Semester
I
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAANKANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI SULAWESI UTARA
JALAN BETHESDA NO. 8, MANADO 95114; TELEPON (0431) 848444; FAKSIMILE (0431) 848666; SUREL KANWILDJPBNSULUT@KEMENKEU.GO.ID; LAMAN WWW.DJPB.KEMENKEU.GO.ID/KANWIL/SULUT
NOTA DINAS
NOMOR ND-686/WPB.30/2020
Yth : Direktur Pelaksanaan Anggaran
Dari : Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi
Sulawesi Utara
Sifat : Segera
Lampiran : Satu Berkas
Hal : Penyampaian Kajian Fiskal Regional Triwulan II Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2020
Tanggal : 10 Agustus 2020
Sehubungan dengan Surat Edaran Dirjen Perbendaharaan Nomor SE-61/PB/2017 tanggal 4 Agustus 2017 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional, bersama ini kami
sampaikan Kajian Fiskal Regional Triwulan II Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2020.Softcopy juga
kami sampaikan melalui alamat e-mail: lo.ditpa@gmail.com dan ditpa@kemenkeu.go.id .
Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.
Ditandatangani secara elektronik
KATA PENGANTAR
“Diam tak lagi emas, jika berada dalam situasi mengancam”
(Sri Mulyani Indrawati, Menkeu RI)
Pada saat penyusunan Kajian Fiskal Regional (KFR) ini, kalimat diatas seakan pas dengan kondisi bangsa kita saat ini. Semua elemen bangsa tidak boleh lagi hanya diam menunggu pandemi ini berakhir melainkan harus bahu membahu dalam setiap lini kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga roda perekonomian tetap terus berputar sejalan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang tetap menerapkan protokoler kesehatan. Suksesnya pembangunan nasional maupun daerah membutuhkan pengelolaan anggaran yang berkualitas, bersih dan tepat sasaran. Pada kesempatan ini, pertama-tama saya panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah Subhanwata’ala Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan tuntunan-Nya sehingga penyusunan Kajian Fiskal Regional Semester I Tahun 2020 ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Penyusunan kajian ini diarahkan pada analisis fiskal dan makroekonomi yang dapat digunakan dalam pencapaian tujuan kebijakan fiskal di Bumi Nyiur Melambai sepanjang semester I 2020. Adanya pandemi Covid-19 secara langsung maupun tidak langsung telah mempengaruhi berbagai sendi perekonomian di Sulawesi Utara. Berbagai penyesuaian pola kerja pada sektor publik maupun swasta secara langsung berimplikasi pada kebijakan fiskal.
Analisis fiskal diharapkan dapat memfasilitasi pencapaian tujuan makroekonomi dalam mendukung pencapaian fungsi APBN terkait alokasi, distribusi dan stabilisasi seperti menyediakan informasi untuk penyusunan kerangka ekonomi makro yang menjadi dasar penyusunan kebijakan fiskal, penyusunan APBN/APBD dan sebagai alat analisis dan evaluasi sejauh mana kebijakan fiskal pemerintah telah sesuai dengan tujuan makroekonomi yang telah ditetapkan. Informasi yang tertuang dalam KFR diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan seperti penyusun kebijakan, pelaksana kebijakan serta masyarakat dan investor.
Akhir kata, ijinkan kami menyampaikan ungkapan terima kasih kepada smua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Bagai peribahasa, tiada gading yang tak retak, kamipun menyadari bahwa Kajian Fiskal Regional ini masih jauh dari sempurna. Saran, masukan dan kritik perbaikan selalu kami harapkan.
Manado, 10 Agustus 2020 Kepala Kanwil DJPb Prov. Sulut,
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Tim Penyusun iii
Ringkasan Eksekutif iv
Infografis v
BAB I PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL 1 A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 1
B. Inflasi 3
C. Indikator Kesejahteraan 3
BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN 5
A. Pendapatan Negara 6
B. Belanja Negara 9
BAB III PENDAPATAN DAERAH 14
A. Pendapatan Daerah 15
B. Belanja Daerah 18
C. Prognosis Realisasi APBD sampai dengan Triwulan IV 20 BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN
KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)
22 A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian 22
B. Pendapatan Konsolidasian 22
C. Belanja Konsolidasian 24
D. Analisis Kontribusi Pemerintah Dalam Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb)
26 BAB V ISU REGIONAL: DAMPAK KORONA TERHADAP PEREKONOMIAN
SULAWESI UTARA
28 Lampiran
iv
Ringkasan Eksekutif
Pembatasan aktivitas masyarakat sebagai salah satu bentuk penanganan dampak pandemi Covid-19, berimbas terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang tercermin di kuartal kedua tahun 2020 dimana PDRB terkontraksi hingga minus 3,89 persen. Indikator ekonomi lainnya juga menunjukkan lapran yang negatif dimana terjadi deflasi tahun kalender tercatat hingga 1,06 persen, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang naik menjadi 5,57 persen dan Kemiskinan yang naik menjadi 7,62 persen. Penutupan penerbangan internasional bandara Sam Ratulangi guna antisipasi penyebaran Covid-19 berdampak pada sektor pariwisata Sulawesi Utara yang pada akhirnya berimbas pada sektor Transportasi dan sektor Akomodasi, Makanan dan Minuman yang sangat signifikan. Kelapa/ kopra dan produk turunannya yang merupakan komoditas utama Sulawesi Utara menjadi penahan perlambatan perekonomian melalui sektor Pertanian, Perkebunan dan sektor Industri Pengolahan.
Selanjutnya dari sisi pemerintahan, realisasi pendapatan negara baru tercapai 33 persen dari target dengan nilai sebesar Rp1,94 triliun dimana 68 persen bersumber dari perpajakan. Sedangkan realisasi belanja pemerintah pusat mencapai 37 persen dengan nilai Rp2,96 triliun. Penurunan kegiatan perkantoran dengan ditiadakannya kegiatanyang bersifat pengumpulan orang banyak seperti sosialisasi, rapat, workshop serta dengan adanya Work from Home berdampak signifikan terhadap penurunan realisasi belanja barang. Realisasi belanja modal pun turut mengalami penurunan dengan adanya pembatasan aktivitas serta realokasi dan refocusing anggaran. Realisasi Transfer Daerah dan Dana Desa juga mengalami penurunan sebagai dampak perubahan pagu TKDD pada APBN di awal bulan April sebagai bagian realokasi dan refocusing anggaran tersebut.
Pandemi Covid-19 juga berdampak pada realisasi APBD dimana PAD konsolidasian mencapai Rp946 miliar, turun hingga 18 persen dibanding periode yang sama tahun 2019. Pajak Hotel dan Rumah Makan menurun drastis akibat berkurangnya kunjungan wisatawan. Sedangkan belanja daerah konsolidasian mencapai Rp5,4 triliun. Adanya WFH dan pembatasan kegiatan perkatoran juga berpengaruh signifikan terhadap realisasi belanja barang konsolidasian. Realisasi DAK Fisik yang baru 6% perlu diakselerasi dengan pola padat karya guna mengakselerasi perekonomian sekaligus meningkatkan penghasilan dan daya beli masyarakat.
Peran fiskal dalam penanganan Covid-19 sangat penting. Sejak awal pandemi, pemerintah melalui berbagai kebijakan dan payung hukum berupaya mengoptimalkan kondisi fiskal dengan melakukan refocusing dan realokasi APBN sebagai langkah penanganan Covid-19 sekaligus meredam dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah daerah juga telah melakukan refocusing dan realokasi APBD guna penangan Covid-19 di daerah. Pemerintah daerah di Sulawesi Utara telah mengalokasikan total sebesar Rp1,8 triliun dalam penyesuain APBD. Perlu kerjasama dan snergi yang baik antar pemerintah pusat dan daerah agar penanggulangan pandemi cepat teratasi dan resesi ekonomi dapat diredam.
iii
TIM PENYUSUN:
PENGARAH/PENANGGUNGJAWAB:
KAKANWIL DJPB PROVINSI SULUT, MUHDI
KETUA TIM:
KEPALA BIDANG PPA II, MUSHLIH EDITOR: HATTA HASANUDDIN KONTRIBUTOR: HATTA HASANUDDIN FRANGKY PASUHUK NOPRID DALAPANG MICHAEL AKAI LAYOUT DESIGN: FRANGKY PASUHUK ALAMAT:
KANTOR WILAYAH DJPB PROV SULUT GKN MANADO LANTAI 3
(%, y-o-y)
PDRB
-3,89
INFLASI
-0,19
TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA
5,57
(%)
TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA
64,41
TINGKAT KEMISKINAN7,62%
192.370
JIWA KOTA DESA P1 0,782 1,538 P2 0,152 0,352 6.67 5.53 5.19 5.45 4.27 -3.89 5.07 5.05 5.02 4.97 2.97 -5.32 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Sulut Nasional 2020 2019PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA (%)
IPM
SULUT72.99
NAS71.92
GINI RATIO
SULUT0.371
NAS0.381
EKSPOR
US$ 410 JT
US$ 86 JT
IMPOR
NILAI TUKAR PETANI96,52
TENAGA KERJA FORMAL499
RIBU
INFORMAL657
RIBU
SUMBERBEL PEGAWAI
–
Rp1,46 T
BEL BARANG
–
Rp1,12 T
BEL MODAL
–
Rp0,39 T
BEL BANSOS
–
Rp 1,3 M
60
%
54
%
7
%
80
%
62
%
60
%
Rp4,9 T
Rp164 M
Rp90 M
Rp895 M
Rp222 M
Rp725 M
BEL PEGAWAI
–
Rp3,29 T
BEL BARANG
–
Rp1,3 T
BEL MODAL
–
Rp0,29 T
1
BAB I
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL
Dampak pandemi Covid-19 terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara baru terlihat di kuartal kedua tahun 2020. Provinsi Sulawesi Utara tidak mampu mempertahankan kinerja positif pertumbuhan ekonominya pada triwulan I, dan menunjukkan angka laju pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi cukup dalam hingga minus 3,89 persen pada triwulan II. Berbagai indikator perekonomian pun menunjukkan penurunan kinerja. Bermacam upaya pemerintah telah dilakukan guna meredam ancaman resesi yang semakin nyata. Perekonomian Sulut yang menurun pada periode triwulan II, diharapkan tidak akan mengalami perlambatan lebih dalam. Perlu usaha ekstra dari pemerintah baik pusat maupun daerah untuk menetapkan dan mengimplementasikan kebijakan guna menjaga daya beli masyarakat sekaligus memastikan perekonomian terus
bertumbuh di tengah masa pandemi.
A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pada Triwulan II 2020, perekonomian Sulawesi Utara mengalami penurunan yang sangat tajam yakni minus 3,89 persen (yoy). Dampak pandemi Covid-19 yang
sudah dirasakan sejak periode Maret terhadap perekonomian Sulawesi Utara, tercermin pada data PDRB Q2 yang dikeluarkan oleh BPS Sulut. Angka tersebut masih di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang minus 5,32 persen (yoy).
Distribusi 5 (lima) struktur ekonomi Sulawesi Utara dari sisi penawaran (PDRB ADHB) mengalami perubahan di Q2. Posisi sektor Transportasi dan
Tabel 1.1 Kinerja Indikator Makro Ekonomi & Pembangunan Prov. Sulut Semester 1 Tahun 2020
Indikator Target KUA-PPAS 2020 Target APBN-P 2020 Realisasi Semester 1 2020 Realisasi Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,2 -0,4-2,3 -3,89 Belum Tercapai
Inflasi (%, tahun kalender) 5 2-4 -1.06 Belum Tercapai
Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 6,63 4,8-5,1 5,57 Tercapai
Kemiskinan (%) 7,3 8,5-9 7,62 Belum Tercapai
Sumber: KUA-PPAS Sulut, UU APBN, BPS
Grafik 1.1 Perkembangan PE Sulut dan Nasional (%)
2 Pergudangan digeser oleh Administrasi Pemerintahan. Hal tersebut disebabkan
adanya pembatasan penerbangan
penerbangan internasional di Bandara Sam Ratulangi untuk mengantisipasi penyebaran virus Covid-19. Dari kelima sektor utama tersebut, hanya sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan serta sektor Industri Pengolahan yang menunjukkan performa positif. Kedua sektor tersebut ditopang oleh sumber lapangan usaha yang sama yaitu perkebunan kelapa sebagai bahan industri pengolahan kopra.
Ditinjau dari sisi penawaran, Covid-19 berdampak negatif pada hampir semua sektor,
dan yang paling berat adalah sektor-sektor yang berhubungan dengan pariwisata seperti transportasi, akomodasi, makanan dan minuman, serta jasa lainnya seperti tempat hiburan dan pusat perbelanjaan. Bahkan sektor yang terdampak positif, seperti Informasi dan Telekomunikasi (dengan adanya WFH dan SFH) serta Jasa Keuangan tidak mampu menopang penurunan sektor lainnya. Penurunan perekonomian Sulut untuk Q2 masih diredam pertumbuhan positif sektor Pertanian dan Industri Pengolahan yang termasuk sektor dengan porsi terbesar.
Pada sisi Permintaan, wabah corona berimbas pada semua komponen PDRB. Konsumsi
Rumah Tangga dan PMTB dengan porsi terbesar justru mengalami penurunan terdalam sebagai akibat adanya social distancing dan ditutupnya beberapa pertokoan dan pusat perbelanjaan sebagi antisipasi penyebaran pandemi. Konsumsi pemerintah juga dinilai kurang berkontribusi sebagai variabel penahan laju penurunan ekonomi.
Perekonomian Sulawesi Utara masih berpotensi mengalami perlambatan jika melihat perkembangan pandemi Covid-19 di Sulawesi Utara yang masih belum menunjukkan penurunan. Namun demikian, dengan dilonggarkannya kebijakan social
distancing dan penerbangan, kondisi perekonomian Sulawesi Utara diharapkan mampu bangkit secara perlahan. Beberapa hal yang patut menjadi perhatian adalah 1) Realisasi belanja pemerintah pusat dan daerah perlu didorong dan diakselerasi agar mampu berperan sebagai pendorong perekonomian regional, 2) Sektor Pertanian, Perkebunan, dan Perikanan khususnya perkebunan kelapa yang terbukti mampu tumbuh disaat sektor usaha lainnya mengalami kelesuan, serta mampu menopang sektor Industri Pengolahan serta ekspor Sulawesi Utara, perlu mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah. Tumbuhnya sektor tersebut juga secara positif akan membuka lapangan kerja informal baru/ alternatif bagi korban PHK dari sektor lapangan usaha lainnya, 3) Proyek-proyek
Tabel 1.2 PDRB Sulut Triwulan II 2020
3 pemerintah yang tertunda di semester I akibat kebijakan social distancing, dapat segera dimulai kembali dan diakselerasi. Selain itu perlu dilakukan perubahan sistem pelaksanaan proyek menjadi sistem padat karya agar dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja serta meningkatkan penghasilan masyarakat sekaligus mempertahankan daya beli. Belanja pemerintah akan menjadi sektor yang paling bisa diharapkan sekaligus dikendalikan melalui penyerapan anggaran hingga kebijakan bantuan sosial seperti Kartu Pra-Kerja, BOS, KPH hingga percepatan BLT dari Dana Desa diharapkan mampu menjaga daya beli masyarakat.
B. Inflasi
Sampai dengan akhir triwulan II 2020 tingkat inflasi Sulawesi Utara mengalami deflasi tahun kalender hingga 1.06 persen. Inflasi Sulut pada bulan Juni 2020 tercatat
sebesar -0,19 lebih rendah dibanding inflasi nasional sebesar 0,18 persen serta jauh dari sasaran KUA-PPAS tahun 2020 sebesar 5 persen.
Kontribusi deflasi terbesar terutama dari sektor Transportasi yang mencapai 8 persen akibat penutupan sementara
Bandara Sam Ratulangi guna antisipasi penyebaran wabah Covid-19. Berdasarkan kontribusi timbulnya deflasi pada Semester I dipengaruhi pada kelompok pengeluaran utama yaitu Makanan, Minuman, dan Tembakau. Hal ini menggambarkan bahwa deflasi yang terjadi pada
semester pertama, lebih disebabkan karena masyarakat menahan diri untuk tidak meningkatkan konsumsi produk dimaksud karena adanya social distancing. Dengan demikian, salah satu langkah pengendalian inflasi di Sulut ke depan saat terdapat pelonggaran kebijakan social distancing adalah menjaga pasokan komoditas volatile foods, terutama cabe dan tomat sayur yang merupakan produk-produk yang mendorong timbulnya inflasi. Dengan pasokan yang memadai diharapkan mampu menghambat kenaikan harga secara cepat (hiperinflasi).
C. Indikator Kesejahteraan
Kondisi ketenagakerjaan dari sisi Tingkat Pengangguran Terbuka Sulawesi Utara pada periode laporan Februari 2020 menunjukkan penurunan. Sebagaimana
data BPS, Tingkat Pengangguran Terbuka Sulut pada periode ini naik 0,20 persen dibandingkan periode Februari tahun 2019 menjadi 5,57 persen. Dengan capaian tersebut
Grafik 1.2 Perbandingan Inflasi Bulanan Sulut-Nasional tahun 2020
4 target Pemprov Sulut untuk menurunkan pengangguran dibawah 6,63 persen pada tahun 2020 telah tercapai (KUA-2020) dan diharapkan mampu dipertahankan hingga akhir tahun. Secara umum, penambahan TPT
lebih karena bertambahnya jumlah usia kerja (15 tahun) serta banyak lulusan SMA sederajat yang belum terserap lapangan pekerjaan.
Pemerintah daerah perlu
keseriusan dalam mengurangi pengangguran dengan membuka banyak pelatihan.
Data TPT pada triwulan kedua diprediksi akan meningkat seiring dengan adanya pandemi Covid-19 dan akan berimbas pada sektor informal yang mencapai 657 ribu orang (56,87%). Disnaker Sulut menyatakan bahwa data per 8 April 2020, terdapat 2.083 tenaga kerja di PHK dan 3.190 dirumahkan oleh pengusaha. Sedangkan data penerima Kartu Pra-Kerja yang telah terdaftar sebanyak 6.059 orang.
Jumlah penduduk miskin di Sulut naik sebanyak 3.770 jiwa dibandingkan periode September 2019. Kenaikan tersebut
terjadi di perkotaan sebanyak 3.900 jiwa, sedangkan jumlah penduduk miskin di pedesaan mengalami penurunan sebanyak 130 jiwa. Kenaikan penduduk miskin di perkotaan diduga sebagai akibat pandemi Covid-19 yang mengubah perilaku, aktivitas ekonomi dan penurunan pendapatan. Dana desa
perlahan mampu menunjukkan dampak positif tehadap kesejahteraan penduduk desa yang ditunjukkan dengan penurunan jumlah penduduk miskin.
Beberapa faktor kenaikan angka kemiskinan selain perlambatan perekonomian akibat pandemi Covid-19, juga disebabkan oleh rata-rata upah buruh per hari yang mengalami penurunan 3,58 persen. Sementara itu, pada tingkat harga barang secara umum untuk periode September-Maret, khususnya di akhir tahun 2019 terjadi inflasi yang relatif tinggi. Di sisi lain, kenaikan nilai tukar petani turut membantu penurunan kemiskinan di pedesaan.
Grafik 1.4 Profil Tingkat Kemiskinan Sulut dan Nasional (%)
Sumber: BPS Sulut, diolah
Grafik 1.3 Perkembangan TPT Sulut dan Nasional (%)
5
BAB II
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS
PELAKSANAAN APBN
Sampai dengan periode Semester I tahun 2020, anggaran belanja pemerintah pusat di wilayah Sulawesi Utara mengalami penurunan jika dibandingkan dengan anggaran belanja pada periode yang sama tahun sebelumnya. Secara rinci, pelaksanaan APBN di Sulut adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Realisasi APBN Semester I 2020 di Sulawesi Utara
Sumber: GFS Sulut, diolah
Realisasi Pendapatan Negara di Sulawesi Utara mengalami penurunan sebesar 2.44 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan pada realisasi belanja pegawai dan belanja barang (belanja operasional) mengalami penurunan 5-10 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan pagu yang sangat signifikan terjadi pada belanja modal yaitu mencapai hingga 50 persen dikarenakan refocusing dan realokasi APBN yang dialihkan ke dalam pos belanja khusus penangan Covid-19. Namun, yang perlu menjadi perhatian adalah faktor kesiapan Pemda terhadap perbaikan tata kelola Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) yang lebih terencana pada setiap tahapan. Berdasarkan data yang ada, realisasi Dana Transfer Daerah khususnya DAK Fisik belum optimal.
6
A. Pendapatan Negara
Salah satu fungsi APBN dalam kerangka ekonomi makro adalah sebagai stabilisator. Dari sisi pendapatan, pemerintah dapat mempengaruhi perekonomian melalui perubahan besaran pada penerimaan perpajakan. Hal ini dikarenakan, penerimaan perpajakan merupakan variabel yang mempengaruhi secara tidak langsung terhadap perkembangan variabel pembentuk agregate demand, yaitu variabel konsumsi masyarakat (C) dan investasi (I).
Pada tahun 2020, target penerimaan pajak adalah sebesar Rp4,5 triliun. Target tersebut mengalam i kenaikan 6.67 persen dibandingkan dengan target tahun 2019 sebesar Rp4,2 triliun.
1. Penerimaan Perpajakan
Penerimaan perpajakan dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu Pajak Dalam Negeri dan Pajak Perdagangan
Internasional. Pajak Dalam Negeri terdiri atas lima jenis pajak yaitu Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Cukai dan Pajak
Lainnya sedangkan Pajak
Perdagangan Internasional terdiri atas Bea Masuk dan Bea Keluar. Sampai dengan Semester I ini realisasi
Pendapatan Perpajakan baru
mencapai Rp1.346,38 miliar atau 29,37 persen dari target. Kota Manado sebagai
kontributor utama, menyumbangkan sebesar Rp745,78 miliar (55,4 persen) dari
penerimaan sampai dengan semester I. a) Pajak Penghasilan (PPH)
Sebagian besar penerimaan PPh terkonsentrasi di wilayah Kota Manado, sebagai pusat bisnis di Sulut dimana
sebagian besar pengusaha terdaftar di kota ini. Sampai dengan Semester I realisasi Pendapatan Pajak Penghasilan
2,378.54 2,057.58 73.45 54.85 843.67 455.65 15.27 19.52 PPh PPN & PPn BM PBB Pajak Lainnya
Grafik 2.1 Realisasi terhadap Pagu Perpajakan Sulawesi Utara s.d Semester I
TA. 2020 (dalam miliar Rp)
Target TA 2020 Real s.d Sem I
Grafik 2.3 PPh per Kabupaten di Sulut s.d. Semester I 2020 (dalam miliar Rp)
7 baru mencapai Rp843,66 miliar atau 35,47 persen dari target 2020 sebesar Rp2.378,5 miliar.
b) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)
Realisasi PPN dipengaruhi antara lain oleh kegiatan proyek pemerintah, terjaganya konsumsi Rumah Tangga dan impor serta
dukungan sistem pembayaran pajak yang online dengan administrasi perpajakan. Proporsi penerimaan PPN berdasarkan wilayah tidak jauh berbeda dengan penerimaan PPh. Sampai dengan periode Semester I 2020, realisasi pendapatan
PPN dan PPnBM baru mencapai Rp455,65 miliar atau 22,15 persen dari target 2020 sebesar Rp2.057,5 miliar.
c) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pendapatan PBB di Sulut tergolong kecil karena bukan daerah pertambangan. Dari 15 Kab/Kota, hanya 3 daerah yang memiliki
realisasi penerimaan yaitu Kota Manado, Kota Bitung dan Kab. Bolaang Mongondow. Perlu re-evaluasi NJOP di beberapa daerah, karena terdapat daerah yang tergolong cukup ramai (pusat keramaian) dengan nilai transaksi penjualan tanah cukup tinggi, namun
memiliki NJOP yang sangat rendah. Sampai dengan Semester I ini realisasi Pendapatan PBB baru mencapai Rp15,27 miliar atau 20,80 persen dari target 2020 sebesar Rp73,45 miliar.
d) Pajak Perdagangan Internasional (Bea Masuk & Bea Keluar) dan Pendapatan Cukai
Faktor-faktor penopang penerimaan Kepabeanan dan Cukai s.d periode Semester I tahun 2020 di Provinsi Sulawesi Utara adalah sebagai berikut:
1. Bea Masuk
- Hampir seluruh perusahaan di bidang pertambangan dan bidang lainnya untuk sementara menghentikan kegiatan importasinya, mengingat sebagian besar komoditas berasal dari negara yang terdampak Covid-19;
Grafik 2.5 PBB per Kabupaten di Sulut s.d. Semester I 2020 (dalam juta)
Sumber: Kanwil DJP Suluttenggomalut Grafik 2.4 PPN dan PPnBM per Kabupaten di Sulut s.d Semester I 2020 (dalam miliar Rp)
8 - Penerimaan Bea Masuk dari sektor barang bawaan penumpang menurun, hal
ini dikarenakan adanya penutupan penerbangan langsung dari luar negeri; - Penerimaan Bea Masuk dari Pos Lalu Bea tidak terlalu dipengaruhi dampak
Covid-19.
2. Bea Keluar
Penerimaan bea keluar di provinsi Sulawesi Utara masih bersumber pada ekspor produk Crude Palm Oil (CPO) dan produk turunannya di Bitung. Penerimaan bea keluar dari PKE diprediksi akan mengalami peningkatan dan akan melampaui target pada akhir tahun.
3. Cukai
Penerimaan Cukai di Sulawesi Utara sebagian besar berasal dari produksi Pabrik MMEA (Minuman Mengandung Etil Alkohol). Pemerintah setempat menghimbau untuk menutup tempat
hiburan dalam rangka menghindari penyebaran Covid-19. Penutupan tempat hiburan tersebut mengakibatkan
menurunnya permintaan konsumen MMEA sehingga
perusahaan Pabrik MMEA mengurangi jumlah produksi MMEA. Hal tersebut mengakibatkan menurunnya penerimaan cukai.
Penerimaan Cukai hingga periode Semester I baru mencapai 25,36 persen yaitu Rp1,6 miliar dari target sebesar Rp6,31 miliar. Sementara itu, target penerimaan Pajak Perdagangan Internasional yang berasal dari Bea Masuk telah mencapai Rp9,12 miliar atau 76,45 persen dari target Rp11,93 miliar, sedangkan Bea Keluar telah mencatatkan realisasi Rp1,53 miliar atau 80,95 persen dari target Rp1,89 miliar.
e) Pendapatan Pajak Lainnya
Sampai dengan Semester I 2020, realisasi Pajak Lainnya mencapai Rp19,52 miliar atau sebesar 35,59 persen dari target Rp54,84 miliar. Sumber pendapatan Pajak Lainnya berasal dari pendapatan bea materai, pendapatan pajak tidak langsung lainnya dan pendapatan bunga penagihan pajak, sehingga pos ini sebagian besar berada di Kota Manado.
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merupakan seluruh penerimaan pemerintah pusat yang bukan berasal dari penerimaan perpajakan. Sampai dengan Semester I Grafik 2.6 Bea Masuk, Bea Keluar dan Cukai Prov. Sulut s.d.
Semester I TA. 2020 (dalam miliar Rp)
9 2020, realisasi PNBP di Sulawesi Utara sudah mencapai Rp597,73 miliar atau 47,7 persen dari target Rp1.254,21 miliar untuk tahun 2020. Realisasi PNBP Semester I 2020 mengalami penurunan 21,37 persen dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya pada periode yang sama.
B. Belanja Negara
Belanja negara berperan sebagai stimulus fiskal dalam mendukung sektor riil dan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pagu belanja pemerintah setiap tahunnya, harus
disertai dengan
optimalisasi pelaksanaan anggaran
Kementerian/Lembaga. Sebaliknya efisiensi belanja harus tetap dilakukan agar belanja negara lebih berkualitas melalui penghematan belanja barang dan belanja yang tidak prioritas, subsidi yang lebih tepat sasaran, serta mendorong pembangunan infrastruktur daerah melalui anggaran Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Umum (DAU).
1. Belanja Pemerintah Pusat
Penyerapan Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan tren kenaikan yang proporsional
setiap bulannya dengan capaian Rp2.958,37 miliar atau 37,21 persen dari pagu Rp7.949,56 miliar sampai dengan akhir Semester I 2020. Belanja Pegawai
masih mendominasi
realisasi belanja hingga
Semester I sebesar
Tabel 2.2 Penerimaan PNBP Prov. Sulut s.d. Semester I 2020 (dalam miliar Rp)
Sumber: GFS Kanwil DJPb Prov. Sulut
Grafik 2.7 Tren Realisasi Belanja Semester I (dalam miliar Rp)
Sumber: MEBE, diolah
Grafik 2.8 Perbandingan Pagu terhadap Realisasi Belanja Prov. Sulut s.d. Semester I (dalam miliar Rp)
10 Rp1.456,93 miliar atau 46,36 persen dari pagu Rp3.142,80 miliar, diikuti oleh Belanja Barang sebesar 32,96 persen kemudian Belanja Modal 27,25 persen. Sedangkan untuk Belanja Bantuan Sosial sampai dengan akhir Semester I 2020 baru mencatatkan realisasi 10,98 persen.
2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa
Alokasi pagu TKDD Sulawesi Utara tahun 2020 sebesar Rp12.626,85 miliar, meningkat 0,44 persen dari pagu tahun sebelumnya. Sampai dengan akhir Semester I tahun 2020, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH) di Sulut telah mencatatkan realisasi belanja masing-masing sebesar 59,96 persen dan 50,08 persen. Sementara itu, realisasi belanja DAK Fisik baru sebesar Rp89,63 miliar atau 6,38 persen dari pagu
Rp1.404,68 miliar,
sedangkan DAK Non Fisik telah mencatatkan realisasi sebesar Rp895,17 miliar atau 79,65 persen dari pagu 1.123,84 miliar. Penyaluran Dana Desa dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) sampai dengan akhir periode Semester I 2020 telah mencapai Rp725,32 miliar atau 59,20 persen dari pagu Rp1.225,24 miliar, sedangkan realisasi Dana Insentif Daerah (DID) sebesar Rp222,52 miliar atau 62,17 persen dari total pagu Rp357,94 miliar. Perbandingan Pagu dan Realisasi TKDD dapat dilihat pada grafik berikut:
Terdapat penyesuaian pagu TKDD di bulan April 2020 melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 35 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Transfer Ke Daerah dan Dana Desa Tahun Anggaran 2020 Dalam Rangka Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional.
3. Pengelolaan BLU
Terdapat 5 (lima) instansi pemerintah yang berstatus BLU di Provinsi Sulawesi Utara. Pada tahun 2020 terdapat penambahan dua satker BLU yaitu Rumkit Tk.III R.W. Monginsidi dan Politeknik Kesehatan Manado sehingga diharapkan dapat memberikan stimulus yang lebih baik untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Grafik 2.9 Perbandingan Pagu terhadap Realisasi TKDD Prov. Sulut s.d. Semester I (dalam miliar Rp)
11 Kedepannya, satker tersebut masih perlu pembinaan yang intensif sehingga dalam masa transisi, pelaksanaan kegiatan operasionalnya tidak mengalami kendala yang akan berdampak terhadap kualitas layanan kepada masyarakat.
Secara umum, realisasi belanja keseluruhan satker BLU sudah berada pada kisaran
50 persen kecuali
Universitas Sam Ratulangi yang baru mencatatkan realisasi sebesar 26,16
persen dikarenakan
karena adanya proses penyesuaian nomenklatur dan aktivitas perkuliahan
yang dilaksanakan secara daring sehingga memangkas biaya operasional. Dari sisi performa, hanya Unsrat dan Poltekes Manado yang menunjukkan perbaikan dibanding tahun 2019. Beralihnya kegiatan belajar mengajar menjadi metode daring berimbas pada turunnya biaya operasional BLU dimaksud, sedangkan pada BLU bidang kesehatan mengalami kenaikan biaya operasional sehubungan dengan pandemi Covid-19.
4. Manajemen Investasi Pusat
a. Permasalahan outstanding pinjaman pemerintah pusat kepada pemerintah daerah di Sulut telah dilakukan melalui kebijakan debt swap untuk hutang bunga pada Kota Bitung dan Kota Manado, serta pengalihan pinjaman ke Pemda untuk pinjaman PDAM Sangihe. Progres pelaksanaan proyek debt swap Kota Bitung telah selesai di verifikasi oleh Dit. SMI, sedangkan debt swap Kota Manado masih akan berjalan sampai dengan akhir tahun 2020. Selanjutnya untuk penyelesaian hutang PDAM Kab Kep. Sangihe telah dialihkan ke Pemda Kab. Kep Sangihe.
b. Hasil monitoring laporan penyaluran KUR di Sulut pada SIKP menunjukkan bahwa jumlah realisasi KUR sebesar Rp377 miliar pada 9.813 debitur dengan rata-rata pinjaman sebesar Rp38,45 juta.
c. Penyaluran Kredit Ultra Mikro (UMi) di wilayah Sulawesi Utara mencapai Rp2,66 miliar pada 490 debitur dengan rata-rata pinjaman Rp5,42 juta
C. Prognosis Realisasi APBN
Proyeksi realisasi APBN Semester II 2020 dilakukan secara empiris menggunakan metode ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) atau disebut juga metode Tabel 2.2 Performa Operasional Satker BLU sd Triwulan II 2020
(dalam miliar Rp)
12 analisis runtun waktu Box-Jenkins yang cocok untuk forecasting/ peramalan jangka pendek. Pengolahan data statistik menggunakan aplikasi Minitab Versi 18.1, dengan Variabel yang digunakan adalah realisasi APBN bulanan tahun 2013-2019 yang bersumber dari Aplikasi Monev PA dan OMSPAN. Untuk pendapatan (Perpajakan dan PNBP), yang digunakan adalah angka realisasi 84 bulan (n= 84 ), sedangkan Belanja Negara menggunakan data persentase realisasi bulanan (n= 84), kecuali Belanja Modal yang menggunakan data persentase realisasi bulanan periode April-Desember (n=63) mengingat pergerakan yang signifikan atas realisasi jenis belanja barang dan modal terjadi pada periode tersebut (bulan 1-3 bersifat outlier). Proyeksi Transfer Daerah menggunakan data persentase realisasi bulanan tahun 2015 s.d. 2019 dari SIMTRADA (n=60). Hasil ringkas analissi dapat dilihat di bawah, sedangkan hasil pengolahan keseluruhan terdapat pada Lampiran I.
Prognosis Pendapatan (Angka dalam miliar) ARIMA (0,1,2)-Signifikan
Total Proyeksi Sem II 2020 = Rp 5.424,62 Miliar
Prognosis Belanja Pegawai (Angka dalam persen)
ARIMA (1,0,1) – Signifikan
Total Proyeksi Sem II 2020 = 93.29% dari total Pagu Belanja
Prognosis Belanja Barang (Angka dalam persen)
ARIMA (1,0,1) – Signifikan
Total Proyeksi Sem II 2020 = 81,2% dari total Pagu Belanja Barang
Prognosis Belanja Modal (Angka dalam persen) ARIMA (1,0,1) – Signifikan
Total Proyeksi Sem II 2020 = 84,18% dari total Pagu Belanja Modal
Prognosis Transfer Daerah (Angka dalam persen)
ARIMA (3,0,2) – Signifikan
Total Proyeksi Semester II 2020 = 58,52% dari total Pagu Transfer
13 Pendapatan Sulut hingga akhir tahun diperkirakan mencapai Rp4.882,16 miliar atau turun 0,4%. Selain dampak akibat penurunan perekeonomian secara makro, kontraksi pendapatan negara disebabkan adanya berbagai insentif pajak yang diberikan pemerintah sebagai bagian upaya Pemulihan Ekonomi Nasional. Pertumbuhan belanja modal yang turun hingga 54% lebih disebabkan oleh turunnya pagu akibat realokasi anggaran K/L yang mencapai lebih dari 50%. Sedangkan belanja barang diprediksi menurun cukup tajam sebagai efisiensi akibat pembatasan aktivitas kegiataan perkantoran akibat Covid-19.
Tabel 2.3 Prognosis Realisasi APBN sampai dengan Semester II TA 2020
Uraian Pagu/ Target Realisasi Sem I 2020 (Rp) Prognosis TA 2020 (Rp) Prognosis TA 2020 (%) Prognosis Semester II 2020 (Rp) Realisasi Tahun 2019 (Rp) Growth (%) Keterangan Pendapatan 5.818,64 1.931,85 4.882,16 84% 2.950,31 4.899,40 -0,4% Kemenkeu memprediksi penurunan penerimaan sebesar 10% akibat covid Belanja Bel Pegawai 3.144,28 1.456,98 2.933,46 93% 1.476,48 3.049,36 -3,8% Bel Barang 3.376,51 1.120,78 2.741,74 81% 1.620,96 3.579,60 -23,4% Bel Modal 1.405,93 387,82 1.183,58 84% 795,76 2.571,57 -54,0% Transfer Daerah 12.626,87 7.005,76 12.207,65 97% 5.201,89 14.019,55 -12,9%
Terdapat penyesuaian pagu transfer daerah akibat covid
Telah dilakukan realokasi pagu belanja oleh
14
BAB III.
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD
Perkembangan kinerja APBD seluruh pemda di Sulawesi Utara s.d triwulan II 2020 menunjukkan penurunan dibanding periode yang sama tahun 2019 khususnya dari sisi PAD. Hal tersebut tidak terlepas dari imbas pandemi Covid-19 yang menghambat berbagai kegiatan perekonomian, sehingga mempengaruhi pola realisasi pendapatan maupun belanja daerah. Secara rinci, perkembangan APBD pemerintah daerah lingkup Provinsi Sulawesi Utara dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel Perkembangan APBD Lingkup Prov. Sulut s.d Triwulan II TA 2020 (dalam miliar Rupiah)
15 Dampak pandemi Covid-19 terhadap realisasi belanja APBD, terlihat dari tingginya realisasi belanja hibah dan belanja tak terduga di semester I TA 2020, dan rendahnya belanja barang akibat berkurangnya kegiatan operasional perkantoran yang lebih banyak dilakukan melalui sistem Work from Home (WFH). Untuk selanjutnya, perlu dilakukan percepatan realisasi belanja di semester II TA 2020 guna membantu mengakselerasi perekonomian yang terhambat pandemi covid-19.
A. Pendapatan Daerah
Realisasi pendapatan daerah hingga triwulan II 2020 secara agregat telah mencapai 44 persen dari target. Secara proporsional, sumber penerimaan terutama yang berasal dari transfer pemerintah pusat sebesar 84 persen (Rp6.771 miliar) dan PAD sebesar 12 persen (Rp946,2 miliar). Hal tersebut menunjukan rendahnya tingkat kemandirian pemda di Sulawesi Utara.
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Sampai dengan triwulan II 2020, realisasi PAD pemda lingkup Sulawesi Utara mencapai 38 persen dari target. Dari total realisasi tersebut, kontribusi terbesar disumbang oleh
Pemprov. Sulut yang
mencapai 59,9 persen. Sementara pada tingkat kabupaten/kota, realisasi terbesar berturut-turut
disumbang oleh Kota
Manado, Kab. Minahasa Utara, Kab. Minahasa dan Kota Bitung. Dominasi penerimaan PAD keempat daerah tersebut, tak terlepas dari faktor geografis yang strategis sebagai pusat
perekonomian selain
topangan SDA penghasil PAD. Hasil Analisa Metode Klassen, LQ dan Shift Share yang disajikan pada KFR Tahunan 2019 Kanwil DJPb Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan sektor unggulan masing-masing daerah, yaitu Kota Manado: Penyediaan Akomodasi, Makan dan Minum, Kota Bitung: Transportasi dan Pergudangan, Kabupaten Minahasa: Konstruksi dan Sektor Unggulan dan Kab. Minahasa Utara: Pertambangan dan Penggalian.
Grafik Kontribusi Pemda thd Total Realisasi PAD Sulut s.d Triwulan II 2020
Sumber: LRA Pemda (agregat), diolah Prov. Sulawesi Utara, 59.9% Kab. Minahasa, 2.9% Kota Bitung, 2.8% Kota Manado, 13.6% Kab. Minut, 3.3%
Prov. Sulawesi Utara Kab.Bolmong Kab. Minahasa Kab. Sangihe Kota Bitung Kota Manado Kab. Talaud Kab. Minsel Kota Tomohon Kab. Minut Kota Kotamobagu Kab. Mitra Kab. Bolmut Kab. Sitaro Kab. Boltim Kab. Bolsel
16 a. Penerimaan Pajak Daerah
Realisasi Pajak Daerah agregat sampai dengan triwulan II 2020 lingkup Provinsi Sulut sebesar Rp644,1 miliar
atau sebesar 37 persen dari target.
Pada tingkat Kab/Kota, Pemkot Manado tercatat
sebagai daerah
penyumbang pajak daerah terbesar, yaitu sebesar Rp91,05 miliar. Namun angka tersebut jauh menurun dibanding periode
yang sama tahun sebelumnnya yang mencapai Rp220,4 miliar dan juga baru 26% dari target yang ditetapkan di awal tahun. Dampak pandemi sangat mempengaruhi pajak daerah Kota Manado, mengingat penurunan drastis salah satu sumber utamanya yakni Pajak Hotel dan Pajak Rumah Makan. Penurunan jumlah wisatawan yang mencapai 99% akibat ditutupnya penerbangan internasioanal serta insentif pajak yang diberikan pemerintah daerah menjadi penyebab hilangnya potensi pajak daerah di sektor ini. b. Penerimaan Retribusi Daerah
Penerimaan Retribusi Daerah Sulut hingga triwulan II 2020 secara agregat sebesar Rp145,8 miliar atau 42
persen dari target, tumbuh sebesar 23 persen dibanding capaian kuartal II di tahun sebelumnya. Kota Kotamobagu tercatat sebagai daerah dengan penerimaan retribusi
terbesar semester pertama pada dua tahun terakhir yang sumber utamanya berasal dari Retribusi Layanan Kesehatan yang mencapai Rp17 miliar di tahun 2020.
Grafik Perbandingan Realisasi Pajak Daerah (Rp Miliar)
Sumber: LRA Pemda (agregat), diolah
Grafik Perbandingan Realisasi Retribusi Daerah (Rp Miliar)
17 c. Penerimaan Hasil Kekayaan yang dipisahkan
Secara agregat, realisasi pos Penerimaan Hasil Kekayaan yang Dipisahkan di Sulut tercatat pada triwulan II
2020 sebesar Rp60,2 miliar, atau 74 persen dari
target yang telah
ditetapkan.
Tingginya penerimaan
daerah dari pos
penerimaan ini terutama ditopang peningkatan kinerja BUMD (terutama
Bank Sulutgo) yang berdampak pada besarnya pembagian deviden ke semua pemda. d. Lain-Lain PAD Yang Sah
Pendapatan bunga
menjadi sumber
utama sektor ini atas
dana simpanan
Pemda dari
pendapatan dan
SILPA TA
sebelumnya yang
cukup besar, terutama di Pemerintah Kota Manado
2. Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat
Realisasi pendapatan transfer pemerintah pusat s.d triwulan II tahun 2020 ke pemda lingkup Provinsi Sulut telah mencapai Rp6.7 triliun, atau 48 persen dari target. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, capaian realisasi pada periode laporan ini tidak ada perbedaan yang signifikan. Komposisi realisasi pendapatan transfer daerah sebagian besar berasal dari transfer DAU yang mencapai 85 persen, selanjutnya DAK sebesar 3 persen, Dana Penyesuaian sebesar 9 persen dan DBH sebesar 3 persen. Tingginya dana DAU sejalan dengan penguatan desentralisasi pemerintah pusat di daerah. Sementara itu, hal yang perlu mendapat perhatian adalah masih rendahnya realisasi DAK Fisik lingkup Sulawesi Utara yang mencerminkan kinerja pelaksanaan kegiatan yang belum maksimal. Sampai dengan akhir Juni 2020, dana DAK fisik baru terealisasi sebesar Rp89,63 miliar dari pagu Rp1,4 triliun.
Grafik Perbandingan Realisasi Kekayaan Yang Dipisahkan (Rp Miliar)
Sumber: LRA Pemda (agregat), diolah
Grafik Perbandingan Realisasi Lain-Lain PAD yang Sah (Rp Miliar)
18
3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
Capaian realisasi pos Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah s.d triwulan II 2020 sebesar 20 persen dari target yang telah ditetapkan. Hanya beberapa pemda yang memasang target untuk pos Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.
B. Belanja Daerah
1. APBD Berdasarkan Jenis Belanja
Kinerja penyerapan anggaran daerah untuk periode sampai dengan triwulan II 2020 tidak jauh berbeda dengan periode yang sama tahun 2019. Realisasi belanja daerah secara keseluruhan (Pemprov dan Pemkab/Pemkot) sebesar Rp5,9 triliun atau sebesar 31 persen dari pagu.
Grafik Perbandingan Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat s.d Triwulan II 2020
Sumber: LRA Pemda, diolah
Grafik Proporsi Pagu Belanja dan Persenatase Realisasi s.d Triwulan II 2020
19 Ditinjau dari komposisi realisasi belanja daerah, belanja pegawai masih mendominasi belanja daerah di seluruh pemda lingkup Provinsi Sulawesi Utara ditunjang dengan adanya pencairan THR bagi PNS pada bulan Mei 2020. Sementara realisasi belanja modal yang paling berdampak bagi perekonomian baru terealisasi sebesar 8 persen. Pos belanja pembeda di tahun 2020 adalah belanja tak terduga yang telah terealisasi sebesar Rp103 miliar jauh melebihi pagu awal yang hanya Rp41 miliar, serta dialokasikannya Belanja lainnya sebesar Rp1,4 triliun sebagai bagian dari penanganan pandemi Covid-19. Bahkan total realisasi kedua pos tersebut dua kali lipat dari realisasi belanja modal.
2. Rasio Belanja
Salah satu arah kebijakan Pemerintah untuk meningkatkan kualitas belanja dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah serta untuk menjamin ketersediaan kuantitas dan kualitas pelayanan dasar bagi masyarakat adalah dengan meningkatkan rasio belanja modal dan mengurangi rasio belanja pegawai terhadap total belanja daerah. Untuk itu dalam RPJMN tahun 2020-2024 memiliki sasaran Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan
Gotong-Royong, dan diharapkan rata-rata belanja modal seluruh pemda telah mencapai 30 persen dan rata-rata belanja pegawai mencapai 35 persen untuk kab/kota dan 13 persen untuk provinsi pada tahun 2020.
Grafik Rasio Belanja Pegawai dan Rasio Belanja Modal (Pagu) APDB Tahun 2020
Sumber: LRA Pemda , diolah
30% 46% 47% 50% 40% 36% 47% 51% 45% 41% 41% 41% 33% 41% 33% 37% 39% 25% 20% 17% 18% 17% 21% 20% 17% 23% 20% 20% 31% 31% 24% 32% 22% 22%
20 Pada APBD TA 2020, terdapat dua Pemda yang menganggarkan belanja pegawai dibawah target 35 persen RPJMN 2020-2024 yaitu Kab Bolaang Mongondow Timur dan Kab Bolaang Mongondow Utara. Sementara itu, Pemda Kab. Bolaang Mongondow Utara dan Pemda Kab. Bolaang Mongondow Timur dan Kab Minahasa Tenggara adalah pemda yang proporsi anggaran belanja modalnya di atas 30 persen. Rendahnya rasio belanja modal di sebagian besar pemda di Sulawesi Utara tahun 2020 disebabkan rata-rata pemda yang sangat bergantung pada anggaran DAK Fisik untuk kegiatan belanja modal. Selain itu juga terdapat realokasi dan refocusing APBD akibat pandemi Covid-19 yang wajib dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
C. Prognosis Realisasi APBD sampai dengan Triwulan IV
Proyeksi realisasi APBD Semester II dilakukan secara empiris sama dengan proyeksi APBN yakni dengan menggunakan metode ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) dan menggunakan aplikasi Minitab Versi 18.1. Variabel yang digunakan dalam melakukan proyeksi Pendapatan dan Belanja adalah realisasi triwulanan tahun 2013-2020 yang bersumber LRA Pemda. Untuk pendapatan, yang digunakan adalah angka realisasi untuk 28 periode (n=28), sedangkan untuk Belanja (Barang dan Modal) menggunakan data persentase realisasi triwulan II-IV (n=21). Hasil ringkas dapat dilihat di bawah, sedangkan hasil pengolahan data keseluruhan terdapat pada Lampiran II. Prognosis Pendapatan (Angka dalam miliar)
ARIMA (0,1,1)
Total Proyeksi 2020 = Rp18.322,09
Prognosis Belanja Pegawai (Angka dalam persen)
ARIMA (0,0,2)
Total Proyeksi 2020 = 93,65% dari total Pagu Belanja Pegawai
Prognosis Belanja Barang (Angka dalam persen)
ARIMA (0,0,1)
Total Proyeksi 2020 =
75,23% dari total Pagu Belanja Barang
Prognosis Belanja Modal (Angka dalam persen)
ARIMA (0,0,1)
Total Proyeksi 2020 =
21 Proyeksi realisasi pendapatan Pemda sebesar Rp18.322,09 miliar, namun nilai yang digunakan dalam perhitungan adalah realisasi dengan kondisi normal. Dengan adanya
pandemi diprediksi terdapat penurunan pendapatan sebesar 20% dengan pertimbangan asumsi Kementerian Keuangan dan capaian realisasi hingga semester I, sehingga angka proyeksi 2020 adalah sebesar Rp14.657,67 miliar. Belanja barang akan megalami penurunan terbesar dengan adanya efisiensi kegiatan perkantoran yang cukup besar dengan adanya WFH hingga rapat/sosialisasi yang bersifat daring serta pembatasan perjalanan dinas.
Sedangkan Belanja Modal Pemda diprediksi akan terserap sebesar 79%, dengan mempertimbangkan capaian realisasi Semester I yang cukup rendah, namun nilai kontrak DAK Fisik yang merupakan sumber belanja modal terbesar pemda, tercatat mencapai 97% (data per 21 Juli 2020). Dengan demikian, penyerapan belanja modal berpotensi akan melonjak di dua kuartal akhir TA 2020.
22
BAB IV
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN
ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)
A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian
Dari Laporan
Keuangan Pemerintah
Konsolidasian (LKPK) Kanwil DJPb Prov. Sulut Semester I 2020 tampak capaian positif dibandingkan peiode yang sama di tahun 2019 pada semua pos baik
pendapatan maupun
belanja. Penurunan pada detail pos mampu di cover oleh pos lainnya.
B. Pendapatan Konsolidasian
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan
Perpajakan masih mendominasi sumber penerimaan, baik di Pusat maupun Daerah. Sumber utama penerimaan pajak dari sektor
usaha adalah sektor perdagangan, perkebunan, dan industri, serta pemerintahan, sedangkan ditinjau dari daerah, Kota Manado dan Kota Bitung sebagai pusat perdagangan dan industri merupakan sumber utama perpajakan. Sedangkan, porsi PNBP sebagian besar bersumber dari penerimaan BLU sektor Kesehatan (RS Kandou, RS Bhayangkara, dan RS Monginsidi) dan sektor pendidikan (Universitas Sam Ratulangi dan Poltekkes Manado).
Perbandingan Penerimaan Pusat & Daerah Semester I 2020
Sumber: GFS Kanwil DJPb Prov. Sulut
Tabel Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian Sulut Semester I 2020 (miliar Rupiah)
23 Demikian juga dengan porsi penerimaan daerah dimana penerimaan pajak masih dominan dibanding PNBP. Pajak kendaraan bermotor masih menjadi andalan penerimaan pajak daerah. Sedangkan PNBP Daerah disokong dari retribusi daerah maupun hasil kekayaan daerah yang dipisahkan seperti deviden dan Jasa Giro Kas Daerah.
2. Analisis Perubahan
Pendapatan konsolidasian selain dana transfer mengalami penurunan yang bersumber baik dari pendapatan pusat maupun daerah.
Penurunan pendapatan tersebut disebabkan terutama oleh pembatasan aktivitas akibat pademi corona termasuk kegiatan perekonomian yang akhirnya berimbas pada pendapatan negara (Pajak dan PNBP).
Pendapatan daerah mengalami penurunan yang lebih dalam jika dibandingkan dengan pendapatan
pusat. Penurunan drastis terutama pada pajak hotel dan restoran yang hanya mencapai Rp53,84 miliar, turun 68,9% dibanding periode semester I tahun 2019 yang mampu membukukan Rp168,74 miliar. Ditutupnya penerbangan internasional akibat Covid-19 sangat mempengaruhi sektor pariwisata yang berimbas pada penurunan tingkat hunian kamar hotel dan ditutupnya beberapa restoran besar yang sering dikunjungi wisatawan asing. Selain itu, terdapat inisiatif positif pemerintah daerah yang bersedia memberikan kebijakan relaksasi pajak terhadap usaha-usaha di sektor pariwisata agar mampu bertahan di masa sulit ini, meski pendapatan daerah akan mengalami penurunan. Sedangkan penurunan dari penerimaan pajak kendaraan bermotor menggambarkan tendensi penundaan pembayaran pajak oleh sebagian masyarakat akibat penurunan bahkan hilangnya sumber pendapatan masyarakat dengan adanya pembatasan kegiatan perekonomian.
Perubahan Total Pendapatan Pusat & Daerah Selain Dana
Transfer (miliar rupiah)
24
3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap kenaikan realisasi pendapatan
konsolidasian
Melambatnya pertumbuhan ekonomi regional y-to-y menunjukkan korelasi positif dengan penerimaan perpajakan maupun PNBP Konsolidasian. Pendapatan konsolidasian turut mengalami penurunan dibanding periode sebelumnya. PDRB yang bersumber dari pertumbuhan sektor pertanian sebagai kontributor terbesar PDRB Sulut mampu meredam penurunan PDRB secara keseluruhan. Sektor Perdagangan besar dan eceran, transportasi dan pergudangan dan sektor akomodasi,rumah makan menjadi sektor yang
paling merasakan dampak
corona sekaligus berpengaruh besar terhadap penurunan pendapatan negara konsolidasian Provinsi Sulawesi Utara. C. Belanja Konsolidasian
1. Analisa Proporsi dan Perbandingan
Proporsi realisasi belanja antara pusat dan daerah untuk Semester I tahun 2020 menunjukkan perbedaan yang signifikan. Belanja barang sangat dominan di pusat, sedangkan belanja daerah didominasi oleh belanja pegawai. Hal yang perlu menjadi perhatian adalah serapan belanja modal, khususnya daerah, yang sangat rendah. Terhambatnya berbagai kegiatan tender hingga pelaksanaan kegiatan akibat pembatasan aktivitas akibat pandemi corona menjadi alasan utama lambatnya realisasi belanja modal. Selain
itu, rendahnya realisasi DAK Fisik yang sebagian besar merupakan kegiatan berupa belanja modal turut menyebabkan rendahnya realisasi belanja modal daerah.
2. Analisis Perubahan
Realisasi belanja konsolidasian Sulut semester I 2020 tercatat sebesar Rp8.611,53 miliar, dengan struktur belanja relatif sama dari periode yang sama tahun sebelumnya. Belanja operasional masih mendominasi komposisi belanja konsolidasian.
Tabel Realisasi Pendapatan Konsolidasi Pusat/Daerah & Pertumbuhan Ekonomi Pro. Sulut Periode Triwulan II
Tahun 2019 dan 2020 (dalam miliar)
25 Terjadi penurunan porsi belanja barang
konsolidasian yang cukup drastis dari 35,6% di tahun 2019 menjadi 30,8% di tahun 2020 yang disebabkan karena perkantoran yang melakukan sistem WFH akibat pandemi corona sehingga biaya operasional kantor mengalami penurunan. Sedangkan peningkatan belanja pegawai karena pembayaran gaji ke-14 (THR) di bulan Juni.
3. Analisis dampak kebijakan fiskal kepada indikator ekonomi regional
Kebijakan fiskal pemerintah terutama dari sisi belanja, diharapkan mampu berkontribusi secara optimal, tidak hanya pertumbuhan ekonomi regional, namun juga terhadap pemerataan pendapatan maupun peningkatan daya beli masyarakat. Hal tersebut dapat
dilihat dari perubahan berbagai indikator ekonomi regional.
Data di atas menunjukkan bahwa penurunan realisasi belanja pemerintah di Sulut sebesar -7,21%, sementara pada periode yang bersamaan terjadi penurunan nilai inflasi hingga -5,83%. Peningkatan angka pengangguran pada bulan Februari 2020 lebih disebabkan penambahan jumlah usia angkatan kerja yang mencapai 30 ribu jiwa namun tidak mampu terserap oleh lapangan kerja. Meskipun tidak terdapat penjelasan secara langsung atas dampak belanja pemerintah, namun demikian dapat disimpulkan bahwa perlambatan government spending turut mempengaruhi berbagai indikator ekonomi regional.
Korelasi Antara Belanja Pemerintah Terhadap Beberapa Indikator Ekonomi Regional
26 Deflasi yang terjadi di Sulawesi Utara sebenarnya lebih dikarenakan sisi demand masyarakat yang menahan diri untuk tidak belanja dengan adanya pandemi Covid-19, sehingga supply barang cukup melimpah. Yang patut diwaspadai adalah, pada saat pembatasan sosial sudah dilonggarkan sehingga masyarakat dapat beraktivitas kembali secara normal namun persediaan barang kurang tersedia di pasar, maka akan berdampak pada peningkatan potensi inflasi. Hal yang harus dilakukan pemerintah daerah adalah memanfaatkan dana yang ada untuk memastikan ketersediaan supply barang dan jasa tetap terjamin. Selain itu, proyek pemerintah perlu dialihkan ke jenis kontrak padat karya agar mampu menarik lebih banyak pekerja sekaligus menekan angka pengangguran di tengah banyaknya kasus PHK akibat Covid-19.
D. Analisis Kontribusi Pemerintah Dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Berdasarkan data BPS,
perekonomian Sulawesi Utara pada
Q2 mengalami penurunan
pertumbuhan y-o-y sebesar minus 3,89 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar minus 5,32 persen. Ditinjau dari sisi pengeluaran pemerintah (G) pada
komponen PDRB, terjadi peningkatan kontribusi dari tahun ke tahun. Kontribusi Pengeluaran Pemerintah (APBN & APBD) terhadap PDRB untuk Triwulan II 2020 sebesar 17,59 persen, turun sebesar 0,7 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Data korelasi pertumbuhan realisasi belanja pemerintah per triwulan II 2020 (y-o-y) dengan laju pertumbuhan berbagai sektor lapangan usaha di Sulut menunjukkan bahwa realisasi belanja pemerintah yang minus berkorelasi positif terhadap pertumbuhan di hampir semua sektor lapangan usaha yang juga menunjukkan penurunan. Hal tersebut mengindikasikan keterkaitan dan peran belanja pemerintah terhadap pertumbuhan berbagai sektor pada PDRB. Belanja pemerintah kurang mampu memberikan dukungan terhadap berbagai sektor lapangan usaha sekaligus meredam pelemahan perekonomian global akibat pandemi Covid-19.
47.43% 47.49% 48% 46% 17.06% 17.68% 18,6% 17,9% 34.34% 34.74% 34% 33%
1.16% 0.09% 00% 03%
2017 2018 2019 2020
Distribusi G pada PDRB Triwulan II
27 Dua sektor lapangan usaha yang
dipastikan terdampak dan
teridentifikasi di awal pandemi adalah sektor Akomodasi, Makanan dan Minuman, dan Transportasi yang merupakan imbas melemahnya sektor pariwisata dengan ditutupnya penerbangan internasional Bandara Sam Ratulangi. Seharusnya inilah yang menjadi perhatian khusus pemerintah bagaimana mengalihkan sementara perekonomian sektor tersebut ke sektor lain melalui penyediaan lapangan usaha alternatif untuk pengusaha dan tenaga kerja yang terdampak.
Tumbuhnya sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dan sector Industri Pengolahan terkait dengan
komoditas utama Sulawesi Utara yakni Kopra. Pertanian Kelapa dan Pengolahan Kopra juga menjadi modal utama konsistensi ekspor Sulawesi Utara. Kedua sektor tersebut juga mampu menjaring tenaga kerja informal yang cukup besar. Dari ketiga fakta tersebut, dapat dijadikan langkah strategis selanjutnya bagi pemerintah daerah di Sulawesi Utara untuk memberikan dukungan pada kedua sektor tersebut baik dari sisi kebijakan maupun permodalan agar mampu bertahan dan bahkan tumbuh. Dengan demikian, kedua sektor tersebut mampu menjadi penahan resesi sekaligus dapat membuka lapangan kerja alternatif di tengah penuruan kinerja sektor lainnya.
Korelasi antara Belanja Pemerintah terhadap Pertumbuhan Sektor Lapangan
Usaha
Sektor/Variabel Growth
Belanja Pemerintah -7,21%
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,47 Pertambangan dan Penggalian -3,47
Industri Pengolahan 5,24
Pengadaan Listrik dan Gas 5,60 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 3,76
Konstruksi -8,04
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor -0,90 Transportasi dan Pergudangan -31,49 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum -50,28 Informasi dan Komunikasi 15,77 Jasa Keuangan dan Asuransi 12,50
Real Estate -1,28
Jasa Perusahaan -9,74
Adm Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib -5,02
Jasa Pendidikan -0,69
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3,49
Jasa lainnya -13,11
28
BAB V
ISU REGIONAL: DAMPAK KORONA TERHADAP
PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA
Dampak Covid-19 selama hampir 5 (lima) bulan terakhir di Indonesia
memerlukan penanganan yang komprehensif dan
extraordinary
oleh pemerintah
melalui berbagai strategi dan kebijakan yang terukur dan bersinergi, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dari sisi ekonomi, pandemi
Covid-19 berdampak pada dua sisi, baik konsumsi maupun produksi. Pembatasan sosial
berujung pada berhentinya aktivitas dan turunnya kinerja perekonomian.
Perkembangan kasus pandemi COVID-19 di Sulawesi Utara
Berdasarkan data per tanggal
30 Juni 2020 tercatat sebanyak
1.109 kasus positif di Sulawesi
Utara yang sebagian besar
terdapat di Kota Manado.
Dengan dibukanya sejumlah
laboratorium pengujian sampel
Covid-19, yakni di Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan dan
Pencegahan
Penyakit
(BTKLPP) di Mapanget Kota
Manado dan RSUP Prof
Kandou Manado, jumlah pasien
yang
terkonfirmasi
positif
mengalami peningkatan yang
cukup signifikan. Selain itu, dengan dilonggarkannya pembatasan dan dibukanya
beberapa pusat perbelanjaan (
the new normal
) menjadi salah satu faktor
meningkatnya jumlah masyarakat yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Pemerintah Daerah telah melakukan berbagai upaya pencegahan penyebaran virus
COVID-19 di Sulawesi Utara melalui berbagai kebijakan dan aturan, diantaranya
dengan meniadakan kegiatan belajar mengajar di sekolah (
Study from Home
),
29
yang
dapat
mengundang
kerumumunan orang, hingga
penghentian sementara berbagai
kegiatan keagamaan di Rumah
Ibadah.
Dampak
COVID-19
terhadap
perekonomian Sulawesi Utara
Gambaran perekonomian Sulawesi
Utara selama enam bulan terakhir
tercermin dalam Indeks Harga
Konsumen (IHK) yang dirilis oleh BPS Sulut. Dari tabel tersebut terlihat bagaimana
perekonomian Sulawesi Utara menurun drastis mulai bulan Maret 2020 sejak
ditetapkannya wabah Covid-19 di Indonesia serta ditutupnya penerbangan
internasional di Bandara Sam Ratulangi Manado. Untuk pertama kalinya Sulawesi
Utara mengalami deflasi tahun kalender selama enam bulan berturut-turut, akibat
adanya
social distancing
dalam rangka pencegahan Covid-19.
Dari sisi tenaga kerja, berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Sulawesi Utara hingga 26 Mei 2020 tercata ada 681 perusahaan yang
terdampak dengan jumlah total pekerja sebanyak 8.416 orang, dan dari angka
tersebut 6.952 pekerja yang dirumahkan. Selain itu, tercatat pula sebanyak 72
perusahan yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja dengan jumlah tenaga
kerja sebanyak1.424 orang.
Dari sektor lapangan usaha terbesar sumber pembentuk PDRB Sulut, semua
menunjukkan penurunan
dan
hanya
Industri
Pengolahan
yang
menunjukkan
kenaikan.
Gambaran atas dampak
Covid-19
adalah
penurunan
sektor
akomodasi, makanan dan
minuman serta transportasi yang sangat drastis sebagai imbas ditutupnya bandara
Sam Ratulangi sehingga sektor pariwisata mengalami penurunan.
30
Peran Fiskal dalam penanganan pandemi Covid-19 di Sulawesi Utara
Sejak diumumkannya pandemi Covid-19 di Indonesia, pemerintah melakukan gerak
cepat dengan menerbitkan berbagai aturan dan pedoman di semua bidang, baik
pemerintahan, kesehatan, pendidikan, sosial, dan tak terkecuali sektor keuangan.
Peraturan Pengganti Undang-Undang dikeluarkan untuk memberikan kelonggaran
defisit APBN yang
sebelumnya hanya
maksimal 3% dari
PDB,
guna
menahan dampak
Covid-19 terhadap
ancaman
resesi
melalui
program
Pemulihan Ekonomi Nasional. Dari sisi
demand
, pemerintah berusaha menjaga
konsumsi melalui sokongan atas daya beli masyarakat khususnya melalui bantuan
sosial. Konsumsi rumah tangga merupakan penopang terbesar pertumbuhan di
Indonesia, tak terkecuali Sulawesi Utara.
Sedangkan dari sisi produksi, pemerintah telah mengalokasikan insentif pajak
(Rp123 triliun), subsidi bunga kredit (Rp34 triliun), hingga program Penempatan
Dana Pemerintah (Rp87,6 triliun) pada perbankan agar dapat dikucurkan pada
sektor bisnis dengan bunga rendah.
Selanjutnya, postur APBN telah dilakukan perubahan setidaknya sudah dua kali di
tahun 2020 melalui Perpres No. 54/2020 dan terakhir Perpres No. 72/2020 untuk
menjaga kualitas dan kesinambungan APBN Tahun Anggaran 2020 dalam rangka
pemenuhan kebutuhan penanganan pandemi Covid-19 dan/ atau menghadapi
ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan/ atau stabilitas sistem
keuangan. Konsekuensi atas terbitnya Perpres tersebut adalah Pemerintah Daerah
diharuskan untuk turut melakukan
refocusing
dan realokasi APBD untuk penangan
Covid-19 di daerah masing-masing. Seluruh Pemda di Sulawesi Utara telah
melakukan realokasi anggaran sebagai langkah awal penanggulangan Covid-19 di
daerah masing-masing.
31
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, untuk mengantisipasi dampak
perekonomian, kesehatan, sosial, dan keuangan serta menahan timbulnya resesi
maka
diperlukan
peningkatan kuantitas
dan kualitas belanja
pemerintah (
government
spending
). Menurunnya
pertumbuhan ekonomi di
Sulawesi Utara sampai
dengan
Q2
2020
sebesar minus 3,89
persen
diperlukan
adanya
intervensi
pemerintah pusat dan
daerah untuk mengelola kebijakan fiskal yang tepat jumlah dan tepat sasaran
sebagai solusi menjaga pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara. Sebagai contoh,
telah dilakukan kebijakan penempatan uang negara pada Bank Umum (termasuk
BPD SulutGo) untuk mendorong tingkat konsumsi dan produksi dalam
perekonomian Sulawesi Utara. Disamping itu, hal yang lebih penting adalah
menjaga alokasi fiskal agar ditujukan untuk menjamin kesinambungan
(
sustainability
) pembangunan, sehingga kebijakan fiskal ditujukan tidak hanya untuk
kepentingan jangka pendek tetapi kepentingan pembangunan yang
berkesinambungan.
Alokasi Belanja Daerah Untuk Penanganan COVID-19 (miliar rupiah)
Sumber: Laporan Penyesuaian APBD Pemda, diolah)
No Pemda
Bidang kesehatan dan hal-hal lain terkait kesehatan dalam rangka
pencegahan dan/atau penanganan COVID-19 Penyediaan jaring pengaman sosial Penanganan dampak ekonomi Total 1 Pemprov Sulut 731,28 90,22 15,00 836,51 2 Kab. Bolsel 52,86 10,00 2,09 64,95 3 Kab. Kep. Sitaro 16,97 9,97 27,67 54,61 4 Kab.Minahasa 79,22 28,54 9,39 117,14 5 Kota Tomohon 19,02 11,14 18,12 48,27 6 Kota Manado 51,74 62,01 7,20 120,95 7 Kab. Mitra 28,50 9,85 12,06 50,40 8 Kab. Minsel 22,89 5,47 0,50 28,86 9 Kab. Boltim 16,93 38,42 5,40 60,74 10 Kab. Kep. Talaud 23,91 8,35 5,10 37,36 11 Kab. Kep. Sangihe 54,78 9,98 1,58 66,34 12 Kab. Bolmut 88,59 12,12 2,49 103,20 13 Kota Kotamobagu 70,84 9,27 2,72 82,83 14 Kab. Bolmong 10,58 41,04 29,71 81,33 15 Kab. Minut 53,07 - 6,80 59,87 16 Kota Bitung 25,00 15,63 41,09 81,71 TOTAL 1.346,18 362,00 186,91 1.895,09
(sumber: Laporan Penyesuaian APBD Pemda, diolah)
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulut
Badan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Prov. Sulut Badan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kota Manado Badan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kota Tomohon Badan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kota Bitung Badan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kota Kotamobagu Badan Pengelola Aset dan Keuangan DaerahKab Minahasa
Badan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kab Minahasa Selatan Badan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kab Minahasa Tenggara Badan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kab Minahasa Utara Badan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kab Bolaang Mongondow Badan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kab Bolaang Mongondow Timur Badan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kab Bolaang Mongondow Utara Badan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kab Bolaang Mongondow Selatan Badan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kab Kep. Talaud
Badan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kab Kep. Sangihe
Badan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kab Kep.Siau Tagulandanga Biaro
Kanwil DJPb Prov Sulut (2020). Government Financial Statistic Sem. I Prov. Sulawesi Utara TA 2020 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara
Dit. Pelaksanaan Anggaran, Ditjen Perbendaharaan, Kemenkeu. Aplikasi MEBE. Dit. Sistem Manajemen Investasi, Ditjen Perbendaharaan, Kemenkeu. Aplikasi SIKP
Dit. Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, Ditjen Perbendaharaan, Kemenkeu. Aplikasi E-Rekon Ditjen Perimbangan Keuangan Daerah. Kemenkeu. Aplikasi SIMTRADA, Aplikasi SIKD
Dit. Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan, Aplikasi OMSPAN, Dashboard MPN Kanwil Ditjen Pajak Suluttenggomalut