• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tendensi menurunya inflasi tahunan mewarnai perkembangan harga komoditas di Provinsi Gorontalo pada triwulan-III 2009. Inflasi Gorontalo triwulan III-2009 sebesar 3,97% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan III-2008 sebesar 12,26% (yoy). Sementara itu, inflasi triwulan III-2009 naik sebesar 0,83% (qtq) dibandingkan triwulan II-2009 sebesar 0,59% (qtq). Penurunan inflasi tahunan sejalan dengan inflasi nasional serta didukung oleh kecukupan pasokan barang kebutuhan pokok dan minimnya tekanan harga dari kelompok barang-barang yang diatur Pemerintah (administered price). Sementara itu, kenaikan inflasi triwulanan didorong tingginya permintaan barang dan jasa terkait ibadah puasa dan perayaan hari besar Idul Fitri.

2.1

I

NFLASI GORONTALO TRIWULAN III-2009

Pada triwulan III-2009, inflasi tahunan Gorontalo melambat seiring dengan tren penurunan rata-rata inflasi nasional. Pengaruh eksternal memberi pengaruh positif terhadap perkembangan harga di Provinsi Gorontalo. Melemahnya tekanan harga-harga kebutuhan masyarakat yang banyak dipenuhi oleh barang impor (antar provinsi) menjadi salah satu pemicu penurunan inflasi Gorontalo. Sementara itu terjaganya pasokan serta efek penurunan administered price turut menguatkan tren pelemahan tekanan inflasi Gorontalo.

Grafik 2.1

Perkembangan Inflasi Nasional dan Gorontalo

Sejak awal tahun 2009 hingga triwulan III-2009 inflasi Gorontalo secara persisten berada diatas tingkat inflasi nasional. Hal ini merupakan indikasi terdapat permasalahan struktural yang mengakibatkan inflasi Provinsi Gorontalo tidak patuh pada mekanisme permintaan dan penawaran pasar. Keberadaan ‘Tim Pengendalian Inflasi dan Pemberdayaan Ekonomi Daerah (TPIPED) menjadi penting mengingat perannya dalam memperkokoh dan memadukan program kebijakan dalam koordinasi yang lebih baik dalam rangka menjaga nilai inflasi daerah yang rendah dan stabil.

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 24

Kecenderungan adanya gangguan pada tata niaga beras serta hambatan pada distribusi barang menjadi permasalahan utama persistensi inflasi Gorontalo. Tata niaga beras di Provinsi Gorontalo dikuasai oleh beberapa pengijon besar yang berperan sebagai petani, pengumpul, dan distributor sekaligus. Hal ini memberi dampak kepada perilaku pembentukan harga beras di Provinsi Gorontalo yang seringkali tidak patuh pada mekanisme pasar. Sementara itu, distribusi barang dan jasa seringkali terganggu karena terjadi penumpukan antrian kapal di Pelabuhan Gorontalo. Padahal terdapat alternatif Pelabuhan Anggrek namun kurang diminati oleh pedagang karena jaraknya yang lebih jauh. PEMDA telah membangun dermaga III di Pelabuhan Gorontalo sebagai salah satu solusi permasalahan tersebut yang diperkirakan selesai pada tahun 2010

Grafik 2.2

Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi Gorontalo

Tanda-tanda tren penurunan inflasi Gorontalo mulai muncul sejak kebijakan penurunan harga BBM pada akhir tahun 2008. Menurunnya harga komoditas minyak internasional mengurangi beban pos subsidi BBM dalam APBN, sehingga kebijakan penurunan BBM secara nasional dapat dilakukan demi menciptakan situasi ekonomi dan bisnis yang kondusif. Tendensi penurunan tren inflasi Gorontalo kemudian diperkuat dengan adanya musim panen sehingga pasokan kebutuhan masyarakat terutama untuk komoditas pertanian terjaga.

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 25

2.2

I

NFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA

2.2.1

I

NFLASI TAHUNAN (YOY)

Secara tahunan, inflasi Gorontalo triwulan III-2009 sebesar 3,97% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan III-2008 sebesar 12,26% (yoy). Tendensi penurunan harga terutama terjadi pada kelompok bahan makanan dan kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan.

Tabel 2.1

Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Pada triwulan-III 2009, Inflasi kelompok bahan makanan sebesar 5,50% (yoy) lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 21,69% (yoy). Pelemahan tekanan inflasi secara tahunan pada kelompok bahan makanan didorong oleh berkurangnya harga-harga terutama pada subsektor ikan bumbu-bumbuan, dan daging. Kecukupan pasokan pada barang-barang tercakup dalam subsektor tersebut menjadi penyebab utama terjadinya penurunan inflasi. Perkembangan cuaca yang membaik menyebabkan produksi terutama komoditas ikan dan bumbu-bumbuan mampu memenuhi permintaan masyarakat dengan baik.

Tabel 2.2

Inflasi Sub kelompok Bahan Makanan tahun 2009 (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Secara tahunan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami deflasi tertinggi dibandingkan kelompok barang dan jasa lainnya. Pada triwulan-III 2009, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan deflasi sebesar -5,35% (yoy) lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya mengalami inflasi sebesar 6,14% (yoy).

I II III IV I II III IV I II III Umum 3.55 5.07 5.97 7.02 8.33 9.58 12.26 9.20 10.54 7.22 3.97 1

Bahan makanan 5.09 10.34 10.62 13.09 13.25 18.05 21.69 8.56 21.05 14.59 5.50 2

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 9.10 5.69 8.41 6.41 5.47 5.79 9.36 14.51 21.08 12.39 12.03 3

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0.07 1.03 1.36 1.70 6.85 4.50 12.43 14.02 14.74 5.57 3.38 4

Sandang 2.41 2.11 2.16 4.63 6.81 4.29 3.40 2.63 6.36 2.53 2.80 5

Kesehatan 3.34 3.80 1.90 4.65 6.35 7.10 4.66 3.95 3.42 3.41 8.59 6

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.29 0.30 8.84 9.11 9.39 10.65 4.52 4.34 4.27 4.24 0.44 7

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0.21 0.91 0.97 0.95 1.39 3.37 6.14 3.48 (0.37) (5.15) (5.35)

2009

No Kelompok 2007 2008

Kelompok / Sub kelompok JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT

BAHAN MAKANAN 2.83 2.87 0.99 -1.15 1.41 0.62 0.57 1.05 -2.26

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 7.43 5.38 -0.29 -0.55 -1.67 -2.46 0.58 0.61 0.07 Daging dan Hasil-hasilnya 2.01 -1.99 -2.10 -1.47 1.19 0.47 0.70 -1.16 -1.20 Ikan Segar 6.68 4.47 -3.12 3.98 4.08 -0.46 -3.42 6.51 -8.36 Ikan Diawetkan -3.64 -7.38 -1.33 -2.37 0.82 0.88 5.36 -0.03 1.66 Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 1.24 -3.01 0.03 2.06 0.38 -2.31 -1.18 2.64 1.37 Sayur-sayuran 4.82 -20.85 -10.16 10.10 13.23 28.06 6.80 -22.54 8.47 Kacang - kacangan 1.83 -0.48 3.94 1.83 -2.33 -2.25 -0.87 1.16 4.46 Buah - buahan -0.53 14.26 9.66 -10.21 -0.16 -0.59 7.24 -1.77 12.39 Bumbu - bumbuan -17.74 16.27 27.06 -21.49 -3.57 1.57 9.42 3.78 -8.84 Lemak dan Minyak 0.22 0.76 0.61 -0.09 0.49 -1.94 -0.01 2.78 1.60 Bahan Makanan Lainnya 1.01 -1.96 2.65 1.34 0.00 0.00 0.00 0.00 1.03

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 26

Tabel 2.3

Inflasi Sub kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan tahun 2009 (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Bila diuraikan lebih dalam, subkelompok transportasi merupakan penyumbang terbesar terjadinya deflasi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Subkelompok transportasi mengalami deflasi sebesar -7.31% (yoy) jauh lebih rendah dibandingkan subkelompok lainnya dalam kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang pergerakan harganya relatif stabil. Kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga BBM bersubsidi pada awal Desember 2008 masih memberikan second round effect pada triwulan-II 2009 berupa penurunan tariff angkutan transportasi.

2.2.2 INFLASI TRIWULANAN (QTQ)

Secara triwulanan, inflasi Gorontalo pada triwulan III-2009 sebesar 0.85% (qtq) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0.59% (qtq). Dorongan peningkatan harga terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; kelompok sandang; dan kelompok kesehatan. Tekanan Inflasi pada triwulan III-2009 didorong oleh tingginya permintaan masyarakat terkait dengan ibadah puasa dan perayaan hari besar idul Fitri. Sementara itu, kelompok bahan makanan menunjukkan deflasi sebesar -0.67%. Ketersediaan pasokan merupakan faktor utama terjadinya deflasi pada kelompok bahan makanan.

Tabel 2.4

Kelompok Barang dan Jasa (qtq)

Tendensi deflasi kelompok bahan makanan terlihat dari hasil Survei Pemantauan Harga yang menunjukkan penurunan harga pada beberapa komoditas utama. Hasil Survei Pemantauan harga menunjukkan bahwa beberapa komoditas utama dalam kelompok bahan makanan yaitu beras, minyak goreng, telur ayam kampung, garam, kacang kedelai, dan cabe menunjukkan penurunan harga.

Kelompok / Sub kelompok JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT

TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 0.52 -0.36 -0.37 2.39 0.80 -5.15 -5.16 -5.27 -5.35

Transpor 5.11 3.79 3.77 3.26 0.98 -7.36 -7.37 -7.39 -7.31 Komunikasi dan Pengiriman -12.80 -12.80 -12.80 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.69 Sarana dan Penunjang Transpor 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Jasa Keuangan 2.74 2.74 2.74 2.74 2.74 2.74 2.74 0.34 0.34

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Umum -1.24 0.46 1.66 2.96 -0.04 3.83 4.01 0.16 2.33 0.59 0.85 Bahan makanan -4.86 0.19 2.10 10.48 -4.72 4.73 7.89 -1.44 6.83 0.88 -0.67 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 2.86 0.24 2.77 -0.24 1.96 4.01 2.32 4.46 3.15 1.93 2.00 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0.13 0.73 0.88 -0.07 5.20 1.36 4.40 1.34 -0.14 -0.07 2.23 Sandang 0.24 0.90 0.41 1.90 2.33 -0.67 -0.04 1.14 2.52 -1.08 0.22 Kesehatan 0.12 0.90 0.26 1.11 1.74 1.34 0.56 0.42 0.62 1.77 5.59 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.00 0.12 7.44 0.05 0.26 0.47 3.98 -0.12 0.17 0.20 0.19 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0.16 0.74 0.11 -0.59 0.60 8.37 0.13 -3.09 -2.39 0.14 -0.08

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 27

Grafik 2.3 Survei Pemantauan Harga Mingguan Komoditas Ayam (Rp/Kg)

Grafik 2.4 Survei Pemantauan Harga Mingguan Komoditas Cabai dan Bawang (Rp/Kg)

Hasil survei pemantauan harga menunjukkan bahwa beras sebagai komoditas utama penyumbang inflasi mengalami penurunan. Harga beras jenis Super Win pada minggu-II Juni 2009 sebesar Rp7000/kg turun menjadi Rp6.500/kg pada minggu-IV September 2009. Sementara itu, harga tepung terigu merek Segitiga Biru pada minggu-II Juni 2009 sebesar Rp8000/kg turun menjadi Rp7.000/kg pada minggu-IV September 2009. Harga kacang kedelai pada minggu-II Juni 2009 sebesar Rp12000/kg turun menjadi Rp10.000/kg pada minggu-IV September 2009. Sedangkan harga garam beryodium pada minggu-II Juni 2009 sebesar Rp1.750/250gr turun menjadi Rp1.000/250gr pada minggu-IV September 2009.

Cabe keriting sebagai komoditas dengan tingkat volatilitas tinggi mengalami penurunan. Harga cabe keriting pada minggu-II Juni 2009 sebesar Rp11.000/kg turun menjadi Rp10.000/kg pada minggu-IV September 2009. Sementara itu, harga minyak goreng merek Bimoli pada minggu-II Juni 2009 sebesar Rp8000/kg turun menjadi Rp7.000/kg pada minggu-IV September 2009. Sedangkan harga telur ayam kampung pada minggu-II Juni 2009 sebesar Rp30.000/250gr turun menjadi Rp26.500/250gr pada minggu-IV September 2009.

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 28

Dokumen terkait