BAB II KAJIAN PUSTAKA
C. Konsep Diri
3. Perkembangan Konsep Diri dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya
Perkembangan konsep diri pertama kali diawali sejak masa kanak-
kanak. Konsep diri seseorang berkembang melalui interaksi dengan keluarga,
orang tua, dan lingkungan sekitarnya. Saat individu masuk ke jenjang
pendidikan, dia berinteraksi dengan teman, guru, dan lingkungan di sekolah.
Kualitas interaksi yang dialami turut berpengaruh besar terhadap
perkembangan konsep diri seseorang.
Perkembangan konsep diri pada masa kanak-kanak akan membentuk
kepribadian remaja. Konsep diri remaja cenderung berubah-ubah sesuai
dengan pengalaman-pengalaman yang diperolehnya. Tetapi secara perlahan-
lahan akan menjadi lebih stabil (Hurlock, 2002: 245).
Burns (1993: 206-209) mengatakan bahwa konsep diri siswa
berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Kualitas konsep diri
yang dibangun oleh siswa ditentukan oleh cara perlakuan yang diterimanya
dari orang lain seperti orang tua, sanak saudara, teman sebaya, dan guru.
Apabila pengalaman siswa diperlakukan secara baik, maka konsep dirinya
akan positif. Sebaliknya, apabila sering memperoleh pengalaman-pengalaman
yang negatif, maka siswa akan memiliki konsep diri yang negatif.
Konsep diri dapat terus berkembang. Ada berbagai faktor yang dapat
a. Usia Kematangan
Remaja yang pada usia tertentu matang lebih awal akan lebih
mampu menjalankan peran sebagai orang dewasa dengan baik dan dapat
mengembangkan konsep diri secara positif. Sedangkan remaja yang
terlambat dalam perkembangannya dan masih diperlakukan seperti anak-
anak akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Remaja akan cenderung menarik diri dari lingkungannya
yang bersangkutan, sehingga konsep dirinya pun dapat menjadi negatif.
b. Penampilan diri
Pada masa remaja penampilan diri merupakan hal yang sangat
penting. Penampilan diri yang berbeda dapat membuat remaja merasa
rendah diri meskipun ada perbedaan yang menambah daya tarik masing-
masing remaja.
Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja antara lain
perubahan dalam tinggi badan dan perubahan berat badan. Dalam hal
perubahan tinggi badan anak laki-laki mengalami penambahan
pertumbuhan selama 2 tahun lebih cepat pada masa kanak-kanak
dibanding anak perempuan. Karena itu anak perempuan kelihatan lebih
pendek dibanding dengan anak laki-laki. Pada masa remaja berat badan
juga akan mengalami perubahan yang cukup signifikan, baik berkurang
ataupun bertambahnya berat badan. Peningkatan berat badan dapat terjadi
Remaja juga mengalami perubahan seksual. Perubahan ini
ditandai dengan perubahan seks primer dan sekunder. Ciri-ciri kelamin
primer laki-laki antara lain mimpi basah, sedangkan ciri-ciri kelamin
primer pada perempuan antara lain menstruasi. Ciri-ciri kelamin sekunder
laki-laki antara lain tumbuhnya kumis, janggut, jakun, suara berat,tumbuh
bulu halus pada tubuh, sedangkan ciri-ciri kelamin sekunder perempuan
antara lain pinggul membesar, bahu melebar dan tumbuh bulu di ketiak.
Daya tarik fisik yang positif akan menimbulkan penilaian yang
menyenangkan yang akan menambah dukungan sosial dan kepercayaan
diri, sehingga akan terbentuk konsep diri yang positif. Sedangkan jika
seorang individu merasa tidak menarik secara fisik, dia dapat menarik diri
dari lingkungannya, dan konsep dirinya pun dapat terpengaruh secara
positif.
c. Kepatutan Seks
Kepatutan seks menunjuk pada cara pandang remaja mengenai
seksualitasya sejalan dengan jenis informasi mengenai seks yang
diterimanya. Cara pandang remaja mengenai kehidupan seks dapat
diperoleh melalui media massa dan pendidikan seks dari orang tua.
Media massa seperti surat kabar, televisi, dan media lainnya
memiliki peran dalam memberikan informasi mengenai kehidupan seks.
Peran orang tua sangat penting dalam memberikan pendidikan seks secara
dini. Orang tua memberikan pemahaman mengenai kehidupan seks agar
menghindari dampak negatif dari kehidupan seksualitas. Jika individu
memperoleh informasi yang tepat mengenai kehidupan seks, individu
akan terbantu untuk mengembangkan konsep diri yang positif.
d. Nama dan nama julukan
Remaja terlalu peka dan malu bila teman-teman sekelompok
menilai namanya buruk atau bila mereka memberikan nama julukan yang
bernada cemooh. Kuatnya perasaan remaja terhadap namanya dipengaruhi
dua faktor yaitu seringnya nama digunakan dan kuatnya perasaan kurang
senang dengan namanya.
Semakin sering nama yang tidak disukai digunakan oleh orang
lain semakin nama itu dapat berpengaruh negatif terhadap dirinya.
Semakin kuat menyukai nama yang digunakan dalam interaksi sosialnya,
semakin kuat pengaruhnya terhadap konsep diri. Sebaliknya jika remaja
memiliki perasaan kurang senang terhadap namanya sendiri, maka remaja
dapat merasa minder atau khawatir jika dicemooh temannya konsep
dirinya pun dapat terpengaruh secara negatif.
e. Hubungan keluarga
Hubungan keluarga yang baik dipengaruhi oleh perlakuan
positif dari orang tua terhadap anak, misalnya adil dalam memberikan
perhatian dan kasih sayang. Perlakuan positif dari orang tua akan
berpengaruh pada hubungan anggota keluarga yang lain. Hal ini akan
Ukuran keluarga juga menentukan kualitas hubungan antara
anggota keluarga. Kalau suatu keluarga mempunyai jumlah anggota yang
banyak misalnya, perhatian akan terbagi dan komunikasi dapat berkurang,
sehingga remaja yang bersangkutan akan kurang mendapat kasih sayang
dan perhatian secara maksimal. Keharmonisan keluarga akan terbangun
apabila pola komunikasi di rumah baik. Remaja yang tinggal dalam
keluarga yang selalu mengutamakan komunikasi antar anggota keluarga
yang baik akan memperoleh pengaruh positif terhadap perkembangan
konsep dirinya.
f. Teman-teman sebaya
Teman-teman sebaya memberikan pengaruh pada konsep diri
remaja. Konsep diri merupakan cermin dan anggapan tentang konsep
teman-teman mengenai dirinya dan digunakan untuk mengembangkan
ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok. Teman sebaya akan
mempengaruhi pola perilaku individu dalam kehidupan sehari-hari.
Jika remaja mempunyai teman sebaya yang berpikir rasioanal dan
positif, berperilaku poitif, dan bersikap membesarkan hati, maka remaja
g. Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan orang untuk mencipta yang
ditandai dengan orisinilitas dalam berekspresi. Kreativitas merupakan
kemampuan untuk meenciptakan sesuatu yang baru.
Kreativitas seseorang dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan
orang tua, waktu luang dan tersedianya fasilitas. Remaja yang sejak
kanak-kanak kreatif dapat mengembangkan konsep diri yang positif.
Semakin remaja kreatif, semakin dia berprestasi, dan prestasinya akan
dihargai dan diterima oleh orang lain, sehingga konsep dirinya pun
menjadi positif.
h. Cita-cita
Menurut Hurlock (2002), cita-cita merupakan keinginan untuk
meraih sesuatu yang lebih tinggi dari keadaan sekarang. Bila remaja
mempunyai cita-cita yang tidak realistik dan mengalami kegagalan, maka
akan timbul perasaan tidak mampu dan timbul konsep diri negatif.
Berbeda dengan remaja yang realistik dalam cita-citanya, besar
kemungkinan dia berhasil dan jika berhasil konsep dirinya akan positif.
Jika remaja mempunyai cita-cita yang realistik dan sesuai dengan minat
dan bakat, dia akan cenderung berhasil dan ini akan berpengaruh positif
terhadap konsep dirinya.
Kedelapan faktor tersebut yang peneliti jadikan dasar menyusun kisi-kisi
pandangan, keyakinan, dan pikiran diri responden terhadap dirinya dalam
masing-masing faktor tersebut.
4. Usaha-usaha untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa
Menurut Sinurat (1991) ada berbagai usaha yang dapat dilakukan oleh
para pendidik khususnya konselor sekolah untuk mengembangkan konsep diri
siswa yaitu:
a. Menjadi konselor sekolah yang memiliki konsep diri yang positif,
sehingga dapat membantu siswa mengembangkan konsep diri positif
atau menjadi orang yang memiliki konsep diri positif.
b. Menjadi konselor sekolah yang bersikap membesarkan hati siswa
(becoming a reinforcing person).
c. Membantu siswa agar sadar akan segi-segi positifnya.
d. Membantu siswa memenuhi kebutuhannya.
e. Melakukan kegiatan atau latihan untuk mengembangkan konsep diri
siswa.