Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BIMBINGAN PRIBADI UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI SISWA
(StudiDeskriptifTerhadapSiswaKelasVIII SMPNegeri 19 Bandung TahunAjaran 2012/2013)
SKRIPSI
DiajukanuntukMemenuhiSebagiandari SyaratMemperolehGelarSarjanaPendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Oleh
FAHMI DEWI ANGRAINI 0808363
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BIMBINGAN PRIBADI UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI SISWA
(Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)
Oleh
Fahmi Dewi Angraini 0808363
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Fahmi DewiAngraini2013 Universitas Pendidikan Indonesia
April 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
FAHMI DEWI ANGRAINI 0808363
BIMBINGAN PRIBADI UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI SISWA
(StudiDeskriptifTerhadapSiswaKelasVIII SMPNegeri 19 Bandung TahunAjaran 2012/2013)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Juntika Nurikhsan, M.Pd. NIP. 19660601 199103 1 005
Pembimbing II
H. NandangBudiman, S.Pd.,M.Si. NIP. 19710219 199802 1 001
Mengetahui
Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BIMBINGAN PRIBADI UNTUK MENINGKATKAN
PENERIMAAN DIRI SISWA
(StudiDeskriptifTerhadapSiswaKelasVIII SMPNegeri 19 Bandung
TahunAjaran 2012/2013)
ABSTRAK:
Penelitiandilatarbelakangiolehpentingnyapenerimaandiripadasetiapindividu,
terutamasiswa SMP.
Tujuanpenelitianadalahmemperolehgambaranumumpenerimaandirisiswadandihasilka
nnya program bimbinganpribadiuntukmeningkatkanpenerimaandirisiswa.
Penelitianmenggunakanpendekatankuantitatifdenganmetodedeskriptif.
Hasilpenelitianmenunjukkan: (1) gambaranumumpenerimaandirisiswaKelas VIII
secaraumumberadapadakategorisedang; (2) gambaran program
bimbingandankonselingpribadi di kelas VIII SMP Negeri 19 Bandung TahunAjaran
2012/2013; dan (3)
implikasiprofilpenerimaandiribagibimbingandankonselingdisusundalambentuk
program bimbinganpribadiuntukmeningkatkanpenerimaandirisiswakelas VIII SMP
Negeri 19 Bandung.
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
PERSONAL GUIDANCE AND COUNSELING PROGRAM FOR INCREASING SELF ACCEPTANCE OF STUDENTS
(Descriptive Study to 8th SMP Negeri 19 Bandung for the period 2012/2013)
ABSTRACT: The study was originated by the important of individual’s self acceptance especially the Junior High School students. The study purposed to get the general description of students’ self acceptance and to produce personal guidance program to improve students’ self acceptance. The study used quantitative with descriptive method. The results of the study are: (1) descriptions of students’ self acceptance of 8th generally was on medium category, (2) program descriptions of
personal guidance and counseling of 8th SMP Negeri 19 Bandung for the period
2012/2013; and (3) the implication of self acceptance profile for guidance and
counseling was arranged on personal guidance program to improve students’ self acceptance 8th of SMP Negeri 19 Bandung.
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
viii
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Metode Penelitian... 9
E. Manfaat Penelitian ... 9
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 10
BAB II KONSEP DASAR PNERIMAAN DIRI DAN BIMBINGAN PRIBADI ... 11
A. Konsep Penerimaan Diri ... 11
1. Definisi Penerimaan Diri... 11
2. Kondisi Yang Mendukung Penerimaan Diri ... 12
3. Taraf Penerimaan Diri ... 15
4. Proses Penerimaan Diri ... 15
5. Karakteristik Penerimaan diri ... 16
B. Karakteristik Siswa SMP ... 18
1. Masa Pubertas ... 18
2. Faktor Penyebab Pubertas ... 19
3. Perubahan Psikologis Pada Masa Pubertas ... 20
4. Ciri-Ciri Remaja ... 22
5. Tugas Perkembangan Remaja ... 26
C. Konsep Bimbingan Pribadi ... 27
1. Definisi Bimbingan Pribadi ... 27
2. Tujuan Bimbingan Pribadi ... 29
3. Fungsi Bimbingan ... 31
4. Prinsip Bimbingan ... 32
ix
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6. Program Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan
Diri Siswa ... 34
D. Penelitian Terdahulu ... 38
BAB III METODE PENELITIAN ... 40
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 40
B. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian ... 41
C. Definisi Operasional Variabel ... 43
D. Instrumen Penelitian... 45
E. Proses Pengembangan Instrumen ... 49
F. Teknik Analisis Data ... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59
A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 59
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 75
C. Rumusan Program Bimbingan Pribadi untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa ... 87
D. Keterbatasan Penelitian ... 101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 102
A. Kesimpulan ... 102
B. Saran ... 103
DAFTAR PUSTAKA
x
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
2.1 Perubahan Fisik Remaja……….. 20
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian……….. 41 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penerimaan Diri Sebelum Jugdement...……... 46 3.3 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling SMP Negeri 19 Bandung…..……… 48 3.4 Kisi-Kisi Pedoman Observasi Sarana dan Prasarana Bimbingan dan
Konseling……….……….. 48 3.5 Hasil Jugdement Instrumen Penerimaan Diri .………... 50 3.6 Kisi-Kisi Instrumen Penerimaan Diri Setelah Uji Kelayakan Instrumen.... 50 3.7 Hasil Validitas Instrumen Penerimaan Diri…..………... 53 3.8 Kriteria Keterandalan (Reabilitas) Instrumen…...……….. 54 3.9 Tingkat Reliabilitas Instrumen Penerimaan Diri..………... 54 3.10 Pola Skor Opsi Alternatif Respons Instrumen Penerimaan Diri ………… 55 3.11 Konversi Skor Mentah Menjadi Skor Matang Dengan Batas Lulus Ideal.. 56 3.12 Deskripsi Kategori Tingkat Penerimaan Diri Siswa…...……… 57 4.1 Gambaran Umum Penerimaan Diri Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19
Bandung Tahun Ajaran 2012/2013... ... 59 4.2 Interpretasi Skor Penerimaan Diri Siswa... 60 4.3 Rekapitulasi Kategorisasi Penerimaan Diri Siswa Pada Aspek
Pemahaman Diri ... 62 4.4 Rekapitulasi Kategorisasi Penerimaan Diri Siswa Pada Aspek Pandangan
Terhadap Diri... 62 4.5 Rekapitulasi Kategorisasi Penerimaan Diri Siswa Pada Aspek Konsep
Diri yang Stabil... 63 4.6 Rekapitulasi Kategorisasi Penerimaan Diri Siswa Pada Aspek Harapan
yang Realistis... 63 4.7 Rekapitulasi Kategorisasi Penerimaan Diri Siswa Pada Aspek Tidak
Ada Stress Emosional... 64 4.8 Rekapitulasi Kategorisasi Indikator Penerimaan Diri Pada Aspek
Pemahaman Diri... 65 4.9 Rekapitulasi Kategorisasi Indikator Penerimaan Diri Pada Aspek Aspek
Pandangan Terhadap Diri... 66 4.10 Rekapitulasi Kategorisasi Indikator Penerimaan Diri Pada Aspek Konsep
Diri yang Stabil... 67 4.11 Rekapitulasi Kategorisasi Indikator Penerimaan Diri Pada Aspek
Harapan yang Realistis... 68 4.12 Rekapitulasi Kategorisasi Indikator Penerimaan Diri Pada Aspek Tidak
Ada Stress Emosional... 69 4.13 Tingkat Persentase Ketercapaian Penerimaan Diri Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013... 70 4.14 Sarana dan Prasarana Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 19
Bandung………... 74
4.17 Instrumen Evaluasi Program Bimbingan Pribadi untuk Meningkatkan
xi
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR BAGAN
Bagan Hal
xii
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR GRAFIK
Grafik Hal
4.1 Rekapitulasi Penerimaan Diri Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013……… 60 4.2 Klasifikasi Penerimaan Diri Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19
xiii
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
1. SK Pengangkatan Pembimbing Skripsi
2. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas 3. Surat Permohonan Izin Penelitian dari BAAK
4. Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian dari SMP Negeri 19 Bandung
LAMPIRAN B
1. Kisi-Kisi dan Pernyataan Instrumen Sebelum Uji Coba 2. Uji Validitas dengan Bantuan SPSS 16 for windows 3. Uji Reliabilitas dengan Bantuan SPSS 16 for windows 4. Kisi-Kisi dan Pernyataan Instrumen Setelah Uji Coba 5. Rekapitulasi Hasil Penelitian
6. Pengolahan Data Berdasarkan Aspek Penerimaan Diri dengan Bantuan SPSS 16 for windows
7. Pengolahan Data Berdasarkan Indikator Penerimaan Diri dengan Bantuan SPSS 16 for windows
LAMPIRAN C
1. Rancangan Operasional Layanan Bimbingan Pribadi untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013
2. Pengembangan Tema Layanan Bimbingan Pribadi untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013
3. Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling (SKLBK)
LAMPIRAN D
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada dalam tahap remaja awal
dengan kisaran usia antara 12-15 tahun dan sedang berada dalam masa pubertas.
Santrock (2006: 87) menyatakan masa remaja awal dimulai dengan masa pubertas
(puberty), yaitu perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan
tubuh dan hormonal. Perubahan fisik yang terjadi tentu saja mempengaruhi
penampilan fisik, seperti bertambah berat badan, tinggi badan, dan lain-lain.
Sedangkan perubahan-perubahan psikologis muncul sebagai akibat dari
perubahan-perubahan fisik.
Solihah (2007: 144) menyatakan bahwa permasalahan yang paling banyak
dikonsultasikan remaja pada MCR (Mitra Citra Remaja) PKBI Jawa Barat saat
masa pubertas, yaitu permasalahan yang berkaitan dengan perubahan fisik 27,9%,
dampak perubahan fisik 27%, kekhawatiran pada masa puber 16%, pubertas
sebagai awal masa remaja 10,1% dan keadaan emosi 7,6%.
Syarif (2007: 79) menjelaskan, berdasarkan persentase terkecil aspek fisik
pada konsep diri remaja mengenai keadaan fisik diperoleh 48,4%. Hal ini
mengindikasikan bahwa masih banyak siswa yang memiliki pengetahuan,
penilaian, serta pengharapan yang belum baik tentang keadaan fisik mereka.
Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai oleh remaja menurut
Hurlock (1980: 10) yaitu menerima kondisi fisik dan psikis diri sendiri dan
menggunakan tubuh secara efektif. Menerima perubahan fisik dan menggunakan
tubuh secara efektif bukan hal yang mudah bagi remaja. Banyak remaja
mengalami masalah dalam penerimaan diri, remaja merasa tidak mampu
menerima perubahan fisik yang terjadi, karena tidak puas dengan penampilan
yang dimiliki.
Remaja yang memandang diri sebagai individu tidak berpenampilan
menarik, bodoh, merasa memiliki banyak sekali kekurangan dan merasa diri
2
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa
tidak percaya diri. Hal ini dapat mengakibatkan pribadi individu menjadi tertutup
sehingga perkembangan kepribadian menjadi tidak sehat.
Individu yang menjalani masa remaja akan menghadapi berbagai macam
permasalahan terutama dalam menyelesaikan tugas perkembangannya. Masa
remaja dapat dikatakan masa perkembangan yang berperan penting dalam
menentukan masa perkembangan individu selanjutnya. Menurut Hurlock (1980:
207) berbagai pengaruh pada perkembangan di masa remaja dapat memberikan
akibat pada masa perkembangan selanjutnya terutama masa dewasa.
Salah satu permasalahan yang sering dialami siswa adalah mengenai
penerimaan mereka yang negatif terhadap diri sendiri baik fisik maupun psikis.
Penerimaan negatif tersebut dapat berdampak tidak bagus terhadap perkembangan
pribadi, dan aktualisasi potensi remaja. Powell (Purwanto, 2011: 27) bahwa
penerimaan diri yang rendah dapat dikatakan sebagai akar penyebab mengapa
seseorang tidak dapat berprestasi secara maksimal, kurang berani dan tidak
percaya diri untuk bersaing dengan orang lain, serta ragu dalam mengambil
keputusan.
Menurut Shepard (1979) penerimaan diri mengacu pada kepuasan individu
atau kebahagiaan dengan dirinya sendiri, dan dianggap perlu untuk kesehatan
mental yang baik. Penerimaan diri melibatkan pemahaman diri, realistis, sadar
akan kelebihan dan kelemahan. Penerimaan diri menghasilkan suatu perasaan
tentang dirinya bahwa ia adalah individu yang unik.
Hurlock (1974: 434) menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan derajat
dimana individu telah menentukan karakteristik pribadinya, mau dan dapat
menerimanya sebagai bagian dari dirinya. Hurlock (1974: 435) menambahkan bila
individu hanya melihat dari satu sisi saja maka tidak mustahil akan timbul
kepribadian yang timpang. Semakin individu menyukai dirinya maka ia akan
mampu menerima dirinya dan ia akan semakin diterima oleh orang lain. Individu
dengan penerimaan diri yang baik akan mampu menerima karakter-karakter
3
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Jersild (Wibowo, 2009: 6) mengemukakan beberapa ciri penerimaan diri
untuk dapat membedakan antara orang yang menerima keadaan dirinya dengan
orang yang menolak keadaan dirinya, antara lain memiliki harapan yang realistis
terhadap keadaannya dan menghargai diri sendiri; yakin akan standar-standar dan
pengakuan terhadap diri tanpa terpaku pada pendapat orang lain; memiliki
perhitungan akan keterbatasan diri dan tidak melihat diri secara irasional;
menyadari aset diri yang dimiliki dan merasa bebas untuk melakukan keinginan
sendiri; menyadari kekurangan tanpa menyalahkan diri sendiri.
Penerimaan diri yang positif banyak dipengaruhi oleh rasa bangga terhadap
kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh individu, sedangkan penerimaan diri
negatif terjadi jika individu hanya memikirkan kekurangan-kekurangan yang ada
dalam diri tanpa memikirkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki. Penerimaan diri
berperan penting dalam menemukan dan mengarahkan seluruh perilaku individu,
maka sebisa mungkin individu yang bersangkutan harus mempunyai penerimaan
diri yang positif (Hastaria, 2011: 5).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMP Negeri 19 Bandung,
terdapat siswi yang merasa dirinya tidak menarik secara fisik dengan tubuh
gemuk, pendek, dan berkulit hitam. Tidak puas dengan bentuk tubuh sehingga
membuatnya tidak percaya diri, tidak bisa berkonsentrasi pada pelajaran di
sekolah, nilai-nilainya pun menurun. Ditambah lagi temannya suka mengejek
bentuk tubuhnya sehingga dia menutup diri, menjadi pendiam dan enggan
berkumpul dengan teman-temannya, memiliki penilaian yang negatif terhadap
diri, merasa berbeda dengan orang lain, memiliki sikap pesimis. Kasus ini
menggambarkan bagaimana penerimaan diri dapat mempengaruhi perilaku
individu yang berdampak bukan hanya pada kepribadian tapi juga pada masalah
belajar serta pergaulannya dengan orang lain. Siswa SMP memerlukan bantuan
dan bimbingan dalam meningkatkan penerimaan diri yang baik agar terhindar dari
berbagai masalah yang mungkin muncul sebagai akibat dari penerimaan diri yang
rendah.
Dilihat dari fenomena-fenomena yang dipaparkan, pada umumnya siswa
4
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa
penerimaan diri yang rendah akan mengalami hambatan dalam memenuhi tugas
perkembangan, khususnya dalam mencapai aktualisasi potensi diri. Jika tidak
diberi bantuan, siswa dengan penerimaan diri yang rendah akan kesulitan dalam
menerima kondisi diri sehingga tidak percaya diri dan kesulitan mencapai prestasi
secara optimal.
Kecenderungan remaja menghadapi hambatan dalam menerima diri sangat
penting untuk ditanggulangi. Callhoun dan Acocella (1995 : 73) menyebutkan
dasar dari konsep diri adalah penerimaan diri. Remaja membutuhkan bantuan
dalam menyelesaikan hambatan dalam menerima keadaan diri. Sekolah
merupakan lingkungan yang efektif dalam mendidik siswa ke arah yang positif
termasuk di dalamnya membantu siswa mengembangkan penerimaan diri yang
baik. Terutama peran guru pembimbing sebagai tenaga profesional dalam
mendampingi siswa sangat strategis sehingga siswa dapat mengembangkan
penerimaan diri yang baik dibandingkan sebelumnya.
Bimbingan dan konseling sebagai salah satu komponen integral dalam
pendidikan harus mampu memberikan layanan bimbingan secara tepat dan
menyeluruh. Tepat dalam arti layanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi siswa. Menyeluruh dalam arti dapat melayani seluruh kebutuhan
perkembangan siswa. Winkel (1997 : 68) menyebutkan tujuan dari layanan
bimbingan dan konseling merupakan perkembangan kepribadian secara optimal.
Lebih lanjut Winkel (1997 : 68) mengemukakan dalam mengembangkan diri
sendiri individu harus memahami diri, memahami lingkungan hidupnya,
membangun cita-cita yang ingin dicapai, menimbang berbagai dorongan
motivasional yang terdapat dalam diri sendiri, mempertimbangkan berbagai
alternatif yang terbuka bagi dirinya, serta mengadakan evaluasi atas diri sendiri
dan arah kehidupannya sendiri.
Layanan bimbingan dan konseling yang diharapkan mampu meningkatkan
penerimaan diri siswa sehingga, perkembangan kepribadian siswa menjadi lebih
sehat adalah dengan bimbingan pribadi. Bimbingan pribadi bertujuan untuk
membantu siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan
5
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pandang baik tentang fisik, psikis maupun sikap yang dimiliki siswa dan
membantu siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya secara optimal.
Bimbingan pribadi diharapkan mampu untuk meningkatkan penerimaan diri yang
baik sehingga siswa memiliki kepribadian yang sehat.
Winkel (1997: 45) mengungkapkan bimbingan pribadi adalah bimbingan
untuk membantu menghadapi dan mengatasi kesulitan-kesulitan pribadi. Apabila
kesulitan pribadi terus berlangsung dan tidak dapat diselesaikan maka
kebahagiaan hidup akan terancam dan akan menimbulkan gangguan mental.
Nurihsan (2003: 21) menyebutkan, bimbingan pribadi diarahkan untuk
memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam
menangani masalah-masalah dirinya.
Hal ini juga diungkapkan oleh Yusuf (2009: 53) bimbingan pribadi
merupakan proses bantuan untuk memfasilitasi siswa agar memiliki pemahaman
karakteristik dirinya, kemampuan mengembangkan potensi dirinya, dan
memecahkan masalah-masalah yang dialaminya.
Upaya guru pembimbing untuk membantu siswa menghadapi dan mengatasi
kesulitan pribadi adalah dengan menyusun program bimbingan dan konseling
sesuai dengan permasalahan yang umumnya dihadapi siswa. Begitu pula
permasalahan yang menyangkut penerimaan diri siswa, upaya yang dilakukan
guru pembimbing adalah menyusun program dan menerapkan program bimbingan
yang telah disusun, sehingga melalui campur tangan guru pembimbing siswa
memiliki penerimaan diri yang baik.
Menurut Winkel (1997: 119) menjelaskan bahwa program bimbingan
adalah suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan
terkoordinasi selama periode tertentu. Program bimbingan dan konseling
berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan bimbingan. Kegiatan-kegiatan
bimbingan yang dilaksanakan di sekolah mencakup empat bidang yaitu belajar,
pribadi, sosial dan karir.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu diadakan penelitian untuk
mengetahui gambaran penerimaan diri pada siswa. Hasil dari gambaran
6
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa
pengembangan program bimbingan pribadi untuk meningkatkan penerimaan diri.
Maka, penelitian ini diberi judul: ”Bimbingan Pribadi untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa” (Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Bandung)”
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada dalam masa pubertas yang
ditandai perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh
dan hormonal. Masa remaja awal disertai perubahan fisik yang menghasilkan
bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan yang diidam-idamkan. Perubahan fisik dan
perilaku yang dialami oleh remaja terkadang menimbulkan ketidakpuasan
terhadap dirinya sendiri. Perasaan tidak puas dengan keadaan diri dapat
menujukkan remaja tidak menerima dirinya sendiri.
Remaja yang memandang dirinya negatif dan serba tidak mampu akan
menunjukan ketidakmampuan dalam berperilaku. Apabila remaja memiliki
perasaan tidak mampu yang berlebihan, remaja akan memandang diri sebagai
individu yang tidak berdaya, merasa lemah, tidak memiliki kelebihan, bodoh,
bahkan rasa cemas yang berlebihan. Pandangan remaja terhadap diri menjadikan
remaja memiliki penerimaan diri yang rendah.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di SMP Negeri 19
Bandung, menunjukkan adanya penerimaan diri yang rendah. Terdapat siswa
tidak puas dengan bentuk tubuh sehingga membuatnya tidak percaya diri, tidak
bisa berkonsentrasi pada pelajaran di sekolah, nilai-nilainya pun menurun.
Ditambah lagi temannya suka mengejek bentuk tubuhnya sehingga dia menutup
diri, menjadi pendiam dan enggan berkumpul dengan teman-temannya, memiliki
penilaian yang negatif terhadap dirinya, merasa berbeda dengan orang lain,
memiliki sikap pesimis. Kasus ini menggambarkan bagaimana penerimaan diri
dapat mempengaruhi perilaku individu yang berdampak bukan hanya pada
kepribadian tapi juga pada masalah belajar serta pergaulan dengan orang lain.
Menurut Powell (Purwanto, 2011: 27) bahwa penerimaan diri dapat
7
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
secara maksimal, kurang berani dan tidak percaya diri untuk bersaing dengan
orang lain, serta ragu dalam mengambil keputusan. Ulmilla (2008: 5)
menambahkan bahwa masalah penerimaan diri adalah masalah yang penting dan
serius dalam kehidupan manusia. Mengabaikan usaha untuk memahami
penerimaan diri sama artinya berusaha membunuh satu generasi anak manusia
yang sehat dan seimbang secara psikologis.
Beranjak dari dampak negatif siswa yang memiliki penerimaan diri yang
rendah, sudah seharusnya perlu dilakukan tindakan baik preventif maupun kuratif.
Karena jika dibiarkan hal tersebut akan berdampak buruk bagi perkembangan dan
aktulisasi potensi diri siswa.
Sekolah merupakan lingkungan kedua yang dapat memberikan pengalaman
baru bagi remaja dalam penerimaan diri yang baik. Pudjijogyanti (1995 : 49)
menjelaskan sekolah mempunyai fungsi sebagai wadah untuk mewujudkan
seluruh kemampuan siswa dan merupakan lingkungan yang dapat memberikan
pengalaman baru kepada siswa. Sekolah mempunyai peranan penting dalam
mengembangkan penerimaan diri siswa. Posisi bimbingan dan konseling dalam
jalur pendidikan formal sejajar dengan bidang manajemen, suvervisi dan bidang
pembelajaran. Hal ini mengindikasikan bahwa layanan bimbingan dan konseling
merupakan bagian integral dari program pendidikan
Salah satu layanan bimbingan dan konseling adalah layanan bimbingan
pribadi. Layanan bimbingan pribadi bertujuan membantu siswa dalam memenuhi
kebutuhan dan memecahkan permasalahan pribadi. Bimbingan pribadi merupakan
layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan
memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang
dialami oleh siswa (Yusuf, 2009: 53).
Nurihsan (2003: 21) menyebutkan, bimbingan pribadi diarahkan untuk
memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam
menangani masalah-masalah dirinya.
Upaya untuk membantu siswa menghadapi dan mengatasi kesulitan pribadi
adalah dengan menyusun program bimbingan dan konseling sesuai dengan
8
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa
menyangkut penerimaan diri siswa, upaya yang dilakukan adalah dengan
menyusun program dan menerapkan program bimbingan yang telah disusun,
sehingga melalui campur tangan guru pembimbing siswa memiliki penerimaan
diri yang baik.
Menurut Winkel (1997: 119) program bimbingan adalah suatu rangkaian
kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama
periode tertentu. Program bimbingan dan konseling berfungsi sebagai pedoman
pelaksanaan kegiatan bimbingan.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian dirumuskan sebagai berikut.
1. Seperti apa gambaran penerimaan diri siswa di Kelas VIII Sekolah
Menengah Pertama Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013?
2. Seperti apa gambaran program bimbingan dan konseling di Kelas VIII
Sekolah Menengah Pertama Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013?
3. Seperti apa program bimbingan pribadi yang secara hipotetik dapat
meningkatkan penerimaan diri siswa kelas VIII Sekolah Menengah
Pertama Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah:
1. untuk memperoleh gambaran penerimaan diri siswa di Kelas VIII Sekolah
Menengah Pertama Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.
2. untuk memperoleh gambaran program bimbingan dan konseling di Kelas
VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran
2012/2013.
3. untuk memperoleh program bimbingan pribadi secara hipotetik yang dapat
meningkatkan penerimaan diri siswa kelas VIII Sekolah Menengah
9
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
D. Metode Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengukur penerimaan diri
siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Bandung. Pengukuran tersebut dilakukan untuk
mengetahui profil penerimaan diri siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Bandung.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode
deskriptif digunakan dengan tujuan untuk menggambarkan dan mengukur
penerimaan diri siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Bandung. Profil Penerimaan diri
yang diperoleh akan menjadi dasar untuk mengembangkan program bimbingan
pribadi untuk meningkatkan penerimaan diri siswa SMP Negeri 19 Bandung.
E. Manfaat Penelitian
Secara teoritis hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan terhadap
pengembangan ilmu bimbingan dan konseling, khususnya bimbingan dan
konseling dalam mengembangkan program bimbingan pibadi di SMP dan dapat
dijadikan dasar dalam membantu siswa untuk meningkatkan penerimaan diri yang
baik. Selain itu juga dapat memperkaya hasil penelitian yang telah ada.
Secara praktis manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi siswa SMPN 19 Bandung, untuk memberikan masukan mengenai
bagaimana gambaran penerimaan diri siswa.
2. Bagi Guru Pembimbing, dapat dijadikan suatu pedoman sebagai bahan
pertimbangan dalam memberikan layanan pribadi khususnya dalam
meningkatkan penerimaan diri siswa.
3. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, bisa dijadikan sebagai
masukan dan dapat memperkaya informasi bagi para civitas akademika
khususnya di Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan mengenai profil
dan perkembangan aspek psikologis penerimaan diri siswa.
4. Bagi peneliti selanjutnya yaitu dapat memberi inspirasi mengenai topik yang
dapat diteliti dan menjadi pemacu untuk melakukan penelitian lebih jauh
10
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa
F. Stuktur Organisasi Skripsi
Bab I pendahuluan berisi latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan
masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan struktur
organisasi skripsi.
Bab II landasan teori mengenai konsep penerimaan diri, karakteristik siswa
sekolah menengah pertama, dan konsep bimbingan pribadi.
Bab III metode penelitian yang memuat lokasi dan subjek/sampel penelitian,
pendekatan, metode dan desain penelitian, definisi operasional variabel, instrumen
penelitian, pengembangan instrumen penelitian, teknik analisis data.
Bab IV hasil penelitian dan pembahasan berisi tentang pengolahan atau
analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan penelitian,
pembahasan dan analisis hasil temuan, serta program bimbingan pribadi untuk
meningkatkan penerimaan diri siswa.
Bab V kesimpulan dan rekomendasi akan diuraikan kesimpulan dari hasil
penelitian serta implikasinya bagi konselor dan peneliti selanjutnya untuk
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek /Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 19 Bandung dengan subjek
penilitian siswa kelas VIII Tahun Ajaran 2012/2013. Pertimbangan pemilihan
lokasi dan subjek peneliti karena peneliti melihat fenomena yang terjadi di
sekolah, remaja cenderung memiliki penerimaan diri yang kurang baik dan karena
siswa SMP berada pada usia 12-15 tahun yang ditandai dengan adanya perubahan
fisik. Perubahan fisik berdampak pada penerimaan diri yang kurang baik, hal ini
disebabkan karena remaja merasa belum mampu menerima perubahan fisik yang
terjadi dan merasa tidak puas dengan penampilan yang dimiliki yang
menyebababkan siswa tidak percaya diri, timbulnya ejekan dari teman
menyebabkan siswa menjadi minder dalam pergaulan, siswa memiliki penilaian
negatif terhadap dirinya, merasa berbeda dengan orang lain. Selain itu di SMP
Negeri 19 Bandung belum tersedia layanan bimbingan dan konseling yang secara
khusus difokuskan untuk meningkatkan penerimaan diri siswa.
Arikunto (2010:173) menyatakan populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 19
Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple
random sampling. Menurut Riduwan (2006: 58) teknik simple random sampling
adalah cara pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak tanpa
memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut. Pengambilan
sampel dengan menggunakan pendapat Surakhmad (Riduwan, 2006: 65)
menyatakan apabila populasi kurang dari 100, maka pengambilan sampel
sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi 100
sampai dengan 1000, maka dipergunakan sampel sebesar 15%-50%.
Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus yang
41
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
S = 15% + (50%-15%)
S = 15% + 1000 – 345 (50% - 15%) 1000 – 100
S = 15% + 655 (35%) 900
S = 15% + 0.72 (35%)
S = 15% + 25,2% = 40,2 % dibulatkan menjadi 40%
Jumlah populasi dan sampel yang menjadi responden penelitian tersaji
dalam Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1
Populasi dan Sampel Penelitian Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Bandung
No. Kelas Populasi Sampel
1. VIII-A 40 16
2. VIII-B 39 16
3. VIII-C 38 16
4. VIII-D 38 16
5. VIII-E 37 15
6. VIII-F 40 16
7. VIII-G 37 15
8. VIII-H 38 16
9. VIII-I 38 16
Total 345 142
Sumber: Staf Tata Usaha SMP Negeri 19 Bandung
B. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui gambaran
penerimaan diri siswa yang terjadi pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 19
Bandung.
Keterangan
S = Jumlah sampel yang diambil
42
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Metode penelitian menggunakan metode deskriptif. Metode ini dipilih
karena bermaksud mendeskripsikan, menganalisis, dan mengambil suatu
generalisasi mengenai penerimaan diri siswa. Selanjutnya dari hasil temuan
tersebut dijadikan dasar untuk mengembangkan program bimbingan pribadi yang
secara hipotetik efektif untuk meningkatkan penerimaan diri siswa.
Berdasarkan pendekatan dan metode penelitian, maka dibuat desain
penelitian sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian sebagaimana digambarkan
pada Bagan 3.1.
Bagan 3.1
Desain Penelitian dan Pengembangan Program Bimbingan Pribadi untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa
Tahap I adalah melakukan identifikasi masalah yang muncul yang
berkaitan dengan penerimaan diri. Tahap II yaitu melakukan studi pustaka
mengenai konsep penerimaan diri dan program bimbingan pribadi. Tahap III yaitu
menyusun instrumen penelitian sebagai alat pengumpul data. Dalam penyusunan
instrumen penerimaan diri dilakukan judgement ke pakar setelah itu dilaksanakan
uji validitas.
Studi pustaka Penyusunan instrumen Identifikasi masalah
Uji validitas Judgement ke pakar BK dan Praktisi (Guru BK/Konselor)
43
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tahap IV yaitu pengambilan data dengan cara penyebaran instrumen yang
mengungkap penerimaan diri siswa. Tahap V yaitu menyusun rancangan program
bimbingan pribadi untuk meningkatkan penerimaan diri siswa. Program tersebut
disusun berdasarkan dari hasil pengolahan data.
Tahap VI yaitu pengujian program hipotetik secara rasional oleh pakar
bimbingan dan konseling dan guru bimbingan dan konseling. Tahap VII yaitu
penyempurnaan program hipotetik. Penyempurnaan program dilaksanakan
berdasarkan dari hasil diskusi dengan dosen dan konselor sekolah. Dengan begitu
program yang sudah dirancang layak untuk dilaksanakan.
C. Definisi Operasional Variabel
Terdapat dua variabel utama dari tema penelitian yaitu penerimaan diri
sebagai variabel terikat dan bimbingan pribadi sebagai variabel bebas. Definisi
operasional variabel diuraikan sebagai berikut.
1. Penerimaan Diri
Allport (Hjelle dan Ziegler, 1992) menjelaskan penerimaan diri merupakan
sikap positif ketika menerima diri sebagai seorang manusia.
Maslow (Hjelle dan Ziegler, 1992) penerimaan diri merupakan sikap positif
terhadap diri sendiri, menerima keadaan diri secara tenang dengan segala
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.
Ryff (Purwanto, 2011: 15) berpendapat bahwa penerimaan diri adalah sikap
positif terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri termasuk
kualitas baik dan buruk, dan merasa positif dengan kehidupan yang telah dijalani.
Shepard (1979) yang mengatakan bahwa penerimaan diri merujuk pada
kepuasan individu atau kebahagiaan atas dirinya, dan dianggap perlu untuk
kesehatan mental yang baik.
Chaplin (2006: 451) mengatakan penerimaan diri adalah sikap yang pada
dasarnya merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat-bakat
44
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Menurut Hurlock (1974:434) kondisi penting yang mendukung
penerimaan diri adalah adanya pemahaman diri, pandangan terhadap diri, konsep
diri yang stabil, harapan yang realistis dan tidak ada stress emosional
Merujuk pada pendapat para ahli tersebut, penerimaan diri yang dimaksud
dalam penelitian ini yaitu sikap positif terhadap diri sendiri dalam menerima
dirinya sebagai manusia yang memiliki kelemahan dan kelebihan. Kondisi penting
yang mendukung penerimaan diri adalah adanya pemahaman diri, pandangan
terhadap diri, konsep diri, harapan yang realitis, dan tidak ada stress emosional.
Secara lebih spesifik sebagai berikut.
a. Pemahaman diri
Pemahaman diri ditandai dengan seseorang mengenali keadaan dan kondisi
nyata yang dialaminya; mengetahui potensi-potensi dirinya yang mencakup
ranah minat, kemampuan dan kepribadian; mengetahui kelemahan dan
keunggulan diri, kelemahan adalah sejumlah keterbatasan yang dimiliki
individu sedangkan keunggulan adalah seperangkat kemampuan yang
dimiliki baik yang bersifat potensial maupun aktual; mengoptimalkan
keunggulan diri dan menetralisir kelemahan diri.
b. Pandangan terhadap diri
Pandangan terhadap diri sendiri ditandai individu dengan memandang
keadaan dan kondisi dirinya sama seperti orang lain memandangnya; tidak
menganggap dirinya aneh atau abnormal; menganggap dirinya berharga
sebagai seorang manusia dan sederajat dengan orang lain.
c. Konsep diri yang stabil
Konsep diri yang stabil akan memberikan gambaran yang jelas mengenai
dirinya yang ditandai dengan individu melihat dirinya sama dari waktu ke
waktu mengenai penampilan diri, kesehatan, dan keadaan tubuh, individu
mengembangkan kebiasan untuk menerima diri dengan melihat kebaikan
dalam diri.
d. Harapan yang realistis
Harapan yang realistis ditandai dengan individu merancang tujuan-tujuan
45
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dicapai; individu memiliki cita-cita yang ingin dicapai sesuai dengan
kemampuannya; mampu mengahadapi resiko dan kegagalan yang mungkin
menghadang.
e. Tidak ada stress emosional
Tidak ada stress emosional ditandai dengan individu punya kesadaran
terhadap berbagai emosi yang muncul di dalam dirinya, tanda-tandanya
adalah punya kemampuan dalam menangani stress atau menggunakannya
untuk hal-hal positif seperti menerima pujian atau celaan secara objektif
sehingga inidividu dapat menerima pujian, saran dan kritikan dari orang lain
untuk pengembangan kepribadiannya lebih lanjut, tidak menyesali diri
terhadap keterbatasan yang dimiliki; memiliki rasa humor.
2. Program Bimbingan Pribadi untuk Meningkatkan Penerimaan Diri
Siswa
Program bimbingan pribadi dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
rancangan kegiatan layanan bimbingan yang disusun secara sistematik dan
terkoordinasi oleh peneliti untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu
meningkatkan penerimaan diri siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Bandung.
Struktur program bimbingan pribadi untuk mengembangkan penerimaan
diri siswa terdiri atas: (a) rasional, (b) visi dan misi program, (c) deskripsi
kebutuhan, (d) tujuan program, (e) sasaran dari program, (f) komponen program
(g) rencana operasional (h) pengembangan tema/topik, (i) personel, (j) evaluasi
dan tindak lanjut.
D. Instrumen Penelitian
1. Angket
Instrumen atau alat pengumpulan data penelitian berupa angket atau
kuesioner yang digunakan untuk mengungkap penerimaan diri siswa kelas VIII
SMP Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Mengacu kepada pendapat
Sugiyono (2007:162) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien
bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
46
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup,
yaitu responden diberi sejumlah pernyataan yang menggambarkan hal-hal yang
ingin diungkapkan dari variabel-variabel yang ada disertai dengan alternatif
jawaban. Dalam angket tertutup, jawaban sudah disediakan sehingga responden
tinggal memilih jawaban dengan memberikan tanda checklist (√) pada kolom
yang telah disediakan.
a. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen
Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap penerimaan diri siswa
dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Item-item pernyataan
instrumen pengungkap penerimaan diri siswa dikembangkan dari komponen atau
variabel penerimaaan diri yang telah ada. Kisi-kisi dari instrumen disajikan pada
Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Penerimaan diri (Sebelum Judgement)
No Aspek Indikator Pernyataan
(+) (-) Ʃ
Memandang keadaan dan kondisi diri sama seperti orang lain memandang
12 13,14,15 4
Tidak menganggap diri aneh atau abnormal
16 17 2
47
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada guru bimbingan dan konseling. Teknik
pelaksanaan wawancara berupa teknik wawancara terbuka, yaitu dengan
menggunakan pedoman wawancara. Wawancara dilakukan untuk mengetahui
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program bimbingan dan konseling. Hasil
dari wawancara diproses dan ditafsirkan menjadi analisis data untuk dijadikan keadaan tubuh
Mengembangkan kebiasan untuk menerima diri dengan melihat kebaikan dalam diri. besar untuk dapat dicapai
32, 33, 34 35, 36, 37 6
Memiliki cita-cita yang ingin dicapai sesuai dengan kemampuannya
Menerima pujian atau celaan secara objektif sehingga individu dapat menerima pujian, saran dan kritikan dari orang lain punya kemampuan dalam menangani stress
Tidak menyesali diri terhadap keterbatasan yang dimiliki
75, 76, 77 78, 79, 80 6
Memiliki rasa humor 81, 82, 83, 84
48
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pertimbangan dalam membuat program bimbingan pribadi untuk meningkatkan
penerimaan diri siswa. Kisi-kisi pedoman wawancara dapat dilihat pada Tabel 3.3
berikut.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Pedoman Wawancara
Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 19 Bandung
Aspek Indikator
Program Bimbingan Konseling
Penyusunan Program
a. Landasan penyusunan program b. Identifikasi kebutuhan siswa Perencanaan program
Pemetaan pemberian layanan Promosi program
Proses pemberian layanan a. Jenis layanan
b. Strategi pelaksanaan layanan c. Wujud partisipasi sekolah
Pelaksanaan evaluasi dan tindak lanjut
Program Bimbingan Pribadi
Potensi keterlibatan partisipasi sekolah
3. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui kelengkapan sarana dan prasarana
pendukung dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling pada Tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4
Kisi-kisi Pedoman Observasi Sarana dan Prasarana Bimbingan dan Konseling
Aspek Jenis Sarana dan Prasarana
Ruang Bimbingan
49
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Aspek Jenis Sarana dan Prasarana
Alat Pengumpul Data
Buku catatan konseling siswa Buku catatan konseling kelompok Dokumen sosiometri
Agenda harian guru pembimbing Laporan evaluasi BK
Buku catatan home visit Buku tamu
Buku-buku Pedoman Kurikulum BK
Buku-buku sebagai sumber layanan
Kelengkapan Administrasi
Blanko surat panggilan siswa Agenda surat
Papan informasi
Papan program bimbingan Struktur organigram BK
E. Proses Pengembangan Instrumen
1. Uji Kelayakan Instrumen
Instrumen penerimaan diri yang telah disusun terlebih dahulu dilakukan
uji kelayakan instrumen. Uji kelayakan instrumen dilakukan dengan cara
menimbang (judgement) pada setiap butir pernyataan yang telah dibuat dengan
tujuan untuk mengetahui kelayakan angket dari segi bahasa, materi, maupun
konstruk. Penimbangan dilakukan oleh dosen ahli yakni dosen dari jurusan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Penilaian oleh dosen ahli dilakukan dengan
memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan
Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M menyatakan bahwa item tersebut
bisa digunakan, dan item yang diberi nilai TM menyatakan dua kemungkinan
50
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Penimbangan dilakukan oleh Bapak Dr. H. Mubiar Agustin, M.Pd., Bapak Drs.
Sudaryat dan Ibu Dra. SA. Lily Nurillah, M. Pd. Hasil judgement instrumen oleh
dapat dilihat dalam Tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.5
Hasil Judgement Instrumen Penerimaan Diri
Kesimpulan No. Item Jumlah
Dipakai 6, 15, 26, 28, 29, 30, 43, 44, 45, 47, 52, 60, 62, 63,
Adapaun kisi-kisi instrumen setelah uji kelayakan instrumen dapat dilihat
pada Tabel 3.6 berikut :
Tabel 3.6
Kisi-Kisi Instrumen Penerimaan Diri Setelah Uji Kelayakan Instrumen
No Aspek Indikator Pernyataan
(+) (-) Ʃ
Memandang keadaan dan kondisi diri sama seperti orang lain memandang
13 14, 15, 16 4
Tidak menganggap diri aneh atau abnormal
51
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Menganggap diri berharga sebagai seorang manusia dan sederajat dengan orang lain dengan melihat kebaikan dalam diri besar untuk dapat dicapai
33, 34, 35, 40
36, 38 6
Memiliki cita-cita yang ingin dicapai sesuai dengan kemampuan
Menerima pujian atau celaan secara objektif sehingga individu dapat menerima pujian, saran dan kritikan dari orang lain punya kemampuan dalam menangani stress
Tidak menyesali diri terhadap keterbatasan yang dimiliki
72, 73, 74 75, 76, 77 6
52
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Uji Keterbacaan
Sebelum instrumen penerimaan diri diuji validitas, instrumen terlebih
dahulu dilaksanakan uji keterbacaan. Uji keterbacaan bertujuan untuk mengukur
sejauh mana instrumen tersebut dapat dipahami oleh subjek penelitian. Setelah uji
keterbacaan pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi sesuai
dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh siswa Kelas VIII SMP Negeri
19 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.
3. Uji Validitas
Pengujian validitas yang dilakukan dalam penelitian melibatkan seluruh
item yang terdapat dalam angket pengungkap penerimaan diri. Arikunto (2008:65)
mengungkapkan sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa
yang hendak diukur. Semakin tinggi nilai validasi maka menunjukkan semakin
valid instrumen yang akan digunakan. Angket disebarkan secara bersama terhadap
siswa yang menjadi sampel penelitian. Kemudian dilakukan analisis validitas dan
reliabilitas data hasil uji coba untuk menentukan keterandalan instrumenpenelitian.
Pengujian validitas data menggunakan rumus Spearman Brown sebagai
berikut.
(Arikunto, 2008: 180)
Keterangan:
ri
= reliabilitas internal seluruh instrumen,rb = korelasi antara belahan pertama dan belahan kedua.
Sebelum data dimasukan ke dalam rumus di atas, terlebih dahulu
menghitung indeks korelasi antara dua belahan instrumen. Rumus yang digunakan
yaitu:
53
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi X dan Y
X = skor belahan awal
Y = skor belahan akhir
N = jumlah sampel
Semakin tinggi nilai validasi soal, menunjukkan semakin valid instrumen
yang akan digunakan. Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan
bantuan layanan SPSS 16.0 for windows. Validitas item dilakukan dengan
menganalisis menggunakan prosedur pengujian Spearman-Brown.
Berdasarkan pengolahan data, hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari
82 butir item pernyataan angket penerimaan diri siswa diuji coba dengan jumlah
subjek 325 siswa, terdapat beberapa item pernyataan yang tidak valid, sehingga
item tersebut tidak dapat digunakan dalam penelitian (hasil validitas terlampir).
Item pernyataan yang menunjukkan tidak valid untuk selanjutnya tidak
dipergunakan dalam penelitian. Item yang dinyatakan valid memiliki daya
pembeda yang signifikan pada p > 0.01 dan p < 0.05. Item-item pernyataan
setelah validasi disajikan dalam Tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Instrumen Penerimaan Diri
Kesimpulan No. Item Jumlah
Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,2
2,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,34,35,36,37,38,41,42
,43,44,45,46,47,47,48,49,50,51,52,53,54,55,56,57,59,
60,61,63,64,65,66,68,69,70,71,72,73,74,75,76,77,78,7
9,80,81,82
75
54
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen menunjukkan sejauh mana instrumen yang
digunakan tersebut dapat dipercaya atau derajat keajegan (konsistensi) skor yang
diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang
berbeda. Arikunto (2008: 86) mengungkapkan reliabilitas berhubungan dengan
masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan
yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Dalam penelitian
ini pengujian reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan
memanfaatkan program SPSS for windows versi 16.0.
Selanjutnya untuk mengetahui interpretasi dari realibilitas yang diperoleh
menggunakan Tabel 3.8 interpretasi sebagai berikut.
Tabel 3.8
Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen
0,81 r 1,00 Derajat keterandalan sangat tinggi
0,61 r 0,80 Derajat keterandalan tinggi
0,41 r 0,60 Derajat keterandalan sedang
0,21 r 0,40 Derajat keterandalan rendah
0,00 r 0,20 Derajat keterandalan sangat rendah
(Arikunto, 2008:75)
Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan terhadap item sebanyak 75 butir
item yang valid pada angket penerimaan diri siswa. Hasil pengujian menggunakan
SPSS for Windows Versi 16.0 pada tabel 3.9 sebagai berikut.
Tabel 3.9
Tingkat Reliabilitas Instrumen Penerimaan diri
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.947 75
Berdasarkan pengolahan data, hasil perhitungan memperlihatkan bahwa
55
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
diri siswa sebesar 0.947. Merujuk pada Tabel 3.8, reliabilitas instrumen
dinyatakan sangat tinggi karena berada diantara 0,80-1,00 artinya instrumen yang
digunakan baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data.
F. Teknik Analisis Data
1. Verifikasi Data
Verifikasi data yaitu suatu langkah pemeriksaan terhadap data yang
diperoleh dalam rangka pengumpulan data untuk menyeleksi atau memilih data
yang memadai untuk diolah. Berdasarkan hasil verifikasi diperoleh data yang
diisikan responden menunjukkan kelengkapan dan cara pengisian yang sesuai
dengan petunjuk, atau jumlah data sesuai dengan subjek dan keseluruhan data
memenuhi persyaratan untuk dapat diolah.
2. Penskoran
Data yang ditetapkan untuk diolah kemudian diberi skor sesuai dengan
ketentuan. Instrumen pengumpul data menggunakan skala Likert yang
menyediakan lima alternatif jawaban. Adapun kriteria penyekoran untuk
mendapatkan skor angket penerimaan diri siswa, setiap alternatif respons
mengandung arti dan nilai skor seperti tertera pada Tabel 3.10 berikut (Sugiyono,
2009:135).
Tabel 3.10
Pola Skor Opsi Alternatif Respons Instrumen Penerimaan Diri Model Summated Ratings (Likert)
Pernyataan Skor Alternatif Respon
SS S KS TS STS
Positif (+) 5 4 3 2 1 Negatif (-) 1 2 3 4 5
Pada instrumen atau alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1 - 5
dengan bobot tertentu, sebagai berikut.
a. Untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS) memiliki skor 5 pada pernyataan
56
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b. Untuk pilihan jawaban sesuai (S) memiliki skor 4 pada pernyataan positif
atau skor 2 pada pernyataan negatif.
c. Untuk pilihan jawaban kurang sesuai (KS) memiliki skor 3 pada pernyataan
positif atau 3 pada pernyataan negatif.
d. Untuk pilihan jawaban tidak sesuai (TS) memiliki skor 2 pada pernyataan
positif dan skor 4 pada pernyataan negatif.
e. Untuk pilihan jawaban sangat tidak sesuai (STS) memiliki skor 1 pada
pernyataan positif dan skor 5 pada pernyataan negatif.
3. Pengolahan Data
Data hasil responden akan dikelompokkan ke dalam tiga kelompok
berdasarkan kategorisasi jenjang penerimaan diri untuk mengetahui gambaran
penerimaan diri siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran
2012/2013. Responden dibagi ke dalam tiga tingkat penerimaan diri dengan
menggunakan kategorisasi tinggi, sedang dan rendah. Ketiga kategori ini
diperoleh melalui konversi skor mentah menjadi skor matang dengan
menggunakan batas lulus ideal dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghitung skor total masing-masing responden
b. Menghitung rerata dari skor total responden (μ)
c. Menentukan standar deviasi dari skor total responden (σ)
d. Mengelompokan data responden ke dalam tiga kategori akan di tentukan
dengan menggunakan rumus dalam Tabel 3.11 sebagai berikut.
Tabel 3.11
Konversi Skor Mentah Menjadi Skor Matang dengan Batas Lulus Ideal
Kategorisasi Skala skor mentah
Tinggi X ≥ μ + 1,0 ơ
Sedang μ - 1,0 ơ < X < μ + 1,0 ơ Rendah X ≤ μ - 1,0 ơ
(Perhitungan konversi skor terlampir)
57
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Secara terperinci kualifikasi penerimaan diri siswa dapat dilihat pada
Tabel 3.12 di bawah ini.
Tabel 3.12
Deskripsi Kategori Tingkat Penerimaan Diri Siswa
Kategori Deskripsi
Tinggi
Siswa pada kategori tinggi telah mencapai tingkat
penerimaan diri yang tinggi pada setiap aspeknya,
yaitu memiliki pemahaman diri, pandangan terhadap
diri, konsep diri yang stabil, harapan yang realistis,
dan tidak ada stress emosional.
Sedang
Siswa pada kategori sedang tengah menuju pada
penguasaan penerimaan diri yang tinggi. Artinya
siswa pada kualifikasi sedang masih memerlukan
bimbingan dari orang lain, atau belum menunjukan
konsistensi perilaku dalam menunjukan aspek-aspek
penerimaan diri yaitu memiliki pemahaman diri,
pandangan terhadap diri, konsep diri yang stabil,
harapan yang realistis, dan tidak ada stress
emosional.
Rendah
Siswa pada kategori rendah belum mampu dalam
mencapai aspek penerimaan diri, yaitu belum
memiliki pemahaman diri, pandangan terhadap diri,
konsep diri yang stabil, harapan yang realistis, dan
58
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Analisis Data
Pada penelitian ini dirumuskan tiga pertanyaan penelitian. Secara berurutun,
masing-masing pertanyaan penelitian dijawab dengan cara sebagai berikut.
a. Pertanyaan penelitian mengenai gambaran umum penerimaan diri siswa
kelas VIII di SMP Negeri 19 Bandung tahun ajaran 2012-2013 dijawab
dengan cara mengelompokkan penerimaan diri siswa ke dalam tiga kategori
yaitu tinggi (T), sedang (S), dan rendah (R).
b. Pertanyaan penelitian kedua mengenai gambaran program bimbingan dan
konseling kelas VIII SMP Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013
dijawab dengan cara melakukan wawancara dengan koordinator guru BK
dan observasi di SMP Negeri 19 Bandung.
c. Pertanyaan penelitian mengenai rancangan program bimbingan pribadi
untuk meningkatkan penerimaan diri siswa. Rancangan program disusun
102
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang bimbingan
pribadi untuk meningkatkan penerimaan diri yang dilaksanakan terhadap siswa
kelas VIII SMP Negeri 19 Bandung Tahun Pelajaran 2012/ 2013, menghasilkan
kesimpulan sebagai berikut.
1. Secara umum, penerimaan diri siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Bandung
Tahun Ajaran 2012/2013 berada pada kategori sedang. Artinya siswa cukup
mampu menampilkan sikap penerimaan diri yang baik namun, masih
memerlukan bimbingan dari orang lain. Mereka belum menunjukan
konsistensi atau keajegan dalam menunjukan aspek-aspek penerimaan diri
yaitu pemahaman diri, pandangan terhadap diri, konsep diri yang stabil,
harapan yang realistis, dan tidak adanya stress emosional.
2. Aspek yang paling tinggi dalam penerimaan diri adalah aspek pemahaman
diri, dan aspek yang paling rendah adalah aspek tidak ada stress emosional.
3. Program bimbingan dan konseling di SMP Negeri 19 Bandung disusun
berdasarkan analisis kebutuhan siswa, mencakup dasar pemikiran, visi dan
misi bimbingan dan konseling di SMP Negeri 19 Bandung, analisis
kebutuhan, tujuan program bimbingan dan konseling, fungsi bimbingan dan
konseling, prinsip bimbingan dan konseling, asas bimbingan dan konseling,
sasaran program, rencana operasional, pengembangan tema, personel
bimbingan dan konseling, organisasi dan anggaran bimbingan dan konseling
serta rencana evaluasi dan tindak lanjut.
4. Program bimbingan dan konseling pribadi untuk meningkatkan penerimaan
diri siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Bandung disusun berdasarkan indikator
yang terendah pada setiap aspek, meliputi rasional, deskripsi kebutuhan, visi
dan misi, tujuan program, sasaran program, komponen program, rencana
operasional, pengembangan tema/topik, personel yang terlibat, dan evaluasi
103
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. Rekomendasi
1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor)
Berdasarkan hasil penelitian ini, rumusan program bimbingan pribadi
untuk meningkatkan penerimaan diri siswa dapat dilaksanakan oleh guru
bimbingan dan konseling sesuai dengan program yang ada di sekolah, karena
telah dinyatakan layak oleh para ahli dan praktisi bimbingan dan konseling. Guru
bimbingan dan konseling dapat melaksanakan program yang telah dibuat ini untuk
mengetahui keefektifan program ini, sehingga dapat diketahui aspek-aspek yang
perlu diperbaiki.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan program bimbingan pribadi, sebagai
berikut.
a. Langkah pertama, guru bimbingan dan konseling melaksanakan konseling
kelompok dengan tema “Membangun Rasa Percaya Diri” dan “Syukuri Apa
yang Kita Miliki”. Tujuan langkah ini agar siswa mampu menganggap diri
berharga sebagai seorang manusia dengan menumbuhkan rasa percaya
dirinya dan siswa tidak menyesali diri terhadap keterbatasan yang dimiliki
serta menerima sesuatu yang telah ada dalam dirinya.
b. Langkah kedua, guru bimbingan dan konseling melaksanakan bimbingan
kelompok dengan tema “Yes I Know”. Tujuan langkah ini agar siswa
mengetahui kelemahan dan keunggulan diri dan mampu mengoptimalkan
kelebihan yang dimilikinya.
c. Langkah ketiga, guru bimbingan dan konseling melaksanakan bimbingan
klasikal dengan tema “Ini Aku Apa Adanya”. Tujuan langkah ini agar siswa
mampu melihat diri sama dari waktu ke waktu mengenai penampilan diri dan
keadaan tubuh sehinga memiliki konsep diri yang stabil.
d. Langkah keempat, guru bimbingan dan konseling melaksanakan bimbingan
kelompok dengan tema “Hadapi, Hayati, Nikmati”. Tujuan langkah ini agar
siswa mampu mengahadapi masalah dan kegagalan yang mungkin
104
Fahmi Dewi Anggraeni, 2013
Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa
e. Langkah kelima, guru bimbingan dan konseling melaksanakan bimbingan
klasikal dengan tema “Menjadi Pribadi yang Menyenangkan”. Tujuan
langkah ini agar siswa memiliki rasa humor dan mampu bergaul dengan
teman sebayanya.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini terbatas pada kajian tentang penerimaan diri oleh sebab itu,
apabila peneliti selanjutnya ingin melakukan penelitian yang serupa maka
diharapkan mengkaji tema-tema berikut ini.
a. Mengembangkan dan melaksanakan uji coba secara empiris program
bimbingan dan konseling untuk meningkatkan penerimaan diri siswa Kelas
VIII SMP Negeri 19 Bandung.
b. Menggunakan pendekatan dan teknik tertentu untuk mengintervensi siswa yang
memiliki penerimaan diri yang rendah.
c. Mengembangkan penelitian mengenai penerimaan diri pada subjek dengan
fokus yang berbeda seperti penerimaan diri berdasarkan gender, perbedaan
pola asuh orang tua, penerimaan diri berdasarkan status ekonomi, penerimaan
diri anak yang tinggal dipanti asuhan dan penerimaan diri anak dengan