• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Perilaku

1. Pengertian perilaku

Perilaku peristiwa fisik yang terjadi dalam tubuh dan dikendalikan

oleh otak (Davis, R, et.al, 2015). Sedangkan menurut Wolf, A,K (2014)

perilaku termasuk juga cara seseorang untuk bertindak, berfungsi dari waktu

ke waktu dalam menanggapi pilihan internal dan eksternal untuk

mengantisipasi kondisi/ masa depan secara alam bawah sadar tanpa alasan

yang jelas.

Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

atau rangsangan dari luar. Menurut Skinner (1938) di dalam Notoatmodjo

(2010) perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,

kemudian organisme tersebut merepon, maka teori ini disebut teori “S-O-R”

atau Stimulus-Organisme-Respon. Skiner juga membedakan adanya dua

proses yaitu

a. Responden respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan- rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus ini disebut

electing stimulation karena menimbulkan respon yang relatif tetap.

b. Operant respon atau instrumental respon adalah respon yang timbul dan

11

disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat

respon.

2. Bentuk perilaku

Menurut Notoatmodjo (2010) perilaku dapat dibedakan menjadi dua

yaitu:

a. Perilaku tertutup adalah respon seorang terhadap stimulus

tertutup(covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas

pada perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran dan sikap yang terjadi

belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam

bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik sehingga dapat mudah

diamati atau dilihat oleh orang lain.

3. Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut konsep Lawrence Green didalam Notoatmodjo (2010) bahwa

perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu:

a. Predisposisi adalah faktor yang mencakup tentang pengetahuan dan

sikap seseorang terhadap sebuah rangsangan atau stimulus yang

didapatkan.

b. Pemungkin adalah faktor yang mencakup ketersedian sarana dan

prasarana atau fasilitas sebagai penunjang terjadinya sebuah perilaku

11

c. Penguat ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh

agama, sikap dan perilaku dari peran role dari seseorang yang

membuatnya menirukan apa yang mereka lakukan semuanya.

Faktor- faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi

terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat merupakan

pengetahuan dan sikap seseorang atau masyarakat tersebut dalam

melakukan sesuatu. Terbentuknya suatu perilaku baru dimulai pada domain

kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang

berupa materi atau objek di luarnya.

4. Domain perilaku

Domain perilaku menurut Bloom di dalam Notoatmodjo (2010) yaitu:

a. Domain pengetahuan/ kognitif

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (overt behaviour).Domain kognitif domain yang

berisiperilaku-perilaku yang menekan aspek intelektual seperti:

pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berfikir (Budiman &

Riyanto,A, 2013).

11

Domain afektif adalah domain yang berisi perilaku-perilaku yang

menekankan pada aspekperasaan dan emosi seperti: minat, sikap,

apresiasi, dan cara menyesuaikan diri. Ranah kognitif biasa disebut juga

dengan ranah sikap (Budiman & Riyanto,A, 2013).

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap stimulus. Sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi

hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang tertutup. Sikap menunjukkan

konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Sikap

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan

pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka dan

sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai

suatu penghayatan terhadap objek.

c. Domain perilaku atau psikomotor

Domain psikomotor adalah domain yang berisi perilaku-perilaku

yang menekankan pada aspek keterampilan motorik seperti:

mengerjakan, memasang, membuat, dan sebagainya. Ranah psikomotor

biasa disebut juga dengan ranah tingkah laku (Budiman & Riyanto,A,

2013).

Menurut Wolfe, Ak (2014) menjelaskan bahwa motivasi dapat

mempengaruhi perubahan perilaku. Ilmu psikolgi juga menjelaskan motivasi sebagai salah satu kunci yang berpengaruh untuk perubahan

11

perilaku. Perubahan perilaku dengan sengaja membutuhkan beberapa

rangsangan atau dorongan (Thaler dan Sunstein, 2009).

Menurut Benjamin S (1956) di dalam Budiman & Riyanto (2013)

taksonomi pendidikan bloom yang dikenal dengan istilah Segitiga

Taksonomi Pendidikan yang diperuntukkan untuk mencapai perubahan

perilaku sehingga dari awalnya tidak tahu menjadi tahu, tidak mau menjadi

mau, dan tidak bergerak menjadi bertindak.

Gambar 1.1Taksonomi Pendidikan Bloom

5. Tahapan perubahan perilaku

National Institute for Health and Clinical Excellence ([NICE])pada

tahun 2010 menjelaskan bahwa perubahan kecil pada perilaku dapat

memiliki efek besar dalam kesehatan (Davis, R. et,al, 2015).

Menurut Norcross, J,C, et.al(2011) menjelaskan tahapan perubahan

perilaku adalah 1) Prekontemplasi adalah tahap perubahan perilaku belum

ada niat untuk mengubah perilaku. 2) Kontemplasi adalah tahap seseorang

telah menyadari bahwa terdapat masalah dan berfikir untuk mengatasi tetapi

belum membuat komitmen untuk mengambil tindakan. 3) Kontemplator

adalah mempertimbangkan masalah tersebut dengan mempertimbangkan cara, tenaga, dan biaya dalam menyelesaikan masalah tersebut. 4) Persiapan

Kepala

Kesehatann

11

adalah tahap individu berniat untuk mengambil tindakan dan mulai

melakukan perubahan-perubahan kecil.

Sedangkan menurut Hosland, et al (1953) di dalam Notoatmodjo

(2010) tahapan perubahan perilaku meliputi:

a. Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organisme dapat diterima

atau ditolak. Jika stimulus tidak diterima berarti stimulus itu tidak efektif

dalam mempengaruhi individu, dan berhenti disini. Sedangkan, jika

stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan

stimulus tersebut efektif.

b. Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme yang

artinya bahwa stimulus diterima sehingga stimulus ini dilanjutkan kepada proses berikutnya.

c. Setelah organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan

untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan

maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut

(perubahan perilaku).

6. Fungsi perubahan perilaku

Menurut Katz (1960) di dalam Notoatmodjo (2010) perilaku

dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan meliputi:

a. Perilaku memiliki fungsi instrumental, artinya perilaku berfungsi dan

memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak (berperilaku) positif terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya.

11

Sedangkan apabila objek tidak dapat memenuhi kebutuhannya maka ia

akan berperilaku negatif.

b. Perilaku berfungsi sebagai “defence mechanism” atau sebagai

pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya dengan

perilakunya manusia dapat melindungi ancaman- ancaman yang daang

dari luar.

c. Perilaku sebagai penerima objek dan pemberi makna. Seseorang sebelum

melakukan tindakan selalu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Dengan tindakan sehari- hari tersebut seseorang melakukan keputusan-

keputusan sehubungan dengan objek atau stimulus yang dihadapi.

d. Perilaku juga memiliki fungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri

seseorang dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Sehingga

perilaku dapat mencerminkan ungkapan diri seseorang.

Menurut penelitian Indarwati, R.D (2011) di Kelurahan Blumbang

Kecamatan Tawamangu Kabupaten Karanganyar sebagian besar memiliki

sikap positif terhadap praktik pencegahan cedera pada anak usia toddler

sebesar 60,3%. Praktik pencegahan cedera yang dilakukan oleh orangtua,

yaitu berupa suatu tindakan pengawasan yang masih rendah, hal tersebut

merupakan salah satu faktor yang paling berperan terhadap terjadinya cedera pada anak selain faktor lingkungan yang tidak aman (Kuschithawati

et al, 2007). Selain itu faktor yang mempengaruhi praktik pencegahan

11

Menurut penelitian Aken et,al (2007) menjelaskan bahwa karakteristik

sikap orangtua yang berpengaruh terhadap resiko cedera pada anak. Sikap

belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour), sehingga

diperlukannya faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan dalam

mewujudkannya (Notoatmodjo, 2007).

Dokumen terkait