• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR LAMPIRAN

2.2 Perilaku Rusa

Perilaku dapat diartikan sebagai gerak-gerik organisme (Timbergen 1979) yang merupakan suatu gerakan atau perubahan gerak termasuk perubahan dari bergerak ke tidak bergerak sama sekali. Satwaliar mempunyai berbagai perilaku dan proses fisiologis untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya. Untuk mempertahankan kehidupannya, satwaliar melakukan kegiatan-kegiatan agresif, persaingan dan bekerjasama untuk mendapatkan makan, pelindung, pasangan untuk kawin, dan reproduksi. Perilaku timbul karena adanya

rangsangan dari dalam tubuh satwa atau dari lingkungan dan perilaku berfungsi untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan, baik dari luar maupun dari dalam (Tanudimadja 1978). Setiap satwa dilahirkan dengan berbagai pola perilaku yang sudah sempurna tetapi sebagian pola perilaku berkembang di bawah pengaruh rangsangan lingkungan atau karena proses belajar.

Menurut Dradjat (2002), pertumbuhan ranggah berhubungan dengan siklus reproduksi dan ranggah juga berkaitan dengan perilaku seksual, sedangkan Takandjandji dan Handoko (2005) mengatakan, ranggah dan musim kawin pada rusa timor jantan terdapat korelasi. Ranggah yang keras, kuat dan sempurna akan sangat berpengaruh selama musim kawin, dimana terjadi perkelahian antar sesama pejantan untuk merebut betina (Takandjandji et al. 1998). Pada musim kawin rusa jantan terlihat sangat galak sehingga ranggah digunakan sebagai alat untuk berkelahi dengan sesama pejantan. Pertumbuhan dan perkembangan ranggah pada rusa jantan dipengaruhi oleh pubertas, terutama peredaran hormon testosteron. Testosteron yang rendah menyebabkan pelepasan ranggah dan pertumbuhan ranggah baru, sedangkan testosteron yang tinggi menyebabkan matinya velvet dan pengerasan sempurna pada ranggah.

Libido merupakan kebutuhan biologis untuk aktivitas seksual (rangsangan seksual) dan seringkali ditandai sebagai perilaku seksual. Dalam definisi lain libido seksual adalah dorongan yang berkekuatan atau yang memiliki energi dan bersifat seksual (Arifiyanti 2010). Timbulnya libido pada hewan jantan ditandai dengan terjadinya ereksi (Zumrotun 2006). Sekresi hormon reproduksi pada rusa dipengaruhi oleh cahaya harian pendek, dimana dengan berkurangnya panjang hari akan terjadi peningkatan frekuensi dan besarnya sekresi LH (Luteinizing Hormone), serta naiknya tingkat FSH (Follikel Stimulating Hormone) dan akan mempengaruhi perkembangan testis dalam memproduksi hormon testosteron (Masy’ud 1998).

Tomaszewska et al. (1991) menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara tingkat hormon yang beredar dalam tubuh, misalnya testosteron atau estrogen, dan jumlah aktivitas seksual yang ditunjukkan oleh satwa jantan dan betina disebabkan oleh: (a) kadar hormon yang lebih besar dalam kebanyakan individu satwa untuk menunjukkan tingkah laku seksual secara maksimal atau (b)

respon terhadap hormon yang dipengaruhi sepenuhnya oleh reaksi sebelumnya dari pusat syaraf.

Dilihat dari aspek reproduksi, rusa termasuk satwaliar yang produktif, dengan masa reproduksi dimulai dari umur 1,5 - 12 tahun, dan rusa dapat bertahan hidup antara umur 15 - 20 tahun. Hasil penelitianTakandjandji et al. (1998) pada rusa timor di penangkaran NTT melaporkan bahwa rata-rata lama birahi 2,2 hari dengan siklus 20,3 hari; dewasa kelamin atau pubertas pada rusa jantan 8 bulan dan rusa betina 8,13 bulan; umur perkawinan pertama pada rusa jantan 12,7 bulan pada rusa betina 15,3 bulan; umur kebuntingan pertama 17 bulan dengan lama bunting 8,4 bulan dan umur beranak pertama 25,5 bulan dengan jarak kelahiran pertama dan kedua 13,25 bulan; lama menyusui 4 bulan dengan tingkat pertambahan anak rusa yang lahir per tahun 0,8 ekor dan ratio kelamin anak yang lahir antara jantan dan betina 1:1,3 ekor; persentase kelahiran sebesar 96,07% dan tingkat kematian 17,25%.

Musim kawin pada rusa tropis sangat tergantung pada kondisi alam setempat. Perkiraan massa perkawinan dapat dilakukan dengan mengurangi lama kebuntingan terhadap bulan kelahiran anak. Cara lain memperkirakan musim kawin adalah dengan mengekstrapolasi bulan tertinggi pejantan dalam keadaan ranggah keras, adanya bekas torehan pada tumbuhan, terbentuknya kubangan dan perilaku pejantan dalam menjaga betina (Semiadi 2006). Umur tertua mampu bereproduksi yang tercatat pada rusa timor adalah pada umur 16 tahun. Sedangkan kebuntingan itu sendiri dilaporkan mulai dapat terjadi apabila berat badan telah mencapai minimal 70% dari berat dewasanya. Semiadi (2006) melaporkan bahwa berat minimal untuk kebuntingan pada rusa timor adalah 40-50 kg, kelahiran pertama dapat terjadi pada umur 15-18 bulan, dengan masa kebuntingan selama 8 (delapan) bulan, berarti bahwa umur termuda perkawinan pertama pada rusa timor dapat terjadi pada umur 7 (tujuh) bulan, kelahiran rusa timor di penangkaran dari awal sampai akhir musim kemarau dan di NTT bulan tertinggi kelahiran rusa yaitu bulan Juli.

Menurut Semiadi (2006), ranggah merupakan ciri utama dari kelompok rusa dan hanya dimiliki oleh pejantan, namun pada rusa jenis Rangifer tarandus

merupakan jaringan tulang yang tumbuh keluar dari anggota tubuh dan memiliki siklus tumbuh, mengeras dan luruh secara berulang dan terus-menerus. Pertumbuhan ranggah merupakan satu-satunya jaringan tubuh hewan yang tumbuh paling cepat. Pertumbuhan ranggah terjadi pada daerah tulang tengkorak, dengan pusat pertumbuhannya di daerah frontal yang disebut pedicle adalah sejalan dengan pertambahan umur, diawali dengan tampaknya pusaran bulu dan dilanjutkan dengan tumbuhnya benjolan yang membesar dan memanjang pada saat jantan memasuki umur pubertas. Pertumbuhan selanjutnya yaitu velvet yang diawali dengan pertumbuhan tulang rawan (kartilago) yang memanjang dan diselimuti oleh lapisan kulit tipis berbulu yang kaya akan pembuluh darah dan syaraf. Selanjutnya proses pengerasan jaringan (kalsifikasi) yang diawali dengan menipis dan matinya jaringan velvet dan diakhiri dengan terlihatnya jaringan tulang disebut ranggah kera. Ranggah pada rusa berbeda dengan tanduk pada sapi, kerbau, kambing dan domba yang terbuat dari bahan dasar keratin, teksturnya berlubang dan tidak memiliki siklus tumbuh dan luruh.

Selama pertumbuhan ranggah tua, perlu peningkatan konsumsi mineral. Ketika kondisi ranggah keras maka perilaku untuk berkubang dan sikap agresif akan meningkat. Di saat seperti ini rusa dalam kondisi optimum untuk kawin (Semiadi 2006). Hal ini berkaitan dengan peningkatan hormon testosteron yang berfungsi dalam proses siklus pertumbuhan ranggah dan juga spermatogenesis (Semiadi 2006). Adapun pertumbuhan dan perkembangan ranggah terlihat pada Gambar 3.

c d

e f

Gambar 3 Tahapan pertumbuhan ranggah rusa. (a) Saat ranggah luruh/lepas; (b) Saat pertumbuhan pedicle; (c) Saat pertumbuhan velvet; (d) Saat

ranggah keras; (e) Kondisi ranggah keras pasca pemotongan; (f) Ranggah yang sudah lepas.

Dokumen terkait