• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efikasi Bawang Putih (Allium sativum Linn), Rimpang Jahe (Zingiber officinale Roscoe) dan Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap Bakteri Escherichia coli secara In Vitro dan In Vivo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efikasi Bawang Putih (Allium sativum Linn), Rimpang Jahe (Zingiber officinale Roscoe) dan Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap Bakteri Escherichia coli secara In Vitro dan In Vivo"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Efikasi Bawang Putih (

Allium sativum

Linn), Rimpang Jahe (

Zingiber

officinale

Roscoe) dan Rimpang Kunyit (

Curcuma domestica

Val)

terhadap Bakteri

Escherichia coli

secara

In Vitro

dan

In Vivo

(Effacy of Garlic (Allium sativum Linn), Ginger (Zingiber officinale Roscoe) and Turmeric (Curcuma domestica Val) against Escherichia coliIn Vitro and In Vivo)

Sutiastuti Wahyuwardani, Noor SM, Nurhasanah M

Balai Besar Penelitian Veteriner, Jl. RE Martadinata No. 30, Bogor 16114 sutiastutiw@yahoo.co.id

ABSTRACT

Bactericidal and bacteriostatic efficacy from various herbal and plant extract are widely studied as an alternative to antibiotics. This study was aimed to determine the effectivity of garlic (Allium sativum Linn), ginger (Zingiber officinale Roscoe) and turmeric (Curcuma domestica Val(, against Escherichia coliin vitro and in vivo. Garlic powder, turmeric and ginger were tested for in vitro antibacterial activity using paper disc diffusion and dilution method. In vivo efficacy test was conducted on 200 broiler chickens (day old chicks). There were two factors (feed and infection) of the experimental design used with in time factorial. The infection factor consisted of infection and non-infection, while the feed factor namely feed 1 (without herbal and antibiotics); feed 2 (contained 8% herbs formula); feed 3 (contained 6% herbs formula); feed 4 (contained 4% of herbs formula); and feed 5 (contained only commercial feeds). The in vitro study resulted that garlic inhibited the growth of E. coli at 50%, while ginger and turmeric did not show antibacterial activity against E. coli. However, a mixture of such three herbs inhibited the growth of E. coli. The 8% concentrated herbal mixture suplemented seemed to prevent the declining of the chicken body weight and no significant difference to those of given the commercial feeds. The 8% formulated herbal mixture feed showed no prevention on organ damage caused by E. coli infection based on anatomic pathology and histopathological examination that might be due to pre-natal infection of

E. coli.

Key Words: Garlic, Ginger, Tumeric, Eschericia coli, Efficacy, Broiler

ABSTRAK

Efikasi bakterisida dan bakteriostatik dari berbagai herbal dan ekstrak tanaman banyak diteliti sebagai alternatif pengganti antibiotika. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efikasi serbuk bawang putih (Allium sativum Linn), rimpang jahe (Zingiber officinale Roscoe) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap bakteri Escherichia coli secara in vitro dan in vivo. Serbuk bawang putih, kunyit dan jahe diuji daya antibakteri secara in vitro dengan metode difusi kertas cakram dan metode dilusi, sedangkan uji efikasi herbal secara in vivo dilakukan pada 200 ekor ayam broiler (day old chicks). Rancangan penelitian yang digunakan dengan pola faktorial

intime dengan dua faktor (pakan dan infeksi). Faktor infeksi terdiri dari infeksi dan non-infeksi; sedangkan faktor pakan terdiri dari pakan 1 (pakan tanpa herbal dan tanpa antibiotik); pakan 2 (pakan dengan herbal 8%); pakan 3 (pakan denganherbal 6%); pakan 4 (pakan dengan herbal 4%); dan pakan 5 (pakan komersial). Hasil penelitian menunjukkan bahwa serbuk bawang putih mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. coli secara in vitro, sedangkan serbuk jahe dan kunyit tidak mempunyai daya antibakteri terhadap E. coli. Akan tetapi campuran ketiga serbuk herbal tersebut dapat menghambat pertumbuhan E. coli. Pemberian campuran herbal konsentrasi 8% pada pakan ayam mampu mencegah penurunan bobot badan ayam namun hasil tersebut tidak berbeda nyata dengan pemberian pakan komersial. Pemberian pakan campuran herbal 8% belum menunjukkan kemampuannya untuk mencegah kerusakan organ yang disebabkan infeksi E. coli berdasarkan

(2)

hasil pemeriksaan patologi anatomi dan histopatologi karena kemungkinan ayam telah terinfeksi sebelumnya dengan E coli sewaktu dalam penetasan.

Kata Kunci: Bawang Putih, Jahe, Kunyit, Escherichia coli, Broiler

PENDAHULUAN

Kolibasilosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Escherichia coli yang sangat merugikan pada ayam, karena mengganggu pertumbuhan, sehingga bobot ayam tidak optimal saat panen. Angka morbiditas bervariasi dengan mortalitas mencapai 5-20% (McMullin 2004). Infeksi E. coli dapat menyebabkan kematian pada embrio ayam, menginfeksi yolk sac (omphalitis), colisepticemia, air sacculitis, enteritis, infeksi saluran reproduksi, arthritis dan bursitis (Barnes et al. 2003). E. coli hidup pada saluran pencernaan unggas terutama banyak ditemukan pada jejunum, ileum dan sekum. Selain itu, juga banyak ditemukan pada trakea dan esofagus dan pada infeksi kronis ditemukan eksudat perkejuan pada oviduct (salphingitis). Infeksi buatan pada ayam broiler umur 15 hari intraperitoneal, menyebabkan peritonitis, perihepatitis dan pericarditis serta

airsaculitis (Wibowo & Wahyuni 2008).

Kolibasilosis terjadi terutama pada ayam yang dipelihara di peternakan yang memiliki standar sanitasi yang rendah. Menurut Tarmudji (2003) serotipe E. coli yang sering ditemukan di Indonesia adalah serotipe O1, O2, O35 serta O78 dan berhasil diidentifikasi dari ayam penderita kolibasilosis.

Pencegahan dan pengobatan penyakit tesebut umumnya digunakan antibiotika dengan dosis subterapeutik yang dicampurkan dalam pakan atau air minum. Penggunaan antibiotika yang terus menerus dan tidak sesuai dosis pemakaian mengakibatkan terjadinya resistensi bakteri terhadap beberapa antibiotika serta menimbulkan residu pada karkas.

World Health Organization (WHO) melaporkan salah satu timbulnya resistensi antibiotika pada bakteri patogen disebabkan oleh pemakaian antiobiotika pada ternak (Barnes et al. 2003). Oleh karena itu, pemakaian antibiotika dalam pakan ternak sudah mulai ditinggalkan. Uni Eropa sejak tahun 2006 tidak mengijinkan lagi penggunaan antibiotika dalam pakan ternak (Poultry Indonesia 2015). Demikian juga WHO telah melarang pemakaian antibiotika untuk manusia yang digunakan pada ternak.

Pemakaian herbal sebagai pengganti antibiotika telah digunakan secara luas di luar negeri untuk suplemen pakan ternak. Sebagai contoh oregano telah digunakan untuk mencegah enteritis necrotican pada unggas (Celikbilek et al. 2014). Penggunaan obat herbal sebagai pengganti antibiotika saat ini merupakan alternatif yang cukup menjanjikan, karena tidak menimbulkan residu pada daging dan diharapkan aman bagi ayam pedaging serta bagi konsumen. Apalagi tanaman obat melimpah di negeri ini dan dapat digunakan sebagai bahan pengobatan yang murah.

Lebih dari 200 varietas tanaman obat telah dimanfaatkan sampai saat ini karena terbukti secara in vitro mempunyai daya antibakteri, seperti misalnya bawang putih (Allium sativum Linn), rimpang jahe (Zingiber officinale Ros) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val). Hasan et al. (2012) menyatakan bahwa ekstrak metanol jahe dengan kandungan zat aktif tertinggi gingerol dan shogaol, mampu menghambat pertumbuhan E. coli. Demikian juga penggunaan kombinasi herbal kunyit dan Zn dalam pakan dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan Colibacillosis (Wientarsih et al. 2013). Rahman et al. (2011) juga menyatakan bahwa bakteri E. coli, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae, Shigella sonnei, Staphylococcus epidermidis dan Salmonella typhi yang diuji, paling rentan terhadap ekstrak air bawang putih dan menunjukkan kurang rentan terhadap ekstrak jahe air. Konsentrasi hambat minimum dari spesies bakteri yang berbeda bervariasi dari 0,05

(3)

sampai 1,0 mg/ml. Selain sebagai antibakteri, bawang putih juga dilaporkan mempunyai aktivitas antioksidan yang dapat membantu menetralkan radikal bebas (Temitope et al. 2010; Capasso 2013). Antioksidan juga ditemukan pada jahe seperti yang dilaporkan (Wresdayati et al. 2003) bahwa jahe mengandung oleoresin, yang merupakan antioksidan yang dapat mencegah terjadinya inflamasi pada ginjal tikus yang mendapat perlakuan stres. Kunyit juga dilaporkan mengandung antioksidan (Sharma et al. 2005; Temitope et al. 2010; Sugiharto et al. 2012) dan antiinflamasi (Sharma et al. 2005; Menon & Sudheer 2007).

Bakteri E. coli adalah bakteri Gram negatif yang dinding terluarnya terdiri dari lipolisakarida (LPS), yang akan dilepaskan pada saat infeksi. Pelepasan LPS menginduksi produksi dan pelepasan sel-sel radang, seperti reactive oxygen species (ROS) yang dapat menyebabkan reaksi berantai dan menghasilkan senyawa radikal bebas baru dalam jumlah besar yang bersifat sangat toksik dan dapat mengakibatkan kerusakan oksidatif mulai dari tingkat sel hingga ke organ (Beumer et al. 2003).

Antioksidan pada herbal bawang putih, jahe dan kunyit diharapkan dapat bekerja dengan menangkal radikal bebas yang dilepaskan oleh LPS yang merupakan dinding bakteri Gram negatif seperti E. coli, sehingga dapat mencegah inflamasi atau kerusakan organ. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan uji efikasi terhadap serbuk bawang putih (Allium sativum Linn), rimpang jahe (Zingiber officinale Roscoe) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap bakteri E. coli.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bakteriologi untuk uji in vitro dan untuk uji

in vivo di kandang hewan percobaan Balai Besar Penelitian Veteriner.

Pembuatan serbuk herbal

Herbal yang digunakan adalah bawang putih (Allium sativum Linn), rimpang jahe (Zingiber officinale Roscoe) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val). Herbal tersebut dideterminasi dan dibuat serbuk di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) Cimanggu. Rimpang jahe, rimpang kunyit dan bawang putih diiris tipis-tipis lalu dikeringkan menggunakan oven pada suhu 50°C hingga kering, kemudian digiling dengan menggunakan penggilingan hingga mencapai derajat kehalusan sesuai dengan mesh 60.

Uji daya antibakteri serbuk herbal secara in vitro

Daya antibakteri dan konsentrasi hambat minimal (KHM) serbuk bawang putih, jahe dan kunyit diuji secara in vitro terhadap bakteri E. coli yang diisolasi dari ayam penderita kolibasilosis. Daya antibakteri campuran serbuk herbal tersebut dilakukan dengan metode difusi kertas cakram pada konsentrasi 50, 25 dan 12,5% pada media Mueller Hinton agar (MUE) yang telah diinokulasi dengan suspensi bakteri E. coli konsentrasi 108cfu/ml (colony forming unit) dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Pengukuran daya antibakteri diamati dengan mengukur diameter daerah hambat (DDH) pertumbuhan bakteri di sekitar kertas cakram. Pengukuran KHM serbuk herbal dilakukan dengan metode dilusi. Serbuk herbal masing-masing dibuat larutan dengan konsentrasi 15, 12, 10 dan 8%. Prosedur uji KHM dilakukan dengan menuang 1 ml larutan uji ke dalam cawan petri kemudian ditambahkan media agar MUE hangat (suhu 40-50°C). Ke dalam cawan petri tersebut kemudian dituangkan ±500 µl suspensi bakteri uji di atas lempeng agar tersebut

(4)

dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Pengukuran KHM berdasarkan konsentrasi minimal bahan uji yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. coli.

Uji efikasi serbuk herbal secara in vivo

Hewan coba yang digunakan adalah ayam DOC pedaging sebanyak 200 ekor. Penggunaan hewan coba dalam penelitian sudah disetujui komisi pengguna dan pemelihara hewan coba Balai Besar Penelitian Veteriner dengan nomor BB/V/A/04/2014. Sebanyak 100 ekor diinfeksi E. coli dan setiap jenis pakan diberikan pada 20 ekor ayam DOC, dari masing-masing grup jenis pakan sebanyak 10 ekor diantaranya digunakan untuk memonitor berat badan, sisanya digunakan untuk pengamatan patologi. Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan rancangan faktorial dengan dua faktor yaitu faktor pakan dan faktor infeksi.

Faktor infeksi terdiri atas: (1) Diinfeksi (dilakukan dengan menginfeksi E. coli pada minggu ke-2 dengan dosis 1 ml yang mengandung 108 cfu/mL); dan (2) Tidak diinfeksi. Sedangkan faktor pakan terdiri: (1) Pakan 1, pakan tanpa herbal dan tanpa antibiotik; (2) Pakan 2, pakan ditambah formula herbal 8% (6% bawang putih + 1% jahe + 1% kunyit); (3) Pakan 3, pakan ditambah formula herbal 6% (4% bawang putih + 1% jahe + 1% kunyit); (4) Pakan 4, pakan ditambah formula herbal 4% (2% bawang putih + 1% jahe + 1% kunyit); dan (5) Pakan 5, pakan komersial.

Serial terminasi dilakukan pada pada umur 5, 7, 14 hari pasca-infeksi dan saat panen dengan mengambil ayam secara acak pada setiap kelompok masing-masing lima ekor. Pada waktu terminasi semua ayam ditimbang sebelum dilakukan terminasi. Pada saat terminasi dilakukan pemeriksaan patologi anatomi, selanjutnya sampel organ jantung, hati, paru-paru dan ginjal serta air sac dikoleksi untuk pemeriksaan kelainan histopatologis.

Pemeriksaan histopatologi

Organ dikoleksi dengan membuat potongan dengan ketebalan 0,5 cm, difiksasi dengan BNF 10% dan disimpan pada suhu ruang selama tiga hari untuk bahan pembuatan slide

histopatologi. Jaringan yang telah difiksasi diiris dengan ketebalan ±3 mm, dimasukkan dalam tissue cassete. Selanjutnya jaringan diproses menjadi blok parafin sesuai metode standar, dilanjutkan dengan pewarnaan hematoksilin dan eosin (HE).

Penilaian perubahan patologi anatomi dilakukan secara deskriptif sedangkan penilaian perubahan histopatologi dilakukan dengan skoring sebagai berikut: (1) Skor 0, tidak ditemukan perubahan histopatologis; (2) Skor 1, ditemukan sedikit infiltrasi sel heterofil di

air sac dan di organ lainnya; (3) Skor 2, infiltrasi sel radang (limfosit, heterofil dan makhrofag) dengan tingkat sedang pada air sac dan organ lainnya dan terlihat penebalan pada air sac dan pericardium; (4) Skor 3, terlihat edema, infiltrasi sel radang heterofil dan organ lainnya dengan tingkat parah; dan (5) Skor 4, terlihat edema, infiltrasi sel radang heterofil dan organ lainnya dengan tingkat parah, serta ditemukan granuloma.

Parameter

Parameter yang diukur adalah diameter daerah hambat dan konsentrasi hambat minimal formula herbal terhadap E. coli untuk uji in vitro. Perubahan patologi anatomi (PA) dan skoring perubahan histopatologi untuk uji in vivo.

Analisis data

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN Dayaantibakteri herbal terhadap E. coli secara in vitro

Efikasi herbal secara in vitro dapat dilakukan dengan metode difusi untuk mengetahui daya antibakteri dengan mengukur diameter daerah hambat (DDH) pertumbuhan bakteri di sekitar kertas cakram dan metode dilusi untuk mengetahui konsentrasi hambat minimal suatu herbal terhadap bakteri sebelum dilakukan uji lebih lanjut pada hewan (in vivo). Hasil uji daya antibakteri campuran bawang putih dan jahe menunjukkan bahwa campuran serbuk herbal bawang putih, jahe dan kunyit pada konsentrasi 50, 2% dan 12,5% mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. coli secara in vitro dengan diameter daerah hambat pertumbuhan bakteri (Tabel 1). Konsentrasi hambat minimal (KHM) ketiga campuran herbal terhadap pertumbuhan bakteri E. coli adalah pada konsentrasi 12%. Hasil ini sejalan dengan penelitian Agustina (2006), Karuppiah & Rajaram (2012) yang menyatakan bahwa rempah-rempah alami dari bawang putih dan jahe memiliki aktivitas antibakteri yang efektif. Formula herbal bawang putih, jahe dan kunyit juga dapat berfungsi sebagai antioksidan (Temitope et al. 2010; Capasso 2013) untuk mencegah kerusakan organ akibat efek oksidatif dari radikal bebas.

Tabel 1. Hasil pengukuran diameter daerah hambat (DDH) ekstrak herbal bawang putih, jahe dan kunyit pada konsentrasi 50, 25 dan12,5% terhadap bakteri E. coli

Ekstrak herbal Diameter daerah hambat (mm) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata Bawang putih (1 g) + kunyit (1 g) + jahe (1 g) (50%) 17 16 16,5 Bawang putih (1 g) + kunyit (1 g) + jahe (1 g) (25%) 16 16 16,0 Bawang putih (1 g) + kunyit (1 g) + jahe (1 g) (12,5%) 14 15 14,5

Berdasarkan dari nilai KHM tersebut maka campuran serbuk herbal yang digunakan untuk uji invivo dalam pakan berkisar 12%, namun pemberian herbal dalam pakan dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan palatabilitas menurun (Wiryawan et al. 2005), sehingga pada penelitian untuk uji in vitro, konsentrasi campuran herbal yang ditambahkan dalam pakan diturunkan menjadi tiga konsentrasi yaitu 8, 6 dan 4%.

Efikasi herbal terhadap E. coli secara in vivo

Efikasi campuran herbal terhadap bakteri E. coli secara in vivo dilakukan pada ayam

broiler pada konsentrasi 8, 6 dan 4% dengan parameter yang diamati adalah bobot ayam dan perubahan patologi. Hasil penghitungan rata-rata bobot badan ayam percobaan dengan berbagai jenis pakan dan pengaruh infeksi ditampilkan pada Gambar 1. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa bobot badan dipengaruhi oleh faktor infeksi dengan nilai probabilitas (0,0174) < α (5%). Hasil ini menunjukkan bahwa infeksi E. coli pada ayam percobaan dapat menghambat pertumbuhan ayam, sesuai dengan pendapat McMullin (2004).

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa bobot badan dipengaruhi oleh faktor jenis pakan yang ditunjukkan dengan nilai probabilitas (0,0001) < α (5%). Gambar 1 menunjukkan bahwa bobot badan ayam yang diberi formula herbal pada pakan dengan konsentrasi 8% (6% serbuk bawang putih + 1% serbuk kunyit + 1% serbuk jahe) lebih baik dibandingkan dengan kelompok ayam yang tidak diberi herbal maupun yang diberi herbal dengan konsentrasi 6 dan 4%, sebaliknya tidak berbeda nyata dengan bobot badan ayam dari kelompok yang diberi pakan komersial.

(6)

Gambar 1. Rata-rata bobot badan ayam percobaan selama pengamatan

Pengamatan terhadap perubahan patologi menunjukkan bahwa pada ayam yang diinfeksi E. coli terlihat adanya kekeruhan hingga penebalan pada airsakulitis (Gambar 2), perikardium dan peritonium, hidroperikardium, perubahan yang paling parah disertai dengan perkejuan. Beberapa ayam mengalami omphalitis baik pada DOC maupun yang telah lama dipelihara. Perubahan tersebut juga ditemukan pada ayam yang tidak diinfeksi. Hal ini kemungkinan disebabkan terjadi infeksi alam atau ayam sudah terinfeksi sejak dari penetasan. Sedangkan hasil pengamatan histopatologi ditemukan perubahan berupa penebalan pada air sac dan pericardium, peritonium dari ringan hingga parah. Udema disertai infiltrasi sel heterofil, limfosit, makhrofag dengan tingkat sedang hingga parah, pada organ paru-paru (Gambar 2) menunjukkan adanya pneumonia. Pada paru-paru, jantung, hati, ginjal serta beberapa ditemukan granuloma. Perubahan tersebut menunjukkan telah terjadi airsaculitis suppurativa, peritonitis suppurativa, pneumonia suppurativa, pericarditis suppurativa, hepatitis suppurativa dan nephritis suppurativa akibat infeksi bakteri.

A: Penebalan airsac dan pericardium; B:Pneumonia pada paru-paru

Gambar 2. Perubahan patologi dan istopatologi organ ayam yang diinfeksi E. coli

Hasil skoring perubahan histopatologi ditampilkan pada Tabel 2. Hasil analisis statistik menggunakan Kruskall-Walis menunjukkan bahwa jenis pakan dan infeksi masing-masing tidak berpengaruh terhadap kerusakan organ, dan tidak ada interaksi antara pakan dan infeksi terhadap kerusakan organ. Artinya bahwa pemberian pakan tidak mengurangi kerusakan organ yang terjadi. Demikian juga infeksi tidak menyebabkan kerusakan pada organ menjadi lebih parah dibandingkan dengan yang tidak diinfeksi. Penelitian ini menunjukkan bahwa kerusakan organ tidak dapat dicegah dengan pemberian

(7)

ramuan herbal, tidak sejalan dengan sebelumnya yang menyatakan bahwa ramuan herbal berbentuk serbuk maupun cair dapat digunakan sebagai imbuhan pakan karena mengandung zat bioaktif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram negatif yang dapat menyerang ternak (Marwandana 2013). Hal ini kemungkinan disebabkan kondisi ayam DOC yang digunakan dalam penelitian ini telah terinfeksi E. coli

sebelum diberi perlakuan. Sesuai hasil pemeriksaan patologi anatomi yang telah dilakukan yang menunjukkan bahwa sebanyak 35% ayam percobaan mengalami omphalitis, baik yang diinfeksi maupun yang tidak diinfeksi E. coli. Hasil ini diperkuat dengan hasil pemeriksaan histopatologi juga menunjukkan bahwa kerusakan organ juga ditemukan pada kelompok ayam yang tidak diinfeksi E. coli. Kemungkinan ayam telah terinfeksi sebelumnya dengan E. coli subklinis, sewaktu dalam penetasan, menyebabkan tingkat kekebalan pada ayam menurun, sehingga mudah terinfeksi dari alam yang tidak dapat diatasi dengan pemberian herbal.

Tabel 2. Rata-rata skoring kerusakan organ ayam percobaan berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi dan histopatologi

Pakan

Waktu terminasi

Terminasi I (hari ke-5) Terminasi II (hari ke-7) Terminasi III (hari ke-14) Tidak diinfeksi Diinfeksi Tidak diinfeksi Diinfeksi Tidak diinfeksi Diinfeksi

Pakan 1 2,0 2,6 1,0 2,4 2,0 2,0 Pakan 2 2,0 1,8 1,6 1,4 1,8 2,0 Pakan 3 2,8 2,6 1,4 1,6 1,6 1,4 Pakan 4 1,6 2,8 1,6 1,8 2,0 1,4 Pakan 5 2,4 2,0 1,6 1,8 2,0 2,0 KESIMPULAN

Campuran serbuk herbal bawang putih, kunyit dan herbal dapat menghambat pertumbuhan bakteri E. coli secara in vitro. Pemberian herbal campuran serbuk bawang putih, jahe dan kunyit pada pakan ayam dengan konsentrasi 8% dapat meningkatkan bobot badan yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok lainnya dan tidak berbeda nyata dengan pemberian pakan komersial. Namun demikian, pemberian serbuk herbal tidak dapat memperbaiki kerusakan organ yang disebabkan oleh infeksi bakteri E. coli.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kepala Dinas dan Staf Kesehatan Hewan Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bogor yang telah membantu kelancaran penelitian ini. Ucapan yang sama disampaikan kepada Sdr. Supartono, Sdri.Sumirah dan Sdr. Yudi Mulyadi yang telah membantu pelaksanaan penelitian di Laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina L. 2006. Penggunaan ramuan herbal sebagai imbuhan pakan untuk meningkatkan performans broiler. Dalam: Prosiding Lokakarya Nasional. Bogor (Indonesia): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian bekerja sama dengan Jurusan Sosek Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. hlm. 47-52.

(8)

Barnes JH, Vaillancourt JP, Gross WB. 2003. Colibacillosis dalam disease of poultry. In: Calnek BW, Barnes BJ, Beard JW, Dougald MLRM, Saif YM, editors. Ames (US): Iowa State University Press.

Beumer CI, Wulferink M, Raaben W, Fiechter D, Brands R, Seinen W. 2003. Calf intestinal alkaline phosphatase, a novel therapeutic drug for lipopolysaccharide (LPS)-mediated diseases, attenuates LPS toxicity in mice and piglets. J Pharmacol Exp Ther. 307:737-744. Capasso A. 2013. Antioxidant action and therapeutic efficacy of Allium sativum L. Molecules.

18:690-700.

Celikbilek A, Deniz G, Orman A, Gencoglu H, Kara C. 2014. Effects of a combination of dietary organic acid blend and oregano essential oil (Lunacompacid® Herbex Dry) on the

performance and Clostridium perfringens proliferation in the ileum of broiler chickens. J Biol Environ Sci. 8:61-69.

Hasan HA, Raauf AMR, Razik BMA, Hassan BMR. 2012. Chemical composition and antimicrobial activity at the crude ekstracts isolated from zingiber officinale by different solvents. Pharm Anal Acta. 3:1-5.

Karuppiah P, Rajaram S. 2012. Antibacterial effect of Allium sativum cloves and Zingiber officinale rhizomes against multiple-drug resistant clinical pathogens. Asian Pac J Trop Biomed. 2:597-601.

Marwandana Z. 2013. Efektivitas kombinasi jumlah dan bentuk ramuan herbal sebagai imbuhan pakan terhadap performans broiler [Skripsi]. [Makassar (Indonesia)]: Universitas Hasanuddin. McMullin P. 2004. Mycoplasma synoviae infection. A pocket guide to poultry health and disease.

Poult Site [Internet]. [cited 2015 Jul 2]. Available from: http://www.thepoultrysite.com/ diseaseinfo/99/mycoplasma-synoviae-infection-ms-infectious-synovitis

Menon VP, Sudheer AR. 2007. Antioxidant and anti-inflammatory properties of curcumin. Adv Exp Med Biol. 595:105-125.

Poultry Indonesia. 2015. Lika-liku penggunaan antibiotika growth promoter.

Rahman S, Parvez AK, Islam R, Khan MH. 2011. Antibacterial activity of natural spices on multiple drug resistant Escherichia coli isolated from drinking water, Bangladesh. Ann Clin Microbiol Antimicrob. 10:10.

Sharma RA, Gescher AJ, Steward WP. 2005. Curcumin: The story so far. Eur J Cancer. 41:1955-1968.

Sugiharto, Arif A, Ahmad S, Hamid M. 2012. Efektivitas kurkumin sebagai antioksidan dan inhibitor melanin pada kultur sel B16-F1. Berkala Penelitian Hayati. 17:173-176.

Tarmudji. 2003. Kolibasilosis pada ayam : Etiologi, patologi dan pengendaliannya. Wartazoa. 13:65-73.

Temitope AO, Adewuyi GO, Fariyike TA. 2010. Effect of heat treatment on antioxidant activity of some spices. Cont J Food Sci Tech. 4:53-59.

Wibowo MH, Wahyuni AETH. 2008. Studi patogenitas Escherichia coli isolat unggas pada ayam pedaging umur 15 hari. J Vet. 9:87-93.

Wientarsih I, Widhyari SD, Aryanti T. 2013. Kombinasi imbuhan herbal kunyit dan zink dalam pakan sebagai alternatif pengobatan kolibasilosis pada ayam pedaging. J Vet. 14:327-334. Wiryawan KG, Suharti S, Bintang M. 2005. Kajian antibakteri temulawak, jahe dan bawang putih

terhadap Salmonella thypimurium, serta pengaruh bawang putih terhadap performans dan respon imun ayam pedaging. Media Peternakan. 28:52-62.

Wresdayati T, Astawan M, Adnyane IKM. 2003. Aktivitas anti-oleoresin jahe (Zingiber officinale) pada ginjal tikus yang mengalami perlakuan stres. J Teknol Ind Pangan. 24:113-120.

Gambar

Tabel 1. Hasil pengukuran diameter daerah hambat (DDH) ekstrak herbal bawang putih, jahe dan
Gambar 2. Perubahan patologi dan istopatologi organ ayam yang diinfeksi E. coli
Tabel 2.  Rata-rata  skoring  kerusakan  organ  ayam  percobaan  berdasarkan  pemeriksaan  patologi

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah menumbuhkan kesadaran akan pentingnya akuntansi bagi dan membekali keterampilan dalam pengelolaan keuangan atau

Pengamatan terhadap profitabilitas, ukuran perusahaan, dan leverage dilakukan melalui ikhtisar keuangan dalam annual report perusahaan, umur perusahaan diamati melalui

Sebelum pemasangan karpet dimulai juga harus diperhatikan ukuran dan pola serta warna dari bahan tersebut yang harus disesuaikan dengan gambar perencanaan

Alternatif pilihan jawaban pada skala kecerdasan emosional yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi empat pilihan jawaban yaitu Alternatif pilihan jawaban

Saya mengesahkan bahawa Jawatankuasa Peperiksaan bagi Nor Azizah binti Arifin telah mengadakan peperiksaan akhir pada 29 Ogos 2012 untuk menilai tesis Master Sastera beliau

Siswa menganggap matematika terlalu sukar, terbukti dengan nilai ulangan harian mereka yang dibawah nilai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 50. Kurang dari 50%

Akan tetapi jumhur ulama (mayoritas para ulama ahli fikih) menyatakan bahwa menyewakan barang yang tidak dapat dibagi dalam keadaan utuh secara

Ketua Pengadilan Tinggi Perihal :Usulan Kenaikan Pangkat atas nama Tata Usaha Negara Jakarta. ………..,