yang terdapat di luar diri individu.
Faktor-faktor ini antara lain: sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap,
kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap, sifat orang-orang
atau kelompok yang mendukung sikap tersebut, media komunikasi yang
digunakan untuk menyampaikan sikap tersebut, situasi pada saat sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap
seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan
sesuatu mengenai obyek sikap yang hendak diungkap.
Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif
mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak
pada obyek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable.
Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif
mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra
terhadap obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang
tidak favourabel.
Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas
pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang.
Dengan demikian, pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak
semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama
sekali obyek sikap (Azwar, 1995).
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/ pernyataan responden
terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
pernyataan pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden
melalui kuisioner (Notoatmodjo, 2003).
c. Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah
fasilitas. Selain itu, diperlukan juga faktor dukungan dari pihak lain
(Notoatmodjo, 2003). Tindakan individu ini merupakan tindakan sosial yang
rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana-sarana yang paling
tepat (Sarwono, 1997).
Tindakan mempunyai beberapa tingkatan, yaitu persepsi, respon
terpimpin, mekanisme, dan adopsi (Notoatmodjo, 2003).
1) Persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai obyek yang
sehubungan dengan tindakan yang diambil.
2) Respon terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuai dengan
urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah indikator tindakan
yang kedua.
3) Mekanisme (mechanism), apabila seseorang telah dapat melakukan
sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu yang sudah merupakan
kebiasaan, maka sudah mencapai tindakan tingkat tiga.
4) Adopsi (adoption), merupakan suatu tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasi tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
6. Kepuasan
Kepuasan pasien didefinisikan sebagai evaluasi pasca konsumsi bahwa
suatu produk yang dipilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapan. Kepuasan
mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembelian ulang produk yang sama
(Endang, 1998).
7. Kuisioner
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan maupun pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien
bila peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden. Selain itu, kuisioner juga cocok digunakan bila jumlah
responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuisioner dapat berupa
pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden
secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet. Adanya kontak langsung
antara peneliti dengan responden akan menciptakan kondisi yang cukup baik,
sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data obyektif dan cepat
(Sugiyono, 2008).
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian,
fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya
disebut sebagai variabel penelitian. Skala Likert dapat digunakan untuk
menjabarkan variabel yang akan diukur menjadi indikator variabel. Kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item
sampai sangat negatif. Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat
dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda (Sugiyono, 2008).
B. Landasan Teori
Perilaku pasien dalam penggunaan obat sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan suatu terapi. Perilaku pasien sangat dipengaruhi oleh komunikasi,
informasi, dan edukasi yang diterima oleh pasien. Oleh karena itu, diperlukan
interaksi antara pasien dan lingkungan. Penggunaan obat oleh pasien bergantung
dari informasi yang diperoleh, dalam beberapa kasus pasien tidak menggunakan
obat secara tepat karena kurangnya informasi referensi tertulis, maupun dari
tenaga kesehatan yang bertanggungjawab dengan pengetahuannya akan
penggunaan obat yang benar.
Farmasis merupakan tenaga kesehatan yang bertanggung jawab memberikan
informasi obat kepada pasien. Sesuai dengan tujuan yaitu patient oriented,
pemberian informasi oleh farmasis dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
informasi verbal, demonstrasi dengan alat visual, multimedia, maupun dengan
form kepatuhan. Pemberian informasi disertai alat bantu ketaatan dan form
kepatuhan akan lebih mempermudah pemberian informasi dan meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penggunaan obat yang tepat sebab lebih melibatkan
Kerangka Konsep
Gambar 2. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Sebelum dan Setelah Diberikan Informasi Disertai Pemberian Alat Bantu Terhadap
Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan
C. Hipotesis
Ada peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan pasien rawat jalan RS Panti
Rini Yogyakarta periode Juni-Juli 2009 setelah diberi intervensi berupa alat bantu
ketaatan dan informasi.
Pengetahuan, Sikap, dan
Tindakan
Pemberian Informasi dan
Alat Bantu Ketaatan
Perubahan Pengetahuan,
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu dengan rancangan
penelitian analitik dan deskriptif dengan pola searah (Pratiknya, 1986).
Berdasarkan setting tempat penelitian ini termasuk penelitian lapangan (di
komunitas). Berdasarkan bidang ilmu penelitian ini merupakan penelitian klinis
komunitas, mata kuliah yang terkait meliputi Farmasi Klinis, Farmasi Sosial,
Farmakoterapi, serta Komunikasi dan Konseling.
Metode pengumpulan data dengan membandingkan kelompok yang diberi
perlakukan berupa pemberian alat bantu ketaatan dan informasi dengan kelompok
kontrol yang hanya diberi informasi. Bagian survei dilakukan dengan observasi
pasien berdasarkan data hasil kunjungan ke pasien (home visit) serta wawancara
dengan pasien.
Kelompok eksperimen:
a---P---b
Kelompok kontrol:
ak---TP---bk
Gambar 3. Skema rancangan pretest - post-test intervention with control group design
Keterangan :
P : perlakuan informasi dan alat bantu
a : pengukuran pretest tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan sebelum P
ak : pengukuran pretest tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pada
kelompok kontrol tanpa perlakuan
b : pengukuran post-test tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan setelah P
bk : pengukuran post-test tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pada
kelompok kontrol tanpa perlakuan.
B. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. variabel bebas (independent) yang digunakan dalam penelitian ini adalah
intervensi yang berupa pemberian informasi disertai pemberian alat bantu.
2. variabel tergantung (dependent) yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengetahuan, sikap, tindakan, serta kepuasan pasien rawat jalan RS Panti Rini
Yogyakarta periode Juni-Juli 2009.
C. Definisi operasional
1. Pengetahuan adalah hal-hal umum tentang obat dan cara penggunaan obat
yang diketahui oleh pasien rawat jalan RS Panti Rini Yogyakarta periode
Juni-Juli 2009.
2. Sikap adalah pendapat pasien rawat jalan RS Panti Rini Yogyakarta periode
Juni-Juli 2009 tentang hal-hal umum tentang obat dan cara penggunaannya.
3. Tindakan merupakan hal-hal yang dilakukan pasien yang berkaitan dengan
4. Kepuasan pasien adalah evaluasi pasien tentang manfaat alat bantu ketaatan
yang telah diberikan yang diketahui dari wawancara pada home visit
terakhir.
5. Pasien rawat jalan adalah pasien yang tidak dirawat secara intensif di RS
Panti Rini Yogyakarta periode Juni-Juli 2009 yang meliputi: pasien yang
datang untuk berobat ketika ada keluhan tertentu, pasien yang secara berkala
datang ke rumah sakit untuk menerima pengobatan, maupun pasien rawat
inap yang telah keluar dari rumah sakit namun masih harus menerima
pemeriksaan dan pengobatan secara berkala.
6. Informasi obat adalah segala keterangan tentang obat dan cara
penggunaannya, terutama yang dapat mendukung tercapainya tujuan
pengobatan yang disampaikan oleh petugas instalasi farmasi RS Panti Rini
Yogyakarta periode Juni-Juli 2009
7. Alat bantu ketaatan berupa kotak obat dan kartu pengingat yang digunakan
selama penelitian untuk tujuan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
tindakan (perilaku) serta kepuasan pasien terhadap alat bantu yang telah
diberikan. Alat bantu ketaatan yang dirancang oleh peneliti mahasiswa dan
D. Subyek Penelitian
Gambar 4. Skema Pembagian Kelompok Kontrol Dan Perlakuan Untuk Melihat Pengaruh Pemberian Alat Bantu Ketaatan Dan Informasi Terhadap Perilaku Pasien Rawat Jalan RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009
Pasien rawat jalan RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli
2009
KRITERIA INKLUSI
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
Diberi alat ketaatan minum obat
Tidak diberi alat ketaatan minum obat
HOME VISIT
evaluasi perbedaan tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan (perilaku) serta kepuasan pasien rawat jalan di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009 terhadap informasi saja versus informasi
Subyek penelitian meliputi pasien dewasa (berumur minimal 17 tahun)
menjalani rawat jalan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta. Kriteria inklusi
subyek adalah pasien yang dirawat-jalan di Rumah Sakit Panti Rini periode
Juni-Juli 2009; menerima salah satu atau lebih golongan obat antihipertensi, golongan
obat saluran nafas non infeksi, golongan obat saluran cerna non infeksi, golongan
obat endokrin, golongan obat neuromuskular, dan golongan obat antiinfeksi;
pasien menggunakan obat yang memerlukan ketaatan atau aturan pakai berdurasi
lama (30 hari) atau penggunaan terus menerus untuk mencapai tingkat
keberhasilan terapi; pasien yang bersedia bekerja sama berdasarkan persetujuan
dengan informed consent.
Dalam penelitian ini, subyek uji dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan, subyek uji
diberi alat bantu ketaatan minum obat yang berupa kotak bersekat-sekat, dan di
dalam sekat-sekat tersebut obat yang diterima pasien sudah ditata sedemikian rupa
sehingga siap untuk digunakan sesuai dengan aturan pakai yang tercantum dalam
etiket, sedangkan kelompok kontrol tidak diberi alat bantu ketaatan minum obat.
Artinya, pada kelompok kontrol subyek uji mengkonsumsi obat langsung dari
kemasan sesuai dengan yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit.
Pada awal berlangsungnya penelitian, subyek uji berjumlah 190 orang.
190 orang subyek uji tersebut terbagi menjadi kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol. Kelompok perlakuan berjumlah 92 orang dan kelompok kontrol
berjumlah 98 orang. Saat berjalannya penelitian, ada beberapa subyek uji yang
terbagi menjadi 78 kelompok perlakuan dan 78 kelompok kontrol. Jumlah pasien
yang dikeluarkan dari penelitian yaitu 34 orang. Berkurangnya subyek uji dalam
penelitian ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain pasien meninggal dunia (1
orang); pada saat kunjungan, pasien selalu tidak dapat ditemui (8 orang); pasien
tidak tinggal di tempat yang sama di tengah kunjungan dan tidak bisa ditemui lagi
(4 orang); alamat yang tertera tidak dapat ditemukan (10 orang); pasien menjalani
rawat inap setelah ikut dalam penelitian (6 orang); serta dikeluarkannya pasien
yang menerima golongan obat kardiovaskular selain obat antihipertensi (5 orang).
E. Bahan Penelitian
Hasil home visit pasien yang dilakukan minimal tiga kali untuk perlakuan
dan sekali untuk kontrol digunakan untuk membantu menggambarkan ketaataan
pasien dalam menggunakan obat serta dampak terapinya. Hasil home visit terakhir
yang digunakan untuk mengetahui hasil evaluasi pasien kelompok perlakuan
tentang manfaat alat bantu yang telah diberikan.
F. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Instalasi Farmasi dan ruang tunggu pengambilan
resep bagian poli (Rawat Jalan) RS Panti Rini Yogyakarta dan dilanjutkan di
rumah pasien untuk kegiatan pemantauan (home visit). Penelitian yang dilakukan
di rumah sakit dilakukan setiap hari Senin sampai Jumat, pada pukul 09.00-15.00
WIB. Penelitian dilakukan dari tanggal 8 Juni 2009-31 Juli 2009. Penelitian di
disesuaikan dengan rutinitas pasien melalui janjian dengan pasien. Penelitian
dilakukan dari tanggal 8 Juni 2009-31 Juli 2009.
G. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan (1) alat-alat sederhana yang akan dirancang
untuk membantu ketaatan penggunaan obat pasien berupa kartu pengingat dan
kotak obat; (2) Panduan wawancara terstruktur; (3) kuisioner yang berisi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden.
H. Tata Cara Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari serangkaian penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui Pengaruh Pemberian Alat Bantu Ketaatan terhadap Perilaku
(Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan) Pasien Rawat Jalan RS Panti Rini
Yogyakarta Periode Juni – Juli 2009 Serta Kepuasan Pasien. Jalannya penelitian
secara umum digambarkan seperti pada gambar 5.
Gambar 5. Skema Tata Cara Penelitian Pengaruh Pemberian Alat Bantu Ketaatan Dan Informedasi Terhadap Perilaku Pasien Rawat Jalan RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009
Tahap persiapan
Pengambilan data
1. Tahap persiapan
Tahap ini adalah tahap awal jalannya penelitian. Tahap ini meliputi
analisis situasi, pembuatan alat bantu ketaatan, pembuatan kuisioner, pembuatan
wawancara terstruktur, dan pembuatan informed consent.
Pada analisis situasi dilakukan diskusi bersama pihak Rumah Sakit
khususnya bagian Instalasi Farmasi tentang penelitian yang akan dilaksanakan,
penetapan kasus, penetapan subyek uji, dan kriteria inklusi dalam penelitian.
Selanjutnya, dilakukan pembuatan alat bantu ketaatan minum obat yang
gagasannya dikumpulkan dari berbagai macam studi pustaka dan pertimbangan
tertentu. Contoh alat bantu yang dirancang adalah kartu dan kotak-kotak yang
dapat membantu ingatan pasien untuk meminum obat dengan bahasa yang
sederhana disertai gambar.
Pembuatan kuisioner dan wawancara terstruktur ditujukan untuk
mengevaluasi pengetahuan, sikap, dan tindakan serta kepuasan pasien dalam
penelitian. Informed consent dibuat sebagai tanda persetujuan pasien untuk ikut
serta dalam penelitian. Sebelum digunakan, alat bantu ketaatan, kuisioner,
wawancara terstruktur, dan informed consent diujicobakan pada 20 orang yang
memiliki kriteria menyerupai kriteria subyek uji.
Pembuatan kuisioner yang berisi 12 pertanyaan dengan bahasa sederhana.
Kuisioner yang dibuat terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama kuisioner
menggambarkan sikap pasien dalam penggunaan obat. Bagian kedua kuisioner
dijalaninya dan tindakan untuk lebih teratur minum obat sesuai aturan. Bagian
keempat kuisioner menggambarkan pengetahuan umum pasien tentang aturan
minum obat.
Tabel IV. Tabel Pembagian Jenis Pertanyaan (Favorable atau Unfavorable) Pada Setiap Bagian Pertanyaan (Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan)
Variabel No pertanyaan
Jenis pertanyaan
Favorable Unfavorable
Sikap 1, 2, 3 1, 2, 3
Tindakan 4, 5, 6, 7 4, 6, 7 5
Pengetahuan 8, 9, 10, 11, 12 10, 12 8, 9, 11
Sistem penilaian dibagi menjadi dua cara yaitu pernyataan favorable dan
unfavorable. Penilaian untuk pernyataan yang favorable adalah SS (Sangat
Setuju) = 4, S (Setuju) = 3, TS (Tidak Setuju) = 2, STS (Sangat Tidak Setuju) = 1
sedangkan untuk pernyataan yang unfavorable adalah SS (Sangat Setuju) = 1, S
(Setuju) = 2, TS (Tidak Setuju) = 3, STS (Sangat Tidak Setuju) = 4.
Kuisioner perlu diuji sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian. Uji
yang dilakukan meliputi uji validitas, uji reliabilitas dengan menghitung nilai
Alpha Cronbach, dan uji pengetahuan bahasa.
a. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan kepada 20 masyarakat di Kabupaten Sleman
Yogyakarta di luar sampel yang memiliki kriteria yang menyerupai kriteria
subyek uji. Uji validitas ini dilakukan di masing-masing rumah masyarakat
sejauh mana kuisioner mencerminkan atribut yang hendak diukur (Azwar,
2008). Pengujian validitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
validitas isi. Uji validitas isi dilakukan dengan professional judgement. Selain
itu, pengujian juga dilakukan dengan melihat Case Processing Summary dari
program SPSS versi 16 for Windows. Dari uji validitas diperoleh hasil bahwa
12 butir pernyataan kuisioner sudah valid.
b. Uji Reliabilitas
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan internal konsistensi dalam
estimasi reliabilitas, di mana dalam pendekatan ini hanya memerlukan satu
kali uji kepada suatu kelompok individu sebagai subyek.
Koefisien reliabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan
program SPSS versi 16 for Windows dengan analisis reliabilitas yang
menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Jika nilai alpha>0,60, maka reliabel
(Mario, 2006). Nilai koefisien reliabilitas dalam penelitian ini adalah 0,647.
Dengan taraf kepercayaan 90%, 12 item pertanyaan dalam kuisioner yang
disajikan dalam penelitian ini tidak ada yang dinyatakan gugur.
Pada penelitian, tahap persiapan yang dilakukan tidak berbeda dengan
serangkaian penelitian lain karena data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
tercantum dalam panduan wawancara terstruktur.
Dalam tahap ini juga dilakukan penyesuaian teknis pengambilan data di
Instalasi Farmasi rawat jalan Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta. Penyesuaian
mengganggu kegiatan pelayanan di Rumah Sakit dan di Instalasi Farmasi rawat
jalan. Tahap persiapan ini berlangsung selama dua minggu.
2. Tahap Pengambilan Data
Tahap pengambilan data dimulai pada tanggal 8 Juni 2009. Dalam
pengambilan data, ditetapkan suatu aturan main dalam mengumpulkan subyek uji
yang terdiri dari kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pada minggu
pertama pengambilan data, dilakukan pengumpulan subyek uji untuk kelompok
perlakuan. Minggu selanjutnya dilakukan pengumpulan subyek uji untuk
kelompok kontrol. Pada minggu ketiga kembali dilakukan pengumpulan subyek
uji untuk kelompok perlakuan dan minggu keempat untuk kelompok kontrol. Hal
ini dilakukan terus menerus sampai jumlah subyek uji mencapai target yang
diinginkan. Dengan adanya aturan seperti ini, diharapkan terdapat distribusi yang
merata pada subyek uji baik kelompok kontrol ataupun kelompok perlakuan.
Golongan obat yang digunakan dalam penelitian ini ada 6. Untuk setiap
golongan obat, subyek uji yang diinginkan berjumlah 40 orang (± SD 20%), yaitu
20 orang untuk kelompok perlakuan dan 20 orang untuk kelompok kontrol. Dalam
pelaksanaan penelitian, satu pasien dapat digunakan untuk beberapa kajian
golongan obat. Hal ini memang diinginkan dengan tujuan supaya jumlah subyek
uji keseluruhan tidak terlalu banyak. Jadi, jika pada suatu resep terdapat beberapa
jenis obat yang masuk ke dalam beberapa kajian golongan obat yang diteliti, maka
resep ini akan lebih diinginkan daripada resep yang berisi obat yang hanya masuk
Pengambilan data dilakukan di 2 tempat yaitu di Instalasi Farmasi dan
ruang tunggu pengambilan resep. Di Instalasi Farmasi dilakukan skrining terhadap
resep yang masuk sesuai dengan golongan obat yang akan diteliti seperti yang
tercantum dalam definisi operasional. Apabila resep sesuai dengan golongan obat
yang akan diteliti, maka pasien yang berada di ruang tunggu pengambilan resep
akan diminta untuk ikut serta dalam penelitian dengan menandatangani informed
consent. Informed consent ditandatangani oleh subyek uji dan saksi
(keluarga/kerabat dekat, namun jika tidak ada saat itu, peneliti bisa menjadi saksi).
Selanjutnya, menentukan pasien mana yang menjadi kontrol dan perlakuan sesuai
dengan aturan yang telah dibuat. Untuk kelompok perlakuan, pasien diberi alat
bantu ketaatan seperti kotak tempat obat dan kartu pengingat, lalu peneliti
membantu pasien menatakan obat yang telah diresepkan ke dalam kotak obat dan
meminta pasien untuk mencentang kartu pengingat setiap meminum obat.
Kelompok kontrol tidak diberi alat bantu cukup informasi verbal mengenai
ketaatan penggunaan obat. Selain itu, pasien yang dijadikan subyek uji diminta
untuk mengisi kuisioner dan dilakukan wawancara sesuai dengan panduan yang
telah disiapkan, hasilnya dihitung sebagai nilai pretest.
Kemudian dilakukan home visit pada semua subyek uji yang telah
didapatkan. Untuk kelompok perlakukan, home visit dilakukan 3 kali, sedangkan
pada kelompok kontrol home visit hanya dilakukan 1 kali. Perbedaan perlakuan
ini dilakukan karena pada kelompok perlakuan akan diberikan informasi yang
berkaitan dengan obat yang diterima dan informasi lain tentang penggunaan obat.
menghitung jumlah obat di akhir jangka waktu pengobatan. Perhitungan jumlah
obat juga dilakukan pada kelompok perlakuan, yang membedakannya dengan
kelompok kontrol adalah pemberian informasi mengenai obat dan pemberian alat
bantu. Pada home visit terakhir, dilakukan pengisian kuisioner dan wawancara lagi
baik untuk kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol sebagai nilai post-test
yang nantinya akan dibandingkan dengan nilai pretest dan dilihat hasilnya.
Wawancara terstruktur dilakukan terhadap pasien (kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol) tentang pengetahuan, sikap, dan tindakan serta kepuasan
pasien terhadap informasi penggunaan obat.
3. Tahap Pengolahan Data
Pada penelitian ini, data yang diolah diperoleh dari kuisioner dan
wawancara terstruktur.
a. Pretest
Pasien yang telah setuju menjadi subyek uji, setelah menandatangani
informed consent, diminta untuk mengisi kuisioner dan dilakukan
wawancara sesuai dengan panduan yang telah disiapkan, hasilnya dihitung
sebagai nilai pretest. Pretest dilakukan terhadap semua responden sebelum
dilakukan intervensi berupa informasi dan pemberian alat bantu (bagi
kelompok perlakuan). Pretest dilakukan untuk mengetahui pengetahuan,
b. Post-test pada home visit terakhir
Post-test dilakukan pada home visit terakhir pada semua responden baik
pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol. Post-test pada
kelompok perlakuan dilakukan untuk melihat konsistensi pengetahuan dan
sikap responden setelah menerima informasi umum penggunaan obat,
pemberian alat bantu (kotak obat dan kartu pengingat), dan home visit
(bagi kelompok perlakuan).
c. Wawancara
Wawancara terstruktur dilakukan terhadap pasien (kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol) tentang pengetahuan, sikap, tindakan, dan
kepuasan pasien terhadap informasi penggunaan obat. Wawancara
mengenai pengetahuan pasien tentang penggunaan obat diberikan di awal.
Sedangkan wawancara kepuasan pasien terhadap informasi dan alat bantu
diberikan di akhir pengambilan data.
I. Analisis Data 1. Manajemen Data
Untuk menjamin keakuratan data, dilakukan beberapa kegiatan proses
a. Editing
Melakukan pemilihan kuisioner yang memenuhi kriteria inklusi sampel
untuk digunakan dalam pengolahan data selanjutnya. Selain itu, dilakukan
juga pemeriksaan kelengkapan isi jawaban kuisioner.
b. Processing
Dalam penelitian ini, data diolah dengan cara mengelompokan item
pernyataan dalam kuisioner didasarkan pada variabel-variabel yang akan
diteliti, yaitu: pengetahuan, sikap, dan tindakan. Kemudian menjumlahkan
angka pada tiap variabel yang akan diteliti yang dijawab oleh responden.
Lalu data tersebut dipindahkan ke program komputer.
c. Cleaning
Cleaning dilakukan dengan memeriksa kembali kebenaran data yang
dimasukkan ke program komputer.
2. Analisis Data
Uji t merupakan statistik parametrik. Salah satu syarat statistik
parametrik adalah memiliki distribusi data yang normal. Dengan demikian,
analisis data secara statistik diawali dengan melakukan uji normalitas
dengan Kolmogorov-Smirnov (jumlah sampel>50). Jika data tidak normal,
dilakukan normalisasi sebaran data, lalu diuji kembali dengan uji
normalitas one sample kolmogorov-smirnov. Data dikatakan normal jika
angka signifikansi p<0,1 (taraf kepercayaan 90%). Kemudian Uji
intervensi (informasi umum penggunaan obat, pemberian alat bantu (kotak
obat dan kartu pengingat), dan home visit) yang berupa peningkatan
pengetahuan, sikap, dan perilaku dengan Paired t-test (data terdistribusi
normal) dan Wilcoxon (data yang terdistribusi tidak normal). Uji
signifikansi kelompok intervensi (informasi umum penggunaan obat,
pemberian alat bantu (kotak obat dan kartu pengingat), dan home visit)
dengan kontrol untuk mengetahui ada-tidaknya perbedaan yang signifikan
antara kelompok kontrol-perlakuan untuk setiap variabel dengan
independent t-test (data terdistribsui normal) dan Mann Whitney U-Test
(data terdistribusi tidak normal). Secara deskriptif, analisis data dilakukan
dengan melihat selisih mean (nilai rata-rata) pretest-post-test pada setiap
bagian pertanyaan (pengetahuan, sikap, dan tindakan) dalam kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan untuk mengetahui perubahan nilai
kuisioner kelompok kontrol dan perlakuan. Dengan membandingkan
selisih mean antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan pada setiap
bagian pertanyaan (pengetahuan, sikap, dan tindakan) dan menyelisihkan
selisih dapat diketahui pengaruh pemberian alat bantu ketaatan dan
informasi terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan.
Dalam penelitian ini, kepuasan pasien dapat dilihat dari hasil
wawancara, terkait dengan pemberian alat bantu, yang diberikan pada
home visit terakhir. Penjelasan tentang hal tersebut diuraikan secara
Gambar 6.Skema Penentuan Uji Signifikansi Berdasarkan Uji Normalitas Data
Alur penentuan uji signifikansi berdasarkan uji normalitas data dalam penelitian ini
Ada-tidaknya peningkatan yang signifikan antara pretest-posttest
untuk masing-masing variabel pada masing-masing kelompok.
Ada-tidaknya peningkatan yang signifikan antara kelompok kontrol-intervensi (ceramah) untuk masing-masing variabel Uji normalitas pretest dan
posttest untuk masing-masing variabel dan kelompok
Normal
Two Sample
Independent T-Test
Uji normalitas selisih pretest
dan posttest untuk masing-masing variabel dan kelompok
Normal Tidak
normal
Paired
T-Test Wilcoxon
Data Ceramah dan Kontrol
Tidak normal