• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas insektisida tiametoksam dengan metode spray terhadap lalat rumah (musca domestica) di peternakan ayam petelur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas insektisida tiametoksam dengan metode spray terhadap lalat rumah (musca domestica) di peternakan ayam petelur"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS INSEKTISIDA TIAMETOKSAM DENGAN

METODE

SPRAY

TERHADAP LALAT RUMAH (

Musca domestica

)

DI PETERNAKAN AYAM PETELUR

ADAM KUSTIADI NUGRAHA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Insektisida Tiametoksam dengan Metode Spray terhadap Lalat Rumah (Musca domestica) di Peternakan Ayam Petelur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ADAM KUSTIADI NUGRAHA. Efektivitas Insektisida Tiametoksam dengan Metode Spray terhadap Lalat Rumah (Musca domestica) di Peternakan Ayam Petelur. Dibimbing oleh SUSI SOVIANA dan SUPRIYONO.

Lalat rumah atau Musca domestica adalah sebagian dari serangga yang paling dikenal dan diketahui tersebar luas di berbagai tempat. Lalat ini umumnya ditemukan pada peternakan ayam petelur. Keberadaan lalat pada peternakan ayam petelur dapat menimbulkan gangguan sanitasi kandang, menularkan penyakit, menurunkan produksi telur, dan mengganggu pekerja. Tiametoksam merupakan insektisida dari golongan neonikotinoid yang diketahui dapat dipakai dalam pengendalian lalat, namun belum banyak digunakan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas tiametoksam sebagai insektisida residual terhadap Musca domestica dengan metode spray di peternakan ayam petelur. Penelitian dilakukan di peternakan ayam petelur KM 45, Kemang, Bogor, dengan membandingkan populasi lalat yang diberi perlakuan tiametoksam terhadap kontrol. Pengukuran populasi dilakukan dengan menggunakan kertas berperekat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara populasi lalat yang diberi perlakuan tiametoksam dibandingkan terhadap kontrol, baik dilihat dari jumlah lalat maupun efek residual.

Kata kunci: tiametoksam, Musca domestica, efektifitas, efek residual

ABSTRACT

ADAM KUSTIADI NUGRAHA. Effectiveness of Thiamethoxam For Control of The Housefly (Musca domestica) Using Spray Method in Caged-Layer Poultry House. Supervised by SUSI SOVIANA and SUPRIYONO.

The house fly, Musca domestica is one of the best known and most widely distributed insects in human settlements. They are commonly found in poultry farm. The presence of these flies, particularly in large number on layer poultry farm can lead to nuisance of cage sanitation, transmission of disease, reduction in egg production, and workers interference. Thiamethoxam is a neonicotinoid insecticide that effective in the control of flies, but has not been widely used in Indonesia. The aim of this study was to determine the effectiveness of thiamethoxam as residual insecticide against Musca domestica with the spray method in poultry farm. The study was conducted at the KM 45 poultry farm, Kemang, Bogor, by comparing the population of flies in cages which treated with Thiamethoxam insecticide to another cage as controls. Population measurements performed using sticky fly paper. The results showed that there was no significant difference between fly population on control compared to spray on treatment, in terms of the number of flies and also residual effects.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

EFEKTIVITAS INSEKTISIDA TIAMETOKSAM DENGAN

METODE

SPRAY

TERHADAP LALAT RUMAH (

Musca domestica

)

DI PETERNAKAN AYAM PETELUR

ADAM KUSTIADI NUGRAHA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret sampai Mei 2013 ini ialah pengujian insektisida, dengan judul Efektivitas Insektisida dengan Metode Spray Tiamatoksam terhadap Lalat Rumah (Musca domestica) di Peternakan Ayam Petelur.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Drh. Susi Soviana, MSi dan Drh. Supriyono, MSi selaku pembimbing, seluruh staff dan karyawan Laboratorium Entomologi FKH IPB, kakak-kakak mahasiswa S2 program Parasitologi dan Entomologi Kesehatan serta teman-teman satu penelitian di Laboratorium Parasitologi dan Entomologi Kesehatan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah (Irmansyah), ibu (Kustini), kakak (Amalina Syaharani), adik (Arief Syahbudi Nugraha), Irene Soteriani, Shady Jasmin, Iwan Saepudin, Shuffur Husna, Agitsnisalimah, keluarga Sirkus, serta seluruh sahabat, dan teman-teman Acromion 47 atas segala doa dan dukungannya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu selama pengumpulan data.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Lalat Rumah (Musca domestica) 2

Tiametoksam 4

METODE 5

Waktu dan Tempat Penelitian 5

Metode Penelitian 5

Prosedur Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Kondisi Peternakan Ayam 7

Pengukuran Efektivitas Tiametoksam 7

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 12

(10)

DAFTAR TABEL

1 Tabel 1 Rata-rata populasi lalat M. domestica pada kandang perlakuan

spray dan kontrol pada bulan Maret - Mei 2013 8

2 Tabel 2 Rata-rata reduksi populasi lalat M. domestica di bulan Maret -

Mei 2013 9

3 Tabel 3 Rata-rata populasi lalat M. domestica (lalat / kertas perekat)

setiap perlakuanspray selama pengamatan 10

DAFTAR GAMBAR

1 Gambar 1 (A) Lalat rumah (M. domestica) (B) Siklus hidup lalat rumah

(M. domestica) (Merrit et al. 2003) 3

2 Gambar 2 Struktur kimia tiametoksam (Liqing et al. 2006) 5 3 Gambar 3 Skema penelitian uji efektivitas tiametoksam di peternakan

ayam petelur dengan metode spray 6

4 Gambar 4 (A) Papan perekat yang dipasang di bawah kandang (B) Jalur

yang diberi perlakuan spray 8

5 Gambar 5 Rata-rata penurunan populasi lalat M. domestica dengan

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Telur ayam merupakan jenis makanan bergizi yang sangat populer di kalangan masyarakat dan bermanfaat sebagai sumber protein hewani, namun kapasitas produksi peternakan ayam ras petelur di Indonesia masih belum optimal (Anonim 2013). Hal tersebut disebabkan oleh adanya beberapa permasalahan yang sering dihadapi oleh para peternak, satu diantaranya adalah keberadaan serangga pengganggu atau ektoparasit.

Ektoparasit yang biasa menginfestasi peternakan ayam adalah kutu, tungau, pinjal, dan lalat. Menurut Hadi dan Soviana (2010) infestasi ektoparasit dapat menimbulkan gejala klinis seperti iritasi pada kulit, kegatalan, peradangan, kudisan, miasis, serta berbagai bentuk reaksi alergi. Hal ini dapat menyebabkan rasa yang tidak nyaman dan kegelisahan pada ayam yang dapat mengganggu aktivitas ayam sehingga berpengaruh terhadap penurunan produksi telur ayam.

Lalat yang umum berada di peternakan ayam yaitu Musca domestica atau disebut juga dengan lalat rumah (Koesharto et al. 1986). Keberadaan lalat M. domestica di peternakan ayam petelur dapat mengganggu ketenangan dan kenyamanan ayam sehingga menyebabkan penurunan produksi telur dan bobot badan ayam. Menurut Hadi (2010) lalat M. domestica merupakan vektor mekanis yang dapat menularkan penyakit. Lalat dapat menularkan berbagai bakteri penyebab penyakit pada pencernaan ayam (Escherichia coli, Pasteurella multocida, Clostridium sp., Salmonella sp.) dan virus cacar ayam (fowl pox). Selain sebagai vektor bakteri dan virus, lalat rumah juga berperan sebagai inang antara cacing Raillietina sp. (Retnani 2008). Potensi lalat sebagai vektor mekanik berbagai penyakit kecacingan pernah diteliti oleh Sulaiman et al. (1988) di wilayah kumuh Selayang Bahagia, Malaysia, ditemukan telur cacing Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura.

Lalat juga dapat mengganggu permukiman di sekitar peternakan ayam karena ledakan populasi lalat yang berasal dari peternakan (Scanes et al. 2004). Populasi lalat yang berlebihan juga dapat mengganggu pekerja di peternakan ayam petelur (Axtell 1970a). Peningkatan jumlah lalat pada suatu peternakan dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain manajemen kandang, kondisi pakan, dan kondisi fisik kandang ayam. (Koesharto et al. 2000)

(12)

2

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan tiametoksam sebagai insektisida residual terhadap M. domestica dengan metode spray di peternakan ayam petelur.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai efektivitas dari insektisida tiametoksam menggunakan metode spray untuk mengendalikan populasi M. domestica di peternakan ayam petelur.

TINJAUAN PUSTAKA

domestica dianggap sebagai serangga pengganggu karena merupakan vektor mekanis beberapa penyakit dan penyebab miasis pada manusia dan hewan. Keberadaan lalat ini juga mengganggu kebersihan kandang dan ketenangan hewan. Lalat M. domestica merupakan jenis lalat yang penting ditinjau dari sudut kesehatan manusia karena dianggap menjadi vektor mekanis berbagai penyakit, memiliki jumlah yang banyak, dan memiliki hubungan yang erat dengan lingkungan hidup manusia (Santi 2001).

(13)

3

Siklus hidup M. domestica membutuhkan waktu sekitar 6-10 hari. Telur lalat tersimpan di bagian atas tumpukan manur yang memiliki bau menyengat dan tingkat kelembaban tinggi. Telur menetas kurang dari 24 jam menjadi larva instar I yang selanjutnya setelah 1-4 hari akan melepaskan kulit dan keluar menjadi instar II, kemudian setelah 1-2 hari berubah menjadi instar III. Larva lalat memiliki warna keputihan dan berbentuk silinder memanjang (Gambar 1B). Larva instar akhir akan menuju tempat kering dan berkembang menjadi pupa. Pupa memiliki bentuk oval, berwarna coklat gelap, dan tidak bergerak (Gambar 1B). Biasanya stadium ini berlangsung 3-9 hari, setelah stadium ini selesai maka melalui celah lingkaran bagian anterior dari puparium akan keluar lalat dewasa (Axtell 1999).

Patogen ditularkan M. domestica kepada manusia saat lalat hinggap pada makanan dan melakukan regurgitasi (vomit drops) (Hadi dan Koesharto 2006). Regurgitasi dilakukan secara alami sebelum dan selama menelan makanan. Eskreta hasil regurgitasi dan defekasi inilah yang mengandung agen penyakit. Menurut Axtell dan Arends (1990), hasil dari regurgitasi dan defekasi dari lalat juga dapat menyebabkan bercak pada bangunan kandang, peralatan, lampu (mengurangi tingkat pencahayaan), dan telur (berpotensi menyebarkan patogen pada telur yang baru dikeluarkan). Lalat juga berperan sebagai reservoir untuk berbagai organisme patogen yang dapat menyerang manusia serta unggas. Szalanski et al. (2004) melaporkan bahwa di Amerika, M. domestica mampu menyebarkan Campylobacter spp., yang diketahui sebagai penyebab utama enteritis. Diperkirakan penyebarannya dapat menyebabkan 2.450.000 orang terserang penyakit tersebut serta mengakibatkan kematian 124 orang tiap tahunnya. Sumber utama infeksi Campylobacter spp., adalah konsumsi makanan yang terkontaminasi terutama di daerah peternakan unggas.

Menurut Hastutiek dan Fitri (2007) beberapa agen infeksi penyebab emerging, re-emerging, dan new emerging diseases dapat ditularkan oleh M. domestica. Agen penyakit yang termasuk dalam kelompok emerging diseases antara lain Helicobacter pylori dan Cryptosporidium parvum, kemudian kelompok re-emerging diseases seperti Giardia lamblia dan Yersinia pseudotubercolosis. Agen infeksi dari kelompok new emerging disease salah satunya adalah virus H5N1 yang menyebabkan flu burung. Beberapa agen penyakit yang termasuk kelompok emerging, re-emerging dan new emerging diseases dapat ditularkan oleh M. domestica secara mekanis dan biologis.

Gambar 1 (A) Lalat rumah (M. domestica) (B) Siklus hidup lalat rumah (M. domestica) (Merrit et al. 2003)

(14)

4

Perpindahan agen penyakit secara mekanis oleh lalat perlu diperhatikan karena lalat memiliki perilaku defekasi dan regurgitasi.

Larva dan lalat dewasa juga dapat menjadi inang perantara bagi infeksi cacing pita (Raillietina tetragona dan R. cesticillus) pada ayam. Satu individu lalat M. domestica diketahui dapat membawa lebih dari satu jenis sistiserkoid cacing pita (genus Raillietina sp. dan Choanotaenia infundibulum). Larva lalat dan lalat dewasa seringkali termakan oleh ayam sehingga ayam dapat terserang kecacingan. Selain itu, lalat juga berperan sebagai vektor mekanik, baik cacing gilik (Ascaridia galli) maupun bakteri. Lalat yang hinggap pada feses atau litter yang telah tercemar bakteri penyebab kolera akan berpotensi menyebarkan kolera pada ayam lainnya (Retnani 2008).

Tiametoksam

Tiametoksam pertama kali disintesis pada tahun 1991. Menurut Maienfisch et al. (2001) tiametoksam adalah insektisida neonikotinoid yang berasal dari subkelas tianikotinil yaitu generasi kedua dalam kelompok neonikotinoid. Neonikotinoid berdasarkan senyawa kimianya dibagi menjadi 3 subkelas, yaitu nitrometilen, kloronikotil, dan tianikotinil. Kelompok neonikotinoid diidentifikasi sebagai senyawa terbaik karena bersifat non-repelan pada serangga sehingga dapat digunakan untuk formulasi umpan (bait) serta formulasi termitisida. Senyawa ini dapat disintesis dalam beberapa langkah dengan hasil yang tinggi dari bahan mentah yang mudah didapat.

Tiametoksam dengan struktur kimia sebagaimana terlihat pada Gambar 2 bekerja pada sistem saraf pusat serangga yang menyebabkan penghadangan yang tetap (irreversible) pada nicotinic acetylcholine receptor (Wirawan 2006). Asetilkolin pada keadaan normal mengaktifkan impuls pada saraf sinaps, namun pengaruhnya cepat berhenti. Pemberian tiametoksam membuat asetilkolin terus menempel pada nicotinic acetylcholine receptor sehingga impuls saraf terus masuk dan tidak dapat dihentikan. Hal ini dapat menyebabkan terjadi inkoordinasi, hiperaktivasi, dan tremor yang berakhir pada kematian (Djojosumarto 2008).

Hal tersebut menunjukkan bahwa tiametoksam memiliki karakteristik sistemik yang sangat baik dan dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai hama penting seperti kutu, lalat, wereng, dan kumbang, serta beberapa spesies Lepidoptera. Tiametoksam juga banyak dikembangkan sebagai pestisida yang diaplikasikan pada daun maupun tanah, serta pada benih tanaman yang biasa digunakan dalam lahan pertanian. Tiametoksam cocok dipakai dalam program pengelolaan hama terpadu modern pada banyak sistem lahan karena memiliki metode aplikasi yang fleksibel, efektivitas yang sangat baik, aktivitas residu yang tahan lama, dan profil keamanan yang baik (Maienfisch et al. 2001).

(15)

5

Nilai tersebut menempatkan tiametoksam pada WHO Hazard Class III yaitu “sedikit berbahaya”, yakni sebuah insektisida dengan klasifikasi tersebut harus memiliki nilai LD50 per oral dan dermal diatas 1500 mg/kg berat badan. Klasifikasi dari WHO Hazard Class adalah mulai dari Class I yaitu “Sangat berbahaya”, kemudian Class II yaitu “Berbahaya”, Class III yaitu “Sedikit berbahaya”, dan Class U yaitu “Tidak berbahaya”.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2013, di Peternakan Ayam Petelur Kecamatan Kemang KM 45, Kampung Hambulu, Desa Tegal RT/RW 001/001, Kabupaten Bogor. Identifikasi dan penghitungan lalat dilakukan di Laboratorium Entomologi Kesehatan, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Metode Penelitian

Persiapan Insektisida

Metode yang digunakan adalah metode spray. Bahan Agita® (10 WG) sebanyak 400g dilarutkan ke dalam 3.2lt air, kemudian diaduk sampai rata dan dimasukkan ke dalam tabung sprayer. Larutan dengan konsentrasi tersebut dapat digunakan untuk menyemprot lantai seluas 80 m2. Perlu dilakukan pengujian terlebih dahulu pada alat sprayer yang akan dipakai sesuai dengan luas tempat yang akan disemprot. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kekurangan atau kelebihan larutan ketika dilakukan penyemprotan.

(16)

6

Gambar 3 Skema penelitian uji efektivitas tiametoksam di peternakan ayam petelur dengan metode spray

Keterangan :

A : Jalur Perlakuan (ulangan-1) B : Jalur Perlakuan (ulangan-2) C : Jalur Perlakuan (ulangan-3) K : Jalur Kontrol (tanpa perlakuan) : Perekat

: Kandang berisi ayam Aplikasi Insektisida

Sebelum dilakukan penyemprotan dilakukan pembersihan tempat yang akan disemprot dengan menyapu jalur kandang. Hal ini dilakukan agar bahan insektisida yang disemprot dapat menempel dengan baik di lantai. Aplikasi insektisida dilakukan pada lantai dari 3 jalur kandang (Gambar 3). Sedangkan 3 jalur lainnya sebagai kontrol yang tidak diaplikasikan insektisida.

Penghitungan Lalat

(17)

7 Selanjutnya, lalat yang menempel pada kertas perekat tersebut dihitung menggunakan counter, dan dicatat jumlahnya. Penghitungan populasi lalat dilakukan selama 9 minggu. Gambar 3 menunjukkan skema penelitian di lapang. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan Analisis Sidik Ragam (ANOVA) dilanjutkan dengan uji Duncan untuk menguji perbedaan di antara perlakuan yang ada menggunakan program SPSS 16.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Peternakan Ayam

Peternakan ayam petelur terletak di Kecamatan Kemang KM 45, Bogor. Suhu rata-rata Kabupaten Bogor adalah 26 oC dengan suhu terendah 21.8 oC dan suhu tertinggi 30.4 oC. Kelembaban udara berkisar 70% dengan curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar 3.500 sampai 4.000 mm (Pemkab Bogor 2012).

Peternakan ini memiliki dua bangunan kandang dengan ukuran kandang maing-masing 25 x 15 m. Sistem kandang ayam yang digunakan adalah sistem sangkar (cage) berupa kandang dari kawat (baterai). Kandang baterai disusun dua tingkat memanjang. Satu kandang baterai berukuran 30 x 30 x 45 cm yang berisi 3 hingga 4 ekor ayam. Bibit ayam petelur dibesarkan hingga umur 13 minggu kemudian dimasukkan ke dalam kandang baterai dan pada umur ke-19 minggu, ayam mulai bertelur. Saat ini peternakan memiliki sekitar 110.000 ekor ayam produktif. Bangunan kandang pertama terdiri atas 12 jalur kandang bertingkat dan bangunan kandang kedua terdiri atas 8 jalur. Dua jalur saling berhadapan dan membentuk satu lorong di tengah bangunan. Kandang ayam terbuat dari kawat yang kuat dan tebal dengan satu buah pintu kecil. Pada masing-masing jalur kandang, terdapat dua pipa yang terletak sejajar. Satu pipa untuk minuman ayam dan pipa lainnya untuk pakan (Gambar 4A). Pada bagian bawah kandang terdapat tempat pengumpulan telur yang terbuat dari kawat.

Pengukuran Efektivitas Tiametoksam

(18)

8

Rata-rata populasi lalat pada kelompok perlakuan pada minggu ke-1 sampai ke-9 secara statistik tidak berbeda nyata (p>0.05) terhadap kontrol (Tabel 1). Hasil tersebut menunjukkan bahwa tiametoksam tidak memberikan pengaruh penurunan populasi lalat yang signifikan pada minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-9 apabila dibandingkan terhadap populasi kontrol. Hal ini diperkirakan akibataplikasi metode spray yang tidak efektif pada peternakan ayam petelur. Hal ini terutama dapat disebabkan karena jalur yang sudah disemprot tertutupi oleh debu dan daun, atau oleh aktivitas peternak yang sangat tinggi pada jalur tersebut seperti mengambil telur, memberi pakan, dan membersihkan jalan tersebut, sehingga jalur yang sebelumnya sudah disemprot insektisida menjadi tertutupi pijakan /tanah dan sebagainya.

Berdasarkan hasil di atas dapat diartikan bahwa insektisida tiametoksam belum memberikan hasil yang efektif selama 2 bulan setelah aplikasi. Hal ini sesuai dengan penelitian (Axtell 1970b) bahwa hasil yang efektif belum didapatkan pada 2 bulan pertama aplikasi insektisida secara spray. Hasil yang efektif baru akan didapatkan pada bulan ke-3, selain itu diperlukan pengulangan penyemprotan insektisida dengan interval 2–5 minggu.

Tabel 1 Rata-rata populasi lalat M. domestica pada kandang perlakuan spray dan kontrol pada bulan Maret - Mei 2013

Minggu ke- Spray Kontrol 1 140.44a ± 3.19 119.02a ± 15.71 2 129.33a ± 9.53 108.56a ± 25.89 3 152.88a ± 7.05 121.11a ± 19.79 4 193.40a ± 25.31 183.39a ± 23.02 5 128.71a ± 9.26 150.47a ± 40.60 6 184.73a ± 31.60 243.78a ± 22.48 7 143.93a ± 39.21 160.50a ± 38.39 8 147.42a ± 93.05 236.13a ± 48.04 9 183.40a ± 66.89 192.88a ± 70.89 Rata-rata 156.03a ± 41.25 167.49a ± 56.27

Keterangan : Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0.05).

Gambar 4 (A) Papan perekat yang dipasang di bawah kandang (B) Jalur yang diberi perlakuan spray

(19)

9 Walaupun secara statistik, tidak terjadi penurunan populasi lalat secara signifikan pada jalur perlakuan dibandingkan terhadap kontrol, tetapi rata-rata populasi lalat setiap minggu pada jalur ini menunjukkan nilai reduksi terhadap kontrol (Tabel 2 dan Gambar 5). Nilai reduksi populasi lalat adalah pengurangan nilai rata - rata populasi kontrol dengan nilai rata - rata populasi perlakuan. Secara statistik penurunan populasi lalat M. domestica dari minggu ke-1 sampai minggu ke-7 menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p>0.05). Namun secara keseluruhan, terdapat penurunan populasi lalat pada minggu ke-5 sampai minggu ke-9, yang ditunjukkan dari grafik yang terus meningkat. Sebaliknya, penurunan populasi ini tidak terlihat pada 4 minggu awal perlakuan. Pada minggu ke-1 sampai minggu ke-4 terlihat bahwa insektisida tiametoksam tidak dapat bekerja dengan baik, yang ditunjukkan dengan hasil rata-rata penurunan populasi lalat yang negatif.

Hasil negatif yang diperoleh pada minggu ke-1 sampai minggu ke-4 kemungkinan disebabkan karena adanya pembersihan manur pada kandang ayam. Manur ayam yang telah bercampur dengan makanan ayam beserta kotoran kandang merupakan habitat yang baik bagi perkembangan hidup lalat dan sumber nutrisi yang baik bagi lalat. Sehingga pembersihan manur akan mengakibatkan populasi lalat mengalami penurunan. (Putra et al. 2013).

Tabel 2 Rata-rata reduksi populasi lalat M. domestica di bulan Maret - Mei 2013 minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

-21.42a -20.78a -31.76a -10.01ab 21.76ab 59.05ab 16.57ab 88.71b 9.48ab Keterangan: Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0.05).

(20)

10

Semakin banyak dan baik kondisi manur sebagai tempat perindukan lalat, dapat mengakibatkan kenaikan populasi lalat M. domestica di peternakan ayam petelur. Hasil pengamatan sesuai dengan penelitian yang dilakukan Axtell (1970a), yaitu terjadi peningkatan reduksi populasi serangga pengganggu pada peternakan ayam petelur saat perlakuan diadakan bersamaan dengan pembersihan manur. Dapat diartikan bahwa hasil reduksi populasi bukan hanya dikarenakan pengaruh dari tiametoksam tetapi juga oleh faktor lain (Tabel 1).

Pada minggu ke-7 terdapat hasil rata-rata populasi reduksi yang mengalami penurunan secara tidak wajar, hal ini disebabkan karena adanya penurunan drastis populasi ayam di jalur kontrol pada minggu ke-6 akibat pengafkiran ayam-ayam yang sudah tidak produktif. Penurunan populasi lalat pada jalur perlakuan tidak memperlihatkan banyaknya lalat yang mati di sekitar tempat perlakuan. Hal tersebut dapat terjadi karena Tiametoksam bukan sebagai on the spot kill, sehingga lalat masih dapat melakukan aktivitas setelah kontak dengan insektisida dan besar kemungkinan menempel pada kertas bereperekat di sekitar kandang. Hal inilah yang menyebabkan tidak tampak lalat yang mati di sekitar perlakuan sebagaimana Msangi et al. (2006), sebaliknya bahkan terhitung sebagai populasi lalat pada jalur perlakuan.

Efek residual tiametoksam terhadap rata-rata populasi lalat M. domestica dengan metode spray pada peternakan ayam petelur dapat dilihat pada Tabel 3. Menurut Wirawan (2006) tiametoksam merupakan insektisida yang dapat bertahan pada permukaan sehingga memiliki efek residual, walaupun memiliki efek residual yang pendek yaitu minggu ke-1 sampai minggu ke-4 setelah pemakaian pertama (Nurita et al. 2008). Efek residual tiametoksam dalam menurunkan populasi lalat rumah pada penelitian ini tidak dapat ditentukan. Karena populasi lalat di jalur perlakuan dari minggu ke-1 sampai minggu ke-9 tidak berbeda nyata apabila dibandingkanterhadap populasi lalat di jalur kontrol. Tabel 3 Rata-rata populasi lalat M. domestica (lalat / kertas perekat) setiap

perlakuan spray selama pengamatan

(21)

11 Menurut Djojosumarto (2008) terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas dari insektisida. Faktor pertama adalah hubungan antara insektisida dan sasarannnya. Faktor ini terdiri atas kesesuaian antara insektisida dengan sasaran biologisnya, serta kepekaan sasaran. Pengetahuan dan identifikasi berbagai organisme pengganggu tanaman dan hewan serta bagaimana memilih insektisida yang tepat menjadi sangat penting pada faktor tersebut. Pada poin kepekaan sasaran, takaran yang sesuai dengan anjuran pemakaian hanya efektif untuk mengendalikan organisme pengganggu yang masih peka terhadap insektisida tesebut. Faktor kedua adalah teknik aplikasi insektisida. Pada faktor ini terdapat 3 hal yang harus diperhatikan, yaitu waktu, takaran, dan metode aplikasi yang dilakukan harus tepat.

Pada umumnya metode aplikasi insektisida penyemprotan (spraying) merupakan metode yang paling banyak digunakan. Diperkirakan terdapat 75% insektisida di dunia diaplikasikan dengan cara disemprotkan, baik secara konvensional di darat (ground spraying) maupun dari udara (aerial spraying). Larutan insektisida (campuran insektisida dan air) dipecah oleh nozzle (cerat, spuyer) menjadi butiran semprot yang selanjutnya didistribusikan ke bidang sasaran penyemprotan. Metode spray dapat digunakan dengan berbagai macam alat. Penyemprotan dapat menggunakan alat penyemprot (sprayer) sedangkan pengabutan (mist blowing) menggunakan alat pengabut (mist blower) (Djojosumarto 2008).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Populasi Musca domestica yang pada aplikasi insektisida tiametoksam dengan metode spray tidak berbeda nyata apabila dibandingkan terhadap kontrol. Efek residual tiametoksam dalam membunuh lalat rumah tidak dapat ditentukan karena tidak ada perbedaan nyata antara populasi di tiap minggunya pada populasi perlakuan.

Saran

(22)

12

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2013. Agar produksi layer tetap optimal. [Internet] [diunduh 2014 Okt 5] Tersedia pada http://ayampetelur.com/tag/produksi-layer-optimal/. Axtell RC. 1970a. Control in Caged-Poultry Houses: Comparison of Larvaciding

and Integrated Control Programs. J Econ Entomol. 63(6): 1734-1737.

Axtell RC. 1970b. Integrated fly-control program for Cage-poultry houses. J Econ Entomol. 63(2): 400-405.

Axtell RC. 1986. Fly Control in Confined Livestock and Poultry Production. (US): CIBA-GEIGY.

Axtell RC, Arends JJ. 1990. Ecology and management of arthropod pests of poultry. Annu. Rev Entomol. 35:101-126.

Axtell RC. 1999. Poultry integrated pest management: status and future. Integrated Pest Manag Rev. 4:53-73.

Djojosumarto P. 2008. Panduan Lengkap Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka.

Freedman B. 2008. Flies, editor. The Gale Encyclopedia of Science. Detroit (US): Gale Press.

Hadi UK, Soviana S. 2010. Ektoparasit: Pengenalan, Identifikasi, dan Pengendaliannya. Bogor (ID): IPB Press.

Hadi UK. 2010. Pelaksanaan biosekuritas pada peternakan ayam. [Internet] [diunduh 2014 Jun 30]. Tersedia pada http://upikke.staff. ipb.ac.id/files/2010/12/Pelaksanaan-Biosecurity-pada-Peternakan-Ayam.pdf. Hadi UK, Koesharto FX. 2006. Lalat. Dalam: Hama Permukiman Indonesia: Pengenalan, Biologi, dan Pengendalian. Sigit SH, editor. Hadi UK, editor. Bogor (ID): Unit Kajian Pengendalian Hama Permukiman Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

Hastutiek P, Fitri LE. 2007. Potensi Musca domestica sebagai vektor beberapa penyakit. J Kedokteran Brawijaya. 23:125 – 136.

[JMPR] Joint FAO/WHO Meeting on Pesticide Residues. 2010. Report of the Joint Meeting of the FAO Panel of Experts on Pesticide Residues in Food and the Environment and the WHO Core Assessment Group on Pesticide Residues. FAO Plant Production and Protection Paper 200.

Koesharto FX, Sigit SH, Hadi UK. 1986. Suatu telaah penggunaan musuh hayati (serangga parasit dan predator) untuk pemberantasan lalat pengganggu (diptera: Muscidae) pada ternak sapi dan kerbau [laporan penelitian]. Bogor (ID): Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Koesharto FX, S Soviana, E Sudarnika. 2000. Fluktuasi Populasi Parasitoid Spalangia endius (Hymenoptera: Pteromalidae) dari Lalat Pengganggu (Diptera: Muscidae) dalam Peternakan ayam di Kabupaten Bogor. Media Veteriner. 7:1-2

Liqing Z, Guoguang L, Dezhi S, Kun Y. 2006. Hydrolisis of Thiamethoxam. Bull Environ Contam Toxicol. (76):942-949

(23)

13 Maienfisch P, Angst M, Brandl F, Fischer W, Hofer D, Kayser H, Kobel W, Rindlisbacher A, Senn R, Steinemann A, Widmer H. 2001. Chemistry and biology of thiamethoxam : a second generation neonicotinoid. Pest Manag Scie. 57: 906-913.

Merrit RW, Courtney GW, Keiper JB. 2003. House Fly (Musca domestica), editor. Encyclopedia of Insects. Amsterdam (NL): Academic Press.

Msangi S, Lawrence B, Masenga C. 2006. Comparative effectiveness of neonicotinoid (thiamethoxam) and organophosphate (azamethiphos) against synathropic house flies. Eur J Scie Res. 15(4):493-497.

Nurita AT, Abu HA, Nur AH, Norasmah B. 2008. Field evaluations of granular fly bait, Quick Bayt® and the paint-on fly bait, Agita® against synanthropic flies. Trop Biomed. 25(2):126-133.

[Pemkab Bogor] Pemerintah Kabupaten Bogor. 2012. Letak geografis Kabupaten Bogor. Pemkab Bogor [Internet]. [diunduh 2014 Jan 23]. Tersedia pada: http://www.bogorkab.go.id/selayang-pandang/letak-geografis/.

Putra RE, Rosyad A, Kinasih I. 2013. Pertumbuhan dan perkembangan lalat Musca domestica Linnaeus (Diptera: Muscidae) dalam beberapa jenis kotoran ternak. J Entomol Indone. 10(1):31-38.

Retnani EB, Satrija F, Hadi UK, Sigit SH. 2010. Sestodosis dan serangga yang berpotensi sebagai inang antara pada ayam ras petelur komersial di daerah bogor [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Santi DN. 2001. manajemen pengendalian lalat. [Internet]. [diunduh 2014 Jun 30]. Tersedia pada http://library.usu.ac.id/download/fk/fk-Devi.pdf

Scanes CG, Brant G, Ensminger ME. 2004. Poultry Science. Edisi ke-4. New Jersey (US): Pearson Prentice Hall.

Soulsby EJL. 1986. Helminths, Arthropods and Protozoa of Domesticated Animals. Edisi ke-7. London (ENG): Bailliere, Tindall & Cassell.

Sulaiman S, Sohadi AR, Yunus H, Iberahim R. 1988. The role of some Cyclorrapha Flies as carriers of human helminths in Malaysia. Med Vet Entomol. 2:1-6.

Szalanski AL, Owena CB, Mckay T and Steelman CD. 2004. Detection of Campylobacter and Escherichia coli O157:H7 from Filth flies by Polymerase Chain Reaction. Med Vet Entomol. 18(3):241-246.

West SL. 1951. The House Fly Its Natural History, Medical History, Medical Importance and Control. New York (US): Comstock Publishing Company. Wirawan IA. 2006. Insektisida Permukiman. Di dalam Singgih HS dan Upik KH,

(24)

14

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bekasi pada 13 Agustus 1992 sebagai anak kedua dari pasangan Bapak Irmansyah dan Ibu Kustini. Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SD Cindera Mata Kota Bekasi pada tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Labschool Jakarta dan lulus pada tahun 2007. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Labschool Jakarta dan di tahun yang sama diterima di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur UTM (Ujian Talenta Mandiri).

Selama masa perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Komunitas Seni STERIL FKH IPB pada tahun 2011-2013 dan pada tahun 2011 ikut menjadi anggota paduan suara Gita Klinilka FKH IPB. Selama tahun 2012 penulis menjabat sebagai wakil ketua di KS STERIL FKH IPB dan dari tahun 2010 menjadi anggota UKM MAX divisi EO. Selain aktif di bidang musik, penulis aktif menjadi anggota divisi Kominfo pada Himpunan Profesi Satwa Liar FKH IPB dari tahun 2012 sampai 2013, kemudian bergabung dengan divisi Carnivore di Himpro Satwa Liar FKH IPB.

Gambar

Gambar 1 (A) Lalat rumah (   M. domestica) (B) Siklus hidup lalat rumah (M. domestica) (Merrit et al
Gambar 3 Skema penelitian uji efektivitas tiametoksam di peternakan ayam
Tabel 1 Rata-rata populasi lalat M. domestica pada kandang perlakuan spray dan kontrol pada bulan Maret - Mei 2013
Gambar 5 Rata-rata penurunan populasi lalat M. domestica dengan spray
+2

Referensi

Dokumen terkait