• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah lalat rumah, musca domestica yang berhasil menjadi dewasa pada feses ayam yang diberi pakan serbuk kunyit, Curcuma domestica Val

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jumlah lalat rumah, musca domestica yang berhasil menjadi dewasa pada feses ayam yang diberi pakan serbuk kunyit, Curcuma domestica Val"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

JUMLAH LALAT RUMAH (

Musca domestica

) YANG

BERHASIL MENJADI DEWASA PADA FESES AYAM YANG

DIBERI PAKAN SERBUK KUNYIT (

Curcuma domestica

Val.)

EPI KUMALA DEWI A.

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

EPI KUMALA DEWI A. Jumlah Lalat Rumah (Musca domestica) yang berhasil menjadi dewasa pada feses Ayam yang diberi Pakan Serbuk Kunyit (Curcuma domestica Val.). Dibimbing oleh SUSI SOVIANA dan UMI CAHYANINGSIH.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan larva lalat rumah rumah (Musca domestica) pada media feses ayam yang diberi pakan serbuk kunyit (Curcuma domestica Val.). Penelitian ini menggunakan 80 ekor ayam petelur berumur 2 minggu dibagi menjadi empat kelompok perlakuan. KS1 yaitu kelompok ayam yang diberi pakan yang dicampur dengan serbuk kunyit jumlah rendah, KS2 jumlah sedang, dan KS3 jumlah tinggi serta kelompok kontrol yang tidak diberi kunyit (KN). Pemberian pakan tersebut dilakukan selama 6 hari berturut-turut. Sebagai pembanding ditambahkan 2 kelompok perlakuan dari feses ayam kelompok KN yaitu KP1 dan KP2. Kedalam kelompok KP1 ditambah 3 gram serbuk kunyit dan kelompok KP2 ditambah 6 gram serbuk kunyit. Selanjutnya feses dari semua kelompok ayam dijadikan media perkembangan larva lalat rumah stadium instar pertama (L1). Setelah satu minggu dihitung jumlah lalat yang berhasil menjadi dewasa dari masing-masing perlakuan.

(3)

JUMLAH LALAT RUMAH (

Musca domestica

) YANG

BERHASIL MENJADI DEWASA PADA FESES AYAM YANG

DIBERI PAKAN SERBUK KUNYIT (

Curcuma domestica

Val.)

EPI KUMALA DEWI A.

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul Skripsi

: Jumlah Lalat Rumah (

Musca domestica

)

yang berhasil menjadi dewasa pada feses Ayam

yang diberi Pakan Serbuk Kunyit

(

Curcuma domestica

Val.).

Nama

: Epi Kumala Dewi A.

NRP

: B01400006

Disetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Drh. Susi Soviana, M.Si Dr. Drh. Hj. Umi Cahyaningsih, MS

NIP. 131 878 127 NIP. 131 124 821

Diketahui,

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Institut Pertanian Bogor

Dr. Drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS

NIP. 131 129 090

(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia -Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini, yang berjudul Jumlah Lalat Rumah (Musca domestica) yang berhasil menjadi dewasa pada feses Ayam yang diberi Pakan Serbuk Kunyit (Curcuma domestica Val.) sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi tingkat sarjana pada Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Selama pelaksanaan penelitian ini, penulis banyak mendapat dukungan,

semangat serta bantuan dari berbagai pihak. Terima kasih penulis ucapkan kepada

Drh. Susi Soviana, MSi. dan Dr. Drh. Hj. Umi Cahyaningsih, M.S. selaku dosen

pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dalam

menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada

Drh. R. Ipin R. Manggung selaku dosen Pembimbing Akademik dan Dr. Drh.

Akhmad Arif Amin selaku dosen penguji.

Penulis sangat terharu utamanya pada Mama dan almarhum papaku yang

tercinta. Kakak-kakak perempuanku Arni Achmad Amp, Dra. Megawati Achmad,

Drh. Atira Achmad, Ir. Jumarthi Achmad serta Adikku Eya yang telah

menyayangiku, memanjakanku dan memberikan semangat, materi serta doa yang

tulus. I love u all. Tak lupa penulis juga ucapkan terima kasih kepada Papah Dr.Ir.

Wahyudin maulana MS. atas segala bimbingan dan nasehatnya, kakak-kakak

iparku yang baik, kak Mus, kak Alan, kak Rapiq ”thanx yach udah sayang ama

epi”. My friend Nur, Uly, Nirma, Ena, Fania, Reti, Nidia, Erlina, Wati, Ludi,

Ning, Koko, Abang Donwil, Tyta, Teh Emi, atas segala perhatian dan bantuannya.

serta karya kecilku ini buat Nadira, Eji, Didi, Nada ”sang keponakan yang

lucu-lucu dan memberikan keceriaan di keluarga.”

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan dan bagi generasi-generasi

penerus bangsa ini.

Bogor, Januari 2006

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Watampone pada tanggal 17 April 1983 dari ayah

Alm. H. Achmad L. dan Ibu H. Mutiara. Penulis merupakan anak ke-enam dari

tujuh bersaudara.

Tahun 1994, penulis lulus dari SDN 24 Macanang dan diterima di SLTP

Negeri 2 Watampone. Pada Tahun 1997 penulis diterima di SMU Negeri 1

Watampone. Lalu pada Tahun 2000 penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Fakultas Kedokteran

Hewan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mendapat beasiswa. Penulis

juga pernah menjadi anggota Himpro Satwa Liar (SATLI) dan Himpro Hewan

Kesayangan (HKSA) periode 2002-2003. Selain itu penulis juga aktif AIKIDO

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan... 3

TINJAUAN PUSTAKA Lalat Rumah (Musca domestica)... 4

Morfologi... 4

Siklus Hidup ... 6

Perilaku Lalat Rumah (Musca domestica)... 8

Peran Lalat Rumah Dalam Peternakan Ayam... 9

Kunyit (Curcuma domestica Val.)... 10

Klasifikasi... 10

Sejarah... 10

Morfologi... 11

Kandungan... 13

Manfaat... 13

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu... 15

Alat dan Bahan ... 15

Prosedur Pelaksanaan... 15

Pengadaan Larva Lalat Rumah ( Musca domestica)... 15

Penyediaan Serbuk Kunyit(Curcuma domestica Val.)... 15

Perlakuan... 16

Analisis data ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

KESIMPULAN DAN SARAN ... 20

Kesimpulan... 20

Saran ... 20

DAFTAR PUSTAKA ... 21

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Persentase rata-rata lalat rumah (Musca domestica) dewasa

pada feses dari ayam yang diberi pakan serbuk kunyit

(Curcuma domestica Val ) dengan jumlah serbuk kunyit bertingkat ... 17

2 Persentase rata-rata peningkatan lalat rumah (Musca domestica) dewasa dibandingkan dengan kontrol negatif (KN) pada feses dari ayam yang diberi pakan serbuk kunyit

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Siklus Hidup Lalat Rumah (Musca domestica)... 6

2 Telur Lalat Rumah(Musca domestica) ... 7

3 Larva Lalat Rumah (Musca domestica) ... 7

4 Pupa Lalat rumah (Musca domestica)... 8

5 Lalat Rumah Dewasa (Musca domestica) ... 8

6 Bunga kunyit (kiri) dan Daun kunyit (kanan) ... 11

7Rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) ... 12

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Persentase rata-rata lalat rumah ( muscadomestica) dewasa

pada feses ayam yang diberi pakan serbuk kunyit

( curcuma domestica val.) dengan jumlah serbuk kunyit bertingkat ... 24

2 Hasil Analisis Sidik Ragam (Anova) dan Uji Wilayah Berganda

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Negara Indonesia termasuk salah satu negara yang sangat potensial dalam

pengembangan produk-produk peternakan. Dalam usaha pemenuhan kebutuhan

masyarakat dilakukan program Swasembada Daging pada tahun 2005 yang

dicanangkan oleh Direktorat Jendral Produksi Peternakan Departemen Pertanian.

Kesuksesan program tersebut sangat ditent ukan oleh kerjasama yang baik dari

seluruh elemen yang berkaitan dengan dunia peternakan.

Diantara beragamnya industri peternakan yang sedang berkembang,

peternakan ayam adalah yang paling pesat pertumbuhannya. Hal ini disebabkan

karena daging unggas dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan protein

hewani dengan harganya yang relatif terjangkau jika dibandingkan dengan daging

ternak ruminansia. Industri peternakan ayam ternyata dapat pula menimbulkan

masalah yang cukup serius terutama bila limbah dan kotor an yang berasal dari

kandang dibiarkan menumpuk dan basah (Lestari 2000).

Tinja atau feses ayam merupakan media yang amat disukai oleh lalat-lalat

pengganggu sebagai tempat perkembangbiakannya. Koesharto et al. (1986) mengemukakan bahwa lalat pengganggu yang umum dijumpai di peternakan

ayam petelur adalah lalat dari famili Muscidae, terutama lalat rumah Musca

domestica (Diptera: Muscidae) dan lalat Ophyra chalcogaster. Feses unggas merupakan sumber protein untuk pematangan telur Musca domestica (Bread et al. 1974 dalam Wulandari 2004).

Lalat rumah sebenarnya adalah serangga kosmopolitan yang

keberadaannya selalu mengikuti kegiatan manusia dan ternak. Lalat ini sangat

mudah berkembang biak karena cepat beradaptasi dengan lingkungan dan tingkat

reproduksinya sangat tinggi. Bila populasi masih dalam batas-batas yang normal

maka dampak negatif dari kehadirannya tidak terlalu dirasakan. Sebaliknya

populasinya cukup besar dapat menimbulkan masalah baik di bidang sanitasi,

estetika serta produktivitas ternak. Ker ugian yang dapat diakibatkan oleh lalat

rumah ini di peternakan misalnya adalah mengganggu ketenangan hewan ternak,

(12)

berdampak terhadap pernafasan, meninggalkan bercak hitam pada kandang serta

telur unggas dan bertindak sebagai vektor mekanis dari bibit-bibit penyakit seperti

virus, bakteri, kista protozoa dan telur cacing.

Meskipun kehadiran lalat rumah ini amat mengganggu, tetapi

sesungguhnya ia mempunyai fungsi di alam adalah sebagai serangga perombak

bahan organik dari kotoran yang dihasilkan unggas. Namun karena populasinya

yang cepat sekali bertambah serta perilakunya dalam mencari makanan, maka

kehadirannya dapat mengganggu dan merugikan kehidupan manusia serta

ternaknya (Koesharto et al. 1986). Lalat mempunyai kebiasaan memuntahkan

cairan lambungnya dan muntahan itu dapat mencemari makanan manusia. Adanya

pulvili, labela dan sejumlah bulu -bulu halus pada bagian tubuhnya memungkinkan

lalat rumah berperan sebagai penyebar penyakit (Levine 1990).

Pengendalian lalat rumah (Musca domestica) di peternakan ayam telah dilakukan dengan berbagai cara diantaranya perbaikan sanitasi dan pemberian

insektisida. Secara sepintas penggunaan insektisida sangat mudah akan tetapi

pemakaiannya yang berulang dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan

dampak negatif terhadap produk peternakan dan lingkungan. Dalam usaha untuk

mengurangi penggunaan dan menekan dampak negatif insektisida dicari bahan

alternatif lain yang murah, aman dan mudah yang salah satunya adalah

menggunakan tanaman obat. Salah satu tanaman obat yang digunakan adalah

rimpang kunyit. Di Indonesia rimpang kunyit adalah salah satu bahan bumbu

masak selain jahe, temulawak, dsb. Rimpang kunyit berwarna kuning jingga,

kuning jingga kemerahan sampai kuning jingga kecoklatan. Rimpang terdiri dari

rimpang induk dan anak rimpang. Rimpang induk berbentuk bulat telur, disebut

empu atau kunir lelaki sedangkan anak rimpang letaknya lateral dan bentuknya

seperti jari (tabung).

Penelitian ini menggunakan kunyit untuk mengetahui potensinya dalam

mengurangi populasi lalat. Rimpang kunyit yang digunakan dalam penelitian ini

sebenarnya digunakan untuk mengatasi Eimeria tenella pada ayam dan diharapkan feses ayam dapat digunakan untuk mengatasi populasi lalat.

Sebagaimana diketahui feses ayam merupakan media perkembangan pradewasa

(13)

atsiri 3-5% dan kurkumin (pewarna kuning). Menurut Wijayakusumah et.al.

(1992) disamping minyak atsiri, rimpang kunyit juga mengandung pati, tanin dan

zat pahit.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan larva

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Lalat Rumah ( Musca domestica )

Diptera merupakan salah satu ordo terbesar dari serangga dengan

keragaman jenis yang tinggi dan sebagian besar tersebar secara kosmopolitan

yang artinya dapat ditemukan di sebagian besar belahan bumi. Istilah “ Diptera “

menunjukkan bahwa kelompok serangga ini memiliki dua pasang sayap pada

masa embrional. Pasangan sayap belakang mengalami perubahan bentuk dan

fungsi menjadi alat keseimbangan berupa sepasang kenop bertangkai yang disebut

halter sedang sepasang sayap lainnya menjadi sayap sejati. Kebanyakan Diptera

bertubuh lunak serta mempunyai kepentingan ekonomi yang cukup besar (Borror

et al. 1992).

Klasifikasi Musca domestica Linn dalam West (1951) adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Kelas : Insekta

Ordo : Diptera

Subordo : Cylorrhapha

Famili : Muscidae

Subfamili : Muscinae

Genus : Musca

Spesies : Musca domestica

Morfologi

Musca domestica adalah lalat yang bersifat kosmopolitan dan selalu ditemui dalam setiap aktivitas manusia, khususnya di dalam rumah. Karena itulah

lalat ini secara umum dikenal sebagai lalat rumah (house fly). Sesuai dengan

namanya lalat ini lebih aktif pada tempat yang terlindung cahaya. Lalat jenis ini

banyak ditemukan di peternakan ayam, kandang kuda, sampah, feses hewan dan

(15)

Musca domestica atau lalat rumah adalah serangga berukuran sedang

dengan panjang tubuh 6-7 mm (West 1951). Menurut Soulsby (1974), ukuran

tubuh lalat jantan yaitu 5,6-6,5 mm, sedangkan lalat betina berukuran 6,5-7,5 mm.

Secara umum lalat rumah dibagi atas tiga bagian yaitu kepala, dada (toraks) dan

perut (abdomen).

M. domestica mempunyai kepala yang besar dan berwarna hitam kecoklatan. Kepala dilengkapi dengan sepasang mata besar dan menonjol,

sepasang sungut terletak di depan mata dan tiap sungut terdiri atas ruas dasar

berbentuk gada dengan sehelai rambut yang bercabang-cabang tumbuh di atasnya

(Kadarsan et al. 1983 ). Bagian mulut terdapat probosis. Di bagian posterior dari probosis terdapat labella yang akan melebar saat lalat makan. Labella inilah yang

berfungsi untuk menghisap dan mengabsorbsi cairan atau makanan yang bersifat

cair. Bahan makanan yang keras terlebih dahulu dibasahi dengan sekresi air liur

lalat (Service 1996).

Antena seekor lalat rumah (Musca domestica) terdiri atas tiga ruas. Ruas pertama yaitu ruas dasar disebut batang dasar (scape), ruas kedua adalah tungkai pedikal (pedikel) dan sisanya adalah ruas ketiga yaitu flagellum. Antena

merupakan alat sensorik yang penting untuk mendeteksi keberadaan udara dan

bau-bauan (Axtell 1986).

Untuk membedakan jenis kelamin lalat ini bisa diamati dari matanya, lalat

jantan memiliki mata holoptic (kedua perangkat mata majemuk berdekatan) dibandingkan dengan lalat betina dengan mata dichoptic (kedua perangkat mata

majemuk berjauhan).

Toraks pada lalat rumah berwarna kuning kehijauan sampai hijau gelap.

Pada sisi dorsalnya terlihat 4 garis longitudinal berwarna gelap yang berjalan

hingga perbatasan skutum (Soulsby 1974). Daerah toraks terbagi atas tiga ruas

yaitu protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Pada tiap ruas terdapat sepasang

kaki, sedangkan pasangan sayap terdapat pada bagian mesotoraks. Sayap pada

lalat rumah sangat transparan dan mengandung bebera pa buah vena. Tiga pasang

kaki yang dimiliki mempunyai bagian-bagian pokok yang sama yaitu koksa,

trokhanter, femur, tibia, tasus dan pretarsus. Pada pretarsus terdapat kuku dan

(16)

dan pulvili (bantalan di dasar kuku) (Partosoedjono 1992). P ulvili ditumbuhi

bulu-bulu halus yang bisa mengeluarkan cairan lengket (West 1951).

Abdomen pada lalat rumah berwarna kekuningan. Pada bagian tengahnya

terdapat garis berwarna hitam memanjang sampai ruas keempat (Soulsby 1974).

Ruas pertama abdomen tidak berkembang dengan baik, sedangkan ruas lainnya,

yaitu ruas kedua, ketiga dan keempat berkembang. Lalat betina dilengkapi

ovipositor yaitu suatu organ yang berguna untuk meletakkan telur pada tempat

yang sesuai.

Siklus Hidup

Lalat rumah (Musca domestica) mengalami metamorfosis sempurna, diawali dengan tahap telur, larva, pupa dan dewasa. Untuk bertelur, lalat memilih

tempat-tempat yang lembab dan banyak mengandung zat organik seperti sampah

dan bahan busuk lainnya (Kadarsan 1983).

Gambar 1 Siklus Hidup Lalat Rumah (Musca domestica) (Sumber: Bajan 2005)

Telur berbentuk oval menyerupai pisang berwarna putih sampai krem,

berukuran panjang 1 mm dan lebar 0,26 mm. Kedua ujung-ujungnya tumpul dan

bulat, ujung anterior lebih lonjong (West 1951). Telur menetas kurang dari 24 jam

setelah diletakkan, tergantung pada keadaan cuaca. Pada suhu 15-20 oC, periode

menetas telur berkisar 24 jam. Sedangkan pada suhu 25-35 oC hanya 8-12 jam.

Musca domestica bertelur secara berkelompok pada bahan organik yang basah

tetapi tidak cair (Chong dan Zairi 1995 dalam Permatasari 2002). Setiap TELUR

LARVA

PUPA

(17)

kelompoknya mengandung 100-150 butir telur. Dalam waktu sekitar 10-20 jam

telur menetas menjadi larva (Kadarsan 1983).

Larva berukuran 6-12 X 1-2 mm, dan mempunyai 12 segmen (satu

segmen kepala, 3 segmen thorak, dan 8 segmen abdomen). Larva berwarna putih

dan berbentuk silindris dengan bagian posterior lebar dan tumpul, sedangkan di

bagian anterior berbentuk runcing. Kulit pembungkus larva terbentuk dari selaput

luar (kutikula) dan lapis dalam yaitu epitelium. Larva tidak mempunyai mata atau

anggota badan walaupun mempunyai beberapa duri di bagian ventral yang

berfungsi membantu pergerakan (Axtell 1986).

Dalam perkembangan larva terdapat 3 bentuk instar. Instar I dan II

lamanya 24 jam. Instar ketiga lamanya 3 hari atau lebih. Larva I dan II tembus

cahaya dan larva III putih kekuningan. Larva tersebut mempunyai sepasang

spirakel posterior yang bersklerosis yang berbentuk khusus dan dapat menjadi ciri

identifikasi larva. Larva memakan bakteri, jamur dan bahan yang membusuk.

Sebelum menjadi pupa, larva tersebut tidak makan dan migrasi ke tempat kering

dan dingin (Chong dan Zairi 1995 dalam Permatasari 2002).

Ketika pupa terbentuk, kulit larva akan mengkerut dan membentuk

puparium yang silinder. Selanjutnya kutikula mulai mengeras. Stadium pupa

berlangsung 4-5 hari pada suhu 30 oC. Pupa lebih suka hidup pada kelembaban

rendah daripada larva (West 1951). Gambar 2 Telur Lalat Rumah

(Musca domestica) (Sumber: Bajan 2005)

(18)

Lalat dewasa muncul dari puparium dengan membuka ujung bagian depan

pupa, dengan cara memompa kantong yang berisi udara (ptilinium) yang berada di

depan kepala pupa. Pada mulanya, lalat tersebut lunak, berwarna abu-abu dan

sayapnya kuncup. Selama lalat beristirahat sayapnya direntangkan kemudian

kutikula mengeras dan menjadi gelap. Lalat muda mulai aktif dan mencari makan

setelah sayapnya direntangkan yaitu 2-24 jam setelah keluar dari pupa (Chong dan

Zairi 1995 dalam Permatasari 2002).

Perilaku Lalat Rumah (Musca domestica)

Aktivitas lalat dewasa lebih banyak dilakukan pagi dan siang hari yaitu

mulai pukul 06.00-12.00 dengan aktivitas puncaknya pukul 09.00-11.00. Aktifitas

lalat terutama adalah mencari makanan untuk kelangsungan hidupnya dan

berkembangbiak. Lalat mencari makanan biasanya di sampah-sampah organik

yang mula i membusuk, feses, bahkan makanan manusia. Kebiasaan lalat untuk

bolak-balik antara feses dan makanan manusia serta mencari makanan di tempat

yang kotor menyebabkan lalat ini berbahaya bagi kesehatan.

Lalat jantan melakukan perkawinan segera setelah kemunculannya dari

pupa sedangkan lalat betina memberikan respon paling cepat tiga hari setelah Gambar 4 Pupa Lalat rumah (Musca domestica)

(Sumber: Cervenka 2000)

(19)

kemunculannya (Kettle 1984). Pola kopulasi lalat rumah didahului oleh proses

pendekatan yang dilakukan oleh lalat jantan pada saat terbang. Bila lalat betina

siap ma ka kopulasi dilakukan di darat, dengan posisi jantan berada diatas betina

dengan arah yang sama (West 1951).

Pola percumbuan lalat jantan yaitu mula -mula lalat jantan melakukan

pendekatan kemudian hinggap di punggung betina. Pada saat hinggap sayapnya

mengembang keluar dan kaki terangkat. Maksudnya untuk mencegah betina

menolak percumbuan (Tobin dan Stofafalano 1973 dalam Permatasari 2002).

Peran Lalat Rumah Dalam Peternakan Ayam

Lalat-lalat pengganggu dalam peternakan ayam (Diptera:Muscidae)

merupakan masalah rutin dalam pengelolaan ayam terutama ayam petelur.

Walaupun tidak merugikan secara langsung, namun populasinya yang cepat

melonjak akan membawa dampak negatif terhadap produksi ayam, sanitasi

kandang, penularan penyakit unggas dan menurunnya nilai estetika. Peningkatan

jumlah lalat pengganggu dalam peternakan seiring dengan menurunnya mutu

manajemen peternakan (Koesharto et al. 2000).

Kerugian yang dapat diakibatkan oleh lalat rumah ini di peternakan

misalnya mengganggu ketenangan dari hewan ternak, menyebabkan feses menjadi

basah dan menghasilkan gas amoniak (NH3) serta meninggalkan bercak hitam

pada kandang serta telur unggas.

Koesharto et al. (1986) melaporkan bahwa lalat pengganggu yang umum

dijumpai di peternakan ayam petelur adalah lalat da ri famili Muscidae, terutama

Musca domestica (Diptera: Muscidae) dan lalat Ophyra chalcogaster.

Dalam dunia kesehatan masyarakat peran Musca domestica menjadi penting karena dapat menjadi vektor mekanik berbagai penyakit yang diakibatkan

oleh berbagai macam organisme patogen seperti virus, bakteri, protozoa dan

cacing. Lalat ini juga dapat bertindak sebagai inang antara beberapa cacing

parasit. Adanya pulvili, labela dan sejumlah bulu-bulu halus pada bagian tubuh

memungkinkan lalat rumah berperan sebagai penyebar penyakit. Hal ini ditunjang

oleh perilaku lalat rumah yang suka berpindah-pindah antara makanan dan feses

(20)

Kunyit (Curcuma domestica Val.)

Klasifikasi

Klasifkasi kunyit (Curcuma domestica Val.) menurut Hariyanto (1991) adalah sebagai berikut:

Alam : Tumbuhan

Division : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Sub kelas : Zingiberidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma domestica Val.

Sejarah

Kunyit oleh Valeton diperkenalkan ke dunia ilmu pengetahuan dengan

nama Curcuma domestika Val., menggantikan nama sebelumnya yaitu Curcuma longa Koen. Tanaman ini telah lama dibudidayakan di India, tetapi asal tanaman

ini diduga dari daerah Chosin Cina dan Asia Tenggara (Purseglove 1981).

Di Indonesia setiap daerah memberikan nama yang berbeda untuk kunyit

seperi unyi (Bugis), kunyi (Makassar), uni (Toraja), koneng (Sunda), kunyet

(Aceh), kuning (Gayo), kunyit (Melayu), dan kunir (jawa) (Wijayakusumah et al. 1992).

Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom.

Pada tahun 77 atau 78 sesudah Masehi Dioscorides menyebutkan tanaman ini

sebagai Cyperus yang menyerupai jahe, tapi bila dikunyah terasa pahit. Dalam

dunia perdagangan tanaman kunyit ini terkenal agak belaka ngan, tetapi kunyit ini

ada kelebihannya mengandung zat warna kuning yang dipakai sebagai bahan

pewarna, sehingga penggunaannya menjadi lebih berarti. Selain bahan pewarna ia

banyak dipakai sebagai bumbu masakan dan obat-obatan. Digunakan dan terkenal

di Cina, Kamboja, Pilipina, Malagasi, Brazalia, Malaysia dan Indonesia (Darwis

(21)

Kunyit tumbuh baik pada tempat-tempat terbuka atau sedikit naungan,

dengan drainase yang baik. Kunyit dapat ditemukan dari dataran rendah sampai

ketinggian 2000 m, tumbuh liar di hutan jati, umumnya dibudidayakan atau

ditanam di pekarangan (Wijayakusumah et al. 1992).

Morfologi

Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan yang

tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar di sekitar

hutan/bekas kebun.

Kunyit dapat tumbuh di daerah tropis atau subtropik, dan memerlukan

iklim panas dengan kelembaban tinggi serta mempunyai curah hujan 1000 sampai

2000 mm/tahun. Di daerah yang curah hujannya kurang dari 1000 mm/tahun

maka memerlukan irigasi. Budidaya kunyit dapat dilakukan pada ketinggian

sampai 1200 m di atas permukaan laut, pada tanah berpasir sampai tanah

bertekstur liat. Pada tanah berbatu-batu dan tanah liat kurang baik untuk

perkembangan rimpang (Purseglove et al. 1981).

Tanaman kunyit merupakan tanaman herba, tinggi dapat mencapai 100

cm. Batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang, berwarna hijau kekuningan

(Soedibyo1998). Daunnya lemas tidak berbulu, permukaan licin ta npa

bintik-bintik, berwarna hijau muda. Dalam satu batang semu terdapat 6-10 lembar daun,

berselang seling sesuai menurut kelopaknya. Bentuk daun lebar panjang, Gambar 6 Bunga kunyit (kiri) dan Daun kunyit (kanan)

(22)

meruncing ke ujung seperti mata lembing (Darwis et al. 1991). Menurut Soedibyo

(1998) kunyit me mpunyai daun tunggal, lanset memanjang, helai daun berjumlah

3-8, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, panjang 20-40 cm, lebar 8-12,5 cm,

pertulangan menyirip, berwarna hijau pucat.

Menurut Darwis et al. (1991), bunga kunyit berbentuk kerucut runcing berwarna kuning atau kuning muda. Setiap bunga mempunyai 3 lembar kelopak

bunga dan 3 lembar tajuk bunga, 4 helai benangsari. Salah satu dari keempat

benangsari itu berfungsi sebagai alat pembiakan sedangkan 3 helai berubah

bentuknya menjadi daun bunga. Lembaran bunga yang di tengah paling besar,

berbibir menonjol keluar dari tajuk bunga, yang kelihatannya lebih menarik.

Kepala putik terdiri dari 3 bagian, sedang bakal buah berruang 3, letaknya di

bagian bawah. Buahnya jarang ditemukan, tapi jenis lain kabarnya ada yang

berbuah. Menurut Wijayakusumah et al. (1992) Perbungaan majemuk, terminal, gagang berambut, bersisik, panjang gagang 16-40 cm, warnanya putih atau kuning

muda.

Rimpang kunyit berwarna kuning jingga, kuning jingga kemerahan sampai

kuning jingga kecoklatan. Rimpang terdiri dari rimpang induk dan anak rimpang.

Rimpang induk berbentuk bulat telur, disebut empu atau kunir lelaki. Anak

rimpang letaknya lateral dan berbentuk seperti jari (tabung). Kadang-kadang

terdapat pangkal upih daun dan pangkal akar. Besar rimpang, panjang 2-6 cm,

lebar 0,5-3 cm, tebal 0,3-1 cm (Wijayakusumah et al. 1992).

Rimpang kunyit rasanya pahit dan getir dengan bau yang khas, warna

jingga kecoklatan dari luar, sedang bagian dalamnya berwarna jingga terang atau Gambar 7 Rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.)

(23)

agak kuning. Pertumbuhan rimpang lebih melebar terutama setelah tanaman

berumur 5 bulan dan mulai memasuki fase berbunga, biasanya berkisar antara 7-8

bulan setelah tanam, dimana daun-daun terbawah mulai menguning (Purseglove et al. 1981).

Kandungan

Rimpang kunyit mengandung minyak atsiri dengan senyawanya antara

lain fellandrene, zingiberene, curcumene, turmeron dan karbinol. Selain itu,

rimpang kunyit juga mengandung tepung dan zat warna yang mengandung

alkaloid kurkumin (Soedibyo 1998).

Menurut Wijayakusumah et al. (1992) rimpang kunyit mengandung minyak atsiri 3-5 %, kurkumin (pewarna kuning), pati, tanin dan zat pahit.

Di dalam rimpang kunyit terkandung senyawa kimia yang mempunyai

keaktifan fisiologi yang terdiri atas dua kelompok yaitu kurkuminoid dan minyak

atsiri. Kurkuminoid terdiri atas senyawa kurkumin dan keturunannya yang

mempunyai aktivitas biologis berspektrum luas seperti koleretik,

hipokolesteremik, antiimflamasi, antibakteri, antioksidan, spasmolitik dan

antihepatotoksik (Sudiarto 1989).

Manfaat

Secara tradisional kunyit telah sering digunakan sebagai bumbu masak,

yaitu sebagai pemberi aroma baik dari rimpangnya maupun dari daunnya (Farrel

1985 dalam Sudiarsih 1999). Di Jawa kunyit digunakan sebagai ramuan jamu karena khasiatnya menyejukkan, membersihkan, mengeringkan dan

menghilangkan gatal. Rimpangnya yang terasa panas, pahit, pedas berkhasiat

sebagai obat pencahar, gangguan pencernaan, pelembut kulit, memperbaiki warna

kulit, mempercepat proses kelahiran, menyegarkan badan dan mena mbah nafsu

makan (Darwis et al.1991).

Zat kurkumin yang dikandungnya mempunyai khasiat sebagai anti bakteri

dan dapat merangsang dinding kantong empedu untuk mengeluarkan cairan

empedu agar supaya kerja pencernaan lebih sempurna sedangkan minyak atsiri

(24)

demikian membantu menyembuhkan penyakit maag dan mengurangi pekerjaan

usus yang terlalu berat (Darwis et al. 1991 ).

Menurut Ulfah (2005) minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan alami

untuk menurunkan bau kotoran dan jumlah mikroorganisme patogen dari kotoran

ternak sehingga feses menjadi lebih kering, kurang berbau dan kandungan NH3

feses juga lebih rendah.

Dalam bidang keamanan pangan, minyak atsiri kunyit memberikan efek

antimikroba sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengawetkan makanan (Lukman

1984 dalam Sudiarsih 1999).

Kunyit juga memiliki efek penghambatan terhadap perkembangan

Sitophilus zeamais (Kumbang jagung) yaitu dalam bentuk daya tolak (repellent) dan daya cegah (anti feedant) yang dapat menghambat perkembangan serangga

(25)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Insektarium, Laboratorium Entomologi dan

Protozoologi, Departemen Parasitologi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan,

Institut Pertanian Bogor. Berlangsung sejak bulan November 2002 sampai dengan

Februari 2003.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan biasa, tabung

plastik, wadah plastik, cawan petri, pinset, karet gelang, nampan plastik,

kantung-kantung plastik, penggerus, label dan kain kasa.

Bahan-bahan yang digunakan adalah larva lalat rumah (Musca domestica) hasil biakan di lab Entomologi stadium instar I (L1), feses ayam, serbuk kunyit,

pakan ayam, sekam dan air.

Prosedur Pelaksanaan

Pengadaan Larva Lalat Rumah( Musca domestica)

Beberapa pasang lalat rumah dewasa dimasukkan ke dalam kandang lalat.

Di dalam kandang disediakan media untuk tempat pradewasa lalat berkembang

yang terdiri atas campuran sekam, pakan ayam serta air dengan perbandingan

volume 1:1:1. Sebagai sumber pakan lalat dewasa disediakan kapas yang dibasahi

air gula. Setelah beberapa hari media yang telah berisi telur dikeluarkan dari

kandang. Selanjutnya, telur -telur ditempatka n ke dalam cawan petri dan larva

instar 1 (L1) yang muncul digunakan dalam penelitian ini.

Penyediaan Serbuk Kunyit(Curcuma domestica)

Rimpang kunyit yang masih segar dibersihkan, diiris tipis kemudian

dijemur dengan dianginkan sampai kering. Kunyit yang telah kering digerus

sampai diperoleh serbuk kunyit yang halus. Selanjutnya serbuk kunyit ditimbang

dan dibuat tiga kelompok yaitu KS1 (jumlah rendah), KS2 (jumlah sedang) dan

(26)

Perlakuan

Delapan puluh ekor ayam petelur berumur 2 minggu dibagi menjadi empat

kelompok perlakuan yaitu kelompok ayam yang diberi campuran pakan dan

serbuk kunyit sebanyak KS1, KS2 dan KS3 serta kelompok ayam yang diberi

pakan tanpa serbuk kunyit (KN). Pemberian pakan dilakukan selama 6 hari

berturut-turut.

Sebagai pembanding ditambahkan 2 kelompok perlakuan yaitu KP1 dan

KP2. KP1 adalah media perkembangan larva lalat rumah dengan menggunakan

feses dari kelompok (KN) ditambah 3 gram serbuk kunyit sedangkan KP2 adalah

media perkembangan larva lalat rumah menggunakan feses KN ditambah 6 gram

serbuk kunyit.

Pengambilan feses ayam dilakukan pada hari ke -3 dan hari ke -6 pemberian

campuran pakan. Feses dari masing-masing perlakuan dimasukkan kedalam

tabung plastik dan ditimbang. Feses yang sudah ditimbang kemudian dimasukkan

kedalam wadah plastik dan dilakukan uji efikasi. Uji efikasi dilakukan dengan

cara mencampur 3 gram feses dengan media perkembangan lalat perbandingan

berat 1:1. Media perkembangan lalat terdiri atas sekam, pakan ayam dan air

dengan perbandingan volume 1:1:1.

Kemudian ke dalam masing-masing media ditambahkan 20 larva lalat

rumah stadium 1 (L1), lalu ditutup dengan kain kasa dan diikat dengan karet

gelang. Setiap perlakuan menggunakan 3 kali ulangan. Kemudian dilakukan

pengamatan setelah satu minggu untuk menghitung jumlah lalat rumah (Musca

domestica) yang berhasil menjadi dewasa.

Analisis data

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA),

(27)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil yang diperoleh setelah dilakukan penghitungan jumlah lalat rumah

(Musca dometica) dewasa terlihat pada pengambilan feses dihari ke-3 pemberian

pakan serbuk kunyit jumlah KS2 persentase rata-rata lalat rumah dewasa sangat

tinggi sebesar (95,00%), sedangkan persentase rata -rata lalat rumah dewasa sangat

rendah pada KP1 sebesar (41,67%). Pada pengambilan feses dihari ke -6

pemberian pakan serbuk kunyit jumlah KS3 persentase rata-rata lalat rumah

dewasa sangat tinggi sebesar (73,33%), sedangkan persentase rata -rata lalat rumah

dewasa sangat rendah pada KP1 sebesar (41,67%). Hasil yang diperoleh secara

lebih rinci ditunjukkan pada tabel 1 dan gambar 8.

Tabel 1 dan Gambar 8 terlihat adanya kecenderungan peningkatan

persentase jumlah larva lalat menjadi dewasa seiring dengan peningkatan jumlah

serbuk kunyit yang diberikan. Hal ini terutama dapat dilihat pada hari ke -3 setelah

pemberian pakan serbuk kunyit pada kelompok perlakuan KS2 persentase

rata-rata lalat rumah dewasa sangat tinggi (95,00%) jika dibandingkan dengan

kelompok KN (70,00%).

Tabel 1 Persentase rata-rata lalat rumah (Musca domestica) dewasa pada feses dari ayam yang diberi pakan serbuk kunyit (Curcuma domestica Val)

dengan jumlah serbuk kunyit bertingkat.

PERLAKUAN Pengambi

lan feses

dihari ke- KN KS1 KS2 KS3 KP1 KP2

3 6

70,00a±18,02 70,00a±18,02

65,00a±39,68

66,67à±32,53

95,00a±8,66

50,00a±44,44 81,67 a±7,63

73,33a±5,77

41,67a±12,58

41,67a±12,58

71,67a±18,92

71,67a±18,92

Keterangan: Huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada taraf (p<0,05) KN : Kontrol negatif

KS1 : Feses dari ayam yang diberi pakan serbuk kunyit KS1 (jumlah rendah)

KS2 : Feses dari ayam yang diberi pakan serbuk kunyit KS2 (jumlah sedang)

KS3 : Feses dari ayam yang diberi pakan serbuk kunyit KS3 (jumlah tinggi)

KP1 : Media perkembangan lalat yang diberi 3 gr serbuk kunyit

KP2 : Media perkembangan lalat yang diberi 6 gr serbuk kunyit

(28)

Gambar 8 Persentase rata-rata lalat rumah (Musca domestica) dewasa pada feses dari ayam yang diberi pakan serbuk kunyit (Curcuma domestica Val) dengan jumlah serbuk kunyit bertingkat.

Sedangkan pada hari ke-6 setelah pemberian pakan serbuk kunyit terjadi

peningkatan persentase rata-rata lalat rumah dewasa untuk kelompok perlakuan

KS3 (73,33%) jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan KS1 (66,67%) dan

kelompok perlakuan KS2 (50,00%).

Walaupun terja di perbedaan nilai sebagaimana tersebut di atas, uji secara

statistik menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 0,05. Adanya hasil yang

tidak berbeda nyata secara statistik mungkin disebabkan karena ulangan yang

digunakan terlalu sedikit (3 ulangan), sehingga keragaman untuk setiap perlakuan

menjadi besar yang ditunjukkan oleh nilai standar deviasinya yang tinggi.

Menurut Wijayakusumah et al. (1992) zat aktif yang terdapat pada rimpang kunyit yaitu minyak atsiri 3-5%, kurkumin (pewarna kuning), pati, zat

pahit dan tanin. Menurut Bimantoro (1981) rimpang kunyit mengandung pati atau

karbohidrat. Pati adalah karbohidrat yang merupakan polimer glukosa. Pati terbagi

atas 2 fraksi yaitu amilosa sebagai fraksi yang dapat mencair dan amylopektin

sebagai fraksi yang tidak mencair. Kandungan amilosa di dalam pati sekitar

10-20%. Kombinasi enzim-enzim pankreas dan usus halus pada ayam mampu

merombak seluruh amilosa yang kompleks dan fraksi amylopektin dari pati

menjadi gula sederhana yaitu D-glukosa. Hal ini kemungkina n bahwa gula

sederhana didalam pati bisa dimanfaatkan oleh larva.

Dalam tubuh ayam zat aktif kunyit telah diserap oleh pencernaan, sehingga

yang akan keluar bersama feses hanya berupa metabolitnya. Peningkatan

persentase rata -rata lalat dewasa yang hidup mengindikasikan bahwa hasil

% lalat yang mencapa

i

dewasa

Perlakuan

0 20 40 60 80 100

KN KS1 KS2 KS3 KP1 KP2

(29)

metabolit kunyit pada feses ayam tidak menghambat perkembangan larva lalat,

melainkan memacu perkembangan larva lalat menjadi dewasa. Hasil metabolit

tersebut belum diketahui kandungan zat aktifnya.

Tabel 2 Persentase rata-rata peningkatan lalat rumah (Musca domestica) dewasa dibandingkan dengan kontrol negatif (KN) pada feses dari ayam yang diberi pakan serbuk kunyit (Curcuma domestica Val.) dengan jumlah serbuk kunyit bertingkat.

PERLA KUAN Pengambilan

feses dihari ke- KN KS1 KS2 KS3 KP1 KP2

3 6 0% 0% -7,14% -4,77% 35,71% -28,57% 16,67% 4,75% -40,47% -40,47% 2,39% 2,39%

Tabel 2 adalah untuk menjelaskan perbandingan persentase larva lalat

yang berhasil menjadi dewasa antara semua perlakuan terhadap kontrol nega tif

(KN).

Dibandingkan dengan KN pada kelompok perlakuan KS2 dan KS3 hari

ke-3 terjadi peningkatan persentase rata-rata lalat rumah yang berhasil menjadi

dewasa sebesar 35,71% dan 16,67%. Sedangkan pada kelompok perlakuan KS1

hari ke-3 terjadi penurunan persentase rata -rata lalat rumah yang berhasil menjadi

dewasa sebesar 7,14%. Hal ini ditunjukkan dengan nilai negatif yang diperoleh

dari hasil perbandingan tersebut.

Pada kelompok perlakuan KS3 hari ke-6 dibandingkan dengan KN terlihat

terjadi peningkatan persentase rata-rata lalat rumah yang berhasil menjadi dewasa

sebesar 4,75%. Sedangkan pada kelompok perlakuan KS1 dan KS2 hari ke -6

terjadi penurunan persentase rata -rata lalat rumah yang berhasil menjadi dewasa

sebesar 4,77% dan 28,57%. Hal ini ditunjukkan dengan nilai negatif yang

diperoleh dari hasil perbandingan tersebut.

Pada kelompok perlakuan KP1 terjadi penurunan rata-rata lalat rumah

yang berhasil menjadi dewasa sebesar 40,47% bila dibandingkan dengan KN. Hal

ini ditunjukkan dengan nilai negatif dari hasil perbandingan tersebut. Sedangkan

pada kelompok perlakuan KP2 terjadi peningkatan rata-rata lalat rumah yang

(30)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Terjadi kecenderungan peningkatan larva lalat rumah (Musca domestica)

menjadi dewasa pada feses dari ayam yang diberi pakan serbuk kunyit (Curcuma domestica Val.) seiring dengan peningkatan jumlah serbuk kunyit yang diberikan.

Saran

1. Perlu dicari lagi tanaman obat lain yang mempunyai zat aktif yang dapat

berfungsi sebagai larvasida (penghambat perkembangan larva lalat rumah)

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Arkive.2005. House Fly-Musca domestica [media online]. http://www.arkive.org/ species/ARK/invertebrates_terrestrial_and_freshwater/Musca_

domestica/.[3 Agustus 2005 ]

Axtell RC. 1986. Fly Control in Confined Livestock and Poultry Production. USA: CIBA.

Bajan J. 2005. House Fly Eggs (Musca domestica) [media online]. http://www.justbajan.com/health/articles/flyeggs/. [3 Agustus 2005].

Bimantoro. 1981. Kunyit atau Koneng dan Kerabat-kerabat Dekatnya Sebagai Bahan Pangan. Bogor. Buletin Kebun Raya Botanical Gardens Of Indonesia. Pp 77-79

Borror, D.J, Triplehorn, C.A dan Johnson, N.F.1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Pp 670-674.

Cervenka VJ, Hahn J. 2000. Summer Filth Flies. University of Minnesota Extension Service. http://www. Sel. Barc. usda. Gov/selhome/gbu/musca. Html. [ 3 Agustus 2005)

Darwis SN, M Indo, S Hasiyah. 1991. Tumbuhan Obat Famili Zingiberaceae. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Pp 35-38

Kadarsan SA, Purwaningsih E, Munaf HB, Budiarti I, Hartini S. 1983. Binatang Parasit. Bogor: Lembaga Biologi Nasional LIPI. Pp 30-31

Katzer G. 1999. Turmeric (Curcuma longa L.) [media online]. http://www.ang.kfunigraz.ac.at/ ˜katzer/engl/generic frame.htm?cure_lon. Html. [ 3 Agustus 2005]

Kettle DS. 1984. Medical and Veterinary Entomologi. New York- Toronto: A Wiley Interscience Publication. Pp 222-233

Koesharto FX, SH Sigit, U Kesumawati.1986. Suatu telaah penggunaan musuh Hayati (serangga parasit dan predator) untuk pemberantasan lalat pengganggu (Diptera : Muscidae) pada ternak Sapi dan Kerbau. [Laporan Penelitian]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Pp 1-2

(32)

Lestari M. 2000. Pengaruh pemaparan berbagai kepadatan dan ukuran puparium lalat rumah (Musca domestica linnaeus) (Diptera: Musc idae) terhadap keberhasilan keparasitan parasitoid Spalangia endius Walker (Hymenoptera: Pteromalidae). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Pp 1-20

Levine ND. 1990. Buku Parasitologi Veteriner. Gatut Ashadi, penerjemah; Wardiarto, editor. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: Textbook of Veterinary Parasitology.

Permatasari E. 2002. Studi pengaruh ekstrak biji bengkuang (Pachyrrhizus erosus) terhadap perkembangan lalat rumah (Musca domestica) di Darmaga, Lasem dan Kajar. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Pp 9-10

Purseglove JW, Brown EG, Green CL, Robbin SRJ. 1981. Spices. New York: Longman Group Limited. Pp 532-557

Service MW. 1996. Medical Entomology. London: Chapman and Hall.

Soedibyo BRA. 1998. Alam Sumber Kesehatan. Jakarta: Balai Pustaka. Pp 77-80

Soulsby EJL. 1974. Helminth, Arthropods and Protozoa of Domesticated animals. London: Bailliere, Tindall and Cassell. Pp 355

Sudiarto. 1989. Evaluasi dan Pemanfaatan Plasma Nutfah Kunyit (Tanaman Obat). Prosiding Simposium I Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Pp 888-890

Sudiarsih M. 1999. Kajian daya insektisida dari campuran ekstrak kencur (Kaempferia galangan Linn.) dan kunyit (Curcuma domestica Val.) terhadap serangga hama gudang Sitophilus Zeamais Motsch. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor.

Ulfah. 2005. Minyak Atsiri Penakluk Bakteri Patogen dan Bau Kotoran Ternak. Poultry Indonesia. Vol. 298. Pp 50-52

West SL. 1951. The House Fly Its Natural History, Medical History, Medical Importance and Control. New York: Comstock Publishing Company.

Wijayakusumah HM, S Dalimartha, AS Wirian. 1992. Tanaman Berkhasiat Obat Indonesia. Jakarta: Pustaka Kartini. Pp 22-25

(33)

LAMPIRAN

Persentase Rata-Rata Lalat Rumah

(Musca

Domestica)

Dewasa

Pada Feses Ayam Yang Diberi

Pakan Serbuk Kunyit

(Curcuma Domestica Val.)

Dengan Jumlah Serbuk Kunyit Bertingkat

Perlakuan

Jumlah Serbuk Kunyit Pengambilan

Feses Dihari

Ke- N KN KP1 KP2 KS1 KS2 KS3

1 75 55 80 20 85 80

2 85 30 50 80 100 75

3 50 40 85 95 100 90

3

X 70,00 41,67 71,60 65,00 95,00 81,66

1 75 55 80 65 85 70

2 85 30 50 100 0 80

3 50 40 85 35 65 70

6 X 70,00 41,67 71,67 66,67 50,00 73,33

Keterangan: Huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada taraf (p<0,05)

KN : Kontrol negatif

KS1 : Feses dari ayam yang diberi pakan serbuk kunyit KS1

(jumlah rendah)

KS2 : Feses dari ayam yang diberi pakan serbuk kunyit KS2

(jumlah sedang)

KS3 : Feses dari ayam yang diberi pakan serbuk kunyit KS3

(jumlah tinggi)

KP1 : Media perkembangan lalat yang diberi 3 gr serbuk kunyit

(34)

Data Pengambilan Feses Hari Ke- 3

Oneway

ANOVA

Lalat Hidup Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 64,250 3 21,417 1,053 ,421

Within Groups 162,667 8 20,333

Total 226,917 11

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets Lalat Hidup

Duncan a.b

Perlakuan N Subset for alfa = .05

1 3 13,0000

0 3 14,0000

3 3 16,3333

2 3 19,0000

Sig. ,164

Means for groups in homogenous subsets are displayed A uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000

Means

Cases Processing Summary

Cases

included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

Feses perlakuan

12 7,3% 153 92,7% 165 100,0%

Report Lalat Hidup

perlakuan Std. Deviation Mean Std. Error of Mean

0 3,60555 14,0000 2,08167

1 7,93725 13,0000 4,58258

2 1,73205 19,0000 1,00000

3 1,52753 16,3333 , 88192

(35)

Data persentase Lalat Dewasa Pada Hari Ke- 3

Oneway

Anova

Lalat Hidup

Sum of Squares

df Mean Square F Sig.

Between Groups 1606,250 3 535,417 1,053 ,421

Within Groups 4066,667 8 508,333

Total 5672,917 11

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Lalat

Duncan ab

Perlakuan

N

Subsets for alfa =,05

1 3 65,0000

0 3 70,0000

3 3 81,6667

2 3 95,0000

Sig. ,164

Means for groups in homogenous subsets are displayed A uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000

Means

Case processing Summary Cases

included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

Lalat perlakuan

12 7,3% 153 92,7% 165 100,0%

Report

Lalat Hidup

Perlakuan Mean Std. Deviation Std.Error of Mean

0 70,0000 18,02776 10,40833

1 65,0000 39,68627 22,91288

2 95,0000 8,66025 5,00000

3 81,6667 7,63763 4,40959

(36)

Data Pengambilan Feses Hari Ke- 6

Oneway ANOVA Lalat Hidup Sum of squares

df Mean

Square

F Sig.

Between Groups

38,667 3 12,889 ,380 ,770

Within Groups 271,333 8 33,917

Total 310,000 11

Post Hoc Test

Homogeneous Subsets

Lalat Hidup

Duncan a.b

Perlakuan N Subsets for alfa =,05

2 3 10,0000

1 3 13,3333

0 3 14,0000

3 3 14,6667

Sig. ,382

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a uses Harmonic Mean Sample Size =3,000

Means

Case processing Summary

Cases

included Excluded Total

N percent N percent N Percent

Feses perlakuan 12 7,3% 153 92,7% 165 100,0%

Report

Lalat Hidup

perlakuan Mean Std.Deviation Std. Error of Mean

0 14,0000 3,60555 2,08167

1 13,3333 6,50641 3,75648

2 10,0000 8,88819 5,13160

3 14,6667 1,15470 ,66667

(37)

Data Persentase Lalat Dewasa Hari Ke- 6

Oneway

Anova

Lalat Hidup

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 966,667 3 322,222 ,380 ,770

Within Groups 6783,333 8 847,917

Total 7750,000 11

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Lalat

Duncan ab

Perlakuan N Subset for alpha=,05

A

2 3 50,0000

1 3 66,6667

0 3 70,0000

3 3 73,3333

Sig ,382

Means for groups in homogeneous subsets are displayed A Uses Harmonic Mean Sample Size =3,000

Means

Case processing Summary

Cases

included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

Lalat perlakuan

12 7,3% 153 92,7% 165 100,0%

Report

Lalat Hidup

Perlakuan Mean Std.deviation Std.Error of Mean

0 70,0000 18,02776 10,40833

1 66,6667 32,53204 18,78238

2 50,0000 44,44097 25,65801

3 73,3333 5,77350 3,33333

(38)

Data Kontrol Positif

Oneway

Anova

Lalat Sum of squares

df Mean

Square

F Sig.

Between Groups 54,000 1 54,000 5,226 ,084

Within Groups 41,333 4 10,333

Total 95,333 5

Means

Case Proccesing Summary

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

Kp* Perlakuan

6 3,6% 159 96,4% 165 100,0%$

Report

Lalat

Perlakuan Mean Std.Deviation Std. Error of Mean

1 8,3333 2,51661 1,45297

2 14,3333 3,78594 2,18581

Total 11,3333 4,36654 1,78263

Persentase Kontrol Positif

Oneway

Anova

Lalat

Sum of squares

df Mean

square

F Sig.

Between Groups 1350,000 1 1350,000 5,226 ,084

Within Groups 1033,333 4 258,333

Total 2383,333 5

Means

Case processing Summary

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

Kp* Perlakuan

(39)

Report

Lalat

Perlakuan Mean Std.deviation Std.Error of Mean

1 41,6667 12,58306 7,26483

2 71,6667 18,92969 10,92906

Total 56,6667 21,83270 8,91316

Gambar

Gambar 1 Siklus Hidup Lalat Rumah (Musca domestica) (Sumber: Bajan 2005)
Gambar 3 Larva Lalat Rumah
Gambar 4 Pupa Lalat rumah (Musca domestica)
Gambar 6 Bunga kunyit (kiri) dan Daun kunyit (kanan) (Sumber: Katzer 1999)
+4

Referensi

Dokumen terkait

perilaku hidup sehat masyarakat dengan jumlah parasit yang dibawa oleh lalat 

DI BAGIAN LUAR TUBUH LALAT RUMAH ( MUSCA DOMESTICA ) DI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH AKHIR (TPA) SUPIT

Dari hasil variasi konsentrasi dan pelarut yang telah didapati dari percobaan yang dilakukan, peneliti memilih untuk menggunakan larutan serbuk akar kunyit memberikan hasil warna

Gambar 1 menunjukkan bahwa bobot badan ayam yang diberi formula herbal pada pakan dengan konsentrasi 8% (6% serbuk bawang putih + 1% serbuk kunyit + 1% serbuk

Minuman herbal serbuk kunyit (Curcuma domestica) dan kencur (Kaempferia galanga L.) yang didapatkan dari proses kristalisasi dengan menggunakan alat kristaliser dengan

Pengaruh tepung kunyit ( Curcuma domestica, Val) dalam ransum terhadap kandungan kolesterol kuning telur, plasma darah pada ayam ras petelur.. Fakultas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penambahan serbuk kunyit dan asam Jawa (Curcuma domestica Val. - Tamarindus indica L.) dalam pakan komersial

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penambahan serbuk kunyit asam ( Curcuma domestica Val – Tamarindus indica L) dalam pakan komersial terhadap total