• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku WUS terhadap Deteksi Dini Kanker Payudara di Klinik RBG RZ Medan

DAFTAR LAMPIRAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.7 Perilaku WUS terhadap Deteksi Dini Kanker Payudara di Klinik RBG RZ Medan

Hasil penelitian berdasarkan tabulasi data perilaku WUS terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan responden terhadap deteksi dini kanker payudara di Klinik RBG RZ Medan adalah sebagai berikut maka dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.17 Tabulasi Silang Perilaku WUS terhadap Deteksi Dini Kanker Payudara di Klinik RBG RZ Medan

No Variabel

Perilaku

Jumlah P-Value Baik Cukup Kurang

f % f % f % f % 1 Pengetahuan a. Baik 10 23.3 2 4.7 0 0.0 12 27.9 0,245 b. Cukup 12 27.9 3 7.0 0 0.0 15 34.9 c. Kurang 8 18,6 7 16.3 1 2.3 16 37.2 2 Sikap a. Baik 20 46.5 0 0.0 0 0.0 20 46.5 0,000 b. Cukup 10 23.3 12 27.9 0 0.0 22 51.2 c. Kurang 0 0.0 0 0.0 1 2.3 1 2.3 3 Tindakan a. Baik 6 14.0 1 2.3 0 0.0 7 16.3 0,166 b. Cukup 8 18.6 0 0.0 0 0.0 8 18.6 d. Kurang 16 37.2 11 25.6 1 2.3 28 65.1

37

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa perilaku wus tentang deteksi dini kanker payudara berdasarkan tingkat pengetahuan menunjukkan pengetahuan cukup dengan perilaku baik yaitu sebanyak 12 responden (27,9%), responden dengan sikap baik menunjukkan perilaku baik yaitu sebanyak 20 responden (46,5%) dan responden dengan tindakan kurang menunjukkan perilaku baik yaitu sebanyak 16 responden (37,2%).

Hasil uji statistik perilaku WUS tentang deteksi dini kanker payudara pada Klinik Pratama RBG RZ Medan menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap responden terhadap perilaku WUS tentang deteksi dini kanker payudara di Klinik Pratama RBG RZ Medan tetapi tidak ada hubungan antara pengetahuan dan tindakan responden terhadap perilaku WUS tentang deteksi dini kanker payudara di Klinik Pratama RBG RZ Medan.

5.8Pembahasan

Dari hasil penelitian berdasarkan perilaku deteksi dini wanita usia subur tentang kanker payudara di Klinik Pratma RGB RZ, Jalan Setia Budi, Medan diperoleh karakteristik responden, pengetahuan, sikap dan tindakan sebagai berikut:

5.8.1 Karakteristik Responden 5.8.1.1Umur

Dari hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur antara 20-25 tahun. Pada dasarnya usia mempengaruhi terhadap pemahaman dan pola pikir seseorang. Semakin cukup umur seseorang, tingkat kematangan dan keteguhan seseorang akan semakin lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada yang masih dibawah kedewasaannya. Hal ini sebagai sesuatu yang merupakan akhir dari pengalaman dan kematangan jiwa. Namun dalam penelitian ini responden yang berumur lebih (26-30 tahun), pengetahuan mereka masih kurang terhadap SADARI. Hal ini dikarenakan perbedaan pola pikir mereka dalam menerima informasi.17

Menurut Endang Purwoastuti (2008), penyebab kanker payudara sampai saat ini belum diketahui secara pasti namun faktor-faktor resiko tinggi munculnya penyakit ini antara lain, wanita berusia diatas 40 tahun yang tidak memiliki anak, wanita yang mempunyai anak pertama di atas usia 35 tahun, wanita yang mengalami menstruasi pada usia lebih dini, wanita yang mengalami trauma berulang kali, wanita yang mendapat obat hormonal dalam jangka waktu lama, dan wanita yang mempunyai sejarah keluarga penderita kanker payudara. Hasil penelitiannya menunjukkan sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia di atas 60 tahun. Risiko terbesar ditemukan pada wanita berusia di atas 75 tahun.19

5.8.1.2Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah pendidikan menengah (SMA/SMK) yaitu sebanyak 20 responden (46.5%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anisa (2015) yang menyatakan bahwa sebesar 45,6% responden di wilayah kerja Puskesmas Nusukan Surakarta memiliki tingkat pendidikan hanya sampai SMA. 42

Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap penerimaan informasi, karena tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula mereka menerima informasi. Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah maka akan menghambat perkembangan seseorang terhadap penerimaaan informasi, dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Kemudahan untuk memperoleh informasi sendiri juga dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan baru.

5.8.1.3Status Perkawinan

Deteksi dini kanker payudara berdasarkan status perkawinan lebih banyak dilakukan oleh WUS yang sudah menikah yaitu sebanyak 39 responden (90.7%). Hal ini sesuai dengan penelitian Silvia (2012) sebanyak 90,9% responden pada Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Ciptomangunkusumo Jakarta adalah sudah menikah.43

Wanita yang belum mempunyai anak lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan wanita yang sudah punya anak, sehingga kecendrungannya lebih tinggi untuk terkena tumor payudara. Tapi, pada Ibu yang

39

menyusui dapat mengurangi bahaya terkena kanker payudara karena semakin lama ibu menyusui anaknya semakin kecil terkena kanker payudara, saat menyusui terdapat perubahan hormonal salah satunya yaitu penurunan esterogen. Kemudian wanita yang infertil lebih tinggi kemungkinan mendapat tumor payudara dari pada wanita yang fertil. Ini terjadi menurut beberapa penyelidik, karena waktu hamil tidak ada ovulasi. Penekanan ovulasi inilah yang dianggap mempunyai hubungan dengan rendahnya kejadian tumor payudara.44

5.8.1.4Riwayat Keluarga Menderita Kanker Payudara

Dari hasil penelitian pada Tabel 5.4 kebanyakan responden tidak mempunyai riwayat keluarga menderita kanker yaitu sebanyak 39 responden (90.7%). Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Elisabet (2012) dalam penelitiannya, dari 82 responden sebanyak 46 orang (56,1%) memiliki riwayat keturunan terjadinya kanker payudara.45

Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang menyatakan bahwa ibu yang menderita kanker payudara mempunyai risiko terjadinya kanker payudara lebih tinggi dibandingkan dengan ibu tanpa riwayat keluarga dengan kanker payudara. Hal ini terjadi karena kelainan gen pada ibu yang diwariskan atau diturunkan pada anaknya perempuan.

5.8.1.5Riwayat Responden Menderita Kanker Payudara

Dari hasil penelitian pada Tabel 5.5 Sebagian besar responden tidak memiliki riwayat kanker sebanyak 40 responden (93%) sedangkan responden yang memiliki riwayat kanker payudara seperti benjolan atau tumor ada 3 responden (7%). Kanker payudara adalah penyakit neoplasma yang bersifat ganas dimana sel payudara mengalami proliferasi, diferensiasi abnormal dan tumbuh secara autonom yang menyebabkan infiltrasi ke jaringan sekitar diambil merusak serta menyebar ke bagian tubuh yang lain.46

Kanker adalah kondisi kelainan pada jaringan organ tubuh berupa tumbuhnya sel abnormal secara cepat, dan akhirnya mengganggu kinerja sel-sel normal. Sel yang mengalami abnormalitas ini bisa jadi sel-sel organ dalam, sel-sel jaringan otot, sel tulang, sel otak, bahkan sel darah. Tidak ada satu sel pun di dalam tubuh yang tidak memiliki kemungkinan terserang kanker. Bahkan yang

lebih mengerikan sel yang sudah mengalami penyimpangan atau disebut sel kanker, dapat berpindah tempat mengikuti aliran darah dan cairan limfa. Sehingga banyak kasus kanker yang menyerang di berbagai tempat di tubuh manusia, bahkan berpindah tempat dalam waktu singkat.47

5.8.1.6Waktu melakukan SADARI

Dari hasil penelitian pada Tabel 5.6 diketahui bahwa sebagian besar responden tidak tentu dalam melakukan SADARI yaitu sebesar 14 responden (32.6%.).

Menurut Diananda (2007) SADARI adalah periksa payudara sendiri yang dilakukan secara rutin setiap bulan setelah menstruasi. Sedangkan menurut Manuaba (1999) SADARI adalah upaya untuk menetapkan adanya tumor atau tidak dalam payudara yang dilakukan dengan peradabaan. Waktu terbaik untuk memeriksa payudara sendiri yaitu setelah periode menstruasi atau pada hari ke 7-10 setelah hari pertama menstruasi. Jika periode menstruasi tidak teratur atau kadang-kadang dalam sebulan tidak terjadi, dapat dilakukan pada hari yang sama pada setiap bulan. Untuk wanita yang sudah mengalami menopause dilakukan secara rutin setiap bulan.26

5.8.2 Distribusi Frekuensi antara Karakteristik Responden terhadap Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan

5.8.2.1Perilaku WUS tentang Deteksi Dini Kanker Payudara di Klinik Pratama RBG RZ Medan berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Dari tabel 5.17 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan pengetahuan cukup mempunyai perilaku yang baik terhadap SADARI yaitu sebanyak 12 responden (27,9%). Hal ini dibuktikan dari jawaban responden yang sebagian besar mengetahui bahwa gaya hidup seperti makanan dan pola hidup merupakan faktor yang paling memengaruhi seseorang untuk terkena kanker payudara, tanda yang mungkin muncul pada stadium dini merupakan terabanya benjolan kecil di payudara yang tidak terasa nyeri, dan usia untuk melakukan SADARI adalah 20-30 tahun, serta sebelum menderita kanker payudara penting untuk melakukan SADARI, tetapi masih ada responden yang tidak mengetahui

41

cara melakukan SADARI adalah posisi pundak tegak dan kedua tangan di pinggang dan SADARI dilakukan sebulan sekali dengan rutin setelah menstruasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dwi (2008) dengan menggunakan uji statistik analisis bivariat diketahui responden Kelurahan Kalangan Kecamatan Pedan Klaten memiliki perilaku baik sebanyak 36 responden (48,0%).48

Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang bersifat terselubung dalam bentuk pasif. Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek. Pengindraan terjadi melalui panca indera yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba. Namun, sebagian besar pengetahuan seseorang didapat melalui panca indera mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang.49

Banyaknya responden di Klinik Pratama RBG RZ yang memiliki tingkat pengetahuan baik terhadap perilaku deteksi dini kanker payudara yaitu sebagian besar responden sudah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terkena kanker payudara, responden mengerti gejala-gejala kanker payudara, kapan waktu penting untuk melakukan sadari, dan usia responden untuk melakukan SADARI serta responden mengerti bagaimana caranya melakukan deteksi dini yang efektif dan mudah.

Pengindraan yang baik juga akan meningkatkan pemahaman terhadap suatu objek atau informasi. Memahami diartikan suatu sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar-benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan informasi tersebut secara benar. Maka dari itu meskipun sebagian responden pernah mendapat informasi tentang SADARI tetapi responden tersebut tidak melakukan pengindraan dengan baik, hal ini mengakibatkan pemahaman responden yang kurang baik sehingga mempengaruhi pengetahuan mereka.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang diperoleh Yenny (2009) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan responden

tentang kanker payudara dan SADARI adalah tinggi sebanyak 54 orang (68,4%). Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa dengan tingkat pendidikan tinggi yaitu mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008 dengan jumlah sampel sebanyak 90 orang.

Hasil uji statistik menunjukkan p-value sebesar 0,245, artinya tidak ada hubungan tingkat pengetahuan responden terhadap perilaku wus tentang deteksi dini kanker payudara di Klinik Pratama RBG RZ Medan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anisa (2015) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan tingkat pengetahuan deteksi dini kanker payudara metode SADARI dengan perilaku melakukan SADARI pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Nusukan Surakarta.43 Juga didukung penelitian Tutyan (2013) dengan hasil uji Chi-Square menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dengan sikap deteksi ini kanker payudara pada wanita pasangan usia subur di Desa Dawung, Kebakkramat, Karanganyar.50

Menurut pendapat Yusniar (2016) pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.34

5.8.2.2Perilaku Wanita Usia Subur tentang Deteksi Dini Kanker Payudara di Klinik Pratama RBG RZ berdasarkan Sikap

Dari hasil penelitian pada tabel 5.17 mengenai perilaku wanita usia subur tentang deteksi dini kanker payudara di Klinik Pratama RBG RZ sebagian besar

43

responden dengan sikap baik memiliki perilaku yang baik tentang SADARI yaitu sebesar 20 responden (46,5%).

Hal penelitian ini diperoleh berdasarkan jawaban responden sebagian besar menyatakan bahwa sebagai seorang wanita dewasa saya harus selalu waspada terhadap kanker payudara, responden sudah mengerti SADARI secara berurutan dilakukan sesuai dengan tahapannya dan dilakukan sehabis mandi didepan kaca pada hari 5-10 dari siklus haid hari pertama, perilaku ini diikuti oleh seorang teman dalam melakukan SADARI, dan keluarga adalah pusat informasi untuk memperoleh perilaku mengenai SADARI serta melakukan SADARI setiap sebulan secara kontiniu.

Hasil uji statistik menunjukkan p-value sebesar 0,000, artinya ada hubungan sikap responden terhadap perilaku wus tentang deteksi dini kanker payudara di Klinik Pratama RBG RZ Medan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian hasil uji statistik yang dilakukan oleh Tutyan (2013) bahwa berdasarkan uji Chi-Square ada hubungan yang signifikan antara sikap deteksi dini kanker payudara dengan perilaku deteksi ini kanker payudara pada wanita pasangan usia subur di Desa Dawung, Kebakkramat, Karanganyar. Semakin baik sikap yang dimiliki seseorang maka cenderung baik perilakunya yang dimilikinya. 50

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek.38

5.8.2.3Perilaku Wanita Usia Subur tentang Deteksi Dini Kanker Payudara di Klinik Pratama RBG RZ berdasarkan Tindakan

Dari hasil penelitian pada tabel 5.17 mengenai perilaku wanita usia subur tentang deteksi dini kanker payudara di Klinik Pratama RBG RZ berdasarkan

tindakan menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan tindakan kurang baik memiliki perilaku baik terhadap SADARI yaitu sebanyak 16 responden (37,2%). Hal ini dikarenakan responden sudah mengetahui teknik melakukan SADARI secara benar yaitu dengan meraba sekeliling payudara, melakukan SADARI dengan posisi duduk di depan cermin, tidak menekan putting susu, dan teknik perabaan payudara menggunakan 3 jari, tetapi masih ada responden yang belum mengerti bahwasannya SADARI dilakukan dengan menggunakan bantuan alat bantu bantal kecil, meletakkan kedua tangan di pinggang sambil menekan bahu, SADARI dilakukan pada 7-14 sebelum menstruasi, dan sadari dilakukan meraba payudara dengan posisi kedua tangan dibelakang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dellya (2013) yang menyatakan hampir seluruh responden sebanyak 78,8% mempunyai tindakan kurang terhadap SADARI pada masyarakat di Dusun Kanigoro Desa Puton Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

Kurangnya tindakan responden dalam melakukan SADARI terhadap deteksi dini kanker payudara dikarenakan responden sebagian besar tidak tentu dalam melakukan SADARI. Terkadang satu bulan sebelum atau sesudah menstruasi, setiap bulan saat menstruasi, malah ada responden yang tidak pernah sama sekali melakukan SADARI. Sehingga dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa antara faktor pengetahuan dan sikap sangat berpengaruh terhadap tindakan atau perilaku seseorang. Hal ini juga yang mempengaruhi perilaku WUS yang kurang dalam melakukan SADARI di Klinik RBG RZ Jl.Setia Budi Medan, padahal SADARI sendiri merupakan suatu deteksi dini yang sangat penting dilakukan agar penderita kanker payudara bisa terdeteksi lebih awal, karena 85% SADARI efektif mendeteksi kanker payudara yang ditemukan oleh penderitanya sendiri.

Oleh karena itu perlu dilakukan suatu usaha agar perilaku yang kurang tersebut menjadi lebih baik dari sebelumnya. Beberapa hal yang bisa mengubah perilaku tersebut adalah dengan cara memberikan pendidikan kesehatan yang bisa dilakukan melalui penyuluhan. Adanya kesadaran WUS serta pengaruh dari lingkungan sekitar juga dapat mengubah perilaku WUS terhadap SADARI.

45

Namun perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka tidak akan berlangsung lama.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nisa (2011) yang menyatakan bahwa tindakan karyawati pada Kantor Dinas Pendidikan Sumatera Utara mengenai metode SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara adalah kurang baik yaitu sebesar 68.1%. Penelitian ini dilakukan terhadap 113 orang sampel dengan teknik pengambilan sampel adalah total sampling. Sampai saat ini, kanker masih merupakan ancaman bagi kesehatan masyarakat di seluruh negara, terutama di negara yang sedang berkembang. Salah satu jenis kanker yang mengkhawartikan wanita adalah kanker payudara karena insiden kanker payudara sangat tinggi di Indonesia. Dari data yang didapatkan dari Departemen Kesehatan RI tahun 2008 dinyatakan estimasi insiden kanker payudara di Indonesia mencapai 26 per 100.000 wanita. Disamping itu, penemuan dini kanker payudara sudah dapat dilakukan dengan metode SADARI dengan benar.39

Penelitian ini didukung oleh penelitian Siti (2010) mengenai Gambaran Tindakan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010. Berdasarkan hasil penelitiannya diperoleh bahwa tindakan SADARI mahasisiwi Fakultas Kedokteran USU angkatan 2010 dalam kategori kurang (total skor <60%) yaitu 78,8%. Kanker payudara merupakan kanker yang paling sering terjadi pada perempuan di seluruh dunia, termasuk Indonesia dengan insidensi 21,69%. Oleh karena itu, metode deteksi dini seperti pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sangat mempengaruhi pengobatan dan prognosis pasien. Namun masih banyak perempuan yang belum mengaplikasikan SADARI secara teratur dan tepat, termasuk calon tenaga kesehatan seperti mahasiswi fakultas kedokteran.40

Penelitian Dellya (2013) menyatakan bahwa hampir seluruh masyarakat Dusun Kanigoro Desa Puton Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang mempunyai tindakan kurang terhadap SADARI yaitu sebesar 78,8%.32

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Pariksit (2013) bahwa sebanyak 35 responden (51.5%) responden di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2012 memiliki tindakan yang baik terhadap kanker payudara. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling dan populasi penelitian adalah wanita di Puskesmas Padang Bulan dengan besar sampel sebanyak 68 orang wanita. Mengikut data statistik pada tahun 2008, kasus kanker payudara pada wanita di Indonesia menduduki tempat pertama dengan jumlah kasus sebanyak 39,831 yaitu 25.5% daripada total kasus kanker pada wanita di Indonesia.41

Hasil uji statistik menunjukkan p-value sebesar 0,166, artinya tidak ada hubungan tindakan responden terhadap perilaku wus tentang deteksi dini kanker payudara di Klinik Pratama RBG RZ Medan.

Menurut Lincoln (2008) kanker payudara merupakan suatu penyakit yang dapat menyerang siapa saja, terutama wanita. Oleh karena itu, merupakan ancaman besar bagi kaum wanita. Meskipun bukan penyakit menular, sudah lebih dari 30 tahun kanker payudara menjadi suatu penyakit yang paling lazim dan paling ditakuti oleh para wanita1. Kanker ini merupakan penyebab kematian kedua pada wanita, setelah kanker leher rahim pada wanita yang berusia 35-54 tahun.51

Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Kabupaten Jombang menyebutkan bahwa pada tahun 2012 kasus kanker payudara yang ditangani di poli bedah sebanyak 97 orang. Dari data periode Januari-Desember, 29 (29, 9%) orang datang pada stadium IV dan 68 (70, 1%) orang datang pada stadium II. Dilihat berdasarkan umur, 65% penderita kanker masih dalam usia reproduktif.

47 BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai Perilaku Wanita Usia Subur Tentang Deteksi Dini Kanker Payudara Di Klinik Pratama RBG RZ Jalan Setia Budi Medan Tahun 2016, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Responden berumur antara 20-25 tahun (34,9%) dengan tingkat pendidikan menengah (SMA/SMK) (46,57%), sudah menikah (90.7%), ada 9.3% responden yang memiliki keluarga dengan riwayat menderita kanker panyudara dan responden yang memiliki riwayat kanker payudara seperti benjolan atau tumor ada 7%.

2. Pengetahuan ibu terhadap deteksi dini kanker payudara pada WUS di wilayah kerja Klinik RGB RZ, Medan adalah kurang yaitu sejumlah 37,2%

3. Sikap WUS di wilayah kerja Klinik RGB RZ, Medan yang didapati adalah cukup yaitu sebanyak 51.2%.

4. Tindakan WUS di Klinik Pratama RGB RZ Medan adalah kurang yaitu sebesar 65,1%.

5. Secara umum perilaku wanita usia subur di wilayah kerja Klinik RGB RZ, Medan adalah baik yaitu sebesar 69,8%.

6. Hasil analisis uji chi-square menunjukkan ada hubungan antara sikap dengan perilaku responden pada Klinik Pratama RBG RZ Medan dengan p-value sebesar 0,000, dan tidak ada hubungan antara pengetahuan dan tindakan responden pada Klinik Pratama RBG RZ Medan dengan p-value >0,05.

6.2Saran

Berdasarkan penelitian tentang tingkat pengetahuan wanita usia subur tentang kanker payudara maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah: 7. Bagi Petugas Kesehatan Penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan

perilaku ibu dalam deteksi dini kanker payudara di Wilayah kerja Klinik Pratama RGB RZ, Jalan Setia Budi, Medan. Hasil tersebut dapat menjadi

masukan bagi petugas kesehatan di Klinik Pratama RBG RZ untuk meningkatkan sikap wanita usia subur tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara. Upaya-upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan intesitas penyuluhan-penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang deteksi dini kanker payudara.

8. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan Institusi pendidikan keperawatan hendaknya membekali mahasiswanya dengan kemampuan untuk melakukan sosialisasi atau penyuluhan kepada masyarakat, khususnya tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara bagi wanita usia subur. Institusi pendidikan pendidikan keperawatan dalam implementasi pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat, hendaknya mengarahkan siswanya untuk memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat tentang deteksi dini kanker payudara.

9. Bagi wanita usia subur hendaknya meluangkan waktunya untuk melakukan deteksi dini kanker payudara. Peningkatan perilaku deteksi dini kanker payudara diharapkan mampu menurunkan resiko terjadinya kanker payudara

Dokumen terkait