HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN FIRST AID KIT DALAM PENANGANAN
CEDERA ANAK USIA TODDLER DI RUMAH TANGGA
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Fakultas Kedokeran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh: YANI TRI SAFITRI
20120320140
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
i
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP PERILAKU PENGGUNAAN FIRST AID KIT DALAM PENANGANAN
CEDERA ANAK USIA TODDLER DI RUMAH TANGGA
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Fakultas Kedokeran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh: YANI TRI SAFITRI
20120320140
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
iii
Saya yang bertandatangan dibawah ini
Nama : Yani Tri Safitri
NIM : 20120320140
Program studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang
peneliti tulis ini benar-benar merupakan hasil Karya Tulis peneliti sendiri dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan manapun tidak
diterbitkan dari peneliti lain telah disebutkan dalam teks yang tercantum dalam
daftar pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis ini hasil
jiplakan, maka peneliti bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 18 Agustus 2016
Penulis
iv
M otto
Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah
(H R.Turmudzi)
Sebaik-baiknya kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan yang
mengajarkannya.
(H R.Bukhari)
Orang yang menuntut ilmu bearti menuntut rahmat ; orang yang
menuntut ilmu bearti menjalankan rukun Islam dan Pahala yang
diberikan kepada sama dengan para Nabi”.
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Karya Tulis Ilmiah ini kepada:
1. Ayah dan ibu tercinta (Jurami dan Kartinah) atas segala doa, nasehat,
wejangan maupun dukungan dalam bentuk apapun terhadap peneliti
sampai saat ini sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini tepat waktu. Semoga peneliti bisa selalu membahagiakan dan
membanggakan kalian semua. Amin YA Rabb...
2. Kedua kakak perempuan terkasih, Sahada Warningsih dan Yeni Dwi Putri
yang selalu memberikan motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini. Semoga kita semua menjadi anak yang dapat
membahagiakan dan membanggakan kedua orng tua kita hingga akhir
hayat. Amin
3. Keluarga besar peneliti yang telah mendoakan kelancaran dan kesuksesan
dalam menjalani pendidikan ini. Semoga Allah SWT membalas semua
kebaikannya.
4. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga selama 4 tahun.
Menyadarkan bahwa ilmu Allah Maha Luas dan wajib bagi setiap manusia
untuk menggali sebaik mungkin.
5. Teman seangkatan PSIK FKIK UMY angkatan 2012 yang telah berjuang
bersama selama ini dalam menempuh pendidikan dengan semangat. Saling
vi
6. Teman- teman satu bimbingan yang saling mendukung: Amel, Niken,
Dita, Istiana, Hermansyah, Rifki, dan (Alm. Mela) semoga dirimu
mendapatkan tempat yang terbaik disisi-Nya. Teman lainnya yang juga
penulis sayangi: Fatmi, Endah, Mega, Dina, Yati, Rahma, dan semua yang
vii
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua dengan Perilaku Penggunaan First Aid Kit dalam Penanganan Cedera Anak Usia Toddler di Rumah Tangga”.
Proposal karya tulis ilmiah ini dibuat sebagai syarat dalam menyelesaikan
program pendidikan sarjana Ilmu Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam membuat proposal
karya tulis ilmiah ini penulis mendapatkan banyak masukan dari berbagai pihak
oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammdiyah
Yogyakarta,
2. Sri Sumaryani, Ns., M.Kep., Sp.Mat., HNC selaku Ketua Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Azizah Khoiriyati, S.Kep.Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing dalam
pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini yang memberikan arahan, bantuan,
viii
4. Falasifah Ani Yuniarti, S.Kep., Ns., MAN., HNC selaku dosen penguji
yang telah memberikan saran dan masukkan, arahan dan bimbingan
kepada penulis untuk menyempurnakan karya tulis ilmiah ini.
5. Keluarga besar penulis yang turut memberi dukungan spiritual maupun
lainnya.
6. Keluarga besar PSIK 2012 UMY yang tela sangat membantu dalam
penulisan karya tulis ilmiah ini.
7. Pihak- pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan dan
menyempurnakan karya tulis ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu
persatu. Terima kasih atas doa dan berbagai dukungan kalian, semoga
Allah membalas kebaikan kalian.
Semoga bantuan yang diberikan dapat menjadi amal shaleh dan
mendapat balasan yang terbaik serta ridho dari Allah SWT. Akhirnya
penulis berharap saran dan kritik untuk koreksi dan perbaikan.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis
ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii
MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR SINGKATAN ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
INTISARI ... xvi
ABSTRACT ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Keterkaitan Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan ... 11
B. Perilaku ... 17
C. Orang Tua ... 24
D. First Aid ... 25
E. First Aid Kit ... 27
x
G. Kerangka Konsep ... 39
H. Hipotesis Penelitian ... 40
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 41
B. Populasi dan Sampel ... 41
C. Kriteria Inklusi dan Eklusi ... 42
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43
E. Variabel Penelitian ... 43
F. Definisi Operasional ... 43
G. Aspek Pengukuran ... 44
H. Instrumen Penelitian ... 45
I. Pengumpulan Data ... 46
J. Uji Validitas ... 47
K. Uji Reliabilitas ... 49
L. Analisa Data ... 50
M.Pengolahan Data ... 51
N. Prosedur Penelitian ... 53
O. Etika Penelitian ... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 57
B. Pembahasan ... 65
C. Kelebihan dan Keterbatasan Penelitian ... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 78
B. Saran ... 78
xi
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Aspek Perkembangan Motorik Anak Usia 1-3 Tahun ...32
Tabel 2.2 Potensial Bahaya Berdasarkan Tingkat Perkembangan Anak ...34
Tabel 3.1 Kisi- Kisi Kuesioner Pengetahuan ...46
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Perilaku ...46
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai r Validitas ...48
Tabel 3.4 Interpretasi Nilai r Reliabelitas ...50
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden tentang First Aid Kit ... 58
Tabel 4.3 Karakteristik Tingkat Pengetahuan ...59
Tabel 4.4 Karakteristik perilaku penggunaan First Aid Kit ...59
Tabel 4.5 Ditribusi komponen first aid kit di rumah tangga ...60
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi cedera pada anak usia toddler ...60
Tabel 4.7 Crosstabulation antara komponen firs aid kit ...61
dengan cedera anak usia toddler Tabel 4.8Crosstabulation antara tingkat pengetahuan ...61
dengan penyediaan komponen first aid kit Tabel 4.9 Crosstabulation antara perilaku orangtua dengan ...62
penggunaan komponen first aid kit Tabel 4.2.1 Distribusi komponen kotak obat ...63
Tabel 4.2.2 Distribusi Hubungan Tingkat Pengetahuan ...64
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Taksonomi Pendidikan Bloom ...21
xiv
DAFTAR SINGKATAN
WHO : World Health Organization
DINKES : Dinas Kesehatan
NICE : National Institute for Health and Clinical Excellence
ACEP : American College of Emergency Physicians
RI : Republik Indonesia
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan menjadi responden
Lampiran 2 Persetujuan menjadi responden
Lampiran 3 Data demografi
Lampiran 4 Kuesioner pengetahuan
Lampiran 5 Kuesioner perilaku
Lampiran 6 Survey pendahuluan
Lampiran 7 Studi pendahuluan
Lampiran 8 Kelayakan etik penelitian
Lampiran 9 Izin penelitian
Lampiran 10 Uji validitas kuesioner perilaku
Lampiran 11 Uji validitas kuesioner pengetahuan
Lampiran 12 Karakteristik responden
PERILAKU PENGGUNAAN FIRST AID KIT DALAM PENANGANAN
CEDERA ANAK USIA TODDLER DI RUMAH TANGGA.
Yani Tri Safitri
1, Azizah Khoiriyati
2 1Mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY,
2Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY
INTISARI
Usia
toddler merupakan masa kanak-kanak mulai berjalan sendiri sampai
mereka berlari dengan mudah, yaitu mendekati usia 12 sampai 36 bulan. Anak
yang berusia 0 sampai 3 tahun beresiko mengalami cedera. Penelitian yang
dilakukan di posyandu Anyelir A, Tegalwangi, Kasihan Bantul, Yogyakarta
diketahui dari 19 orang tua yang memiliki anak usia 1 sampai 3 tahun didapatkan
hasil bahwa sebesar 89,4% anak pernah mengalami cedera antara lain jatuh,
tersayat, terjepit dan kemasukan benda asing, sebesar 84,2 % orang tua memiliki
first aid kit, dan sebesar 36,8% orang tua mengatakan penanganan cedera dengan
menggunakan peralatan di dalam
first aid kit, 26,3% mengatakan ketika cedera
anak langsung dibawa ke puskesmas terdekat, dan sebesar 31,5% orangtua
melakukan penanganan cedera menggunakan obat tradisional. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan tingkat pengetahuan orang
tua dengan perilaku penggunaan
first aid kit dalam penanganan cedera anak usia
toddler di rumah tangga.
Desain penelitian adalah penelitian
descriptive corelation dengan
pendekatan
cross sectional.
Sampel penelitian adalah orang tua yang memiliki
anak usia toddler dan mempunyai first aid kit. Pengambilan sampel menggunakan
teknik total sampling. Besar sampel pada penelitian ini adalah 29 orang tua.
Berdasarkan hasil uji
Spearman rank
antara variabel pengetahuan orang
tua dengan perilaku penggunaan
first aid kit dengan hasil p = 0,47. Tingkat
pengetahuan orang tua adalah tinggi dan perilaku orang tua adalah baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara
tingkat pengetahuan orang tua dengan perilaku penggunaan
first aid kit dalam
penanganan cedera anak usia toddler di rumah tangga.
BEHAVIOR THE USE FIRST AID KITS TO HANDLING INJURY FOR
TODDLER AT HOUSEHOLD
Yani Tri Safitri
1, Azizah Khoiriyati
2 1Mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY,
2Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY
Abstract
Toddler age is a childhood which began to walk on his or her own until
they are able to run. Toddler is approaching the age of 12 mounth to 36 months.
Toddler aged 0 to 3 years are at risk of injury. The Research conducted
in
Posyandu Anyelir A,
Tegalwangi, Kasihan Bantul, Yogyakarta. Based on the
results are known 19 parents who have children ages 1 to 3 years showed that
89.4% of children had experienced injuries such as falls, cuts, and wedges. Then,
around 84.2% of parents had a first aid kits, and 36.8% of parents said handling
injuries by using the first aid kit, 26.3% said that when the child get injure, the
parents were immediately taken to the nearest health center, and parents who
treated the wound using traditional medicine was 31 , 5%. The determine
whether there is correlation between parents’ intellectual and the manners in using
first aid kit in order to treat the injury of toddler in the family.
The research used descriptive Correlation research with cross sectional
approach. Samples are parents who have children toddler and has a first aid kit in
their house. Sampling used total sampling technique. There were 29 parents as the
respondent in the research.
Based on Spearman rho test between the variables parents of knowledge
with manners of using first aid kit with the result of p = 0.47. The level of parents
of knowledge is high and the parents' behavior is good.
Based on the result, it can be concluded that there is no significant
correlation between
parents’ intellectual and the manners in using first aid kit in
order to treat the injury of toddler in the family.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak sebagai karunia Sang Pencipta kepada kedua orangtua. Dijelaskan
di dalam Al-Qur’an surah At-Togobun: 15 yang artinya:
“sesungguhnya harta dan anak- anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan disisi Allah pahala yang besar”.
makna dari ayat tersebut dijelaskan bahwa anak merupakan titipan dan amanat
dari Illahi Robbi yang harus diasuh, diasah dan diasih dengan semaksimal
mungkin.
Anak yang berusia 1 sampai dengan 3 tahun disebut dengan periode
toddler (Pillitteri, 2002).Anak usia 1 sampai 3 tahun merupakan masa paling
kritis karena sebesar 80% pertumbuhan otak terjadi pada masa usia
tersebutatau dikenal dengan golden age(Nursalam, 2005). Usia toddler lebih
banyak melakukan aktivitasnya dengan bermain karena merupakan stimulus
yang tepat bagi anak untuk merangsang daya pikir seperti aspek emosional,
sosial dan fisik (Adriana, 2011). Berdasarkan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan anak usia toddlerperlu mendapat pengawasan dari orangtua
karena dalam melakukan aktivitasnya anak tidak memperhatikan bahaya yang
2
Home Accident Surveilance System ( HASS) di dalam penelitian Smith, D
(2015)anak yang berusia 0 sampai 4 tahun beresiko mengalami cedera. HASS
menegaskan bahwa jatuh merupakan penyebab cedera pada anak yang sering
terjadi dirumah. Menurut Home Accident Presentation Strategy & Action
Planpada tahun 2004 sampai 2009 cedera yang paling umum dialami oleh
anak toddler seperti tenggelam, jatuh, luka bakar, keracunan, sesak napas, dan
luka terkait kecelakaan transportasi. Tingginya risiko cedera pada anak
dikarenakan belum sempurnanya sistem muskoloskeletal dan neurologi serta
belum memahami bahaya di lingkungan sekitarnya (Bruce and McGrath,
2005).
BadanWorld Health Organization([WHO], 2014) kasus cedera yang
dialami anak usia 0 sampai 5 tahun yaitu kasus anak yang tenggelam sebanyak
66.006 kasus dan mengalami luka bakar sebanyak 62.655 kasus. Berdasarkan
studi pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan (DINKES) kota
Yogyakarta menjelaskan pada tahun 2014 jumlah prevalensi angka cedera
pada anak usia 1-3 tahun terdiri dari 62,9% akibat kecelakaan tenggelam dan
terbenam, cedera yang tidak terduga sebesar 11,74%, keracunan akibat
pemaparan gas- gas 7,05%, terjatuh 4,1%, luka bakar & korosi 4,04%, akibat
kemasukan benda asing 3,66% dan luka bakar 4,04%. Sedangkan prevalensi
angka cedera di Kabupaten Bantul didapatkan hasil sebesar 20,6 % anak
mengalami kecelakaan dan tengelam, keracunan akibat pemaparan gas- gas
10,26%, kemasukan benda asing 9,7%, jatuh 8,9%, cedera yang tak terduga
3
Berdasarkan hasil penelitian Aken (2007) bahwa cedera atau kecelakaan
merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di
dunia. Badan National Safe Kids Campaign (2012) menjelaskan bahwa jumlah
prevalensi kejadian cedera pada anak di Amerika Serikat terdiri dari 40 %
kematian dan 50 % cedera yang tidak disengaja atau non-fatal yang terjadi di
dalam dan di sekitar rumahnya. Menurut penelitian Kuschithawati (2009) di
kota Yogyakarta menyebutkan bahwa faktor lingkungan rumah tempat tinggal
anak yang tidak aman merupakan faktor yang paling berperan dalam kejadian
cedera pada anak- anak dan kemudian disusul oleh faktor pengawasan
orangtua yang masih rendah.
Syarat orangtua untuk dapat menjaga anak dari kecelakaan sangat
penting karena setengah dari orang-orang dewasa tidak tahu hal yang harus
dilakukan agar rumahnya aman dari kecelakaan. Sehingga sangat diperlukan
P3K di rumah tangga agar kecelakaan pada anak dapat segera diatasi.
Misalnya ibu selalu menyediakan obat-obatan, buku panduan, dan peralatan
P3K atau first aid kit ( Aisyiah, N, 2011).
Peran orangtua sangatlah penting karena anak usia toddler dekat dengan
orangtua sehingga orangtua perlu memiliki pengetahuan yang tepat dalam
penanganan cedera pada anak usia toddler (Banfai, B, et al, 2015). Peran
orangtua terhadap anak- anaknya meliputi mengurus keperluan materi anak-
anak, menciptakan suatu “home” bagi anak- anak, mendidik dengan baik
karena masa ini lebih banyak dilewatkan dalam lingkungan keluarga (Nelson,
4
“Lukman berkata : “Wahai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbutan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuak hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)””.
makna dari QS. Luqman:17 diatas adalah ketika orangtua memerintahkan
sesuatu (sholat) kepada anaknya maka seharusya orangtua turut
mencontohkan. Orangtua merupakanrole model bagi anaknya sehingga agar
menjadirole modelyang baik orangtua perlu memilikipendidikan dan
pengetahuan.
Pengetahuan adalah informasi yang secara terus menerus diperlukan oleh
seseorang untuk memahami pengalaman (Potteret,al.,2005). Pengetahuan juga
merupakan faktor dominan dalam seseorang melakukan sebuah tindakan
(Notoatmodjo, 2007). Menurut penelitian Banfai, B, et,al (2015),di Hungary
bahwa tingkat pengetahuan orangtua akan pertolongan pertama pada
kecelakaan masih rendah. Mengingat keseriusan potensial bahaya dari
berbagai kecelakaan, maka peranan pemberian pertolongan pertama (First
Aider) sangat penting (Mukono., 2002 dalam Suriati., 2011). Penyediaan awal
perawatan untuk penyakit atau cidera biasanya dilakukan dengan orang yang
terlatih sampai perawatan medis dapat diakses (Tomruk, O, et, al., 2007).
Orangtua yang mempelajari dan memahami pertolongan pertama pada cedera
anak akan mengerti langkah-langkah yang harus dilakukan ketika anak
mengalami cederadi rumah tangga.
Menurut American College of Emergency Physicians (ACEP) pada tahun
5
membantu penanganan cedera ringan dan cidera berat dalam keadaan gawat
darurat. Berdasarkan hasil survei Sherwani, S,K et al (2014) di Pakistan
sebesar 80% masyarakat menyadari pentingnya pertolongan pertama (first
aid), 63,3% masyarakat juga mengetahui komponen dari first aid kit, dan
39,3% telah memiliki first aid kit. Penelitianyang sama juga dilakukan oleh
Amen, W (2014) di Khartoum menjelaskan bahwa kurang dari setengah
rumah tangga yang memiliki peralatan first aid kit.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Posyandu
Geblagan, Tegalwangi, Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakartadari19
orangtua yang memiliki anak usia 1 sampai 3 tahun didapatkan hasil bahwa
sebesar 89,4% anak pernah mengalami cedera antara lain jatuh, tersayat,
terjepit dan kemasukan benda asing, sebesar 84,2 % orangtua memiliki first
aid kit, dan sebesar 36,8% orangtua mengatakan penanganan cederadengan
menggunakan peralatan di dalam first aid kit, 26,3% mengatakan ketika
cedera anak langsung dibawa ke puskesmas terdekat, dan sebesar 31,5%
orangtua melakukan penanganan cedera menggunakan obat tradisional.
Tingginya angka kejadian cedera pada anak toddler dan sedikitnya first
aid kit dirumah tangga dalam penanganan cedera sehingga orangtua perlu
memiliki pengetahuan bagaimana cara penanganan cedera pada anak dengan
menggunakan first aid kit sehingga cedera dapat ditangani dengan cepat dan
tepat, maka peneliti ingin mengetahui hubungan tingkat pengetahuan orangtua
terhadap perilaku penggunaan first aid kit dalam penanganan cedera pada anak
6
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut “Adakah hubungan tingkat pengetahuan orangtua dengan
perilaku penggunaan first aid kit dalam penanganan cedera anak usia toddler
di rumah tangga?’’
C.Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
tingkat pengetahuan orangtua dengan perilaku penggunaan first aid kit dalam
penanganan cedera anak usia toddler di tumah tangga.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan orangtua dengan
perilaku penggunaan first aid kit dalam penanganan cedera anak usia
toddler di tumah tangga.
b. Untuk mengetahui perilaku penggunaan first aid kit dalam penanganan
cedera pada anak usia toddler di rumah tangga.
D.Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan penelitian
7 2. Bagi Orang tua
Hasil penelitian ini diharapkan perilaku orangtua menggunakan first aid kit
dalam penanganan cedera anak usia toddler di rumah tangga.
3. Bagi Instansi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber data untuk
pengembangan penelitian di Program Studi Ilmu Keperawatan khususnya
dibidang kegawatdaruratan.
E.Keterkaitan Penelitian
1. Indarwati, R.D (2011) tentang Hubungan Antara Pengetahuan Terhadap
Sikap Orangtua Tentang Bahaya Cidera dan Cara Pencegahannya dengan
Praktik Pencegahan Cidera Pada Anak Usia Toddler di Kelurahan
Blumbang Kecamatan Tawamangu Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini
menggunakan penelitian analitik dengan metode pendekatan waktu cross
sectional.Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling,
jumlah sampel sebanyak 82 responden. Hasil analisa univariat menunjukkan
bahwa sebagian besar responden berpengetahuan rendah (52,9%), sebagian
besar memiliki sikap positif (60,3%), dan sebagian besar memiliki praktik
baik (73,5%). Hasil analisa bivariat didapatkan hubungan antara
pengetahuan dengan praktik pencegahan cedera dengan OR= 4.455 dan Cl
95% (1.284- 15.449). Analisa multivariat menunjukkan bahwa variabel
sikap lebih berpengaruh terhadap praktik pencegahan cedera, dibanding
8
terikat yaitu sikap orangtua, dan tempat penelitian. Variabel yang digunakan
pada penelitian ini yaitu variabel terikat perilaku orangtua terhadap
penggunaan first aid kit dan tempat penelitian di Posyandu Anyelir A,
Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta.
2. Ali El-Sabely,Amirat.,dkk. (2014). Mother’s Education and her Knowledge
about Home Accident Prevention among Preschool Children in Rural Area
in Sharkia Governorate.Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif
cross-sectional. Pengambilan sampel menggunakan sistemic random dengan
mengunjungi 5 rumah di desa dan melakukan observasi terhadap ibu
melalui kunjungan rumah. Instrumen yang digunakan yaitu lembar
wawancara tersetruktur yang dikembangkan berdasarkan literatur yang
relevan, data tersebut berisi: a) bagian pertama termasuk karakteristi
sosio-demografis dari usia ibu, tingkat pendidikan, pekerjaan, ukuran keluarga
dan jumlah anak; b) bagian kedua adalah pengetahuan ibu tentang penyebab
kejadian kecelakaan pada anak- anak dirumah; c) bagian ketiga termasuk
praktik ibu atau tindakan pertolongan pertama sesuai dalam kasus
kecelakaan dirumah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia rata- rata ibu
adalah ( 34,1 ± 9,6) tahun. Mengenai tingkat pendidikan 33,3 % telah
menyelesaikan pendidikan universitas, sementara 25,3% dari mereka yang
buta huruf. Status pekerjaan menunjukkan bahwa lebih dari setengah dari
ibu yang diteliti (58%) tidak bekerja, sementara 14% bekerja sebagai tenaga
kesehatan 61,3% adalah status ekonomi menengah sosial. Perbedaan
9
penelitian. Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu variabel bebas
tingkat pengetahuan, variabel terikat perilaku orangtua terhadap penggunaan
first aid kit dan tempat di Psyandu Anyelir A Kasihan, Bantul Yogyakarta.
3. Ratnaningrum, W ( 2009) tentang Pengaruh pendidikan kesehatan tentang
save the children terhadap pengetahuan dan perilaku orang tua dalam
pencegahan kecelakaan pada balita. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan desain Quasy Eksperimental. Sampel dalam penelitian ini
adalah orangtua balita yang tinggal di dusun Teguhan Kalitirto dan karang
Kalitirto. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Simple
Random Sampling dan di dapat 30 responden. Analisa data yang digunakan
adalah uji Paired Sampel t-test dan wilcoxon. Hasil penelitian ini
didapatkan pengetahuan tentang kecelakaan balita pada kelompok
eksperimen dengan nilai p = 0,001 atau p < 0,05 dan perilaku pencegahan
kecelakaan pada kelompok eksperimen dengan nilai p = 0,001 atau p< 0,05
yang menunjukkan bahwa pengetahuan dan perilaku pada kelompok
eksperimen terjadi peningkatkan yang signifikan. Perbedaan penelitian ini
terletak pada design penelitian yaitu menggunakan quasy experimental, dan
tempat penelitian. Design penelitian ini menggunakan desain
non-experiment dengan pendekatan cross sectional, dan penelitian dilakukan di
Posyandu Anyelir A, Tamantirto, Kasihan Bantul, Yogyakarta
4. Islami, Nur.A (2011) dengan judul hubungan tingkat pendidikan dengan
tingkat pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama pada kecelakaan anak
10
merupakan jenis penelitian survei analitik metode Cross Sectional sampling
dengan cara pendekatan observasi point time approach. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh masyarakat RW 1 di desa Sumbergirang Lasem
Rembang sebanyak 89 orang. Adapun hasil tingkat pendidikan ibu yang
tertinggi 44 responden (49,4 %)kategori sedang,terendah 9 responden
(10,1%) kategori tinggi hasil tingkat pengetahuan ibu tertinggi 46 responden
(51,7%) kategori tinggi, terendah 12 responden (13,5%) kategori rendah.
nilai chi-square tabel pada df : 4 tingkat signifikasi 5 % (9,488) dilakukan
perbandingan chi-square hitung dan chi-square tabel dimana chi-square
hitung (51,090) > chi-square tabel (9,488) dengan taraf signikasi 5 %,
sedangkan berdasarkan probabilitas terlihat bahwa nilai Asymp-Sig = 0,000
atau probabilitas < 0,05, sehinga didapatkan hasil terdapat hubungan antara
tingkat pendidikan dengan dengan tingkat pengetahuan ibu mengenai
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan anak di rumah. Nilai koefisien
kontingensi 0,687 > 0.5 sehingga mempunyai hubungan yang kuat.
Perbedaan penelitian ini terletak pada variabel bebas yaitu tingkat
pendidikan, variabel terikat tingkat pengetahuan ibu, dan tempat penelitian.
Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu variabel bebas tingkat
pengetahuan, variabel terikat perilaku orangtua terhadap penggunaan first
aid kit dan tempat penelitian penelitian dilakukan di Posyandu Anyelir A,
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2011) pengetahuan adalah hasil dari tahu
setelah seseorang dalam melakukan penginderaan suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra meliputi pancamanusia yaitu indra
penglihatan, indra penciuman, indra pendengaran, indra rasa, dan indra
raba.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam tindakan seseorang (over behavior).Pengetahuan juga diartikan
sebagai informasi yang secara terus menerus diperlukan oleh seseorang
untuk memahami pengalaman (Potter et al, 2005).Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia ([KBBI]) pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui
berkaitan dengan proses pembelajaran.
2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, S (2011) pengetahuan seseorang terhadap
objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda- beda. Secara garis
besar dibagi dalam 6 tingkat pengetahuanyaitu:
a. Tahu ( know)
Tahu diartikan sebagai megingat suatu materi yang telah ada atau
11
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang rendah. Pengukuran terkait tingkat
pengetahuan seseorang yang dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan, mendefinsikan menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan seseorang
dalam menjelaskan secara benar terkait objek yang diketahui dan dapa
menginterppretasikan materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan dari seseorang yang telah
mengggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi yang real
(sebenarnya). Aplikasi disini meliputi penggunaan rumus, hukum-
hukum, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau
memisahkan suatu objek atau materi ke dalam komponen- komponen,
tetapi masih di dalm satu struktur organisasi, dan masih memiliki
11
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum
atau menghubungkan bagian- bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi– formulasi yang telah ada. Misalnya, dapat menyesuaikan,
dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyusun dan sebagainya
terhadap suatu teori atau rumusan- rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya
didasarkan pada suatu kriteria yang ditemukan sendiri atau norma- norma
yang berlaku di masyarakat.
Berdasarakan Cognitive Consistency Theory (Simons et al.,(1995)
di dalam Notoatmodjo (2011) bahwa terdapat kesesuaian antara
pengetahuan, sikap, dan perilaku. Pengetahuan baru yang diperoleh
menyebabkan terjadi ketidaksesuaian lagi antara pengetahuan, sikap, dan
perilaku sesuai dengan yang diharapkan.
3. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
11 a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok yang mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan Pendidikan mempengaruhi proses belajar,
makin tingggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi. Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi akan
cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun
dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin
banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan
sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang
dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya.
Seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
berpengetahuan rendah. Peningkatan pengetahuan tidak hanya diperoleh
pada pendidikan formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek juga
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek
inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek
tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui, akan
11 b. Media massa/ informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact),
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Perkembangan teknologi akan menyediakan bermacam- macam media
massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang
inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa
seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain- lain mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.
Media dalam penyampaian informasi merupakan tugas utama, media
masa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang.
c. Sosial budaya dan ekonomi
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi
kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan. Status ekonomi
seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini
akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik
11
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berbeda
dalam lingkungan tersebut.
e. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan merupakan suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengatahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang
dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional
serta pengalaman belajar selama bekerja dapat mengembangkan
kemampuan mengambil keputusan yang merupakan menifestasi dari
keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah
nyata dalam bidang kerjanya.
f. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia, maka akan bertambah pula daya
tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin baik.
Menurut penelitian Indarwati, R.D (2011) menjelaskan bahwa
perbedaan tingkat pengetahuan antara satu orang dengan orang lain
disebabkan oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan antara lain: pendidikan formal, pekerjaan, umur, minat,
pengalaman hidup, kebudayaan lingkungan sekitar dan informasi yang
11
pendidikan orangtua maka semakin dapat mengidentifikasi resiko cedera
pada anak (Atak, et al ,2010).
B.Perilaku
1. Pengertian perilaku
Perilaku peristiwa fisik yang terjadi dalam tubuh dan dikendalikan
oleh otak (Davis, R, et.al, 2015). Sedangkan menurut Wolf, A,K (2014)
perilaku termasuk juga cara seseorang untuk bertindak, berfungsi dari waktu
ke waktu dalam menanggapi pilihan internal dan eksternal untuk
mengantisipasi kondisi/ masa depan secara alam bawah sadar tanpa alasan
yang jelas.
Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
atau rangsangan dari luar. Menurut Skinner (1938) di dalam Notoatmodjo
(2010) perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,
kemudian organisme tersebut merepon, maka teori ini disebut teori “S-O-R”
atau Stimulus-Organisme-Respon. Skiner juga membedakan adanya dua
proses yaitu
a. Responden respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan- rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus ini disebut
electing stimulation karena menimbulkan respon yang relatif tetap.
b. Operant respon atau instrumental respon adalah respon yang timbul dan
11
disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat
respon.
2. Bentuk perilaku
Menurut Notoatmodjo (2010) perilaku dapat dibedakan menjadi dua
yaitu:
a. Perilaku tertutup adalah respon seorang terhadap stimulus
tertutup(covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas
pada perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran dan sikap yang terjadi
belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut
sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik sehingga dapat mudah
diamati atau dilihat oleh orang lain.
3. Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku
Menurut konsep Lawrence Green didalam Notoatmodjo (2010) bahwa
perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu:
a. Predisposisi adalah faktor yang mencakup tentang pengetahuan dan
sikap seseorang terhadap sebuah rangsangan atau stimulus yang
didapatkan.
b. Pemungkin adalah faktor yang mencakup ketersedian sarana dan
prasarana atau fasilitas sebagai penunjang terjadinya sebuah perilaku
11
c. Penguat ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh
agama, sikap dan perilaku dari peran role dari seseorang yang
membuatnya menirukan apa yang mereka lakukan semuanya.
Faktor- faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi
terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat merupakan
pengetahuan dan sikap seseorang atau masyarakat tersebut dalam
melakukan sesuatu. Terbentuknya suatu perilaku baru dimulai pada domain
kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang
berupa materi atau objek di luarnya.
4. Domain perilaku
Domain perilaku menurut Bloom di dalam Notoatmodjo (2010) yaitu:
a. Domain pengetahuan/ kognitif
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behaviour).Domain kognitif domain yang
berisiperilaku-perilaku yang menekan aspek intelektual seperti:
pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berfikir (Budiman &
Riyanto,A, 2013).
11
Domain afektif adalah domain yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan pada aspekperasaan dan emosi seperti: minat, sikap,
apresiasi, dan cara menyesuaikan diri. Ranah kognitif biasa disebut juga
dengan ranah sikap (Budiman & Riyanto,A, 2013).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap stimulus. Sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi
hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang tertutup. Sikap menunjukkan
konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.
Sikap merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka dan
sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai
suatu penghayatan terhadap objek.
c. Domain perilaku atau psikomotor
Domain psikomotor adalah domain yang berisi perilaku-perilaku
yang menekankan pada aspek keterampilan motorik seperti:
mengerjakan, memasang, membuat, dan sebagainya. Ranah psikomotor
biasa disebut juga dengan ranah tingkah laku (Budiman & Riyanto,A,
2013).
Menurut Wolfe, Ak (2014) menjelaskan bahwa motivasi dapat
mempengaruhi perubahan perilaku. Ilmu psikolgi juga menjelaskan
11
perilaku. Perubahan perilaku dengan sengaja membutuhkan beberapa
rangsangan atau dorongan (Thaler dan Sunstein, 2009).
Menurut Benjamin S (1956) di dalam Budiman & Riyanto (2013)
taksonomi pendidikan bloom yang dikenal dengan istilah Segitiga
Taksonomi Pendidikan yang diperuntukkan untuk mencapai perubahan
perilaku sehingga dari awalnya tidak tahu menjadi tahu, tidak mau menjadi
[image:40.612.217.460.315.413.2]mau, dan tidak bergerak menjadi bertindak.
Gambar 1.1Taksonomi Pendidikan Bloom
5. Tahapan perubahan perilaku
National Institute for Health and Clinical Excellence ([NICE])pada
tahun 2010 menjelaskan bahwa perubahan kecil pada perilaku dapat
memiliki efek besar dalam kesehatan (Davis, R. et,al, 2015).
Menurut Norcross, J,C, et.al(2011) menjelaskan tahapan perubahan
perilaku adalah 1) Prekontemplasi adalah tahap perubahan perilaku belum
ada niat untuk mengubah perilaku. 2) Kontemplasi adalah tahap seseorang
telah menyadari bahwa terdapat masalah dan berfikir untuk mengatasi tetapi
belum membuat komitmen untuk mengambil tindakan. 3) Kontemplator
adalah mempertimbangkan masalah tersebut dengan mempertimbangkan
cara, tenaga, dan biaya dalam menyelesaikan masalah tersebut. 4) Persiapan Kepala
Kesehatann
11
adalah tahap individu berniat untuk mengambil tindakan dan mulai
melakukan perubahan-perubahan kecil.
Sedangkan menurut Hosland, et al (1953) di dalam Notoatmodjo
(2010) tahapan perubahan perilaku meliputi:
a. Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organisme dapat diterima
atau ditolak. Jika stimulus tidak diterima berarti stimulus itu tidak efektif
dalam mempengaruhi individu, dan berhenti disini. Sedangkan, jika
stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan
stimulus tersebut efektif.
b. Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme yang
artinya bahwa stimulus diterima sehingga stimulus ini dilanjutkan kepada
proses berikutnya.
c. Setelah organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan
untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan
maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut
(perubahan perilaku).
6. Fungsi perubahan perilaku
Menurut Katz (1960) di dalam Notoatmodjo (2010) perilaku
dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan meliputi:
a. Perilaku memiliki fungsi instrumental, artinya perilaku berfungsi dan
memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak
11
Sedangkan apabila objek tidak dapat memenuhi kebutuhannya maka ia
akan berperilaku negatif.
b. Perilaku berfungsi sebagai “defence mechanism” atau sebagai
pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya dengan
perilakunya manusia dapat melindungi ancaman- ancaman yang daang
dari luar.
c. Perilaku sebagai penerima objek dan pemberi makna. Seseorang sebelum
melakukan tindakan selalu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Dengan tindakan sehari- hari tersebut seseorang melakukan keputusan-
keputusan sehubungan dengan objek atau stimulus yang dihadapi.
d. Perilaku juga memiliki fungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang
dalam menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri
seseorang dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Sehingga
perilaku dapat mencerminkan ungkapan diri seseorang.
Menurut penelitian Indarwati, R.D (2011) di Kelurahan Blumbang
Kecamatan Tawamangu Kabupaten Karanganyar sebagian besar memiliki
sikap positif terhadap praktik pencegahan cedera pada anak usia toddler
sebesar 60,3%. Praktik pencegahan cedera yang dilakukan oleh orangtua,
yaitu berupa suatu tindakan pengawasan yang masih rendah, hal tersebut
merupakan salah satu faktor yang paling berperan terhadap terjadinya
cedera pada anak selain faktor lingkungan yang tidak aman (Kuschithawati
et al, 2007). Selain itu faktor yang mempengaruhi praktik pencegahan
11
Menurut penelitian Aken et,al (2007) menjelaskan bahwa karakteristik
sikap orangtua yang berpengaruh terhadap resiko cedera pada anak. Sikap
belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour), sehingga
diperlukannya faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan dalam
mewujudkannya (Notoatmodjo, 2007).
C.Orang Tua
1. Peran orang tua
Menurut Verkuyl dalam Siahaan, L.E (2005), ada tiga peran orangtua
terhadap anak-anaknya, yaitu:
a. Mengurus keperluan materi anak-anak. Ini merupakan tugas
pertamaorangtua, yaitu harus memberi makan, tempat perlindungan dan
pakaian kepada anak- anaknya.
b. Menciptakan suatu “home” bagi anak- anak. Artinya bahwa di dalam
keluarga itu anak-anak dapat berkembang dengan baik, merasakan kasih
sayang, merasa aman dan tentram.
c. Mendidik anak dengan baikdilakukan oleh keluarga sepenuhnya khususnya
orangtuanya karena masa ini lebih banyak dilewatkan dalam lingkungan
keluarga. Orangtualah yang mengasuh, merawat, memelihara dan lebih
banyak bergaul dengan anak. Orangtualah yang membantu memperlancar
perkembangan anak secara optimal dengan memberikan perawatan, nutrisi,
11
Kesiapan orangtua dalam menjalankan peran pengasuhan dipengaruhi
oleh pendidikan dan pengalaman orangtua. Beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk lebih siap dalam menjalankan peran pengasuh yaitu
orangtua terlibat aktif dalam upaya pendidikan untuk anaknya, mengamati
segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, menjaga kesehatan
dengan memeriksakan secaara regular dan mecari pelayanan imunisasi,
memberikan nutrisi yang mencukupi kebutuhannya, memperhatikan
keamanan dan melaksanakan praktik pencegahan kecelakaan pada anak
(Khasanah, H,N, 2009).
Berdasarkan data Central Stastifical Officesebanyak 1838 kecelakan
rumah terjadi pada tahun 2011 di Hungaria. Jumlah cedera atau kecelakaan
meningkat selama masa kanak-kanak. Dengan demikian merupakan hal
penting bagi anak untuk memiliki seseorang yang dekat dengan anak yang
memiliki pengetahuan tentang kecelakaan karena dengan perhatian yang
tepat cedera atau kecelakaan dapat dicegah. Oleh karena itu orang tua
memiliki tanggung jawab yang besar (Banfai, B,2015). Cederapada anak
usia toddler tidak terjadi apabila orang tua memiliki pengetahuan tentang
tumbuh-kembang anak usia toddler (Kusbiantoro,D, 2014).
D.First Aid
1. Definisi first aid
First aid atau yang sering dikenal P3K (Pertolongan Pertama Pada
11
cedera sebelum mendapatkan pertolongan yang lebih sempurna dari dokter
atau paramedik (Eldosok, R.S.H, 2012). Dalam hal ini berarti pertolongan
tersebut bukan sebagai pengobatan atau penanganan yang sempurna, tetapi
hanyalah berupa pertolongan sementara yang dilakukan oleh petugas P3K
(petugas medik atau orang awam) yang pertama kali melihat korban.
Pemberian pertolongan harus secara cepat dan tepat dengan
menggunakan sarana dan prasarana yang ada di tempat kejadian. Tindakan
P3K yang dilakukan dengan benar akan mengurangi cacat atau penderitaan
bahkan menyelamatkan korban dari kematian, tetapi bila tindakan P3K
dilakukan tidak baik akan bisa memperburuk akibat kecelakaan bahkan
menimbulkan kematian (Andryawan, 2013).
Menurut Graham, H, et,al (2009), pertolongan pertama pada
kecelakaan akan membuat anak- anak merasa nyaman dan membatasi efek
dari cedera. Misalnya dengan mengurangi perdarahan atau nyeri.
Pertolongan pertama yang cepat di rumah dapat mengurangi mortalitas dan
morbiditas sehingga orangtua perlu memiliki pengetahuan, keterampilan
dan kepercayaan diri yang tepat dalam melakukan pertolongan pertama pada
kecelakakaan anak sebelum dibawa kerumah sakit.
2. Tujuan first aid
Pengetahuan first aid atau yang sering dikenal dengan istilah
pertolongan pertama merupakan poin penting untuk mencegah kecelakaan
pada anak usia dini. First Aidbertujuan untuk menyelamatkan nyawa atau
11
penyembuhan dengan mengurangi rasa sakit, takut dan mencegah infeksi
(Banfai, B, 2015).
3. Prinsip first aid
Menurut Andryan et,al (2013), prinsip first aid yang harus ditanamkan
pada petugas adalah:
a. Penolong mengamankan diri sendiri dahulu sebelum menolong.
Penolong harus bersikap tenang, jangan pernah panik. Saat melakukan
P3K penolong juga harus teliti, tanggap, dan tepat dalam melakukan
gerakan tanpa menambah kerusakan.
b. Amankan korban sehingga bebas dari bahaya.
c. Tandai tempat kejadian sehingga orang lain tahu ada kecelakaan disitu.
d. Emergency Call ketika kecelakan terjadi seperti ambulan, petugas medis
atau dokter, rumah sakit atau yang berwajib (polisi/keamanan setempat).
e. Tindakan pertolongan terhadap korban dalam urutan yang paling tepat
memperhatikan keadaan penderita apakah pingsan, ada perdarahan dan
luka, patah tulang, merasa sangat kesakitan dan lain- lain.
E.First Aid Kit
Menurut American College of Emergency Physicians (ACEP) pada tahun
2015 merekomendasikan bahwa setiap rumah harus memiliki first aid kit untuk
membantu penanganan cedera ringan dan cedera berat dalam keadaan gawat
11
sebesar 80% masyarakat menyadari pentingnya pertolongan pertama (first aid),
63,3% masyarakat juga mengetahui komponen dari first aid kit, dan 39,3%
telah memiliki first aid kit. Penelitian yang samadilakukuan oleh Ahmed,
W,A,M. et,al,(2014) di Khartoum yang menjelaskan bahwa kurang dari
setengah rumah tangga yang memiliki peralatan first aid kit.
ACEP 2014 menjelaskan komponen- komponen peralatan first aid kitdi
rumah tanggameliputi:
1. Emergency phone number
First aid kit harus menyertakan panduan pertolongan pertama seperti
emergency phone number, dokter keluarga, dokter anak, layanan darurat
lokal, polisi, pemadam kebakaran dan ambulan. Emergency phone number
dapat memudahkan dalam mengakses pertolongan lebih lanjut sehingga
orang yang mengalami cedera dapat segera ditolong. Emergency phone
number untuk wilayah dapat mengikuti sesuai dengan tempat tinggal. Misal
118 adalah emergency phone number untuk Indonesia.
2. Dafar alergi obat
Riwayat kesehatan keluarga termasuk daftar alergi dan daftar obat.
Contoh daftar obat- obatan meliputi:
a. Acetaminophen, Ibuprofen dan Aspirin
Pemberian Aspirin digunakan untuk keadaan serangan jantung.
Aspirin tidak digunakan untuk pengobatan flu. Beberapa jenis obat flu
11
pengawasan agar tidak mengalami overdosis. Pemberian dosis obat
disesuaikan dengan usia anak.
b. Obat alergi
Obat alergi misalanya antihistamin dalam bentuk cairan, krim, atau
injeksi epinephrin. Hindari penggunaan cairan antihistamin dan krim
dalam kondisi berasamaan.
c. Hidrocortison
Hidrocortison digunakan untuk meringankan iritasi ruam pada
kulit. Obat hidrocortison memiliki banyak jenisnya sehingga diperlukan
dosis yang tepat.
3. Perban
Perban atau pembalut memiliki macam- macam jenis seperti:
a. Perban penutup/butterfly bandages digunakan untuk menutup luka
ringan.
b. Perban segitiga dapat digunakan saat cedera berada di lengan/ siku
sehingga dapat menopang tangan.
c. Perban elastis untuk membungkus cedera di pergelangan tangan,
pergelangan kaki lutut, dan siku.
d. Kassa roll dan plester digunakan pada saat luka besar dan goresan.
e. Gunting juga diperlukan untuk menggunting kain kassa atau kain.
f. Antiseptik dan hidrogen peroksida digunakan untuk membersihkan dan
mensterilkan luka.
11
h. Sarung tangan lateks dapat digunakan saat memberikan pertolongan
perawatan luka sehingga dapat mengurangi resiko infeksi.
4. Perlengkapan lain yang mendukung
a. Thermometer dapat digunakan untuk memantau anak dalam kondisi
demam. Untuk anak dibawah 1 tahun mengunakan thermometer rektal.
b. Calamin lotion dapat digunakan untuk mengurangi rasa gatal dan gigitan
serangga dan sengatan.
c. Aloevera gel digunakan pada saat kulit kering dan gatal di area luka.
Cara penggunaan first aid kitmenurut rumah sakit Seattle Children’s
(2012) cara penggunaan first aid kit adalah:
1. Menyimpan daftar first aid kit, memeriksa tanggal kadaluarsa obat dan
mengganti barang jika ada yang hilang
2. Menyimpan first aid kit di rumah dan di mobil
3. Menyimpan first aid kit pada lokasi dimana orang dewasa dapat
menjangkaunya tetapi anak tidak mampu menjangkaunya
4. Memasang nomor telepon akses rumah sakit yang terdekat
5. Membawa first aid kit saat akan melakukan perjalanan.
F. Anak Usia Toddler
1. Definisi anak toddler
Masa toddler berada dalam rentang dari masa kanak-kanak mulai
berjalan sendiri sampai mereka berjalan dan berlari dengan mudah, yaitu
11
belajar menentukan arah perkembangan dirinya, suatu fase yang mendasari
derajat kesehatan, perkembangan emosional, derajat pendidikan,
kepercayaan diri, kemampuan bersosialisasi serta kemampuan diri seorang
anak di masa mendatang. Interaksi antara anak dan orang tua dalam proses
ini sangat bermanfaat bagi proses perkembangan anak secara keseluruhan
karena orang tua dapat segera mengenali kelainan proses tumbuh kembang
anaknya sedini mungkin. (Potter & Perry, 2010).
Pada usia toddler (1 sampai 3 tahun) seorang anak menunjukkan
perkembangan motorik yang lebih lanjut dan anak menunjukkan
kemampuan aktivitas lebih banyak bergerak, mengembangkan rasa ingin
tahu dan eksplorasi terhadap benda- benda yang ada disekelilingnya.
Keterampilan motorik seperti berjalan, berlari, melompat menjadi semakin
luwes, tetapi otot dan tulang belum begitu sempurna (Supartini, 2004). Rasa
ingin tahu yang besar, banyak bergerak kesana kemari sering menimbulkan
risiko anak- anak mengalami cedera baik ringan maupun berat.
2. Perkembangan anak usiatoddler
Menurut Suwariyah (2013) masa ini disebut sebagai masa sangat aktif
dari seluruh masa kehidupannya, karena tingkat aktivitasnya dan
perkembangan otot besar sedang tumbuh. Demikian halnya dengan
kemampuan motorik halus anak, sudah mulai meningkat. Dengan demikian
masa ini disebut juga sebagai masa belajar berbagai kemampuan dan
keterampilan, dengan berbekal rasa ingin tahu yang cukup kuat dengan
11
menyebabkan masa ini menjadi masa yang tepat untuk mempelajari
[image:51.612.162.512.182.528.2]keterampilan baru. Kemampuan motorik yang dimiliki anak sebagai berikut:
Tabel 2.1 Aspek Perkembangan Motorik Anak Usia 1-3 Tahun
Usia Motorik Kasar Motorik Halus
12-36 bulan (1-3 tahun)
Mulai dapat memanjat dan melompat
Melakukan kegiatan dengan
satu lengan, seperti
mencorat-coret dengan alat tulis
Mulai kenal irama dan mulai membuat gerakan-gerakan yang berkaitan dengan menari
Menggunakan sendok dan garpu tanpa menumpahkan makanan
Melompat dengan 2 kaki Melepas kancing jepret Berdiri dengan satu kaki
selama beberapa saat
Membuka halaman buku
berukuran besar satu persatu Naik turun 4-6 anak tangga
tanpa bantuan dan biasanya tidak jatuh
Memegang gunting dan
mulai memotong kertas
Menaiki dan mendorong benda keras seperti meja, kursi, dan lain-lain
Memakai dan melepas sepatu berperekat/tanpa tali
Bermain dengan bola (melempar, menangkap dan menggulirkan)
Melepas celana dan baju sederhana
Dapat berjalan jinjit, berjingkat-jingkat mengambil objek dari lantai tanpa terjatuh
Memegang pensil/krayon besar
Melempar bola dengan kedua tangan di atas kepala
Menyikat gigi dan menyisir rambut sendiri
3. Faktor – faktor kecelakaan anaktoddler
Pada awal usia 1 sampai dengan 3 tahun (toddler), bahaya cedera
dapat dipengaruhi oleh tiga faktor yang mengakibatkan kematian. Adapun
faktor yang mempengaruhi kejadian cedera adalah faktor penjamu (host)
yaitu orang tua dan anak, faktor penyebab cedera (agent), dan faktor
11
Menurut Mott (1990), faktor yang mempengaruhi
terjadinyakecelakaan pada anak dapat dikategorikan menjadi 3 bagian,
yaitu:
a. Karakteristik anak
Karakteristik ini merupakan hal yang sangat penting untuk
mengetahui insidensi tipe dan resiko cedera yang dialami anak.
Karakteristik anak meliputi umur, dan tingkat perkembangan, jenis
kelamin, kemampuan kognitif, afektif dan motorik serta tingkat aktivitas
anak. Secara alamiah anak mempunyai rasa ingin tahu, mereka belajar
apa yang mereka sentuh, lihat, dengar, rasakan dan cium dari tempat
mereka bermain.
b. Karakteristik agen penyebab
Agen penyebab kecelakaan yang penting untuk diketahui adalah
api, mainan, sepeda, dan bahan beracun. Agen penyebab ini ada disekitar
lingkungan bermain anak.
c. Karakteristik lingkungan
Lingkungan dan sosiokultural dapat mempengaruhi terjadinya
kecelakaan pada anak. Lingkungan fisik meliputi lingkungan penataan
rumah dan luar rumah. Sedangkan lingkungan sosiokultural meliputi pola
asuh, respon keluarga dan kepedulian dari pemerintah atau masyarakat
11 4. Potensial bahaya anak toddler
Menurut Motti, S.R et,al (1990) potensial bahaya berdasarkan tingkat
[image:53.612.181.525.195.595.2]perkembangan anak, meliputi:
Tabel 2.2. Potensial Bahaya Berdasarkan Tingkat Perkembangan Anak No Karakteristik perkembangan Potensial bahaya
1. 12 – 18 bulan
Dapat berjalan berdiri sendiri, dapat membungkuk dan tegak kembali, mempunyai beberpa
kemampuan verbal dan
motorik yang baik.
1. Kontrol tubuh yang kurang baik, berdiri yang belum kuat dan ingin berlari, potensial untuk jatuh
2. Pada saat mandi terkena air mandi yang terlalu panas, jatuh terpeleset
2. 18- 24 bulan
Dapat berlari, melompat dan berdiri dengan satu kaki, kemampuan perasa, pembau dan verbal berkembang
1. Kecelakaan lebih sering
terjadi ketika orangtua sibuk, misalnya pada saat orangtua menyiapkan makan pagi 2. Waspada dengan api dan luka
bakar
3. Jatuh dari tempat tinggi, misalnya kursi atau meja
4. Keingintahuan membuat
tanaman rumah atau halaman dimasukkan dalam mulut 3. 24- 36 bulan
Dapat berjinjit, suka meniru
orang dewasa, suka
mengendarai mainan seperti
sepedaroda tiga, dapat
mengerti larangan yang
sederhana
1. Cidera dari mengendarai
mainan seperti roda tiga 2. Tertarik kepada objek warna
terang, potensial untuk
menelan obat yang berwarna terang
3. Tenggelam
4. Suka menjelajah, berbahaya bila sampai ke jalan.
5. Jenis- jenis kecelakaan anak toddler
menurut penelitian Banfaiet, al (2015) jenis-jenis kecelakaan yang
11 a. Jatuh
Kecelakaan yang sering terjadi pada anak dirumah disebabkan
karena jatuh kebanyakan karena anak sering bermain sepeda, bermain
kursi, berlari di kebun serta lantai rumah yang licin atau basah karena air
atau minyak juga dapat menyebabkan anak jatuh. Saat anak jatuh dapat
menyebabkan perdarahan, cedera pada leher dan tenggorokan, cedera
kepala, memar, demam, terkilir, patah tulang dan dislokasi sendi
(Widjaja, 2012). Menurut Depkes RI (1997) yang sering menyebabkan
anak terjatuh adalah sebagai berikut:
1) Lantai basah oleh air atau cairan minyak, lantai licin karena berlumut,
menyebabkan anak tergilincir.
2) Mainan atau barang tercecer di lantai, permukaan lantai tidak rata,
sehingga anak tersandung.
3) Pada waktu bermain dengan teman- temannya, anak sering terdorong
atau tersenggol hingga jatuh.
4) Anak jatuh dari trmpat tinggi (kursi, meja), dari sepeda
b. Luka tersayat atau teriris
Luka yang terjadi pada anak bukan hanya karena disebabkan anak
terjatuh akan tetapi luka dapat disebabkan karena anak bermaindengan
benda tajam seperti garpu, gunting, jarum, dan tusuk gigi. Anak toddler
masih kaku dalam berbagai keterampilan dan mereka dapat
11
membawa benda tajam atau runcing (Wong, Donna.L. (2004) di dalam
Kusbiantoro, D. (2014).
c. Luka bakar
Anak- anak dibawah umur 5 tahun sangat beresiko mengalami luka
bakar. Luka bakar sering terjadi ketika anak bermain dengan korek api
dan secara tidak sengaja membuat diri (dan rumah) anak terbakar (Wong,
2008). Menurut Mohammad (2005), kulit peka terhadap panas. Kulit
tidak akan rusak bila terkena suhu di bawah 43,8 0C. Suhu antara 43,8 0C
dan 50,5 0C menyebabkan kerusakan kulit yang berarti. Suhu di atas
50,50C merusak seluruh bagian kulit.
Menurut Depkes RI (1997) hal yang sering menyebabkan anak
terbakar antaralain: api, cairan panas (air, minyak, dan gula cair), benda
padat panas (setrika, rokok, dan peralatan memasak), uap panas, bahan
kimia(air aki), dan sengatan listrik.
d. Tenggelam
Menurut Depkes RI (1997) yang sering menyebabkan anak
tenggelam adalah sumur terbuka, bak air, kolam ikan atau kolam renang,
dan sungai atau danau.
e. Keracunan
Menurut Depkes RI (1997) hal yang dapat menyebabkan anak
keracunan adalah makanan beracun seperti makanan basi, obat-obatan,
11
(detergen, carbol, lysol, dan lai-lain), serta anti hama (peptisida) dan anti
serangga (inteksida).
6. Penanganan cedera
a. Jatuh
1) Cedera kepala
Terapi yang diberikan pada umumnya tidak ada yang khusus
(65,6%) akan tetapi untuk kasus cedera sedang sampai cedera berat
pasien mendapatkan pengobatan citikolin. Namun bilacedera kepala
mengakibatkan perdaraan atau edema serebri maka obta- obatan yang
diberikan untuk mengatasi edema atau perdarahan tersebut. Menurut
American Academy of Pediatric menyatakan bahwa tindakan utama
adalah melakukan CT-scan bila dijumpai riwayat kehilangan
kesadaran lebih dari satu menit. Untuk pengobabtan lebih lanjut
disesuaikan dengan hasil dari CT-Scan ( Dewi R, 2008).
2) Cedera muskuloskeletal
Anak- anak sering mengalami nyeri akibat cedera
muskuloskeletal karena tulang dan otot mereka yang belum sempurna.
Beberapa cara dalam penanganan cedera muskuloskeletal, antara lain:
a) Pemberian analgesik
Penanganan cedera muskuloskeletal dapat diberikan
analgesik (Ali, S. et,al, 2010). Jika pemberian farma