• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Perilaku Prososial

1. Pengertian Perilaku Prososial

Beberapa peneliti mengungkapkan definisi dari perilaku prososial. Salah satunya adalah Baron & Byrne (Arifin, 2015:272) yang menyimpulkan bahwa perilaku prososial meliputi segala tindakan yang menguntungkan orang lain. Secara umum, istilah ini diaplikasikan pada tindakan yang tidak menyediakan keuntungan langsung kepada orang yang melakukan tindakan tersebut, bahkan mungkin mengandung tingkat risiko tertentu bagi orang yang melakukan tidakan tersebut.

Skinner (Arifin, 2015:272) mendefinisikan perilaku sebagai respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon. Oleh karena itu perilaku prososial muncul karena adanya rangsangan, stimulus dan pengaruh dari luar individu.

Sejalan dengan pendapat Skinner yang mengungkapkan bahwa respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari

luar, maka Dayakisni & Yuniardi (Arifin, 2015:272) mendefinisikan perilaku prososial sebagai kesediaan orang untuk membantu atau menolong orang lain yang ada dalam kondisi distres (menderita) atau mengalami kesulitan. Dengan demikian, stimulus atau rangsangan berupa kesulitan yang dialami seseorang maka penolong tergerak untuk membantu. Staub (Arifin, 2015:272) juga mendefinisikan perilaku prososial sebagai perilaku yang memiliki konsekuensi sosial positif secara fisik ataupun secara psikologis, dilakukan secara sukarela dan menguntungkan orang lain.

Dayaksini & Hudaniah (Arifin, 2015:273) menyimpulkan bahwa perilaku prososial sebagai bentuk memberikan konsekuensi positif bagi si penerima, baik dalam bentuk materi, fisik ataupun psikologis tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pemiliknya. Akan tetapi, Brigham (Dayaksni & Hudaniah, 2006) mengatakan bahwa perilaku prososial mempunyai maksud untuk menyokong kesejahteraan orang lain.

Berdasarkan paparan dari beberapa ahli, peneliti menyimpulkan bahwa perilaku prososial adalah segala tindakan yang dilakukan seseorang untuk menolong orang lain tanpa memikirkan motif atau maksud pemberi pertolongan. Perilaku prososial juga dapat didefinisikan sebagai segala tindakan yang menguntungkan orang lain dan menyokong kesejahteraan orang lain.

2. Aspek-aspek Perilaku Prososial

Eisenberg & Mussen (Asih & Pratiwi, 2010) mengungkapkan bahwa perilaku prososial mencakup tindakan-tindakan yang dikategorikan sebagai aspek perilaku prososial sebagai berikut:

a. Menolong (Helping), yaitu kesediaan memberikan bantuan atau pertolongan kepada orang lain yang sedang mengalami kesulitan, baik berupa moril maupun materil. Menolong meliputi membantu orang lain atau menawarkan sesuatu yang menunjang berlangsungnya kegiatan orang lain. Menolong juga membantu meringankan beban fisik maupun psikologis seseorang.

b. Berbagi (Sharing), yaitu kesediaan berbagi perasaan dengan orang lain dalam suasana suka dan duka, ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain. Berbagi yaitu saling bercerita tentang pengalaman hidup atau lebih tepatnya mencurahkan isi hati yang dialami atau juga diartikan memberikan kesempatan dan perhatian kepada orang lain untuk mencurahkan keinginan dan isi hatinya.

c. Kerjasama (Cooperating), yaitu kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain demi tercapainya suatu tujuan. Kegiatan dilakukan bersama-sama berdasarkan kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama biasanaya saling menguntungkan, saling memberi, saling menolong dan menyenangkan.

d. Bertindak jujur (Honesty), yaitu kesediaan untuk melaukukan sesuatu seperti apa adanya, tidak berbuat curang terhadap orang lain.

Bertindak jujur juga kesediaan untuk berkata, bersikap apa adanya dan menunjukkan keadaan yang tulus hati.

e. Berdema (Donating), yaitu kesedian untuk memberikan secara sukarela sebagian barang miliknya kepada orang yang membutuhkannya. Berderma adalah membantu dalam bentuk apapun dengan sukarela kepada orang yang membutuhkan. Berderma juga murah hati untuk beramal kepada orang lain.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa, perilaku prososial adalah tindakan yang dilakukan seseorang meliputi menolong, berbagi, bekerjasama, bertindak jujur dan berderma.

3. Karakteristik Individu yang Menunjukkan Perilaku Prososial

Menurut Staub (Husein Fahmi, 2014) ada 3 (tiga) ciri atau karakteristik seseorang yang menunjukkan perilaku prososial, yaitu:

a. Tindakan tersebut berakhir pada dirinya dan tidak menuntut keuntungan pada pihak pemberi bantuan. Tindakan prososial berarti tindakan yang dilakukan seseorang bukan karena ingin mendapatkan imbalan atau balasan namun dilakukan karena tulus ingin membantu orang lain.

b. Tindakan tersebut dilahirkan secara sukarela. Perilaku prososial murni dari dalam diri tanpa adanya paksaan dan dilakukan dengan senang hati.

c. Tindakan tersebut menghasilkan kebaikan. Perilaku Prososial mengutamakan semua tindakan yang akan memberikan keuntungan bagi orang lain atau penerima pertolongan.

4. Faktor-faktor yang Mendasari Perilaku Prososial

Menurut Staub (Dayakisni & Hudaniah, 2009:159) terdapat beberapa faktor yang mendasari seseorang untuk prososial yaitu:

a. Keuntungan Diri (Self-Gain)

Harapan seseorang untuk memperoleh atau menghindari kehilangan sesuatu, misalnya ingin mendapatkan pengakuan, pujian atau takut dikucilkan.

b. Nilai-nilai dan Norma-norma Pribadi (Personal Values and Norms) Adanya nilai-nilai dan norma sosial yang diinternalisasikan oleh individu selama mengalami sosialisasi dan sebagian nilai-nilai serta norma tersebut berkaitan dengan tindakan prososial, seperti berkewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan serta adanya norma timbal balik.

c. Empati (Empathy)

Kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan atau pengalaman orang lain. Kemampuan untuk empati ini erat kaitannya dengan pengambilalihan peran. Jadi syarat untuk mampu melakukan empati, individu harus memiliki kemampuan untuk melakukan pengambilan peran.

Berdasarkan penjelasan mengenai faktor yang mendasari perilaku prososial, maka disimpulkan bahwa ada tiga faktor yaitu (1) Keuntungan diri (Self Gain) yaitu suatu harapan seseorang untuk memperoleh sesuatu, (2) Nilai-nilai dan norma-norma pribadi (Personal Values and Norms) yaitu sebuah nilai-nilai atau norma yang dipatuhi seseorang yang berkaitan dengan tindakan prososial (3) Empathy yaitu kemampuan seseorang untuk merasakan suatu hal yang dirasakan orang lain.

5. Upaya untuk Meningkatkan Perilaku Prososial

Adapun beberapa cara untuk meningkatkan perilaku prososial menurut Brigham (Dayakisni & Hudaniah, 2009:189) yaitu:

a. Penayangan Model Perilaku Prososial

Banyak perilaku manusia yang terbentuk melalui belajar sosial terutama dengan cara meniru. Apalagi mengamati model perilaku prososial dapat memiliki efek priming yang bersosiasi dengan anggapan positif tentang sifat-sifat manusia dalam diri individu pengamat. Dalam mengembangkan kemampuan tertentu kita dapat melakukan melalui pendekatan behavioral dengan model belajar sosial. Pembentukan perilaku prososial dapat kita lakukan dengan sering memberikan stimulus tentang perilaku-perilaku baik (membantu orang yang kesulitan dan lain sebagainya). Semakin sering seseorang memperoleh stimulus, misalnya melalui media massa semakin mudah akan melakukan proses imitasi (meniru) terhadap perilaku tersebut.

b. Menciptakan Suatu Superordinanate Identity

Pandangan bahwa setiap orang adalah bagian dari keluarga manusia secara keseluruhan. Dalam beberapa penelitian ditunjukkan bahwa menciptakan superordinate identity dapat mengurangi konflik dan meningkatkan perilaku prososial dalam kelompok besar serta meningkatkan kemampuan empati diantara anggota kelompok tersebut. Jadi setiap orang merupakan bagian dari kelompok manusia secara keseluruhan adalah hal penting yang perlu dilakukan. Manakala seseorang merasa menjadi bagian dari suatu kelompok yang lebih besar, ia akan berusaha tetap berada di kelompok tersebut dan akan melakukan perbuatan yang menuntun ia dapat diterima oleh anggota kelompok yang lain, salah satu cara adalah senantiasa berbuat baik untuk orang lain. Seseorang akan menghindarkan diri dari perbuatan yang tidak disenangi oleh kelompoknya, sehingga kondisi ini akan memberikan dorongan untuk senantiasa berbuat baik untuk orang lain.

c. Menekankan Perhatian Terhadap Norma-Norma Prososial

Berkaitan dengan norma tentang tanggung jawab sosial, norma ini dapat ditanamkan oleh orang tua, guru ataupun melalui media massa. Longgarnya sosialisasi dan pembelajaran terhadap norma-norma ini akan mendorong munculnya perilaku antisosial atau tidak peduli dengan lingkungan sekitar dan hal ini sangat mengkhawatirkan bagi perkembangan psikologis dan sosial seseorang.

Dokumen terkait