• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN KEUANGAN NEGARA Pendapatan Pemerintah

Realisasi Penerimaan Negara dan Hibah hingga September 2017 mencapai Rp1.099,3 triliun, meningkat dari realisasi September 2016 yang sebesar Rp1.081,3 triliun. Peningkatan tersebut terutama disumbang oleh PNBP yang meningkat dari Rp183,8 triliun pada bulan yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp217,9 triliun pada September 2017.

Sementara itu, penerimaan perpajakan hingga September 2017 mencapai Rp878,9 triliun, menurun dari realisasi September 2016 sebesar Rp896,3 triliun. Penurunan tersebut terutama dipengaruhi adanya uang tebusan selama periode amnesti pajak, yang mencapai Rp90,1 triliun pada September 2016. Jika tidak memasukan tambahan uang tebusan dari amnesti pajak, maka sebenarnya penerimaan perpajakan bulan September 2017 meningkat Rp45 triliun dari September 2016 (Tabel 13).

Tabel 13. Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah, 2013-2017 (Rp triliun)

Keterangan 2013 2014 2015 2016

Sep-16 Sep-17

Nominal Nominal Selisih thd

Sep-16 Perpajakan 1.077,3 1.146,9 1.240,4 1.285,0 896,3 878,9 -17,4 Perpajakan Tanpa TA 1.178,0 806,2 851,2 45,0 PNBP 354,8 398,6 255,6 262,0 183,8 217,9 34,1 Hibah 6,8 5,0 12,0 9,0 1,2 2,5 1,3 TOTAL 1.438,9 1.550,5 1.508,0 1.555,9 1.081,3 1.099,3 18,0

Sumber: Kementerian Keuangan

Jika dilihat berdasarkan komponen, penurunan penerimaan perpajakan terjadi pada komponen pajak penghasilan, pajak bumi dan bangunan dan pajak lainnya. Penurunan terbesar terjadi pada pajak penghasilan yaitu menurun dari Rp 501,2 triliun di September 2016 menjadi Rp456,6 triliun di September 2017. Hal ini terutama disebabkan

Realisasi Penerimaan negara dan Hibah hingga September 2017 mengalami peningkatan dibandingkan September 2016. Penerimaan perpajakan hingga September 2017 mengalami penurunan, akibat tidak adanya periode amnesti pajak. Pajak penghasilan mengalami penurunan terbesar dibandingkan komponen perpajakan lainnya.

56

adanya penerimaan uang tebusan selama periode amnesti pajak (September 2016), di mana penerimaan tersebut terekam dalam pajak penghasilan. Sementara komponen yang mengalami peningkatan adalah pajak pertambahan nilai, pajak cukai dan pajak perdagangan internasional (Gambar 20).

Gambar 20. Realisasi Komponen Penerimaan Perpajakan, September 2017 (Rp triliun)

Sumber: Kementerian Keuangan

Sementara itu, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) terus menunjukkan peningkatan. Realisasi PNBP September 2017 mencapai Rp217,9 triliun, meningkat 19,7 persen dari September 2016. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh penerimaan migas yang mencapai Rp61,1 triliun, lebih tinggi dibandingkan realisasi September 2016, yakni Rp23,3 triliun (Gambar 21). Tingginya realisasi migas dipengaruhi oleh peningkatan harga komoditas migas dan lifting. Secara umum, proporsi penerimaan migas mencapai 28 persen dari keseluruhan PNBP. 501,2 270,1 15,6 78,6 5,5 25,1 456,6 307,3 1,9 81,0 4,8 27,2 Pajak Penghasilan Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Bumi dan Bangunan

Cukai Pajak Lainnya Pajak Perdagangan Internasional Sep-16 Sep-17 Pajak penghasilan mengalami penurunan terbesar dibandingkan komponen perpajakan lainnya.

Gambar 21. Realisasi Komponen PNBP, September 2017 (Rp triliun)

Sumber: Kementerian Keuangan

Belanja Pemerintah

Realisasi belanja negara hingga September 2017 mencapai Rp1.375 triliun mengalami peningkatan 5,4 persen lebih tinggi dibandingkan realisasi pada periode yang sama di tahun 2016 yaitu sebesar Rp1.305,5 triliun. Peningkatan belanja negara didorong oleh peningkatan belanja pemerintah pusat dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD). Realisasi Belanja Pemerintah Pusat meningkat menjadi Rp808,4 triliun pada September di tahun 2017 meningkat 5,3 persen dari periode yang sama ditahun 2016 yaitu Rp767,7 triliun. Sementara itu, realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa hingga September 2017 mencapai Rp566,6, meningkat 5,1 persen dari September 2016 yaitu Rp537,8 triliun. Secara umum, kedua komponen belanja negara tersebut mengalami pertumbuhan dengan tingkat yang hampir sama (Gambar 22). 23,3 12,1 32,8 84,3 29,4 61,1 20,1 38,9 64,2 33,7

SDA Migas SDA Non Migas Laba BUMN Lainnya BLU

Sep-16 Sep-17

Belanja Pemerintah Pusat dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa

mengalami peningkatan dengan tingkat

pertumbuhan sekitar 5 persen.

58

Gambar 22. Perkembangan Komponen Belanja Negara (Rp triliun)

Sumber: Kementerian Keuangan

Pada sisi Belanja Pemerintah Pusat, upaya pemerintah dalam meningkatkan efektifitas belanja dengan mengurangi belanja kurang produktif dan meningkatkan belanja produktif, dapat tercermin dari realisasi belanja subsidi yang lebih rendah dan peningkatan belanja modal (Gambar 23). Hingga September 2017 realisasi belanja subsidi mencapai Rp92,4 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan realisasi September 2016 yaitu Rp104,1 triliun. Sementara itu, realisasi belanja modal mengalami peningkatan menjadi Rp90,6 triliun pada September 2017, dari Rp82,6 triliun pada September 2016.

Gambar 23. Perkembangan Beberapa Komponen Belanja Pemerintah Pusat (Rp triliun)

Sumber: Kementerian Keuangan

767,7 808,4

537,8 566,6

Sep-16 Sep-17

Belanja Pemerintah Pusat Transfer ke Daerah dan Dana Desa

235,9 159,1 82,6 146,6 104,1 237,0 166,6 90,6 172,8 92,4

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Pembayaran Bunga Utang

Subsidi

Sep-16 Sep-17

Efektifitas belanja

pemerintah pusat tercermin dari pengurangan belanja subsidi dan peningkatan belanja modal.

Pada sisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa, realisasi mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut secara umum terjadi pada semua komponen baik Dana Perimbangan, Dana Otonomi Khusus, Dana Insentif Daerah maupun Dana Desa. Dana Perimbangan hingga September 2017 mencapai Rp504,5 triliun atau 74,3 persen dari target APBNP (Tabel 14). Dari realisasi tersebut, Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan komponen terbesar dengan realisasi sebesar Rp332,3 triliun, meningkat dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yaitu Rp 311,3 triliun. Namun jika dilihat dari proporsinya dari target APBNP, realisasi DAU mengalami penurunan sebesar 2,8 persen. Sementara itu, realisasi DAK sampai dengan September 2017 mengalami penurunan dari Rp105,9 triliun pada September 2016 menjadi Rp104,7 triliun pada September 2017. Walaupun demikian, jika dilihat dari proporsinya, realisasi DAK terhadap target APBNP mengalami peningkatan dari 49,6 persen dari target APBNP pada September 2016 menjadi 56,7 persen pada September 2017.

Tabel 14. Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa, Tahun 2013-2017 (triliun rupiah)

Keterangan 2013 2014 2015 2016 2016 2017

September %APBNP September %APBNP

Dana Perimbangan 430,4 477,1 485,8 639,8 482,7 71,5 504,5 74,3

Dana Bagi Hasil 88,5 103,9 78,1 90,5 65,5 61,9 67,5 70,8

Dana Alokasi Umum 311,1 341,2 352,9 385,4 311,3 86,2 332,3 83,4

Dana Alokasi Khusus 30,8 31,9 54,9 163,9 105,9 49,6 104,7 56,7

Dana Otonomi Khusus 13,6 16,6 17,7 18,8 13,3 79,2 14,9 73,6

Dana Otonomi Khusus 13,4 16,1 17,1 18,3 12,9 78,1 14,3 73,4

Dana Keistimewaan DIY 0,1 0,4 0,5 0,5 0,4 116,9 0,6 80,0

Lainnya 68,0 78,7 97,2

Dana Insentif Daerah 1,4 1,4 1,7 5,0 5,0 150,0 7,5 100,0

Dana Desa 20,8 46,7 36,8 84,4 39,6 66,1

TOTAL 513,3 573,7 623,1 710,3 537,8 73,0 566,6 73,9

Sumber: Kementerian Keuangan Realisasi DAU meningkat secara nominal, namun menurun secara proporsi terhadap target APBNP. Sementara itu, realisasi DAK sedikit mengalami

penurunan, walaupun secara proporsi terhadap target APBNP mengalami peningkatan.

60

Pembiayaan Pemerintah

Defisit anggaran yang ditetapkan pada APBNP 2017 diperkirakan mencapai Rp397,2 triliun atau 2,9 persen PDB (Gambar 24). Angka ini lebih tinggi dibandingkan realisasi 2016 yang mencapai 2,5 persen PDB. Sementara hingga September 2017, realisasi defisit anggaran mencapai Rp275,7 triliun atau 2,0 persen PDB, lebih tinggi dibandingkan realisasi defisit anggaran periode yang sama tahun 2016 yang mencapai 1,8 persen PDB.

Gambar 24. Perkembangan Realisasi Surplus/Defisit Anggaran, Tahun 2013-2017 (Rp triliun)

*APBNP

Sumber: Kementerian Keuangan

Dengan realisasi defisit tersebut, maka realisasi pembiayaan hingga September 2017 mencapai Rp359,7 triliun, lebih rendah dibandingkan realisasi pembiayaan pada periode yang sama tahun 2016 yang sebesar Rp391,9 triliun. Pembiayaan utang masih menjadi sumber utama pembiayaan dengan proporsi lebih dari 99,4 persen dari total realisasi pembiayaan September 2017 (Tabel 15).

Tabel 15. Perkembangan Realisasi Komposisi Pembiayaan APBN, Tahun 2013-2017 (Rp triliun)

Jenis Pembiayaan 2013 2014 2015 2016 2017

Real September APBNP September

Pembiayaan Utang 223,2 255,7 380,9 403,0 377,3 461,3 357,4 Pembiayaan Investasi (16,9) (8,9) (59,7) (89,1) (7,2) (59,7) (0,4) Pemberian Pinjaman 0,3 2,5 1,5 1,7 21,6 (3,7) 2,4 Kewajiban Penjaminan (0,7) (1,0) (0,7) 0,0 (1,0) 0,0 Pembiayaan Lainnya 31,5 0,5 0,3 19,6 0,2 0,3 0,3 TOTAL 237,4 248,9 323,1 334,5 391,9 397,2 359,7

Sumber: Kementerian Keuangan

(211,7) (226,9) (298,5) (308,3) (397,2) (2,33) (2,15) (2,59) (2,49) (2,92) 2013 2014 2015 2016 2017* Surplus/Defisit Anggaran % PDB Realisasi pembiayaan mengalami penurunan, dengan masih didominasi pembiayaan dari utang. Perkiraan defisit APBNP 2017 diperkirakan mencapai 2,9 persen. Sementara itu, realisasi defisit hingga September 2017 mengalami peningkatan dibandingkan September 2016.

Posisi Utang Pemerintah

Hingga September 2017, total utang pemerintah pusat mencapai Rp3.866,5 triliun, atau sekitar 28,6 persen PDB. Dari total utang pemerintah tersebut, SBN mendominasi dengan proporsi yaitu 80,9 persen dari total utang pemerintah pusat (Tabel 16).

Tabel 16. Posisi Utang Pemerintah Pusat, 2013-September 2017 (Rp triliun)

2011 2012 2013 2014 2015 2016 Sep-17

Pinjaman 621,0 616,7 714,4 677,6 755,1 734,9 738,0

SBN 1.188,0 1.361,1 1.661,1 1.931,2 2.410,0 2.780,6 3.128,5

Utang Pemerintah Pusat 1.809,0 1.977,8 2.375,5 2.608,8 3.165,1 3.515,5 3.866,5

% PDB (RHS) 23,1 23,0 24,9 24,7 27,4 28,3 28,6

Sumber: Kementerian Keuangan

Surat Berharga Negara

Kepemilikan asing pada SBN masih cukup dominan. Hingga akhir September 2017, kepemilikan asing pada SBN mencapai Rp819,4 triliun atau 40 persen dari total SBN rupiah yang diperdagangkan (Tabel 17). Berdasarkan tenornya, proporsi kepemilikan asing pada tenor kurang dari satu tahun hingga September 2017 mencapai 6,1 persen, meningkat dibandingkan tahun 2016 (3,5 persen). Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah, terutama terkait potensi pembalikan modal asing (Gambar 25).

Tabel 17. Posisi Kepemilikan SBN Rupiah yang Diperdagangkan, Tahun 2013-September 2017 (triliun Rupiah) 2013 2014 2015 2016 2017 September % Kepemilikan Bank 335,4 375,6 350,1 399,5 581,7 28,4 Institusi Negara 44,4 41,6 148,9 134,3 31,3 1,5 Nonbank 615,4 792,8 962,9 1.239,6 1.434,0 70,1 Reksadana 42,5 45,8 61,6 85,7 96,4 4,7 Asuransi 129,6 150,6 171,6 238,2 258,0 12,6 Asing 323,8 461,4 558,5 665,8 819,4 40,0 Dana Pensiun 39,5 43,3 49,8 87,3 87,3 4,3 Individu 32,5 30,4 42,5 57,8 55,5 2,7

Realisasi rasio utang pemerintah pusat terhadap PDB hingga September 2017 mengalami peningkatan.

Hingga Agustus 2017, kepemilikan asing pada SBN masih mendominasi.

Sementara kepemilikan asing pada tenor kurang dari satu tahun, mengalami

62 2013 2014 2015 2016 2017 September % Kepemilikan Lain lain 47,6 61,3 78,8 104,8 117,5 5,7 Total 995,3 1.210,0 1.461,8 1.773,3 2.046,9 100,0

Sumber : Kementerian Keuangan

Gambar 25. Komposisi Kepemilikan SBN oleh Asing berdasarkan Tenor, Tahun 2013-2017 (% Total SBN)

Sumber : Kementerian Keuangan

5,2 4,7 3,2 3,5 6,1 5,4 3,7 1,3 5,4 5,3 12,9 15,2 11,8 17,8 17,3 32,0 33,6 39,0 37,4 35,2 44,5 42,8 44,7 36,0 36,0 2013 2014 2015 2016 Sep-17 < 1 1 - 2 2 - 5 5 - 10 > 10

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA

Dokumen terkait