• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV JEMAAT GKIm

Pasal 23 PERJAMUAN KUDUS

1. Perjamuan Kudus adalah perjamuan yang diperintahkan Tuhan Yesus sebagai peringatan tentang pengurbanan dan kematian-Nya bagi orang-orang percaya. 2. Perjamuan Kudus harus diselenggarakan di jemaat, bakal jemaat, dan cabang

gereja GKIm minimal dua bulan sekali.

3. Majelis Jemaat GKIm Menyelenggarakan Perjamuan Kudus dengan:

a. Mewartakan waktu penyelenggaraan Perjamuan Kudus kepada jemaat selama dua hari Minggu berturut-turut.

b. Mempersiapkan anggota jemaat GKIm dengan pemahaman dan penghayatan arti Perjamuan Kudus.

c. Mengingatkan anggota jemaat GKIm untuk melakukan pemeriksaan diri dan berdoa.

4. Yang diperkenankan ikut mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus adalah: a. Anggota GKIm.

b. Anggota gereja lain yang seasas/ seajaran dengan GKIm. c. Mereka yang tidak sedang dalam penggembalaan khusus.

5. Perjamuan Kudus diselenggarakan dalam kebaktian Minggu, kebaktian Jumat Agung, atau kesempatan khusus lainnya.

6. Majelis Jemaat GKIm menyelenggarakan Perjamuan Kudus yang dilayani oleh seorang pendeta GKIm dengan mempergunakan ”Liturgi Kebaktian” yang ditetapkan Sinode GKIm.

7. Perjamuan Kudus bagi anggota jemaat GKIm yang lanjut usia atau sakit berat, sehingga tidak memungkinkan yang bersangkutan untuk menerimanya di gedung gereja, maka selama yang bersangkutan dalam keadaan sadar dan dapat memahami makna Perjamuan Kudus, dapat diselenggarakan di rumah atau di rumah sakit pada hari yang ditetapkan oleh Majelis Jemaat.

BAB VIII

PERNIKAHAN GEREJAWI Pasal 24

PERNIKAHAN GEREJAWI

1. Pernikahan Gerejawi adalah pernikahan yang dilakukan di hadapan Tuhan dan jemaat-Nya, didasari dengan kesadaran bahwa:

a. Pernikahan adalah bersatunya dua pribadi secara serius dalam kekudusan. b. Pernikahan harus berlandaskan dan di dalam nama Tuhan Yesus.

Untuk mewujudkan hal tersebut, Pernikahan Gerejawi dilaksanakan dalam kebaktian peneguhan dan pemberkatan nikah.

2. Syarat-syarat Peneguhan dan Pemberkatan Nikah:

a. Kedua atau salah seorang calon mempelai adalah anggota jemaat GKIm yang tidak sedang dalam penggembalaan khusus.

b. Dalam hal salah seorang calon mempelai belum menjadi anggota jemaat GKIm diberlakukan ketentuan sebagai berikut:

1) Bila salah seorang calon adalah anggota gereja yang seasas/seajaran dengan GKIm, harus terlebih dulu meminta surat pengantar dari majelis jemaat atau pimpinan gerejanya. Jika calon tidak dapat memperoleh surat tersebut, yang bersangkutan dapat menunjukkan Surat Baptis, Surat Pengakuan Percaya, atau surat keterangan lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

2) Bila salah seorang calon adalah anggota gereja yang tidak seasas/ seajaran dengan GKIm/ bukan Kristen, diadakan proses katekisasi dan

bimbingan pranikah dalam waktu yang masih ada, dan selanjutnya

diadakan baptisan kudus/ sidi terhadapnya.

c. Calon mengajukan permohonan tertulis yang formulasinya ditetapkan Sinode GKIm kepada Majelis Jemaat GKIm selambat-lambatnya tiga bulan sebelumnya.

d. Calon mempelai telah mengikuti bimbingan pranikah yang dilaksanakan oleh Majelis Jemaat GKIm.

3. Ketentuan-ketentuan Mengenai Bimbingan Pranikah Sebagai Berikut:

a. Bimbingan Pranikah adalah upaya gereja membekali calon mempelai untuk memasuki kehidupan pernikahan dan kehidupan keluarga Kristen.

b. Bimbingan Pranikah diselenggarakan oleh Majelis Jemaat GKIm dan dilayani oleh pendeta, penginjil (evangelis), atau oleh pakar sesuai dengan bidangnya, yang ditunjuk oleh Majelis Jemaat GKIm.

c. Bimbingan Pranikah berlangsung sekitar dua sampai tiga bulan, dilaksanakan setiap seminggu sekali dengan menggunakan ”Buku Bimbingan Pranikah” yang ditetapkan Sinode GKIm.

d. Dalam keadaan khusus, misalnya salah seorang berada di luar kota, pelaksanaan Bimbingan Pranikah diserahkan pada kebijakan Majelis Jemaat setempat, dengan ketentuan bahan bimbingan dapat diselesaikan dan tidak mengurangi bobot serta maknanya.

4. Pelaksanaan Kebaktian Peneguhan dan Pemberkatan Nikah:

a. Majelis Jemaat mewartakan nama pasangan yang akan menikah selama dua hari Minggu berturut-turut dengan tujuan memberi kesempatan kepada anggota jemaat untuk mendoakan dan mempertimbangkannya.

b. Bila masa pewartaan telah usai (hingga kebaktian terakhir pada hari Minggu kedua masa pewartaan) dan tidak ada keberatan yang sah masuk, maka

kebaktian peneguhan dan pemberkatan nikah dapat dilaksanakan dengan

menggunakan ”Liturgi Kebaktian” yang ditetapkan Sinode GKIm. Keberatan anggota jemaat dinyatakan sah apabila diajukan secara tertulis disertai nama, alamat, tanda tangan, dengan alasan yang jelas, dan masih dalam batas waktu pewartaan.

c. Jikalau ada keberatan yang sah masuk, maka Majelis Jemaat GKIm menyelidiki kebenaran alasan yang dikemukakan. Bila alasan tersebut dapat diterima maka pelaksanaan peneguhan dan pemberkatan nikah yang

bersangkutan ditangguhkan sampai persoalan tersebut sudah diselesaikan. Apapun yang terjadi, Majelis Jemaat GKIm wajib memberitahukan hasil penyelidikannya kepada yang mengajukan keberatan.

d. Majelis Jemaat GKIm memberikan Piagam Peneguhan dan Pemberkatan Nikah yang ditetapkan Sinode GKIm kepada pasangan yang bersangkutan. 5. Dalam kasus atau keadaan tertentu dapat dilaksanakan nikah gerejawi dalam

kebaktian doa atau kebaktian rumah tangga. Majelis Jemaat memberikan

Piagam Peneguhan dan Pemberkatan Nikah kepada pasangan yang bersangkutan.

6. GKIm tidak melayani peneguhan dan pemberkatan nikah bagi mereka yang kawin lari dan yang pernah bercerai.

7. Bagi suami istri yang membutuhkan Akta Pernikahan dari Kantor Catatan Sipil, Majelis Jemaat GKIm dapat memberikan Surat Pernyataan Nikah Gerejawi untuk pengakuan atas statusnya sebagai suami istri melalui bimbingan nikah dan kebaktian yang dilaksanakan oleh Majelis Jemaat GKIm.

8. Peneguhan dan pemberkatan nikah titipan adalah peneguhan dan pemberkatan

nikah bagi pasangan yang berasal dari anggota gereja yang seasas/seajaran

dengan GKIm.

Majelis Jemaat GKIm dapat menyelenggarakan kebaktian tersebut dengan ketentuan:

a. Majelis Jemaat penitip mengajukan permohonan tertulis kepada Majelis Jemaat GKIm pelaksana.

b. Bimbingan pranikah dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan antara Majelis Jemaat GKIm pelaksana dan Majelis Jemaat penitip.

c. Pewartaan dilaksanakan baik oleh Majelis Jemaat GKIm pelaksana dan juga Majelis Jemaat penitip.

d. Piagam Peneguhan dan Pemberkatan Nikah diberikan oleh Majelis Jemaat penitip.

d. Calon mempelai telah mengikuti bimbingan pranikah yang dilaksanakan oleh Majelis Jemaat GKIm.

3. Ketentuan-ketentuan Mengenai Bimbingan Pranikah Sebagai Berikut:

a. Bimbingan Pranikah adalah upaya gereja membekali calon mempelai untuk memasuki kehidupan pernikahan dan kehidupan keluarga Kristen.

b. Bimbingan Pranikah diselenggarakan oleh Majelis Jemaat GKIm dan dilayani oleh pendeta, penginjil (evangelis), atau oleh pakar sesuai dengan bidangnya, yang ditunjuk oleh Majelis Jemaat GKIm.

c. Bimbingan Pranikah berlangsung sekitar dua sampai tiga bulan, dilaksanakan setiap seminggu sekali dengan menggunakan ”Buku Bimbingan Pranikah” yang ditetapkan Sinode GKIm.

d. Dalam keadaan khusus, misalnya salah seorang berada di luar kota, pelaksanaan Bimbingan Pranikah diserahkan pada kebijakan Majelis Jemaat setempat, dengan ketentuan bahan bimbingan dapat diselesaikan dan tidak mengurangi bobot serta maknanya.

4. Pelaksanaan Kebaktian Peneguhan dan Pemberkatan Nikah:

a. Majelis Jemaat mewartakan nama pasangan yang akan menikah selama dua hari Minggu berturut-turut dengan tujuan memberi kesempatan kepada anggota jemaat untuk mendoakan dan mempertimbangkannya.

b. Bila masa pewartaan telah usai (hingga kebaktian terakhir pada hari Minggu kedua masa pewartaan) dan tidak ada keberatan yang sah masuk, maka

kebaktian peneguhan dan pemberkatan nikah dapat dilaksanakan dengan

menggunakan ”Liturgi Kebaktian” yang ditetapkan Sinode GKIm. Keberatan anggota jemaat dinyatakan sah apabila diajukan secara tertulis disertai nama, alamat, tanda tangan, dengan alasan yang jelas, dan masih dalam batas waktu pewartaan.

c. Jikalau ada keberatan yang sah masuk, maka Majelis Jemaat GKIm menyelidiki kebenaran alasan yang dikemukakan. Bila alasan tersebut dapat diterima maka pelaksanaan peneguhan dan pemberkatan nikah yang

bersangkutan ditangguhkan sampai persoalan tersebut sudah diselesaikan. Apapun yang terjadi, Majelis Jemaat GKIm wajib memberitahukan hasil penyelidikannya kepada yang mengajukan keberatan.

d. Majelis Jemaat GKIm memberikan Piagam Peneguhan dan Pemberkatan Nikah yang ditetapkan Sinode GKIm kepada pasangan yang bersangkutan. 5. Dalam kasus atau keadaan tertentu dapat dilaksanakan nikah gerejawi dalam

kebaktian doa atau kebaktian rumah tangga. Majelis Jemaat memberikan

Piagam Peneguhan dan Pemberkatan Nikah kepada pasangan yang bersangkutan.

6. GKIm tidak melayani peneguhan dan pemberkatan nikah bagi mereka yang kawin lari dan yang pernah bercerai.

7. Bagi suami istri yang membutuhkan Akta Pernikahan dari Kantor Catatan Sipil, Majelis Jemaat GKIm dapat memberikan Surat Pernyataan Nikah Gerejawi untuk pengakuan atas statusnya sebagai suami istri melalui bimbingan nikah dan kebaktian yang dilaksanakan oleh Majelis Jemaat GKIm.

8. Peneguhan dan pemberkatan nikah titipan adalah peneguhan dan pemberkatan

nikah bagi pasangan yang berasal dari anggota gereja yang seasas/seajaran

dengan GKIm.

Majelis Jemaat GKIm dapat menyelenggarakan kebaktian tersebut dengan ketentuan:

a. Majelis Jemaat penitip mengajukan permohonan tertulis kepada Majelis Jemaat GKIm pelaksana.

b. Bimbingan pranikah dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan antara Majelis Jemaat GKIm pelaksana dan Majelis Jemaat penitip.

c. Pewartaan dilaksanakan baik oleh Majelis Jemaat GKIm pelaksana dan juga Majelis Jemaat penitip.

d. Piagam Peneguhan dan Pemberkatan Nikah diberikan oleh Majelis Jemaat penitip.

BAB IX PENGGEMBALAAN

Pasal 25