RISIKO KREDIT CREDIT RISK Risiko kredit adalah risiko dalam hal pihak ketiga tidak
39. PERISTIWA SETELAH PERIODE PELAPORAN EVENTS AFTER THE REPORTING PERIOD
Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021 Government Regulation Number 35 Year 2021 Pada tanggal 2 Februari 2021, Pemerintah
mengumumkan dan memberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021 (PP 35/2021) untuk melaksanakan ketentuan Pasal 81 dan Pasal 185 (b) UU No. 11/2020 tentang Cipta Kerja, yang bertujuan untuk menciptakan kesempatan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat Indonesia secara merata, guna memenuhi kehidupan yang layak. PP 35/2021 mengatur perjanjian kerja untuk waktu tertentu (pegawai tidak tetap), outsourcing, waktu kerja, waktu istirahat, dan pemutusan hubungan kerja, yang dapat mempengaruhi tunjangan minimum yang harus dibayarkan kepada pegawai.
On February 2, 2021, the Government promulgated and enforced Government Regulation Number 35 Year 2021 (PP 35/2021) to implement the provisions of Article 81 and Article 185 (b) of Law No. 11/2020 concerning Job Creation (Cipta Kerja), which aims to create the widest possible employment opportunities for the Indonesian people evenly, in order to fulfill a decent living.
PP 35/2021 regulates the work agreement for a certain time (non-permanent employees), outsourcing, working time, rest time and termination of employment, which can affect the minimum benefits that must be paid to employees.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 Law Number 7 Year 2021 Pada bulan Oktober 2021, Pemerintah Indonesia
mengesahkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 (“UU No. 7/2021”) tentang harmonisasi peraturan perpajakan. Beberapa tujuan UU No. 7/2021 adalah untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian yang berkelanjutan dan mendukung percepatan pemulihan ekonomi, mewujudkan sistem perpajakan yang lebih berkeadilan dan berkepastian hukum, melaksanakan reformasi administrasi, kebijakan perpajakan yang konsolidatif, dan perluasan basis pajak, serta meningkatkan kepatuhan sukarela Wajib Pajak.
In October 2021, the Government of Indonesia approved the Law Number 7 Year 2021 (“Law No. 7/2021”) related to harmonisation of tax regulations. Some purposes of Law No. 7/2021 are to increase sustainable economic growth and support the acceleration of economic recovery, realize a tax system that is more just with legal certainty, implement administrative reforms, consolidated taxation policies, and expansion of the tax base, as well as increasing Taxpayer voluntary compliance.
Sejumlah perubahan peraturan perpajakan yang terjadi dengan penerapan UU No. 7/2021 antara lain adalah sebagai berikut:
• Pemberlakuan tarif pajak penghasilan badan menjadi 22% mulai Tahun Pajak 2022 (Catatan 18);
• Kenaikan tarif PPN dari 10% menjadi 11% yang mulai berlaku 1 April 2022, kemudian menjadi 12%
yang mulai berlaku paling lambat pada tanggal 1 Januari 2025;
• Penyederhanaan PPN dengan tarif final untuk barang atau jasa kena pajak tertentu yang juga berlaku mulai 1 April 2022; dan
• Program pengungkapan sukarela bagi Wajib Pajak badan selama periode 1 Januari - 30 Juni 2022, dengan basis aset atau harta yang diperoleh selama 1 Januari 1985 - 31 Desember 2015 yang belum diungkap pada saat mengikuti program amnesti pajak sebelumnya.
Some changes in tax regulations from the implementation of Law No. 7/2021, among others, are as follows:
• The application of the corporate income tax rate to 22% starting from the 2022 Fiscal Year (Note 18);
• VAT rate increase from 10% to 11% which will take effect on April 1, 2022, then to 12% which will take effect no later than January 1, 2025;
• Simplification of VAT using final rate for certain taxable goods or services which also applies from April 1, 2022; and
• Voluntary disclosure program for corporate taxpayers for the period January 1 - June 30, 2022, on the basis of assets acquired during January 1, 1985 - December 31, 2015 which were not disclosed when participating in the previous tax amnesty program.
Grup masih mempertimbangkan langkah-langkah yang akan diambil dalam menerapkan UU No. 7/2021.
The Group is still considering the steps taken to implement Law No. 7/2021.
Pendirian PT Akasia Damcorp Wara (ADW) Establishment of PT Akasia Damcorp Wara (ADW) Berdasarkan Akta Notaris Rose Takarina, S.H., No. 44
tanggal 27 Oktober 2021, Entitas Induk mendirikan ADW, yang bergerak dalam bidang perdagangan peralatan telekomunikasi. Entitas Induk melakukan penyertaan saham pada ADW sebanyak 600 lembar saham dengan nilai nominal sebesar Rp 600.000.000 atau setara dengan 50,00% kepemilikan. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. AHU-0068479.AH.01.01.Tahun 2021 tanggal 29 Oktober 2021.
Based on Notarial Deed No. 44 dated October, 2021 of Rose Takarina, S.H., the Company established ADW, which is engaged in the field of trading of telecommunication equipment. The Company has 600 shares in ADW with a nominal value of Rp 600,000,000 or equivalent to 50.00% ownership. The establishment deed has been approved by the Ministry of Law and Human Rights of the Republic of Indonesia through Decree Letter No. AHU-0068479.AH.01.01.Tahun 2021 dated October 29, 2021.
Perubahan Susunan Dewan Komisaris dan Direksi Change in Compositions of the Boards of Commissioners and Directors
Berdasarkan Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yang diaktakan sesuai dengan Akta Notaris No. 23 tanggal 26 Agustus 2021 dari Zulkifli Harahap, S.H., susunan Dewan Komisaris dan Direksi Entitas Induk adalah sebagai berikut:
Based on Statement of Annual General Meeting of Shareholders which was notarized through Notarial Deed No. 23 dated August 26, 2021 of Zulkifli Harahap, S.H., the compositions of the Boards of Commissioners and Directors of the Company are as follows:
Dewan Komisaris/Board of Commissioners
Komisaris Utama Raden Harry Zulnardy President Commissioner
Komisaris Rudy Setia Laksmana Commissioner
Komisaris Independen Harry Danui Independent Commissioner
Direksi/Directors
Direktur Utama Ardian Syarkawi President Director
Direktur Troy Reza warokka Director
Akta tersebut telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. AHU-AH.01.03-0452649 tanggal 24 September 2021.
The deed has been approved by the Ministry of Law and Human Rights of the Republic of Indonesia through Decree Letter No. AHU-AH.01.03-0452649 dated September 24, 2021.
Rencana Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
Plan to Conduct Preemptive Right Issues
Berdasarkan Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang diaktakan sesuai dengan Akta Notaris No. 24 tanggal 26 Agustus 2021 dari Zulkifli Harahap, S.H., pemegang saham menyetujui untuk melakukan Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) melalui penerbitan saham dengan jumlah sebanyak-banyaknya 1.200.000.000 (satu miliar dua ratus juta) saham.
Based on Statement of Extraordinary General Meeting of Shareholders which was notarized through Notarial Deed No. 24 dated August 26, 2021 of Zulkifli Harahap, S.H., the shareholders approved to conduct Preemptive Right Issues by issuing at most 1,200,000,000 (one billion two hundred million) shares.
Perpanjangan Utang Pihak Ketiga (Catatan 20) Extension of Due to Third Parties (Note 20) Pada tanggal 15 Juli 2021, DAI menerima perpanjangan
perjanjian pinjaman dari Pinnacle. Perjanjian ini jatuh tempo pada tanggal 15 Juli 2022.
On July 15, 2020, DAI received an extension of loan agreement from Pinnacle. This agreement will mature on July 15, 2022.
Beberapa akun dalam laporan keuangan konsolidasian tanggal 31 Desember 2020 dan 2019 telah direklasifikasi agar sesuai dengan penyajian laporan keuangan konsolidasian pada tanggal 30 Juni 2021.
Certain accounts in the consolidated financial statements as of December 31, 2020 and 2019 have been reclassified to conform with the presentation of the consolidated financial statements as of December 31, 2020.
31 Desember 2020/December 31, 2020 Sebelum
Reklasifikasi/
Before Reclassification
Reklasifikasi/
Reclassification
Sesudah Reklasifikasi/
After Reclassification
Piutang usaha - neto 22.634.930.463 (6.740.780.756 ) 15.894.149.707 Trade receivables - net Piutang lain-lain -
pihak berelasi - 6.740.780.756 6.740.780.756
Other receivables - related parties
Utang usaha Trade payables
Pihak ketiga 20.239.522.001 (6.856.684.334 ) 13.382.837.667 Third parties Pihak berelasi 26.043.872.910 (1.475.835.063 ) 24.568.037.847 Related parties
Utang lain-lain Other payables
Pihak ketiga 136.310.026.222 (128.477.321.882 ) 7.832.704.340 Third parties
Pihak berelasi - 405.548.762 405.548.762 Related party
Utang pihak ketiga - 81.393.438.625 81.393.438.625 Due to third parties
Utang pembiayaan - 674.291.953 674.291.953 Financing payables
Liabilitas sewa 5.842.515.257 (147.945.021 ) 5.694.570.236 Lease liabilities Utang pihak berelasi 15.945.387.133 54.484.506.960 70.429.894.093 Due to related parties
31 Desember 2019/December 31, 2019 Sebelum
Reklasifikasi/
Before Reclassification
Reklasifikasi/
Reclassification
Sesudah Reklasifikasi/
After Reclassification
Piutang usaha - neto 56.162.849.664 (2.620.239.683 ) 53.542.609.981 Trade receivables - net
Piutang lain-lain Other receivables
Pihak ketiga 3.494.399.366 (1.408.318.643 ) 2.086.080.723 Third parties
Pihak berelasi - 2.620.239.683 2.620.239.683 Related parties
Piutang pihak berelasi 53.902.619.952 1.408.318.643 55.310.938.595 Due from related parties
Utang usaha Trade payables
Pihak ketiga 22.226.910.329 (5.451.645.780 ) 16.775.264.549 Third parties Pihak berelasi 33.829.327.744 (1.641.548.762 ) 32.187.778.982 Related parties
Utang lain-lain Other payables
Pihak ketiga 65.423.077.724 (56.769.414.289 ) 8.653.663.435 Third parties
Pihak berelasi - 405.548.762 405.548.762 Related party
Utang pihak ketiga - 7.536.106.434 7.536.106.434 Due to third parties
Utang pembiayaan - 1.436.446.675 1.436.446.675 Financing payables
Utang pihak berelasi 33.216.526.841 54.484.506.960 87.701.033.801 Due to related parties
Entitas Induk menyajikan kembali laporan keuangan konsolidasian Grup tanggal 31 Desember 2020 dan 2019 dan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal tersebut untuk mengkoreksi kesalahan perhitungan atas akuisisi entitas anak tertentu dari entitas sepengendali dan perhitungan proporsi ekuitas yang dimiliki oleh kepentingan nonpengendali pada entitas anak. Penjelasan dari kesalahan yang disebutkan di atas adalah sebagai berikut:
The Company restated the consolidated financial statements of the Group as of December 31, 2020 and 2019 and for the years then ended to correct the miscalculations for the acquisition of certain subsidiaries from entities under common control and the calculation of the proportion of equity held by noncontrolling interest in subsidiaries. The nature of the miscalculations mentioned above are as follows:
1. Seperti yang diungkapkan sebelumnya pada Catatan 25, Perusahaan melakukan akuisisi atas kepemilikan saham pada beberapa entitas anak tertentu dari pihak berelasi dengan harga perolehan sebesar Rp 90.500.000.000. Atas transaksi ini, Entitas Induk mengakui selisih nilai atas transaksi restrukturisasi entitas sepengendali sebesar Rp 211.790.103.337 yang seharusnya sebesar Rp 149.412.027.793. Hal ini disebabkan karena perbedaan nilai aset neto teridentifikasi yang merupakan bagian Entitas Induk yang digunakan sebelumnya adalah Rp 74.844.793.034 dimana seharusnya adalah sebesar Rp 12.466.717.488.
1. As previously disclosed in Note 25, the Company acquired shares of several certain subsidiaries from related parties with an acquisition cost of Rp 90,500,000,000. From this transaction, the Company recognized difference in value from restructuring transactions between entities under common control amounted to Rp 211,790,103,337 which should have been Rp 149,412,027,793. This is due to the difference in the value of identified net assets which is the proportion of the Company used previously, which was Rp 74,844,793,034 while it should have been Rp 12,466,717,488.
2. Terdapat perubahan proporsi ekuitas yang dimiliki oleh kepentingan nonpengendali, yang sebelumnya sebesar Rp 15.063.439.445 menjadi sebesar Rp 76.377.334.216. Hal ini disebabkan karena terdapat kekeliruan dalam melakukan perhitungan persentase kepemilikan entitas anak yang seharusnya diakui oleh kepentingan nonpengendali.
2. There is a change in the proportion of equity held by noncontrolling interests, which previously amounted to Rp 15,063,439,445 to Rp 76,377,334,216. This is because there was an error in calculating the percentage of ownership in subsidiaries that should have been recognized by non-controlling interests.
Berikut ini adalah dampak penyajian kembali atas akun tertentu dari laporan posisi keuangan konsolidasian pada tanggal 31 Desember 2020 dan 2019:
The following is the impact of the restatement on certain accounts of consolidated statements of financial position as of December 31, 2020 and 2019:
Dilaporkan Sebelumnya/ Tambahan modal disetor (163.623.432.582) 62.378.075.545 (101.245.357.037) Additional paid-in capital Defisit - Belum ditentukan
penggunaannya (241.793.575.552) (1.064.180.774) (242.857.756.326) Deficits - Unappropriated
Kepentingan nonpengendali (32.337.586.889) (61.313.894.771) (93.651.481.660) Noncontrolling interests
Dilaporkan Sebelumnya/ Tambahan modal disetor (163.623.432.582) 62.378.075.545 (101.245.357.037) Additional paid-in capital Defisit - Belum ditentukan
penggunaannya (154.696.609.949) (1.064.180.774) (155.760.790.723) Deficits - Unappropriated
Kepentingan nonpengendali (15.063.439.445) (61.313.894.771) (76.377.334.216) Noncontrolling interests