• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANGKUTAN JALAN DITINJAU DARI

A. Perjanjian Pengangkutan Jalan Raya Menurut UU No. 22

Pengangkutan sebagai suatu perjanjian selalu didahului oleh kesepakatan antara pihak pengangkut dengan pihak yang diangkut dan/atau pihak pengirim. Perjanjian pengangkutan adalah persetujuan di mana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan penumpang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat dan penumpang atau pemilik barang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan.36

Perjanjian pada dasarnya telah diatur pada pasal 1320 KUHPerdata, dimana disebutkan untuk sahnya suatu perjanjian maka harus mengikuti ketentuan berikut37

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya :

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan c. Suatu hal tertentu

d. Suatu sebab yang halal

Perjanjian pengangkutan pun tunduk kepada syarat sahnya suatu perjanjian yang dikemukakan tersebut, dimana pihak-pihak dalam perjanjian pengangkutan

36

Suwardjoko P. Warpani, op.cit, hal 2 37

R. Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 2004, hal 339

sepakat dan cakap untuk melakukan perjanjian. Cakap dalam hal ini berarti dewasa dan tidak menderita suatu kelainan jiwa. Lalu perjanjian pengangkutan itu untuk melakukan sesuatu pengangkutan yang dalam proses dan isi dalam pengangkutan itu tidak melanggar hukum atau tidak membawa barang-barang yang dilarang oleh hukum.

Perjanjian pengangkutan biasanya diadakan secara lisan dengan didukung oleh dokumen pengangkutan yang bersifat mengikat kepada kedua belah pihak. Dokumen pengangkutan merupakan sebagai bukti bahwa perjanjian pengangkutan sudah terjadi dan wajib dilaksanakan oleh para pihak yang mengadakan perjanjian. Dokumen untuk pengangkutan penumpang lazim disebut tiket atau karcis pengangkutan, sedangkan dokumen untuk pengangkutan barang disebut surat muatan. Namun untuk pengangkutan yang bersifat masif dan penting serta bernilai mahal biasanya para pihak selalu mengadakan perjanjian pengangkutan secara tertulis.

Ada beberapa alasan yang menyebabkan para pihak menginginkan perjanjian pengangkutan dilakukan secara tertulis, yaitu38

a. Kedua belah pihak ingin memperoleh kepastian mengenai hak dan kewajiban masing-masing

:

b. Kejelasan rincian mengenai objek, tujuan, dan beban risiko para pihak c. Kepastian dan kejelasan cara pembayaran dan penyerahan barang d. Menghindari berbagai macam tafsiran arti kata dan perjanjian

e. Kepastian mengenai waktu, tempat, dan alasan apa perjanjian berakhir

38

f. Menghindari konflik pelaksanaan perjanjian akibat ketidakjelasan maksud yang dikehendaki para pihak

Dalam perjanjian pengangkutan ada subjek dan objek perjanjian pengangkutan. Subjek hukum adalah pendukung kewajiban dan hak. Subjek hukum pengangkutan adalah pendukung kewajiban dan hak dalam hubungan hukum pengangkutan, yaitu pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam proses perjanjian sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan.39

Kewajiban dan hak pihak-pihak diklasifikasikan menjadi kewajiban dan hak utama, kewajiban dan hak pelengkap. Dasar pembedaanya adalah pada akibat hukum jika terjadi pelanggaran. Apabila kewajiban dan hak utama dilanggar/tidak terpenuhi, dapat mengakibatkan pembatalan perjanjian. Kewajiban dan hak utama adalah yang berkenaan dengan biaya pengangkutan dan dokumen pengangkutan. Apabila kewajiban dan hak pelengkap dilanggar/tidak terpenuhi, hanya dapat

Sedangkan objek perjanjian pengangkutan adalah hal yang diperjanjikan dalam perjanjian pengangkutan tersebut.

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses pengangkutan mempunyai kewajiban dan hak yang telah diatur oleh undang-undang dan pada umumnya kewajiban dan hak pihak-pihak dalam praktik perjanjian pengangkutan telah dirumuskan dalam perjanjian yang mereka buat. Jika dalam ketentuan undang-undang dan dalam dokumen perjanjian tidak disebutkan kewajiban dan hak para pihak, maka yang diikuti adalah kebiasaan yang berlaku dalam praktik pengangkutan.

39

mengakibatkan pembayaran ganti kerugian. Kewajiban dan hak pelengkap adalah yang berkenaan dengan barang bawaan penumpang, penyimpanan dan penunjukan dokumen, dan syarat-syarat ringan lainnya.40

a. Kegiatan gerak pindah kendaraan, orang, dan/atau barang di jalan

Perjanjian pengangkutan yang dibahas dalam bab ini adalah perjanjian pengangkutan jalan, dimana dalam proses penyelenggaraan pengangkutan jalan ini tunduk kepada Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Lalu lintas dan angkutan jalan itu sendiri tercantum pada Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 yang berbunyi :

“Lalu lintas dan Angkutan Jalanadalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas lalu lintas, angkutan jalan, jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, pengemudi, pengguna jalan, serta pengelolaannya.”

Dalam Pasal 4 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 mengatur ruang lingkup keberlakuan undang-undang yaitu mengatur penyelenggaraan lalu lintas dan jalan dengan ruang lingkup keberlakuan untuk membina dan menyelenggarakan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib dan lancar melalui :

b. Kegiatan yang menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendukung lalu lintas dan angkutan jalan

c. Kegiatan yang berkaitan dengan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, pendidikan berlalu lintas, manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta penegakan hukum lalu lintas dan angkutan jalan.

Menurut UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, tidak menyebutkan secara pasti rincian mengenai definisi perjanjian pengangkutan. Undang-undang ini lebih mengarah kepada penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan sebagai tindak lanjut dari perjanjian pengangkutan jalan. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan ini diselenggarakan dengan memperhatikan asas transparan, akuntabel, berkelanjutan, partisipatif, bermanfaat, efisien dan efektif, seimbang, terpadu serta mandirisebagaimana tercantum pada Pasal 2 UU No. 22 Tahun 2009. Dengan tujuan penyelenggaraan yang tercantum pada UU No. 22 tahun 2009 Pasal 3 yaitu :

a. Terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa

b. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa

c. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.

Oleh karena itu wajiblah bagi para pihak yang bersangkutan dalam pengangkutan jalan untuk menaati segala aturan yang ada dalam undang-undang ini demi tercapainya tujuan dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan terlebih lagi kepada kendaraan bermotor umum yaitu setiap kendaraan yang digunakan untuk angkutan barang dan/atau orang dengan dipungut bayaran.

Adapun mengenai penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan dalam kegiatan pelayanan langsung kepada masyarakat dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, badan hukum, dan/atau masyarakat. Penyelenggaraan lalu

lintas dan angkutan jalan oleh pemerintah dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi instansi masing-masing, dan khusus untuk urusan pemerintahan di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, oleh kementerian negara yang bertanggung jawab dibidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan. Dalam hal ini kementerian yang bertanggung jawab di bidang tersebut adalah Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. Penyelenggaraan di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud tercantum pada Pasal 9 UU No. 22 Tahun 2009 yang meliputi :

a. Penetapan rencana umum lalu lintas dan angkutan jalan b. Manajemen dan rekayasa lalu lintas

c. Persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor d. Perizinan angkutan umum

e. Pengembangan sistem informasi dan komunikasi di bidang sarana dan prasaran lalu lintas dan angkutan jalan

f. Pembinaan sumber daya manusia penyelenggara sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan

g. Penyidikan terhadap pelanggaran perizinan angkutan umum, persyaratan teknis dan kelaikan jalan kendaraan bermotor yang memerlukan keahlian dan/atau peralatan khusus yang dilaksanakan sesuai ketentuan undang-undang ini.

Di dalam perjanjian pengangkutan yang melakukan proses pengangkutan barang dan/atau orang dilakukan dengan memakai alat angkutan baik bermotor maupun tidak bermotor. Angkutan tersebut biasanya merupakan angkutan umum yang merupakan sarana angkutan bagi masyarakat yang diselenggarakan dalam upaya memenuhi kebutuhan angkutan yang selamat, aman, nyaman dan

terjangkau yang merupakan tanggung jawab pemerintah atas penyelenggaraan angkutan umum. Angkutan umum, khususnya angkutan orang yang diatur dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 68 Tahun 1993 yang telah diperbaharui menjadi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 84 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum dan Keputusan Menteri Perhubungan Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan. Selain dari angkutan umum penumpang, angkutan barang juga salah satu angkutan yang digunakan untuk mengantar muatan barang yang diperjanjikan dalam perjanjian pengangkutan. Angkutan barang dengan kendaraan bermotor wajib menggunakan mobil barang. Mengenai kendaraan yang digunakan dalam pengangkutan orang dan barang diatur lebih lanjut pada Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2014 tentang Pengangkutan Jalan. Pelayanan angkutan orang dengan kendaraan bemotor umum terdiri atas angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek dan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalam trayek.

Jenis pelayanan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek dibagi atas beberapa jenis sesuai dengan yang tercantum pada UU No. 22 Tahun 2009 Pasal 142 yaitu terdiri atas :

a. Angkutan lintas batas negara b. Angkutan antarkota antar provinsi c. Angkutan antarkota dalam provinsi d. Angkutan perkotaan

Di dalam UU No. 22 Tahun 2009 Pasal 143 juga mengatur tentang kriteria pelayanan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek yang harus:

a. Memiliki rute tetap dan teratur

b. Terjadwal, berawal, berakhir, dan menaikkan atau menurunkan penumpang di terminal untuk angkutan antarkota dan lintas batas negara

c. Menaikkan dan menurunkan penumpang pada tempat yang ditentukan untuk angkutan perkotaan dan pedesaan.

Sedangkan pelayanan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalam trayek diatur pada Pasal 151 UU No. 22 Tahun 2009 yang terdiri atas: a. Angkutan orang dengan menggunakan taksi

b. Angkutan orang dengan tujuan tertentu c. Angkutan orang untuk keperluan pariwisata d. Angkutan orang di kawasan tertentu.

Angkutan barang dengan kendaraan bermotor umum terdiri atas angkutan barang umum dan angkutan barang khusus. Sebagaimana diatur dalam UU No. 22 Tahun 2009 Pasal 161, mengatur bahwa pengangkutan barang umum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Prasarana jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelas jalan

b. Tersedia pusat distribusi logistik dan/atau tempat untuk memuat dan membongkar barang

c. Menggunakan mobil barang yaitu kendaraan bermotor yang dirancang sebagian atau seluruhnya untuk mengangkut barang.

Sedangkan pada Pasal 162 UU No. 22 Tahun 2009 menyebutkan bahwa kendaraan bermotor yang mengangkut barang khusus wajib :

a. Memenuhi persyaratan keselamatan sesuai dengan sifat dan bentuk barang yang diangkut

b. Diberi tanda tertentu sesuai dengan barang yang diangkut c. Memarkir kendaraan di tempat yang ditetapkan

d. Membongkar dan memuat barang di tempat yang ditetapkan dan dengan menggunakan alat sesuai dengan sifat dan bentuk barang yang diangkut

e. Beroperasi pada waktu yang tidak mengganggu keamanan, keselamatan, kelancaran dan ketertban lalu lintas dan angkutan jalan

f. Mendapat rekomendasi dari instansi terkait.

Untuk kendaraan bermotor umum yang mengangkut alat berat dengan dimensi yang melebihi dimensi yang ditetapkan dalam Pasal 19 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 harus mendapat pengawalan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pengemudi dan pembantu pengemudi kendaraan bermotor umum yang mengangkut barang khusus wajib memiliki kompetensi tertentu sesuai dengan sifat dan bentuk barang khusus yang diangkut.

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar kendaraan yang digunakan dalam angkutan jalan adalah kendaraan bermotor. Setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan harus memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan. Dengan adanya persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor maka diharapkan tercapainya tujuan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, lancar dan terpadu

B.Uji Laik Jalan Dalam Penyelenggaraan Angkutan Jalan dan Lalu Lintas

Dokumen terkait