• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERJALANAN KUCING DAN ANJING

Dalam dokumen Buku Bahan Bacaan Literasi untuk SD SMP SMA (Halaman 50-55)

Kucing dan anjing bersiap-siap untuk melakukan perjalanan ke pulau tempat disembunyikannya sarung ular milik Nome. Sebelum berangkat menuju pulau itu, kucing dan anjing meminta ibu Nome untuk menanak beras sebanyak satu bambu. Semula ibu Nome tidak mau menanak beras sebanyak itu karena persediaan beras di rumah hanya satu bambu saja. Akan tetapi, kucing dan anjing mengatakan bahwa mereka memerlukan bekal makanan selama di perjalanan. Kerak nasi juga harus disertakan sebagai bekal untuk perjalanan mereka. Kucing dan anjing berpesan pada ibu Nome agar kerak nasi untuk bekal mereka, jangan dibelah-belah.

Setelah semua bekal disiapkan, kucing dan anjing siap memulai perjalanan

menuju pulau tempat disembunyikannya sarung ular milik Nome. Melalui

peristiwa yang ajaib, kerak nasi yang mereka bawa berubah menjadi perahu yang dapat digunakan oleh kucing dan anjing untuk menuju pulau. Lalu kucing dan anjing memulai perjalanan mereka.

Ketika kucing dan anjing baru saja memulai perjalanan mereka, cuaca berubah seketika. Angin bertiup begitu kencang. Badai dan guruh ikut menyertai. Angin kencang membuat perahu yang dinaiki kucing dan anjing menjadi oleng. Kucing hampir saja terhempas dari perahu. Untunglah anjing segera menariknya kembali ke dalam perahu sehingga kucing dapat selamat.

“Ayo, kita menepi! Nanti setelah cuaca menjadi lebih baik, kita teruskan lagi perjalanan kita,” kata anjing.

Saat itu kucing dan anjing sedang berjuang mengayuh perahu di tengah kencangnya hembusan angin yang terus menderu-deru. Anjing dan kucing membawa perahu agak menepi. Kemudian mereka membuka bekal makanan dan menyantapnya. Anjing yang tubuhnya lebih besar daripada kucing segera melahap makanan sebanyak-banyaknya yang dapat disantapnya.

“Kita harus menyisakan makanan ini sebagian. Makanan ini tidak boleh

kita habiskan semua. Kita belum sampai ke tujuan. Di samping itu, kita juga memerlukan makanan untuk perjalanan pulang nanti,” kata kucing mengingatkan anjing.

42

“Ya, kau benar, kucing. Tadi aku sangat lapar,” kata anjing.

“Ini makanlah sedikit lagi,” kata kucing sambil menyerahkan sebungkus makanan lagi kepada anjing.

Anjing segera menyambut bungkusan makanan yang disodorkan kucing. Ia kembali makan dengan lahap. Kucing pun memaklumi bahwa anjing memang memerlukan makanan yang banyak. Setelah angin kencang reda, anjing dan kucing meneruskan perjalanan mereka. Ketika mereka sedang mendayung perahu, tiba-tiba saja dayung perahu yang mereka gunakan patah.

“Bagaimana ini? Dayung perahu kita patah. Dayung perahu ini terbuat dari kayu yang rapuh sehingga mudah patah. Apalagi tadi kita melewati bagian danau yang pusaran airnya kencang,” kata anjing.

“Coba kaulihat di tepi danau. Ada gajah yang sedang minum air. Semoga saja kita dapat meminta pertolongannya untuk membantu kita mendapatkan kayu yang dapat digunakan untuk menjadi dayung perahu,” kata kucing.

Anjing berseru-seru dari kejauhan untuk memanggil gajah. Gajah menolehkan kepalanya, ia mencari asal suara yang memanggil namanya.

“Ada apa anjing? Mengapa kau memanggilku?” tanya gajah yang menuju ke dalam danau. Ia menuju ke tempat kucing dan anjing berada.

“Gajah, aku memerlukan bantuanmu. Tolong ambillah bagian dari pohon kayu yang kuat untuk dijadikan dayung. Dayung perahu kami patah terkena pusaran air,” kata anjing.

“Baiklah, aku akan membantu kalian. Tunggulah di sini,” kata gajah yang segera menemukan bagian dari pohon kayu yang dapat dijadikan dayung perahu. Tidak lama kemudian ia sudah kembali lagi ke tempat kucing dan anjing berada. Ia segera menyerahkan dayung perahu itu.

“Terima kasih, gajah, kau sudah menolong kami. Sekarang kami harus melanjutkan perjalanan kami lagi, sampai jumpa,” kata kucing dan anjing sesaat sebelum mereka kembali mendayung perahu ke tengah danau. Sebelum sampai di pulau itu, anjing mengendus keberadaan sarung ular milik Nome dengan penciumannya yang tajam.

“Sarung ular milik Nome berada di pulau itu,” kata anjing sambil menunjuk ke suatu pulau yang berada di tengah danau.

“Kalau begitu, ayo kita bergegas! Kita dayung perahu ini lebih cepat!” kata kucing.

Hari hampir sore ketika kucing dan anjing sampai ke pulau yang mereka tuju. Sebentar kemudian malam mulai turun ke bumi. Cahaya bulan dan sinar

bintang menerangi suasana di sekitar pulau tersebut. Kucing dan anjing

tampak begitu lelah setelah seharian melakukan perjalanan. Mereka pun

mencari tempat yang dapat digunakan untuk tidur. Ketika kucing dan anjing sedang tidur ada dua ekor tikus yang mengendus keberadaan bekal makanan mereka.

“Hai, lihat ini ada makanan. Ayo kita mengambilnya!” ajak salah seekor tikus.

“Hus, itu bukan makanan milik kita,” kata tikus yang lain mengingatkan temannya.

“Kita ambil saja sedikit, mereka pasti tidak akan mengetahuinya,” kata tikus tadi.

“Jangan, makanan ini tidak boleh kita makan. Meskipun kita mengambil

makanan ini sedikit, tetap saja makanan ini bukan hak milik kita. Nanti kita dapat mengalami sakit perut,” kata tikus yang satu lagi yang kembali mengingatkan temannya.

Suara keributan yang ditimbulkan oleh kedua ekor tikus tadi, menyebabkan kucing dan anjing terjaga dari tidur mereka. Kedua tikus itu tampak ketakutan ketika kucing menatap ke arah mereka.

“Mengapa kalian ketakutan?” tanya kucing dan anjing sambil tersenyum. “Maafkan kami, kami telah mengganggu tidur kalian,” kata salah seekor

tikus.

“Kalian tidak mengganggu tidur kami. Kalian tidak perlu takut seperti itu pada kami. Kami yang justru harus menyapa kalian lebih dulu karena pulau ini adalah tempat tinggal kalian,” kata anjing.

“Kalian baru tiba di sini. Apa yang kalian cari di sini?” tanya tikus.

“Kami sedang membantu tuan kami untuk menemukan sarung ular miliknya yang dicuri beberapa waktu yang lalu. Apakah kalian dapat membantu kami untuk menemukan sarung ular itu?” tanya kucing.

“Aku mengetahui tempat disembunyikannya sarung ular itu. Pada saat pencuri itu menyimpan dan menyembunyikannya di suatu tempat di pulau ini, aku melihatnya. Aku akan menunjukkan tempatnya pada kalian,” kata tikus.

“Sebelum kita pergi ke sana, ambillah makanan ini untuk kalian,” kata kucing yang menyodorkan sebungkus makanan kepada kedua tikus itu. Ia mendengarkan ketika kedua tikus tadi berbicara mengenai bekal makanan milik kucing dan anjing.

44

Setelah kedua tikus itu makan, mereka menuju ke gua tempat sarung ular milik Nome disembunyikan oleh pencuri. Salah seekor tikus menunjukkan tong tempat sarung ular itu disimpan. Kucing dan anjing segera mengambil tong

itu. Mereka mengguling-gulingkan tong itu agar tong itu terbuka. Akan tetapi,

tong itu tetap tidak terbuka.

“Bukan begitu cara membuka tong. Aku akan membantu kalian membuka tong ini,” kata tikus.

Seekor tikus membantu melubangi tong itu hingga sarung ular milik Nome dapat ditarik keluar dari tong. Kucing dan anjing mengambil sarung ular itu.

“Terima kasih tikus, kau telah membantu kami mendapatkan kembali sarung ular ini,” ucap kucing dan anjing.

“Ya, sama-sama. Malam ini, kalian beristirahat saja lebih dulu di pulau

ini. Besok ketika hari terang baru kalian kembali pulang,” kata tikus.

Malam itu kucing dan anjing tidur dengan nyenyak di pulau itu. Ketika

kokok ayam hutan yang ada di pulau itu terdengar barulah mereka bangun dan bersiap-siap untuk kembali pulang ke kampung. Sebelum pulang, kucing dan anjing berterima kasih pada semua hewan yang sudah membantu mereka untuk menemukan kembali sarung ular milik Nome.

“Sampai jumpa teman-teman,” kata kucing dan anjing menyampaikan salam perpisahan pada teman-teman mereka yang berada di pulau itu.

Kucing dan anjing kembali melanjutkan perjalananan mereka untuk

pulang. Mereka mengayuh perahu dengan bersemangat. Ketika tengah hari, kucing dan anjing berhenti mendayung perahu. Mereka akan menikmati sisa

bekal makanan mereka. Ternyata bekal makanan yang mereka bawa hanya tinggal sedikit.

“Aku belum kenyang,” kata anjing pada kucing.

“Makanan yang kauhabiskan sudah begitu banyak,” kata kucing.

“Kaulihat saja tubuhku ini, kucing. Tubuhku ini jauh lebih besar daripada tubuhmu. Jadi, aku memerlukan makanan yang lebih banyak daripada dirimu,” kata anjing.

“Kau harus menahan rasa lapar yang kaurasakan. Sebentar lagi kita akan sampai di rumah. Sesampainya di rumah, kita dapat meminta makan pada Nome atau pada ibunya,” kata kucing.

“Perutku terasa perih. Aku sudah tidak kuat lagi menahan rasa lapar. Bolehkan aku menggigit sedikit saja bagian perahu ini. Bukankah perahu ini berasal dari kerak nasi?” kata anjing.

Ia sudah bersiap-siap untuk menggigit salah satu bagian perahu. Sebelum kucing sempat mencegahnya, bagian perahu yang berasal dari kerak nasi itu telah dimakannya. Tiba-tiba saja perahu bergoncang dengan keras. Kucing dan anjing hampir tercebur ke dalam danau akibat perahu mereka kehilangan keseimbangan.

“Ini akibat yang terjadi karena kau menggigit bagian perahu ini,” kata kucing.

“Apakah kita dapat sampai ke kampung dengan keadaan perahu seperti ini? Apa yang harus kita lakukan sekarang?” kata anjing.

“Kita harus mengayuh perahu ini secepat-cepatnya!” kata kucing.

Kucing dan anjing mengayuh perahu dengan secepat-cepatnya. Tidak

lama kemudian mereka sudah sampai di tepi danau. Mereka segera turun dari

perahu. Lalu, mereka pulang ke kampung untuk menemui Nome.

Nome begitu gembira melihat kedatangan kucing dan anjingnya. Kucing dan anjing segera menyerahkan sarung ular yang sudah berhasil mereka dapatkan kepada Nome. Nome mengucapkan terima kasih kepada kucing dan anjingnya. Setelah kucing dan anjing menceritakan pengalaman mereka ketika menuju pulau, sarung ular itu segera diambil oleh Nome. Lalu, ia menyuruh kucing dan anjingnya untuk makan dan beristirahat.

Nome segera membakar sarung ular miliknya. Kemudian, keluarlah asap dari sarung ular yang dibakar itu. Nome mengucapkan beberapa permintaan. Cara untuk menggunakan sarung ular itu hanya diketahui oleh Nome. Oleh karena itu, ketika pencuri sarung ular beberapa waktu yang lalu mengambil sarung ular milik Nome, ia tidak mengetahui cara menggunakan sarung ular itu.

Sebentar saja di hadapan Nome sudah berdiri istana yang megah, sawah dan kebun yang sangat luas. Selain itu juga ada perhiasan yang banyak. Sekarang Nome sudah siap untuk melamar putri raja. Semua harta benda yang diperlukan untuk melamar putri raja telah tersedia. Nome segera menemui ibunya untuk melamar putri raja. Nome juga menyerahkan sebagian hartanya kepada ibunya untuk melunasi utang-utang mereka.

“Ibu akan segera membayar utang-utang kita, Nome. Utang harus segera dibayar supaya hidup kita nyaman dan tenang,” kata ibu Nome ketika menerima harta yang diberikan Nome untuk membayar utang-utang mereka.

46

7

Dalam dokumen Buku Bahan Bacaan Literasi untuk SD SMP SMA (Halaman 50-55)

Dokumen terkait