• Tidak ada hasil yang ditemukan

59 Ibid. h. 28-29.

Secara umum terdapat berbagai peraturan perundang- undangan yang mengatur tentang ruang manfaat jalan untuk penempatan bangunan utilitas serta perizinannya. Utilitas itu sendiri ialah fasilitas yang menyangkut kepentingan umum meliputi listrik, telekomunikasi, informasi, air, minyak, gas dan bahan bakar lainnya, sanitasi dan sejenisnya.61 Berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perizinan pemasangan bangunan utilitas dalam hal ini Pemasangan Jaringan Kabel Fiber Optik antara lain :

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi

Pada Pasal 12 menyatakan bahwa :

1. Dalam rangka pembangunan, pengopera sian, dan atau pemeliharaan jaringan telekomunikasi, penyelenggara telekomunikasi dapat memanfaatkan atau melintasi tanah negara dan atau bangunan yang dimiliki atau dikuasai P emerintah

2. P emanfaatan atau pelintasan tanah negara dan atau bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula terhadap sungai, danau, atau laut, baik permukaan maupun dasar

3. P embangunan, pengoperasian dan atau pemeliharaan jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan dari instansi pemer intah yang bertanggung jawab dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Penjelasan Pada Pasal 12 ayat (3) diatas dikatakan bahwa

61 Pasal 1 ayat (13) Peraturan Menteri Pe kerjaan Umu m No mor: 20/ Prt/M/2010 tentang Pedoman Pe manfaatan dan Penggunaan Bagian -Bagian Ja lan

“Yang dimaksud dengan instansi pemerintah adalah instansi yang secara langsung menguasai, memiliki, dan atau menggunakan tanah dan atau bangunan.”

Pasal tersebut menunjukan jelas bahwa Penyelenggaran telekomunikasi/operator seluler wajib memperoleh izin dalam pembangunan jaringan telekomunikasi, dan salah satunya yaitu wajib memperoleh izin dalam pemasangan jaringan kabel fiber optik.

2. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan

Pada Pasal 1 ayat (4) dikatakan bahwa :

Jalan adalah prasa rana transportasi da rat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecua li jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel;

Menurut statusnya Jalan umum dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.62 Terhadap pengelompokan ini menunjukan pihak yang berbeda dalam penyelenggaraan jalan. Terhadap jalan nasional, Wewenang penyelenggaraan jalan berada pada pemerintah pusat.63 Terhadap jalan provinsi, wewenang penyelenggaraan jalan berada pada pemerintah

62 Pasal 9 ayat (1) UU No mor 38 Tahun 2004 tentang Jalan .

provinsi.64 Terhadap jalan kota, wewenang penyelenggaraan berada pada pemerintah kota, sedangkan pada jalan kabupaten dan desa, wewenang penyelenggaraan jalan berada pada pemerintah kabupaten.65 Terhadap perizinan secara spesifik tidak dijelaskan dalam Undang-Undang a quo namun dilimpahkan kepada peraturan pemerintah, dalam hal ini peraturan pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan.

3. Peraturan Peme rintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan

Terhadap Perizinan dalam Pemanfaataan rumaja pemasangan yang dimanfaatkan untuk penempatan bangunan utilitas (jaringan kabel fiber optik) wajib memperoleh izin.66 Izin pemanfaatan ruang manfaat jalan dan ruang milik jalan ditetapkan oleh penyelenggara jalan sesuai kewenangannya.67 Dalam hal pada jalan nasional pemberian izin dapat dilimpahkan kepada gubernur sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan wajib dilaporkan kepada menteri. Pemberian izin untuk lintas wilayah kabupaten/kota dapat dikoordinasikan oleh gubernur. Dan terhadap jalan provinsi dapat dikoordinasikan dengan oleh Menteri.68 64 Ibid Pasal 15. 65 Ibid Pasal 16 66

Pasal 52 ayat (1) PP No mor 34 Tahun 2006 tentang Jalan.

67 Ibid Pasal 52 ayat (4).

Selanjutnya mengenai izin pemanfaatan ruang manfaat jalan dan ruang milik jalan diatur dalam peraturan Menteri, dalam hal ini Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 20/PRT/M/2010 Tentang Pedo man Pemanfaatan Dan Penggunaan Bagian-Bagian Jalan.

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2010 tentang

Pedoman Pemanfaatan dan Penggunaan Bagian-Bagian Jalan. Dalam Peraturan Menteri a quo menjelaskan bahwa izin adalah persetujuan dari penyelenggara jalan atau pemberi izin tentang pemanfaatan ruang manfaat jalan dan ruang milik jalan dengan persyaratan tertentu yang harus dipenuhi.69 Dalam pasal 4 ayat (1) dikatakan bahwa pemanfaatan ruang manfaat jalan dan ruang milik jalan wajib memperoleh izin dari penyelenggaran jalan sesuai dengan kewenangannya. Dalam hal jalan nasional, Wewena ng Menteri selaku penyelenggara jalan nasional dalam pemberian izin untuk pemanfaatan ruang milik jalan nasional dapat dilimpahkan kepada pejabat yang ditunjuk sesuai dengan penetapan Menteri setelah memperoleh pertimbangan teknis dari Kepala Balai Besar/ Balai Pelaksanaan Jalan Nasional. Pemberian izin untuk pemanfaatan ruang milik Jalan nasional oleh pejabat yang ditunjuk dilakukan setelah memperoleh pertimbangan

69 Pasal 1 ayat (10) Pe raturan Menteri Pe kerjaan Umu m No mor: 20/ PRT/M/2010 tentang Pedoman Pe manfaatan dan Penggunaan Bagian -Bagian Ja lan

teknis dari Kepala Balai Besar/ Balai Pelaksanaan Jalan Nasional. Gubernur selaku penyelenggara jalan provinsi dalam pemberian izin, untuk jalan provinsi dilaksanakan oleh pejabat yang ditunjuk, sedangkan Wewenang bupati/ walikota selaku penyelenggara jalan kabupaten/ kota dalam pemberian izin, untuk jalan Kabupaten/ Kota dilaksanakan oleh pejabat yang ditunjuk.70

Untuk Prosedur Izin dalam Peraturan Menteri a quo menyatakan antara lain sebagai berikut :

Permohonan Izin diajukan secara tertulis dan dilengkapi dengan persyaratan administrasi dan persyaratan teknis oleh pemohon dalam hal ini perseorangan, kelompok masyarakat, organisasi, badan usaha, badan hukum, instansi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dan disampaikan kepada penyelenggara jalan sesuai dengan kewenangannya atau pemberi izin.71

Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud di atas mencakup : a. surat permohonan yang berisi data/identitas pemohon sesuai dengan

Formulir A.1;

b. surat pernyataan bertanggung jawab atas kewajiban memelihara dan menjaga bangunan dan jaringan utilitas/ iklan/ media informasi/

70 Ibid Pasal 5

bangun bangunan/ bangunan gedung untuk keselamatan umum dan menanggung segala resiko atas segala akibat yang mungkin ditimbulkan dari kerusakan yang terjadi atas sarana atau prasarana yang dibangun/dipasang pada bagian–bagian jalan yang dimohon sesuai dengan Formulir A.2.72

Sedangkan persyaratan teknis sebagaimana dimaksud di atas mencakup: a. lokasi;

b. rencana teknis; dan

c. jadwal waktu pelaksanaan.73

Setelah pemohon memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud di atas, pemberi izin melakukan evaluasi dan peninjauan lapangan untuk jalan nasional dilakukan bersama dengan Kepala Balai Besar/ Balai Pelaksanaan Jalan Nasional.

Hasil evaluasi dan peninjauan lapangan tersebut diselesaikan dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang telah memenuhi persyaratan. Berdasarkan hasil evaluasi dan peninjauan lapangan dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja pemberi izin menerbitkan persetujuan prinsip sesuai

72 Ibid Pasal 7

73

dengan Formulir A.3. Kemudian Berdasarkan persetujuan prinsip dimaksud, pemohon wajib melengkapi persyaratan sebagai berikut: a. rencana teknis rinci;

b. metode pelaksanaan;

c. izin Usaha, dalam hal pemohon adalah badan usaha; d. perizinan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah; dan

e. jaminan pelaksanaan dan jaminan pemeliharaan berupa jaminan bank serta polis asuransi kerugian pihak ketiga.

f. Jaminan pelaksanaan, jaminan pemeliharaan dan polis asuransi kerugian pihak ketiga diterima dan disimpan oleh pemberi izin.

Dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak dilengkapinya seluruh persyaratan di atas oleh pemohon, Kepala Balai Besar/ Balai Pelaksanaan Jalan Nasional memberikan pertimbangan teknis. Setelah itu pejabat yang ditunjuk menerbitkan izin untuk jalan nasional sesuai dengan Formulir A.4. Penerbitan izin untuk jalan nasional oleh pemberi izin dilakukan setelah persyaratan di atas dipenuhi.

Selanjutnya terhadap Penerbitan izin untuk jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota oleh pemberi izin dilakukan dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak dilengkapinya seluruh persyaratan oleh pemohon. Izin ini pada akhirnya akan digunakan sebagai rekomendasi

teknis dalam rangka pemanfaatan barang milik negara/daerah (BMN/D) sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan.74

74 Pasal 9 Pe raturan Menteri Peke rjaan Umu m No mor: 20/PRT/M/2010 tentang Pedoman Pe manfaatan dan Penggunaan Bagian -Bag ian Ja lan

Dokumen terkait