• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.2 Perkembangan Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Perekonomian Indonesia sejak kemerdekaan menunjukkan perkembangan yang cukup menarik. Pertumbuhan ekonomi pada awal 1960 tercatat sebesar 2%

pertahun dan mengalami kenaikan diatas 6% pertahun pada priode 1984-1993.

Dari tahun 2000 sampai 2004 perekonomian indonesia tumbuh rata2 4,6% per tahun.

Selang tahun ini Indonesia mengalami penurunan sbesar 13,3% pada tahun 1998 akibat krisis ekonomi.

Namun seiring berjalannya waktu, Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter Indonesia berusaha untuk memulihkan kondisi prekonomian Indonesia yang sempat terpuruk akibat krisis ekonomi. BI berusaha menekan laju inflasi yang pada tahun 1998 sbesar 56%, dengan menekan jumlah uang bredar di masyarakat melalui kenaikan tingkat suku bunga SBI.

Tabel 4.2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Tingkat Inflasi Indonesia

1999 0.3 20.7

2000 4.9 3.8

2001 3.4 11.5

2002 4.3 11.8

2003 4.8 6.8

2004 5 6.1

2005 5.7 17.1

2006 5.5 6.6

2007 6.3 6.6

2008 6 12

Dari tabel data diatas dapat terlihat dengan jelas bahwa pada tahun 1998 Indonesia mengalami keterpurukan ekonomi dengan tingkat pertumbuhan mencapai minus. Hal ini ditandai juga dengan tingkat inflasi yang mencapai 56%.

Setelah kejatuhan ekonomi Indonesia, perlahan pertumbuhan Indonesia mulai dirangsang kembali dan pada tahun 1999 mengalami kenaikan dengan tingkat pertumbuhan yang masih sangat kecil yaitu 0,3%.

Namun setelah 1999 pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan rata – rata sebesar 5,1% dalam kurun waktu 2000-2008.

Hal ini juga ditandai dengan berangsur turunnya tingkat inflasi Indonesia dengan rata-rata 7,8% dalam kurun waktu 2000-2008.

Kesetabilan yang mulai pulih kembali ini didukung juga oleh kesinambungan fiskal yang tetap terjaga, ditengah munculnya terjangan kenaikan harga minya dunia

Selain itu juga kinerja perbankan yang terus membaik, antara lain ditandai dengan meningkatnya penyaluran kredit yang didukung oleh penurunan suku bunga kredit dan tetap terjaganya stabilitas sistem perbankan.

Namun perekonomian Indonesia kembali menghadapi tantangan yang cukup berat. Pada tahun 2005 kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, akibat meningkatnya harga minya dunia dan struktur pengetatan kebijakan moneter global menyebabkan upaya menjaga momentum pertumbuhan ekonomim dan stabilitas makro ekonomi Indonesia terkendala.

Ketergantungan kegiatan ekonomi domestik pada impor menyebabkan kondisi perekonomian secara struktural cukup rentan terhadap perubahan kondisi ekternal.

Ekspansi ekonomi menjadi lebih lambat ketika kegiatan investasi terkendala oleh meningkatnya biaya produksi kenaikan harga BBm dan belum tuntasnya berbagai peraturan – peraturan di bidang investasi dan pembangunan

infrastruktur. Semantara itu, kegiatan konsumsi juga menurun akibat melemahnya daya beli masyarakat dan mulai meningkatnya suku bunga.

Di sisi lain, kinerja ekspor juga belum menggembirakan seiring dengan kondisi permintaan global yang menurun dan melemahnya day saing. Untuk keseluruhan yahun 2005 pemerintah memprediksikan perekonomian dapat bertumbuh 5,3% - 5.6%.

Perkembangan pertumbuhan perekonomian Indonesia yang di proksikan melalui PDB Indonesia berdasarkan harga berlaku.

dalam hal ini, akan dilihat bagaimana pertumbuhan perekonomian Indonesia yang ditinjau melalui PDB indonesia berdasarkan aharga berlaku.

Sehingga kita dapat melihat sejauh mana perkembangan dan kemajuan perekonomian Indonesia.

Tabel 4.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Berdasarkan PDB Berlaku Indonesia (1975-2009)

Tahun

PDB Berlaku (Milyar US$)

1975 30.46

1976 37.27

1977 45.81

1978 51.46

2004 256.83

Dari data PDB berdasarkan harga berlaku daitas, dapat dilihat bagaiman pertumbuhan ekonomi indonesia selama 35 tahun terakhir dimuai dari 1975 – 2009.

Dapat diperhatikan sejak tahun 1975 hingga 1979 pertumbuhan ekonomi perlahan naik, namun kenaikan yang ditunjukkan masih belum signifikan dengan rata – rata PDB 32.98 milliar US dollar per tahun.

Pada tahun 1980 – 1988 pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kenaikan yang lebih signifikan dibandingkan tahun – tahun sebelumnya denga rata – rata PDB sebesar 65.45 milliar US Dollar per tahun.

Kenaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dipandang dari PDB berdasarkan harga berlaku semakin menujukkan pertumbuhan yang lebih baik. Pada selang tahun 1989 -1997 PDB Indonesia mengalami rata – rata sebesar 150.33 milliar US Dollar.

Masa dimana pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berjalan secara stabil dan menunjukkan peningkatan yang bagus mengalami penurunan yang cukup darastis pada tahun 1998 dengan PDB hanya sebesar 95.44 milliar US Dollar. Hal ini dipicu ole krisis ekonomi dan juga dipengaruhi oleh kesetabilan politik di Indonesia yang terganggu akibat pada masa itu lengsernya presiden Suharto dari jabatannya.

Sumber : Asian Development Bank (ADB) dan Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI

Kondisi perekonomian yang sempat menurun dan pertumbuhan ekonomi yang tidak terlalu bertumbuh perlahan mulai bangkit kembali di tahun 1999. namun pada awal di tahun 1999pertumbuhan ekonomi masih belum signifikan. Bahkan sampai sekarang pertumbuhan ekonomi Indonesia masih belum mengalami masa jaya seperti pada tahun sebelum terjadinya krisis ekonomi.

4.2.1 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Negara-negara Asia Timur (The Asian Miracle)

Perekonomian negara-negara Asia Timur melaju dengan cepatnya sebelum krisis moneter yang menerpa pada tahun 1997. Hal ini ditandai dengan tingginya tingkat pertumbuhan di negara-negara tersebut selama empat dekade. Indonesia merupakan salah satu negara yang masuk kategori The Asian Miracle (Kuncoro, 2010).

Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama empat dekade (1961-2000) sangatlah pesat. Pada periode 1961-1970 tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah sebesar 4,2%. Kemudian pada periode 1971-1980, pertumbuhan perekonomian Indonesia meningkat pesat menjadi 7,9%. Pertumbuhan ini merupakan yang tertinggi selama empat dekade terakhir. Selanjutnya pada periode 1981-1990, pertumbuhan menurun, tetapi masih tinggi, yaitu sebesar 6,3%. Kemudian, pada periode 1991-2000, pertumbuhan ekonomi Indonesia turun menjadi 4,4% seperti terlihat dalam tabel 4.1.

Tabel 4.4 Pertumbuhan Ekonomi Negara-Negara The Asian Miracle Negara 1961-1970 1971-1980 1981-1990 1991-2000

Cina 3,7 5,4 9,3 10,2

Hongkong 9,9 9,2 6,6 4,4

Korea 8,3 7,8 8,7 6,3

Taiwan 11,3 9,0 8,0 6,4

Menurut Kuncoro (2010) terdapat 4 faktor yang melatarbelakangi tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi negara The Asian Miracle. Pertama, negara-negara tersebut menerapkan kebijakan outward-looking dengan penekanannya pada peningkatan nilai ekspor dan Foreign Direct Investment (FDI) atau Penanaman Modal Asing Langsung (PMAL). Kedua, kebijakan makroekonomi yang tepat dan peran pemerintahan yang efektif di dalam proses alokasi sumber daya ekonomi. Ketiga, semakin membaiknya sektor pendidikan, pertumbuhan tenaga kerja, dan produktivitas tenaga kerja. Keempat, adanya fleksibiltas pasar tenaga kerja yang mendorong pertumbuhan semakin cepat.

4.2.2 Kebijakan-kebijakan Ekonomi Dalam Rangka Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Kebijakan industri yang kemudian mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi di masa Orde Baru, diformulasikan ke dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), yang menitikberatkan pada: (1) industri-industri yang menghasilkan devisa dengan cara memproduksi barang-barang

substitusi impor; (2) industri-industri yang memproses bahan-bahan mentah (industri dasar) dalam negeri dalam jumlah yang besar; (3) industri-industri padat karya; (4) perusahaan-perusahaan negara untuk tujuan strategis dan politis. Negara telah terlibat dalam industri-industri manufaktur sebagai investor, pemilik, pengatur, dan pihak yang membiayai (Kuncoro, 2010).

Menurut Wardhana (dikutip dalam simanjorang, 2011), terdapat lima kebijakan pokok yang ditempuh untuk mempercepat dan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi di masa Orde Baru, yaitu reformasi stabilisasi, reformasi perpajakan, reformasi perdagangan, reformasi investasi asing, dan reformasi sektor keuangan. Pelaksanaan reformasi-reformasi tersebut telah menghasilkan pertumbuhan gross domestic product yang signifikan selama periode 1973-1996.

Periode Pasca Krisis Ekonomi 1998

Keajaiban-keajaiban pertumbuhan perekonomian di Asia khususnya perekonomian Indonesia seperti telah diuraikan pada paragraf sebelumnya ternyata memiliki kerapuhan fondasi ekonomi. Kerapuhan tersebut baru disadari setelah badai krisis moneter melanda negara-negara tersebut pada tahun 1997. Kerapuhan tersebut ialah perhatian penuh kebijakan perekonomian hanya pada pertumbuhan perekonomian saja, sedangkan pembangunan fundamental ekonominya diabaikan.

Dengan demikian, secara pertumbuhan tinggi, namun secara fundamental lemah, padahal fundamental perekonomian sangat penting untuk menopang akselerasi pertumbuhan yang sangat cepat. Kondisi seperti ini disebut sebagai bubble economy.

Ibarat sebuah gelembung sabun yang terus membesar, namun sangat mudah pecah.

Pecahnya gelembung sabun terjadi pada tahun 1997 (Basri, 2009).

Dampak krisis ekonomi 1997/1998 telah menghancurkan kestabilan ekonomi makro yang berdampak pada krisis sosial dan politik, serta memberi dampak yang cukup besar kepada sektor industri.

Pasang surut ekonomi Indonesia jelas tidak bisa dipisahkan dari situasi eksternal. Pergerakan ekonomi dunia dan naik turunnya harga minyak dunia mempunyai dampak yang besar kepada perekonomian Indonesia. Tahun 2004, ekonomi Indonesia mulai menunjukkan gejala percepatan pertumbuhan, dimana ekonomi tumbuh sebesar 5,13 %. Hal ini jauh lebih baik dari perkiraan orang dan jelas jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi tahun 2003. Di dalam periode 2005-2008, salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja ekonomi Indonesia adalah kenaikan harga minyak yang kemudian telah memaksa pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak sebanyak tiga kali.

Dokumen terkait