• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat

BAB 2

PERKEMBANGAN INFLASI

NUSA TENGGARA BARAT

2.1. KONDISI UMUM

Sepanjang triwulan II-2013 inflasi di NTB cenderung menunjukkan peningkatan. Secara tahunan, laju inflasi NTB pada triwulan II-2013 tercatat sebesar 5,48% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 5,18% (yoy). Namun demikian, laju inflasi tersebut tercatat lebih rendah dibanding laju inflasi nasional yang mencapai 5,90% (yoy).

Sementara bila dilihat berdasarkan pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan, laju inflasi NTB sepanjang triwulan II-2013 relatif lebih rendah dibanding pergerakan rata-rata historisnya (lima tahun terakhir). Pada bulan Mei 2013, laju inflasi NTB tercatat sebesar -0,85% (mtm), sedangkan bulan Juni 2013 tercatat sebesar 1,02% (mtm). Jauh lebih rendah dibanding rata-rata historisnya yang masing-masing sebesar -0,17% dan 1,54% (mtm). Berbeda dengan pola historisnya, tekanan laju inflasi pada April 2013 justru mengalami tekanan yang tercatat sebesar 0,31% (mtm), lebih tinggi dibanding rata-rata historisnya yang tercatat sebesar -0,44% (mtm).

Secara triwulanan, laju inflasi NTB pada triwulan II-2013 cenderung menunjukkan penurunan yang tercatat sebesar 0,47% (qtq), jauh lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 3,39% (qtq). Kondisi tersebut terutama disebabkan menurunnya tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan, kelompok sandang dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga. Sementara pada kelompok lainnya, cenderung mengalami peningkatan terutama pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.

Grafik 2.1

Perkembangan Inflasi Bulanan dan Tahunan

Grafik 2.2

Perkembangan Inflasi Triwulanan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

-2 0 2 4 6 8 10 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2011 2012 2013 yoy -NTB (%) mtm -NTB (%) yoy - Nasional (%) mtm - Nasional (%)

-0.50 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 NTB (%,qtq) Nasional (%,qtq)

Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 24

Secara umum, meningkatnya tekanan harga di Nusa Tenggara Barat dipengaruhi oleh terbatasnya pasokan bahan makanan khususnya pada komoditas hortikultura (cabe rawit dan buah-buahan) dan kenaikan harga kelompok administered price (tarif tenaga listrik dan bensin) yang menjadi faktor utama pendorong laju inflasi. Di sisi lain, penahan laju inflasi terbesar diberikan oleh kelompok bumbu-bumbuan (bawang putih dan merah) akibat mulai meningkatnya pasokan sehubungan dibukanya kembali keran impor komoditas tersebut.

Berdasarkan kota perhitungan inflasi, pada triwulan II-2013 inflasi tahunan Kota Mataram tercatat lebih rendah dibandingkan dengan Kota Bima. Inflasi tahunan Kota Mataram tercatat sebesar 5,44% (yoy), sedangkan inflasi Kota Bima lebih tinggi yaitu sebesar 5,62% (yoy). Dilihat dari disagregasinya, meningkatnya inflasi Nusa Tenggara Barat utamanya disebabkan oleh gejolak harga pada kelompok inflasi administered price.

2.2. INFLASI TRIWULANAN

Secara triwulanan, perkembangan harga barang dan jasa di Nusa Tenggara Barat pada triwulan II-2013 cenderung bergerak menurun yang tercermin dari inflasi triwulanan yang mengalami penurunan dari sebesar 3,39% (qtq) pada triwulan lalu menjadi sebesar 0,47% (qtq) pada triwulan laporan. Angka tersebut lebih rendah dibanding laju inflasi triwulanan nasional yang juga mengalami penurunan dan tercatat sebesar 0,90% (qtq).

Kecenderungan menurunnya tekanan inflasi tersebut utamanya berasal dari meredanya tekanan laju inflasi kelompok bahan makanan kelompok sandang dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga. Sementara pada kelompok lainnya, tekanan inflasi cenderung mengalami peningkatan terutama pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Berdasarkan sumbangannya, penahan laju inflasi pada triwulan II-2013 diberikan oleh kelompok bahan makanan dan sandang. Sementara pemicu andil terbesar dalam pembentukan laju inflasi triwulanan diberikan oleh kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.

2.3. INFLASI TAHUNAN

Secara tahunan, pada triwulan II-2013 tekanan inflasi di Nusa Tenggara Barat kembali berada pada tren meningkat yang tercatat sebesar 5,48% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan

Sumber: BPS Provinsi NTB Sumber: BPS Provinsi NTB

-4.00 -2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013

Bahan Makanan Makanan jadi, Minuman Perumahan, air Sandang

Kesehatan Pendidikan, rekreasi Transportasi, komunikasi -1.50 -1.00 -0.50 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 Bahan Makanan Makanan jadi, Minuman Perumahan, air Sandang

Kesehatan Pendidikan, rekreasi Transportasi, komunikasi

Grafik 2.3

Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 25

I-2013 yang tercatat sebesar 5,18% (yoy). Kondisi tersebut lebih rendah dibanding laju inflasi Nasional yang tercatat sebesar 5,90% (yoy) pada periode laporan.

Berdasarkan kelompok komoditas, meningkatnya laju inflasi pada triwulan II-2013 dibanding triwulan I-2013 kembali didorong oleh melonjaknya harga pada kelompok bahan makanan. Kemudiaan diikuti oleh kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan dan kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau. Sementara laju inflasi pada kelompok lainnya cenderung mengalami penurunan.

Laju inflasi tahunan tertinggi dialami oleh kelompok bahan makanan yang tercatat sebesar 9,34% (yoy), kemudian diikuti oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang tercatat sebesar 4,53% (yoy) dan 4,45% (yoy). Sementara itu, perkembangan inflasi kelompok barang dan jasa lainnya tercatat pada kisaran 2,39% (yoy) hingga 3,98% (yoy).

Berdasarkan sumbangannya, kelompok bahan makanan kembali mendominasi pembentukan inflasi dengan sumbangan mencapai 2,81%, kemudian diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 1,00%. Sedangkan kontribusi kelompok barang dan jasa lainnya yang turut memicu inflasi berada pada kisaran 0,08% hingga 0,69%. 2.4. INFLASI BERDASARKAN KOTA

Grafik 2.5 Inflasi Tahunan

Grafik 2.6

Sumbangan Inflasi Tahunan

Sumber: BPS Provinsi NTB Sumber: BPS Provinsi NTB

Tabel 2.1 Inflasi Tahunan (yoy,%)

Sumber: BPS Provinsi NTB

Des Mar Jun Sept Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

6.55 8.84 8.50 6.36 3.99 4.31 3.82 5.18 5.48 5.09 5.48

1 Bahan Makanan 3.67 6.17 7.86 5.23 -0.31 2.40 3.45 8.89 10.77 9.22 9.34

2 Makanan jadi, minuman 7.52 9.66 9.17 8.90 5.76 4.11 3.88 3.37 3.25 3.12 3.53

3 Perumahan, air 13.51 18.15 15.23 10.59 8.90 8.30 5.15 5.13 4.65 5.22 4.53 4 Sandang 6.50 7.40 5.28 5.15 5.60 6.17 5.24 4.10 3.91 3.40 3.98 5 Kesehatan 2.61 2.74 2.65 2.24 2.71 2.53 2.17 2.56 2.19 2.10 2.39 6 Pendidikan, rekreasi 4.17 4.19 4.04 2.31 3.01 3.06 3.03 3.05 3.05 2.87 2.87 7 Transportasi, komunikasi 1.18 1.23 1.15 0.14 1.61 1.49 1.98 1.74 1.51 1.49 4.45 2011 Umum No Kelompok 2012 2013 -5.00 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2011 2012 2013

Bahan Makanan Makanan jadi, minuman

Perumahan, air Sandang

Kesehatan Pendidikan, rekreasi

Transportasi, komunikasi -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2011 2012 2013

Bahan Makanan Makanan jadi, minuman Perumahan, air Sandang

Kesehatan Pendidikan, rekreasi Transportasi, komunikasi

Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 26

Berdasarkan kota perhitungan tingkat inflasi di Nusa Tenggara Barat, pada triwulan II-2013 Kota Mataram mengalami inflasi lebih rendah dibandingkan Kota Bima. Secara tahunan, inflasi Kota Mataram tercatat mencapai 5,44% (yoy), lebih rendah dibanding Kota Bima yang tercatat mencapai 5,62% (yoy).

Berdasarkan karakteristiknya, pola pembentukan laju inflasi Kota Mataram pada triwulan II (April-Juni) cenderung mengalami penurunan (deflasi). Namun sepanjang triwulan II-2013 laju inflasi mengalami tekanan dan cenderung lebih tinggi dibanding dengan kondisi rata-rata historisnya (lima tahun terakhir). Berbeda dengan pola historisnya yang cenderung mengalami deflasi pada April 2013, laju inflasi bulanan pada Kota Mataram tercatat sebesar 0,61% (mtm), lebih tinggi dibanding rata-rata nilai historisnya yang sebesar -0,60% (mtm). Sementara kecenderungan harga yang menurun terjadi pada perkembangan laju inflasi bulan Mei dan Juni 2013 yang masing-masing tercatat sebesar -1,03% dan 0,91%(mtm). Kondisi tersebut lebih rendah dibanding rata-rata historisnya yang masing-masing sebesar -0,19% dan 1,59% (mtm).

Sejalan dengan kota Mataram, pergerakan laju inflasi di Kota Bima pada triwulan II-2013 juga lebih rendah dibanding rata-rata historisnya. Pada April II-2013, laju inflasi bulanan Kota Bima tercatat mengalami deflasi sebesar 0,82% (mtm). Pada Mei 2013 laju inflasi kembali mengalami deflasi tercatat sebesar 0,18% (mtm). Kondisi tersebut cenderung lebih rendah dibanding dengan rata-rata historisnya (lima tahun terakhir) yang masing-masing sebesar 0,16% (mtm) dan -0,09% (mtm). Namun pada Juni 2013, laju inflasi bulanan mengalami lonjakan mencapai 1,42% (mtm), lebih tinggi dibanding rata-rata nilai historisnya yang sebesar 1,36% (mtm).

Berdasarkan komoditasnya, penyebab utama tekanan inflasi di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan II-2013 adalah meningkatnya harga pada kelompok bahan makanan antara lain cabe rawit, daging ayam ras dan tongkol pindang. Di sisi lain, komoditas yang menahan laju inflasi atau cenderung mengalami penurunan antara lain beras, emas perhiasan dan bawang merah.

Tabel 2.2

Komoditas Dominan Penyumbang Inflasi Triwulan II-2013 di Kota Mataram dan Bima

Kota Mataram

Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%)

Apel 0.46% Tarip Listrik 0.08% Cabe Rawit 0.38%

Jeruk 0.11% Tongkol Pindang 0.08% Bensin 0.37%

Cabe Rawit 0.09% Telur Ayam Ras 0.04% Tomat Sayur 0.12%

Sewa Rumah 0.08% Daging Ayam Ras 0.02% Tongkol Pindang 0.10%

Daging Ayam Ras 0.07% Soto 0.02% Daging Ayam Ras 0.08%

Kota Bima

Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%)

Bawang Putih -0.66% Daging Ayam Ras 0.08% Bensin 0.25%

Beras -0.36% Selar 0.07% Baju Muslim 0.19%

Jeruk -0.16% Mie Kering Instant 0.06% Pisang 0.14%

Emas Perhiasan -0.07% Telur Ayam Ras 0.05% Angkutan Dalam Kota 0.11%

Telur Ayam Ras -0.04% Tarip Listrik 0.04% Jeruk 0.08%

Mei 2013 Juni 2013

Mei 2013 Juni 2013

April 2013

Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 27

2.5. DISAGREGASI INFLASI

Berdasarkan komponennya, pada triwulan II-2013 pergerakan laju inflasi NTB cenderung mengalami peningkatan. Kondisi tersebut disebabkan oleh meningkatnya tekanan inflasi dari komponen yang memiliki karakteristik harga yang dapat bergejolak (volatile food) dan komponen harga yang diatur pemerintah (administered price). Sementara tekanan inflasi pada komponen lainnya, yaitu kelompok inflasi inti cenderung mengalami pelemahan.

Pada triwulan II-2013, laju inflasi komponen volatile food tercatat sebesar 10,02% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 11,20% (yoy) namun masih berada pada level inflasi yang cukup tinggi. Berdasarkan sub kelompoknya, tingginya tekanan inflasi tersebut didorong oleh tingginya tingkat inflasi pada sub kelompok bumbu-bumbuan dan sub kelompok daging dan hasil-hasilnya. Laju inflasi tertinggi pada komponen volatile food dialami oleh sub kelompok bumbu-bumbuan yaitu sebesar 2,31% (yoy).

Peningkatan ketersediaan beras tersebut dikonfirmasi oleh tingginya tingkat realisasi penyerapan beras oleh BULOG. Dalam rangka menjaga stabilitas harga beras dan ketahanan pangan di Provinsi NTB, hingga akhir Juni 2013 BULOG Divre NTB telah menyerap hasil pertanian setara beras sebanyak 131.789 ton. Kondisi tersebut mampu menjaga ketersediaan (stok) beras, dimana hingga akhir triwulan II-2013 ketersediaan pangan (cadangan beras pemerintah) mencapai 136.32 ribu ton beras. Persediaan tersebut diperkirakan mampu menyangga kebutuhan cadangan beras pemerintah hingga lebih dari 12 bulan mendatang.

Sumber: BPS

Grafik 2.8

Disagregasi Inflasi Secara Tahunan (%, yoy) Grafik 2.7

Disagregasi Inflasi Secara Bulanan (%,mtm)

Sumber: BPS Sumber: BPS -6.00 -4.00 -2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2011 2012 2013

Inflasi Bulanan core inflation administered price volatile food

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2011 2012 2013

Inflasi Tahunan core inflation administered price volatile food

Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 28

Perkembangan inflasi dari komponen administered price pada triwulan II-2013 menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi. Secara tahunan, tekanan inflasi komponen

administered price tercatat mencapai 4,27% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan I-2013 yang

tercatat sebesar 2,53% (yoy). Kondisi tersebut utamanya disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang menaikkan harga bahan bakar minyak pada akhir Juni 2013. Di sisi lain, pelemahan tekanan inflasi pada komponen ini diberikan oleh sub kelompok sarana dan penunjang transpor.

Perkembangan laju inflasi inti di NTB cenderung bergerak menurun. Pada triwulan II-2013, laju inflasi inti tercatat sebesar 3,49% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,70% (yoy). Penurunan tersebut utamanya disebabkan oleh pelemahan tekanan harga pada sub kelompok biaya tempat tinggal, sub kelompok barang pribadi dan sandang lain, dan sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga. Di sisi lain, komoditas yang menjadi pendorong inflasi inti berasal dari sub kelompok sandang wanita dan sub kelompok makanan jadi.

Grafik 2.9

Perkembangan Harga Beras (Rp/kg)

Sumber: CEIC, IMF, 1 bushel= 31,5 kg

Grafik 2.10

Perkembangan Harga Cabai, Gula Pasir dan Minyak Goreng (Rp/kg) Sumber: CEIC 6000.00 6500.00 7000.00 7500.00 8000.00 8500.00 9000.00 9500.00 1234512341234512341234123451234123412345123412341234512341234 Mei 12Juni 12Juli 12Aug 12Sept 12Okt 12Nov 12Des 12Jan 13Feb 13Mar 13Apr 13Mei13Juni13

Rp IR I (Pelita ) Medium II IR 64 Super IR Zak (pack)

11000.00 11500.00 12000.00 12500.00 13000.00 13500.00 14000.00 14500.00 5000.00 15000.00 25000.00 35000.00 45000.00 55000.00 65000.00 75000.00 12341234512341234123451234123412345123412341234512341234 Juni 12Juli 12Aug 12Sept 12Okt 12Nov 12Des 12Jan 13Feb 13Mar 13Apr 13Mei13Juni13

Rp Cabe Rawit Cabe Merah Bsr Minyak Goreng-rhs Gula Pasir Lokal -rhs

0 20 40 60 80 100 120 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2011 2012 2013 Gold-kiri $/oz CPO-US$/mt Minyak-kanan US$/barrel 0 100 200 300 400 500 600 0 5 10 15 20 25 30 35 40 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2011 2012 2013 Jagung-US$/bushel Gula-US$/pound Beras-kanan USD/mt Grafik 2.11

Perkembangan Harga Pangan di Pasar Internasional

Grafik 2.12

Perkembangan Harga Emas dan Minyak Mentah di Pasar Dunia

Dampak Kenaikan Harga BBM Bersubsidi 29

Hingga pertengahan tahun 2013 perkembangan inflasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) cenderung mengalami tekanan dibandingkan kondisi pada tahun 2012. Pada Juni 2013, inflasi tahunan NTB tercatat sebesar 5,48% (yoy), sedangkan secara kumulatif laju inflasi mencapai 3,88% (ytd). Kondisi tersebut lebih tinggi dibandingkan laju inflasi kumulatif pada Juni 2012 yang sebesar 2,42% (ytd). Tingginya laju inflasi tersebut turut dipengaruhi oleh laju inflasi bulanan pada awal tahun yang mengalami peningkatan akibat keterbatasan pasokan bahan makanan (bumbu-bumbuan, sayur-sayuran dan buah-buahan) pasca diberlakukannya pembatasan impor hortikultura.

Berbeda dengan kondisi awal tahun yang dipengaruhi oleh tekanan pada kelompok bahan makanan, inflasi di Juni 2013 utamanya didorong oleh kebijakan pemerintah yang menaikkan harga komoditas BBM bersubsidi per 22 Juni 2013. Meski kenaikan harga BBM ditetapkan pada akhir minggu III Juni 2013, namun harga-harga barang diperkirakan telah naik terlebih dahulu akibat berlarutnya proses pengumuman kenaikan harga. Kenaikan harga BBM bersubsidi terjadi pada jenis premium dari Rp 4.500 menjadi Rp6.500 atau naik Rp2.000 (44,44%) tiap liternya dan jenis solar dari Rp4.500 menjadi Rp5.500 atau naik Rp1.000 (22,22%) tiap liternya.

Kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut sebagian dampaknya mulai dirasakan pada pembentukan inflasi NTB Juni 2013 namun belum sepenuhnya tercatat pada bulan tersebut. Dampak langsung kenaikan BBM bersubsidi diperkirakan akan mencapai 1,07% yang akan terdistribusi pada bulan Juni dan Juli 2013 dengan dampak terbesar ada di kenaikan harga premium yaitu 1,06% dibanding solar 0,01%.

Sementara itu, dampak lanjutan kenaikan harga BBM diperkirakan akan terjadi di bulan Juli dan Agustus akibat terjadinya penyesuaian biaya transportasi (angkutan) dan harga jual produk oleh produsen. Momen penetapan harga BBM yang berdekatan dengan faktor musiman yaitu perayaan hari keagamaan dan tahun ajaran baru berpotensi meningkatkan tekanan inflasi di NTB.

Berdasarkan disagregasinya, kenaikan harga BBM telah mendorong kenaikan harga khususnya pada kelompok administered prices dan volatile food yang masing-masing mencapai 2,07% (mtm) dan 1,38% (mtm). Sedangkan inflasi inti masih relatif stabil dan berada di level yang cukup rendah yaitu 0,43% (mtm).

Dokumen terkait