• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)

Dalam dokumen NOTA DINAS NOMOR ND-686/WPB.30/2020 (Halaman 31-37)

A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian

Dari Laporan

Keuangan Pemerintah

Konsolidasian (LKPK)

Kanwil DJPb Prov. Sulut Semester I 2020 tampak capaian positif dibandingkan peiode yang sama di tahun 2019 pada semua pos baik

pendapatan maupun

belanja. Penurunan pada detail pos mampu di cover oleh pos lainnya.

B. Pendapatan Konsolidasian

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Perpajakan masih mendominasi sumber penerimaan, baik di Pusat maupun Daerah. Sumber utama penerimaan pajak dari sektor

usaha adalah sektor perdagangan, perkebunan, dan industri, serta pemerintahan, sedangkan ditinjau dari daerah, Kota Manado dan Kota Bitung sebagai pusat perdagangan dan industri

merupakan sumber utama perpajakan.

Sedangkan, porsi PNBP sebagian besar bersumber dari penerimaan BLU sektor Kesehatan (RS Kandou, RS Bhayangkara, dan RS Monginsidi) dan sektor pendidikan (Universitas Sam Ratulangi dan Poltekkes Manado).

Perbandingan Penerimaan Pusat & Daerah Semester I 2020

Sumber: GFS Kanwil DJPb Prov. Sulut Tabel Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian Sulut

Semester I 2020 (miliar Rupiah)

23

Demikian juga dengan porsi penerimaan daerah dimana penerimaan pajak masih dominan dibanding PNBP. Pajak kendaraan bermotor masih menjadi andalan penerimaan pajak daerah. Sedangkan PNBP Daerah disokong dari retribusi daerah maupun hasil kekayaan daerah yang dipisahkan seperti deviden dan Jasa Giro Kas Daerah.

2. Analisis Perubahan

Pendapatan konsolidasian selain dana transfer mengalami penurunan yang bersumber baik dari pendapatan pusat maupun daerah.

Penurunan pendapatan tersebut disebabkan terutama oleh pembatasan aktivitas akibat pademi corona termasuk kegiatan perekonomian yang akhirnya berimbas pada pendapatan negara (Pajak dan PNBP).

Pendapatan daerah mengalami penurunan yang lebih dalam jika dibandingkan dengan pendapatan

pusat. Penurunan drastis terutama pada pajak hotel dan restoran yang hanya mencapai Rp53,84 miliar, turun 68,9% dibanding periode semester I tahun 2019 yang mampu membukukan Rp168,74 miliar. Ditutupnya penerbangan internasional akibat Covid-19 sangat mempengaruhi sektor pariwisata yang berimbas pada penurunan tingkat hunian kamar hotel dan ditutupnya beberapa restoran besar yang sering dikunjungi wisatawan asing. Selain itu, terdapat inisiatif positif pemerintah daerah yang bersedia memberikan kebijakan relaksasi pajak terhadap usaha-usaha di sektor pariwisata agar mampu bertahan di masa sulit ini, meski pendapatan daerah akan mengalami penurunan. Sedangkan penurunan dari penerimaan pajak kendaraan bermotor menggambarkan tendensi penundaan pembayaran pajak oleh sebagian masyarakat akibat penurunan bahkan hilangnya sumber pendapatan masyarakat dengan adanya pembatasan kegiatan perekonomian.

Perubahan Total Pendapatan Pusat & Daerah Selain Dana

Transfer (miliar rupiah)

24 3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap kenaikan realisasi pendapatan

konsolidasian

Melambatnya pertumbuhan ekonomi regional y-to-y menunjukkan korelasi positif dengan penerimaan perpajakan maupun PNBP Konsolidasian. Pendapatan konsolidasian turut mengalami penurunan dibanding periode sebelumnya. PDRB yang bersumber dari pertumbuhan sektor pertanian sebagai kontributor terbesar PDRB Sulut mampu meredam penurunan PDRB secara keseluruhan. Sektor Perdagangan besar dan eceran, transportasi dan pergudangan dan sektor akomodasi,rumah makan menjadi sektor yang

paling merasakan dampak

corona sekaligus berpengaruh besar terhadap penurunan pendapatan negara konsolidasian Provinsi Sulawesi Utara. C. Belanja Konsolidasian

1. Analisa Proporsi dan Perbandingan

Proporsi realisasi belanja antara pusat dan daerah untuk Semester I tahun 2020 menunjukkan perbedaan yang signifikan. Belanja barang sangat dominan di pusat, sedangkan belanja daerah didominasi oleh belanja pegawai. Hal yang perlu menjadi perhatian adalah serapan belanja modal, khususnya daerah, yang sangat rendah. Terhambatnya berbagai kegiatan tender hingga pelaksanaan kegiatan akibat pembatasan aktivitas akibat pandemi corona menjadi alasan utama lambatnya realisasi belanja modal. Selain

itu, rendahnya realisasi DAK Fisik yang sebagian besar merupakan kegiatan berupa belanja modal turut menyebabkan rendahnya realisasi belanja modal daerah.

2. Analisis Perubahan

Realisasi belanja konsolidasian Sulut semester I 2020 tercatat sebesar Rp8.611,53 miliar, dengan struktur belanja relatif sama dari periode yang sama tahun sebelumnya. Belanja operasional masih mendominasi komposisi belanja konsolidasian.

Tabel Realisasi Pendapatan Konsolidasi Pusat/Daerah & Pertumbuhan Ekonomi Pro. Sulut Periode Triwulan II

Tahun 2019 dan 2020 (dalam miliar)

25

Terjadi penurunan porsi belanja barang konsolidasian yang cukup drastis dari 35,6% di tahun 2019 menjadi 30,8% di tahun 2020 yang disebabkan karena perkantoran yang melakukan sistem WFH akibat pandemi corona sehingga biaya operasional kantor mengalami penurunan. Sedangkan peningkatan belanja pegawai karena pembayaran gaji ke-14 (THR) di bulan Juni.

3. Analisis dampak kebijakan fiskal kepada indikator ekonomi regional

Kebijakan fiskal pemerintah terutama dari sisi belanja, diharapkan mampu berkontribusi secara optimal, tidak hanya pertumbuhan ekonomi regional, namun juga terhadap pemerataan pendapatan maupun peningkatan daya beli masyarakat. Hal tersebut dapat

dilihat dari perubahan berbagai indikator ekonomi regional.

Data di atas menunjukkan bahwa penurunan realisasi belanja pemerintah di Sulut sebesar -7,21%, sementara pada periode yang bersamaan terjadi penurunan nilai inflasi hingga -5,83%. Peningkatan angka pengangguran pada bulan Februari 2020 lebih disebabkan penambahan jumlah usia angkatan kerja yang mencapai 30 ribu jiwa namun tidak mampu terserap oleh lapangan kerja. Meskipun tidak terdapat penjelasan secara langsung atas dampak belanja pemerintah, namun demikian dapat disimpulkan bahwa perlambatan government spending turut mempengaruhi berbagai indikator ekonomi regional.

Korelasi Antara Belanja Pemerintah Terhadap Beberapa Indikator Ekonomi Regional

26

Deflasi yang terjadi di Sulawesi Utara sebenarnya lebih dikarenakan sisi demand masyarakat yang menahan diri untuk tidak belanja dengan adanya pandemi Covid-19, sehingga supply barang cukup melimpah. Yang patut diwaspadai adalah, pada saat pembatasan sosial sudah dilonggarkan sehingga masyarakat dapat beraktivitas kembali secara normal namun persediaan barang kurang tersedia di pasar, maka akan berdampak pada peningkatan potensi inflasi. Hal yang harus dilakukan pemerintah daerah adalah memanfaatkan dana yang ada untuk memastikan ketersediaan supply barang dan jasa tetap terjamin. Selain itu, proyek pemerintah perlu dialihkan ke jenis kontrak padat karya agar mampu menarik lebih banyak pekerja sekaligus menekan angka pengangguran di tengah banyaknya kasus PHK akibat Covid-19.

D. Analisis Kontribusi Pemerintah Dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Berdasarkan data BPS,

perekonomian Sulawesi Utara pada

Q2 mengalami penurunan

pertumbuhan y-o-y sebesar minus

3,89 persen, lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar minus 5,32 persen. Ditinjau dari sisi pengeluaran pemerintah (G) pada

komponen PDRB, terjadi peningkatan kontribusi dari tahun ke tahun. Kontribusi Pengeluaran Pemerintah (APBN & APBD) terhadap PDRB untuk Triwulan II 2020 sebesar 17,59 persen, turun sebesar 0,7 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Data korelasi pertumbuhan realisasi belanja pemerintah per triwulan II 2020 (y-o-y) dengan laju pertumbuhan berbagai sektor lapangan usaha di Sulut menunjukkan bahwa realisasi belanja pemerintah yang minus berkorelasi positif terhadap pertumbuhan di hampir semua sektor lapangan usaha yang juga menunjukkan penurunan. Hal tersebut mengindikasikan keterkaitan dan peran belanja pemerintah terhadap pertumbuhan berbagai sektor pada PDRB. Belanja pemerintah kurang mampu memberikan dukungan terhadap berbagai sektor lapangan usaha sekaligus meredam pelemahan perekonomian global akibat pandemi Covid-19.

47.43% 47.49% 48% 46% 17.06% 17.68% 18,6% 17,9% 34.34% 34.74% 34% 33%

1.16% 0.09% 00% 03%

2017 2018 2019 2020

Distribusi G pada PDRB Triwulan II

27

Dua sektor lapangan usaha yang

dipastikan terdampak dan

teridentifikasi di awal pandemi adalah sektor Akomodasi, Makanan dan Minuman, dan Transportasi yang merupakan imbas melemahnya sektor

pariwisata dengan ditutupnya

penerbangan internasional Bandara Sam Ratulangi. Seharusnya inilah yang menjadi perhatian khusus pemerintah bagaimana mengalihkan

sementara perekonomian sektor

tersebut ke sektor lain melalui penyediaan lapangan usaha alternatif untuk pengusaha dan tenaga kerja yang terdampak.

Tumbuhnya sektor Pertanian,

Kehutanan dan Perikanan dan sector Industri Pengolahan terkait dengan

komoditas utama Sulawesi Utara yakni Kopra. Pertanian Kelapa dan Pengolahan Kopra juga menjadi modal utama konsistensi ekspor Sulawesi Utara. Kedua sektor tersebut juga mampu menjaring tenaga kerja informal yang cukup besar. Dari ketiga fakta tersebut, dapat dijadikan langkah strategis selanjutnya bagi pemerintah daerah di Sulawesi Utara untuk memberikan dukungan pada kedua sektor tersebut baik dari sisi kebijakan maupun permodalan agar mampu bertahan dan bahkan tumbuh. Dengan demikian, kedua sektor tersebut mampu menjadi penahan resesi sekaligus dapat membuka lapangan kerja alternatif di tengah penuruan kinerja sektor lainnya.

Korelasi antara Belanja Pemerintah terhadap Pertumbuhan Sektor Lapangan

Usaha

Sektor/Variabel Growth

Belanja Pemerintah -7,21%

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,47

Pertambangan dan Penggalian -3,47

Industri Pengolahan 5,24

Pengadaan Listrik dan Gas 5,60

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 3,76

Konstruksi -8,04

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor -0,90

Transportasi dan Pergudangan -31,49 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum -50,28

Informasi dan Komunikasi 15,77

Jasa Keuangan dan Asuransi 12,50

Real Estate -1,28

Jasa Perusahaan -9,74

Adm Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib -5,02

Jasa Pendidikan -0,69

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3,49

Jasa lainnya -13,11

28

BAB V

ISU REGIONAL: DAMPAK KORONA TERHADAP

Dalam dokumen NOTA DINAS NOMOR ND-686/WPB.30/2020 (Halaman 31-37)

Dokumen terkait