• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Bancassurance / Produk Kerjasama antara Bank dan Perusahaan Asuransi (Studi Kasus PT. Sun Life Financial Medan).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Aspek Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Bancassurance / Produk Kerjasama antara Bank dan Perusahaan Asuransi (Studi Kasus PT. Sun Life Financial Medan)."

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Buku, Makalah, Skripsi :

Barkatulah, Abdul Halim. Hukum Perlindungan Konsumen Kajian Teoritis dan Perkembangan Pemikiran. Bandung, Nusa Media : 2008.

Darwini, T. Diktat Hukum Perdata, Medan : 2007.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai Pustaka : 1996.

Hartono, Sri Rejeki. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Jakarta, Sinar Grafika : 1995.

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta, Rajagrafindo Persada : 2008.

Muhammad, Abdulkadir. Hukum Asuransi Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti : 2006.

Marhainis, Abdul Hay. Hukum Perbankan, Jakarta, Pradnya Paramita : 1997. Nasution, Az. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta, Diadit Media : 2002. Salim, H. Abbas. Asuransi dan Manajemen Resiko, Jakarta, RajaGrafindo Persada

: 2003.

Sastrawidjaja, Man Suparman. Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung Asuransi Deposito Usaha Perasuransian. Bandung, Penerbit Alumni : 1997.

Shofie, Yusuf. Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya. Bandung, PT. Citra Aditya Bakti : 2003.

Sidabalok, Janus. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Bandung, Citra Aditya Bakti : 2000.

Subekti. Hukum Perjanjian. Jakarta, Penerbit Alumni : 1982.

Sumartini, L. Kamus Hukum Umum Bahasa Belanda-Indonesia. Jakarta, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI : 1999.

Sunlife Financial, Sunlife Financial Indonesia Profile Book.

(2)

Sunlife Financial, Briliant Participant Book, Sales Training Department.

Sutedi, Adrian. Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen.

Bogor, Ghalia Indonesia : 2008.

Tutik, Titik Triwulan. Pengantar Hukum Perdata di Indonesia. Jakarta, Prestasi Pustaka : 2006.

Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani. Hukum Tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta, PT. Gramedia Pustaka : 2003.

Peraturan Perundang-undangan :

Bank Indonesia, Surat Edaran Nomor 6/43/DPNP.

Menteri Keuangan Republik Indonesia, Keputusan tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, Keputusan

Nomor 426/KMK.06/2003.

Republik Indonesia, Undang tentang Usaha Perasuransian, Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992.

Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Perbankan, Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998.

Republik Indonesia, Undang tentang Perlindungan Konsumen, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999.

Subekti, R dan R. Tjitrosudibio. 2004. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

Internet :

Anonim. “Asuransi”, http://id. Wikipedia.org, diakses tanggal 28 Agustus 2010 Anonim. “Hak Pemegang Polis tetap Harus Dibayar”, www.bisnis.com, diakses

28 Agustus 2010.

Anonim. https://www.maa.com.my/Document/InvestorCorner/Indonesia.pdf, diakses 05 September 2010.

Anonim. http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=1624, diakses 07 September 2010.

(3)

Anonim. http://www.media-asuransi.com/sejarah-asuransi.html, diakses 05 September 2010.

Anonim. ://www.afand.cybermq.com/post/detail/2357/sejarah-perbankan--pengertian-asas-fungsi-dan-tujuan, diakses 05 September 2010.

(4)

BAB III

SISTEM PERLINDUNGAN HUKUM YANG DITERAPKAN DAN

DIBERIKAN SUNLIFE FINANCIAL TERHADAP PEMEGANG POLIS

A. Sejarah Sunlife Financial Indonesia dan Produk Bancassurance

1. Sejarah Sunlife Financial

Sun Life Financial berdiri pada tahun 1871 di Toronto, Canada, sebagai

salah satu perusahaan Asuransi Jiwa terkemuka di Canada. Sun Life Financial

berkantor pusat di Toronto, Canada. Sun Life Financial merupakan salah satu

perusahaan asuransi yang terbesar di Canada (Asset Under Management). Sun

Life Financial bergerak di bidang Asuransi Jiwa dan Wealth Management

(Pengelolaan asset/ kekayaan). Sun Life Financial berada di 4 benua yaitu Asia,

Amerika, Eropa, dan Australia. Sun Life Financial merupakan perusahaan yang

sangat besar dan dinamis, yang tersebar di 17 negara, dan memiliki lebih dari 300

cabang serta lebih dari 8 juta orang nasabah di seluruh dunia.69

Sun Life Financial adalah organisasi penyedia layanan jasa keuangan

internasional terkemuka yang berpusat di Toronto, Canada yang menyediakan

berbagai macam produk jasa keuangan dan proteksi untuk nasabah individu dan

korporasi. Total asset under management CDN Sun Life Financial per 31

Desember 2001 sebesar $ 352 Milyar. Sun Life Financial mendapat nilai AA+

(Sangat Kuat/Very Strong) dari Standard & Poor’s dalam bidang Financial

Strength (Kekuatan Financial). Sun Life Financial juga mendapat penilaian AAA

(Sangat Baik/Excellent) dari Duff & Phelps dalam bidang Claims Paying Ability

      

69

(5)

(Kemampuan Pembayaran Klaim). Selain itu, Sun Life Financial juga mendapat

penilaian A++ (Sangat Baik/Superior) dari A. M Best dalam bidang Financial

Strength (Kekuatan Financial). Pada Tahun 2000, Sun Life Assurance Company

of Canada masuk ke Bursa Saham Toronto (TSX), New York (NYSE), London,

dan Filipina (PSE) dengan kode saham SLF. Sun Life Financial termasuk sebagai

perusahaan Global FTSE4Good Index sejak pertama kali diluncurkan pada tahun

2001. Global FTSE4Good Index merupakan daftar perusahaan-perusahaan yang

menjalankan program tanggung-jawab sosial dengan baik. Jaringan operasional

internasional dari Sun Life Financial diantaranya yaitu Kanada, Amerika Serikat,

Inggris, Irlandia, Hong Kong, Filipina, Jepang, Indonesia, India, Cina, dan

Bermuda. Sun Life Financial berpengalaman lebih dari 100 tahun di pasar Asia.

Langkah Sun Life Financial di Hong Kong dimulai pada tahun 1892, kemudian

dilanjutkan di Filipina pada tahun 1895.70

Sun Life Financial merupakan suatu perusahaan penyedia layanan jasa

keuangan internasional terkemuka yang telah membangun kekuatan selama lebih

dari 140 tahun. Sun Life Financial telah memahami bahwa sejak awal perjalanan

panjang yang penuh dengan pelajaran berharga. Setelah sekian lama, komitmen

Sun Life Financial kepada nasabah tidak pernah berubah . Sun Life Financial

ingin memberikan rasa aman dan tenang kepada nasabah untuk mencapai

kesejahteraan dengan kemapanan finansial. Hal ini lah yang mendasari setiap

langkah Sun Life Financial.71

Misi, visi, dan nilai-nilai yang Sun Life Financial miliki adalah hal

terpenting perusahaan ini. Komitmen tersebut menggerakkan Sun Life Financial       

70

Sunlife Financial, Sunlife Financial Indonesia Profile Book, Halaman 7

71

(6)

untuk maju ke depan dan menjadi pedoman pada setiap keputusan yang diambil.

Mulai dari budaya perusahaan, hingga seluruh produk dan layanan yang Sun Life

Financial tawarkan ke seluruh dunia. Sun Life Financial adalah perusahaan yang

mendedikasikan diri untuk keberhasilan finansial setiap nasabah.

Seiring dengan perkembangan ekonomi di Asia, Sun Life Financial mulai

memasuki pasar asuransi jiwa di Hong Kong pada tahun 1892. Dengan rangkaian

produk dan layanan financial yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di

pasar asia, tiga tahun kemudian tepatnya pada tahun 1895, Sun Life Financial

melanjutkan ekspansinya dengan memasuki pasar Filipina. Langkah Sun Life

Financial terus berlanjut ke pasar asuransi jiwa di Indonesia, India, hingga Tianjin

pada tahun 2002.

Kehadiran Sun Life Financial di kawasan Asia untuk membantu

masyarakat melakukan perencanaan keuangan dan pengelolaan kekayaannya

untuk mencapai kesejahteraan kemapanan financial di masa depan tanpa terasa

telah berlangsung selama lebih dari 100 tahun. Hali ini membuktikan kepercayaan

masyarakat Asia yang kuat terhadap Sun Life Financial.

Sun Life Financial telah mengembangkan sebuah strategi untuk

menentukan arah perusahaan untuk lima tahun ke depan. Sun Life Financial

menggunakan kekuatan regional dan local untuk membantu membangun

eksistensinya di Asia untuk berkompetisi lebih efektif di pasar dan focus pada

tujuannya ke seluruh Asia. Sun Life Financial memacu pertumbuhan yang

menguntungkan melalui penyediaan solusi yang berorientasi pada nasabah,

(7)

Pada saat Sun Life Assurance Company of Canada menjadi perusahaan go

public di bulan Maret 2000, Sun Life Financial bergerak menuju suatu era baru di

sejarah kehidupan perusahaan ini. Brand baru Sun Life Financial

merepresentasikan proses evolusi yang berkelanjutan dari perusahaan penyedia

asuransi jiwa menjadi kelompok usaha yang menawarkan rangkaian produk dan

layanan yang dikhususkan untuk memenuhi kebutuhan financial nasabah dalam

jangka panjang.72

a. Sejarah Sunlife Financial Indonesia

Sun Life Financial Indonesia berdiri sejak tahun 1995, menyusul

kesuksesan Sun Life Financial di Amerika Utara, Hong Kong, dan Filipina. Sejak

1995, Sun Life Financial Indonesia telah menyediakan masyarakat Indonesia

dengan program yang lengkap mulai dari produk-produk proteksi dan pengelolaan

kekayaan, termasuk asuransi jiwa, pendidikan, kesehatan dan perencanaan hari

tua. Sun Life Financial Indonesia memiliki 44 kantor penjualan di lebih dari 30

kota di seluruh Indonesia (per Mei 2009) yang menawarkan produk asuransi

pendidikan, asuransi kesehatan, perencanaan hari tua, proteksi, hingga

investasi.

Setiap tahun Sun Life Financial Indonesia mengalami pertumbuhan yang

signifikan di pasar dimana beroperasi. Sun Life Financial Indonesia terus

berupaya untuk meningkatkan produk-produk dan layanan-layanan Sun Life

Financial Indonesia demi memenuhi kebutuhan keuangan para nasabah.

      

72

(8)

Hingga 31 Desember 2009, tingkat Risk Based Capital (RBC) Sun Life

Financial Indonesia sebesar 239 persen jauh melampaui ketentuan minimal

Departemen Keuangan sebesar 120 persen, dengan aset Rp3,72 triliun. Para

karyawan dan agen Sun Life Financial Indonesia telah bekerja keras untuk meraih

kepercayaan nasabah, dan Sun Life Financial Indonesia akan terus

mengembangkan jalur distribusi keagenan dan non keagenan melalui

bancassurance dan direct marketing/ tele marketing (DM/TM). Saat ini Sun Life

Financial Indonesia menyediakan berbagai produk inovatif melalui lebih dari 40

kantor penjualan di Indonesia.73

Karena Sun Life Financial Indonesia berupaya untuk membantu nasabah

meraih tujuan finansialnya berpegang pada struktur manajemen, kepemimpinan

dan operasional yang solid dan efektif. Seluruh struktur ini memberikan

perusahaan, karyawan dan afiliasinya dengan satu pedoman dalam bekerja

sehari-harinya.

Adapun susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi Sunlife Financial

adalah sebagai berikut :

Dewan Komisaris

Presiden Komisaris : Dikran Ohannessian

Komisaris : Nigel Hodges

Komisaris : Lily Joenoes van Bunnik

Dewan Direksi

Presiden Direktur : Christopher James Robert Lossin

      

73

(9)

Direktur : Harjanto Tanuwidjaja

b. Visi dan Misi Sunlife Financial Indonesia

1) Misi Sunlife Financial Indonesia

Membantu keluarga Indonesia mencapai kesejahteraan dengan

kemapanan finansial.

2) Visi Sunlife Financial Indonesia

Menjadi salah satu dari lima perusahaan asuransi jiwa terbesar di

Indonesia.

3) Nilai-nilai Sunlife Financial Indonesia

a) Integritas

Sunlife Financial Indonesia berkomitmen untuk menerapkan standar

tertinggi dalam etika bisnis dan tata kelola perusahaan yang baik.

b) Keterikatan

Sunlife Financial Indonesia menghargai perbedaan, karyawan yang

berpotensi dan memotivasi, mendukung serta memberikan penghargaan atas

kontribusi yang telah mereka berikan kepada perusahaan.

c) Berfokus Pada Nasabah

Sunlife Financial Indonesia menyediakan solusi keuangan sesuai dengan

kebutuhan nasabah dan selalu mementingkan tercapainya tujuan finansial mereka

d) Sempurna

Sunlife Financial Indonesia menerapkan pelaksanaan operasional yang

sempurna melalui staf yang bekerja bersama kami, produk dan layanan yang

(10)

e) Nilai

Sunlife Financial Indonesia memberikan nilai lebih bagi nasabah dan

pemegang saham serta komunitas di setiap negara tempat Sunlife Financial

Indonesia beroperasi.74

2. Produk Bancassurance

Sesuai dengan misi Sunlife Financial Indonesia, membantu keluarga

Indonesia mencapai kesejahteraan dengan kemapanan finansial , dengan bangga

Sunlife Financial Indonesia memperkenalkan “Plan Your Future”, yang

diciptakan khusus bagi masyarakat Indonesia. Makna dari “Plan Your Future”

ini adalah bahwa Sun Life Financial Indonesia menawarkan jasa konsultasi

perencanaan keuangan, serta solusi masalah finansial yang disesuaikan dengan

kebutuhan para nasabah.

Dengan “Plan Your Future”, Sunlife Financial Indonesia menawarkan

beragam produk finansial yang memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.

Produk-produk Sunlife Financial Indonesia mencakup mulai dari produk asuransi

pendidikan dan kesehatan, hingga perencanaan masa pensiun, serta investasi.

Semua produk tersebut menjawab tiga kebutuhan keuangan yang mendasar:

kebutuhan akan perlindungan, kebutuhan akan tabungan dan kebutuhan akan

investasi.

Produk-produk yang dipasarkan oleh Sun Life Financial Indonesia

dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu Produk Asuransi Traditional dan Produk

Asuransi investasi (Unit Link). Sementara untuk produk asuransi

      

74

(11)

tradisional dibagi menjadi 2 bagian, yaitu Produk dasar dan Produk tambahan

(Rider).

1. Produk Dasar

a. Sun Protector Benefit

b. Sun Retirement Benefit

c. Sun Saver Benefit

d. Sun Saver Benefit Plus

e. Sun Educational Benefit

f. Sun Scholar

g. Sun Lady Saver

h. Sun Lady Saver Plus

2. Rider (Manfaat Tambahan)

a. Accidental Death Benefit (ADB)

b. Waiver of Premium-Total Disability Benefit (WPTDB)

c. Waiver of Premium-Death (WPD)

d. Critical Condition Rider (CCR)

e. Hospital Income Rider (HIR)

f. Payer Benefit

g. Living Benefit Rider (LBR)

(12)

B. Aspek Perlindungan Hukum Indonesia terhadap Pemegang Polis

Bancassurance

Cabang-cabang hukum publik yang berkaitan dan berpengaruh atas hukum

konsumen umumnya adalah hukum administrasi, hukum pidana dan hukum

internasional terutama konvensi-konvensi internasional yang berkaitan dengan

praktek bisnis, maupun Resolusi PBB tentang perlindungan konsumen sepanjang

telah diratifikasi oleh Indonesia sebagai salah satu anggota.75

Diantara cabang hukum ini, tampaknya yang paling berpengaruh pada

hubungan dan masalah yang termasuk hukum konsumen atau perlindungan

konsumen adalah hukum pidana dan hukum administrasi negara sebagaimana

diketahui bahwa hukum publik pada pokoknya mengatur hubungan hukum antara

instansi-instansi pemerintah dengan masyarakat, selagi instansi tersebut bertindak

selaku penguasa.

Kewenangan mengawasi dan bertindak dalam penerapan hukum yang

berlaku oleh aparat pemerintah yang diberikan wewenang untuk itu, sangat perlu

bagi perlindungan konsumen. Berbagai instansi berdasarkan peraturan

perundang-undangan tertentu diberikan kewenangan untuk menyelidiki, menyidik, menuntut,

dan mengadili setiap perbuatan pidana yang memenuhi unsur-unsur dari

norma-norma hukum yang berkaitan.76

Dalam kehidupan bernegara, peran negara cenderung terlalu kuat di

hadapan warga negaranya, untuk itu, warga negara membutuhkan perlindungan

legal agar terhindar dari perbuatan pemerintah sebagai representasi negara, yang

      

75

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1521/1/perdata-sabarudin2.pdf, diakses pada tanggal 4 november 2010

76

(13)

merugikan warga negaranya sendiri. Macam-macam perbuatan pemerintah yang

bisa merugikan masyarakat tersebut adalah, perbuatan pemerintah dalam bidang

pembuatan peraturan perundang-undangan (regeling), perbuatan pemerintah

dalam penerbitan ketetapan (beschikking), dan perbuatan pemerintah dalam

bidang keperdataan. Jenis Perlindungan Hukum yang dapat diberikan oleh hukum

kepada warga negaranya adalah sebagai berikut, warga negara berhak atas

perlindungan hukum terhadap perbuatan pemerintah yang bertentangan dengan

hukum yang melanggar hak warga negara.77

Dalam hal perlindungan hukum bidang perdata, penguasa dapat dianggap

melakukan perbuatan melanggar hukum karena melanggar hak subyektif orang

bila penguasa tersebut melakukan perbuatan yang bersumber pada hubungan

hukum perdata dengan warga negara serta melanggar ketentuan dalam hukum

tersebut. Dalam hal perlindungan hukum bidang publik, penguasa melakukan

perbuatan yang bersumber pada hukum publik serta melanggar ketentuan kaidah

hukum tersebut.

Sebab dalam kriteria perbuatan melawan hukum Negara tidak dapat

digugat, hal ini sesuai dengan pendapat Kranenburg, yang menyatakan bahwa

konsep negara sebagai lembaga kekuasaan dikaitkan dengan konsep hukum

sebagai keputusan kehendak oleh kekuasaan, sehingga tidak ada tanggung gugat

negara, namun negara dalam konsep dapat dibedakan negara sebagai penguasa

dan negara sebagai fiskus, oleh karenanya sebagai penguasa negara memang tidak

dapat digugat, namun sebagai fiskus negara dapat digugat.

      

77

(14)

Dengan demikian warga negara harus mendapat perlindungan di mana

pada perlindungan hukum dalam Bidang Hukum Publik itu dapat berupa

perlindungan hukum preventif dalam arti rakyat diberi kesempatan untuk ajukan

keberatan, sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif,

tujuannya untuk mencegah sengketa. Terdapat juga perlindungan hukum represif

di mana ini bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.78

Perlindungan Hukum akibat dikeluarkannya keputusan ditempuh melalui

MA dengan cara hak uji materiil. Mahkamah Konstitusi menguji Undang-Undang

terhadap konstitusi. Tolok ukur uji materiil meliputi apakah bertentangan/tidak

dengan peraturan yang lebih tinggi dan apakah bertentangan/tidak dengan

kepentingan umum. Untuk peraturan daerah caranya adalah dengan pembatalan

oleh organ yang berwenang tanpa melalui proses peradilan.79

Dalam hukum perdata yang lebih banyak digunakan atau berkaitan dengan

azas-azas hukum mengenai hubungan/masalah konsumen adalah buku ketiga

tentang perikatan dan buku keempat mengenai pembuktian dan daluarsa. Buku

ketiga memuat berbagai hubungan hukum konsumen. Seperti perikatan, baik yang

terjadi berdasarkan perjanjian saja maupun yang lahir berdasarkan

Undang-undang.

Hubungan hukum konsumen adalah untuk memberikan sesuatu, berbuat

sesuatu, dan tidak berbuat sesuatu (Pasal 1234 KUHPerdata). Hubungan

konsumen ini juga dapat kita lihat pada ketentuan Pasal 1313 sampai Pasal 1351

KUHPerdata. Pasal 1313 mengatur hubungan hukum secara sukarela diantara

      

78

http://www.ibnurochimconnection.com/2009/08/bab-viii-perlindungan-hukum.html, diakses pada tanggal 4 november 2010

79

(15)

konsumen dan produsen, dengan mengadakan suatu perjanjian tertentu. Hubungan

hukum ini menimbulkan hak dan kewajiban pada masing-masing pihak.80

Perikatan karena Undang-undang atau akibat sesuatu perbuatan

menimbulkan hak dan kewajiban tertentu bagi masing-masing pihak (ketentuan

Pasal 1352 KUHPerdata). Selanjutnya diantara perikatan yang lahir karena

Undang-undang yang terpenting adalah ikatan yang terjadi karena akibat sesuatu

perbuatan yang disebut juga dengan perbuatan melawan hukum (ketentuan Pasal

1365 KUHPerdata). Sedangkan pertanggung jawaban perbuatan itu tidak saja

merupakan perbuatan sendiri tetapi juga dari orang yang termasuk tanggung

jawabnya seperti yang diatur pada Pasal 1367-1369 KUHPerdata.81

Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk

menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam

usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang sangat merugikan

konsumen itu sendiri. Dalam bidang hukum, istilah ini masih relatif baru

khususnya di Indonesia, sedangkan di negara maju, hal ini mulai dibicarakan

bersamaan dengan berkembangnya industri dan teknologi.82 Sebelum sampai

kepada bentuk perlindungan konsumen, terlebih dahulu akan dipaparkan secara

singkat mengenai sejarah perlindungan konsumen.

Sejarah perkembangan perlindungan konsumen sejalan dengan

perkembangan perekonomian dunia. Perkembangan perekonomian yang pesat

telah menghasilkan berbagai jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang

      

80

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1521/1/perdata-sabarudin2.pdf, diakses pada tanggal 4 november 2010

81

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1521/1/perdata-sabarudin2.pdf, diakses pada tanggal 4 november 2010

82

(16)

dan/atau jasa yang dapat dikonsumsi. Di samping itu, globalisasi dan perdagangan

bebas yang didukung oleh kemajuan teknologi telekomunikasi dan informatika

telah memperluas ruang gerak arus transaksi barang dan/atau jasa melintasi

batas-batas wilayah suatu negara, sehingga barang dan/atau jasa yang ditawarkan

bervariasi, baik produksi luar negeri maupun dalam negeri.

Konsumen yang keberadaannya sangat tidak terbatas, dengan strata yang

sangat bervariasi, menyebabkan produsen melakukan kegiatan pemasaran dan

distribusi produk barang atau jasa dengan cara-cara yang seefektif mungkin agar

dapat mencapai konsumen yang sangat majemuk tersebut. Untuk itu semua cara

pendekatan diupayakan sehingga mungkin menimbulkan berbagai dampak pada

tindakan yang bersifat negatif, bahkan tidak terpuji, yang berawal dari itikad

buruk. Dampak buruk yang lazim terjadi antara lain, menyangkut kualitas atau

mutu barang, informasi yang tidak jelas bahkan menyesatkan, pemalsuan dan

sebagainya.

Konsep pemasaran pada awalnya memfokuskan pada produk dan pada

membuat produk yang lebih baik yang berdasarkan pada standar nilai internal. Hal

ini dilakukan dengan tujuan memperoleh laba, dengan menjual atau membujuk

pelanggan potensil untuk menukar uangnya dengan produk perusahaan. Kedua,

pada dekade 60-an, mengalihkan fokus pemasaran dari produk kepada pelanggan,

sasaran masih tetap pada laba, tetapi cara pencapaian menjadi lebih luas yaitu

dengan bantuan pemasaran marketing mix atau 4P (product, price, promotion and

place) produk, harga, promosi dan saluran distribusi.

Konsep ketiga sebagai konsep baru pemasaran dengan pembaharuan

(17)

pelanggan atau produk ke pelanggan dalam konteks lingkungan eksternal yang

lebih luas. Di samping itu juga terjadi perubahan pada tujuan pemasaran, yaitu

dari laba menjadi keuntungan pihak yang berkepentingan (yaitu orang perorangan

atau kelompok yang mempunyai kepentingan dalam kegiatan perusahaan,

termasuk di dalamnya karyawan, manajemen, pelanggan, masyarakat dan negara).

Kondisi seperti ini, pada suatu sisi memberikan manfaat bagi konsumen

karena kebutuhan akan barang dan/atau jasa yang diinginkan dapat terpenuhi,

serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas

barang dan/atau jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan konsumen. Kondisi

dan fenomena tersebut pada sisi lainnya dapat mengakibatkan kedudukan pelaku

usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang, di mana konsumen berada pada

posisi yang lemah. Konsumen yang menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraup

keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha melalui kiat promosi, cara

penjualan serta penerapan perjanjian standar sangat merugikan konsumen.83

Hal tersebut bukanlah gejala regional saja, tetapi menjadi permasalahan

yang mengglobal dan melanda seluruh konsumen di dunia. Timbulnya kesadaran

konsumen ini telah melahirkan salah satu cabang baru ilmu hukum, yaitu hukum

perlindungan konsumen atau yang kadang kala dikenal juga dengan hukum

konsumen (consumers law).84

Perlindungan hukum bagi konsumen adalah dengan melindungi hak-hak

konsumen. Walaupun sangat beragam, secara garis besar hak-hak konsumen dapat

dibagi dalam tiga hak yang menjadi prinsip dasar, yaitu:

      

83

(18)

1. Hak yang dimaksudkan untuk mencegah konsumen dari kerugian, baik

kerugian personal, maupun kerugian harta kekayaan;

2. Hak untuk memperoleh barang dan/atau jasa dengan harga wajar; dan

3. Hak untuk memperoleh penyelesaian yang patut terhadap permasalahan yang

terjadi.85

Diundangkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen pada 20 April 1999 oleh pemerintah transisi (Kabinet

Reformasi Pembangunan) Presiden B. J. Habibie tampaknya diringi dengan

harapan terwujudnya wacana baru hubungan konsumen dengan pelaku usaha

(produsen, distributor, pengecer, pengusaha/perusahaan, dan sebagainya) dalam

menyongsong millennium baru yang sudah di ambang pintu.

Kritik dan bermacam keluhan dari berbagai pihak terhadap penegakan

hukum bagi yang lemah yang menjadi referensi utama dalam penegakan

norma-norma perlindungan konsumen dalam undang-undang baru itu. Seperangkat

norma-norma hukum baru, termasuk perumusan tindak pidana/delik baru

(kriminalisasi) mengemuka untuk berusaha menjawab kekaburan norma-norma

perlindungan konsumendan institusi-institusi perlindungan konsumen. Tenggang

waktru selama satu tahun terhitung 20 April 1999 dimanfaatkan untuk melakukan

sosialisasi undang-undang ini bagi para pelaku ekonomi (pemerintah, swasta,

Badan Usaha Milik Negara, koperasi, dan konsumen). Sejumlah agenda baru

penegakan hukum diperkirakan akan muncul ke permukaan.86

      

85

Abdul Hakim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen, (Bandung: Nusa Media, 2010), Halaman. 25.

86

(19)

Munculnya sejumlah undang-undang baru, termasuk Undang-Undang

Perlindungan Konsumen (UUPK) 1999 yang dibuat tidak dalam paradigma

kodifikasi hukum, menimbulkan pertanyaan yang bersifat filosofis dalam

kerangka sistem hukum nasional, yaitu hukum nasional yang dicita-citakan.87

Ada berbagai produk hukum yang diterbitkan oleh Pemerintah seperti

Undang-Undang yang substansinya berkaitan dengan perlindungan konsumen di

tiap-tiap aspek/bidangnya. Diantaranya, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan,

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran dan lain sebagainya.

Namun ketentuan perlindungan konsumen secara garis besar diatur dalam

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK).

Tidak semua ketentuan perlindungan konsumen diatur dalam UUPK,

seperti halnya perlindungan konsumen di bidang lingkungan hidup tidak diatur

dalam Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen ini karena telah diatur

dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup mengenai kewajiban setiap orang untuk memelihara kelestarian fungsi

lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan

lingkungan hidup dan perlindungan konsumen dalam hal pelaku usaha melanggar

hak atas kekayaan intelektual (HAKI) tidak diatur dalam Undang-Undang tentang

Perlindungan Konsumen ini karena sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001

tentang Paten, dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, yang

(20)

melarang menghasilkan atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang

melanggar tentang HAKI.88

UUPK pada dasarnya bukan merupakan awal dan akhir dari hukum yang

mengatur tentang perlindungan konsumen, sebab di kemudian hari masih terbuka

kemungkinan terbentuknya undang-undang baru yang pada dasarnya memuat

ketentuan-ketentuan yang melindungi konsumen. Dengan demikian, UUPK ini

merupakan payung yang mengintegrasikan dan memperkuat penegakan hukum di

bidang perlindungan konsumen.89

Sebagai bagian dari sistem hukum nasional, salah satu ketentuan UUPK

dalam hal ini Pasal 64 (Bab XIV Ketentuan Peralihan) menentukan sebagai

berikut :

“Segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang bertujuan melindungi

konsumen yang telah ada pada saat Undang-Undang ini diundangkan, dinyatakan

tetap berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus dan/atau tidak bertentangan

dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.”

Ketentuan ini dipahami sebagai penegasan bahwa ketentuan peraturan

perundang-undangan yang sudah ada sebelum UUPK merupakan ketentuan

khusus (lex specialis) terhadap UUPK, sesuai dengan asas lex specialis derogat

legi generali. Artinya, Undang-Undang tersebut tetap berlaku sepanjang tidak

diatur secara khusus dalam ketentuan-ketentuan di luar UUPK dan/atau tidak

bertentangan dengan UUPK.90

      

88

Penjelasan Umum Alinea 11-12 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

89

(21)

Berdasarkan ketentuan diatas, dapat diketahui bahwa bentuk perlindungan

konsumen di Indonesia pada dasarnya bersumber daripada UUPK dan

ketentuan-ketentuan di luar UUPK. Ketentuan-ketentuan-ketentuan di luar UUPK ini bisa saja dalam

berbagai bentuk antara lain, produk peraturan hukum yang dibuat oleh Pemerintah

seperti Undang-Undang ataupun dalam bentuk Perjanjian yang dibuat para pihak.

UUPK sebagai payung hukum dari semua peraturan-peraturan yang

mengatur tentang perlindungan konsumen, memberikan perhatian khusus kepada

pelaku usaha dan konsumen. Perlindungan yang diberikan UUPK terhadap

konsumen dilakukan dalam hal agar konsumen dapat memperoleh hak-haknya

tanpa mengesampingkan pemenuhan kewajibannya terlebih dahulu.

Bentuk perlindungan kepada konsumen ini dilakukan dan diberikan UUPK

yakni dengan adanya penetapan serta pengaturan hak-hak kosumen yang terdapat

pada Pasal 4 UUPK. Dengan adanya ketentuan pengaturan hak-hak konsumen ini,

akan memberikan batasan terhadap perbuatan apa saja yang tidak dapat dilakukan

oleh pelaku usaha terhadap konsumen (Pasal 8-17 UUPK). Pelaku usaha dalam

menawarkan barang dan/atau jasanya juga harus memenuhi ketentuan

pencantuman klausula baku yang diatur oleh UUPK sebagaimana terdapat dalam

Pasal 18 UUPK.

Perlindungan terhadap konsumen yang diberikan UUPK ini lebih

ditegaskan lagi dengan adanya pemberian sanksi administratif ataupun sanksi

pidana (Pasal 60 dan 62 UUPK) terhadap pelaku usaha yang tidak memenuhi

tanggung jawabnya sebagaimana yang sudah ditentukan UUPK, yakni pelaku

usaha yang melanggar Pasal 19 ayat 2 dan 3, Pasal 20, Pasal 25 dan Pasal 26 akan

(22)

banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Bagi pelaku usaha yang

melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9 pasal 10,

Pasal 13 ayat 2, Pasal 15, Pasal 17 ayat 1 huruf (a), huruf (b), huruf (c), huruf (e),

ayat 2 dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun

atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah). Serta

pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11,

Pasal 12, Pasal 13 ayat 1, Pasal 14, Pasal 16 dan Pasal 17 ayat 1 huruf d dan huruf

f dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda

paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Terhadap pelanggaran

yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap atau kematian

diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku. Selain itu, konsumen yang dirugikan

dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas meyelesaikan

sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di

lingkungan peradilan umum (Pasal 45 ayat 1 UUPK). Penyelesaian sengketa

konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan (dengan menggunakan ketentuan

Hukum Acara Perdata) atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para

pihak yang bersengketa (Pasal 45 ayat 2 UUPK).

C. Sistem Perlindungan Hukum yang diterapkan dan diberikan Sunlife

Financial terhadap Pemegang Polis Bancassurance

Sunlife Financial selalu terbuka dalam menerima pendapat dan saran dari

berbagai pihak untuk terus mengembangkan, memperbaharui dan meningkatkan

kinerja melalui kemampuan opeasional. Dengan berfokus pada perspektif

(23)

kebutuhan masyarakat secara personal, baik membantu para nasabah mencari

solusi perencanaan financial serta saat perusahaan asuransi ini terpanggil untuk

turut membantu masyarakat di sekitar tempat perusahaan ini bekerja melalui

program tanggung jawab social perusahaan.

Pemberlakuan polis yang dilakukan oleh Sunlife Financial Indonesia

dimulai berlakunya pada tanggal pengeluaran polis dan premi pertama telah

dibayar dengan lunas. Tujuan dari penyusunan polis ini adalah untuk memberikan

manfaat-manfaat yang dapat dirasakan oleh pemegang polis, misalnya dalam polis

asuransi jiwa, manfaat yang akan diterima oleh pemegang polis akan benar-benar

dapat dirasakan pada saat terjadinya kematian. Adapun manfaat polis dalam

keadaan terjadinya kematian pemegang polis, maka manfaat yang akan

dibayarkan dapat ditujukan kepada penerima manfaat. Penerima manfaat adalah

pihak-pihak yang ditunjuk oleh pemilik polis dalam surat permohonan untuk polis

asuransi. Pemilik polis dapat dari waktu ke waktu mengubah penerima manfaat

yang ditunjuk secara mutlak, tanpa memerlukan persetujuan dari penerima

manfaat yang telah ditunjuk secara mutlak.91

Pembayaran Premi yang dilakukan Sunlife Financial dilakukan secara

tahunan, semesteran, dan dapat juga secara triwulan. Pembayaran premi dilakukan

dalam bentuk mata uang rupiah atau dollar, dan dapat juga dengan menggunakan

alat pembayaran yang lainnya yang dianggap sah. Tempat pembayaran premi

dapat dilakukan di Kantor Sunlife di seluruh Indonesia. Masa tenggang waktu

(Grace Period) pembayaran premi pada Sunlife Financial Indonesia adalah

maksimal 30 hari. Dalam hal premi tidak dibayar pada saat jatuh tempo atau

(24)

dalam tenggang waktu tersebut maka polis ini akan berakhir dengan sendirinya

pada tanggal jatuh tempo dari premi yang tidak dibayar, kecuali jika pinjaman

diberikan untuk membayar premi sesuai dengan ketentuan pinjaman premi.

Premi yang tidak dibayar akan dibayarkan secara otomatis oleh pinjaman.

Jika pinjaman yang tersedia kurang dari jumlah premi sepenuhnya, pinjaman akan

digunakan untuk melanjutkan berlakuna polis selama masih memungkinkan.

Pinjaman premi dikenakan bunga dengan suku bunga yang akan ditetapkan

Sunlife Financial dari waktu ke waktu. Bunga timbul setiap hari dan harus dibayar

setiap tahun. 92

Sunlife Indonesia atas permintaan tertulis akan memberikan pinjaman

polis. Jumlah maksimum pinjaman adalah sebesar 80 % dari nilai tunai yang

dijamin berdasarkan polis ditambah nilai tunai variable dikurangi bunga atas

pinjaman sampai dengan tanggal ulang tahun polis berikutnya. Pinjaman polis

dikenakan bunga dengan suku bunga yang akan ditetapkan Sunlife Financial dari

waktu ke waktu. Bunga timbul setiap hari dan harus dibayar setiap tahun. Bunga

yang tidak dibayar akan ditambahkan pada pinjaman polis. Apabila pinjaman dan

bunga sama besarnya dengan nilai tunai yang dijamin ditambah nilai tunai

variable, polis berakhir. Yang dimaksud dengan Nilai Tunai terjamin adalah

sejumlah uang yang dibayarkan kepada pemilik polis jika perjanjian asuransi

dihentikan sebelum masa asuransinya berakhir, yang besarnya tercantum dalam

polis. Nilai tunai terjamin merupakan sejumlah uang yang dapat digunakan untuk

pinjaman polis. Yang dimaksud dengan nilai tunai variable adalah nilai tunai yang

ditentukan Sunlife Financial sekali setahun dimana nilai ini akan dibayarkan pada

(25)

saat tertanggung meninggal dunia, pada saat penebusan polis atau ulang tahun

polis.

Dalam waktu 5 tahun sejak batalnya polis karena premi atau pinjaman

polis tidak dibayar, polis dapat diberlakukan kembali dengan memberikan

bukti-bukti yang memuaskan kepada Sunlife Financial bahwa tertanggung dapat

diasuransikan, dan membayar setiap tunggakan premi dan pinjaman polis yang

belum dibayar, berikut bunganya dari saat tanggal batalnya polis dengan suku

bunga yang akan ditetapkan oleh Sunlife Financial dari waktu ke waktu. Setelah

polis berlaku selama dua tahun terhitung dari tanggal terakhir pemulihan polis,

selama tertanggung masih hidup, keabsahannya tidak dapat dibantah kecuali

menyangkut penipuan atau premi tidak dibayar.

Apabila tertanggung meninggal dunia karena bunuh diri (yang dilakukan

baik dalam keadaan waras atau tidak waras) kurang dari dua tahun setelah tanggal

pengeluaran polis atau tanggal terakhir pemulihan kembali polis, Sunlife Financial

Indonesia hanya akan membayar kepada penerima manfaat yang telah ditunjuk

jumlah premi yang telah ditambah nilai tunai variable dikurangi dengan pinjaman

berikut bunganya.93

(26)

BAB IV

KLAIM DAN GANTI KERUGIAN YANG DIBERIKAN SUNLIFE

FINANCIAL

A. Kerugian dan Faktor Penyebab Terjadinya Kerugian

Resiko adalah ketidaktentuan atau uncertainty yang mungkin melahirkan

kerugian (loss).94 Unsur ketidaktentuan ini bisa mendatangkan kerugian dalam

asuransi. Ketidaktentuan dapat kita bagi atas:

1. Ketidaktentuan ekonomi (economic uncertainty), yaitu kejadian yang timbul

sebagai akibat dari perubahan sikap konsumen, umpama perubahan selera atau

minat konsumen atau terjadinya perubahan pada harga, teknologi, atau

didapatnya penemuan baru, dan lain sebagainya.

2. Ketidaktentuan yang disebabkan oleh alam (uncertainty of nature) missal

kebakarn, badai, topan, banjir dan lain-lain.

3. Ketidaktentuan yang disebabkan oleh perilaku manusia (human uncertainty),

umpama peperangan, pencurian, perampokan, dan pembunuhan.

Di antara ketiga jenis ketidaktentuan di atas, yang bisa dipertanggungkan

ialah ketidaktentuan alam dan manusia. Sedangkan yang pertama tidak bisa

diasuransikan karena bersifat spekulatif (unsure ekonomis) dan sulit untuk diukur

keparahannya (severity).

      

94

(27)

Resiko dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Speculative risks, yaitu resiko yang bersifat spekulatif yang bisa mendatangkan

rugi atau laba. Misal: seorang pedagang bisa untung atau rugi dalam usahanya.

2. Pure risks, yaitu resiko yang selalu menyebabkan kerugian. Perusahaan

Asuransi beroperasi dalam bidang pure risk (kematian, kapal tenggelam,

kebakaran, dan sebagainya).

Selain resiko kita mengenal pula apa yang dinamakan peril.

PERIL

Peril ialah segala sesuatu yang bisa menimbulkan kerugian. Antara peril

dan risk rapat sekali hubungannya.

HAZARD

Hazard ialah suatu keadaan yang menambah kemungkinan terjadinya peril

(kerugian), atau disebut pula “hazard is a condition that increases the chance of

loss arising from peril”.95

Mengenai hazard dapat kita bagi pula atas:

1. Physical hazard, yaitu hazard yang berbentuk fisik dan mengandung unsure

objektif, misal: kerusakan secara fisik karena terbakar, tabrakan, dan

seterusnya.

2. Moral hazard, yaitu hazard yang menyangkut diri seseorang dan mengandung

unsure subjektif. Misal dengan sengaja menubrukkan mobil ke pohon, agar

bisa mendapat ganti kerugian.96

      

95

(28)

Pada perjalanan usahanya, dalam Sun Life Financial dikenal adanya istilah

Underwriting. Yang dimaksud dengan Underwriting adalah suatu proses seleksi,

kualifikasi dan akseptasi atau penerimaan suatu resiko. Resiko adalah suatu

kondisi tertentu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya kontrak asuransi jiwa

dari calon tertanggung (insured) dan pemilik polis (Policy Owner).

Jenis-Jenis Resiko yang dikenal pada Sun Life Financial, yaitu :

a) Resiko Standard

Apabila Resiko yang terjadi disebabkan oleh faktor Medical (kesehatan) maupun

secara non medical (hal-hal lain yang tidak menyangkut kesehatan), maka

permohonan asuransi dapat diterima dengan kondisi tanpa penambahan premi,

dapat juga dengan adanya extra premi, atau bahkan juga dapat ditolak.

b) Resiko Sub Standard

Apabila Resiko yang terjadi disebabkan oleh faktor Medical (kesehatan) maupun

yang berhubungan dengan hobby atau pekerjaan, maka permohonan asuransi

dapat diterima, dapat juga dilakukan penundaan proses penerimaan permohonan

asuransi hingga batas waktu yang ditentukan, atau bahkan juga dapat ditolak

c) Resiko yang tidak dapat diasuransikan (Uninsurable Risk) yaitu adanya resiko

tertentu pada tertanggung atau pemilik polis yang menyebabkan terjadinya

penundaan (postpone) atau penolakan (declined) permohonan asuransi.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi seleksi resiko, yaitu :

a) Usia

b) Kondisi fisik dan kesehatan

c) Jenis pekerjaan

(29)

e) Moral dan kebiasaan

f) Besarnya nilai pertanggungan

g) Jenis kelamin

Di dalam pelimpahan resiko tersebut ada dua hal yang menjadi landasan

prinsip yang harus dipegang oleh Sun Life Financial, yaitu:

a) Prinsip Itikat Baik (Utmost Good Faith)

Artinya semua data dan keterangan yang disampaikan oleh tertanggung

harus secara jujur dan benar. Asuransi tidak boleh menggunakan jiwa seseorang

untuk tujuan berjudi (orang sakit diasuransikan dengan harapan mendapat klaim).

Yang diasuransikan adalah nilai ekonomi seseorang, bukan jiwanya, karena jiwa

seseorang tidak ternilai. Jadi setiap perjanjian asuransi harus dilandasi itikat baik.

b) Prinsip Kepentingan Asuransi (Insurable Interest)

Maksudnya adalah nama-nama yang dicantumkan sebagai penerima

manfaat (ahli waris) masih ada hubungan kepentingan dengan tertanggung. Jika

tertanggung meninggal, pihak ahli waris merasa kehilangan. Misalnya antara

Bapak dengan Anak, Suami dengan Istri, Kreditur dengan Debitur, Majikan

dengan Karyawan, dsb.

B. Penyelesaian Klaim dan Ganti Rugi Oleh Sunlife Financial

1. Penyelesaian Ganti Kerugian menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen

Dalam pertanggungan dikenal apa yang disebut “prevention of loss”

(pencegahan kerugian). Dengan diadakannya pencegahan akan memberikan

(30)

a. Mengurangi atau memperkecil kerugian (reducing of loss)

b. Mengurangi biaya-biaya (cost) yang menyangkut dengan pertanggungan

tersebut (reduction cost of insurance)

Bilamana terjadi kebakaran akan menyebabkan kerugian. Oleh sebab itu

lebih baik diadakan pencegahan agar bias mengurangi bahaya-bahaya dari api itu.

Misalnya: membuat sebuah gedung pabrik yang tahan terhadap api serta tidak

mudah terbakar, dan sebagainya.97

Pencegahan dan proteksi bertujuan untuk memperkecil kerugian yang

terjadi. Preventive dan Protective efforts kita bagi dalam:

1. Truly Preventive

Pencegahan di sini bertujuan untuk mengeliminir sebab-sebab yang bias

menimbulkan kerugian (cause of loss) misalnya: pada Help Insurance) untuk

usaha mengurangi resiko (sakit), bias dilakukan dengan mendirikan

poliklinik-poliklinik dan Rumah Sakit.

2. Protective (Quasi Preventive)

Tujuannya ialah untuk melindungi barang-barang atau orang yang akan

dirugikan (the purpose of which is to protect thing or person subject to damage)

3. Minimizing (mengurangi kerugian)

Bila terjadi kerugian diusahakan untuk seminimum mungkin (the purpose

of which is to limit damage as small as compass as possible)

(31)

4. Salvaging

Tujuan salvage ialah supaya barang-barang yang telah rusak dilindungi

agar jangan bertambah rusak (the purpose of which is to preserve as much as

possible of the value of damage property)98

Antara preventive dan protective efforts terdapat sedikit perbedaan. Pada

preventive betul-betul pencegahan murni. Umpamanya membuat sebuah pabrik

yang betul-betul tahan api, sedangkan pada protective, usaha untuk memperkecil

resiko dengan jalan mengadakan percobaan-percobaan dalam laboratorium dan

research; misalnya dalam berproduksi supaya barang-barang yang dihasilkan

tidak mendatangkan kerugian, diadakanlah percobaan dalam laboratorium.

Bagi Negara kita usaha preventive dan protective belum terlaksana

sebagaimana mestinya. Sebetulnya unsur preventive itu harus ada, karena penting

untuk mengurangi resiko-resiko yang mungkin timbul dalam masyarakat.99

2. Penyelesaian Klaim Ganti Kerugian Yang Diberikan Sunlife Financial

Medan

Klaim ataupun dapat disebut dengan sengketa konsumen, menurut AZ.

Nasution sengketa konsumen mempunyai batasan yaitu “Setiap perselisihan

antara konsumen dan penyediaan produk konsumen (barang dan jasa konsumen)

dalam hubungan hukum satu sama lain, mengenai produk konsumen tertentu”.100

Klaim yang diajukan konsumen yang ditujukan kepada pihak pos tidak

serta merta dapat diterima begitu saja oleh Sunlife Financial. Bilamana setelah

      

98

H. Abbas Salim, Ibid, halaman. 9.

99

H. Abbas Salim, Ibid, halaman. 10.

100

(32)

melalui proses penelusuran/investigasi yang dilakukan, ternyata pihak pos

dinyatakan lalai dalam melaksanakan kewajibannya, barulah konsumen segera

dapat menuntut ganti rugi, dalam arti Sunlife Financial Medan harus menanggung

kerugian yang timbul karena wanprestasi tersebut.

a. Tinjauan Fungsi Klaim

Untuk memulai pembahasan mengenai klaim, Sunlife Financial akan

melihat staf yang menangani klaim dan cara – cara yang biasa digunakan

perusahaan asuransi dalam mengorganisir operasi penanganan klaim mereka.

Sunlife Financial juga membahas pentingnya membentuk dan mematuhi suatu

falsafah klaim.

b. Staf Bagian Klaim

Sebagian besar perusahaan asuransi memiliki eksekutif setingkat vice

president yang mengawasi operasi penanganan klaim untuk setiap lini bisnis

perusahaan. Setiap pimpinan eksekutif bagian klaim memiliki tanggung jawab

utama atas administrasi semua klaim yang ditanggung oleh perusahaan untuk lini

bisnis tersebut. Beberapa perusahaan memiliki seorang pimpinan departemen

klaim yang mengawasi penanganan semua klaim dari semua lini bisnis, dan para

eksekutif lini bisnis melapor kepada pejabat senior tersebut. Perusahaan asuransi

biasanya memiliki berbagai tingkat claim manager atau supervisor dalam setiap

lini produk.

Bagian terbesar administrasi klaim ditangani oleh claim analyst yang juga

dikenal sebagai claim examiner, claim specialist, atau claim approver. Claim

analyst adalah orang yang dilatih untuk meneliti setiap klaim dan menentukan

(33)

besar klaim adalah klaim yang rutin diajukan dan pembayarannya relatif cepat.

Dalam kasus lain, untuk membuat keputusan klaim, claim analyst harus

mendapatkan informasi tambahan. Claim analyst membuat arsip untuk setiap

klaim, yang berisi semua dokumen yang terkait dengan klaim yang diajukan.

Claim analyst juga membuat arsip yang lengkap mengenai kemajuan dan

disposisi setiap klaim.

Claim analyst asuransi jiwa berinteraksi langsung dengan claimant, yaitu

orang yang mengajukan klaim ke suatu perusahaan asuransi. Claimant dapat

merupakan beneficiary, pemegang polis (jika juga merupakan beneficiary), atau

orang yang bertindak atas nama pemegang polis atau beneficiary. Karena interaksi

antara claim analyst dengan claimant biasanya terjadi pada saat claimant

mengalami kerugian – pribadi, keuangan, atau keduanya – maka claim analyst

harus peka dalam berinteraksi dengan setiap claimant. Selain itu, claim analyst

mendapat pelatihan yang luas mengenai ketentuan – ketentuan kontrak dan

terminologi medis, serta mengembangkan pemahaman yang komprehensif

mengenai persoalan – persoalan hukum yang mempengaruhi klaim. Claim analyst

juga dilatih untuk membuat arsip yang lengkap dan akurat serta harus sopan di

dalam setiap pembicaraan dan korespondensi dengan para claimant.

Pengalaman dan pelatihan yang dijalani seorang claim analyst menentukan

ukuran dan jenis klaim yang dapat ia setujui – wewenangnya untuk menyetujui

klaimnya. Jumlah dolar (uang pertanggungan) yang menjadi wewenang untuk

dapat disetujui serta kesulitan klaim yang diperiksa umumnya meningkat sejalan

dengan meningkatnya pengalaman dan pelatihan staf, dan dipromosikan dari

(34)

perusahaan asuransi juga memberikan izin kepada claim analyst yang belum

begitu berpengalaman untuk membuat keputusan klaim awal, dan kemudian

meminta claim analyst yang lebih senior untuk memeriksa dan memberikan

persetujuan kepada keputusan – keputusan tersebut. Dalam kasus – kasus yang

melibatkan kemungkinan adanya kecurangan atau komplikasi hukum yang tidak

wajar, keputusan – keputusan klaim diperiksa oleh pejabat perusahaan atau

pengacara perusahaan.

Claim analyst bekerja sama dengan bagian fungsional lainnya dalam

perusahaan asuransi. Claim analyst juga sering berhubungan dengan para

underwriter dari perusahaan asuransi untuk meneliti informasi yang diserahkan

bersama dengan surat permintaan asuransi atau informasi yang digunakan dalam

membuat keputusan underwriting. Penanganan klaim juga termasuk berkonsultasi

dengan departemen medis, hukum dan pemasaran dari perusahaan asuransi dan

penyelidik luar yang dipekerjakan untuk mengumpulkan atau memastikan

informasi yang terkait dengan klaim. Staf pengembangan produk perusahaan

asuransi dapat menggunakan informasi klaim untuk mengembangkan produk –

produk asuransi baru dan para aktuaris menggunakan informasi statistic yang

dibuat oleh departemen klaim dalam menentukan tarif premi untuk produk –

produk yang sudah ada dan yang baru. Auditor perusahaan asuransi menggunakan

statistic klaim untuk memeriksa akurasi keputusan underwriting dengan

memeriksa klaim yang diajukan untuk berbagai produk.

Banyak perusahaan asuransi yang menyerahkan klaim ke claim analyst

(35)

1. Jenis produk.

2. Wilayah geografis dari mana klaim tersebut diterima.

3. Jumlah klaim.

Beberapa perusahaan asuransi yang mengalokasikan klaim berdasarkan

wilayah geografis mendirikan kantor- kantor klaim wilayah yang memiliki

wewenang untuk menangani klaim jenis tertentu sampai jumlah uang

pertanggungan yang telah ditentukan. Klaim dalam jumlah yang lebih besar

diserahkan kepada departemen klaim kantor pusat pada home office perusahaan

asuransi.

Sistem informasi elektronik sering kali digunakan untuk mengevaluasi dan

membayar klaim – klaim rutin. Sistem elektronik menerima semua informasi

klaim yang terkait dan melaksanakan proses penanganan klaim; membuat

keputussan klaim, memberikan wewenang pembayaran manfaat, membuat cek

manfaat yang dibayarkan dan bentuk surat, serta mengirimkan manfaat kepada

para beneficiary dan pemegang polis. Perusahaan asuransi yang memasang sistem

penanganan klaim elektronik menentukan batasan mengenai jumlah nominal dan

jenis pertanggungan. Klaim yang tidak termasuk dalam batasan tersebut atau yang

memerlukan informasi tambahan,ditangani secara manual oleh claim analyst oleh

tim.

c. Falsafah Klaim

Untuk memandu claim analyst dalam membuat keputusan, eksekutif

senior perusahaan asuransi meengembangkan claim philosophy (falsafah klaim),

(36)

ditaati oleh perusahaan asuransi dalam melaksanakan administrasi klaim. Falsafah

klaim perusahaan umumnya dirancang untuk memastikan bahwa klaim ditangani

dengan segera, secara wajar dan dengan sopan. Dalam mengembangkan suatu

falsafah klaim, beberapa perusahaan asuransi mengadopsi sebagaian atau seluruh

“Pernyataan Prinsip – Prinsip” International Claim Association (ICA), asosiasi

perusahaan asuransi jiwa dan asuransi kesehatan yang bertujuan untuk

meningkatkan efisiensi, efektivitas dan kinerja standar tinggi dalam administrasi

klaim.

Selain membuat suatu falsafah klaim, perusahaan asuransi harus mematuhi

ketentun hukum dan perundangan berbagai wilayah yurisdiksi yang

mengharuskan perusahaan asuransi untuk menyelidiki dan menyelesaikan klaim

dengan segera. Di banyak negara bagian, ketentuan hukum dan perundangan

tersebut dibuat berdasarkan atas Unfair Claims Settlement Practices Act (Undang

– undang Praktek Penyelesaian Klaim yang Tidak Wajar). NAIC yang

menentukan bahwa sejumlah tindakan yang digolongkan sebagai praktek –

praktek klaim yang tidak wajar telah dilakukan oleh perusahaan asuransi dalam

transaksi bisnis apabila secara sadar mengabaikan undang – undang atau

dilakukan berulang sehingga seolah – olah praktek demikian adalah praktek yang

umum dalam bisnis.

Di Kanada, suatu klaim harus dibayarkan dalam waktu 30 hari setelah

penyelidikan klaim tersebut selesai dilaksanakan. Di Amerika Serikat, sebagian

besar negara bagian mengharuskan perusahaan asuransi untuk menambahkan

bunga atas santunan polis yang dapat dibayarkan apabila mereka tidak membayar

(37)

kerugian yang memadai. Namun, proses pemeriksaan klaim tidak boleh dilakukan

secara tergesa – gesa sehingga klaim yang tidak sah disetujui dan dibayarkan

begitu saja. Claim analyst harus mulai menangani klaim dengan cara

menyeimbangkan tujuan – tujuan yang saling bertentangan yaitu antara kecepatan

dan ketepatan.

d. Proses Pengambilan Keputusan Klaim

Perusahaan asuransi jiwa menerima berbagai jenis klaim, tergantung pada

jenis produk asuransi yang mereka jual. Penanganan klaim melibatkan prosedur –

prosedur tertentu yang unik terhadap produk yang pokok. Namun demikian,

banyak aspek dalam proses pengambilan keputusan klaim yang sama untuk semua

jenis produk asuransi. Pada umumnya, pengambilan keputusan apakah suatu

klaim sah dan dapat dibayarkan atau tidak mencakup pemeriksaan fakta – fakta

berikut ini :

 Apakah polis masih in force/berlaku pada saat terjadi kerugian.

 Apakah tertanggung masih dipertanggungkan dalam polis pada saat terjadi

kerugian.

 Apakah telah terjadi kerugian pada tertanggung.

 Apakah kerugian yang terjadi termasuk dalam risiko yang ditanggung oleh

polis.

 Apakah klaim yang diajukan contestable, dan jika ya, apakah surat permintaan

asuransi mengandung pemberian keterangan yang tidak benar yang bersifat

(38)

Setelah setiap fakta tersebut di atas diverifikasi, claim analyst melanjutkan

dengan melakukan verifikasi atas fakta berikutnya. Pada setiap titik dalam

evaluasi suatu klaim, claim analyst mungkin dapat menemukan fakta yang

membuat suatu klaim menjadi tidak berlaku. Dalam kasus demikian, proses

evaluasi klaim berakhir dan claim analyst menolak klaim tersebut. Jika claim

analyst melakukan verifikasi atas semua fakta yang telah disebutkan, kemudian ia

menyetujui klaim tersebut dan mengikuti prosedur pembayaran klaim yang telah

ditentukan.

Proses penanganan klaim asuransi jiwa biasanya dimulai pada saat

claimant atau agen penjualan yang menjual polis tersebut memberitahukan

kematian tertanggung kepada perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi tersebut

kemudian memberikan formulir claimant’s statement (pernyataan claimant),

disebut juga claim form, yaitu dokumen dimana seorang claimant memberikan

informasi mengenai kematian tertanggung, termasuk tanggal, tempat, penyebab,

dan keadaan, kepada claimant tersebut. Claimant’s statement tersebut biasanya

mengharuskan claimant yang berrsangkutan untuk menyediakan informasi berikut

ini :

 Nama semua dokter yang ditemui untuk semua kondisi yang berkaitan dengan

penyebab kematian.

 Informasi mengenai rumah sakit tempat tertanggung yang meninggal

menjalani rawat inap dalam lima tahun belakangan.

 Tanda tangan claimant atau kuasanya pada suatu bagian dari claimant’s

statement – dikenal sebagai authorization to release information (wewenang

(39)

untuk memperoleh informasi khusus klaim dari pemberi layanan dan institusi

medis, instansi pemerintah, perusahaan asuransi lain, consumer reporting

agency, serta sumber – sumber lain.

Undang – undang di banyak wilayah yurisdiksi mengharuskan bahwa

claimant’s statement hanya meminta informasi yang dibutuhkan perusahaan

asuransi untuk membuat keputusan klaim, dan formulir tersebut harus mudah

untuk dilengkapi oleh claimant tanpa harus mengalami kesulitan yang tidak perlu.

e. Proses Verifikasi Polis

Setelah menerima claimant’s statement, claim analyst melakukan

verifikasi bahwa polis yang sedang diajukan klaimnya masih berlaku pada saat

tertanggung meninggal dunia. Jika pertanggungan tidak berlaku pada saat terjadi

kerugian, maka claim analyst akan menolak klaim tersebut. Verifikasi status polis

biasanya merupakan suatu masalah hanya jika kematian terjadi pada tanggal

sesaat setelah pertanggungan mulai berlaku atau sesaat sebelum polis asuransi

berakhir atau dibatalkan. Claim analyst harus menentukan dengan hati – hati

tanggal sesungguhnya pertanggungan tersebut dimulai atau berakhir.

Claim analyst melakukan verifikasi bahwa orang meninggal memiliki

polis. Jika orang tersebut tidak diasuransikan, maka claim analyst akan menolak

klaim. Langkah ini penting untuk melindungi perusahaan asuransi dari membayar

klaim yang tidak sah yang diajukan atas dasar kesalahan atau alasan yang tidak

benar. Polis yang menanggung lebih dari satu orang seperti polis asuransi

keluarga atau polis asuransi kumpulan sering menyebabkan kesalahan pengajuan

(40)

bahwa orang yang meninggal ditanggung oleh suatu polis asuransi jiwa keluarga

dapat melakukan kesalahan dalam mengajukan klaim untuk mendapat santunan

polis.

Untuk mengajukan klaim asuransi jiwa, claimant harus menyerahkan bukti

kerugian – yaitu, bukti bahwa tertanggung telah mengalami kerugian – dan

informasi mengenai kematian tertanggung. Satu bentuk bukti kerugian adalah

death certificate (akta kematian), yaitu dokumen yang membuktikan kematian

seseorang dan yang ditandatangani – dan kadang – kadang disertai cap tera

(stempel) – oleh pihak yang berwenang untuk menerbitkan akta tersebut.

Perusahaan asuransi jiwa di Amerika Serikat umumnya menerima akta

kematian resmi – asli ataupun salinan yang telah dilegalisir – sebagai bukti

kerugian. Di Kanada, perusahaan asuransi jiwa umumnya menerima akta

kematian resmi, attending physician’s statement (APS), akta kematian yang

diterbitkan oleh petugas kamar jenazah, akta kematian yang diterbitkan oleh

rumah sakit, atau untuk polis dengan jumlah nominal yang lebih rendah, akta

pemimpin pemakaman sebagai bukti. Dalam melakukan verifikasi bukti kerugian,

claim analyst tetap harus berhati – hati terhadap kemungkinan kecurangan.

Sebagai contoh, agar dapat memperoleh manfaat polis sementara tertanggung

masih hidup, beneficiary polis mungkin akan menyerahkan claimant’s statement

yang tidak benar bersama dengan akta kematian fiktif.

Walaupun dalam banyak kasus, verifikasi bukti kerugian merupakan hal

yang rutin, sejumlah kecil klaim mengharuskan claim analyst untuk melakukan

penyelidikan lebih lanjut. Dua masalah timbul jika tertanggung meninggal di luar

(41)

1. Tertanggung Meninggal Dunia di luar Amerika Serikat atau di luar Kanada.

Apabila tertanggung meninggal di luar negeri, mungkin akan sulit untuk

memperoleh atau memeriksa keabsahan dokumen yang diberikan sebagai bukti

kematian, atau dokumen tersebut ditulis tidak dalam bahasa inggris. Claim analyst

harus menggunakan jasa penerjemah independen untuk menerjemahkan dokumen

bukti kerugian. Penyelidikan dan penanganan lebih lanjut biasanya akan

diperlukan untuk membuat verifikasi atas keabsahan klaim yang diajukan. Oleh

karena formalitas dan prosedur pendaftaran kematian di negara lain tidak selalu

sama telitinya dengan di Amerika Serikat atau Kanada, situasi dimana

tertanggung meninggal di luar negeri dapat meningkatkan kemungkinan

kecurangan.

2. Tertanggung Menghilang

Apabila seorang tertanggung menghilang, maka claimant tidak bisa

memberikan bukti kematian tertanggung tersebut. Keadaan menghilangnya

tertanggung – apakah dapat dijelaskan atau tidak – umumnya akan menentukan

bagaimana claim analyst melakukan verifikasi klaim.

3. Menghilang yang tidak dapat dijelaskan

Jika tertanggung menghilang sebagai akibat dari suatu resiko tertentu yang

dapat dijelaskan bagaimana menghilangnya tertanggung tersebut, maka

tertanggung dapat dianggap meninggal dunia. Contoh dari keadaan ini adalah

ketika tertanggung berada di dalam pesawat yang jatuh di lautan dan jasadnya

tidak ditemukan. Dalam hal ini, claim analyst mungkin akan menerima claimant’s

(42)

tersebut sebagai bukti kematian tertanggung karena jasadnya tidak ditemukan dan

kemudian akan dilanjutkan dengan evaluasi aspek klaim lainnya.

Jika tertanggung menghilang dalam keadaan yang tidak bisa dipastikan, maka

perusahaan asuransi biasanya menolak klaim asuransi jiwa yang diajukan begitu

tertanggung tersebut menghilang. Sebelum tertanggung dapat dianggap telah

meninggal, pembayaran klaim harus menunggu beberapa tahun, misalnya lima

atau enam tahun, tergantung dari wilayah hukumnya. Pada akhir waktu tunggu

yang dipersyaratkan, jika tidak ada bukti bahwa tertanggung muncul kembali,

claimant dapat meminta pengadilan untuk mengeluarkan keputusan yang

menyatakan kematian tertanggung. Keputusan pengadilan yang menyatakan

bahwa tertanggung dianggap telah meninggal menjadi bukti kematian

tertanggung. Jika semua premi telah dibayar agar polis tetap berlaku selama

menghilangnya tertanggung tersebut, maka claim analyst akan menerima bukti

kerugian tersebut dan memulai proses evaluasi klaim.

Selanjutnya claim analyst menetapkan apakah kerugian yang terjadi

ditanggung dalam polis. Langkah ini dapat dilakukan sebelum claim analyst

melakukan verifikasi bahwa telah terjadi kerugian. Sebagai contoh, jika claim

analyst menerima claimant’s statement yang menunjukkan kerugian yang

jelas-jelas tidak ditanggung dalam polis, maka ia mungkin akan menolak klaim

sebelum melakukan verifikasi apakah kerugian tersebut benar – benar terjadi.

Melakukan verifikasi atas kerugian yang ditanggung dalam polis harus

melakukan pemeriksaan atas polis dan semua pengecualian yang terkandung di

dalam polis tersebut. Jika kematian tertanggung disebabkan oleh kegiatan atau

(43)

Banyak perusahaan asuransi yang tidak menanggung kematian yang disebabkan

oleh perang, baik yang dinyatakan maupun tidak. Perusahaan asuranssi biasanya

tidak menanggung kematian yang disebabkan oleh pekerjaan atau kegemaran

risiko tinggi tertentu yang dilakukan oleh tertanggung yang secara khusus

disebutkan di dalam polis.

Sebagian besar kontrak asuransi jiwa juga tidak menanggung kematian

yang disebabkan oleh bunuh diri, pengecualian ini umumnya menyatakan bahwa

apabila tertanggung meninggal karena bunuh diri dalam jangka waktu tertentu –

biasanya satu atau dua tahun sejak tanggal polis diterbitkan – perusahaan asuransi

tidak diwajibkan untuk membayar manfaat polis. Jika kematian yang disebabkan

oleh tindakan bunuh diri terjadi setelah berlalunya jangka waktu pengecualian,

maka perusahaan asuransi tersebut berkewajiban untuk membayarkan manfaat

polis tersebut. Pengecualian tindakan bunuh diri melindungi perusahaan asuransi

dari orang – orang yang pada saat membeli asuransi memiliki niat untuk

melakukan bunuh diri.

Pada saat seorang claim analyst menerima klaim yang menunjukkan

bahwa tertanggung meninggal selama jangka waktu pengecualian bunuh diri,

maka ia akan menyelidiki untuk menentukan apakah penyebab kematiannya

karena bunuh diri. Pengadilan telah menentukan bahwa perusahaan asuransi harus

membuktikan bahwa itertanggung melakukan tindakan bunuh diri. Jika

perusahaan asuransi berhasil membuktikan bahwa tertanggung meninggal karena

bunuh diri, perusahaan asuransi tersebut mengembalikan jumlah premi yang telah

(44)

Untuk setiap klaim, claim analyst akan mempertimbangkan apakah klaim

tersebut merupakan contestable claim, juga dikenal sebagai resisted claim, yaitu

klaim yang timbul pada saat seorang tertanggung meninggal ketika masih dalam

jangka waktu suatu polis asuransi jiwa dapat disanggah (kebenaran dari informasi

tentang tertanggung). Polis – polis asuransi jiwa di Amerika Serikat dan Kanada

biasanya memberikan jangka waktu selama dua tahun setelah penerbitan polis

yang dikenal sebagai contestable period yaitu jangka waktu dimana perusahaan

asuransi memiliki hak untuk membatalkan atau menyatakan polis tidak sah

apabila surat permintaan asuransi mengandung keterangan yang tidak benar yang

bersifat material. Keterangan yang tidak benar yang bersifat material terjadi pada

saat calon tertanggung menahan sebagian atau seluruh informasi penting yang

berkaitan dengan keputusan underwriting pertama untuk menyetujui atau menolak

asuransi. Material misrepresentation (keterangan yang tidak benar yang bersifat

material) adalah keterangan yang tidak benar yang apabila diketahui

kebenarannya oleh perusahaan asuransi pada saat pengajuan surat permintaan

asuransi, dapat menyebabkan pengambilan keputusan underwriting yang berbeda.

Di sebagian besar negara bagian di Amerika Serikat, setelah contestable period

berakhir, perusahaan asuransi tidak dapat menyanggah keabsahan polis untuk

adanya suatu keterangan yang tidak benar yang bersifat material. Di Kanada dan

di beberapa negara bagian, suatu perusahaan asuransi dapat setiap saat

menyanggah keabsahan polis asuransi jika perusahaan tersebut dapat

menunjukkan bahwa keterangan yang tidak benar yang bersifat material diberikan

(45)

Setelah menerima suatu contestable claim, claim analyst menyelidiki

kemungkinan bahwa surat permintaan polis mengandung keterangan yang tidak

benar yang bersifat material. Jika ditemukan ada keterangan yang tidak benar

yang bersifat material, undang – undang memperbolehkan perusahaan asuransi

untuk dalam keadaan tertentu membatalkan polis yang bersangkutan. Rescission

(pembatalan) adalah proses hukum dimana suatu perusahaan asuransi berusaha

untuk mendapatkan hak menyatakan bahwa kontrak batal (demi hukum) sejak

awal berdasarkan keterangan yang tidak benar yang bersifat material. Dampak

dari rescission adalah mengembalikan posisi perusahaan asuransi dan pemegang

polis ke posisi semula sebelum kontrak, dengan demikian perusahaan asuransi

mengembalikan premi yang telah dibayar dikurangi pinjaman polis yang belum

dibayar. Di banyak wilayah hukum, penyebab kematian tertanggung tidak harus

terkait dengan informasi yang dinyatakan secara tidak benar agar polis tersebut

dapat dibatalkan. Membatalkan polis membutuhkan kerjasama yang erat antara

bagian klaim, underwriting dan hukum untuk membuat verifikasi bahwa

perusahaan asuransi mengikuti prosedur yang benar pada saat penertiban polis dan

pada saat klaim diajukan dan membuat evaluasi yang wajar dan dapat

dipertanggungjawabkan atas tindakan underwriting yang telah dilakukan yang

sebenarnya mengandung informasi yang tidak dinyatakan secara tidak benar.

f. Proses Pembuatan Keputusan Klaim

Setelah memeriksa claimant’s statement, bukti kerugian, dan dokumen

(46)

oleh perusahaan asuransi untuk klaim tersebut. Pilihan claim analyst adalah

menyetujui klaim atau menolak klaim tersebut.

Jika claim analyst berpendapat bahwa tidak ada dasar untuk menolak

klaim, keputusan yang harus diambil adalah menyetujui klaim tersebut. Setelah

keputusan dibuat, tiga langkah tersisa dalam proses penanganan klaim adalah:

a. Menghitung jumlah manfaat pertanggungan yang dapat dibayarkan.

b. Menetapkan orang – orang yang berhak untuk menerima manfaat.

c. Menetapkan cara mendistribusikan manfaat.

g. Pembayaran Manfaat

Jumlah manfaat yang dapat dibayarkan menurut suatu polis asuransi jiwa

umumnya mudah untuk ditetapkan. Untuk sebagian besar klaim, jumlah manfaat

yang dapat dibayarkan sama dengan jumlah manfaat kematian dasar, yang

umumnya merupakan jumla

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4.2 diatas menggambarkan bahwa NOC yang paling sering dibuat adalah perfusi jaringan: cerebral dan status neurologis kesadaran dapat dicapai didapatkan NOC sebesar

Untuk kadar amilopektin berkisar 49,27-60,08% sehingga dengan adanya kandungan amilosa dan amilopektin pada tepung komposit antara tepung pisang dengan terigu

Praktik Pengalaman Lapangan adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh dalam

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Daerah Kementerian Keuangan Provinsi Jawa Barat melaksanakan Pengadaan Konsultan Perencana Pembangunan Gedung dan Sarana

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI. SEKRETARIAT

Kelompok Kerja Khusus atas paket Pemeliharaan Jaringan Data Dan Power, Ups, Genset, Air Conditioning, Fire Extinguishing, Access Control System Dan Perangkat Pendukungnya

Maka Pokja Khusus Kantor Pusat DJBC menyatakan PELELANGAN GAGAL atas Pengadaan Alat Laboratorium BPIB Tipe A Jakarta

Gi;;i,1.v" P,"iti-%"c"d""" "k*;cad;ian peiihan/eElusi admlnktrasi dan leknis te'hadao rurat penawaran yanc memenuhi syarat/ engkap pada saat