DAFTAR PUSTAKA
Buku, Makalah, Skripsi :
Barkatulah, Abdul Halim. Hukum Perlindungan Konsumen Kajian Teoritis dan Perkembangan Pemikiran. Bandung, Nusa Media : 2008.
Darwini, T. Diktat Hukum Perdata, Medan : 2007.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai Pustaka : 1996.
Hartono, Sri Rejeki. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Jakarta, Sinar Grafika : 1995.
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta, Rajagrafindo Persada : 2008.
Muhammad, Abdulkadir. Hukum Asuransi Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti : 2006.
Marhainis, Abdul Hay. Hukum Perbankan, Jakarta, Pradnya Paramita : 1997. Nasution, Az. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta, Diadit Media : 2002. Salim, H. Abbas. Asuransi dan Manajemen Resiko, Jakarta, RajaGrafindo Persada
: 2003.
Sastrawidjaja, Man Suparman. Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung Asuransi Deposito Usaha Perasuransian. Bandung, Penerbit Alumni : 1997.
Shofie, Yusuf. Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya. Bandung, PT. Citra Aditya Bakti : 2003.
Sidabalok, Janus. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Bandung, Citra Aditya Bakti : 2000.
Subekti. Hukum Perjanjian. Jakarta, Penerbit Alumni : 1982.
Sumartini, L. Kamus Hukum Umum Bahasa Belanda-Indonesia. Jakarta, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI : 1999.
Sunlife Financial, Sunlife Financial Indonesia Profile Book.
Sunlife Financial, Briliant Participant Book, Sales Training Department.
Sutedi, Adrian. Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen.
Bogor, Ghalia Indonesia : 2008.
Tutik, Titik Triwulan. Pengantar Hukum Perdata di Indonesia. Jakarta, Prestasi Pustaka : 2006.
Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani. Hukum Tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta, PT. Gramedia Pustaka : 2003.
Peraturan Perundang-undangan :
Bank Indonesia, Surat Edaran Nomor 6/43/DPNP.
Menteri Keuangan Republik Indonesia, Keputusan tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, Keputusan
Nomor 426/KMK.06/2003.
Republik Indonesia, Undang tentang Usaha Perasuransian, Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992.
Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Perbankan, Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998.
Republik Indonesia, Undang tentang Perlindungan Konsumen, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999.
Subekti, R dan R. Tjitrosudibio. 2004. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.
Internet :
Anonim. “Asuransi”, http://id. Wikipedia.org, diakses tanggal 28 Agustus 2010 Anonim. “Hak Pemegang Polis tetap Harus Dibayar”, www.bisnis.com, diakses
28 Agustus 2010.
Anonim. https://www.maa.com.my/Document/InvestorCorner/Indonesia.pdf, diakses 05 September 2010.
Anonim. http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=1624, diakses 07 September 2010.
Anonim. http://www.media-asuransi.com/sejarah-asuransi.html, diakses 05 September 2010.
Anonim. ://www.afand.cybermq.com/post/detail/2357/sejarah-perbankan--pengertian-asas-fungsi-dan-tujuan, diakses 05 September 2010.
BAB III
SISTEM PERLINDUNGAN HUKUM YANG DITERAPKAN DAN
DIBERIKAN SUNLIFE FINANCIAL TERHADAP PEMEGANG POLIS
A. Sejarah Sunlife Financial Indonesia dan Produk Bancassurance
1. Sejarah Sunlife Financial
Sun Life Financial berdiri pada tahun 1871 di Toronto, Canada, sebagai
salah satu perusahaan Asuransi Jiwa terkemuka di Canada. Sun Life Financial
berkantor pusat di Toronto, Canada. Sun Life Financial merupakan salah satu
perusahaan asuransi yang terbesar di Canada (Asset Under Management). Sun
Life Financial bergerak di bidang Asuransi Jiwa dan Wealth Management
(Pengelolaan asset/ kekayaan). Sun Life Financial berada di 4 benua yaitu Asia,
Amerika, Eropa, dan Australia. Sun Life Financial merupakan perusahaan yang
sangat besar dan dinamis, yang tersebar di 17 negara, dan memiliki lebih dari 300
cabang serta lebih dari 8 juta orang nasabah di seluruh dunia.69
Sun Life Financial adalah organisasi penyedia layanan jasa keuangan
internasional terkemuka yang berpusat di Toronto, Canada yang menyediakan
berbagai macam produk jasa keuangan dan proteksi untuk nasabah individu dan
korporasi. Total asset under management CDN Sun Life Financial per 31
Desember 2001 sebesar $ 352 Milyar. Sun Life Financial mendapat nilai AA+
(Sangat Kuat/Very Strong) dari Standard & Poor’s dalam bidang Financial
Strength (Kekuatan Financial). Sun Life Financial juga mendapat penilaian AAA
(Sangat Baik/Excellent) dari Duff & Phelps dalam bidang Claims Paying Ability
69
(Kemampuan Pembayaran Klaim). Selain itu, Sun Life Financial juga mendapat
penilaian A++ (Sangat Baik/Superior) dari A. M Best dalam bidang Financial
Strength (Kekuatan Financial). Pada Tahun 2000, Sun Life Assurance Company
of Canada masuk ke Bursa Saham Toronto (TSX), New York (NYSE), London,
dan Filipina (PSE) dengan kode saham SLF. Sun Life Financial termasuk sebagai
perusahaan Global FTSE4Good Index sejak pertama kali diluncurkan pada tahun
2001. Global FTSE4Good Index merupakan daftar perusahaan-perusahaan yang
menjalankan program tanggung-jawab sosial dengan baik. Jaringan operasional
internasional dari Sun Life Financial diantaranya yaitu Kanada, Amerika Serikat,
Inggris, Irlandia, Hong Kong, Filipina, Jepang, Indonesia, India, Cina, dan
Bermuda. Sun Life Financial berpengalaman lebih dari 100 tahun di pasar Asia.
Langkah Sun Life Financial di Hong Kong dimulai pada tahun 1892, kemudian
dilanjutkan di Filipina pada tahun 1895.70
Sun Life Financial merupakan suatu perusahaan penyedia layanan jasa
keuangan internasional terkemuka yang telah membangun kekuatan selama lebih
dari 140 tahun. Sun Life Financial telah memahami bahwa sejak awal perjalanan
panjang yang penuh dengan pelajaran berharga. Setelah sekian lama, komitmen
Sun Life Financial kepada nasabah tidak pernah berubah . Sun Life Financial
ingin memberikan rasa aman dan tenang kepada nasabah untuk mencapai
kesejahteraan dengan kemapanan finansial. Hal ini lah yang mendasari setiap
langkah Sun Life Financial.71
Misi, visi, dan nilai-nilai yang Sun Life Financial miliki adalah hal
terpenting perusahaan ini. Komitmen tersebut menggerakkan Sun Life Financial
70
Sunlife Financial, Sunlife Financial Indonesia Profile Book, Halaman 7
71
untuk maju ke depan dan menjadi pedoman pada setiap keputusan yang diambil.
Mulai dari budaya perusahaan, hingga seluruh produk dan layanan yang Sun Life
Financial tawarkan ke seluruh dunia. Sun Life Financial adalah perusahaan yang
mendedikasikan diri untuk keberhasilan finansial setiap nasabah.
Seiring dengan perkembangan ekonomi di Asia, Sun Life Financial mulai
memasuki pasar asuransi jiwa di Hong Kong pada tahun 1892. Dengan rangkaian
produk dan layanan financial yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di
pasar asia, tiga tahun kemudian tepatnya pada tahun 1895, Sun Life Financial
melanjutkan ekspansinya dengan memasuki pasar Filipina. Langkah Sun Life
Financial terus berlanjut ke pasar asuransi jiwa di Indonesia, India, hingga Tianjin
pada tahun 2002.
Kehadiran Sun Life Financial di kawasan Asia untuk membantu
masyarakat melakukan perencanaan keuangan dan pengelolaan kekayaannya
untuk mencapai kesejahteraan kemapanan financial di masa depan tanpa terasa
telah berlangsung selama lebih dari 100 tahun. Hali ini membuktikan kepercayaan
masyarakat Asia yang kuat terhadap Sun Life Financial.
Sun Life Financial telah mengembangkan sebuah strategi untuk
menentukan arah perusahaan untuk lima tahun ke depan. Sun Life Financial
menggunakan kekuatan regional dan local untuk membantu membangun
eksistensinya di Asia untuk berkompetisi lebih efektif di pasar dan focus pada
tujuannya ke seluruh Asia. Sun Life Financial memacu pertumbuhan yang
menguntungkan melalui penyediaan solusi yang berorientasi pada nasabah,
Pada saat Sun Life Assurance Company of Canada menjadi perusahaan go
public di bulan Maret 2000, Sun Life Financial bergerak menuju suatu era baru di
sejarah kehidupan perusahaan ini. Brand baru Sun Life Financial
merepresentasikan proses evolusi yang berkelanjutan dari perusahaan penyedia
asuransi jiwa menjadi kelompok usaha yang menawarkan rangkaian produk dan
layanan yang dikhususkan untuk memenuhi kebutuhan financial nasabah dalam
jangka panjang.72
a. Sejarah Sunlife Financial Indonesia
Sun Life Financial Indonesia berdiri sejak tahun 1995, menyusul
kesuksesan Sun Life Financial di Amerika Utara, Hong Kong, dan Filipina. Sejak
1995, Sun Life Financial Indonesia telah menyediakan masyarakat Indonesia
dengan program yang lengkap mulai dari produk-produk proteksi dan pengelolaan
kekayaan, termasuk asuransi jiwa, pendidikan, kesehatan dan perencanaan hari
tua. Sun Life Financial Indonesia memiliki 44 kantor penjualan di lebih dari 30
kota di seluruh Indonesia (per Mei 2009) yang menawarkan produk asuransi
pendidikan, asuransi kesehatan, perencanaan hari tua, proteksi, hingga
investasi.
Setiap tahun Sun Life Financial Indonesia mengalami pertumbuhan yang
signifikan di pasar dimana beroperasi. Sun Life Financial Indonesia terus
berupaya untuk meningkatkan produk-produk dan layanan-layanan Sun Life
Financial Indonesia demi memenuhi kebutuhan keuangan para nasabah.
72
Hingga 31 Desember 2009, tingkat Risk Based Capital (RBC) Sun Life
Financial Indonesia sebesar 239 persen jauh melampaui ketentuan minimal
Departemen Keuangan sebesar 120 persen, dengan aset Rp3,72 triliun. Para
karyawan dan agen Sun Life Financial Indonesia telah bekerja keras untuk meraih
kepercayaan nasabah, dan Sun Life Financial Indonesia akan terus
mengembangkan jalur distribusi keagenan dan non keagenan melalui
bancassurance dan direct marketing/ tele marketing (DM/TM). Saat ini Sun Life
Financial Indonesia menyediakan berbagai produk inovatif melalui lebih dari 40
kantor penjualan di Indonesia.73
Karena Sun Life Financial Indonesia berupaya untuk membantu nasabah
meraih tujuan finansialnya berpegang pada struktur manajemen, kepemimpinan
dan operasional yang solid dan efektif. Seluruh struktur ini memberikan
perusahaan, karyawan dan afiliasinya dengan satu pedoman dalam bekerja
sehari-harinya.
Adapun susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi Sunlife Financial
adalah sebagai berikut :
Dewan Komisaris
Presiden Komisaris : Dikran Ohannessian
Komisaris : Nigel Hodges
Komisaris : Lily Joenoes van Bunnik
Dewan Direksi
Presiden Direktur : Christopher James Robert Lossin
73
Direktur : Harjanto Tanuwidjaja
b. Visi dan Misi Sunlife Financial Indonesia
1) Misi Sunlife Financial Indonesia
Membantu keluarga Indonesia mencapai kesejahteraan dengan
kemapanan finansial.
2) Visi Sunlife Financial Indonesia
Menjadi salah satu dari lima perusahaan asuransi jiwa terbesar di
Indonesia.
3) Nilai-nilai Sunlife Financial Indonesia
a) Integritas
Sunlife Financial Indonesia berkomitmen untuk menerapkan standar
tertinggi dalam etika bisnis dan tata kelola perusahaan yang baik.
b) Keterikatan
Sunlife Financial Indonesia menghargai perbedaan, karyawan yang
berpotensi dan memotivasi, mendukung serta memberikan penghargaan atas
kontribusi yang telah mereka berikan kepada perusahaan.
c) Berfokus Pada Nasabah
Sunlife Financial Indonesia menyediakan solusi keuangan sesuai dengan
kebutuhan nasabah dan selalu mementingkan tercapainya tujuan finansial mereka
d) Sempurna
Sunlife Financial Indonesia menerapkan pelaksanaan operasional yang
sempurna melalui staf yang bekerja bersama kami, produk dan layanan yang
e) Nilai
Sunlife Financial Indonesia memberikan nilai lebih bagi nasabah dan
pemegang saham serta komunitas di setiap negara tempat Sunlife Financial
Indonesia beroperasi.74
2. Produk Bancassurance
Sesuai dengan misi Sunlife Financial Indonesia, membantu keluarga
Indonesia mencapai kesejahteraan dengan kemapanan finansial , dengan bangga
Sunlife Financial Indonesia memperkenalkan “Plan Your Future”, yang
diciptakan khusus bagi masyarakat Indonesia. Makna dari “Plan Your Future”
ini adalah bahwa Sun Life Financial Indonesia menawarkan jasa konsultasi
perencanaan keuangan, serta solusi masalah finansial yang disesuaikan dengan
kebutuhan para nasabah.
Dengan “Plan Your Future”, Sunlife Financial Indonesia menawarkan
beragam produk finansial yang memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Produk-produk Sunlife Financial Indonesia mencakup mulai dari produk asuransi
pendidikan dan kesehatan, hingga perencanaan masa pensiun, serta investasi.
Semua produk tersebut menjawab tiga kebutuhan keuangan yang mendasar:
kebutuhan akan perlindungan, kebutuhan akan tabungan dan kebutuhan akan
investasi.
Produk-produk yang dipasarkan oleh Sun Life Financial Indonesia
dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu Produk Asuransi Traditional dan Produk
Asuransi investasi (Unit Link). Sementara untuk produk asuransi
74
tradisional dibagi menjadi 2 bagian, yaitu Produk dasar dan Produk tambahan
(Rider).
1. Produk Dasar
a. Sun Protector Benefit
b. Sun Retirement Benefit
c. Sun Saver Benefit
d. Sun Saver Benefit Plus
e. Sun Educational Benefit
f. Sun Scholar
g. Sun Lady Saver
h. Sun Lady Saver Plus
2. Rider (Manfaat Tambahan)
a. Accidental Death Benefit (ADB)
b. Waiver of Premium-Total Disability Benefit (WPTDB)
c. Waiver of Premium-Death (WPD)
d. Critical Condition Rider (CCR)
e. Hospital Income Rider (HIR)
f. Payer Benefit
g. Living Benefit Rider (LBR)
B. Aspek Perlindungan Hukum Indonesia terhadap Pemegang Polis
Bancassurance
Cabang-cabang hukum publik yang berkaitan dan berpengaruh atas hukum
konsumen umumnya adalah hukum administrasi, hukum pidana dan hukum
internasional terutama konvensi-konvensi internasional yang berkaitan dengan
praktek bisnis, maupun Resolusi PBB tentang perlindungan konsumen sepanjang
telah diratifikasi oleh Indonesia sebagai salah satu anggota.75
Diantara cabang hukum ini, tampaknya yang paling berpengaruh pada
hubungan dan masalah yang termasuk hukum konsumen atau perlindungan
konsumen adalah hukum pidana dan hukum administrasi negara sebagaimana
diketahui bahwa hukum publik pada pokoknya mengatur hubungan hukum antara
instansi-instansi pemerintah dengan masyarakat, selagi instansi tersebut bertindak
selaku penguasa.
Kewenangan mengawasi dan bertindak dalam penerapan hukum yang
berlaku oleh aparat pemerintah yang diberikan wewenang untuk itu, sangat perlu
bagi perlindungan konsumen. Berbagai instansi berdasarkan peraturan
perundang-undangan tertentu diberikan kewenangan untuk menyelidiki, menyidik, menuntut,
dan mengadili setiap perbuatan pidana yang memenuhi unsur-unsur dari
norma-norma hukum yang berkaitan.76
Dalam kehidupan bernegara, peran negara cenderung terlalu kuat di
hadapan warga negaranya, untuk itu, warga negara membutuhkan perlindungan
legal agar terhindar dari perbuatan pemerintah sebagai representasi negara, yang
75
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1521/1/perdata-sabarudin2.pdf, diakses pada tanggal 4 november 2010
76
merugikan warga negaranya sendiri. Macam-macam perbuatan pemerintah yang
bisa merugikan masyarakat tersebut adalah, perbuatan pemerintah dalam bidang
pembuatan peraturan perundang-undangan (regeling), perbuatan pemerintah
dalam penerbitan ketetapan (beschikking), dan perbuatan pemerintah dalam
bidang keperdataan. Jenis Perlindungan Hukum yang dapat diberikan oleh hukum
kepada warga negaranya adalah sebagai berikut, warga negara berhak atas
perlindungan hukum terhadap perbuatan pemerintah yang bertentangan dengan
hukum yang melanggar hak warga negara.77
Dalam hal perlindungan hukum bidang perdata, penguasa dapat dianggap
melakukan perbuatan melanggar hukum karena melanggar hak subyektif orang
bila penguasa tersebut melakukan perbuatan yang bersumber pada hubungan
hukum perdata dengan warga negara serta melanggar ketentuan dalam hukum
tersebut. Dalam hal perlindungan hukum bidang publik, penguasa melakukan
perbuatan yang bersumber pada hukum publik serta melanggar ketentuan kaidah
hukum tersebut.
Sebab dalam kriteria perbuatan melawan hukum Negara tidak dapat
digugat, hal ini sesuai dengan pendapat Kranenburg, yang menyatakan bahwa
konsep negara sebagai lembaga kekuasaan dikaitkan dengan konsep hukum
sebagai keputusan kehendak oleh kekuasaan, sehingga tidak ada tanggung gugat
negara, namun negara dalam konsep dapat dibedakan negara sebagai penguasa
dan negara sebagai fiskus, oleh karenanya sebagai penguasa negara memang tidak
dapat digugat, namun sebagai fiskus negara dapat digugat.
77
Dengan demikian warga negara harus mendapat perlindungan di mana
pada perlindungan hukum dalam Bidang Hukum Publik itu dapat berupa
perlindungan hukum preventif dalam arti rakyat diberi kesempatan untuk ajukan
keberatan, sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif,
tujuannya untuk mencegah sengketa. Terdapat juga perlindungan hukum represif
di mana ini bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.78
Perlindungan Hukum akibat dikeluarkannya keputusan ditempuh melalui
MA dengan cara hak uji materiil. Mahkamah Konstitusi menguji Undang-Undang
terhadap konstitusi. Tolok ukur uji materiil meliputi apakah bertentangan/tidak
dengan peraturan yang lebih tinggi dan apakah bertentangan/tidak dengan
kepentingan umum. Untuk peraturan daerah caranya adalah dengan pembatalan
oleh organ yang berwenang tanpa melalui proses peradilan.79
Dalam hukum perdata yang lebih banyak digunakan atau berkaitan dengan
azas-azas hukum mengenai hubungan/masalah konsumen adalah buku ketiga
tentang perikatan dan buku keempat mengenai pembuktian dan daluarsa. Buku
ketiga memuat berbagai hubungan hukum konsumen. Seperti perikatan, baik yang
terjadi berdasarkan perjanjian saja maupun yang lahir berdasarkan
Undang-undang.
Hubungan hukum konsumen adalah untuk memberikan sesuatu, berbuat
sesuatu, dan tidak berbuat sesuatu (Pasal 1234 KUHPerdata). Hubungan
konsumen ini juga dapat kita lihat pada ketentuan Pasal 1313 sampai Pasal 1351
KUHPerdata. Pasal 1313 mengatur hubungan hukum secara sukarela diantara
78
http://www.ibnurochimconnection.com/2009/08/bab-viii-perlindungan-hukum.html, diakses pada tanggal 4 november 2010
79
konsumen dan produsen, dengan mengadakan suatu perjanjian tertentu. Hubungan
hukum ini menimbulkan hak dan kewajiban pada masing-masing pihak.80
Perikatan karena Undang-undang atau akibat sesuatu perbuatan
menimbulkan hak dan kewajiban tertentu bagi masing-masing pihak (ketentuan
Pasal 1352 KUHPerdata). Selanjutnya diantara perikatan yang lahir karena
Undang-undang yang terpenting adalah ikatan yang terjadi karena akibat sesuatu
perbuatan yang disebut juga dengan perbuatan melawan hukum (ketentuan Pasal
1365 KUHPerdata). Sedangkan pertanggung jawaban perbuatan itu tidak saja
merupakan perbuatan sendiri tetapi juga dari orang yang termasuk tanggung
jawabnya seperti yang diatur pada Pasal 1367-1369 KUHPerdata.81
Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk
menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam
usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang sangat merugikan
konsumen itu sendiri. Dalam bidang hukum, istilah ini masih relatif baru
khususnya di Indonesia, sedangkan di negara maju, hal ini mulai dibicarakan
bersamaan dengan berkembangnya industri dan teknologi.82 Sebelum sampai
kepada bentuk perlindungan konsumen, terlebih dahulu akan dipaparkan secara
singkat mengenai sejarah perlindungan konsumen.
Sejarah perkembangan perlindungan konsumen sejalan dengan
perkembangan perekonomian dunia. Perkembangan perekonomian yang pesat
telah menghasilkan berbagai jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang
80
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1521/1/perdata-sabarudin2.pdf, diakses pada tanggal 4 november 2010
81
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1521/1/perdata-sabarudin2.pdf, diakses pada tanggal 4 november 2010
82
dan/atau jasa yang dapat dikonsumsi. Di samping itu, globalisasi dan perdagangan
bebas yang didukung oleh kemajuan teknologi telekomunikasi dan informatika
telah memperluas ruang gerak arus transaksi barang dan/atau jasa melintasi
batas-batas wilayah suatu negara, sehingga barang dan/atau jasa yang ditawarkan
bervariasi, baik produksi luar negeri maupun dalam negeri.
Konsumen yang keberadaannya sangat tidak terbatas, dengan strata yang
sangat bervariasi, menyebabkan produsen melakukan kegiatan pemasaran dan
distribusi produk barang atau jasa dengan cara-cara yang seefektif mungkin agar
dapat mencapai konsumen yang sangat majemuk tersebut. Untuk itu semua cara
pendekatan diupayakan sehingga mungkin menimbulkan berbagai dampak pada
tindakan yang bersifat negatif, bahkan tidak terpuji, yang berawal dari itikad
buruk. Dampak buruk yang lazim terjadi antara lain, menyangkut kualitas atau
mutu barang, informasi yang tidak jelas bahkan menyesatkan, pemalsuan dan
sebagainya.
Konsep pemasaran pada awalnya memfokuskan pada produk dan pada
membuat produk yang lebih baik yang berdasarkan pada standar nilai internal. Hal
ini dilakukan dengan tujuan memperoleh laba, dengan menjual atau membujuk
pelanggan potensil untuk menukar uangnya dengan produk perusahaan. Kedua,
pada dekade 60-an, mengalihkan fokus pemasaran dari produk kepada pelanggan,
sasaran masih tetap pada laba, tetapi cara pencapaian menjadi lebih luas yaitu
dengan bantuan pemasaran marketing mix atau 4P (product, price, promotion and
place) produk, harga, promosi dan saluran distribusi.
Konsep ketiga sebagai konsep baru pemasaran dengan pembaharuan
pelanggan atau produk ke pelanggan dalam konteks lingkungan eksternal yang
lebih luas. Di samping itu juga terjadi perubahan pada tujuan pemasaran, yaitu
dari laba menjadi keuntungan pihak yang berkepentingan (yaitu orang perorangan
atau kelompok yang mempunyai kepentingan dalam kegiatan perusahaan,
termasuk di dalamnya karyawan, manajemen, pelanggan, masyarakat dan negara).
Kondisi seperti ini, pada suatu sisi memberikan manfaat bagi konsumen
karena kebutuhan akan barang dan/atau jasa yang diinginkan dapat terpenuhi,
serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas
barang dan/atau jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan konsumen. Kondisi
dan fenomena tersebut pada sisi lainnya dapat mengakibatkan kedudukan pelaku
usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang, di mana konsumen berada pada
posisi yang lemah. Konsumen yang menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraup
keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha melalui kiat promosi, cara
penjualan serta penerapan perjanjian standar sangat merugikan konsumen.83
Hal tersebut bukanlah gejala regional saja, tetapi menjadi permasalahan
yang mengglobal dan melanda seluruh konsumen di dunia. Timbulnya kesadaran
konsumen ini telah melahirkan salah satu cabang baru ilmu hukum, yaitu hukum
perlindungan konsumen atau yang kadang kala dikenal juga dengan hukum
konsumen (consumers law).84
Perlindungan hukum bagi konsumen adalah dengan melindungi hak-hak
konsumen. Walaupun sangat beragam, secara garis besar hak-hak konsumen dapat
dibagi dalam tiga hak yang menjadi prinsip dasar, yaitu:
83
1. Hak yang dimaksudkan untuk mencegah konsumen dari kerugian, baik
kerugian personal, maupun kerugian harta kekayaan;
2. Hak untuk memperoleh barang dan/atau jasa dengan harga wajar; dan
3. Hak untuk memperoleh penyelesaian yang patut terhadap permasalahan yang
terjadi.85
Diundangkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen pada 20 April 1999 oleh pemerintah transisi (Kabinet
Reformasi Pembangunan) Presiden B. J. Habibie tampaknya diringi dengan
harapan terwujudnya wacana baru hubungan konsumen dengan pelaku usaha
(produsen, distributor, pengecer, pengusaha/perusahaan, dan sebagainya) dalam
menyongsong millennium baru yang sudah di ambang pintu.
Kritik dan bermacam keluhan dari berbagai pihak terhadap penegakan
hukum bagi yang lemah yang menjadi referensi utama dalam penegakan
norma-norma perlindungan konsumen dalam undang-undang baru itu. Seperangkat
norma-norma hukum baru, termasuk perumusan tindak pidana/delik baru
(kriminalisasi) mengemuka untuk berusaha menjawab kekaburan norma-norma
perlindungan konsumendan institusi-institusi perlindungan konsumen. Tenggang
waktru selama satu tahun terhitung 20 April 1999 dimanfaatkan untuk melakukan
sosialisasi undang-undang ini bagi para pelaku ekonomi (pemerintah, swasta,
Badan Usaha Milik Negara, koperasi, dan konsumen). Sejumlah agenda baru
penegakan hukum diperkirakan akan muncul ke permukaan.86
85
Abdul Hakim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen, (Bandung: Nusa Media, 2010), Halaman. 25.
86
Munculnya sejumlah undang-undang baru, termasuk Undang-Undang
Perlindungan Konsumen (UUPK) 1999 yang dibuat tidak dalam paradigma
kodifikasi hukum, menimbulkan pertanyaan yang bersifat filosofis dalam
kerangka sistem hukum nasional, yaitu hukum nasional yang dicita-citakan.87
Ada berbagai produk hukum yang diterbitkan oleh Pemerintah seperti
Undang-Undang yang substansinya berkaitan dengan perlindungan konsumen di
tiap-tiap aspek/bidangnya. Diantaranya, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan,
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran dan lain sebagainya.
Namun ketentuan perlindungan konsumen secara garis besar diatur dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK).
Tidak semua ketentuan perlindungan konsumen diatur dalam UUPK,
seperti halnya perlindungan konsumen di bidang lingkungan hidup tidak diatur
dalam Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen ini karena telah diatur
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup mengenai kewajiban setiap orang untuk memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup dan perlindungan konsumen dalam hal pelaku usaha melanggar
hak atas kekayaan intelektual (HAKI) tidak diatur dalam Undang-Undang tentang
Perlindungan Konsumen ini karena sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001
tentang Paten, dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, yang
melarang menghasilkan atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang
melanggar tentang HAKI.88
UUPK pada dasarnya bukan merupakan awal dan akhir dari hukum yang
mengatur tentang perlindungan konsumen, sebab di kemudian hari masih terbuka
kemungkinan terbentuknya undang-undang baru yang pada dasarnya memuat
ketentuan-ketentuan yang melindungi konsumen. Dengan demikian, UUPK ini
merupakan payung yang mengintegrasikan dan memperkuat penegakan hukum di
bidang perlindungan konsumen.89
Sebagai bagian dari sistem hukum nasional, salah satu ketentuan UUPK
dalam hal ini Pasal 64 (Bab XIV Ketentuan Peralihan) menentukan sebagai
berikut :
“Segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang bertujuan melindungi
konsumen yang telah ada pada saat Undang-Undang ini diundangkan, dinyatakan
tetap berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus dan/atau tidak bertentangan
dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.”
Ketentuan ini dipahami sebagai penegasan bahwa ketentuan peraturan
perundang-undangan yang sudah ada sebelum UUPK merupakan ketentuan
khusus (lex specialis) terhadap UUPK, sesuai dengan asas lex specialis derogat
legi generali. Artinya, Undang-Undang tersebut tetap berlaku sepanjang tidak
diatur secara khusus dalam ketentuan-ketentuan di luar UUPK dan/atau tidak
bertentangan dengan UUPK.90
88
Penjelasan Umum Alinea 11-12 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
89
Berdasarkan ketentuan diatas, dapat diketahui bahwa bentuk perlindungan
konsumen di Indonesia pada dasarnya bersumber daripada UUPK dan
ketentuan-ketentuan di luar UUPK. Ketentuan-ketentuan-ketentuan di luar UUPK ini bisa saja dalam
berbagai bentuk antara lain, produk peraturan hukum yang dibuat oleh Pemerintah
seperti Undang-Undang ataupun dalam bentuk Perjanjian yang dibuat para pihak.
UUPK sebagai payung hukum dari semua peraturan-peraturan yang
mengatur tentang perlindungan konsumen, memberikan perhatian khusus kepada
pelaku usaha dan konsumen. Perlindungan yang diberikan UUPK terhadap
konsumen dilakukan dalam hal agar konsumen dapat memperoleh hak-haknya
tanpa mengesampingkan pemenuhan kewajibannya terlebih dahulu.
Bentuk perlindungan kepada konsumen ini dilakukan dan diberikan UUPK
yakni dengan adanya penetapan serta pengaturan hak-hak kosumen yang terdapat
pada Pasal 4 UUPK. Dengan adanya ketentuan pengaturan hak-hak konsumen ini,
akan memberikan batasan terhadap perbuatan apa saja yang tidak dapat dilakukan
oleh pelaku usaha terhadap konsumen (Pasal 8-17 UUPK). Pelaku usaha dalam
menawarkan barang dan/atau jasanya juga harus memenuhi ketentuan
pencantuman klausula baku yang diatur oleh UUPK sebagaimana terdapat dalam
Pasal 18 UUPK.
Perlindungan terhadap konsumen yang diberikan UUPK ini lebih
ditegaskan lagi dengan adanya pemberian sanksi administratif ataupun sanksi
pidana (Pasal 60 dan 62 UUPK) terhadap pelaku usaha yang tidak memenuhi
tanggung jawabnya sebagaimana yang sudah ditentukan UUPK, yakni pelaku
usaha yang melanggar Pasal 19 ayat 2 dan 3, Pasal 20, Pasal 25 dan Pasal 26 akan
banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Bagi pelaku usaha yang
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9 pasal 10,
Pasal 13 ayat 2, Pasal 15, Pasal 17 ayat 1 huruf (a), huruf (b), huruf (c), huruf (e),
ayat 2 dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah). Serta
pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11,
Pasal 12, Pasal 13 ayat 1, Pasal 14, Pasal 16 dan Pasal 17 ayat 1 huruf d dan huruf
f dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda
paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Terhadap pelanggaran
yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap atau kematian
diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku. Selain itu, konsumen yang dirugikan
dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas meyelesaikan
sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di
lingkungan peradilan umum (Pasal 45 ayat 1 UUPK). Penyelesaian sengketa
konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan (dengan menggunakan ketentuan
Hukum Acara Perdata) atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para
pihak yang bersengketa (Pasal 45 ayat 2 UUPK).
C. Sistem Perlindungan Hukum yang diterapkan dan diberikan Sunlife
Financial terhadap Pemegang Polis Bancassurance
Sunlife Financial selalu terbuka dalam menerima pendapat dan saran dari
berbagai pihak untuk terus mengembangkan, memperbaharui dan meningkatkan
kinerja melalui kemampuan opeasional. Dengan berfokus pada perspektif
kebutuhan masyarakat secara personal, baik membantu para nasabah mencari
solusi perencanaan financial serta saat perusahaan asuransi ini terpanggil untuk
turut membantu masyarakat di sekitar tempat perusahaan ini bekerja melalui
program tanggung jawab social perusahaan.
Pemberlakuan polis yang dilakukan oleh Sunlife Financial Indonesia
dimulai berlakunya pada tanggal pengeluaran polis dan premi pertama telah
dibayar dengan lunas. Tujuan dari penyusunan polis ini adalah untuk memberikan
manfaat-manfaat yang dapat dirasakan oleh pemegang polis, misalnya dalam polis
asuransi jiwa, manfaat yang akan diterima oleh pemegang polis akan benar-benar
dapat dirasakan pada saat terjadinya kematian. Adapun manfaat polis dalam
keadaan terjadinya kematian pemegang polis, maka manfaat yang akan
dibayarkan dapat ditujukan kepada penerima manfaat. Penerima manfaat adalah
pihak-pihak yang ditunjuk oleh pemilik polis dalam surat permohonan untuk polis
asuransi. Pemilik polis dapat dari waktu ke waktu mengubah penerima manfaat
yang ditunjuk secara mutlak, tanpa memerlukan persetujuan dari penerima
manfaat yang telah ditunjuk secara mutlak.91
Pembayaran Premi yang dilakukan Sunlife Financial dilakukan secara
tahunan, semesteran, dan dapat juga secara triwulan. Pembayaran premi dilakukan
dalam bentuk mata uang rupiah atau dollar, dan dapat juga dengan menggunakan
alat pembayaran yang lainnya yang dianggap sah. Tempat pembayaran premi
dapat dilakukan di Kantor Sunlife di seluruh Indonesia. Masa tenggang waktu
(Grace Period) pembayaran premi pada Sunlife Financial Indonesia adalah
maksimal 30 hari. Dalam hal premi tidak dibayar pada saat jatuh tempo atau
dalam tenggang waktu tersebut maka polis ini akan berakhir dengan sendirinya
pada tanggal jatuh tempo dari premi yang tidak dibayar, kecuali jika pinjaman
diberikan untuk membayar premi sesuai dengan ketentuan pinjaman premi.
Premi yang tidak dibayar akan dibayarkan secara otomatis oleh pinjaman.
Jika pinjaman yang tersedia kurang dari jumlah premi sepenuhnya, pinjaman akan
digunakan untuk melanjutkan berlakuna polis selama masih memungkinkan.
Pinjaman premi dikenakan bunga dengan suku bunga yang akan ditetapkan
Sunlife Financial dari waktu ke waktu. Bunga timbul setiap hari dan harus dibayar
setiap tahun. 92
Sunlife Indonesia atas permintaan tertulis akan memberikan pinjaman
polis. Jumlah maksimum pinjaman adalah sebesar 80 % dari nilai tunai yang
dijamin berdasarkan polis ditambah nilai tunai variable dikurangi bunga atas
pinjaman sampai dengan tanggal ulang tahun polis berikutnya. Pinjaman polis
dikenakan bunga dengan suku bunga yang akan ditetapkan Sunlife Financial dari
waktu ke waktu. Bunga timbul setiap hari dan harus dibayar setiap tahun. Bunga
yang tidak dibayar akan ditambahkan pada pinjaman polis. Apabila pinjaman dan
bunga sama besarnya dengan nilai tunai yang dijamin ditambah nilai tunai
variable, polis berakhir. Yang dimaksud dengan Nilai Tunai terjamin adalah
sejumlah uang yang dibayarkan kepada pemilik polis jika perjanjian asuransi
dihentikan sebelum masa asuransinya berakhir, yang besarnya tercantum dalam
polis. Nilai tunai terjamin merupakan sejumlah uang yang dapat digunakan untuk
pinjaman polis. Yang dimaksud dengan nilai tunai variable adalah nilai tunai yang
ditentukan Sunlife Financial sekali setahun dimana nilai ini akan dibayarkan pada
saat tertanggung meninggal dunia, pada saat penebusan polis atau ulang tahun
polis.
Dalam waktu 5 tahun sejak batalnya polis karena premi atau pinjaman
polis tidak dibayar, polis dapat diberlakukan kembali dengan memberikan
bukti-bukti yang memuaskan kepada Sunlife Financial bahwa tertanggung dapat
diasuransikan, dan membayar setiap tunggakan premi dan pinjaman polis yang
belum dibayar, berikut bunganya dari saat tanggal batalnya polis dengan suku
bunga yang akan ditetapkan oleh Sunlife Financial dari waktu ke waktu. Setelah
polis berlaku selama dua tahun terhitung dari tanggal terakhir pemulihan polis,
selama tertanggung masih hidup, keabsahannya tidak dapat dibantah kecuali
menyangkut penipuan atau premi tidak dibayar.
Apabila tertanggung meninggal dunia karena bunuh diri (yang dilakukan
baik dalam keadaan waras atau tidak waras) kurang dari dua tahun setelah tanggal
pengeluaran polis atau tanggal terakhir pemulihan kembali polis, Sunlife Financial
Indonesia hanya akan membayar kepada penerima manfaat yang telah ditunjuk
jumlah premi yang telah ditambah nilai tunai variable dikurangi dengan pinjaman
berikut bunganya.93
BAB IV
KLAIM DAN GANTI KERUGIAN YANG DIBERIKAN SUNLIFE
FINANCIAL
A. Kerugian dan Faktor Penyebab Terjadinya Kerugian
Resiko adalah ketidaktentuan atau uncertainty yang mungkin melahirkan
kerugian (loss).94 Unsur ketidaktentuan ini bisa mendatangkan kerugian dalam
asuransi. Ketidaktentuan dapat kita bagi atas:
1. Ketidaktentuan ekonomi (economic uncertainty), yaitu kejadian yang timbul
sebagai akibat dari perubahan sikap konsumen, umpama perubahan selera atau
minat konsumen atau terjadinya perubahan pada harga, teknologi, atau
didapatnya penemuan baru, dan lain sebagainya.
2. Ketidaktentuan yang disebabkan oleh alam (uncertainty of nature) missal
kebakarn, badai, topan, banjir dan lain-lain.
3. Ketidaktentuan yang disebabkan oleh perilaku manusia (human uncertainty),
umpama peperangan, pencurian, perampokan, dan pembunuhan.
Di antara ketiga jenis ketidaktentuan di atas, yang bisa dipertanggungkan
ialah ketidaktentuan alam dan manusia. Sedangkan yang pertama tidak bisa
diasuransikan karena bersifat spekulatif (unsure ekonomis) dan sulit untuk diukur
keparahannya (severity).
94
Resiko dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Speculative risks, yaitu resiko yang bersifat spekulatif yang bisa mendatangkan
rugi atau laba. Misal: seorang pedagang bisa untung atau rugi dalam usahanya.
2. Pure risks, yaitu resiko yang selalu menyebabkan kerugian. Perusahaan
Asuransi beroperasi dalam bidang pure risk (kematian, kapal tenggelam,
kebakaran, dan sebagainya).
Selain resiko kita mengenal pula apa yang dinamakan peril.
PERIL
Peril ialah segala sesuatu yang bisa menimbulkan kerugian. Antara peril
dan risk rapat sekali hubungannya.
HAZARD
Hazard ialah suatu keadaan yang menambah kemungkinan terjadinya peril
(kerugian), atau disebut pula “hazard is a condition that increases the chance of
loss arising from peril”.95
Mengenai hazard dapat kita bagi pula atas:
1. Physical hazard, yaitu hazard yang berbentuk fisik dan mengandung unsure
objektif, misal: kerusakan secara fisik karena terbakar, tabrakan, dan
seterusnya.
2. Moral hazard, yaitu hazard yang menyangkut diri seseorang dan mengandung
unsure subjektif. Misal dengan sengaja menubrukkan mobil ke pohon, agar
bisa mendapat ganti kerugian.96
95
Pada perjalanan usahanya, dalam Sun Life Financial dikenal adanya istilah
Underwriting. Yang dimaksud dengan Underwriting adalah suatu proses seleksi,
kualifikasi dan akseptasi atau penerimaan suatu resiko. Resiko adalah suatu
kondisi tertentu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya kontrak asuransi jiwa
dari calon tertanggung (insured) dan pemilik polis (Policy Owner).
Jenis-Jenis Resiko yang dikenal pada Sun Life Financial, yaitu :
a) Resiko Standard
Apabila Resiko yang terjadi disebabkan oleh faktor Medical (kesehatan) maupun
secara non medical (hal-hal lain yang tidak menyangkut kesehatan), maka
permohonan asuransi dapat diterima dengan kondisi tanpa penambahan premi,
dapat juga dengan adanya extra premi, atau bahkan juga dapat ditolak.
b) Resiko Sub Standard
Apabila Resiko yang terjadi disebabkan oleh faktor Medical (kesehatan) maupun
yang berhubungan dengan hobby atau pekerjaan, maka permohonan asuransi
dapat diterima, dapat juga dilakukan penundaan proses penerimaan permohonan
asuransi hingga batas waktu yang ditentukan, atau bahkan juga dapat ditolak
c) Resiko yang tidak dapat diasuransikan (Uninsurable Risk) yaitu adanya resiko
tertentu pada tertanggung atau pemilik polis yang menyebabkan terjadinya
penundaan (postpone) atau penolakan (declined) permohonan asuransi.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi seleksi resiko, yaitu :
a) Usia
b) Kondisi fisik dan kesehatan
c) Jenis pekerjaan
e) Moral dan kebiasaan
f) Besarnya nilai pertanggungan
g) Jenis kelamin
Di dalam pelimpahan resiko tersebut ada dua hal yang menjadi landasan
prinsip yang harus dipegang oleh Sun Life Financial, yaitu:
a) Prinsip Itikat Baik (Utmost Good Faith)
Artinya semua data dan keterangan yang disampaikan oleh tertanggung
harus secara jujur dan benar. Asuransi tidak boleh menggunakan jiwa seseorang
untuk tujuan berjudi (orang sakit diasuransikan dengan harapan mendapat klaim).
Yang diasuransikan adalah nilai ekonomi seseorang, bukan jiwanya, karena jiwa
seseorang tidak ternilai. Jadi setiap perjanjian asuransi harus dilandasi itikat baik.
b) Prinsip Kepentingan Asuransi (Insurable Interest)
Maksudnya adalah nama-nama yang dicantumkan sebagai penerima
manfaat (ahli waris) masih ada hubungan kepentingan dengan tertanggung. Jika
tertanggung meninggal, pihak ahli waris merasa kehilangan. Misalnya antara
Bapak dengan Anak, Suami dengan Istri, Kreditur dengan Debitur, Majikan
dengan Karyawan, dsb.
B. Penyelesaian Klaim dan Ganti Rugi Oleh Sunlife Financial
1. Penyelesaian Ganti Kerugian menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen
Dalam pertanggungan dikenal apa yang disebut “prevention of loss”
(pencegahan kerugian). Dengan diadakannya pencegahan akan memberikan
a. Mengurangi atau memperkecil kerugian (reducing of loss)
b. Mengurangi biaya-biaya (cost) yang menyangkut dengan pertanggungan
tersebut (reduction cost of insurance)
Bilamana terjadi kebakaran akan menyebabkan kerugian. Oleh sebab itu
lebih baik diadakan pencegahan agar bias mengurangi bahaya-bahaya dari api itu.
Misalnya: membuat sebuah gedung pabrik yang tahan terhadap api serta tidak
mudah terbakar, dan sebagainya.97
Pencegahan dan proteksi bertujuan untuk memperkecil kerugian yang
terjadi. Preventive dan Protective efforts kita bagi dalam:
1. Truly Preventive
Pencegahan di sini bertujuan untuk mengeliminir sebab-sebab yang bias
menimbulkan kerugian (cause of loss) misalnya: pada Help Insurance) untuk
usaha mengurangi resiko (sakit), bias dilakukan dengan mendirikan
poliklinik-poliklinik dan Rumah Sakit.
2. Protective (Quasi Preventive)
Tujuannya ialah untuk melindungi barang-barang atau orang yang akan
dirugikan (the purpose of which is to protect thing or person subject to damage)
3. Minimizing (mengurangi kerugian)
Bila terjadi kerugian diusahakan untuk seminimum mungkin (the purpose
of which is to limit damage as small as compass as possible)
4. Salvaging
Tujuan salvage ialah supaya barang-barang yang telah rusak dilindungi
agar jangan bertambah rusak (the purpose of which is to preserve as much as
possible of the value of damage property)98
Antara preventive dan protective efforts terdapat sedikit perbedaan. Pada
preventive betul-betul pencegahan murni. Umpamanya membuat sebuah pabrik
yang betul-betul tahan api, sedangkan pada protective, usaha untuk memperkecil
resiko dengan jalan mengadakan percobaan-percobaan dalam laboratorium dan
research; misalnya dalam berproduksi supaya barang-barang yang dihasilkan
tidak mendatangkan kerugian, diadakanlah percobaan dalam laboratorium.
Bagi Negara kita usaha preventive dan protective belum terlaksana
sebagaimana mestinya. Sebetulnya unsur preventive itu harus ada, karena penting
untuk mengurangi resiko-resiko yang mungkin timbul dalam masyarakat.99
2. Penyelesaian Klaim Ganti Kerugian Yang Diberikan Sunlife Financial
Medan
Klaim ataupun dapat disebut dengan sengketa konsumen, menurut AZ.
Nasution sengketa konsumen mempunyai batasan yaitu “Setiap perselisihan
antara konsumen dan penyediaan produk konsumen (barang dan jasa konsumen)
dalam hubungan hukum satu sama lain, mengenai produk konsumen tertentu”.100
Klaim yang diajukan konsumen yang ditujukan kepada pihak pos tidak
serta merta dapat diterima begitu saja oleh Sunlife Financial. Bilamana setelah
98
H. Abbas Salim, Ibid, halaman. 9.
99
H. Abbas Salim, Ibid, halaman. 10.
100
melalui proses penelusuran/investigasi yang dilakukan, ternyata pihak pos
dinyatakan lalai dalam melaksanakan kewajibannya, barulah konsumen segera
dapat menuntut ganti rugi, dalam arti Sunlife Financial Medan harus menanggung
kerugian yang timbul karena wanprestasi tersebut.
a. Tinjauan Fungsi Klaim
Untuk memulai pembahasan mengenai klaim, Sunlife Financial akan
melihat staf yang menangani klaim dan cara – cara yang biasa digunakan
perusahaan asuransi dalam mengorganisir operasi penanganan klaim mereka.
Sunlife Financial juga membahas pentingnya membentuk dan mematuhi suatu
falsafah klaim.
b. Staf Bagian Klaim
Sebagian besar perusahaan asuransi memiliki eksekutif setingkat vice
president yang mengawasi operasi penanganan klaim untuk setiap lini bisnis
perusahaan. Setiap pimpinan eksekutif bagian klaim memiliki tanggung jawab
utama atas administrasi semua klaim yang ditanggung oleh perusahaan untuk lini
bisnis tersebut. Beberapa perusahaan memiliki seorang pimpinan departemen
klaim yang mengawasi penanganan semua klaim dari semua lini bisnis, dan para
eksekutif lini bisnis melapor kepada pejabat senior tersebut. Perusahaan asuransi
biasanya memiliki berbagai tingkat claim manager atau supervisor dalam setiap
lini produk.
Bagian terbesar administrasi klaim ditangani oleh claim analyst yang juga
dikenal sebagai claim examiner, claim specialist, atau claim approver. Claim
analyst adalah orang yang dilatih untuk meneliti setiap klaim dan menentukan
besar klaim adalah klaim yang rutin diajukan dan pembayarannya relatif cepat.
Dalam kasus lain, untuk membuat keputusan klaim, claim analyst harus
mendapatkan informasi tambahan. Claim analyst membuat arsip untuk setiap
klaim, yang berisi semua dokumen yang terkait dengan klaim yang diajukan.
Claim analyst juga membuat arsip yang lengkap mengenai kemajuan dan
disposisi setiap klaim.
Claim analyst asuransi jiwa berinteraksi langsung dengan claimant, yaitu
orang yang mengajukan klaim ke suatu perusahaan asuransi. Claimant dapat
merupakan beneficiary, pemegang polis (jika juga merupakan beneficiary), atau
orang yang bertindak atas nama pemegang polis atau beneficiary. Karena interaksi
antara claim analyst dengan claimant biasanya terjadi pada saat claimant
mengalami kerugian – pribadi, keuangan, atau keduanya – maka claim analyst
harus peka dalam berinteraksi dengan setiap claimant. Selain itu, claim analyst
mendapat pelatihan yang luas mengenai ketentuan – ketentuan kontrak dan
terminologi medis, serta mengembangkan pemahaman yang komprehensif
mengenai persoalan – persoalan hukum yang mempengaruhi klaim. Claim analyst
juga dilatih untuk membuat arsip yang lengkap dan akurat serta harus sopan di
dalam setiap pembicaraan dan korespondensi dengan para claimant.
Pengalaman dan pelatihan yang dijalani seorang claim analyst menentukan
ukuran dan jenis klaim yang dapat ia setujui – wewenangnya untuk menyetujui
klaimnya. Jumlah dolar (uang pertanggungan) yang menjadi wewenang untuk
dapat disetujui serta kesulitan klaim yang diperiksa umumnya meningkat sejalan
dengan meningkatnya pengalaman dan pelatihan staf, dan dipromosikan dari
perusahaan asuransi juga memberikan izin kepada claim analyst yang belum
begitu berpengalaman untuk membuat keputusan klaim awal, dan kemudian
meminta claim analyst yang lebih senior untuk memeriksa dan memberikan
persetujuan kepada keputusan – keputusan tersebut. Dalam kasus – kasus yang
melibatkan kemungkinan adanya kecurangan atau komplikasi hukum yang tidak
wajar, keputusan – keputusan klaim diperiksa oleh pejabat perusahaan atau
pengacara perusahaan.
Claim analyst bekerja sama dengan bagian fungsional lainnya dalam
perusahaan asuransi. Claim analyst juga sering berhubungan dengan para
underwriter dari perusahaan asuransi untuk meneliti informasi yang diserahkan
bersama dengan surat permintaan asuransi atau informasi yang digunakan dalam
membuat keputusan underwriting. Penanganan klaim juga termasuk berkonsultasi
dengan departemen medis, hukum dan pemasaran dari perusahaan asuransi dan
penyelidik luar yang dipekerjakan untuk mengumpulkan atau memastikan
informasi yang terkait dengan klaim. Staf pengembangan produk perusahaan
asuransi dapat menggunakan informasi klaim untuk mengembangkan produk –
produk asuransi baru dan para aktuaris menggunakan informasi statistic yang
dibuat oleh departemen klaim dalam menentukan tarif premi untuk produk –
produk yang sudah ada dan yang baru. Auditor perusahaan asuransi menggunakan
statistic klaim untuk memeriksa akurasi keputusan underwriting dengan
memeriksa klaim yang diajukan untuk berbagai produk.
Banyak perusahaan asuransi yang menyerahkan klaim ke claim analyst
1. Jenis produk.
2. Wilayah geografis dari mana klaim tersebut diterima.
3. Jumlah klaim.
Beberapa perusahaan asuransi yang mengalokasikan klaim berdasarkan
wilayah geografis mendirikan kantor- kantor klaim wilayah yang memiliki
wewenang untuk menangani klaim jenis tertentu sampai jumlah uang
pertanggungan yang telah ditentukan. Klaim dalam jumlah yang lebih besar
diserahkan kepada departemen klaim kantor pusat pada home office perusahaan
asuransi.
Sistem informasi elektronik sering kali digunakan untuk mengevaluasi dan
membayar klaim – klaim rutin. Sistem elektronik menerima semua informasi
klaim yang terkait dan melaksanakan proses penanganan klaim; membuat
keputussan klaim, memberikan wewenang pembayaran manfaat, membuat cek
manfaat yang dibayarkan dan bentuk surat, serta mengirimkan manfaat kepada
para beneficiary dan pemegang polis. Perusahaan asuransi yang memasang sistem
penanganan klaim elektronik menentukan batasan mengenai jumlah nominal dan
jenis pertanggungan. Klaim yang tidak termasuk dalam batasan tersebut atau yang
memerlukan informasi tambahan,ditangani secara manual oleh claim analyst oleh
tim.
c. Falsafah Klaim
Untuk memandu claim analyst dalam membuat keputusan, eksekutif
senior perusahaan asuransi meengembangkan claim philosophy (falsafah klaim),
ditaati oleh perusahaan asuransi dalam melaksanakan administrasi klaim. Falsafah
klaim perusahaan umumnya dirancang untuk memastikan bahwa klaim ditangani
dengan segera, secara wajar dan dengan sopan. Dalam mengembangkan suatu
falsafah klaim, beberapa perusahaan asuransi mengadopsi sebagaian atau seluruh
“Pernyataan Prinsip – Prinsip” International Claim Association (ICA), asosiasi
perusahaan asuransi jiwa dan asuransi kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi, efektivitas dan kinerja standar tinggi dalam administrasi
klaim.
Selain membuat suatu falsafah klaim, perusahaan asuransi harus mematuhi
ketentun hukum dan perundangan berbagai wilayah yurisdiksi yang
mengharuskan perusahaan asuransi untuk menyelidiki dan menyelesaikan klaim
dengan segera. Di banyak negara bagian, ketentuan hukum dan perundangan
tersebut dibuat berdasarkan atas Unfair Claims Settlement Practices Act (Undang
– undang Praktek Penyelesaian Klaim yang Tidak Wajar). NAIC yang
menentukan bahwa sejumlah tindakan yang digolongkan sebagai praktek –
praktek klaim yang tidak wajar telah dilakukan oleh perusahaan asuransi dalam
transaksi bisnis apabila secara sadar mengabaikan undang – undang atau
dilakukan berulang sehingga seolah – olah praktek demikian adalah praktek yang
umum dalam bisnis.
Di Kanada, suatu klaim harus dibayarkan dalam waktu 30 hari setelah
penyelidikan klaim tersebut selesai dilaksanakan. Di Amerika Serikat, sebagian
besar negara bagian mengharuskan perusahaan asuransi untuk menambahkan
bunga atas santunan polis yang dapat dibayarkan apabila mereka tidak membayar
kerugian yang memadai. Namun, proses pemeriksaan klaim tidak boleh dilakukan
secara tergesa – gesa sehingga klaim yang tidak sah disetujui dan dibayarkan
begitu saja. Claim analyst harus mulai menangani klaim dengan cara
menyeimbangkan tujuan – tujuan yang saling bertentangan yaitu antara kecepatan
dan ketepatan.
d. Proses Pengambilan Keputusan Klaim
Perusahaan asuransi jiwa menerima berbagai jenis klaim, tergantung pada
jenis produk asuransi yang mereka jual. Penanganan klaim melibatkan prosedur –
prosedur tertentu yang unik terhadap produk yang pokok. Namun demikian,
banyak aspek dalam proses pengambilan keputusan klaim yang sama untuk semua
jenis produk asuransi. Pada umumnya, pengambilan keputusan apakah suatu
klaim sah dan dapat dibayarkan atau tidak mencakup pemeriksaan fakta – fakta
berikut ini :
Apakah polis masih in force/berlaku pada saat terjadi kerugian.
Apakah tertanggung masih dipertanggungkan dalam polis pada saat terjadi
kerugian.
Apakah telah terjadi kerugian pada tertanggung.
Apakah kerugian yang terjadi termasuk dalam risiko yang ditanggung oleh
polis.
Apakah klaim yang diajukan contestable, dan jika ya, apakah surat permintaan
asuransi mengandung pemberian keterangan yang tidak benar yang bersifat
Setelah setiap fakta tersebut di atas diverifikasi, claim analyst melanjutkan
dengan melakukan verifikasi atas fakta berikutnya. Pada setiap titik dalam
evaluasi suatu klaim, claim analyst mungkin dapat menemukan fakta yang
membuat suatu klaim menjadi tidak berlaku. Dalam kasus demikian, proses
evaluasi klaim berakhir dan claim analyst menolak klaim tersebut. Jika claim
analyst melakukan verifikasi atas semua fakta yang telah disebutkan, kemudian ia
menyetujui klaim tersebut dan mengikuti prosedur pembayaran klaim yang telah
ditentukan.
Proses penanganan klaim asuransi jiwa biasanya dimulai pada saat
claimant atau agen penjualan yang menjual polis tersebut memberitahukan
kematian tertanggung kepada perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi tersebut
kemudian memberikan formulir claimant’s statement (pernyataan claimant),
disebut juga claim form, yaitu dokumen dimana seorang claimant memberikan
informasi mengenai kematian tertanggung, termasuk tanggal, tempat, penyebab,
dan keadaan, kepada claimant tersebut. Claimant’s statement tersebut biasanya
mengharuskan claimant yang berrsangkutan untuk menyediakan informasi berikut
ini :
Nama semua dokter yang ditemui untuk semua kondisi yang berkaitan dengan
penyebab kematian.
Informasi mengenai rumah sakit tempat tertanggung yang meninggal
menjalani rawat inap dalam lima tahun belakangan.
Tanda tangan claimant atau kuasanya pada suatu bagian dari claimant’s
statement – dikenal sebagai authorization to release information (wewenang
untuk memperoleh informasi khusus klaim dari pemberi layanan dan institusi
medis, instansi pemerintah, perusahaan asuransi lain, consumer reporting
agency, serta sumber – sumber lain.
Undang – undang di banyak wilayah yurisdiksi mengharuskan bahwa
claimant’s statement hanya meminta informasi yang dibutuhkan perusahaan
asuransi untuk membuat keputusan klaim, dan formulir tersebut harus mudah
untuk dilengkapi oleh claimant tanpa harus mengalami kesulitan yang tidak perlu.
e. Proses Verifikasi Polis
Setelah menerima claimant’s statement, claim analyst melakukan
verifikasi bahwa polis yang sedang diajukan klaimnya masih berlaku pada saat
tertanggung meninggal dunia. Jika pertanggungan tidak berlaku pada saat terjadi
kerugian, maka claim analyst akan menolak klaim tersebut. Verifikasi status polis
biasanya merupakan suatu masalah hanya jika kematian terjadi pada tanggal
sesaat setelah pertanggungan mulai berlaku atau sesaat sebelum polis asuransi
berakhir atau dibatalkan. Claim analyst harus menentukan dengan hati – hati
tanggal sesungguhnya pertanggungan tersebut dimulai atau berakhir.
Claim analyst melakukan verifikasi bahwa orang meninggal memiliki
polis. Jika orang tersebut tidak diasuransikan, maka claim analyst akan menolak
klaim. Langkah ini penting untuk melindungi perusahaan asuransi dari membayar
klaim yang tidak sah yang diajukan atas dasar kesalahan atau alasan yang tidak
benar. Polis yang menanggung lebih dari satu orang seperti polis asuransi
keluarga atau polis asuransi kumpulan sering menyebabkan kesalahan pengajuan
bahwa orang yang meninggal ditanggung oleh suatu polis asuransi jiwa keluarga
dapat melakukan kesalahan dalam mengajukan klaim untuk mendapat santunan
polis.
Untuk mengajukan klaim asuransi jiwa, claimant harus menyerahkan bukti
kerugian – yaitu, bukti bahwa tertanggung telah mengalami kerugian – dan
informasi mengenai kematian tertanggung. Satu bentuk bukti kerugian adalah
death certificate (akta kematian), yaitu dokumen yang membuktikan kematian
seseorang dan yang ditandatangani – dan kadang – kadang disertai cap tera
(stempel) – oleh pihak yang berwenang untuk menerbitkan akta tersebut.
Perusahaan asuransi jiwa di Amerika Serikat umumnya menerima akta
kematian resmi – asli ataupun salinan yang telah dilegalisir – sebagai bukti
kerugian. Di Kanada, perusahaan asuransi jiwa umumnya menerima akta
kematian resmi, attending physician’s statement (APS), akta kematian yang
diterbitkan oleh petugas kamar jenazah, akta kematian yang diterbitkan oleh
rumah sakit, atau untuk polis dengan jumlah nominal yang lebih rendah, akta
pemimpin pemakaman sebagai bukti. Dalam melakukan verifikasi bukti kerugian,
claim analyst tetap harus berhati – hati terhadap kemungkinan kecurangan.
Sebagai contoh, agar dapat memperoleh manfaat polis sementara tertanggung
masih hidup, beneficiary polis mungkin akan menyerahkan claimant’s statement
yang tidak benar bersama dengan akta kematian fiktif.
Walaupun dalam banyak kasus, verifikasi bukti kerugian merupakan hal
yang rutin, sejumlah kecil klaim mengharuskan claim analyst untuk melakukan
penyelidikan lebih lanjut. Dua masalah timbul jika tertanggung meninggal di luar
1. Tertanggung Meninggal Dunia di luar Amerika Serikat atau di luar Kanada.
Apabila tertanggung meninggal di luar negeri, mungkin akan sulit untuk
memperoleh atau memeriksa keabsahan dokumen yang diberikan sebagai bukti
kematian, atau dokumen tersebut ditulis tidak dalam bahasa inggris. Claim analyst
harus menggunakan jasa penerjemah independen untuk menerjemahkan dokumen
bukti kerugian. Penyelidikan dan penanganan lebih lanjut biasanya akan
diperlukan untuk membuat verifikasi atas keabsahan klaim yang diajukan. Oleh
karena formalitas dan prosedur pendaftaran kematian di negara lain tidak selalu
sama telitinya dengan di Amerika Serikat atau Kanada, situasi dimana
tertanggung meninggal di luar negeri dapat meningkatkan kemungkinan
kecurangan.
2. Tertanggung Menghilang
Apabila seorang tertanggung menghilang, maka claimant tidak bisa
memberikan bukti kematian tertanggung tersebut. Keadaan menghilangnya
tertanggung – apakah dapat dijelaskan atau tidak – umumnya akan menentukan
bagaimana claim analyst melakukan verifikasi klaim.
3. Menghilang yang tidak dapat dijelaskan
Jika tertanggung menghilang sebagai akibat dari suatu resiko tertentu yang
dapat dijelaskan bagaimana menghilangnya tertanggung tersebut, maka
tertanggung dapat dianggap meninggal dunia. Contoh dari keadaan ini adalah
ketika tertanggung berada di dalam pesawat yang jatuh di lautan dan jasadnya
tidak ditemukan. Dalam hal ini, claim analyst mungkin akan menerima claimant’s
tersebut sebagai bukti kematian tertanggung karena jasadnya tidak ditemukan dan
kemudian akan dilanjutkan dengan evaluasi aspek klaim lainnya.
Jika tertanggung menghilang dalam keadaan yang tidak bisa dipastikan, maka
perusahaan asuransi biasanya menolak klaim asuransi jiwa yang diajukan begitu
tertanggung tersebut menghilang. Sebelum tertanggung dapat dianggap telah
meninggal, pembayaran klaim harus menunggu beberapa tahun, misalnya lima
atau enam tahun, tergantung dari wilayah hukumnya. Pada akhir waktu tunggu
yang dipersyaratkan, jika tidak ada bukti bahwa tertanggung muncul kembali,
claimant dapat meminta pengadilan untuk mengeluarkan keputusan yang
menyatakan kematian tertanggung. Keputusan pengadilan yang menyatakan
bahwa tertanggung dianggap telah meninggal menjadi bukti kematian
tertanggung. Jika semua premi telah dibayar agar polis tetap berlaku selama
menghilangnya tertanggung tersebut, maka claim analyst akan menerima bukti
kerugian tersebut dan memulai proses evaluasi klaim.
Selanjutnya claim analyst menetapkan apakah kerugian yang terjadi
ditanggung dalam polis. Langkah ini dapat dilakukan sebelum claim analyst
melakukan verifikasi bahwa telah terjadi kerugian. Sebagai contoh, jika claim
analyst menerima claimant’s statement yang menunjukkan kerugian yang
jelas-jelas tidak ditanggung dalam polis, maka ia mungkin akan menolak klaim
sebelum melakukan verifikasi apakah kerugian tersebut benar – benar terjadi.
Melakukan verifikasi atas kerugian yang ditanggung dalam polis harus
melakukan pemeriksaan atas polis dan semua pengecualian yang terkandung di
dalam polis tersebut. Jika kematian tertanggung disebabkan oleh kegiatan atau
Banyak perusahaan asuransi yang tidak menanggung kematian yang disebabkan
oleh perang, baik yang dinyatakan maupun tidak. Perusahaan asuranssi biasanya
tidak menanggung kematian yang disebabkan oleh pekerjaan atau kegemaran
risiko tinggi tertentu yang dilakukan oleh tertanggung yang secara khusus
disebutkan di dalam polis.
Sebagian besar kontrak asuransi jiwa juga tidak menanggung kematian
yang disebabkan oleh bunuh diri, pengecualian ini umumnya menyatakan bahwa
apabila tertanggung meninggal karena bunuh diri dalam jangka waktu tertentu –
biasanya satu atau dua tahun sejak tanggal polis diterbitkan – perusahaan asuransi
tidak diwajibkan untuk membayar manfaat polis. Jika kematian yang disebabkan
oleh tindakan bunuh diri terjadi setelah berlalunya jangka waktu pengecualian,
maka perusahaan asuransi tersebut berkewajiban untuk membayarkan manfaat
polis tersebut. Pengecualian tindakan bunuh diri melindungi perusahaan asuransi
dari orang – orang yang pada saat membeli asuransi memiliki niat untuk
melakukan bunuh diri.
Pada saat seorang claim analyst menerima klaim yang menunjukkan
bahwa tertanggung meninggal selama jangka waktu pengecualian bunuh diri,
maka ia akan menyelidiki untuk menentukan apakah penyebab kematiannya
karena bunuh diri. Pengadilan telah menentukan bahwa perusahaan asuransi harus
membuktikan bahwa itertanggung melakukan tindakan bunuh diri. Jika
perusahaan asuransi berhasil membuktikan bahwa tertanggung meninggal karena
bunuh diri, perusahaan asuransi tersebut mengembalikan jumlah premi yang telah
Untuk setiap klaim, claim analyst akan mempertimbangkan apakah klaim
tersebut merupakan contestable claim, juga dikenal sebagai resisted claim, yaitu
klaim yang timbul pada saat seorang tertanggung meninggal ketika masih dalam
jangka waktu suatu polis asuransi jiwa dapat disanggah (kebenaran dari informasi
tentang tertanggung). Polis – polis asuransi jiwa di Amerika Serikat dan Kanada
biasanya memberikan jangka waktu selama dua tahun setelah penerbitan polis
yang dikenal sebagai contestable period yaitu jangka waktu dimana perusahaan
asuransi memiliki hak untuk membatalkan atau menyatakan polis tidak sah
apabila surat permintaan asuransi mengandung keterangan yang tidak benar yang
bersifat material. Keterangan yang tidak benar yang bersifat material terjadi pada
saat calon tertanggung menahan sebagian atau seluruh informasi penting yang
berkaitan dengan keputusan underwriting pertama untuk menyetujui atau menolak
asuransi. Material misrepresentation (keterangan yang tidak benar yang bersifat
material) adalah keterangan yang tidak benar yang apabila diketahui
kebenarannya oleh perusahaan asuransi pada saat pengajuan surat permintaan
asuransi, dapat menyebabkan pengambilan keputusan underwriting yang berbeda.
Di sebagian besar negara bagian di Amerika Serikat, setelah contestable period
berakhir, perusahaan asuransi tidak dapat menyanggah keabsahan polis untuk
adanya suatu keterangan yang tidak benar yang bersifat material. Di Kanada dan
di beberapa negara bagian, suatu perusahaan asuransi dapat setiap saat
menyanggah keabsahan polis asuransi jika perusahaan tersebut dapat
menunjukkan bahwa keterangan yang tidak benar yang bersifat material diberikan
Setelah menerima suatu contestable claim, claim analyst menyelidiki
kemungkinan bahwa surat permintaan polis mengandung keterangan yang tidak
benar yang bersifat material. Jika ditemukan ada keterangan yang tidak benar
yang bersifat material, undang – undang memperbolehkan perusahaan asuransi
untuk dalam keadaan tertentu membatalkan polis yang bersangkutan. Rescission
(pembatalan) adalah proses hukum dimana suatu perusahaan asuransi berusaha
untuk mendapatkan hak menyatakan bahwa kontrak batal (demi hukum) sejak
awal berdasarkan keterangan yang tidak benar yang bersifat material. Dampak
dari rescission adalah mengembalikan posisi perusahaan asuransi dan pemegang
polis ke posisi semula sebelum kontrak, dengan demikian perusahaan asuransi
mengembalikan premi yang telah dibayar dikurangi pinjaman polis yang belum
dibayar. Di banyak wilayah hukum, penyebab kematian tertanggung tidak harus
terkait dengan informasi yang dinyatakan secara tidak benar agar polis tersebut
dapat dibatalkan. Membatalkan polis membutuhkan kerjasama yang erat antara
bagian klaim, underwriting dan hukum untuk membuat verifikasi bahwa
perusahaan asuransi mengikuti prosedur yang benar pada saat penertiban polis dan
pada saat klaim diajukan dan membuat evaluasi yang wajar dan dapat
dipertanggungjawabkan atas tindakan underwriting yang telah dilakukan yang
sebenarnya mengandung informasi yang tidak dinyatakan secara tidak benar.
f. Proses Pembuatan Keputusan Klaim
Setelah memeriksa claimant’s statement, bukti kerugian, dan dokumen
oleh perusahaan asuransi untuk klaim tersebut. Pilihan claim analyst adalah
menyetujui klaim atau menolak klaim tersebut.
Jika claim analyst berpendapat bahwa tidak ada dasar untuk menolak
klaim, keputusan yang harus diambil adalah menyetujui klaim tersebut. Setelah
keputusan dibuat, tiga langkah tersisa dalam proses penanganan klaim adalah:
a. Menghitung jumlah manfaat pertanggungan yang dapat dibayarkan.
b. Menetapkan orang – orang yang berhak untuk menerima manfaat.
c. Menetapkan cara mendistribusikan manfaat.
g. Pembayaran Manfaat
Jumlah manfaat yang dapat dibayarkan menurut suatu polis asuransi jiwa
umumnya mudah untuk ditetapkan. Untuk sebagian besar klaim, jumlah manfaat
yang dapat dibayarkan sama dengan jumlah manfaat kematian dasar, yang
umumnya merupakan jumla