• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat konsep diri siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat konsep diri siswa"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KONSEP DIRI SISWA

(Studi Deskriptif pada Remaja Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik

Bimbingan Klasikal untuk Meningkatan Konsep Diri Siswa)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Benedikta Indah Putri Lestari NIM: 131114006

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

TINGKAT KONSEP DIRI SISWA

(Studi Deskriptif pada Remaja Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik

Bimbingan Klasikal untuk Meningkatan Konsep Diri Siswa)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Benedikta Indah Putri Lestari NIM: 131114006

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

HALAMAN MOTTO

Berikan yang terbaik selagi kamu masih mampu memberikan yang terbaik

I a ’ a

. W a y a

a

(Mother Teresa)

(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembehkan karya ini untuk: Tuhan Yang Maha Esa

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Program Studi Bimbingan dan Konseling

SMP Saverius 1 Sragen

Keluarga: Bapak Vincensius Rasimun dan Ibu Rosalia Mardiyati Adik Fransiska Ajeng Dwi Ayu Ningsih dan Martinus Novemba

Keponakan tercinta: Felicia Sekar Kinasih Wulandari

Saudara-saudara terdekat yang selalu memberikan harapan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini

(7)
(8)
(9)

ABSTRAK

TINGKAT KONSEP DIRI SISWA

(Studi Deskriptif pada Remaja Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik

Bimbingan Klasikal untuk Meningkatan Konsep Diri Siswa)

Benedikta Indah Putri Lestari Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsep diri siswa-siswi Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017 dan membuat usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 50 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mengungkap konsep diri siswa-siswi. Koefisien reliabilitas penelitian ini tinggi karena menunjukkan hasil perhitungan 0,849. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner langsung tertutup. Data dianalisis berdasarkan kriteria Azwar. Pengelompokan disusun berdasarkan distribusi normal dengan model pengelompokan jenjang dengan lima jenjang yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebanyak 9 (18%) responden memiliki konsep diri yang sangat tinggi, sebanyak 34 (68%) responden memiliki konsep diri yang tinggi, sebanyak 7 (14%) responden memiliki konsep diri yang sedang, dan tidak ada responden yang memiliki konsep diri yang rendah dan konsep diri yang sangat rendah. Dapat disimpulkan bahwa konsep diri dari sebagian besar siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017 termasuk tinggi atau positif.

Berdasarkan hasil penelitian disusunlah usulan topik-topik bimbingan klasikal untuk meningkatkan konsep diri siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen. Topik-topik bimbingan klasikal yang diusulkan didasarkan pada item-item kuesioner yang menunjukkan bahwa konsep diri siswa siswi kurang positif (sedang dan rendah).

(10)

ABSTRACT

LEVEL OF SELF-CONCEPT OF STUDENTS

(Descriptive Study on Adolescence of VII and VIII Graders of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen Class of 2016/2017 and its Implication for

Classical Guidance Topics to Develop Self-Concept of Students)

Benedikta Indah Putri Lestari Sanata Dharma University

2017

This research was aimed to find level of self-concept of students of VII and VIII graders of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen class of 2016/2017 and to compile a proposal of suitable classical guidance topics to develop self-concept of students of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen.

This research was a descriptive research with survey method. This research was a population research. Subjects of this research were 50 students of VII and VIII graders of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen class of 2016/2017. Research instrument was questionnaire inquiring self-concept of students. Reliability coefficient of this research was high inasmuch as it yielded 0.849 as the result of the calculation. Questionnaire type used was direct closed-ended questionnaire. Data were analyzed based on Azwar criteria. Scoring was compiled based on normal distribution using classification scoring model with five classifications, i.e.: very high, high, medium, low, and very low.

Research result showed that 9 (18%) respondents had very high self-concept; 34 (68%) respondents had high self-self-concept; 7 (14%) respondents had medium self-concept, and none of them had low or very low self-concept. It can be concluded that the self-concept of most of the students of VII and VIII graders of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen class of 2016/2017 is high or positive.

Based on this research result was compiled a proposal of suitable classical guidance topics to develop self-concept of students of SMP (Junior High School) Saverius 1 Sragen. The topics of classical guidance proposed was based on questionnaire items which showed that the self-concept of the students was not quite positive (medium and low).

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat yang dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling. Penulis

menyadari bahwa skripsi ini dapat tersusun berkat bantuan, perhatian, dukungan,

dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M. Si., selaku Kaprodi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu dan

memberikan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Drs. R.H.Dj. Sinurat, M.A., selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dalam membimbing,

mendampingi penulis pada setiap tahap dan seluruh proses penyusunan

skripsi ini.

3. Juster Donal Sinaga, M.Pd., selaku Wakil Kaprodi dan Sekretaris Prodi

Bimbingan dan Konseling yang telah membantu proses penyelesaian skripsi

ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mencurahkan ilmunya dengan sepenuh

(12)

5. Stefanus Priyatmoko, selaku karyawan sekretariat Prodi Bimbingan dan

Konseling yang memberikan pelayanan bagi penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

6. M.M. Wiwik Yulisriani, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Saverius 1

Sragen yang telah berkenan menerima dan memberikan kesempatan kepada

penulis untuk melakukan penelitian.

7. P. Widodo, Drs., selaku Koordinator Bimbingan dan Konseling SMP

Saverius 1 Sragen yang berkenan menerima dan memberikan saran dalam

melaksanakan penelitian.

8. Para siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen atas waktu dan

kesediaannya sebagai responden dalam pengumpulan data.

9. Keluarga Vincensius Rasimun yang telah memberikan kasih sayang, cinta

kasih dan harapan, serta tanpa henti mendukung penulis untuk terus

bersemangat dan berusaha keras dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman terdekatku, Paulus Miki Renandi Prabandian yang penuh cinta kasih

menemani, menghibur, mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Sahabat tersayang dan terkasih Windriati Emban Pertiwi yang telah setia dari

awal kuliah sampai akhir kuliah selalu bersama, menemani, berbagi suka dan

duka, membantu dan memberikan perhatian yang tulus kepada penulis.

12. Teman-teman: Bruder Dinus dan Bruder Purwanto yang sudah dengan tulus

memberikan bantuan, motivasi dan semangat kepada penulis.

13. Teman-teman prodi Bimbingan dan Konseling angkatan 2013 yang telah

(13)

14. Karyawan perpustakaan USD atas pelayanannya bagi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca

khususnya bagi pemerhati di bidang bimbingan baik di sekolah maupun di luar

sekolah.

Penulis

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Batasan Istilah ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Perkembangan Remaja ... 9

1. Pengertian Remaja ... 9

2. Ciri-ciri Masa Remaja ... 10

(15)

C. Konsep Diri ... 14

1. Arti Konsep Diri ... 14

2. Penggolongan konsep diri ... 15

3. Perkembangan Konsep Diri dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya 16 4. Usaha-usaha untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa ... 22

D. Bimbingan Klasikal untuk Meningkatkan Konsep Diri ... 22

1. Pengertian Bimbingan ... 22

2. Pengertian Bimbingan Klasikal ... 23

3. Bimbingan Klasikal untuk Pengembangan Konsep Diri ... 24

E. Tinjauan Penelitian Lain yang Relevan ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Jenis Penelitian ... 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

C. Subjek Penelitian ... 29

D. Instrumen Penelitian... 27

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 30

F. Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Hasil Penelitian ... 42

1. Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017... 42

2. Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal yang Sesuai untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa ... 43

B. Pembahasan ... 46

1. Deskripsi Tingkat Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 ... 46

(16)

BAB V PENUTUP ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Keterbatasan Penelitian ... 50

C. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Skala Penilaian Tingkat Konsep Diri Siswa Kelas VII dan

VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 ... 29

Tabel 3.2 Kisi-kisi Skala Penilaian Tingkat Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 (Final) ... 33

Tabel 3.3 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 35

Tabel 3.4 Indeks Korelasi Reliabilitas ... 35

Tabel 3.5 Pengelompokan Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII ... 39

Tabel 3.6 Pengelompokan Skor Item Konsep Diri Siswa ... 40

Tabel 4.1 Penggolongan Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 ... 44

Tabel 4.2 Penggologan Skor Item Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 ... 44

Tabel 4.3 Item yang Memiliki Skor Sedang dan Rendah ... 45

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kuesioner Siswa SMP Saverius 1 Sragen (Uji Coba) ... 55

Lampiran 2: Tabulasi Instrumen Hasil Uji Coba ... 60

Lampiran 3: Validitas Hasil Uji Coba ... 61

Lampiran 4: Hasil Perhitungan Taraf Validitas ... 66

Lampiran 5 : Kuesioner Siswa SMP Saverius 1 Sragen (Final) ... 70

Lampiran 6: Validitas Hasil Penelitian ... 75

Lampiran 7: Tabulasi Data Peneltian ... 80

Lampiran 8: Hasil Analisis Validitas Instrumen ... 88

Lampiran 9: Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa ... 90

(19)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil

penelitian, dan batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan oleh Tuhan secara unik dan berbeda-beda.

Manusia berkembang secara bertahap melalui fase-fase perkembangan mulai

dari masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja dan masa dewasa. Masa

remaja seringkali dikenal sebagai fase mencari jati diri. Masa remaja

merupakan masa menemukan diri untuk menjadi pribadi yang dewasa. Masa

remaja meliputi masa remaja awal (usia 12-15 tahun), masa remaja tengah

(usia 15-18 tahun), dan masa remaja akhir (18-21 tahun). Pada masa inilah

remaja mulai bertanya-tanya siapakah dirinya sekarang dan yang akan datang,

serta apa saja yang akan dilakukannya. Remaja terus berkembang ke arah

kematangan seperti kematangan fisik, kematangan sosial, dan psikologisnya.

Dalam perkembangannya individu memahami dirinya dan menilai dirinya

apakah positif atau negatif. Pandangan individu tentang dirinya sendiri

dinamakan konsep diri. Konsep diri individu terbentuk dari pengalaman

individu dalam berhubungan dengan individu lain. Dalam berinteraksi, setiap

individu akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diterima akan dijadikan

(20)

pandang sebagai anak yang memiliki sifat kekanak-kanakan, tetapi juga

belum termasuk dalam golongan orang dewasa.

Remaja mengalami banyak perubahan dalam dirinya termasuk

perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain. Perkembangan remaja

dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya. Berdasarkan respon dari

lingkungannya remaja memiliki pemikiran tentang siapa dirinya yang

membuatnya berbeda dengan yang lain. Remaja mengalami perubahan yang

tidak hanya menyangkut perubahan yang dapat diamati secara langsung,

misalnya perubahan-perubahan fisik dan tingkah laku, interaksi dengan orang

lain, akan tetapi juga perubahan konsep diri. Konsep diri yang diharapkan

adalah konsep diri yang positif, yang sangat penting dalam hidup remaja.

Konsep diri adalah keseluruhan pandangan, gambaran, keyakinan, dan

penilaian orang tentang dirinya. Konsep diri merupakan inti dari kepribadian.

Apabila remaja tidak mengenali dirinya dengan baik, tidak menerima diri apa

adanya dan tidak tahu bagaimana bertingkah laku, maka remaja akan

mengalami krisis identitas. Tetapi bila remaja mengenali dirinya dengan baik,

menerima diri apa adanya dan tahu bagaimana harus bertingkah laku, maka

remaja akan memiliki identitas diri yang jelas. Mengenali diri secara tepat

mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan remaja.

Hurlock (2002) mendefinisikan konsep diri sebagai gambaran orang

tentang dirinya. Konsep diri merupakan gabungan dari keyakinan orang

tentang dirinya sendiri dan meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial dan

(21)

yang merupakan inti kepribadian merupakan hal yang penting dalam

kehidupan sebab konsep dirinya akan mempengaruhi tingkah laku remaja,

dan cara-cara remaja untuk menyesuaikan diri dengan situasi-situasi hidup.

Penelitian ini berfokus pada konsep diri remaja yang bersekolah di SMP

Saverius 1 Sragen. SMP Saverius 1 Sragen merupakan sekolah swasta milik

yayasan Katolik yang berada di tengah-tengah perkotaan Sragen. Kepala

sekolah mengatakan bahwa input yang diterima di SMP Saverius 1 Sragen

adalah siswa dari kalangan ekonomi sosial menengah ke bawah. Kepala

sekolah serta guru-guru mengatakan bahwa pada tahun ajaran 2015/2016

sering ditemukan perilaku negatif dari siswa seperti mengabaikan tata tertib,

sulit diatur dan membolos.

Menurut pengalaman dan pengamatan peneliti pada saat membantu

kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS), dan wawancara dengan guru kelas

yang bersangkutan pada tanggal 9 dan 19 Juli 2015, banyak siswa yang tidak

percaya diri dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah, peraturan tata tertib

banyak dilanggar utamanya tata tertib yang berkaitan dengan seragam. Siswa

sering membanding-bandingkan dirinya satu sama lain, sering kurang saling

menghargai, dan sering mengejek. Ada siswa yang rupanya merasa bahwa

dirinya tidak memiliki keunikan dan tidak memiliki kemampuan apa pun.

Kepedulian siswa terhadap keadaan sekitar terbilang sangat rendah. Ada juga

yang tidak peduli ketika guru sedang menjelaskan materi pelajaran di depan

kelas, ada yang kurang menghargai dan kurang sopan terhadap guru, dan ada

(22)

ketika jam pelajaran berlangsung. Tampaknya siswa belum bisa belajar dari

kesalahannya. Ada yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, tetapi

kelihatannya tidak merasa bersalah. Kemampuan komunikasi interpersonal

siswa dapat dikatakan kurang baik. Menurut guru kelas VII dan VIII, terjadi

pengelompokan antar siswa. Siswa lebih suka mengelompok dengan siswa

lain yang dirasa mempunyai kesamaan dalam suatu hal atau hanya karena ada

perasaan senang. Siswa cenderung hanya berkomunikasi dengan

kelompoknya saja. Siswa laki-laki dan perempuan sulit membaur karena

siswa malu berinteraksi dengan lawan jenis. Kebanyakan dari siswa-siswi

tersebut mengalami kesulitan ekonomi dan ada yang merupakan korban dari

perpisahan orang tuanya. Masalah-masalah yang dialami oleh siswa terbawa

dalam lingkungan sekolah dan menghambat pertumbuhan dan perkembangan

siswa; pertumbuhan dan perkembangan siswa menjadi tidak utuh dan kurang

maksimal khususnya dalam hal konsep diri yang merupakan inti dari pribadi

orang.

Dari hasil pengamatan di SMP Saverius 1 Sragen muncul kesan

bahwa konsep diri siswa-siswi pada umumnya negatif. Kesan ini muncul

ketika praktikan membantu Masa Orientasi Siswa (MOS) di SMP Saverius 1

Sragen. Seharusnya guru membantu siswa agar konsep dirinya positif, tetapi

tampaknya guru di sana lebih mendidik siswa untuk taat pada peraturan yang

ditetapkan oleh sekolah. Ada guru yang komentar-komentarnya dapat

membuat siswa kurang percaya diri, sehingga siswa kurang berani untuk

(23)

Berdasarkan kesan tersebut, perlulah dilakukan suatu penelitian

tentang konsep diri Kelas VII dan VIII di SMP Saverius 1 Sragen tahun

ajaran 2016/2017. Mengingat pentingnya konsep diri dan pengaruh konsep

diri dalam hidup, peneliti ingin mengetahui seberapa tinggi tingkat konsep

diri siswa. Kalau konsep diri siswa ternyata rendah atau negatif akan

diusulkan topik-topik bimbingan klasikal untuk meningkatkan konsep diri

siswa.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentifikasi berbagai permasalahan

sebagai berikut:

1. Seberapa tinggi atau positif konsep diri dari para siswa?

2. Apakah ada hubungan antara konsep diri siswa dengan prestasi belajar

siswa?

3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi konsep diri siswa negatif atau

rendah?

4. Apa pengaruh dari konsep diri terhadap perilaku sehari-hari?

5. Topik-topik bimbingan klasikal manakah yang paling tepat untuk

meningkatkan konsep diri siswa?

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada tinggi rendahnya konsep diri siswa

kelas VII dan VIII di SMP Saverius Sragen tahun 2016/2017 dan usulan

(24)

D. Rumusan Masalah

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang

konsep diri remaja SMP Saverius 1 Sragen tahun 2016/2017, dan usulan

topik-topik yang sesuai untuk meningkatkan konsep diri siswa. Pertanyaan

yang mau dijawab adalah:

1. Seberapa positif konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1

Sragen tahun ajaran 2016/2017?

2. Topik-topik bimbingan klasikal yang mana yang sesuai untuk

meningkatkan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1

Sragen?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan:

1. Mengetahui tingkat konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP

Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017.

2. Membuat usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk

meningkatkan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1

Sragen.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak:

1. Kepala sekolah

Kepala sekolah dapat mengetahui konsep diri siswanya, dan

memperoleh inspirasi mengenai apa yang perlu dilakukan untuk

(25)

2. Guru Bidang Studi

Guru bidang studi diharapkan dapat mengetahui konsep diri siswanya,

sehingga guru bidang studi dapat memperlakukan peserta didik secara

tepat.

3. Guru Bimbingan dan Konseling

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada guru

Bimbingan dan Konseling untuk melakukan kegiatan yang tepat untuk

mengembangkan konsep diri siswa.

4. Peneliti Lain

Peneliti lain dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai sumber

inspirasi atau bahan pembanding apabila ingin mengembangkan

penelitian di sekitar topik yang sama.

5. Bagi Peneliti

Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan tentang konsep diri

dan pengembangannya di dunia kerja.

G. Batasan Istilah

Berikut ini dijelaskan beberapa istiah yang dugunakan dalam penelitian

ini:

1. Konsep diri adalah keseluruhan pandangan, gambaran, keyakinan, dan

tentang dirinya sendiri seperti yang dimaksudkan dalam butir-butir

kuesioner yang digunakan, dan yang tampak dalam bentuk skor total

(26)

2. Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII

dan VIII SMP Saverius 1 Sragen yang berusia 12-14 tahun, tahun

ajaran 2016/2017.

3. SMP Saverius 1 Sragen adalah sekolah swasta Katolik yang bernaung

di bawah Yayasan Saverius wilayah Sragen. SMP Saverius 1 Sragen

dikelola oleh Yayasan Saverius dan Gereja Katolik Santa Perawan

Maria Di Fatima Sragen.

4. Bimbingan klasikal adalah suatu proses bantuan yang diberikan oleh

konselor atau guru BK kepada kelompok siswa yang ada dalam satuan

kelas agar mereka berkembang seutuhnya dan seoptimal mungkin

5. Usulan topik-topik bimbingan klasikal adalah serangkaian topik

peningkatan konsep diri yang peneliti usulkan untuk diberikan di kelas

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini disajikan hasil tinjauan pustaka mengenai beberapa hal yang

dapat memperjelas topik penelitian, yaitu perkembangan remaja, pengembangan

kepribadian, konsep diri, yang meliputi: arti konsep diri, penggolongan konsep

diri; faktor-faktor konsep diri; perkembangan konsep diri; usaha-usaha untuk

mengembangkan konsep diri, dan tinjauan penelitian lain yang relevan.

A. Perkembangan Remaja

1. Pengertian Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin

“adolescere” (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang

berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa

(Hurlock, 2002: 206). Santrock (2007:20) menganggap masa remaja

sebagai periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang

melibatkan berbagai perubahan seperti perubahan biologis, kognitif, dan

sosio-emosional.

Piaget (Hurlock, 2002) menyatakan bahwa masa remaja adalah

usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Di usia ini

anak merasa tidak lagi di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua

melainkan berada pada tingkat yang sama, sekurang-kurangnya dalam

masalah hak. Masa remaja meliputi masa remaja awal (12-15 tahun), masa

(28)

Masa remaja awal bisa disebut sebagai masa negatif. Kurangnya

kemampuan untuk mengendalikan diri menyebabkan remaja sulit mengerti

dan dimengerti oleh orang dewasa. Hal ini membuat remaja cenderung

menarik diri dari lingkungannya atau masyarakat. Masa remaja tengah

adalah masa di mana remaja sangat membutuhkan teman-teman. Remaja

mulai mencari teman yang dapat memahaminya namun lebih menyukai

teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Masa

remaja akhir merupakan masa penemuan identitas diri dan perubahan

pandangan yang lebih realistis.

2. Ciri-ciri Masa Remaja

Hurlock (2002) menjelaskan ciri-ciri masa remaja adalah sebagai berikut:

a. Masa remaja sebagai periode penting

Pada periode ini remaja mengalami berbagai perkembangan

seperti perkembangan fisik dan perkembangan emosi. Jika remaja mampu

menerima segala perubahan fisik yang dialami dengan baik dan mampu

mengelola emosinya dengan baik, maka remaja yang bersangkutan akan

mempunyai konsep diri yang positif. Sebaliknya, jika remaja cenderung

tidak menerima perubahan fisik dan tidak mampu mengendalikan

(29)

b. Masa remaja sebagai masa peralihan

Pada masa peralihan status remaja bukan lagi sebagai

anak-anak, namun belum saatnya juga disebut sebagai orang dewasa.

Peralihan merupakan perpindahan dari satu tahap perkembangan ke

tahap perkembangan berikutnya. Pada masa ini remaja mencoba-coba

hal baru dan berusaha menentukan perilaku, nilai, dan sifat yang paling

sesuai untuknya.

c. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Pada periode ini remaja menganggap dirinya sudah mampu

dan tidak mau meminta bantuan pada orang tua, bahkan

kadang-kadang merasa mandiri dan menolak bantuan orang dewasa. Tidak

jarang antara remaja dan orang tua terjadi perbedaan pendapat,

sehingga seringkali masalah muncul.

Pada masa ini remaja cenderung egois dan tidak mau diatur

oleh orang lain. Remaja menganggap apa yang diputuskannya adalah

paling benar. Jika remaja selalu mengikuti keinginan dirinya tanpa

mempertimbangkan pendapat dari orang lain, remaja cenderung

memiliki konsep diri yang negatif. Tetapi jika remaja mau menerima

dan meminta pendapat dari orang lain, selalu berfikir ulang untuk

setiap hal yang diambil, menimbang segala konsekuensi dari

(30)

d. Masa remaja sebagai periode mencari identitas

Pada periode ini remaja mulai mencari identitas diri dengan

berusaha mencari dan menemukan figur yang dapat dijadikan idolanya.

Mereka mulai mendambakan diri yang sesuai dengan dirinya, yakni

identitas dirinya sendiri. Jika remaja menyadari segala kelebihannya,

minat dan bakatnya serta mampu mengembangkannya secara

maksimal, maka konsep dirinya akan positif.

e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan

Dalam kehidupan di masyarakat orang dewasa seringkali

berkembang pandangan yang cenderung negatif terhadap remaja.

Remaja sering takut tidak mampu mengatasi masalah-masalahnya dan

ini dapat berpengaruh pada kosep dirinya. Jika remaja mampu

mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya, konsep dirinya akan

positif.

f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Pada periode ini remaja sering melihat sesuatu menurut

keinginannya dan bukan seperti apa adanya. Remaja kurang mampu

bersikap rasional dan kurang objektif terhadap dirinya dan

lingkungan. Hal ini sering menyebabkan remaja mengalami kegagalan

dan kekecewaan yang dapat mempengaruhi konsep dirinya secara

(31)

g. Masa remaja sebagai ambang masa depan

Remaja yang mampu membawa diri secara positif, tidak

terpengaruh oleh pergaulan yang negatif, maka konsep diri akan

positif. Tetapi jika remaja cenderung terpengaruh untuk melakukan

hal-hal yang buruk, maka konsep dirinya dapat terpengaruh menjadi

negatif.

B.Perkembangan Kepribadian

Hurlock (2002) menyatakan bahwa teman-teman sebaya turut

mempengaruhi pola kepribadian remaja; kreativitas dalam bermain dan dalam

melaksanakan tugas-tugas akademis dapat mengembangkan perasaan

individualitas dan identitas yang memberikan pengaruh positif pada konsep

dirinya. Jika cita-cita remaja realistik sesuai kemampuannya maka dia akan

lebih banyak mengalami keberhasilan. Ini menimbulkan kepercayaan diri dan

kepuasaan diri yang lebih besar untuk konsep dirinya menjadi positif.

Pada awal masa remaja, anak laki-laki dan perempuan sudah

menyadari sifat-sifat yang baik dan yang buruk, dan mereka menilai sifat-sifat

ini sesuai dengan sifat teman-teman mereka. Banyak remaja menggunakan

standar kelompok sebagai dasar konsep mereka mengenai kepribadian “ideal”

sebagaimana mereka menilai kepribadiannya sendiri.

Pengembangan kepribadian merupakan tugas yang sulit. Pola

kepribadian sudah dibentuk mulai masa kanak-kanak. Konsep diri akan terus

(32)

C. Konsep Diri

1. Arti Konsep Diri

Konsep diri adalah pandangan atau gambaran diri seorang individu

secara menyeluruh dan sikap seseorang mengenai dirinya sendiri. Konsep

diri ini merupakan gabungan dari keyakinan orang tentang dirinya sendiri

meliputi: karakteristik fisik, psikologis, sosial dan emosional, aspirasi dan

prestasi, motivasi diri, kekuatan-kekuatan, dan kelemahaan yang ada pada

dirinya sendiri. Konsep diri ini adalah inti dari kepribadian individu.

Menurut Hurlock (2002:58), konsep diri merupakan gambaran orang

tentang dirinya. Menurut Burns (1993:70) dalam konsep diri ada elemen

deskriptif dan elemen evaluasi/penilaian. Burns merumuskannya sebagai

berikut:

(33)

2. Penggolongan konsep diri

Konsep diri dapat digolongkan menjadi dua yaitu konsep diri

yang tinggi atau positif dan konsep diri rendah atau negatif.

a. Konsep diri tinggi

Konsep diri yang tinggi sinonim dengan konsep diri yang

positif. Burns (1993:72) menyatakan bahwa konsep diri yang tinggi

ialah keyakinan, pandangan, gambaran, dan penilaian tentang diri yang

baik dan menyenangkan. Konsep diri yang tinggi menunjukkan adanya

gambaran diri yang positif, harga diri yang tinggi, evaluasi diri yang

positif, penghargaan diri yang positif, dan penerimaan diri yang positif.

b. Konsep diri rendah

Remaja dengan konsep diri yang rendah atau negatif biasanya

berfikir tentang diri sendiri terutama dari segi negatif, dan sulit

menentukan hal-hal yang pantas dihargai dalam dirinya. Hal ini terjadi

antara lain karena pengaruh dari luar dirinya seperti orang tua, teman

sebaya, guru, dan lingkungan sekitar. Jika orang tua, guru, dan teman

sebaya cenderung merendahkan, meremehkan, dan mempermalukan,

maka sikap remaja terhadap dirinya akan negatif. Remaja dengan

konsep diri rendah atau negatif biasanya akan bersifat pasif dan tidak

(34)

3. Perkembangan Konsep Diri dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

Perkembangan konsep diri pertama kali diawali sejak masa

kanak-kanak. Konsep diri seseorang berkembang melalui interaksi dengan keluarga,

orang tua, dan lingkungan sekitarnya. Saat individu masuk ke jenjang

pendidikan, dia berinteraksi dengan teman, guru, dan lingkungan di sekolah.

Kualitas interaksi yang dialami turut berpengaruh besar terhadap

perkembangan konsep diri seseorang.

Perkembangan konsep diri pada masa kanak-kanak akan membentuk

kepribadian remaja. Konsep diri remaja cenderung berubah-ubah sesuai

dengan pengalaman-pengalaman yang diperolehnya. Tetapi secara

perlahan-lahan akan menjadi lebih stabil (Hurlock, 2002: 245).

Burns (1993: 206-209) mengatakan bahwa konsep diri siswa

berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Kualitas konsep diri

yang dibangun oleh siswa ditentukan oleh cara perlakuan yang diterimanya

dari orang lain seperti orang tua, sanak saudara, teman sebaya, dan guru.

Apabila pengalaman siswa diperlakukan secara baik, maka konsep dirinya

akan positif. Sebaliknya, apabila sering memperoleh pengalaman-pengalaman

yang negatif, maka siswa akan memiliki konsep diri yang negatif.

Konsep diri dapat terus berkembang. Ada berbagai faktor yang dapat

(35)

a. Usia Kematangan

Remaja yang pada usia tertentu matang lebih awal akan lebih

mampu menjalankan peran sebagai orang dewasa dengan baik dan dapat

mengembangkan konsep diri secara positif. Sedangkan remaja yang

terlambat dalam perkembangannya dan masih diperlakukan seperti

anak-anak akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan

lingkungannya. Remaja akan cenderung menarik diri dari lingkungannya

yang bersangkutan, sehingga konsep dirinya pun dapat menjadi negatif.

b. Penampilan diri

Pada masa remaja penampilan diri merupakan hal yang sangat

penting. Penampilan diri yang berbeda dapat membuat remaja merasa

rendah diri meskipun ada perbedaan yang menambah daya tarik

masing-masing remaja.

Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja antara lain

perubahan dalam tinggi badan dan perubahan berat badan. Dalam hal

perubahan tinggi badan anak laki-laki mengalami penambahan

pertumbuhan selama 2 tahun lebih cepat pada masa kanak-kanak

dibanding anak perempuan. Karena itu anak perempuan kelihatan lebih

pendek dibanding dengan anak laki-laki. Pada masa remaja berat badan

juga akan mengalami perubahan yang cukup signifikan, baik berkurang

ataupun bertambahnya berat badan. Peningkatan berat badan dapat terjadi

(36)

Remaja juga mengalami perubahan seksual. Perubahan ini

ditandai dengan perubahan seks primer dan sekunder. Ciri-ciri kelamin

primer laki-laki antara lain mimpi basah, sedangkan ciri-ciri kelamin

primer pada perempuan antara lain menstruasi. Ciri-ciri kelamin sekunder

laki-laki antara lain tumbuhnya kumis, janggut, jakun, suara berat,tumbuh

bulu halus pada tubuh, sedangkan ciri-ciri kelamin sekunder perempuan

antara lain pinggul membesar, bahu melebar dan tumbuh bulu di ketiak.

Daya tarik fisik yang positif akan menimbulkan penilaian yang

menyenangkan yang akan menambah dukungan sosial dan kepercayaan

diri, sehingga akan terbentuk konsep diri yang positif. Sedangkan jika

seorang individu merasa tidak menarik secara fisik, dia dapat menarik diri

dari lingkungannya, dan konsep dirinya pun dapat terpengaruh secara

positif.

c. Kepatutan Seks

Kepatutan seks menunjuk pada cara pandang remaja mengenai

seksualitasya sejalan dengan jenis informasi mengenai seks yang

diterimanya. Cara pandang remaja mengenai kehidupan seks dapat

diperoleh melalui media massa dan pendidikan seks dari orang tua.

Media massa seperti surat kabar, televisi, dan media lainnya

memiliki peran dalam memberikan informasi mengenai kehidupan seks.

Peran orang tua sangat penting dalam memberikan pendidikan seks secara

dini. Orang tua memberikan pemahaman mengenai kehidupan seks agar

(37)

menghindari dampak negatif dari kehidupan seksualitas. Jika individu

memperoleh informasi yang tepat mengenai kehidupan seks, individu

akan terbantu untuk mengembangkan konsep diri yang positif.

d. Nama dan nama julukan

Remaja terlalu peka dan malu bila teman-teman sekelompok

menilai namanya buruk atau bila mereka memberikan nama julukan yang

bernada cemooh. Kuatnya perasaan remaja terhadap namanya dipengaruhi

dua faktor yaitu seringnya nama digunakan dan kuatnya perasaan kurang

senang dengan namanya.

Semakin sering nama yang tidak disukai digunakan oleh orang

lain semakin nama itu dapat berpengaruh negatif terhadap dirinya.

Semakin kuat menyukai nama yang digunakan dalam interaksi sosialnya,

semakin kuat pengaruhnya terhadap konsep diri. Sebaliknya jika remaja

memiliki perasaan kurang senang terhadap namanya sendiri, maka remaja

dapat merasa minder atau khawatir jika dicemooh temannya konsep

dirinya pun dapat terpengaruh secara negatif.

e. Hubungan keluarga

Hubungan keluarga yang baik dipengaruhi oleh perlakuan

positif dari orang tua terhadap anak, misalnya adil dalam memberikan

perhatian dan kasih sayang. Perlakuan positif dari orang tua akan

berpengaruh pada hubungan anggota keluarga yang lain. Hal ini akan

(38)

Ukuran keluarga juga menentukan kualitas hubungan antara

anggota keluarga. Kalau suatu keluarga mempunyai jumlah anggota yang

banyak misalnya, perhatian akan terbagi dan komunikasi dapat berkurang,

sehingga remaja yang bersangkutan akan kurang mendapat kasih sayang

dan perhatian secara maksimal. Keharmonisan keluarga akan terbangun

apabila pola komunikasi di rumah baik. Remaja yang tinggal dalam

keluarga yang selalu mengutamakan komunikasi antar anggota keluarga

yang baik akan memperoleh pengaruh positif terhadap perkembangan

konsep dirinya.

f. Teman-teman sebaya

Teman-teman sebaya memberikan pengaruh pada konsep diri

remaja. Konsep diri merupakan cermin dan anggapan tentang konsep

teman-teman mengenai dirinya dan digunakan untuk mengembangkan

ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok. Teman sebaya akan

mempengaruhi pola perilaku individu dalam kehidupan sehari-hari.

Jika remaja mempunyai teman sebaya yang berpikir rasioanal dan

positif, berperilaku poitif, dan bersikap membesarkan hati, maka remaja

(39)

g. Kreativitas

Kreativitas adalah kemampuan orang untuk mencipta yang

ditandai dengan orisinilitas dalam berekspresi. Kreativitas merupakan

kemampuan untuk meenciptakan sesuatu yang baru.

Kreativitas seseorang dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan

orang tua, waktu luang dan tersedianya fasilitas. Remaja yang sejak

kanak-kanak kreatif dapat mengembangkan konsep diri yang positif.

Semakin remaja kreatif, semakin dia berprestasi, dan prestasinya akan

dihargai dan diterima oleh orang lain, sehingga konsep dirinya pun

menjadi positif.

h. Cita-cita

Menurut Hurlock (2002), cita-cita merupakan keinginan untuk

meraih sesuatu yang lebih tinggi dari keadaan sekarang. Bila remaja

mempunyai cita-cita yang tidak realistik dan mengalami kegagalan, maka

akan timbul perasaan tidak mampu dan timbul konsep diri negatif.

Berbeda dengan remaja yang realistik dalam cita-citanya, besar

kemungkinan dia berhasil dan jika berhasil konsep dirinya akan positif.

Jika remaja mempunyai cita-cita yang realistik dan sesuai dengan minat

dan bakat, dia akan cenderung berhasil dan ini akan berpengaruh positif

terhadap konsep dirinya.

Kedelapan faktor tersebut yang peneliti jadikan dasar menyusun kisi-kisi

(40)

pandangan, keyakinan, dan pikiran diri responden terhadap dirinya dalam

masing-masing faktor tersebut.

4. Usaha-usaha untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

Menurut Sinurat (1991) ada berbagai usaha yang dapat dilakukan oleh

para pendidik khususnya konselor sekolah untuk mengembangkan konsep diri

siswa yaitu:

a. Menjadi konselor sekolah yang memiliki konsep diri yang positif,

sehingga dapat membantu siswa mengembangkan konsep diri positif

atau menjadi orang yang memiliki konsep diri positif.

b. Menjadi konselor sekolah yang bersikap membesarkan hati siswa

(becoming a reinforcing person).

c. Membantu siswa agar sadar akan segi-segi positifnya.

d. Membantu siswa memenuhi kebutuhannya.

e. Melakukan kegiatan atau latihan untuk mengembangkan konsep diri

siswa.

D. Bimbingan Klasikal untuk Meningkatkan Konsep Diri

1. Pengertian Bimbingan

Bimbingan diartikan sebagai pemberian bantuan kepada individu agar

individu yang bersangkutan semakin memahami dirinya, mengaktualisasikan

potensinya dan mencapai perkembangan yang optimal. Kegiatan bimbingan di

sekolah memusatkan pelayanannya pada peserta didik sebagai individu yang

harus mengambangkan kepribadiannya. Siswa SMP sebagai remaja awal

(41)

Siswa SMP merupakan individu yang sedang tumbuh dan berkembang

menjadi semakin dewasa. Sekolah sebagai institusi pendidikan perlu

membantu siswa dalam mengembangkan konsep dirinya, antara lain melalui

kegiatan bimbingan klasikal.

2. Pengertian Bimbingan Klasikal

Program bimbingan adalah suatu rangkaian topik yang direncanakan

menjadi bahan bimbingan selama periode tertentu. Suatu program yang

disusun berdasarkan kebutuhan para siswa, akan menjadi pegangan dalam

pelaksanaan bimbingan.

Menurut Winkel & Sri Hastuti (2012) bimbingan klasikal merupakan

sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang

diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan bagi

dirinya sendiri. Pelayanan bimbingan klasikal dilaksanakan dengan

mengadakan sejumlah kegiatan bimbingan. Kegiatan-kegiatan dilaksanakan

sejalan dengan program yang telah direncanakan dan disepakati bersama oleh

pihak-pihak terkait.

Bimbingan klasikal adalah suatu bimbingan yang diberikan kepada

kelompok siswa yang tergabung dalam satu satuan kelas di tingkat tertentu

pada suatu jenjang pendidikan, pada waktu yang ditetapkan dalam jadwal

bimbingan (Winkel dan Sri Hastuti, 2012: 545). Tujuan pelayanan bimbingan

klasikal, yaitu supaya siswa yang dilayani mampu mengatur kehidupan

sendiri, memiliki pandangannya sendiri dan tidak tergantung pada pendapat

(42)

3. Bimbingan Klasikal untuk Pengembangan Konsep Diri

Peran bimbingan klasikal dalam mengembangkan konsep diri siswa

sangatlah diperlukan. Program bimbingan klasikal yang disusun untuk

mengembangkan konsep diri, dapat digunakan para guru untuk membantu

siswa mengenali segi-segi positif yang ada dalam dirinya. Ada berbagai

kegiatan yang dapat dilakukan untuk membantu siswa mengembangkan

konsep dirinya. Fokusnya adalah membantu siswa menyadari hal-hal yang

positif dalam dirinya.

E.Tinjauan Penelitian Lain yang Relevan

Puspita Sari (2013) mengadakan penelitian tentang konsep diri siswa kelas

VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan

implikasinya pada usulan program bimbingan klasikal untuk pengembangan

konsep diri. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei.

Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Subjek penelitian adalah siswa-siswi

kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang

berjumlah 45 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mengungkap

konsep diri siswa-siswi. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner

langsung tertutup.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: Tidak ada siswa (0%) yang

memiliki konsep diri yang sangat positif, tidak ada siswa (0%) yang memiliki

konsep diri yang positif, ada 12 siswa (26,7%) yang memiliki konsep diri yang

cukup positif, ada 29 siswa (64,4%) yang memiliki konsep diri yang kurang

(43)

hasil penelitian ini, kesimpulannya bahwa konsep diri sebagian besar siswa kelas

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan metode

penelitian, yaitu jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian,

definisi operasional variabel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data,

validitas dan reliabilitas intrumen, serta teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif karena peneliti ingin

memperoleh gambaran tentang tingkat konsep diri siswa kelas VII dan VIII

SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017 dan implikasinya terhadap

usulan program bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan konsep

diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Saverius 1 Sragen. Jalan Veteran No.

13, Mageru, Kecamatan Sragen, Kab. Sragen antara bulan Januari sampai

dengan bulan Mei Akhir. Pengumpulan data dilaksanakan pada hari Rabu, 26

April 2017 pukul 07.00 WIB.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII dan VIII SMP

Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017, dengan jumlah 50 siswa. Kelas VII

berjumlah 23 siswa dan kelas VIII 27 siswa. Semua subjek terpilih

(45)

penelitian populasi. Peneliti memilih SMP Saverius 1 Sragen dengan alasan:

1) peneliti adalah lulusan sekolah tersebut dan mendapatkan kesan bahwa

siswa memiliki konsep diri negatif, 2) peneliti mendapat dukungan dari

sekolah untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut, 3) hasil penelitian

akan peneliti tindak lanjuti dengan bekerja sama dengan guru BK. Sedangkan

alasan peneliti memilih kelas VII dan VIII sebagai responden penelitian

adalah: siswa-siswa umumnya berasal dari keluarga yang status sosial

ekonominya rendah, hal ini kiranya berpengaruh terhadap perkembangan

konsep diri siswa, peneliti ingin mengetahui kenyataan yang sesungguhnya.

D. Instrumen Penelitian

Peneliti menggunakan skala penilaian skala konsep diri sebagai alat

pengumpul data. Instrumen pengumpul data yang digunakan dalam penelitian

ini diambil dari kuesioner yang disusun oleh Puspita Sari (2013), yaitu skala

penilaian konsep diri dengan jumlah item sebanyak 60. Instrumen ini

kemudian dimodifikasi oleh peneliti untuk kepentingan penelitian ini.

Beberapa butir kuesioner peneliti perbaiki bersama dengan dosen

pembimbing.

1. Jenis Instrumen

Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul

data. Kuesioner terbagi atas dua bagian. Bagian pertama berisi kata

pengantar dan petunjuk pengisian. Bagian kedua berisi

pernyataan-pernyataan yang mengungkap konsep diri SMP Saverius 1 Sragen tahun

(46)

pernyataan-pernyataan yang disertai alternatif jawaban sehingga siswa

tinggal memilih alternatif jawaban yang sesuai dengan pengalaman

masing-masing individu (Arikunto, 2002: 129).

2. Kisi-kisi kuesioner dan Penentuan Skor

Berikut ini dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan instrumen penelitian:

a. Kisi-kisi kuesioner

Kuesioner ini memuat 60 butir item pernyataan; terdapat item

pernyataan positif dan item pernyataan negatif. Item yang positif

mengukap konsep diri yang positif sedangkan item yang negatif

mengungkap konsep diri negatif. Dalam kuesioner ini disediakan empat

alternatif jawaban yaitu : Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai

(TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Kisi-kisi kuesioner disajikan

(47)

Tabel 3. 1 Skala Penilaian Uji Coba Tingkat Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017

No Unsur-unsur

(48)

b. Penentuan Skor

Skor untuk pernyataan positif adalah sebagai berikut: untuk alternatif

jawaban sangat sesuai adalah 4, untuk alternatif jawaban sesuai adalah 3,

untuk alternatif jawaban tidak sesuai adalah 2, untuk alternatif jawaban

sangat tidak sesuai adalah 1. Untuk pernyataan negatif skor untuk

masing-masing alternatif adalah kebalikan dari skor untuk alternatif yang positif.

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Kuesioner ini diuji coba hari Senin tanggal 20 Maret 2017 pada

siswa/siswi kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran

2016/2017. Kuesioner yang terkumpul berjumlah 30. Pengambilan kelas

untuk uji coba kuesioner dilakukan sesuai dengan jam bimbingan klasikal.

Kuesioner ini diuji coba dengan maksud membuat kuesioner valid dan

reliabel.

1. Validitas

Validitas instrumen menunjukkan kemampuan instrumen untuk

mengukur apa yang harus diukur. Validitas yang digunakan adalah

validitas isi. Rancangan kuesioer yang dibuat peneliti dikonsultasikan

kepada dosen pembimbing agar dikoreksi isi dan rumusannya.

Instrumen penelitian diujicobakan pada siswa kelas VII dan VII

SMP Saverius 1 Sragen. Uji coba dilaksanakan pada hari Jumat, 20

Maret 2017 pada pukul 08.00-10.00 WIB.

Setelah melaksanakan uji coba peneliti melaksanakan pengolahan

data dengan menyeleksi item-item yang tidak valid. Proses

(49)

dengan memakai rumus dari Pearson yaitu teknik korelasi

Product-Moment, dalam alat ukur ini setiap item diberikan skor (Azwar, 2009:19).

Rumus koefisien korelasi Product-Moment:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ] ∑ ∑ ]

Keterangan:

i = Skor item

X = Skor skala

n = Banyaknya subjek

= Koefisien korelasi item total

Peneliti menganalisis hasil uji coba dengan menggunakan program SPSS (Statistic

Package for Social Science) versi 22. Azwar (2007) mengatakan bahwa kriteria

validitas adalah 0,25. Jika koefisien korelasinya ≥ 0,25, maka item yang

bersangkutan dinyatakan valid. Sedangkan, jika koefisien korelasinya ≤ 0,25,

maka item yang bersangkutan dinyatakan tidak valid. Semua item mencapai

koefisien korelasi minimal 0,30 pada uji coba validitas. Selanjutnya, untuk uji

validitas penelitian beberapa item memiliki harga atau kurang dari 0,30. Jumlah

item penelitan yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang

diinginkan, maka dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria 0,30

menjadi 0,25. Berdasarkan hasil perhitungan statistik dari 60 item yang diuji

cobakan, diperoleh 59 item yang valid dan 1 item yang tidak valid. Peneliti

selanjutnya berkonsultasi kepada dosen pembimbing mengenai item-item yang

(50)

60, dipertahankan atas dasar pertimbangan dosen pembimbing. Hasil analisis

(51)

Berikut Kisi-kisi kuesioner tingkat konsep diri siswa final:

Tabel 3. 2 Kisi-kisi Skala Penilaian Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 (FINAL)

No Unsur-unsur

(52)

2. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat ukur adalah taraf kemampuan instrumen

mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten. Kalau sebuah instrumen

dipakai dua kali misalnya untuk mengukur hal yang sama dan hasil

pengukuran yang diperoleh konsisten, maka instrumen yang bersangkutan

reliabel.

Untuk mengukur taraf reliabilitas instrumen penelitian ini peneliti

menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach, dengan rumus koefisien

reliabilitas sebagai berikut:

]

Keterangan rumus :

dan = varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2

= varians skor skala

Koefisien reliabilitas berada dalam rentang angka 0 sampai

dengan 1,00. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati 1,00

menandakan semakin reliabelnya instrumen yang digunakan. Untuk

memperoleh hasil perhitungan koefisien reliabilitas yang akurat,

peneliti menggunakan komputer program SPSS for windows yang

menghasilkan angka

r

XX= 0,849. Dengan hasil yang demikian alat

ukur yang digunakan termasuk reliabel. Hasil perhitungan taraf

(53)

Tabel 3. 3 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items .845 .849 60

Tabel 3. 4 Indeks Korelasi Reliabilitas Kriteria Guilford

Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,91-1,00 Sangat Tinggi

0,71-0,90 Tinggi

0,41-0,70 Cukup

0,21-0,40 Rendah

Negatif-0,20 Sangat Rendah

Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa

reliabilitas alat penelitian ini termasuk tinggi (0,71-0,90). Kesimpulan

tersebut sesuai dengan kriteria yang dikemukakan oleh Guilford

(Masidjo, 1995: 209) seperti yang disajikan pada tabel 3.4. Dapat

disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas kuesioner tinggi, yang

(54)

F. Teknik Analisis Data

1. Tahap persiapan pengumpulan data penelitian

Dalam tahap persiapan ini, peneliti melakukan berbagai usaha yaitu;

a. Meminta surat pengantar untuk melaksanakan penelitian di SMP

Saverius 1 Sragen dari prodi Bimbingan dan Konseling Universitas

Sanata Dharma.

b. Menghubungi tenaga bimbingan dan konseling SMP Saverius 1

Sragen untuk meminta izin mengadakan penelitian di sekolah yang

bersangkutan.

c. Mempersiapkan kuesioner sebagai alat pengumpul data penelitian.

d. Menentukan hari dan tanggal yang telah disepakati oleh tenaga

bimbingan dan konseling dan peneliti untuk mengambil data

penelitian.

2. Tahap pelaksanaan pengumpulan data

Pengumpulan data penelitian dilakukan pada seluruh siswa/i SMP

Saverius 1 Sragen tahun ajaran 2016/2017. Subjek penelitian sebanyak 50

siswa. Pengambilan data dilaksanakan hari Rabu tanggal 26 April 2017. Pada

tahap pelaksanaan peneliti datang ke sekolah SMP Saverius 1 Sragen sesuai

dengan waktu yang telah disepakati bersama. Dalam pengambilan data,

peneliti tetap mendampingi siswa di kelas, agar peneliti dapat menjelaskan

secara langsung jika ada siswa yang bertanya tentang item yang dianggap

kurang jelas. Suasana kelas ketika siswa mengisi kuesioner tersebut sangat

(55)

memberikan arahan dan petunjuk dan siswa tidak mengalami kesulitan dalam

mengisi kuesioner tersebut.

3. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti untuk menganalisis

data adalah sebagai berikut:

a. Peneliti memberikan skor pada masing-masing item di kuesioner

yang telah diisi oleh responden dengan mengacu pada skor dari

masing-masing alternatif jawaban Untuk pernyataan yang positif:

skor untuk jawaban Sangat Sesuai (SS) adalah 4, Sesuai (S) adalah 3,

Tidak Sesuai (TS) adalah 2, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) adalah 1.

Untuk pernyataan negatif: skor jawaban Sangat Sesuai (SS) adalah 1,

Sesuai (S) adalah 2, Tidak Sesuai (TS) adalah 3, dan Sangat Tidak

Sesuai (STS) adalah 4.

b. Setelah memberikan skor pada masing-masing item, peneliti

mentabulasikan seluruh data yang telah diperoleh dan

memasukannya ke dalam komputer dengan bantuan Microsoft Excel.

c. Membuat pengelompokan tingkat konsep diri subjek penelitian

dengan mengacu pada pedoman Azwar (2007:108) yang

mengelompokkan tingkat konsep diri siswa ke dalam lima kategori

yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

Adapun norma pengelompokan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.5.

d. Menentukan norma atau patokan yang akan digunakan dengan

(56)

dan mean teoritik. Untuk menggolongkan konsep diri siswa kelas

VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen digunakan perhitungan sebagai

berikut:

X maksimum teoritik : Skor tertinggi yang mungkin

diperoleh subjek penelitian dalam skala.

X minimum teoritik :Skor terendah yang mungkin diperoleh

subjek peneliti dalam skala.

α (standard deviasi) :Luas jarak rentang yang dibagi dalam 6 satuan deviasi standar.

µ (mean teoritik) :Rata-rata teoritis dari skor maksimum dan minimum.

Skor Maksimum Teoritik : 240 Skor Minimum Teoritik : 60

Rata-rata teoritik ( ) : = 150

: = 30

Pengelompokan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1

(57)

Tabel 3 .5 Pengelompokan Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017

No Norma Interval Kategori

1 195-240 Sangat Tinggi

2

165-194 Tinggi

3

135-164 Sedang

4

105-134 Rendah

5 60-104 Sangat Rendah

e. Langkah selanjutnya setelah selesai mengelompokkan tingkat

konsep diri siswa, peneliti juga mengelompokkan skor item yang

diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh subjek. Langkah ini

ditempuh untuk mengetahui item mana saja yang sudah

menunjukkan konsep diri yang positif dan item mana saja yang

menunjukkan konsep diri yang kurang positif

f. Pengelompokan skor item yang sangat rendah, rendah, sedang,

tinggi, dan sangat tinggi. Adapun perhitungannya dapat dilihat

sebagai berikut:

Xitem maksimum teoritik :Skor tertinggi yang mungkin dicapai item skala.

(58)

Sb (standar deviasi) :Luas jarak rentang yang dibagi dalam 6 satuan deviasi standar.

µ (item teoritik) :Rata-rata teoritis dari skor item

maksimum teoritik dan minimum

teoritik. Skor Maksimum Teoritik : 200 Skor Minimum Teoritik : 50

Rata-rata teoritik ( ) : = 125

: = 25

Setelah melihat perhitungan di atas pengelompokan skor item dapat dilihat

pada tabel 3.6.

Tabel 3 .6 Pengelompokan Skor Item Konsep Diri Siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017

No Norma Interval Kategori

1 162,5 - 200 Sangat Tinggi

2 137,5 - 162,4 Tinggi

3 112,5 - 137,4 Sedang

4 87,5 - 112,4 Rendah

5 50 - 87,4 Sangat Rendah

g. Setelah mengetahui hasil perhitungan seperti Tabel 3.6, langkah

yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah memasukan item-item

dalam kelompok-kelompok sesuai dengan hasil pemberian skor

(59)

kemudian dapat diketahui item-item mana saja yang menunjukkan

konsep diri tinggi dan item-item yang menunjukkan konsep diri

rendah.

h. Setelah mengetahui hasil skor item konsep diri, maka item-item

yang menunjukkan konsep diri yang rendah atau kurang positif

(sedang, rendah, sangat rendah) akan dibahas dan dibuat usulan

(60)
(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian

tingkat konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun ajaran

2016/2017.

A. Hasil Penelitian

1. Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017

Deskripsi tingkat konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius

1 Sragen tahun ajaran 2016/2017 secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel

4.1:

Tabel 4. 1 Penggolongan Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017

Kategori Interval Frekuensi Persentase

Sangat Tinggi 195-240 9 18 %

Tinggi 165-194 34 68 %

Sedang 135-164 7 14 %

Rendah 105-134 0 0 %

Sangat rendah 60-104 0 0 %

Jumlah 50 100 %

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 9 (18%)

(62)

responden memiliki konsep diri yang tinggi, sebanyak 7 (14%) responden

memiliki konsep diri yang sedang, dan 0 % untuk responden memiliki

konsep diri yang rendah dan konsep diri yang sangat rendah. Jumlah

keseluruhan responden adalah 50 responden. Dapat disimpulkan bahwa

konsep diri dari sebagian besar siswa termasuk tinggi.

2. Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal yang Sesuai untuk

Meningkatkan Konsep Diri Siswa

Agar topik-topik bimbingan klasikal yang diusulkan untuk menjadi

bahan bimbingan untuk meningkatkan konsep diri siswa sesuai atau

relevan, maka perlulah diketahui masalah atau kebutuhan siswa. Masalah

dalam hal konsep diri ini diketahui dengan melihat item-item kuesioner

yang skornya rendah atau kurang. Penggolongan item-item kuesioner

tingkat konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen tahun

ajaran 2016/2017 berdasarakan besarnya atau tingginya skor dapat dilihat

(63)

Tabel 4 .2 Penggologan Item Kuesioner Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 Berdasarkan

Besarnya Skor

Kategori Interval Frekuensi Persentase

Sangat Tinggi 162,5 - 200 17 28,33 %

Tinggi 137,5 - 162,4 29 48,33 %

Sedang 112,5 - 137,4 13 21,67 %

Rendah 87,5 - 112,4 1 1,67 %

Sangat Rendah 50 - 87,4 0 0 %

Jumlah 60 100 %

Dari Tabel 4.2 tampak bahwa jumlah item yang skornya “sangat

tinggi” ada 17 yaitu nomer 1, 8, 11, 15, 17, 20, 23, 27, 32, 33, 35, 36, 52,

54, 55, 56, dan 60. Jumlah item yang skornya “tinggi” ada 29 yaitu nomer

4, 6, 7, 14, 16, 18, 19, 22, 25, 26, 30, 31, 34, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45,

46, 47, 49, 50, 51, 53, 57, dan 58. Jumlah item yang skornya “sedang” ada

13 yaitu nomer 2, 3, 9, 10, 12, 13, 21, 24, 2, 29, 39, 48, dan 59. Item yang

skornya “rendah” ada 1, yaitu nomer 5. Tidak ada item yang skornya

“sangat rendah”. Item-item kuesioner yang skornya sedang dan rendah

dapat dilihat pada Tabel 4.3. Item-item inilah yang dijadikan dasar usulan

topik-topik bimbingan klasikal untuk meningkatkan konsep diri siswa

(64)

Tabel 4 .3 Item yang Memiliki Skor Sedang dan Rendah

Aspek Indikator Nomor Item dan Pernyataan

Usia

kematangan

Pembawaan 5.Saya sadar bahwa saya mudah

marah (item ini saja yang skornya rendah).

29.Bentuk rambut saya tidak sesuai dengan keinginan saya.

59.Saya sadar bahwa saya pintar di antara teman-teman.

Kepatutan Seksual

Pendidikan Seks dari orang tua

9.Saya malu untuk bertanya tentang seksualitas kepada orang tua saya. 13.Saya cukup mampu memahami seksualitas karena orang tua

memberikan pendidikan seks kepada saya.

Teman sebaya

Mampu mengontrol tingkah laku sosial

2.Saya mengalami kesulitan untuk menolak ajakan teman.

Mengembangkan keterampilan yang sesuai dengan usianya

3.Saya merasa kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang perlu bagi saya.

Saling bertukar masalah 12.Saya kurang terbuka untuk bercerita tentang masalah saya kepada orang lain.

Hubungan Keluarga

Peran dalam keluarga 21.Saya merasa kurang dilibatkan dalam urusan keluarga saya.

Kreativitas Usia 39.Saya belum mengembangkan

bakat saya dengan baik Penggunaan waktu

luang

48.Saya mengalami kesulitan dalam membagi waktu untuk belajar dan waktu untuk bermain.

Tersedianya fasilitas 28. Saya sadar bahwa saya kurang kreatif, karena fasilitas yang saya butuhkan kurang.

Cita-cita Teman Sebaya 24.Saya khawatir bahwa saya tidak

Gambar

Tabel 3.3 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ...................................................
Tabel 3. 1 Skala Penilaian Uji Coba Tingkat Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017
Tabel 3. 2 Kisi-kisi Skala Penilaian Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Saverius 1 Sragen Tahun Ajaran 2016/2017 (FINAL)
Tabel 3. 4 Indeks Korelasi Reliabilitas Kriteria Guilford
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang harga diri siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 dan membuat usulan program bimbingan

Pengembangan Tema Layanan Bimbingan Pribadi untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.. Satuan Kegiatan

OPTIMALISASI KONSEP DIRI SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PERMAINAN (Penelitian Tindakan Bimbingan Pada siswa Kelas VIII A SMP Kanisius

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang harga diri siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 dan membuat usulan program bimbingan

Pertanyaan yang dijawab adalah: “Masalah -masalah apa saja yang dialami oleh siswa kelas VIII SMP Negeri I Sendawar tahun ajaran 2012/2013?” dan “Usulan topik bimbingan

usulan topik-topik bimbingan kelompok yang sesuai untuk mengembangkan aspek-aspek kecerdasan emosional para Siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Usulan

Menyatakan bahwa Skripsi yang saya buat dengan judul “Pengaruh Citra Tubuh Terhadap Penyesuaian Diri Siswa-Siswi Kelas VII-VIII SMP NU Syamsuddin Malang”, adalah

Berdasarkan kenyataan tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul,”Pengaruh bimbingan pribadi terhadap perkembangan konsep diri siswa kelas VII SMP N