• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERKEMBANGAN USAHA PERASURANSIAN DAN PERBANKAN

C. Perkembangan Bancassurance di Indonesia

Dalam sejarahnya, perkembangan bancassurance dipelopori dari Eropa. Di

benua asalnya tersebut, bancassurance tumbuh dengan pesat dalam hal jumlah

premi yang dijual melalui bank. Menurut data tahun 2000, jumlah premi baru       

64

yang diperoleh melalui bancassurance di Perancis dan Portugis besarnya 70 persen dari total premi baru. Di Belgia 62 persen, Swedia 30 persen, dan Australia 50 persen. Sementara di Asia, perkembangan tidak kalah menarik. Pada tahun 2000, di Malaysia kanal ini telah menghasilkan premi bisnis baru asuransi jiwa sebesar 6,6 miliar ringgit Malaysia. Jumlah tersebut merupakan 48 persen dari total premi bisnis baru. Sementara Singapura berkisar antara 20-30 persen dan

Cina sebesar 28 persen dari total premi bisnis baru.65

Di Indonesia, bancassurance mulai diperkenalkan pada pertengahan tahun

1990-an oleh Bank Lippo dengan Lippo Life yang dikenal dengan produk Warisan. Produk Warisan dinilai sukses, kemudian diikuti produk-produk lain, seperti Tabungan Pendidikan Bank Niaga-Cigna, dan juga berbagai produk asuransi kesehatan, seperti dilakukan Bank Danamon dan bank-bank besar lainnya.

Menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia Eddy

Berutu, kerja sama antara bank dan perusahaan asuransi dalam bancassurance

bervariasi. Namun, secara umum ada tiga kelompok, yakni perjanjian pemasaran (distribution agreement) yaitu kerja sama yang paling umum dilakukan termasuk di Indonesia.

Pola kerja sama yang lebih kompleks adalah perjanjian aliansi strategis (strategic alliance agreement) dan kelompok jasa keuangan (financial services group). Dua bentuk kerja sama yang terakhir ini biasanya

mengintegrasikanoperasi antara bank di depan dan asuransi di belakang (front and

      

65

back-end operations) dalam rangka menawarkan produk asuransi kepada nasabah bank.

Biasanya, dalam pertumbuhan premi baru, pola kerja sama ini ditandai

dengan penyatuan merek (integrated branding) antara bank dan asuransi. Dalam

banyak kesempatan, kerjasama seperti ini tercermin dalam kepemilikan silang

antara perusahaan asuransi dan perbankan.66

Selama ini kerjasama bank dan asuransi lebih banyak meliputi asuransi

jiwa termasuk kecelakaan, asuransi kesehatan, asuransi kerugian seperti

kendaraan, kebakaran dan unit link. Pada tahun-tahun awal, bancassurance hanya

sebatas antara bank yang dibawah satu grup, namun sejak tiga tahun belekangan ini banyak bank yang melakukan kerja sama dengan banyak perusahaan asuransi. Tidak bisa dipungkiri, bank memang hanya mau bekerja sama dengan perusahaan asuransi yang punya reputasi baik.

Direkur Biro Riset Info Bank Eko B. Supriyanto mengatakan, bancassurance sebagai salah satu metode pemasaran akan memberikan keuntungan dimana nasabah dapat memperoleh layanan produk, baik produk asuransi maupun bank, dalam satu atap. Selain itu, nasabah memperoleh kenyamanan dan kemudahan karena umumnya bank bekerja-sama dengan perusahaan asuransi terpilih dibandingkan dengan jika nasabah harus memilih sendiri asuransinya. Nasabah juga mendapatkan standar layanan yang sama dari

bank.67

      

66

http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=1624, diakses pada tanggal 07 September 2010.

67

Bagi bank, melakukan aktivitas bancassurance adalah untuk melengkapi

produk yang sudah ada, untuk meningkatkan pendapatan nonbunga (fee based

income), serta alternative untuk mencari sumber dana karena sudah pasti dana yang disetor oleh nasabah melalui bank yang bersangkutan.

Keuntungan lain, bank dapat melakukan cross selling bagi satu nasabah

dengan produk bank yang dimiliki, seperti kartu kredit, kredit pemilikan rumah (KPR), dan kredit pemilikan mobil (KPM), atau deposito, giro, dan tabungan di

sisi dana. Sistem bancassurance dapat dikatakan lebih efisien dan efektif dalam

upaya meningkatkan pendapatan premi sebab lebih mudah menjaring nasabah dari bank bersangkutan. Apalagi, di Indonesia kalau mendengar asuransi tentu sepercaya kalau yang menjual bank. Orang lebih percaya bank daripada asuransi. Berdasarkan data Dewan Asuransi Indonesia, dalam waktu kurang dari dua tahun, sejak Oktober 2003, AXA Mandiri berhasil menempati posisi dinomor tiga dalam pasar asuransi jiwa di Indonesia dari segi pendapatan premi baru bisnis individu. Pangsa pasarnya 10 persen, dibawah AIG Life (13,3 persen) dan Prudential (11,8

persen).68

Produk bancassurance akan tetap marak dan mempunyai potensi yang

cukup besar. Jika saat ini hanya ada empat sampai lima juta pemegang polis atau

hanya 2 persen dari populasi penduduk Indonesia, maka bancassurance akan

mempunyai peluang lebih besar karena nasabah bank sekarang ini mencapai 40 juta sampai 45 juta nasabah. Jadi, masih ada sekitar 40 juta nasabah yang bisa digaet perusahaan asuransi.

      

68

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di zaman sekarang asuransi memegang peranan penting dalam memberikan kepastian proteksi bagi manusia yang bersifat komersial maupun bukan komersial. Asuransi dapat memberikan proteksi terhadap kesehatan, pendidikan, hari tua, harta benda maupun kematian. Salah satu kebutuhan hidup yang tak kalah penting di era globalisasi ini adalah kebutuhan akan jasa asuransi. Hal inilah yang mendorong berkembang pesatnya perusahaan asuransi. Banyaknya penduduk yang khawatir akan jaminan keselamatan hidupnya. Berdasarkan kenyataan tersebut banyak bermunculan perusahaan-perusahaan asuransi yang menawarkan berbagai jenis polis, salah satunya pada saat sekarang ini yaitu Sunlife Financial.

Seorang manusia di dalam suatu masyarakat sering menderita suatu kerugian karena akibat dari suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya mendapat kecelakaan dalam perjalanan di darat, di laut atau di udara. Kalau kerugian ini hanya kecil sehingga dapat ditutup dengan uang simpanan, maka kerugian itu tidak begitu terasa. Lain halnya apabila uang simpanan tidak mencukupi untuk kerugian itu, maka orang akan betul-betul menderita. Untuk itulah, jaminan-jaminan perlindungan terhadap keadaan-keadaan tersebut di atas sangat diperlukan oleh setiap masyarakat yang ingin mengantisipasi apabila keadaan di luar dugaan yaitu risiko yang terjadi.

Risiko tidak lain adalah beban kerugian yang diakibatkan karena suatu peristiwa di luar kesalahannya, misalkan : rumah seseorang terbakar sehingga pemiliknya mengalami kerugian. Inilah resiko yang harus ditanggung pemiliknya.

Risiko diartikan pula sebagai kerugian yang tidak pasti (uncertainty of financial

loss); di dalamnya terdapat dua unsur, yaitu ketidakpastian dan kerugian. Karena besarnya resiko ini dapat diukur dengan nilai barang yang mengalami peristiwa di luar kesalahan pemiliknya, resiko ini dapat dialihkan pada perusahaan asuransi kerugian dalam bentuk pembayaran klaim asuransi. Pengalihan resiko ini diimbangi dalam bentuk pembayaran premi pada perusahaan asuransi kerugian (penanggung) setiap bulan atau tahun., bergantung pada perjanjian yang tertuang dalam polis. Manfaat peralihan resiko inilah yang diperoleh konsumen

(tertanggung).1

Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi di segala bidang yang membawa dampak cukup besar bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Tingkat perkembangan ekonomi dunia dewasa ini ditandai dengan globalisasi di segala bidang yang diiringi pula oleh tingginya tingkat mobilitas penduduk, lalu lintas uang dan barang dalam arus perdagangan serta semakin pesatnya pertarungan bisnis. Di sisi lain beban tugas pemerintah semakin berat karena semakin tingginya tuntutan peningkatan kesejahteraan rakyat.

Asuransi dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,       

1

kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang

didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.2

Dalam industri jasa yang paling banyak diatur lewat regulasi pemerintah adalah yang bergerak di bidang sektor jasa keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat, seperti pada perbankan dan asuransi. Salah satu yang semakin berkembang seiring dengan meningkatnya kemakmuran rakyat adalah perkembangan industri asuransi . Dewasa ini industri asuransi telah menjadi suatu bidang usaha atau bisnis yang menarik dan mempunyai peranan yang tidak kecil dalam kehidupan ekonomi maupun dalam pembangunan ekonomi terutama dalam bidang pendanaan . Perkembangan usaha asuransi tidak hanya memberi dampak positif pada pemegang polis, perusahaan asuransi dan mereka yang terlibat didalamnya, tetapi juga memberikan kenikmatan pada seluruh anggota masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada dana yang dikumpulkan oleh perusahaan asuransi melalui penarikan premi bagi pemegang polis yang oleh perusahaan asuransi akan di investasikan lebih lanjut di bidang bidang bisnis yang produktif. Investasi tersebut akan sangat berperan dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Seiring dengan perkembangan bisnis asuransi yang semakin cepat maka perusahaan pun mulai meningkatkan layanannya dengan menciptakan layanan yang cepat, efisien dan efektif.

Salah satu upaya untuk menciptakan efisiensi tersebut, perusahaan asuransi menyiapkan draft-draft perjanjian dalam polis asuransinya, dalam bentuk tercetak dan menjadikan kontrak atau perjanjian menjadi baku. Dalam situasi kontrak yang diciptakan dalam keadaan tercetak dan diupayakan dalam bentuk baku oleh perusahaan asuransi, sering terjadi pihak konsumen menjadi pihak yang lemah.

Dewasa ini, banyak perusahaan-perusahaan asuransi yang menawarkan berbagai jenis polis asuransi yang dapat digunakan atau dimiliki oleh setiap masyarakat, salah satunya seperti yang terdapat pada Sunlife Financial Indonesia.

Salah satu produk polis asuransi yang ditawarkan adalah Bancassurance.

Bancassurance merupakan suatu produk patungan atau kerjasama antara Bank Penerbit kartu kredit atau rekening tabungan dengan suatu Perusahaan Asuransi.

Dalam hal ini, Bank bertugas untuk menjual dengan direct atau tele marketing dan

proses pembayaran untuk itu dapat dilakukan dengan autodebet credit card atau

rekening tabungan. Sedangkan perusahaan Asuransi, bertugas dalam segala hal

yang berhubungan dengan Polis Asuransi, dimulai dari penerbitan polis, claim

asuransi, perubahan polis, pemulihan polis, dan lain-lain. Berkembang pesatnya usaha-usaha pertanggungan atau perasuransian di Indonesia, baik itu pertanggungan kerugian atau pertanggungan jiwa yang diselenggarakan pemerintah atau swasta menuntun masyarakat untuk mengerti akan tujuan dan manfaat dari salah satu bentuk polis asuransi pada Sunlife Financial Indonesia

yaitu Bancassurance. Produk Bancassurance memiliki beberapa varian, mulai

dari asuransi pendidikan, asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi kecelakaan, sampai dengan investasi.

Bisnis Perasuransian di Indonesia hampir sama tuanya dengan bisnis perbankan. Nama-nama perusahaan asuransi jiwa, seperti Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 tergolong perusahaan asuransi yang cukup dikenal masyarakat. Nama-nama beken lainnya, seperti Dharmala Manulife, Lippo Life, New Hampshire Agung, Asuransi Cigna Indonesia, Asuransi Astra Buana, Asuransi Jiwa Buana Putra, Sewu New York Life, dan sebagainya, tak mau kalah dalam persaingan bisnis ini. Sayangnya, jika dibandingkan dengan industri perbankan, industri perasuransian kurang banyak mendapat perhatian konsumen. Sebagian besar konsumen cenderung memisahkan sebagian penghasilannya untuk disimpan di bank daripada digunakan untuk asuransi. Konsumen masih sering merasakan bahwa asuransi tak melindungi aktivitasnya, bahkan cenderung merugikannya

meskipun kesan itu tak semuanya benar.3

Seperti gambaran yang telah dipaparkan di atas, maka sering timbul permasalahan yang berupa perilaku para pengusaha cenderung menyalah- fungsikan ide efisiensi dan kecepatan pelayanan, yang melatarbelakangi penyiapan draft-draft perjanjian asuransi dalam bentuk tercetak, menjadi kontrak- kontrak yang secara situasional atau teknis diupayakan bersifat baku dengan tujuan untuk melindungi kepentingan setiap pelaku usaha, termasuk untuk melindungi pihak pengusaha dari potensi-potensi kerugian atau kewajiban- kewajiban lain yang secara normal, sebenarnya masih merupakan konsekuensi yang harus ditanggungnya.

Dalam penjelasan atas undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, disebutkan antara lain bahwa faktor utama yang menjadi       

kelemahan konsumen adalah tingkat kesadaran konsumen akan haknya masih rendah. Konsumen cenderung belum memiliki pengetahuan tentang haknya. Hal ini terutama disebabkan oleh rendahnya pendidikan konsumen. Oleh karena itu, Undang-undang Perlindungan Konsumen dimaksudkan menjadi landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat untuk melakukan upaya pemberdayaan konsumen melalui pembinaan

dan pendidikan konsumen.4

Pentingnya perlindungan hukum bagi konsumen disebabkan posisi tawar konsumen yang lemah. Perlindungan hukum terhadap konsumen mensyaratkan adanya pemihakan kepada posisi tawar yang lemah (konsumen). Perlindungan hukum bagi konsumen adalah suatu masalah yang besar, dengan persaingan global yang terus berkembang. Perlindungan hukum sangat dibutuhkan dalam persaingan dan banyaknya produk serta layanan yang menempatkan konsumen dalam posisi tawar yang lemah. Perlindungan hukum bagi konsumen dalam

bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh Negara. 5

Di samping itu, penulis merasakan masih sedikit informasi yang penulis

ketahui tentang Perlindungan Hukum bagi pemegang Polis Bancassurance yang

terdapat pada Sunlife Financial Indonesia ini, oleh sebab itulah penulis memilih asuransi jenis ini sebagai penambah pengetahuan tentang perlindungan konsumen asuransi. Selain itu juga untuk memenuhi kewajiban menyelesaikan sebuah karya tulis dalam bentuk skripsi yang dapat disumbangkan kepada almamater.

      

  4

 Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

5

Selain itu, kemungkinan juga masih banyak masyarakat awam yang belum mengetahui tentang Perlindungan Hukum bagi para pemegang polis asuransi jenis Bancassurance, untuk itulah penulis merasa tertarik untuk memilih judul tersebut sebagai bahan skripsi.

B. Perumusan Masalah

Suatu pengajuan permasalahan bertujuan untuk membatasi ruang lingkup permasalahan agar tidak melebar sehingga akan mengaturkan tujuan pembahasan, yang dapat dikatakan bahwa pembahasan dapat menjawab permasalahan tersebut.

Sehubungan dengan tingkah laku dari pelaku usaha yang tersebut di atas, dapat dirumuskan pokok permasalahan, yaitu :

1. Bagaimanakah sistem perlindungan hukum yang diterapkan dan diberikan

oleh Sunlife Financial Indonesia terhadap pemegang polis Bancassurance?

2. Bagaimanakah bentuk penyelesaian klaim dan ganti kerugian yang

diberikan oleh Sunlife Financial kepada pemegang polis Bancassurance

yang dirugikan?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Penulisan dalam rangka penyusunan skripsi ini mempunyai tujuan yang hendak dicapai, sehingga penulisan skripsi ini diharapkan akan lebih terarah serta dapat mengenai sasarannya. Adapun tujuan utama dari penulisan skripsi ini antara lain adalah sebagai sarana untuk melengkapi tugas akhir dalam memenuhi syarat akademik untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Terkait dengan permasalahan yang hendak dibahas dalam penulisan ini, maka tujuan yang lain yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh Sunlife

Financial Indonesia terhadap para pemegang polis Bancassurance.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan terhadap penyelesaian klaim dan ganti

kerugian konsumen antara Sunlife Financial Medan dengan pemegang polis Bancassurance serta bentuk pemberian ganti rugi yang diberikan kepada

pemegang polis Bancassurance yang dirugikan.

Sedangkan manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Secara teoritis

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan secara umum dan ilmu hukum secara khususnya dan lebih khususnya lagi mengenai perkembangan di bidang asuransi dan khususnya perlindungan konsumen.

2. Secara praktis

Diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi kalangan praktisi dan pengusaha Perusahaan Asuransi terutama dalam pemberian perlindungan hukum agar setiap konsumen pemegang polis dapat terhindar dari segala kerugian atau kewajiban yang melebihi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara, khususnya Fakultas Hukum, di dapati bahwa “Aspek Perlindungan Hukum bagi

Pemegang Polis Bancassurance (produk kerjasama antara Bank dan Perusahaan Asuransi)“, belum pernah ada yang meneliti dan dijadikan sebagai objek penulisan skripsi sebelumnya.

Penulisan skripsi ini adalah asli dari ide, gagasan, pemikiran, dan usaha Penulis sendiri dengan adanya bantuan dan bimbingan dari dosen pembimbing Penulis, tanpa adanya penipuan, penjiplakan, atau hal-hal lainnya yang dapat merugikan para pihak tertentu. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian untuk skripsi ini adalah asli. Dan untuk itu, Penulis dapat bertanggung jawab atas keaslian penulisan skripsi ini.

E. Tinjauan Kepustakaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “perlindungan” memiliki arti : tempat berlindung; hal (perbuatan dan sebagainya) yang bertujuan untuk

memperlindungi (menjadikan atau menyebabkan berlindung).6

Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya       

6

kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Berdasarkan pengertian di atas, bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya

aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan.7

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi itu sendiri dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Berdasarkan asas yang digunakan dalam perbankan, maka tujuan perbankan Indonesia adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional untuk meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasilnya, pertumbuhan ekonomi,

dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.8

Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998, fungsi bank di Indonesia adalah:

a. Sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat Bank bertugas

mengamankan uang tabungan dan deposito berjangka serta simpanan dalam rekening koran atau giro. Fungsi tersebut merupakan fungsi utama bank.

b. Sebagai penyalur dana atau pemberi kredit Bank memberikan kredit bagi

masyarakat yang membutuhkan terutama untuk usaha-usaha produktif.9

Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan       

7

Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

8

diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya

seseorang yang dipertanggungkan.10

Hidup penuh dengan risiko yang terduga maupun tidak terduga, oleh karena itulah kita perlu memahami tentang asuransi. Beberapa kejadian alam yang terjadi pada tahun-tahun belakangan ini dan memakan banyak korban, baik korban jiwa maupun harta, seperti mengingatkan kita akan perlunya asuransi. Bagi setiap anggota masyarakat termasuk dunia usaha, resiko untuk mengalami

ketidakberuntungan (misfortune) seperti ini selalu ada. Dalam rangka mengatasi

kerugian yang timbul, manusia mengembangkan mekanisme yang saat ini kita kenal sebagai asuransi.

Fungsi utama dari asuransi adalah sebagai mekanisme untuk mengalihkan

resiko (risk transfer mechanism), yaitu mengalihkan resiko dari satu pihak

(tertanggung) kepada pihak lain (penanggung). Pengalihan resiko ini tidak berarti

menghilangkan kemungkinan misfortune, melainkan pihak penanggung

menyediakan pengamanan finansial (financial security) serta ketenangan (peace

of mind) bagi tertanggung. Sebagai imbalannya, tertanggung membayarkan premi dalam jumlah yang sangat kecil bila dibandingkan dengan potensi kerugian yang mungkin dideritanya.

Pada dasarnya, polis asuransi adalah suatu kontrak yakni suatu perjanjian yang sah antara penanggung (dalam hal ini perusahaan asuransi) dengan tertanggung, dimana pihak penanggung bersedia menanggung sejumlah kerugian

yang mungkin timbul dimasa yang akan datang dengan imbalan pembayaran (premi) tertentu dari tertanggung.

Asuransi dalam terminologi hukum merupakan suatu perjanjian, oleh karena itu perjanjian itu sendiri perlu dikaji sebagai acuan menuju pada pengertian perjanjian asuransi. Di samping itu karena acuan pokok perjanjian asuransi tetap pada pengertian dasar dari perjanjian.

Asuransi dalam Undang-Undang No.2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,

kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab

hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang

didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.11

Badan yang menyalurkan risiko disebut "tertanggung", dan badan yang menerima resiko disebut "penanggung". Perjanjian antara kedua badan ini disebut kebijakan. Kebijakan ini adalah sebuah kontrak legal yang menjelaskan setiap istilah dan kondisi yang dilindungi. Biaya yang dibayar oleh "tetanggung" kepada "penanggung" untuk risiko yang ditanggung disebut "premi". Ini biasanya ditentukan oleh "penanggung" untuk dana yang bisa diklaim di masa depan, biaya administratif, dan keuntungan.

Menurut Kamus Hukum, Overeenkomst yakni perjanjian; persetujuan;

kontrak mempunyai arti sebagai “perbuatan hukum yang diadakan oleh dua orang

Dokumen terkait