• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PENDEKATAN TEORITIS

2.1.8 Remaja

2.1.8.2 Periode pada Usia Remaja

Hurlock (1996) menyatakan bahwa awal masa remaja berlangsung kira- kira dari usia 13 tahun sampai 16 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 tahun sampai 18 tahun. Berbeda dengan pendapat-pendapat sebelumnya, Kanopka yang dikutip oleh Yusuf (2000) membagi masa remaja menjadi tiga bagian, yaitu remaja awal (usia 12 hingga 15 tahun), remaja madya (usia 15 hingga 18 tahun), remaja akhir (usia 19 hingga 22 tahun).

Menurut Lutfiyah (2007), masa remaja dibagi ke dalam dua periode, yaitu:

1. Periode Masa Puber Usia 12-18 tahun

a. Masa Pra Pubertas, peralihan dari masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Pada masa ini anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi, dan anak mulai bersikap kritis.

b. Masa Pubertas usia 14-16 tahun, yaitu merupakan masa remaja awal. Pada masa ini anak-anak mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya, memperhatikan penampilan, sikapnya tidak menentu, dan suka berkelompok dengan teman sebaya.

c. Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun, yaitu merupakan masa peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen. Pada masa ini pertumbuhan fisik remaja sudah mulai matang, tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya. Selain itu, proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal daripada remaja putra.

2. Periode Remaja Adolesen 19-21 tahun, merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:

a. Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis. b. Mulai menyadari akan realitas.

34 c. Sikapnya mulai jelas tentang hidup.

d. Mulai nampak bakat dan minatnya.

2.2 Kerangka Pemikiran

Persepsi seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu karakteristik individu (sebagai faktor internal) dan faktor eksternal. Karakteristik individu tersebut berasal dari dalam diri individu, sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri individu. Karakteristik individu terdiri dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pengalaman masa lalu, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari pengaruh orang tua, pengaruh teman/sahabat, pengaruh guru, dan pengaruh media.

Remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di depan televisi, dan menjadikan televisi sebagai media utama untuk mendapatkan berbagai informasi. Hal ini disebabkan karena media televisi mampu menyajikan berbagai macam ragam informasi lebih cepat (up to date) dan menarik dibandingkan media lainnya.

Masalah utama yang timbul akibat keberadaan media televisi ini ialah media tersebut tidak hanya menyiarkan hal-hal yang sebenarnya positif, tetapi justru banyak unsur negatif yang terkandung di dalamnya, salah satunya ialah unsur kekerasan yang banyak terdapat di dalam tayangan-tayangan televisi tersebut. Hal inilah yang pada akhirnya dapat berakibat buruk pada perkembangan perilaku pemirsanya, khususnya remaja, setelah menyaksikan tayangan-tayangan di televisi. Sebagian besar masyarakat sudah mengerti bahaya dari unsur kekerasan yang terdapat dalam tayangan-tayangan televisi, tetapi mereka masih tetap saja menonton tayangan-tayangan yang mengandung unsur kekerasan tersebut.

Peubah terpengaruh (dependent variable) yang diteliti adalah persepsi remaja terhadap unsur kekerasan dalam sinetron di televisi, yang meliputi: (1) Isi Cerita; (2) Perilaku Pemeran; (3) Bahasa Pemeran. Adapun peubah pengaruh (independent variable) yang diteliti adalah karakteristik individu (sebagai faktor internal) dan faktor eksternal persepsi. Karakteristik individu meliputi: (1) Jenis

35 Kelamin; (2) Usia; (3) Tingkat Pendidikan; (4) Kepemilikan Televisi; (5) Frekuensi Menonton; (6) Durasi Menonton; dan (7) Pengalaman Masa Lalu. Faktor eksternal meliputi: (1) Pengaruh Orang Tua; (2) Pengaruh Teman/sahabat; (3) Pengaruh Guru; dan (4) Pengaruh Media.

Faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan persepsi remaja terhadap unsur kekerasan dalam sinetron di televisi, yang telah dikemukakan di atas, dapat dilihat Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Persepsi Remaja terhadap Unsur Kekerasan di Televisi

Keterangan: : Mempengaruhi. Faktor Eksternal 1. Pengaruh Orang Tua 2. Pengaruh Teman/Sahabat 3. Pengaruh Guru 4. Pengaruh Media Faktor Internal 1. Jenis Kelamin 2. Usia 3. Tingkat Pendidikan 4. Kepemilikan Televisi 5. Frekuensi Menonton 6. Durasi Menonton 7. Pengalaman Masa Lalu Persepsi terhadap Unsur Kekerasan dalam

Sinetron di Televisi 1. Isi Cerita

2. Perilaku Pemeran 3. Bahasa Pemeran

36

2.3 Definisi Operasional

Berdasarkan permasalahan penelitian, maka perlu pengertian lebih lanjut mengenai variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian, yaitu:

1. Faktor internal adalah faktor dari dalam diri responden yang mempengaruhi mereka dalam proses pembentukan persepsi, adapun faktor internal yang diteliti terdiri dari:

a. Jenis Kelamin, adalah pembedaan secara biologis responden, yang dikategorikan menjadi:

1) Laki-laki, dan 2) Perempuan.

b. Usia, adalah lama hidup seseorang sejak lahir hingga sekarang yang diukur dalam satuan waktu. Menurut Hurlock (1996) usia terbagi menjadi enam, yaitu:

a) Masa kanak-kanak (2-11 tahun) b) Masa remaja awal (12-17 tahun) c) Masa remaja akhir (17-22 tahun) d) Masa dewasa (23-40 tahun) e) Masa setengah baya (41-60 tahun) f) Masa tua (61 tahun sampai meninggal)

Responden dalam penelitian ini ialah remaja, maka batasan usia yang akan diteliti berkisar antara 12-22 tahun.

c. Tingkat Pendidikan, tingkat pendidikan responden pada saat dilakukan penelitian ini. Tingkat pendidikan dilihat dari empat kategori, dengan skor sebagai berikut:

(1) Tidak pernah sekolah (2) SLTP/sederajat (3) SMA/sederajat (4) Perguruan Tinggi

37 d. Kepemilikan televisi, adalah keadaan responden apakah ia memiliki televisi atau tidak di tempat tinggalnya. Kepemilikan televisi dilihat dari dua kategori, dengan skor sebagai berikut:

(0) Tidak (1) Ya

e. Frekuensi menonton televisi, ialah seberapa sering responden menonton televisi. Frekuensi menonton televisi dilihat dari lima kategori, dengan skor sebagai berikut:

(1) Setiap Hari (2) 1-3 hari sekali

(3) 3-5 hari sekali (4) 5-6 hari sekali (5) Seminggu sekali

f. Durasi menonton televisi, ialah seberapa banyak waktu yang dibutuhkan responden untuk menonton televisi. Durasi menonton televisi dilihat dari lima kategori, dengan skor sebagai berikut:

(1) > 4 jam (2) 3-4 jam (3) 2-3 jam (4) 1-2 jam (5) < 1 jam

g. Pengalaman masa lalu, adalah pengalaman responden tentang kejadian- kejadian yang pernah dialaminya, dalam hal ini berarti pengalaman seseorang tentang kekerasan yang pernah dialami. Penilaian terhadap pengalaman masa lalu dilihat dari jawaban responden, apakah ia pernah mengalami kejadian yang terkait dengan kekerasan terhadap dirinya. 2. Faktor eksternal adalah faktor yag berasal dari luar diri responden yang

mempengaruhi mereka dalam proses pembentukan persepsi. Adapun faktor eksternal yang akan diteliti terbagi menjadi:

38 a. Pengaruh Orang Tua, ialah segala sikap, perilaku, dan bahasa yang digunakan oleh orang tua, yang mempengaruhi responden dalam membentuk persepsi. Semakin baik pengaruh orang tua, baik dalam sikap, perilaku, dan bahasa yang digunakan, maka persepsi remaja terhadap unsur kekerasan dalam sinetron televisi akan semakin buruk. Pengaruh orang tua terhadap persepsi remaja dilihat dari dua kategori, dengan skor sebagai berikut:

(1) Sangat Tidak Setuju (2) Tidak Setuju

(3) Netral (4) Setuju

(5) Sangat Setuju

b. Pengaruh Teman/sahabat, ialah segala sikap, perilaku, dan bahasa yang digunakan oleh teman/sahabat responden tersebut, yang mempengaruhi responden dalam membentuk persepsi. Semakin baik pengaruh teman/sahabat, baik dalam sikap, perilaku, dan bahasa yang digunakan, maka persepsi remaja terhadap unsur kekerasan dalam sinetron televisi akan semakin buruk. Pengaruh teman/sahabat terhadap persepsi remaja dilihat dari dua kategori, dengan skor sebagai berikut:

(1) Sangat Tidak Setuju (2) Tidak Setuju

(3) Netral (4) Setuju

(5) Sangat Setuju

c. Pengaruh Guru, ialah segala sikap, perilaku, dan bahasa yang digunakan oleh guru dari responden tersebut, yang mempengaruhi responden dalam membentuk persepsi. Semakin baik pengaruh guru, baik dalam sikap, perilaku, dan bahasa yang digunakan, maka persepsi remaja terhadap unsur kekerasan dalam sinetron televisi akan semakin buruk. Pengaruh guru terhadap persepsi remaja dilihat dari dua kategori, dengan skor sebagai berikut:

39 (1) Sangat Tidak Setuju

(2) Tidak Setuju (3) Netral (4) Setuju

(5) Sangat Setuju

d. Pengaruh Media, ialah segala bentuk informasi, baik yang berasal dari media cetak maupun media elektronik, yang mempengaruhi responden dalam membentuk persepsi. Semakin baik pengaruh media, baik dalam media cetak maupun media elektronik dalam bentuk informasi, maka persepsi remaja terhadap unsur kekerasan dalam sinetron televisi akan semakin buruk. Pengaruh media terhadap persepsi remaja dilihat dari dua kategori, dengan skor sebagai berikut:

(1) Sangat Tidak Setuju (2) Tidak Setuju

(3) Netral (4) Setuju

(5) Sangat Setuju

3. Persepsi remaja terhadap unsur kekerasan dalam sinetron di televisi ialah pendapat remaja tentang unsur kekerasan yang terkandung dalam sinetron- sinetron yang ditayangkan di televisi. Adapun persepsi yang akan dinilai tersebut terbagi menjadi tiga, yaitu:

a. Isi cerita. Isi cerita sinetron dikatakan mengandung unsur kekerasan apabila sepanjang tayangan sejak awal sampai akhir, unsur kekerasan muncul mendominasi program dibandingkan unsur-unsur yang lain, antara lain yang menampilkan adegan tembak-menembak, perkelahian dengan menggunakan senjata tajam, darah, korban dalam kondisi mengenaskan, penganiayaan, pemukulan, baik untuk tujuan hiburan maupun kepentingan pemberitaan (informasi). Persepsi remaja terhadap isi cerita dilihat dari lima kategori, dengan skor sebagai berikut:

40 (2) Tidak Setuju

(3) Netral (4) Setuju

(5) Sangat Setuju

b. Perilaku pemeran. Perilaku pemeran dikatakan mengandung unsur kekerasan apabila pemeran dalam sinetron tersebut banyak melakukan tindakan-tindakan yang terkait tindak kekerasan, seperti perkelahian, pemukulan, dan penganiayaan. Persepsi remaja terhadap isi cerita dilihat dari lima kategori, dengan skor sebagai berikut:

(1) Sangat Tidak Setuju (2) Tidak Setuju

(3) Netral (4) Setuju

(5) Sangat Setuju

c. Bahasa pemeran. Bahasa pemeran dikatakan mengandung unsur kekerasan apabila pemeran menggunakan bahasa kasar yang disertai dengan hujatan dan makian. Persepsi remaja terhadap isi cerita dilihat dari lima kategori, dengan skor sebagai berikut:

(1) Sangat Tidak Setuju (2) Tidak Setuju

(3) Netral (4) Setuju

41

2.4 Hipotesis

Hipotesis digunakan untuk lebih mengarahkan pelaksanaan penelitian ini. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Diduga terdapat hubungan nyata antara jenis kelamin dengan persepsi terhadap unsur kekerasan dalam sinetron di televisi.

2. Diduga terdapat hubungan nyata antara usia dengan persepsi terhadap unsur kekerasan dalam sinetron di televisi.

3. Diduga terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan dengan persepsi terhadap unsur kekerasan dalam sinetron di televisi.

4. Diduga terdapat hubungan nyata antara kepemilikan televisi dengan persepsi terhadap unsur kekerasan dalam sinetron di televisi.

5. Diduga terdapat hubungan nyata antara frekuensi menonton televisi dengan persepsi terhadap unsur kekerasan dalam sinetron di televisi.

6. Diduga terdapat hubungan nyata antara durasi menonton televisi dengan persepsi terhadap unsur kekerasan dalam sinetron di televisi.

7. Diduga terdapat hubungan nyata antara pengalaman masa lalu dengan persepsi terhadap unsur kekerasan dalam sinetron di televisi.

8. Diduga terdapat hubungan nyata antara pengaruh orang tua dengan persepsi terhadap unsur kekerasan dalam sinetron di televisi.

9. Diduga terdapat hubungan nyata antara pengaruh teman/sahabat dengan persepsi terhadap unsur kekerasan dalam sinetron di televisi.

10. Diduga terdapat hubungan nyata antara pengaruh guru dengan persepsi terhadap unsur kekerasan dalam sinetron di televisi.

11. Diduga terdapat hubungan nyata antara pengaruh media dengan persepsi terhadap unsur kekerasan dalam sinetron di televisi.

42

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian merupakan jenis deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memaparkan berbagai variabel yang ingin dilihat dengan melakukan pengukuran terhadap variabel tersebut. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Data kuantitatif didapat dengan metode survei yang menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor, tepatnya di Komplek Perumahan Taman Cimanggu, Kelurahan Kedung Waringin, Kecamatan Tanah Sareal. Penentuan lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive), hal ini berdasarkan pertimbangan: (1) Peneliti ingin membandingkan hasil yang didapat dengan hasil penelitian yang lebih dulu telah dilakukan oleh peneliti lain; (2) Lokasi penelitian mudah dijangkau oleh peneliti untuk memperoleh data dan informasi; dan (3) Remaja di wilayah tersebut memiliki televisi di tempat tinggal mereka masing- masing. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2010.

3.3. Penentuan Responden

Responden dalam penelitian ini adalah remaja anggota Karang Taruna “ANTASARI” di Komplek Perumahan Taman Cimanggu, Kelurahan Kedung Waringin, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 40 orang, hal ini dilakukan dengan berdasarkan pertimbangan bahwa jumlah tersebut sudah dapat mempresentasikan keadaan remaja pada umumnya dan merupakan ukuran yang dapat diterima dan memenuhi syarat dari suatu metode penelitian (minimal 30 orang) jenis deskriptif korelasional (Gay dalam Hassan, 2002).

43 Responden dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu sampel (responden) dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya (Istijanto, 2006). Responden diambil dari kelompok remaja Karang Taruna “ANTASARI”, yang berada di Komplek Perumahan Taman Cimanggu tersebut. Kelompok remaja Karang Taruna “ANTASARI” dipilih secara sengaja, dan remaja yang termasuk ke dalam Karang Taruna tersebut akan diteliti semuanya.

Penentuan responden tersebut dilakukan pada remaja yang memiliki televisi di tempat tinggalnya masing-masing. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui persepsi mereka terhadap unsur kekerasan yang terdapat dalam tayangan di televisi, khususnya sinetron.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang didukung oleh data-data kualitatif. Penelitian kuantitatif yang digunakan adalah penelitian survei, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok (Singarimbun dan Effendi, 1995). Kuesioner yang digunakan berisi beberapa butir pertanyaan mengenai faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi persepsi remaja, serta persepsi remaja Karang Taruna “ANTASARI” terhadap unsur kekerasan dalam sinetron di televisi. Pertanyaan yang diajukan mengenai persepsi diantaranya terkait dengan isi cerita sinetron tersebut, perilaku pemeran dalam sinetron, bahasa yang digunakan pemeran dalam sinetron, dan pendapat responden tentang unsur kekerasan dalam sinetron di televisi.

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh periset untuk menjawab masalah risetnya (Istijanto, 2006). Data primer diperoleh dari responden melalui pengisian kuesioner dan hasil wawancara. Kuesioner dan wawancara berisi sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan karakteristik responden, faktor internal yang mempengaruhi persepsi remaja, dan faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi remaja. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur yang terkait topik penelitian. Data sekunder pada

44 penelitian ini berasal dari studi literatur berupa tulisan laporan, pedoman, peraturan, dan sumber-sumber lain yang terkait dengan persepsi remaja.

3.5. Teknik Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan dengan bantuan komputer, terdiri atas tiga kegiatan yaitu: penyuntingan (editing), dengan memeriksa kembali setiap lembar kuesioner untuk memastikan bahwa setiap pertanyaan telah diisi dengan baik oleh setiap responden, kemudian pengkodean (coding), yaitu melakukan pengkodean pada setiap jawaban dalam kuesioner, dan tabulasi (tabulating), yaitu dengan memasukkan data yang telah dikoding ke dalam bentuk tabel-tabel manual dan kemudian diolah dengan menggunakan software komputer SPSS 11.0 untuk Windows.

Untuk menguji ada tidaknya hubungan antar variabel pengaruh dengan variabel terpengaruh dimana salah satu variabel minimal nominal dilakukan uji statistik Chi-Square. Untuk menguji ada tidaknya hubungan antar variabel pengaruh dengan variabel terpengaruh dimana salah satu variabel minimal ordinal dilakukan uji korelasi Rank Spearman. Uji statistik Chi-Square dan Rank Spearman diperoleh dengan bantuan SPSS 11.0. Adapun rumus koefisien korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut:

ρ atau rs = 1 – 6 ∑ di2

n (n2– 1) Keterangan :

ρ atau rs = Koefisien korelasi spearman rank di = determinan

n = Jumlah data/sampel

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval yang merupakan skala yang memiliki urutan/jarak yang sama antar kriteria atau titik-titik terdekatnya (Istijanto, 2006). Penelitian ini melakukan pembobotan pada indikator-indikator persepsi remaja dengan skala interval yang dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

45 Tabel 1. Skala Interval dan Bobot Nilai Jawaban Responden

Alternatif Jawaban Bobot Nilai

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Netral 3

Tidak Setuju 2

46

BAB IV

Dokumen terkait