• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Konsep Perilaku

Menurut Robert Kwick (1974) yang dikutip oleh (Notoatmojo, 2005) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Sedangkan menurut Skinner (1938) yang dikutip oleh (Notoatmojo, 2005), seorang ahli psikologi mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respons) atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Perilaku manusia terjadi melalui proses :

Stimulus Organisme Respons. Sehingga teori Skinner ini disebut teori S-O-R (Stimulu-Organisme-Respons). Berdasarkan teori S-O-R tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :

1. Perilaku Tertutup (Covert Behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap yang bersangkutan. Bentuk anobservable behavior atau cover behavior

merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung (covert behavior).

3. Perilaku Terbuka (Overt Behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimuli tersebut sudah berupa tindakan nyata atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau

observable behavior (Notoatmojo, 2005).

2.2.2. Domain Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan dibedakan antar perilaku tertutup (covert) dengan perilaku terbula (overt) tetapi sebenarnya perilaku adalah totalitas yang terjadi pada orang yang bersangkutan. Dengan perkataan lain, perilaku adalah keseluruhan pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara faktor internal dengan eksternal. Menurut Notoatmojo (2005) yang mengutip pendapat Bloom (1908) seorang ahli psikologis pendidikan membagi perilaku manusia kedalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni : a). kognitif (cognitive), b). efektif (effective), c). psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni :

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingan. Pengetahuan dan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmojo, 2007).

Pengalaman dan penelitian membuktikan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmojo (2007), mengatakan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru),

didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : awareness

(kesadaran), interest, evaluation, trial dan adoption.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses diatas didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmojo, 2007).

2. Sikap (attitude)

Sikap adalah respons tertutup terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmojo, 2007).

Menurut Thursonte yang dikutip Ahmadi (2002) menyatakan sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi. Orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu objek psikologi apabila ia suka atau memiliki sikap yang

favorable, sebaliknya orang yang dikatakan memiliki sikap negatif terhadap objek psikologi bila ia tidak suka atau sikap unfavorable terhadap objek psikologi.

Sikap terbentuk dari 3 (tiga) komponen utama yaitu :

(1). Komponen afektif, komponen ini berhubungan dengan perasaan dan emosi tentang seseorang atau sesuatu,

(2). Komponen kognitif, sikap tentunya mengandung pemikiran atau kepercayaan tentang seseorang atau sesuatu objek.

(3). Komponen perilaku, sikap terbentuk dari tinggkah laku seseorang dan perilakunya, sering juga dijumpai seseorang tidak dapat memutuskan apakah ia suka atau tidak suka.

Kekuatan sikap tergantung dari banyak faktor, faktor yang terpenting adalah faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap antaralain :

(1). Pengalaman pribadi, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional, (2). Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya individu

cenderung untuk memiliki sikap yang terarah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut, (3). Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis

pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya,

(4). Media massa, dalam pemberitaan surat kabar atau media komunikasi lainnya, berita yang disampaikan secara objektif dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya,

(5). Lembaga pendidikan dan lembaga agama, konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan sehingga konsep tersebut mempengaruhi sikap,

(6). Faktor emosional, kadangkala suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

3. Tindakan atau Praktik (practice)

Sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Agar terwujudnya sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antaralain adalah fasilitas. Disamping

faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain. Didalam tindakan ada beberapa tingkatan yaitu ;

(1). Persepsi (perception), yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan tindakan yang pertama.

(2). Responsi terpimpin (guided response), yaitu dapat melakukan sesuatu dengan urutan benar sesuai dengan contoh-contoh, adalah merupakan tindakan tingkat kedua.

(3). Mekanisme (mecanism), yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai yang ketiga.

(4). Adopsi (adoption), adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmojo, 2007).

Dokumen terkait