• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENANAMAN MODAL ASING LANGSUNG (PMAL) DAN UTANG LUAR NEGERI (ULN) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PENANAMAN MODAL ASING LANGSUNG (PMAL) DAN UTANG LUAR NEGERI (ULN) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA SKRIPSI"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENANAMAN MODAL ASING LANGSUNG (PMAL) DAN UTANG LUAR NEGERI (ULN) TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

SKRIPSI

Oleh:

VIDO METTI SITEPU 070501037 / Ekonomi Pembangunan

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2011

(2)

ABSTRACT

Indonesia as development country, has a good economic growth in 1990’s. It show by increasing of GDP year by year, stabilization of inflation, etc. But since 1997’s crisis economic in Asia’s countries, Indonesia’s economic growth had been decerease. It effected the monetary sector and real sector, and add again with progressively the amount of foreign debt of Indonesia, so that effect of Rupiah rate wich progressively weaken.

This paper will analyze the foreign direct investment also foreign debt, on the economic growth of Indonesia. By using the OLS model on Indonesia yearly data from 1975-2009 and the confirm the significant of these independent variabel as the factors that effected the economic growth of Indonesia.

Foreign direct investment and foreing debt represent the way able to be gone through by government in overcoming deficit of national saving utilize to push the national development to get thegood economic growth. Pursuant to things told above, writer try to study the problemof economic growth in Indonesia in its relation with the foreign direct investment and foreign debt by lifting tittle “ Influence on The Foreign Direct Investment and The Foreign Debt to Economic Growth of Indonesia”.

Keywords: GDP, Economic Growth, Foreign Direct Investment, Foreign Debt.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus atas anugrahNya yang terus melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul:

Pengaruh Penanaman Modal Asing Langsung dan Utang Luar Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Dimana skripsi ini dibuat dengan kesadaran penuh bahwasanya masih jauh dari kata sempurna.

Banyak pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Tanpa jasa-jasa mereka, sulit rasanya skripsi ini bisa diselesaikan. Sehingga dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang mendalam kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, Mec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universita

Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, Mec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, PhD, selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Murbanto Sinaga selaku dosen pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran, dan bimbingan yang baik mulai dari awal hingga selesainya skripsi ini.

5. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, PhD selaku dosen penguji I yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Arifin Siregar, MSP selaku dosen penguji II yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik dalam penulisan skripsi ini.

(4)

7. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, Mec selaku dosen wali penulis yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan penulis.

8. Seluruh dosen pengajar di Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan kepada penulis.

9. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

10. Keluargaku tercinta: Ayahanda tercinta Nasib Sitepu (alm) dan Ibunda Roslina Sebayang (alm) dan kakak serta abang saya Evi Sarani Sitepu, Idola Sari Sitepu, Mei Linda Sari Sitepu, Adrian Esra Sembiring, Hiras Panisean Sibuea, Harry Permana Sembiring yang senantiasa mendorong penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih untuk doa, kasih sayang, kesabaran, teguran dan motivasi yang telah memberikan semangat dalam mengerjakan skripsi ini.

11. Sahabatku dan Pacarku yang terkasih Sejahtra Agustinus Pandia yang dengan sabar memotivasi dan membantu serta mendoakan.

12. Teman-teman kelompok saya, K’Nesri, Gea, Epi, Ririn, Nency dan Nova terima kasih atas doa dan dukungannya.

13. Teman-teman seperjuangan EP’07 Gea, Epi, Ririn, Fredy, Frans, Alex, Andika, Ciharji, Candra, Simon, Henry, Bona, Antonius dan teman-teman yang lainnya, yang menjadi otivator utama. Terima kasih buat kebersamaan yang pernah ada selama perkuliahan.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan yang ada dalam skripsi ini. Oleh karena itu sarana dan kritikan yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan.

Medan, Maret 2011 Vido Metti Sitepu

(5)

D A F T A R I S I

Halaman

ABSTRACT . . . .. . . i

KATA PENGANTAR . . . ii

DAFTAR ISI . . . . . . iii

DAFTAR TABEL. . . v

DAFTAR GAMBAR . . . vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . . . 1

1.2 Perumusan masalah . . . 3

1.3 Hipotesis ... . . . 4

1.4 Tujuan Penelitian ... . . 4

1.5 Manfaat Penelitian . . . 4

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Penanaman Modal Asing . . . 6

2.2 Utang Luar Negeri . . . 19

2.3 Pertumbuhan Ekonomi . . . 21

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian . . . 28

3.2 Jenis dan Sumber Data ... . . 28

(6)

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data . . . 28

3.4 Pengolahan Data . . . 29

3.5 Teknik dan Model Analisis . . . 29

3.6 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) . . . 30

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik . . . 32

3.8 Defenisi Oprasional . . . 35

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Prekonomian Indonesia . . . 36

4.2 Perkembangan Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia . . . 38

4.3 Perkembangan Penanaman Modal Asing Langsung di Indonesia . . . 47

4.4 Perkembangan Utang Luar Negeri Indonesia . . . 51

4.5 Analisis dan Hasil Penelitian . . . 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan . . . 62

5.2 Saran . . . 63

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(7)

D A F T A R T A B E L

Tabel Judul

Halaman

4.1 Laju pertumbuhan PDB Indonesia Menurut Lapangan Usaha

Aras dasar harga Konstan (2004-2008) . . . 37 4.2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Tingkat Inflasi

Indonesia dalam Persentase (1975-2009) . . . 39 4.3 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan PDB Berlaku Indonesia

Dalam Milliar US Dollar (1975-2009) . . . 42 4.4 Pertumbuhan Negara-Negara the Asian Miracel . . . 44 4.5 Perkembangan Penananman Modal Asing Langsung

Dalam Milliar US Dollar (1975-2009) . . . 49 4.6 Perkembangan Utang Luar Negeri Indonesia

Dalam Milliar US Dollar (1975-2009) . . . 52

(8)

D A F T A R G A M B A R

Gambar Judul Halaman

3.1 Uji Durbin Witson. . . 34

4.1 Uji F-Statistik . . . 57

4.2 Uji t-Statistik variabel PMAL . . . 58

4.3 Uji t-Statistik variabel ULN . . . 59

4.4 Durbin Witson . . . 61

(9)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, berusaha untuk mencoba membangun bangsa dan negara secara mandiri dan berusaha untuk tidak tergantung terhadap bantuan dari negara lain. Perkembangan pembangunan seiring dengan pesatnya kemajuan secara global yang menuntut untuk setiap negara agar dapat mengikuti setiap perkembangan yang terjadi sekalipun negara yang sedang berkembang sekalipun, mengharuskan Indonesia mengikuti arus perkembangan yang terjadi. Hal ini dicoba Indonesia dengan menjalin hubungan kerjasama yang lebih dengan bangsa lain demi menunjang pembangunan yang masih harus terus dikembangkan, terutama dari segi ekonomi.

Indonesia selaku negara yang sedang membangun terkhusus dari segi ekonomi pernah merasakan suatu ekonomi yang menjanjikan pada tahun 1980-an sampai pertenganhan dekade 1990-an. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia, pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 1986 sampai tahun 1989 terus mengalami peningkatan, yakni masing-masing 5,9% di tahun 1986, kemudian 6,9% di tahun 1988 dan menjadi 7,5% di tahun 1989. Namun pada tahun 1990 dan 1991 mencatat angka yang sama yaitu sebesar 7,0%, kemudian tahun 1992, 1993, 1994, 1995, dan 1996 masing – masing tingkat pertumbuhan ekonominya adalah sebesar 6,2%, 5,8%, 7,2%, 6,8%, dan 5,8%.

Namun kondisi dengan iklim yang cukup stabil ini tidak bertahan terus menerus. Perekonomian Indonesia kemudian mengalami kemerosotan seiring dengan terjadinya krisi ekonomi secara global di seluruh dunia. Keruntuhan ekonomi

(10)

Indonesia ditandai dengan tingginya inflasi, kesempatan kerja yang semakin sedikit yang memicu meningkatnya pengangguran, kurs rupiah yang kian melemah terhadap dollar, dan ditambah lagi utang luar negeri Indonesia yang meningkat seiring dengan melemahnya kurs rupiah terhadap US Dollar.

Adanya kerapuhan ekonomi Indonesia disebabkan dengan tidak adanya dukungan ekonomi mikro yang kuat. Permasalahan yang tidak kunjung dapat diselesaikan hingga saat ini adalah KKN yang terjadi dan semakin membudaya di Indonesia, sumber daya manusia yang kurang kompetitif, jiwa enterpreneurship yang kurang, dan sebagainya Anggito Abimayu.2008:8 ( dalam Rasyid.2007)

Undang – undang No.1 / tahun 1967 tentang penanaman modal asing (PMA) dimana dalam hal ini yang dimaksudkan dengan PMA adalah Penananman Modal Asing Langsung (PMAL) dan Undang – undang No.6 / tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri (PMDN), memicu meningkatkan pertumbuhan investasi di Indonesia. Dengan diberlakukannya undang – undng tersebut diharapkan investasi di Indonesia semakin meningkat terutama dalam masa pembangunan ekonomi.

Arus masuk modal asing (capital inflows) juga berperan dalam menutup gap devisa yang ditimbulkan oleh defisit pada transaksi berjalan. Selain itu, masuknya modal asing juga mampu menggerakkan kegiatan ekonomi yang lesu akibat kurangnya modal (saving investment gap) bagi pelaksanaan pembangunan ekonomi.

Modal asing ini selain sebagai perpindahan modal juga dapat memberikan kontribusi positif melalui aliran industrialisasi dan modernisasi. Namun, apabila modal asing itu tidak dapat dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif yang besar

(11)

terutama apabila terjadinya capital flows reversal Zulkarnaen Djamin 1996:26 (dalam Rasyid.2007).

Bagi negara berkembang seperti Indonesia, pesatnya aliran modal merupakan kesempatan yang bagus guna pembiayaan pembangunan ekonomi. Pembanguna ekonomi yang sedang dijalankan pemerintah Indonesia merupakan suatu usaha yang berkelanjutan yang diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan pancasila dan UUD 1945. salah satu hal yang dapat mewujudkannya dalah dengan membangun perekonomian yang kuat dan stabil. Hal ini dpat dilakukan dengan adanya investasi pad sektor – sektor ekonomi.

Penanaman modal asing langsung (PMAL) dan Pinjaman Luar Negeri (terutama pinjaman pemerintah) masih mendominasi penanaman modal yang ada di Indonesia pada tahun 1980-an. Sejak awal 1980-an deregulasi yang dilakukan pemerintah di sektor perbankan dan keuangan arus modal swasta jangka pendek dari luar negeri mulai mengalir kedalam negeri. Dalam hal ini pertumbuhan ekonomi Indonesia diproksikan melalui PDB di Indonesia.

Melalui uraian diatas, penulis berusaha membahas pengaruh Pinjaman Luar Negeri (fareign debt) dan Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan judul “Pengaruh Penanaman Modal Asing Langsung (PMAL) dan Utang Luar Negeri (ULN) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

(12)

Untuk mempermudah dan mensistematiskan penulisan skripsi ini, maka perlu dibuat suatu perumusan terhadap permasalahan yang timbul dalam penulisan nantinya. Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah yang dapat diambil sebagai dasar kajian dalam penelitian yang dilakukan, yaitu :

1. Bagaimana pengaruh penanaman modal asing langsung (PMAL) terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh utang luar negeri (ULN) terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?

1.3 Hipotesis

Hipotesa dapat diartikan sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.

Dari uraian tinjauan pustaka dan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diajukan beberapa hipotesa sebagai berikut:

1. Penanaman Modal Asing Langsung (PMAL) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

2. Utang Luar Negeri (ULN) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan peneliatian ini adalah:

(13)

1. Untuk mengetahui bagaimana dampak dan pengaruh dari Penanaman Modal Asing Langsung (PMAL) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh dan dampak Utang Luar Negeri (ULNt) terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai sarana atau alat didalam memperluas pengetahuan penulis tentang Penanaman Modal Asing Langsung dan Utang Luar Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Indonesia.

2. Sebagai masukan dan pertimbangan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam menganalisa dampak Penanaman Modal Asing Langsung (PMAL) dan Utang Luar Negeri (ULN) bagi ertumbuhan ekonomi.

3. Sebagai tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang penelitian bagi mahasiswa/I Fakultas Ekonomi sumatera Utara, khusunya Departemen Ekonomi Pembangunan.

(14)

BAB II

URAIAN TEORITIS

Bab ini akan menyajikan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran teoritis sebagai dasar untuk melakukan analisis. Bagian awal akan menjelaskan tentang Penanaman Modal Asing Langsung (PMAL) yang kemudian dilanjutkan dengan Utang Luar Negeri (Foreign Debt) serta bagaimana dampaknya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

2.1 Penanaman Modal Asing

2.1.1 Pengertian Penanaman Modal Asing

Penanaman modal asing merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh pihak asing dalam rangka menanamkan modalnya disuatu negara dengan tujuan untuk menciptakan suatu produksi.

Pengertian penanaman modal asing menurut Undang-Undang nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing adalah penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang- Undang di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung, menanggung resiko dari penanaman modal tersebut. Dengan kata lain penanaman modal asing yang diperbolehkan oleh Undang-undang No.1 tahun 1967 hanyalah apa yang biasanya dikenal dengan nama direct investment.

Sedangkan pengertian modal asing dalam Undang-undang tersebut adalah alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan Pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia:

(15)

a. Alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing dan bahan-bahan, yang dimasukkan dari luar ke dalam wilayah Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisi Indonesia;

b. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan undang-undang ini keuntungan yang diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.

Maka yang menjadi ukuran apakah sesuatu itu termasuk modal asing atau bukan adalah sebagai berikut :

1. Dalam hal valuta asing

Apakah valuta asing itu merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia atau tidak.

2. Dalam hal alat-alat dan keahlian

Apakah alat, barang atau keahlian tertentu itu merupakan milik orang asing atau bukan.

Semua itu berdasarkan kriterium, bahwa modal asing berasal dari luar negeri.

Ciri khas dari PMA adalah bahwa PMA tidak hanya berkaitan dengan masalah transfer sumber daya, namun terkait juga dengan masalah pengendalian. PMA dapat berupa greenfield, yaitu dengan membuka pabrik baru atau cabang perusahaan baru di negara lain,

merger dengan perusahaan asing maupun dengan mengakuisisi perusahaan asing maupun domestik yang sudah ada di negara lain. Aliran modal dari suatu negara ke negara lainnya bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, yang lebih produktif dan juga sebagai diversifikasi usaha.Hasil yang diharapkan dari aliran modal internasional adalah

(16)

meningkatnya output dan kesejahteraan dunia. Disamping peningkatan income dan output, keuntungan bagi negara tujuan dari aliran modal asing adalah:

1. Investasi asing membawa teknologi yang lebih mutakhir. Besar kecilnya keuntungan bagi negara tujuan tergantung pada kemungkinan penyebaran teknologi yang bebas bagi perusahaan.

2. Investasi asing meningkatkan kompetisi di negara tujuan. Masuknya perusahaan baru dalam sektor yang tidak diperdagangkan (non tradable sector) meningkatkan output industri dan menurunkan harga domestik, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan.

3. Investasi asing menghasilkan investasi domestik. Dalam analisis terhadap 58 negara berkembang, ditemukan bahwa sekitar setengah dari setiap dollar aliran modal menyebabkan meningkatnya investasi investasi domestik.

4. Investasi asing memberikan keuntungan dalam hal meningkatkan akses pasar karena skala ekonomis .

5. Investasi asing dapat berperan dalam mengatasi kesenjangan nilai tukar dengan negara tujuan (investment gap). Masuknya investasi asing dapat mengatasi masalah tidak tercukupinya valuta asing yang digunakan untuk membiayai impor faktor produksi dari luar negeri.

Peningkatan yang cepat dalam investasi langsung di Asia sejak awal 1990-an menjadi sumber dana pendukung pembangunan ekonomi Asia. Hal ini karena investasi langsung merupakan sumber dana yang paling stabil dan dapat langsung memperbesar kapasitas produksi.

(17)

PMA dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu :

a. Fundamental ekonomi yang kuat sangat diperlukan untuk menjaga kepercayaan investor

b. Sedangkan berdasarkan hasil riset dari KPPOD pada tahun 2003 PMA dipengaruhi oleh beberapa faktor non ekonomi yaitu:

1. Faktor stabilitas politik dan keamanan suatu negara yang paling dipertimbangkan oleh investor asing

2. Faktor kelembagaan

3. Sosial politik, ekonomi daerah 4. Tenaga kerja dan produktivitas serta

5. Infrastruktur fisik merupakan indicator indikator yang berpengaruh terhadap daya tarik investasi di daerah-daerah di Indonesia.

Namun menurut asumsi rasionalitas, investor akan menanamkan modal pada satu tingkat keuntungan tertentu yang diharapkan atas investasinya sehingga daya beli masyarakat lokal yang dicerminkan oleh GDP suatu negara juga berpengaruh terhadap keputusan investasi asing.

2.1.2 Kontrak Penanaman Modal Asing

Sebagaimana diketahui, penanaman modal asing di Indonesia dapat dilakukan dengan beberapa bantuan atau media dari pihak-pihak tertentu, yaitu :

a. Oleh pihak asing (perorangan atau badan hukum), ke dalam suatu perusahaan yang seratus persen diusahakan oleh pihak asing

b. Dengan menggabungkan modal asing itu dengan modal nasional.

c. Secara yuridis hal yang pertama itu tidak menimbulkan persoalan yang terlalu rumit, karena sudah jelas bahwa bukan hanya modal akan tetapi kekuasaan

(18)

dan pengambilan keputusan (decision making) dilakukan oleh pihak asing, sepanjang segala sesuatu itu memperoleh persetujuan dari Pemerintah Indonesia atau selama kebijakan-kebijakannya tidak melanggar hukum dan ketertiban umum yang berlaku di Indonesia.

Yang lebih sulit diatur adalah berbagai bentuk kerjasama antara modal asing dan modal nasional. Sebab disini kita benar-benar harus menghadapi berbagai variasi antara perimbangan modal, dan kekuasaan (management) yang sesungguhnya, sehingga disini kita harus lebih memperhatikan keadaan perusahaan yang sebenar-benarnya daripada dalam hal perusahaan yang semata-mata bekerja dengan modal asing saja.

Menurut Ismail Suny ada 3 macam kerja sama antara modal asing dengan modal nasional yang berdasarkan Undang-undang Penanaman Modal Asing No.1 tahun 1967 yaitu :

1. JOINT VENTURE

Menurut Ismail Sunny Joint ventura adalah kerja sama antara pemilik modal asing dengan pemilik modal nasional semata-mata berdasarkan suatu perjanjian belaka (contractueel). Joint venture dapat juga didefinisikan sebagai usaha bersama yang diselenggarakan oleh dua atau lebih pihak yang merupakan badan hukum dimana masing – masing pihak memasukkan sejumlah modal tertentu, dengan pembagian resiko dan keuntungan berdasarkan proporsi modal tersebut. Jadi Joint ventura merupakan kerja sama antara pemilik modal asing dengan modal nasional.

Tentang pengelolaan perusahaan ditetapkan oleh kedua belah pihak dan dengan memperhatikan ketentuan – ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah, investor asing dapat hanya menyertakan modal tanpa ikut dalam manajemen dan pengelolaan perusahaan dan tenaga kerja. Bentuk kerja sama ini dapat kita lihat kembali dalam

(19)

kontrak karya sebagai tahap persiapan, sebelum modal yang ditanamkan oleh badan hukum asing untuk suatu usaha di Indonesia dijadikan modal suatu badan hukum Indonesia

2. JOINT ENTERPRISE

Joint enterprise merupakan suatu perusahaan yang berbentuk badan hukum antara pemilik modal asing dan pemilik modal nasional. Joint Enterprise merupakan perusahaan terbatas, yang modalnya terdiri dari dalam nilai rupiah dan modal yang dinyatakan dalam valuta asing. Hal ini menimbulkan persoalan tentang tata usaha dan pembukuan perusahaan tersebut;apakah harus diadakan berdasarkan nilai valuta asing ataukah berdasarkan nilai rupiah. Akan tetapi kemungkinan untuk mengadakan joint enterprise semacam ini sangat terbatas, karena usahawan Indonesia tidak memiliki modal yang cukup besar. Itulah sebabnya pemerintah dalam tahun 1970 terpaksa mengintrodusir kemungkinan kredit investasi.

3. KONTRAK KARYA

Menurut Ismail Suny kerja sama modal asing dengan modal nasional dalam bentuk kontrak karya (Contract Work) terjadi apabila penanam modal asing membentuk satu badan hukum Indonesia dan badan hukum ini mengadakan perjanjian kerja sama dengan suatu badan hukum yang mempergunakan modal asing. Yang menimbulkan adanya kontrak kerja dalam hal penanaman modal asing adalah ketentuan bahwa modal perusahaan Negara tidak dapat dibagi-bagi dalam saham- saham tetapi merupakan suatu keseluruhan yang dipisahkan dari kekayaan Negara.

Dari segi penanam modal asing sendiri cara ini seringkali lebih memuaskan, karena masing-masing pihak dapat mengadakan pembukuan dan kebijakan yang terpisah.

(20)

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi di dalam suatu perusahaan campuran, berhubungan dengan perbedaan pembukuan dalam rupiah dan pembukuan dalam valuta asing atau berhubung dengan perbedaan pendapat mengenai management perusahaan dengan demikian lebih mudah dapat dihindari.

2.1.3 Teori Penanaman Modal Asing

Teori Penanaman Modal Asing pada dasarnya berusaha mencari jawaban atas pertanyaan mengapa perusahaan melakukan investasi ke Luar Negeri langsung sebagai suatu bentuk keterlibatan internasional. Para ahli ekonomi mengemukakan beberapa teori investasi luar negeri ( Panglaykim, 1984 : 3 – 7 dalam Rasiyd.2007 ), antara lain :

1. Sthepen Hymer

Hymer dianggap sebagai pelopor dalam teori investasi luar negeri, Hymer mengemukakan suatu pendekatan organisasi industri yang menekankan peranan keunggulan khas perusahaan dan ketidaksempurnaan pasar dalam usaha menjelaskan motivasi yang mendasari perusahaan dalam melakukan suatu investasi. Menurut pendekatan ini, pengembalian investasi yang lebih tinggi diluar negeri tidak menjamin kelengkapan penjelasan arus modal, karena pengembalian investasi itu sendiri berarti bahwa modal akan lebih efisien bila dialokasikan melalui pasar modal dan tidak memerlukan pemindahan perusahaan. Sehubungan dengan pengembalian investasi yang lebih tinggi dari perusahaan yang lebih tinggi daripada perusahaan yang sudah ada atau yang potensial dinegara tuan rumah agar dapat menutup kerugian ketidakunggulan operasi perusahaan tersebut diluar negeri. Kemungkinan memperoleh pengembalian investasi yang lebih tinggi akan timmbul bila perusahaan memiliki keunggulan tertentu atas perusahaan yang ada dinegara tuan rumah.

(21)

Keunggulan tertentu perusahaan dapat timbul karena adanya akses kesumber modal yang lebih mudah dan besar, adanya pasar bahan mentah yang diproduksi dengan skala besar dan memiliki keahlian seperti keahlian manajemen, keterampilan pemasaran dan lain sebagainya.

2. R. Vernon

Vernon mengemukakan suatu teori investasi luar negeri dimana teori ini dikenal dengan nama teori “Product Cycle” dalam produksi internasional, model ini terdiri dari atas beberapa tahap. Tahap pertama ialah tahap inovasi, yaitu produk masih belum distandarisasi dan dipasarkan didalam negeri. Perusahaan mempunyai keuntungan teknologi yang bersifat sementara untuk mengatasi pertimbangan biaya karena ia berusaha didekat pasar. Pada waktu permintaan meningkat, suatu tingkat standarisasi dan dipasarkan didalam negeri. Tahap kedua yakni perusahaan mulai memikirkan kemungkinan mencari pasar – pasar baru dinegara – negara yang relatif maju dan ekspor pun mulai dilakukan dengan tujuan negara dunia ketiga. Keuntungan perusahaan terletak pada skala ekonomi dalam produksi, pengangkutan dan pemasaran. Strategi – strategi penentuan harga dan lokasi didasarkan atas aksi dan reaksi multinational corporation yang lain dan bukan pada biaya komperatif. Tahap ketiga atau tahap terakhir yakni dimana produk sudah standarisasi sehingga risetan keterampilan manajemen tidak lagi penting. Tenaga kerja yang tidak terampil dan setengah terampil mulai mendapat tempat dan konsekuensinya produk bergerak kenegara – negara yang sedang berkembang dimana ongkos tenaga kerjanya masih lebih rendah. Produk – produk yang dihasilkan dinegara berkembang tersebut akan diimpor kembali kenegara asal dan juga kepasar negara yang lebih maju. Oleh karena itu, lokasi produksi akan lebih ditentukan oleh perbedaan biaya dari jarak pasar.

(22)

Investasi luar negeri akan dilihat sebagai suatu cara untuk dapat mempertahankan daya saing perusahaan dalam produk – produk inovatifnya.

3. Kiyoshi Kojima

Kojima mengatakan bahwa struktur keunggulan komperatif suatu negara dalam perdagangan memainkan peranan penting dalam penentuan arus invetasi luar negeri. Argumentasi ini mengulangi pentingnya sumber – sumber alam dan keunggulan tertentu yang dimiliki oleh suatu negara dalam rangka menentukan arus investasi luar negeri.

4. S. Hirscsh

Menurut Hirscsh, Investasi luar negeri langsung akan dipilih bila penghasilan yang diharapkan lebih besar dari biaya – biaya yang dibutuhkan untuk melakukan pengawasan diluar negeri. Atau biaya – biaya produksi dan pengawasan diluar negeri tersebut lebih rendah daripada biaya – biaya produksi dalam negeri ditambah biaya – biaya pemasaran ekspor. Bila afiliasi diluar negeri telah terbentuk, maka dideferensiasi biaya pemasaran menurun dan ekspor barang – barang lain seperti intermediate goods dalam negeri dapat terlaksana. Hirscsh berkesimpulan bahwa investasi internasional memungkinkan spesialisasi berdasarkan keunggulan komperatif yaitu melalui ekspansi penghasilan atau pembentukan pabrik – pabrik baru dilokasi – lokasi dengan biaya serendah – rendahnya. Ini dapat pula dilakukan melalui penyuplaian semua pasar termasuk pasar didalam negeri dari lokasi tersebut.

5. J.H Dunning

Dunning melakukan pendekatan yang lebih umum yakni pendekatan serba elektrik ( memilih dari berbagai sumber ) yaitu dengan mengintegrasikan teori-teori perdagangan, lokasi kegiatan ekonomi dan perusahaan multinasional. Dunning berargumen bahwa luasnya keterlibatan ekonomi Internasional (melalui perdagangan

(23)

dan investasi) antar negara mengakibatkan perusahaan–perusahaan akan lebih memilih untuk berproduksi diluar negeri yang memiliki ketersediaan sumber tertentu tapi tidak dapat digunakan oleh perusahaan dari negara lain. Faktor – faktor lokasi tertentu yang memiliki peranan penting dan dapat mempengaruhi pemilihan lokasi investasi adalah biaya–biaya upah komperatif, sifat – sifat didalam negeri seperti besarnya pasar, tingkat perkembangan dan keberadaan persaingan didalam negeri, kendala - kendala perdagangan baik tarif maupun non tarif, jarak dari negara yang melakukan investasi, lingkungan politik, sosial dan ekonomi, dan kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan partisipasi nasional dalam kegiatan manufaktur dan pembayaran keuntungan.

2.1.4 Kebijaksanaan Pemerintah dalam Penanaman Modal Asing

Pemerintah selalu mengupayakan arus modal masuk ke Indonesia sesuai dengan semakin meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk pembangunan terutama untuk pembangunan dibidang ekonomi. Sesuai dengan kebutuhan dana untuk pembangunan tersebut maka pemerintah selalu berusaha untuk menarik dana investor asing dengan memberikan berbagai kemudahan melalui berbagai kebijaksanaan.

Adapun kebijaksanaan yang dikeluarkan pemerintah tentang Penanaman Modal Asing adalah Undang – Undang No.1 / 1967. Penanaman Modal Asing yang dimaksud sesuai dengan undang – undang ini adalah hanya Penanaman Modal Asing yang meliputi Penanaman Modal Asing secara langsung yang dilakukan menurut ketentuan – ketentuan undang – undang yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dengan pengertian bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko atas Penanaman Modal Asing tersebut.

Adapun yang dibahas pada undang – undang ini adalah :

(24)

a. Undang – undang ini dengan jelas tidak mengatur perihal kredit atau peminjaman modal melainkan hanya mengatur tentang Penanaman Modal Asing.

b. Dengan demikian memberi kemungkinan perusahaan – perusahaan tersebut dijalankan dengan modal asing sebelumnya.

c. Direct Investment, dalam hal ini bukan hanya modal tapi juga kekuasaan dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pihak asing, sepanjang segala sesuatunya memperoleh persetujuan dari pemerintah Indonesia dan sejauh mana kebutuhannya tidak melanggar hukum dan ketertiban hukum yang berlaku di Indonesia.

d. Penggunaan kredit dan resikonya ditanggung oleh investor tersebut.

Penanaman Modal Asing dalam Undang – Undang ini juga sebagai alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.

Alat – alat untuk perusahaan termasuk penemuan – penemuan baru milik orang asing dan bahan – bahan yang dimasukkan dari luar negeri kewilayah Indonesia, selama alat – alat tersebut tidak dibiayai oleh kekayaan devisa Indonesia. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan Undang – Undang ini diperkenankan ditransfer tetapi digunakan untuk membiayai kembali perusahaan di Indonesia.

2.1.5 Keuntungan dengan adanya Penanaman Modal Asing

Keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya Penanaman Modal Asing antara lain :

(25)

a. Produksi beberapa produk kebutuhan rakyat dengan tujuan untuk ekspor ( dengan penggunaan bahan baku yang umumnya berasal dari Indonesia ) akan meningkat kuantitas dan kualitasnya.

b. Bila produksi mengalami kegagalan maka seluruh resiko akan ditanggung oleh penanam modal dalam investasi langsung ( investor asing )

c. Tenaga kerja Indonesia akan memperoleh kesempatan kerja, dan dapat membiasakan diri dengan teknologi moderen.

d. Terbukanya kesempatan untuk membangun perusahaan nasional yang sejenis, sehingga akan dapat meningkatkan pembangunan, terutama pembangunan didaerah karena para pekerja yang bekerja diperusahaan asing tersebut telah memiliki pengalaman dan keterampilan dalam membangun perusahaan nasional yang sejenis.yang mungkin akan lebih baik dan terarah bagi peningkatan pembangunan di daerah – daerah lainnya sehingga mereka dapat menjadi pioneer pelaksanaan proyek – proyek mutakhir di daerah – daerah.

e. Devisa akan meningkat jumlahnya, sehingga dana untuk pembangunan juga meningkat.

f. Langsung memperkenalkan manfaat ilmu, teknologi dan organisasi yang mutakhir kenegara yang dituju.

g. Mendorong perusahaan lokal untuk berinvestasi lebih banyak pada industri pendukung atau dengan bekerja sama dengan perusahaan asing.

h. Sebagian laba pada umumnya ditanamkan kembali pada pengembangan atau modernisasi industri terkait.

i. Kemungkinan terjadi pelarian modal berkurang.

(26)

2.1.6 Usaha-usaha Pemerintah dalam menarik Penanaman Modal Asing Pemerintahan sejak Orde Baru sejak awal pemerintahannya telah melaksanakan langkah-langkah dan tindakan-tindakan untuk mengoreksi semua penyelewengan-penyelewengan yang diakibatkan oleh Orde yang baru saja tenggelam dan selanjutnya berdaya upaya semaksimalnya segala kebijaksanaan dalam hubungan luar negeri atau antar Negara agar berjalan semurni-murninya dalam makna politik bebas aktif yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Koreksi atas penyelewengan-penyelewengan di masa lampau demi pulihnya nama baik Indonesia malah dilakukan di segala bidang kehidupan, jadi tidak hanya dilakukan di bidang hubungan luar negeri saja, dengan demikian maka ketertiban, kedisiplinan,kestabilan jalannya roda pemerintahan dan roda kehidupan masyarakat, ketenangan, ketentraman dan keamanan benar-benar ditegakkan. Tindakan dan kebijaksanaan yang cepat dari luar yang ingin memberikan bantuan-bantuan baik berupa pinjaman-pinjaman,kerjasama di bidang perekonomian dan investasi-investasi lainnya, pemerintah orde baru telah mengundangkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, yang mulai berlaku sejak tanggal 10 Januari 1967.

Dalam konsiderasinya jelas dinyatakan sebagai berikut:

“Bahwa perlu diadakan ketentuan-ketentuan yang jelas untuk memenuhi kebutuhan akan modal guna pembangunan nasional, disamping menghindarkan keragu-raguan dari pihak modal asing”

Selanjutnya pokok utama yang harus dilakukan dalam pelaksanaan politik luar negeri ialah usaha untuk menscapai kepentingan nasional yang mendesak,yaitu menanggulangi keadaan ekonomi, seperti halnya yang dikemukakan oleh Panitia Penulisan Sejarah Departemen Luar Negeri sebagai berikut:

(27)

“Kebijaksanaan politik luar negeri ditujukan untuk membantu usaha menanggulangi keadaan ekonomi dan keuangan yang parah, dalam waktu sesingkat- singkatnya khusus dalam rangka program stabilitas ekonomi dan untuk melaksanakan pembangunan ekonomi nasional, maka Indonesia menyambut baik bantuan ekonomi dari Negara manapun juga asal tidak ada ikatan-ikatan politik tertentu dan yang dapat membawa manfaat bagi kedua belah pihak”

Kembalinya Indonesia menjadi anggota PBB pada hakikatnya selain untuk menormalisasi hubungan antar bangsa-bangsa di bawah panji PBB, adalah juga merupakan kebijaksanaan untuk meningkatkan hubungan kerjasama ekonomi terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan di tanah air kita.

Masuknya kembali ke lembaga dunia ini,bukan saja memberikan kesempatan pada Indonesia untuk menjelaskan tujuan Indonesia dalam menyelenggarakan hubungan antar bangsa-bangsa setelah timbulnya orde baru itu, tetapi juga dapat digunakan untuk mempererat kembali hubungan dan mendekatkan kembali saling pengertian antara negara-negara di dunia untuk membina kerja sama yang saling menguntungkan dan yang bermanfaat bagi pelaksanaan stabilitas dan pembangunan Indonesia.

Dengan usaha-usaha di atas, kepercayaan internasional kepada Indonesia makin lama makin meningkat sehingga sampailah akhirnya pada kenyataan yang menggembirakan, yaitu dengan terbentuknya Inter-Governmental Group to Indonesia (IGGI) yang beranggotakan Negara-negara Australia, Belgia, Prancis, Italia, Belanda, Inggris, Amerika Serikat, Selandia Baru, Kanada dan Jepang. Tujuan IGGI tidak lain dan tidak bukan untuk memberikan bantuan dan kerjasama di bidang perekonomian dari Negara-negara tersebut yang khusus kepada Negara yang tengah giat-giatnya melaksanakan pembangunan ekonomi guna meningkatkan taraf hidup rakyatnya.

(28)

2.2 Utang Luar Negeri (Foreign Debt)

2.2.1 Pengertian Utang Luar Negeri (Foreign Debt)

Utang pada dasrnya adalah suatu alternatif yang diterima dengan adanya berbagai alasan dan pertimbangan yang rasional. Dalam alasan yang rasional tersebut ada muatan urgensi dam ekspansi yang terkandung didalamnya. Muatan urgensi yang dimaksud adalah utang dipilih sebagai sumber pembiayaan karena derajat urgensi kebutuhan yang membutuhkan penangana segera. Sedangkan muatan ekspansi berarti utang dianggap sebagai alternatif pembiayaan yang melalui berbagi hitungan teknis dan ekonomis yang dianggap dapat memberikan keuntungan.

Pinjaman atau bantuan luar negeri dapat berupa pinjaman pemerintah resmi seperti official development assistance (ODA), yakni pinjaman yang diberikan oleh pemerintah asing maupun lemaga-lembaga keuangan internasional kepada pemerintah penerima bantuan yang dapat brsifat lunak maupun kurang lunak. Selain itu dapat pula berupa non official development assistance (non-ODA), yakni pinjaman yang diterima secar bilateral dari bank atau krediturluar negeri dengan syarat-syarat menurut pinjaman komersial atau syarat – syarat berat, termasuk keredir ekspor dari luar negeri.

Pinjaman luar negri tergantung pada syarat-syarat pinjaman dari bantuan yang bersangkutan, yakni menyangkut tingkat suku bunga (interest rate), masa tenggang waktu (grace period), serta jangka waktu dimana pokok utang harus dibayar lunas kembali secara cicilan (amartization rate).

Transaksi pinjam meminjam diats kertas memang terlihat menguntungkan kedua belah pihak yang terlibat. Namun ada banyak pinjaman juga yang tidak dapat dibenarkan, misalnya pinjaman yang diberikan digunakan untuk sektor ekonomis yag tidak memberikan keuntungan atau impor barang konsumsi yang tidak menghasilkan

(29)

laba untuk melakukan pembayaran nantinya. Selain itu juga rendahnya tingkat bunga nasional diakibatkan penerapan kebijakan yang keliru sehingga mengakibatkan suatu negara semakin terikat dengan pinjaman luar negeri.

Peran Pinjaman Luar Negeri (Foreign Debt) dan alasan dilakukannya Pinjaman Luar Negeri dalam hubungannya dengan kebijaksanaan pembangunan di negara – negara berkembang, serta bantun luar negeri apabila ditinjau dan dianalisa dari sudut manfaatnya yaitu membantu pertumbuhan ekonomi negara guna mencapai tujuannya. Ditinjau dari sudut ini terdapat dua peran utama dari bantuan luar negeri, yaitu:

1. mengatasi maslah kekkurangan tabungan (saving gap), dan

2. mengatasi masalah kekurangan mata uang asing (foreign exchange gap).

Kedua masalah diatas diharapkan dapat diatasi dengan pengajuan mendapatkan utang luar negeri yang disebuat dengan “masalah jurang ganda” (the two gaps problem).

Kegiatan untuk memberikan pinjaman luar negeri oleh negar – negar maju kepada negara – negara sedang berkembang bukan tanpa alasan. Alasannya antar lain adalah:

1. Membantu negara – negar yang menerima bantuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonominya

2. Membantu mengeratkan hubungan antar negar pemberi dan penerima baik dari segi politik dan ekonomi.

Pinjaman luar negeri bukan hanya dibutuhkan dalam proses perdagangan, tetapi juga dalam perekonomian suatu negar untuk menunjang proses produksi dalam negeri. pinjaman luar negeri merupakan mata rantai yang menghubungkan kegiatan

(30)

internal dan eksternal suatu negara. Dalam pemahaman ini sulit sekali menyatakan bahwa suatu negara bisa saja tidak berutang sama sekali. Jumlah dan pemanfaatan pinjaman tersebut harus dikendalikan dan dikelola dengan baik dan benar sehingga tidak menjadi beban yang berkepanjangan.

2.3 Pertumbuhan Ekonomi

2.3.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Jumlah barang dan jasa dalam perekonomian suatu negar dapat diartikan sebagai nilai dari produk domestik bruto (PDB). Nilai PDB tersebut dapat digunakan sebagai mengukur pertumbuhan perekonomian suatu negara. Defenisi PDB yaitu seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor atau lapangan usaha yang melakukan kegiatan usahanya di suatu domestik atau agregat.

Mengukur Tingkat Pertumbuahn Ekonomi

Perhitungan tingkat pertumbuhan ekonomi biasanya menggunakan data PDB, baik PDB tahunan atau Triwulan. Perhitungan PDB dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:

a) PDB menurut harga berlaku

PDB yang masih mengandung nilai inflasi didalamnya.

b) PDB menurut harga konstan

PDB yang meniadakan faktor inflasi. Artinya pengaruh perubahan harga telah dihilangkan.

Menghitung besarnya pendapatan nasional atau regiaonal, dapat dicari dengan tiga metode pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan Produksi (Production Approach)

(31)

Metode ini dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi yang diciptakan sektor ekonomi produktifdalam wilayah suatu negara. Berikut secara sistematis :

NI = P1Q1 + P2Q2 + ... PnQn

Dimana :

N1 = Prodak Domestik Bruto (PDB)

P1, P2, Pn = Harga satuan pada satuan masing – masing sektor ekonomi Q1, Q2, Qn = Jumalah produk pada satuan masing – masing sektor ekonomi

Yang dipakai hanya nilai tambah bruto agar dapat menghindari adanya perhitungan ganda.

2. Pendekatan Pendapatan (Income Approch)

Metode ini dihitung dengan menjumlahkan besarnay total pendapatan atau balas jasa setiap faktor – faktor produksi. Berikut secara matematis :

Y = r + w + i + p Dimana :

Y = Pendapatan Nasional / PDB r = Upah / Gaji

w = Sewa i = Bunga

p = Laba atau Profit

3. Pendekatan Pengeluaran

(32)

Metode ini dihitung dengan menjumlahkan semua pengeluaran yang dilakukan berbagai kalangan pembeli dalam masyarakat. Berikut secara matematis :

Y = C + I + G + (X – M) Dimana :

Y = PDB (Pendapatan Domesti Bruto)

C = Pengeluaran Rumah Tangga Konsumen untuk Konsumsi I = Pengeluaran Rumah Tangga perusahaan untuk Investasi G = Pengeluaran Rumah Tangga Pemerintah

(X-M) = Pengeluaran Rumah Tangga Luar Negeri atau Net Ekspor

2.3.2 Teori – Teori Pertumbuha Ekonomi

1. Teori Pertumbuhan Neo Klasik (Neo Classic Growth Theory)

Teori ini dikembangkan oleh Solow (1956) (dalam Naibaho.2010).

Adapun beberapa asumsi dalam memahami model Solow adalah : a) Tingkat teknologi dianggap konstan

b) Tingkat depresiasi dianggap konstan

c) Tidak ada perdagangan luar negeri atau alirah keluar masuk barang modal

d) Tidak ada sektor pemerintah

e) Tingakat pertambahan penduduk ( tenaga kerja) dianggap konstan f) Diasumsikan bahwa seluruh penduduk bekerja, sehingga jumlah penduduk sma dengan jumlah tenaga kerja.

2. Teori Schumpeter

Menurut Schumpeter bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan enterpreneurship. Schumpeter berpendapat bahwa kalangan pengusaha

(33)

memiliki kemampuan dan keberanian untuk menciptakan inovasi – inovasi baru baik dalam maslah produksi, penyusunan teknik – teknik produksi maupun sistem manajemennya.

3. Teori Harrod-Domar

Teori ini menyatakan pentingnya investasi terhadap pertumbuhan ekonomi, karena investasi akan meningkatkan stok barang dan modal sehingga outputakan meningkat. Adapun sumberdana investasi domestik berasal dari pendapatan nasional yang ditabung.

4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern a. Teori Pertumbuhan Rostow

Menurut Rostow pembanguna ekonomi atau transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern merupakan proses yang berdimensi banyak. Rostow berkeyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi akan tercipta sebagai akibat dari timbulnya perubahan yang fundamental bukan hanya dari corak ekonomi tetapi mencakup juga dari kehidupan sosial politik dalam suuatu masyarakat dan negara.

Berikut lima tahap proses pembangunan ekonomi yang dikemukakan oleh Rostow

a. Tahap masyarakat tradisional

b. Tahap peletakan dasr untuk tinggal landas c. Tahap tinggal landas

d.Tahap gerak menuju kematangan e. Tahap era massa konsumsi tinggi c. Teori Pertumbuhan Kuznet

(34)

Kuznet mendefenisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kemampuan jangka panjang untuk menyediakan berbagai jenis barang ekonomi yang terus meningkat kepada masyarakat.kemampuan iini tumbuh atas dasar kemajuan tekhnologi, institusional, dan ideologis. Dalam analisanya Kuznet mengemukakan enam ciri pertumbuhan ekonomi modern yang dimanifestasi oleh semua negara yang telah maju, (Suryana, 2000:65), yaitu :

a. Dua variabel ekonomi yang bersamaan (agregat) meliputi:

 Tingginya tingkat produk perkapita dan laju pertumbuhan penduduk

 Tingginya tingkat peningkatan produktivitas khusunya produktivitas tenaga kerja

b. Dua struktur tramsformasi meliputi :

 Tingginya tingkat transforrmasi struktur ekonomi

 Tingginya tingkat struktur sosial dan ideologi c. Dua variabel penyebaran internasinal meliputi :

 Kecenderungan negara – negara yang ekonominya sudah maju untuk pergi ke plosok dunia untukmendapatkan pasaran bahan baku yang baru

 Arus barang modal dan orang antar bangsa yang meningkat.

5. Teori Perdagangan Internasional

Para ahli mengemukakan bahwa perdagangan internasional merupakan faktor eksternal pertumbuhan ekonomi. Kaum merkantilisme telah mengemukakan peran perdagangan internasional bagi kemakuran penduduk.

(35)

Berikut beberapa teori perdagangan internasional, yaitu : a.Teori Perdagangan Klasik

Teori ini menonjolkan manfaat spesialisasi untuk mendapatkan manfaat dan keuntungan yang bisa diraih oleh setiap negara yang mau menjalin hubungan perdagangan internasional. Teori klasik ini bertumpu pada keunggulan komparatif yang didasarkan pada biaya tenaga kerja. Fenomena keunggulan komparatif inilah yang memungkinkan berlangsungnya hubungan perdagangan antar negara, bahkan diantar negara – negara yang kemampuan ekonominya tidak sebanding.

b.Teori Perdagangan Neo Klasik

Teori ini lahir sebagi kritik terhadap teori klasik yang bersifat statis karena hanya didasarkan pada satu variabel saja, yaitu biaya tenaga kerja. Menurut model ini, perdagangan internasional tidak bersumber dari perbedaan produktifitas atau kemajuan teknologi antar negara, melainkan bertolak dari perbedaan dan kelimpahan faktor produksi. Jadi, perdagangan terjadi karena setiap negara mengausai faktor produksi andalan yang berbeda.

Teori ini mengasumsikan hanya dua jenis produk yakni yang bersifat padat karya dan yang bersifat padat modal. Setiap negara sebaiknya bersepesialisasi pada produk yang sesuai dengan kelimpahan faktor produksi yang ada di negaranya.

 Faktor Non Ekonomi dalam Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Selain faktor ekonomi faktor non ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah fsktor non ekonomi, yaitu antara lain: politik, sosial

(36)

budaya, dan keamanan nasional. Kesetabilan dari setiap faktor diatas akan memacu laju pertumbuhan perekonomian suatu negara, sehingga para investor akan merasa aman menanamkan modalnya. Kondisi sosial yang tidak aman akan mempersulit kemajuan prekonomian suatu negara.

 Sistem Perekonomian Terbuka

Sistem prekonomian yang terbuka adalah suatu sistem prekonomian diaman orang-oarang secara bebas terliabat dalam perdagangan barang dan jasa yang memungkiankan adanya arus amsuk dan keluar faktor-faktor produksi. Perekonomian terbuka juga memungkinkan adanya alokasi sumber daya diaman disetiap negara memiliki kelimpahan faktor produksi yang berbeda. Adanya pengalokasian ini akan memberikan dampak positif bagi seyiap negara yang membuak negaranya untuk sistem perekonomian bebas.

 Arus Barang Internasional

Dalam perekonomian tertutup, seluruh output dijual kepasar domestik dan dijual, dan pengeluaran dibagia atas tiga komponen yaitu: konsumsi, investasi, dan pengeluaran pemerintah.

Dalam perekonomian terbuka, sebagian output dijual kepasar domestik dan sebagian lagi di ekspor keluar negeri, sehingga dalam perkonomian terbuka,pengeluaran terdiri dari empat komponen yaitu, konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor barang dan jasa.

(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah menganalisi dampak Penanaman Modal Asing Langsung (PMAL) dan Utang Luar Negeri (Foreign Debt) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder yaitu hasil olahan yang diperoleh dari dinas atau instansi yang resmi yang berhubungan dengan penelitian ini. Data diperoleh dalam bentuk urut waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka dari tahun 1975 - 2009.

Sumber data diperoleh dari : Bank Indonesia ( BI ) Cabang Medan yang terletak di Jln.Balai Kota no.4 Medan , dan diperoleh dari data Asian Development Bank untuk mengambil data seperti : data nilai tukar rupiah, tingkat inflasi, penanaman modal asing dan data terkait lainnya yang diperlukan dalam penelitian ini

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan suatu metode penelitian yaitu penelitian kepustakaan yang dilakukan melalui bahan-bahan kepustakaan berupa buku – buku literatur, tulisan-tulisan ilmiah, laporan -laporan penelitian ilmiah, yang ada hubugannya dengan topik yang akan diteliti. Dari sini akan diperoleh data-data sekunder yang telah diolah oleh instansi yang terkait dengan topik penelitian.

(38)

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan penulis adalah dengan melakukan pencatatan data, dimana data yang digunakan adalah data berkala (time series) dengan kurun waktu analisa selama 35 tahun ( 1975 – 2009 ).

3.4 Pengolahan Data

Dalam mengolah data, Penulis menggunakan program Eviews 5.1 sebagai software utama untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini. Selain itu juga digunakan software Microsoft Excel sebagai software pembantu dalam mengkonversi data dalam bentuk baku yang disediakan oleh sumber ke dalam bentuk yang lebih representative untuk digunakan pada software utama di atas dengan tujuan untuk meminimalkan kesalahan dalam pencatatan data jika dibandingkan dengan pencatatan secara manual.

3.5 Teknik dan Model Analisis

Dalam menganalisis seberapa jauh besarnya variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel- variabel yang ada dengan menggunakan Teknik analisis yaitu metode model kuadrat terkecil biasa ( Ordinary Least Square/ OLS ). Model analisis yang dipergunakan dalam menganalisa data adalah fungsi linier berganda, yaitu sebagai berikut :

Y = f ( X1, X2,) ………...……( 1 )

Dari persamaan tersebut dispesifikasikan kedalam model sebagai berikut : Y =  + 1 X1 + 2 X2 + …………...( 2 )

Dimana :

Y =Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang diproksikan dengan PDB (Milliar US Dollar )

(39)

X1 =Penanaman Modal Asing Langsung (PMAL) ( Milliar US Dollar ) X2 = Pinjaman Luar Negeri (Milliar US Dollar)

12 = Koefisien Regresi

 =Intercept

 = Term of error

Sehingga bentuk hipotesanya sebagai berikut :

1. dY/dX1 > 0, terdapat hubungan positif variabel X 1terhadap Y, cateris paribus.

2. dY/dX2 > 0, terdapat hubungan positif variabel X2 terhadap Y, cateris paribus.

3.6 Uji Kesesuaian ( Test of Goodness of Fit ) 3.6.1 Koefisien Determinasi ( R2 )

Koefisien Determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel independen secara bersama mampu memberikan penjelasan mengenai varibel dependen. Koefisien determinasi (R-square) yaitu angka yang menunjukkan besarnya kemampuan varians atau penyebaran dari variabel-variabel independen yang menerangkan variabel dependen dipengaruhi oleh variabel-variabel independennya.

Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 (0<R2<1), dimana nilai koefisien determinasi mendekati 1 berarti variabel bebas mempunyai pengaruh yang besar terhadap variabel terikat.

3.6.2 Uji Keseluruhan (Uji F – Statistik)

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen ( X1, X2) secara keseluruhan atau serentak mempengaruhi variabel dependen ( Y ). Atau dengan kata lain, uji F statistik digunakan untuk mengetahui seberapa besar nilai- nilai

(40)

independen variabel mampu menjelaskan nilai – nilai dependen variabel secara bersama – sama.

Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut : Ho : b1 = b2 = bk………….bk = 0

Ha : b1  b2  bk………….bk  0

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F- hitung dengan F- table. Jika F-hitung > F-tabel maka h0 ditolak yang berarti variabel independent secara bersama – sama mempengaruhi variabel dependent. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus :

R2 / ( k – 1 ) Fhitung =

( 1 – R2 ) / ( n – k )

Dimana :

R2 = koefisien determinasi

K = jumlah variabel independent ditambah intercept dari suatu model persamaan.

n = jumlah sama

3.6.3 Uji Test ( Uji Farsial )

Uji t statistik dilakukan untuk melihat signifikasi dari pengaruh variabel independen (X1, dan X2 ) secara individu terhadap variabel dependen ( Y ). Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

(41)

Ho : b1 = b Ha : b1  b

Dimana b1 adalah koefisien variabel independent pertama nilai parameter hipotesis, dan biasanya b = 0, artinya tak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y.

Bila t- hitung > t- tabel pada tingkat kepercayaan tertentu maka H0 ditolak.

Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (significant) terhadap variabel dependent.

Nilai t- hitung diperoleh dengan rumus :

( bi - b ) t hitung =

Sbi

Dimana :

bi = koefisien variabel independen ke-1 b = nilai hipotesis nol

Sbi = Simpangan baku dari variabel independen ke-1

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.7.1 Multikolinierity

(42)

Multikolinierity adalah adanya hubungan linier yang pasti atau sempurna diantara variabel – variabel yang menjelaskan model tersebut, dimana bila terjadi hubungan yang erat antara variabel independen yang satu dengan yang lain maka hasil regresi penelitian ini akan terganggu atau tidak menyatakan hal yang sebenarnya.

Adapun multikolinearity ditandai dengan : a. Standar error tidak terhingga

b. Nilai koefisien t-statistik tidak signifikan pada  = 5%

c. Terjadinya perubahan tanda atau tidak sesuainya dengan teori d. R2sangat tinggi.

3.7.2 Serial Correlation / Auto Correlation

Untuk melihat adanya Vector gangguan yang berhubungan dengan observasi, tidak dipengaruhi oleh vector disturbansi atau gangguan yang berhubungan dengan pengamatan lain yang manapun.

 Uji Durbin-Witson ( uji D-W )

Uji Durbin-Witson digunakan untuk mengetahui apakah didalam model yang digunakan terdapat autokorelasi diantara variabel – variabel yang diamati.

Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam model penelitian ini, dilakukan uji Durbin Watson (D-W Test), Uji D-W ini dirumuskan sebagai berikut:

D-hitung =

 

 

t e

e

e t

2 2 1 1

Uji Durbin-Witson ini dirumuskan sebagai berikut : Ho :  = 0, berarti tidak ada autokorelasi

(43)

H0 :   0, berarti ada autokorelasi

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk berbagai nilai ⍺ . Hipotesis yang digunakan adalah :

Gambar 3.1 : Uji D-W

Keterangan:

(4 – dl) < DW < 4 : Tolak H0 ( terdapat autokorelasi negatif ) (4 – du) < DW < (4-dl) : Tidak ada kesimpulan

2 < DW < (4-du) : Terima H0 ( tidak ada autokolerasi ) du < DW < 2 : Terima Ho ( tidak ada autokorelasi )

dl < DW < du : Tidak ada kesimpulan ( inconclusive ) 0 < DW < dl : Tolak Ho ( terdapat autokorelasi positif )

(44)

3. 8 Defenisi Operasional

1. Pertumbuhan ekonomi merupakan persentase kenaikan Prodak Domestik Bruto tanpa memandang kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau perubahan dalam struktur ekonomi. Hal ini dapat diproyeksi dengan PDB Indonesia berdasarkan harga berlaku dalam satuan milliar US Dollar.

2. Penanaman Modal Asing Langsung (PMAL) adalah penanaman modal asing yang telah memperoleh persetujuan dari pemerintah Indonesia dan yang telah direalisasikan dalam milliar US Dollar.

3. Utang Luar Negeri (Foreign Debt) adalah pinjaman dana dari pihak asing dalam hal ini baik dilakukan oleh pemerintah Indonesia maupun pihak swasta atau badan usaha lain dalam milliar US Dollar.

(45)

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Perekonomian Indonesia

Sistem ekonomi Indonesia awalnya didukung dengan munculnya Oeang Republik Indonesia, yang selanjutnya berganti menjadi rupiah.

Pada masa pemerintahan orde lama, Indonesia tidak seutuhnya mengadaptasi isstem ekonomi kapitalis, namun juga memadukannya dengan nasionalisme ekonomi.

Pemerintah Orde Baru melakukan disiplin dalam prekonomian dengan tujuan untuk menekan arus inflasi. Pada era tahun 1970-an harga minyak bumi yang meningkat menyebabkan melonjaknya nilai ekspor, dan memicu pertumbuhan ekonomi rata – rata yang tinggi yaitu sebesar 7% antara tahun 1968 – 1981. ekonomi Indonesia mengalami kemunduran pada akhir tahun 1990-an akibat krisis ekonomi yang elanda sebagian besar Asia pada saat itu.

Pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2004 dan 2005 melebihi 5% dan diperkirakan akan terus meningkat. Namun demikian dampak pertumbuhan ini belum cukup besar dalam mempengaruhi tingkat pengangguran, yaitu sebesar 9,75%.

Sektor jasa adalah penyumbang terbesar PDB, yaitu 45,3% untuk tahun 2005, sektor industri menyumbang 40,7%, dan sektor pertanian menyumbang 14,0%.

Namun demikian sektor pertanian adalah salah satu sektor yang paling besar mempekerjakan orang daripada sektor – sektor lainnya.

(46)

Tabel 4.1: Tabel Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2004-2008 (Persentase)

Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008

Pertanian 2,82 2,72 3,36 3,43 4,77

Pertambangan dan penggalian -4,48 3,20 1,70 2,02 0,51

Industri Pengolahan 6,38 4,60 4,56 4,67 3,66

Listrik, Gas, dan Air Bersih 5,30 6,30 5,76 10,33 10,92

Konstruksi 7,49 7,54 8,34 8,61 7,31

Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,70 8,30 6,42 8,41 7,23 Pengangkutan dan Komunikasi 13,38 12,76 14,23 14,04 16,69 Keuangan, Real Estate

dan Jasa Perusahaan 7,66 6,70 5,47 7,99 8,24

Jasa Jasa 5,38 5,16 6,16 6,60 6,45

PDB 5,03 5,69 5,50 6,28 6,06

PDB Tanpa Migas 5,97 6,57 6,11 6,87 6,52

Sumber: BPS provinsi Sumatera Utara 2009)

Dari tabel yang disajikan di atas bahwa kondisi perekonomian sejak tahun 2004 di dominasi oleh sektor transportasi dan komunikasi. Persentase Sektor Transportasi dan Telekomunikasi selalu memperoleh angka dua digit dari tahun ke tahun walaupun pada tahun 2005 dan 2007 mengalami penurunan. Penurunan tersebut hanya sedikit dan tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi perekonomian Indonesia.

Selain sektor transportasi dan telekomunikasi, PDB Indonesia juga sangat dipengaruhi oleh kekuatan pada sektor Listrik, Gas Dan Air Bersih. Lonjakan pada sector ini terjadi pada dua tahun terakhir yaitu tahun 2007 dan 2008 yang mencapai

(47)

10,33 dan 10,92. Sektor industri di dominasi oleh sub sektor industri tanpa migas khususnya industri makanan, minuman, dan tembakau yang memiliki andil.

Sektor-sektor lain yang berperan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, keuangan, konstruksi, serta jasa yang turut menyumbang dalam pembentukan Produk Domestik Bruto Indonesia. Peranan atau kontribusi sector ekonomi menunjukkan struktur perekonomian yang terbentuk di suatu wilayah. Struktur ekonomi ini menunjukkan besarnya kemampuan masing- masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah, sekaligus menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan memproduksi barang dan jasa dari masing masing sector ekonomi yang ada di dalamnya.

4.2 Perkembangan Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Perekonomian Indonesia sejak kemerdekaan menunjukkan perkembangan yang cukup menarik. Pertumbuhan ekonomi pada awal 1960 tercatat sebesar 2%

pertahun dan mengalami kenaikan diatas 6% pertahun pada priode 1984-1993.

Dari tahun 2000 sampai 2004 perekonomian indonesia tumbuh rata2 4,6% per tahun.

Selang tahun ini Indonesia mengalami penurunan sbesar 13,3% pada tahun 1998 akibat krisis ekonomi.

Namun seiring berjalannya waktu, Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter Indonesia berusaha untuk memulihkan kondisi prekonomian Indonesia yang sempat terpuruk akibat krisis ekonomi. BI berusaha menekan laju inflasi yang pada tahun 1998 sbesar 56%, dengan menekan jumlah uang bredar di masyarakat melalui kenaikan tingkat suku bunga SBI.

(48)

Tabel 4.2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Tingkat Inflasi Indonesia ( dalam bentuk persen )

Tahun

Pertumbuhan Ekonomi

(%)

Inflasi (%)

1980 9.9 18.4

1981 7.6 12.2

1982 2.7 9.6

1983 4.2 11.8

1984 5.2 10.3

1985 2.5 4.8

1986 5.9 5.8

1987 4.8 9.3

1988 5.3 8.1

1989 9.1 6.4

1990 9 7.9

1991 8.9 9.4

1992 7.2 7.5

1993 7.3 9.7

1994 7.5 8.5

1995 8.2 9.4

1996 7.8 7.9

1997 4.7 6.2

1998 -13.3 58

(49)

1999 0.3 20.7

2000 4.9 3.8

2001 3.4 11.5

2002 4.3 11.8

2003 4.8 6.8

2004 5 6.1

2005 5.7 17.1

2006 5.5 6.6

2007 6.3 6.6

2008 6 12

Dari tabel data diatas dapat terlihat dengan jelas bahwa pada tahun 1998 Indonesia mengalami keterpurukan ekonomi dengan tingkat pertumbuhan mencapai minus. Hal ini ditandai juga dengan tingkat inflasi yang mencapai 56%.

Setelah kejatuhan ekonomi Indonesia, perlahan pertumbuhan Indonesia mulai dirangsang kembali dan pada tahun 1999 mengalami kenaikan dengan tingkat pertumbuhan yang masih sangat kecil yaitu 0,3%.

Namun setelah 1999 pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan rata – rata sebesar 5,1% dalam kurun waktu 2000-2008.

Hal ini juga ditandai dengan berangsur turunnya tingkat inflasi Indonesia dengan rata- rata 7,8% dalam kurun waktu 2000-2008.

Kesetabilan yang mulai pulih kembali ini didukung juga oleh kesinambungan fiskal yang tetap terjaga, ditengah munculnya terjangan kenaikan harga minya dunia

(50)

Selain itu juga kinerja perbankan yang terus membaik, antara lain ditandai dengan meningkatnya penyaluran kredit yang didukung oleh penurunan suku bunga kredit dan tetap terjaganya stabilitas sistem perbankan.

Namun perekonomian Indonesia kembali menghadapi tantangan yang cukup berat. Pada tahun 2005 kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, akibat meningkatnya harga minya dunia dan struktur pengetatan kebijakan moneter global menyebabkan upaya menjaga momentum pertumbuhan ekonomim dan stabilitas makro ekonomi Indonesia terkendala.

Ketergantungan kegiatan ekonomi domestik pada impor menyebabkan kondisi perekonomian secara struktural cukup rentan terhadap perubahan kondisi ekternal.

Ekspansi ekonomi menjadi lebih lambat ketika kegiatan investasi terkendala oleh meningkatnya biaya produksi kenaikan harga BBm dan belum tuntasnya berbagai peraturan – peraturan di bidang investasi dan pembangunan

infrastruktur. Semantara itu, kegiatan konsumsi juga menurun akibat melemahnya daya beli masyarakat dan mulai meningkatnya suku bunga.

Di sisi lain, kinerja ekspor juga belum menggembirakan seiring dengan kondisi permintaan global yang menurun dan melemahnya day saing. Untuk keseluruhan yahun 2005 pemerintah memprediksikan perekonomian dapat bertumbuh 5,3% - 5.6%.

Perkembangan pertumbuhan perekonomian Indonesia yang di proksikan melalui PDB Indonesia berdasarkan harga berlaku.

dalam hal ini, akan dilihat bagaimana pertumbuhan perekonomian Indonesia yang ditinjau melalui PDB indonesia berdasarkan aharga berlaku.

Gambar

Gambar 3.1 : Uji D-W
Tabel  4.1:  Tabel  Laju  Pertumbuhan  Produk  Domestik  Bruto  Indonesia  Menurut  Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan  2000  Tahun 2004-2008 (Persentase)
Tabel 4.2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Tingkat Inflasi Indonesia   ( dalam bentuk persen )
Tabel 4.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Berdasarkan PDB  Berlaku Indonesia (1975-2009)  Tahun  PDB Berlaku   (Milyar US$)  1975  30.46  1976  37.27  1977  45.81
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan jumlah coliform dalam air minum adalah hygiene operator (p=0.001) dan variabel yang tidak berhubungan dengan

Langkah awal kita dalam mengelola autoresponder adalah dengan membuat grup. Anda bisa langsung klik menu Tambah Grup atau klik Icon Tambah Grup Anda juga bisa menggunakan drop down

Pelaksanaan upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba dahulu dilaksanakan dalam waktu dan proses yang cukup lama, sekarang dipersingkat dengan istilah upcara adat

pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Lihat Daftar Pahlawan Nasional

Tujuan penelitian ini yakni menganalisis dampak positif-negatif adanya dana rentenir dalam menunjang usaha dagang ibu rumah tangga pedagang serta upaya yang dilakukan oleh

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bobot isi tanah gambut pada areal umur tegakan 2,3,4,5 tahun (sebelum pemanenan kayu) dan 0 tahun (setelah pemanenan kayu) di

Consecutive sampling dan didapatkan 86 pasang ibu dan anak yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ek- sklusi penelitian. Kriteria inklusi sampel penelitian ini adalah : 1) ibu

(Fatkhiyah.. sebatas rancangan proses training, hasil dari proses training berupa bobot akhir yang dipergunakan dalam proses penentuan kualitas air minum kemasan. Proses training