GAMBARAN LEUKOSIT DARAH AYAM BROILER YANG DIBERI PAKAN DENGAN SUPLEMENTASI SERBUK BAWANG PUTIH, SERBUK KUNYIT
DAN ZnO
SKRIPSI
ZAMMILY HATI HARAHAP
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
ZAMMILY HATI HARAHAP. Gambaran Leukosit Darah Ayam Broiler yang Diberi Pakan dengan Suplementasi Serbuk Bawang Putih, Serbuk Kunyit dan ZnO. Dibimbing oleh Sus Derthi Widhyari dan Endang Rachman Supriatna.
GAMBARAN LEUKOSIT DARAH AYAM BROILER YANG DIBERI PAKAN DENGAN SUPLEMENTASI SERBUK BAWANG PUTIH, SERBUK KUNYIT
DAN ZnO
ZAMMILY HATI HARAHAP
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Gambaran Leukosit Darah Ayam Broiler yang Diberi Pakan dengan Suplementasi Serbuk Bawang Putih, Serbuk Kunyit dan ZnO
Nama : Zammily Hati Harahap
Nrp : B04104013
Disetujui
Dr. drh. Sus Derthi Widhyari, MSi Drh. Endang Rachman Supriatna, MS
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Diketahui
Dr. Nastiti Kusumorini
Wakil Dekan FKH IPB
PRAKATA
Alhamdulillahirobbil’alamin…
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat,
hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Shalawat beriring salam
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Ayahku tercinta Alm. H. Zulkarnaen Harahap dan Mamaku terkasih Hj.
Masdalena Daulay atas kasih sayang, kepercayaan, untaian doa dan
keringatnya, adik-adikku tersayang Partunasan Harahap dan M. Parsonangan
Harahap yang telah memberi motivasi dan semangat buat kak Amie.
2. Dr.drh. Sus Derthi Widhyari, MSi sebagai dosen pembimbing atas arahan,
bimbingan, didikan, perhatian, waktu dan kesabaran yang telah diberikan
kepada penulis.
3. Drh. Endang Rachman Supriatna, MS sebagai dosen pembimbing atas
didikan, arahan, bimbingan, perhatian, waktu dan kesabaran yang telah
diberikan kepada penulis.
4. Drh. Savitri Novelina, MSi sebagai pembimbing akademik atas nasehat,
perhatian dan bimbingannya selama penulis kuliah.
5. Dr. drh. Aryani Sismin Satyaningtijas, MSc sebagai dosen penguji dalam
ujian skripsi.
6. Dr.drh. R. Harry Soehartono, M. App. Sc, Phd sebagai dosen penilai dalam
seminar.
7. Keluarga Padang Sidimpuan, Medan dan Jakarta (Uak, Tulang, Nantulang,
Bouk, dan Sepupuku).
8. A.Ramadhoni Sahputra, S.KH atas waktu, perhatian, kesabaran, motivasi,
9. Sahabat-sahabatku Wenceu, Dewi Ratih, Nina Siregar (Saudariku), Getri,
Mungky, Dini, X-Green House (Deasy, M’E ), Personel Citra Asri, keluarga
Besar IMATAPSEL Bogor (Abang, kakak, saudaraku 41 dan adik angkatan
42, 43, 44, 45), rekan sepenelitian Ibu Sri, Ratna, Upx, Popon, Wahyu,
Herlina, Kanda, Bagus, dan Sri_Ul.
10.Sahabat - sahabatku yang sedang dan akan mewarnai hidupku, serta
ASTEROIDEA’41 terbaik dan teristimewa.
11.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan. Penulis
menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam tulisan ini, tetapi penulis
berharap semoga dapat bermaafaat bagi pembaca serta kemajuan ilmu pengetahuan.
Bogor, September 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padang Sidimpuan Sumatera Utara pada tanggal 26
Agustus 1985. Penulis adalah putri pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak
H. Drs. Zulkarnaen Harahap SH dan Ibu Hj. Masdalena Daulay.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak Nahdatul Ulama
Padang Sidimpuan pada tahun 1992, kemudian melanjutkan pendidikan di SD Negeri
No 144432 Padang Sidimpuan dan lulus pada tahun 1998. Selanjutnya penulis
meneruskan pendidikan ke SLTP Negeri 4 Padang Sidimpuan dan lulus pada tahun
2001. Setelah lulus dari SMU Negeri 4 Padang Sidimpuan pada tahun 2004, penulis
diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti organisasi seperti: Ikatan
Mahasiswa Tapanuli Selatan (IMATAPSEL), Himpunan Profesi Ornithologi dan
Unggas , Himpunan Profesi Ruminasia, Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan
Indonesia (IMAKAHI), DKM An Nahl. Pada tahun 2007-2008 penulis menjadi
8DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 2
Manfaat ... 2
TINJAUAN PUSTAKA Ayam (Gallus gallus) ... 3
Klasifikasi ... 3
Ciri-ciri Ayam... 4
Ayam Broiler ... 4
Bawang Putih (Allium sativum Linn.) ... 5
Klasifikasi ... 5
Morfologi ... 6
Kandungan dan Khasiat ... 6
Kunyit (Curcuma domestika Val.) ... 8
Klasifikasi ... 8
Morfologi ... 9
Kandungan dan Khasiat ... 9
Mineral Zink ... 9
Darah ... 11
Leukosit ... 11
Heterofil ... 13
Limfosit ... 14
Monosit ... 15
Eosinofil... 16
Basofil ... 17
BAHAN dan METODE Tempat dan Waktu ... 18
Materi penelitian ... 18
Hewan Penelitian dan Kandang ... 18
Bahan dan Alat ... 18
Ransum ... 18
Pembuatan Serbuk (ZnO, Bawang Putih dan Kunyit) ... 20
Metode Penelitian ... 20
Pelaksanaan Vaksin ... 20
Pemeriksaan Darah ... 22
Metode Pemeriksaan ... 23
Analisa Data ... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit ... 24
Heterofil ... 26
Limfosit ... 27
Monosit ... 28
Eosinofil ... 30
Basofil ... 31
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 32
Saran ... 32
DAFTAR PUSTAKA ... 33
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Hilai normal hematologi untuk ayam... 4
2 Persentase leukosit berdasarkan umur ayam ... 13
3 Persentase normal leukosit untuk ayam ... 13
4 Komposisi Ransum ... 20
GAMBARAN LEUKOSIT DARAH AYAM BROILER YANG DIBERI PAKAN DENGAN SUPLEMENTASI SERBUK BAWANG PUTIH, SERBUK KUNYIT
DAN ZnO
SKRIPSI
ZAMMILY HATI HARAHAP
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
ZAMMILY HATI HARAHAP. Gambaran Leukosit Darah Ayam Broiler yang Diberi Pakan dengan Suplementasi Serbuk Bawang Putih, Serbuk Kunyit dan ZnO. Dibimbing oleh Sus Derthi Widhyari dan Endang Rachman Supriatna.
GAMBARAN LEUKOSIT DARAH AYAM BROILER YANG DIBERI PAKAN DENGAN SUPLEMENTASI SERBUK BAWANG PUTIH, SERBUK KUNYIT
DAN ZnO
ZAMMILY HATI HARAHAP
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Gambaran Leukosit Darah Ayam Broiler yang Diberi Pakan dengan Suplementasi Serbuk Bawang Putih, Serbuk Kunyit dan ZnO
Nama : Zammily Hati Harahap
Nrp : B04104013
Disetujui
Dr. drh. Sus Derthi Widhyari, MSi Drh. Endang Rachman Supriatna, MS
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Diketahui
Dr. Nastiti Kusumorini
Wakil Dekan FKH IPB
PRAKATA
Alhamdulillahirobbil’alamin…
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat,
hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Shalawat beriring salam
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Ayahku tercinta Alm. H. Zulkarnaen Harahap dan Mamaku terkasih Hj.
Masdalena Daulay atas kasih sayang, kepercayaan, untaian doa dan
keringatnya, adik-adikku tersayang Partunasan Harahap dan M. Parsonangan
Harahap yang telah memberi motivasi dan semangat buat kak Amie.
2. Dr.drh. Sus Derthi Widhyari, MSi sebagai dosen pembimbing atas arahan,
bimbingan, didikan, perhatian, waktu dan kesabaran yang telah diberikan
kepada penulis.
3. Drh. Endang Rachman Supriatna, MS sebagai dosen pembimbing atas
didikan, arahan, bimbingan, perhatian, waktu dan kesabaran yang telah
diberikan kepada penulis.
4. Drh. Savitri Novelina, MSi sebagai pembimbing akademik atas nasehat,
perhatian dan bimbingannya selama penulis kuliah.
5. Dr. drh. Aryani Sismin Satyaningtijas, MSc sebagai dosen penguji dalam
ujian skripsi.
6. Dr.drh. R. Harry Soehartono, M. App. Sc, Phd sebagai dosen penilai dalam
seminar.
7. Keluarga Padang Sidimpuan, Medan dan Jakarta (Uak, Tulang, Nantulang,
Bouk, dan Sepupuku).
8. A.Ramadhoni Sahputra, S.KH atas waktu, perhatian, kesabaran, motivasi,
9. Sahabat-sahabatku Wenceu, Dewi Ratih, Nina Siregar (Saudariku), Getri,
Mungky, Dini, X-Green House (Deasy, M’E ), Personel Citra Asri, keluarga
Besar IMATAPSEL Bogor (Abang, kakak, saudaraku 41 dan adik angkatan
42, 43, 44, 45), rekan sepenelitian Ibu Sri, Ratna, Upx, Popon, Wahyu,
Herlina, Kanda, Bagus, dan Sri_Ul.
10.Sahabat - sahabatku yang sedang dan akan mewarnai hidupku, serta
ASTEROIDEA’41 terbaik dan teristimewa.
11.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan. Penulis
menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam tulisan ini, tetapi penulis
berharap semoga dapat bermaafaat bagi pembaca serta kemajuan ilmu pengetahuan.
Bogor, September 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padang Sidimpuan Sumatera Utara pada tanggal 26
Agustus 1985. Penulis adalah putri pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak
H. Drs. Zulkarnaen Harahap SH dan Ibu Hj. Masdalena Daulay.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak Nahdatul Ulama
Padang Sidimpuan pada tahun 1992, kemudian melanjutkan pendidikan di SD Negeri
No 144432 Padang Sidimpuan dan lulus pada tahun 1998. Selanjutnya penulis
meneruskan pendidikan ke SLTP Negeri 4 Padang Sidimpuan dan lulus pada tahun
2001. Setelah lulus dari SMU Negeri 4 Padang Sidimpuan pada tahun 2004, penulis
diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti organisasi seperti: Ikatan
Mahasiswa Tapanuli Selatan (IMATAPSEL), Himpunan Profesi Ornithologi dan
Unggas , Himpunan Profesi Ruminasia, Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan
Indonesia (IMAKAHI), DKM An Nahl. Pada tahun 2007-2008 penulis menjadi
8DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 2
Manfaat ... 2
TINJAUAN PUSTAKA Ayam (Gallus gallus) ... 3
Klasifikasi ... 3
Ciri-ciri Ayam... 4
Ayam Broiler ... 4
Bawang Putih (Allium sativum Linn.) ... 5
Klasifikasi ... 5
Morfologi ... 6
Kandungan dan Khasiat ... 6
Kunyit (Curcuma domestika Val.) ... 8
Klasifikasi ... 8
Morfologi ... 9
Kandungan dan Khasiat ... 9
Mineral Zink ... 9
Darah ... 11
Leukosit ... 11
Heterofil ... 13
Limfosit ... 14
Monosit ... 15
Eosinofil... 16
Basofil ... 17
BAHAN dan METODE Tempat dan Waktu ... 18
Materi penelitian ... 18
Hewan Penelitian dan Kandang ... 18
Bahan dan Alat ... 18
Ransum ... 18
Pembuatan Serbuk (ZnO, Bawang Putih dan Kunyit) ... 20
Metode Penelitian ... 20
Pelaksanaan Vaksin ... 20
Pemeriksaan Darah ... 22
Metode Pemeriksaan ... 23
Analisa Data ... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit ... 24
Heterofil ... 26
Limfosit ... 27
Monosit ... 28
Eosinofil ... 30
Basofil ... 31
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 32
Saran ... 32
DAFTAR PUSTAKA ... 33
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Hilai normal hematologi untuk ayam... 4
2 Persentase leukosit berdasarkan umur ayam ... 13
3 Persentase normal leukosit untuk ayam ... 13
4 Komposisi Ransum ... 20
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Ayam Broiler... 3
2 Bawang Putih ... 5
3 Struktur Alisin ... 6
4 Rimpang Kunyit ... 8
5 Struktur Kurkumin ... 9
6 Zinc Oksida ... 10
7 Haemopoiesis ... 13
8 Heterofil ... 14
9 Limfosit ... 15
10 Monosit ... 16
11 Eosinofil ... 17
12 Basofil ... 17
13 Jumlah leukosit ayam broiler minggu ke 3 dan minggu ke 6 ... 24
14 Jumlah heterofil ayam broiler minggu ke 3 dan minggu ke 6 ... 26
15 Jumlah limfosit ayam broiler minggu ke 3 dan minggu ke 6 ... 27
16 Jumlah monosit ayam broiler minggu ke 3 dan minggu ke 6 ... 29
17 Jumlah eosinofil ayam broiler minggu ke 3 dan minggu ke 6 ... 30
Halaman
1 Tabel hasil analisis Pstatistika terhadap jumlah leukosit, persentase dan jumlah jenis leukosit ayam broiler dengan Uji Anova
Dilanjutkan Uji Duncan ... 37
2 Hasil analisis perhitungan jumlah leukosit ayam broiler dengan
uji Anova dilanjutkan uji Duncan ... 38
3 Hasil analisis perhitungan persentase leukosit ayam broiler dengan
uji Anova dilanjutkan uji Duncan ... 39
4 Hasil analisis perhitungan persentase leukosit ayam broiler dengan
uji Anova dilanjutkan uji Duncan ... 41
1.1 Latar Belakang
Ayam merupakan salah satu sumber protein hewani bagi masyarakat
Indonesia, karena ayam merupakan sumber protein hewani yang dapat dijangkau oleh
semua lapisan masyarakat. Sumber protein yang berasal ayam meliputi daging dan
telur. Daging dan telur ayam mempunyai harga yang relatif murah, sehingga
permintaan dan kebutuhan masyarakat sangat tinggi (Rasyaf 1993). Berdasarkan data
yang ada pada Pinsar tahun 2008, kebutuhan ayam potong di Indonesia mencapai tiga
juta sampai lima juta ekor perhari sedangkan total produksi nasional Indonesia tidak
mencukupi kebutuhan konsumsi ayam di Indonesia, hal ini dikarenakan populasi
ayam yang ada telah berkurang (Pinsar 2008).
Perkembangan peternakan Indonesia akhir-akhir ini semakin menunjukkan
penurunan khususnya pada peternakan ayam. Keadaan ini, di tandai dengan
penurunan pola konsumsi masyarakat terhadap berbagai hasil produksi asal ayam
baik itu telur maupun daging (Pinsar 2008). Salah satu faktor yang menyebabkan
penurunan tersebut adalah semakin banyak jenis penyakit yang muncul yang
membutuhkan biaya pengobatan mahal dan pengobatan yang diberikan kurang
efektif. Usaha untuk menekan terjadinya penyakit adalah dengan meningkatkan
sistem pertahanan tubuh dari ayam (Widhyari et al. 2006).
Upaya untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam melalui perbaikan
manajemen pakan melalui pemberian obat herbal dan bahan–bahan yang tersedia di
alam. Namun pengobatan dengan menggunakan bahan kimia yang terlalu banyak
dan sering dapat menimbulkan dampak negatif bagi kualitas daging yang berdampak
bagi yang mengkonsumsi, seperti resistensi terhadap agen penyakit dan residu.
Pemberian dosis obat yang kurang tepat dan pemberian secara terus menerus dapat
menyebabkan pertumbuhan terhambat, timbul resistensi terhadap agen penyakit,
residu pada hasil produksi ayam serta biaya pengobatan yang mahal merupakan
dampak negatif dari pengobatan kimia.
Indonesia kaya akan flora tumbuhan yang beribu-ribu jenis yang masih perlu
dimanfaatkan, sehingga pengobatan dengan menggunakan tanaman obat atau disebut
dan Tajudin 2003). Penggunaan obat herbal memiliki keuntungan tidak menyebabkan
residu pada hasil produksi ayam sehingga masyarakat aman untuk menkonsumsinya.
Sampai saat ini telah banyak dilakukan penelitian terhadap tanaman sebagai sumber
bahan obat alam untuk menggantikan obat kimia, seperti penggunaan bawang putih
(Allium sativum L.) dan kunyit (Curcuma domestika Val.). Kedua tanaman ini memiliki efek farmakologis antara lain sebagai anti-bakteri, meningkatkan daya tahan
tubuh serta membantu metabolism didalam tubuh. Kedua tumbuhannya ini memiliki
manfaat yang masih perlu diteliti lebih lanjut. Selain penggunaan herbal juga
digunakan mikromineral seperti zink. Zink sering digunakan sebagai tambahan pada
pakan baik itu sebagai terapi maupun suplemen (Manalu 1999). Penelitian secara
tunggal terhadap masing-masing herbal dan mineral zink telah dilakukan tetapi
penelitian dengan mengkombinasi bawang putih, kunyit dan mineral zink belum
pernah dilakukan.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian kombinasi
bawang putih (Allium sativum L.), kunyit (Curcuma domestika Val.) dan ZnO dalam pakan terhadap gambaran leukosit darah ayam.
1.3 Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah mengetahui khasiat pemberian kombinasi
bawang putih (Allium sativum L.), kunyit (Curcuma domestika Val.) dan zink terhadap leukosit sebagai sel pertahanan tubuh.
1.1 Ayam (Gallus gallus) Klasifikasi
Klasifikasi biologi dari ayam (Gallus gallus) berdasarkan Wikipedia (2008) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Famili : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus gallus
Ayam (Gallus gallus) adalah unggas domestikasi yang kemungkinan turunan dari ayam Indian liar dan ayam hutan merah dari Asia Tenggara dan berhubungan
juga dengan ayam hutan abu –abu (G.sonneratii). Penamaaan ayam sangat luas tergantung dari asalnya. Ayam merupakan salah satu hewan domestikasi yang umum
dan tersebar luas (Anonim 2008).
Ciri-ciri Ayam
Seluruh tubuhnya ditutupi oleh bulu mulai dari kepala, sayap sampai dengan
ekor. Selain itu, memperlihatkan jengger yang penuh dengan bahan lilin berwarna
merah. Kulit cukup kurus dan relatif bebas dari kelenjar sekretori, dengan pengecuali
pada urophygial. Ayam mempunyai badan yang kompak, rangka yang ringan, sayap
dan kaki yang tumbuh dengan baik. Ayam merupakan unggas yang aktif, nervous,
lincah, berdarah panas, bertelur (Setijanto 1998).
Sistem respirasi dari unggas ini dibantu oleh kantong hawa. Alat pencernaan
memperlihatkan modifikasi seperti tidak mempunyai gigi, esophagus yang
mempunyai pelebaran disebut tembolok serta lambung yang terbagi dua yaitu
lambung kelenjar dengan banyak kelenjar pencernaan dan lambung otot tempat
makanan digiling lebih efektif lagi penghancuran makanan secara mekanis (Setijanto
1998).
Gambaran darah dari ayam secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel yang
disajikan sebagai berikut.
Tabel 1 Nilai normal hematologi untuk ayam
Parameter Kisaran Rataan Eritrosit
Total eritrosit 2,5-3,5 3,0
Haemoglobin 7,0-13,0 9,0
PCV (%) 22,0-35,0 30,0
MCV (fl) 90,0-140,0 115,0
MCH (pg) 33,0-47,0 41,0
MCHC (%) 26,0- 35,0 29,0
Leukosit
Total leukosit 12.000-30.000 12.000
Heterofil 3.000-6.000 4.500
Limfosit 7.000-17.500 14.000
Monosit 150-2.000 1.500
Eosinofil 0-1.000 400
Basofil Jarang -
Persentase
Heterofil 15,0-40,0 28,0
Limfosit 45,0-70,0 60,0
Monosit 5,0-10,0 8,0
Eosinofil 1,5-6,0 4,0
Basofil Jarang -
Fibrinogen (g/dl) 0,1-0,4 0,2
Trombosit (x105/µl) 20,0-40,0 30,0
Total protein plasma (g/dl) 4,0-5,5 4,5
Sumber: Jain (1986)
Ayam Broiler
Ayam broiler merupakan jenis ayam yang telah mengalami pemuliaan
sehingga menjadi ayam pedaging yang unggul, mempuyai bentuk, ukuran dan warna
yang seragam (Muchtadi dan Sugiono 1989). Ayam ini pertama kali dikenal pada
periode menjelang 1980-an, walaupun galur murninya baru diketahui sejak tahun
1960-an (Rasyaf 1993). Ayam broiler ini terdiri dari jantan dan betina yang umumya
dipanen untuk diambil karkasnya pada umur 5-6 minggu. Ayam ini memiliki
pertumbuhan fantastis, yaitu mampu mencapai bobot 1 – 2 kg dalam kurun waktu 1 –
diantaranya makanan (ransum), temperature lingkungan (berkisar 190-210) dan sistem
pemeliharaannya (Rasyaf 1992).
Ayam broiler yang berusia enam minggu sudah sama dengan ayam kampung
dewasa 8 bulan, yaitu mencapai bobot 2 kg. Ayam broiler dipasarkan di Indonesia
pada bobot 1,3-1,6 kg per ekor ayam pada umur 5-6 minggu (Rasyaf 2003). Ciri dari
ayam broiler ini adalah ukuran badan relatif besar, padat, kompak, dan berdaging
penuh. Jumlah telur sedikit, bergerak lambat, tenang dan lebih lambat mengalami
dewasa kelamin. Adapun jenis ayam pedaging ini antara lain Brahma Putra, Cochin
China, Cornish dan Sussex (Sudaryani dan Santosa 2002).
2.2 Bawang putih (Allium sativum Linn.) Klasifikasi
Klasifikasi bawang putih (Allium sativum L.) dalam Syamsiah dan Tajudin (2003) adalah :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledone
Ordo : Liliflorae
Famili : Amaryllidaceae
Bangsa : Allieae
Genus : Allium
Spesies : Allium sativum L.
Bawang putih termasuk salah satu familia Amaryllidaceae yang populer di dunia. Bawang putih yang nama ilmiahnya Allium sativum L. mempunyai nilai komersial yang tinggi dan tersebar di seluruh dunia (Wibowo 1999). Bawang putih
termasuk klasifikasi tumbuhan terna berumbi lapis atau siung yang bersusun. Umbi
dari tanaman bawang putih merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan
Indonesia (Anonim 2008a). Bawang putih sebenarnya bukan tanaman asli Indonesia.
Tanaman ini diperkirakan berasal dari Asia Tengah seperti Jepang dan Cina yang
beriklim subtropis (Syamsiah dan Tajudin 2003).
Morfologi
Bawang putih merupakan tanaman terna yang tumbuh tegak dengan tinggi
dapat mencapai 30-60 cm dan membentuk rumpun. Bawang putih mempunyai batang
semu yang terbentuk dari pelepah-pelepah daun. Tanaman bawang putih bisa
ditemukan dalam bentuk terna (bergerombol). Helaian daunnya mirip pita, berbentuk
pipih dan memanjang. Jumlah daun setiap tanaman bisa mencapai lebih dari 10 helai
(Anonim 2008a). Bunga bawang putih berupa bunga majemuk, bertangkai, berbentuk
bulat, dan menghasilkan biji untuk keperluan generatif (Syamsiah dan Tajudin 2003).
Sebagaimana warga kelompok monokotiledon, sistem perakarannya tidak memiliki akar tunggang dan akarnya serabut yang tidak panjang, tidak terlalu dalam
berada di dalam tanah sehingga tanaman ini tidak tahan terhadap kekeringan terutama
pada waktu proses pembesaran umbi (Wibowo 1999). Akar bawang putih terdiri dari
serabut-serabut kecil yang berjumlah banyak terletak di batang pokok, tepatnya di
bagian dasar umbi atau pangkal umbi yang berbentuk cakram. Fungsi akar serabutnya
adalah sebagai penghisap makanan (Syamsiah dan Tajudin 2003).
Perkembangbiakan bawang putih ada dua cara , yakni melalui bunga dan
melalui umbi atau secara tunas (Syamsiah dan Tajudin 2003). Bawang putih
merupakan tumbuhan daerah dataran tinggi. Di Indonesia, jenis tertentu
dibudidayakan di dataran rendah. Bawang putih berkembang baik pada ketinggian
tanah berkisar 200-250 meter di atas permukaan laut (Anonim 2008a).
Kandungan dan Khasiat
Bawang putih mengandung minyak atsiri aliin dan alisin yang berkaitan
dengan daya antibakteri. Minyak atsiri mudah menguap di udara bebas dan diduga
mempunyai kemampuan sebagai antibakteri dan antiseptik namun bukanlah penyebab
langsung khasiat bawang putih (Syamsiah dan Tajudin 2003 dan Wibowo 1999).
Minyak atsiri ini sering disebut sebagai minyak terbang atau minyak menguap
Gambar 3 struktur Alisin. Sumber: Anonim 2008c
Alisin adalah zat aktif yang mempunyai daya antibiotik yang cukup ampuh
(Syamsiah dan Tajudin 2003). Alisin mempunyai kemampuan dalam melawan
amoeba, bakteri, jamur atau virus . Aktivitas antimikroba dari bawang putih ini
tergantung pada enzim alisinase (cystein sulfoxide lyase) dalam alisin setelah bawang
putih dihancurkan atau dipotong (Ellmor and Feildberg 1994). Enzim alisinase dapat
membunuh bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif karena mempunyai
gugus asam amino para amino benzoate (Tsao and Yin. 2001).
Scordinin merupakan senyawa kompleks thioglosida yang berfungsi sebagai
antioksidan (Anonim 1997). Kerja scordinin seperti oksido-reduktase. Senyawa ini
berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan dan daya tahan tubuh, mampu
menekan kolesterol, meningkatkan produksi sperma serta mencegah kerusakan sel
diakibatkan oleh proses penuaan (Wibowo 1999). Kemampuan bawang putih sebagai
obat diduga karena adanya kombinasi antara alisin dan scordinin (Syamsiah dan
Tajudin 2003). Senyawa lain yang terdapat pada bawang putih adalah allithiamin.
Allithiamin merupakan hasil reaksi alisin dengan thiamin dan dapat bereaksi dengan
sistein. Fungsinya sama dengan vitamin B yaitu membantu metabolisme dalam tubuh.
Zat- zat lain yang ditemukan antara lain selenium (sebagai antioksidan), enzim
germanium (mencegah rusaknya sel darah merah), antiarthritic faktor (mencegah
rusaknya persendian), dan methyllallyl trisulfit (mencegah perlengketan sel-sel darah
merah) (Anonim 1997).
Berdasarkan hasil penelitian bawang putih mampu mencegah penyakit
jantung dan platelet aggregation (Rahman and Billington 2000). Bawang putih juga memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakter S. typhimurium dan diduga
sebagai imunostimulan serta pemacu perfomans ayam pedaging (Suhartini 2004).
al. (2004) menduga bahwa alisin dapat menghambat efek immunomodulator dari sel epitel usus. Efek komplek yang disebabkan derivat bawang putih dapat menstimulasi
dan menghambat proliferasi limfosit dan TNF-alpa, respon yang bervariasi ini
berhubungan dengan tipe dari bahan sulfur dan durasi terpaparnya (Milner 2006).
Dalam Donald and Riggs (2001) bahwa bawang putih dapat dapat meningkat
proliferasi dari makrofag dan limfosit pada penyakit kanker dan juga melawan
penurunan sistem imun yang disebabkan oleh kemoterapi dan radiasi karena
ultraviolet.
2.3 Kunyit (Curcuma Domestica Val.) Klasifikasi
Klasifikasi kunyit (Curcuma Domestica Val.) berdasarkan taksonomi tumbuhan dalam Winarto (2003) adalah :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Subkelas : Zingiberidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma domestica Val.
Kunir atau kunyit termasuk salah satu tanaman rempah dan obat asli dari
wilayah Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami persebaran ke daerah
Indo-Malaysia, Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia
dan India serta bangsa Asia umumnya pernah mengkonsumsi tanaman rempah ini,
baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan
kecantikan. Kunyit adalah rempah-rempah yang biasa digunakan dalam masakan di
negara-negara Asia. Kunyit sering digunakan dalam masakan sejenis gulai, dan juga
digunakan untuk memberi warna kuning pada masakan. Kunyit tergolong dalam
[image:30.595.149.505.383.521.2]kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae (Anonim 2008b).
Morfologi
Kunyit merupakan tanaman berbatang semu yang tumbuh tegak dengan tinggi
28– 85 cm cm, lebar 10- 25 cm, dan batang berwarna hijau kekuningan. Batang semu,
tegak dan berbentuk bulat. Setiap berdaun tiga sampai delapan helai, panjang tangkai
hingga pangkal daun beserta pelepah daun sampai 70 cm. Helaian daun tunggal
berbentuk lanset memanjang dengan ujung dan pangkal runcing. Daun keseluruhan
berwarna hijau dan ukuran panjang 20- 40 cm dan lebar 8- 12,5 cm (Soedibyo 1998
dan Taryono 2001).
Menurut Winarto (2003), bunga tumbuh dari ujung batang semu berwarna
putih atau kuning pucat. Bunga mempunyai tiga lembar kelopak bunga, tiga lembar
tajuk bunga bunga,empat helai benang sari yang salah satunya berfungsi sebagai alat
pembiakan sedangkan tiga helai lainnya berubah bentuk menjadi bunga. Tangkai
bunga berambut dan bersisik dengan panjang tangkai 16-40 cm. Mahkota bunga
berukuran panjang 3 cm dan lebar 1,5 cm (Soedibyo 1998). Rimpang merupakan
tempat tumbuhnya tunas bagian utama kunyit, beruas–ruas , dan bercabang-cabang.
Akar rimpang tumbuh menjalar, umbi utama berbentuk elips sebesar 5-8 cm, tebal 1,5
cm, jingga terang atau agak kuning yang dibungkus selaput tipis yang berwarna
coklat (Taryono 2001).
Tanaman kunyit dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki intensitas
cahaya tinggi atau sedang. Karenanya, kunyit dapat hidup di tempat terbuka atau
ternaungi. Dataran ketinggian 2.000 m dari permukaan laut masih memungkinkan
kunyit tumbuh. Curah hujan yang cocok antara 2.000- 4.000 mm per tahun dengan
suhu 19- 30oC (Winarto 2003).
Kandungan dan Khasiat
Dalam pengobatan herbal, sudah banyak jenis penyakit yang dapat
disembuhkan dengan rimpang kunyit. Khasiat dan manfaat kunyit telah lama dikenal
sebagai bumbu masak, disamping itu juga dapat digunakan sebagai obat. Beberapa
pustaka melaporkan kandungan kimia yang terdapat di dalam kunyit. Zat kandungan
pati (Ratna Sari dan Hastuti 1986). Persentase yang terkandung dalam rimpang
kunyit adalah 4,3–6 % minyak atsiri, 0,5–6 % zat warna kuning kurkumin, 40–50 %
pati dan beberapa senyawa kimia lain seperti resin serta senyawa pahit. Zat aktif dari
[image:32.595.205.419.198.283.2]kunyit adalah kurkumin (Purseglove et al. 1981).
Gambar 5 Struktur Kurkumin Sumber: Anonim 2008c
Pada penelitian yang ekstensif terhadap kurkumin, menunjukkan bahwa
kunyit memiliki efek terapeutik yang luas seperti antiinflamatori, antibakterial,
antiviral, antifungal, antitumor dan hepatoprotektif (Kohli et al. 2005). Kurkumin dapat menstimulasi kelenjar adrenal untuk mengeluarkan hormon glukokortikoid
sehingga meningkatkan jumlah leukosit khususnya heterofil dalam sirkulasi darah (Antony et al. 1999). Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Kohli et al. (2005) bahwa kurkumin dalam kunyit memiliki efektifitas yang sama dengan
cortisone dan phenylbutazone pada reaksi inflamasi akut. Shah et al (1999), meneliti mekanisme platelet aggregation dari kurkumin, menunjukkan bahwa kurkumin menghambat platelet aggregation melalui platelet agonis epinefrin (PAE), platelet activating factor (PAF), kolagen dan asam arachidonat (AA).
2.4 Mineral Zink
Zink (seng) merupakan suatu elemen di dalam grup IIB pada system periodik.
Memiliki warna putih kebiru – biruan dan mudah teroksidasi pada suhu ruang. Zn
termasuk ke dalam kelompok mikromineral, artinya mineral yang dibutuhkan dalam
jumlah sedikit. Zn diperlukan dalam metabolism protein, karbohidrat, dan lemak.
Menurut Manalu (1999) Zn merupakan aktivator dari beberapa sistem enzim.
Beberapa enzim dalam tubuh hewan diketahui mengandung seng seperti karbonik
anhidrase, karboksipeptidase pancreas, laktat dehidrogenase, alkaline fosfatse dan
protein, sintesis asam nukleat, biosintesis heme, transport CO2 (anhidrase karbonik)
dan reaksi – reaksi lain (Linder 1992). Zn merupakan bagian dari metalloenzymes,
[image:33.595.204.419.179.328.2]termasuk DNA dan RNA sintase dan transferase.
Gambar 6 Zinc Oxida. Sumber Anonim 2008d
Zn dapat membantu pemeliharaan sel – sel tubuh, sebagai antioksidan dan
mampu mencegah terjadinya radikal bebas sehingga proses apoptosis atau kematian
sel secara terencana dapat ditekan (Fukamachi et al. 1998, Truong et al. 2000 dan Widhyari et al. 2006). Zn dibagi atas Zn organik dan inorganik. Sebagai supplement Zn organik disbanding Zn inorganik dapat meningkatkan respon imun sel, respon
imun humoral. Zn tersebut berada dalam tulang dan tidak dapat digunakan dalam
metabolisme. Kulit juga merupakan tempat akumulasi dari Zn. Kelebihan kalsium
berhubungan dengan defisiensi dari mineral Zn. Pada peternakan ayam membutuhkan
60 mg per kg air-dry feed (Perry et al. 2004).
Pada plasma, Zn berhubungan dengan fraksi globulin dan kurang
berhubungan dengan albumin. Menurut Scott et al. (1982) bahan pakan alami belum dapat memberikan Zn yang cukup untuk anak ayam maupun ayam pembibit. Dengan
demikian mineral inorganik seperti Zn oksida atau Zn karbonat digunakan sebagai
supplement Zn dalam ransum unggas. Didalam tubuh ZnO (zink oksida) memiliki
batas toleran yang lebih besar jika dibandingkan dengan ZnSO4 (zink sulfat) dan
ZnCO3 (zink karbonat) (Sadoval et al. 1999).
Pada peternakan ayam defisiensi zink menyebabkan rendahnya produksi
dengan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi. Zn berperan pada sistem
kekebalan tubuh (Perry et al. 2004). Menurut Underwood and Suttle (2001) zinkum banyak dijumpai pada sel leukosit dan trombosit. Menurut Groff and Gropper (2003)
zink berhubungan fungsi fagositosis dari monosit. Dalam McDowell (1992) defisiensi
zink berhubungan dengan fungsi limfosit, natural killer, netrofil dan produksi limfokin. Dalam darah zink tidak berpengaruh terhadap pengertakan leukopoiesis
tetapi diduga pada peningkatan fungsi leukosit (Widhiyari 2005).
2.5 Darah
Darah adalah jaringan khusus yang terdiri dari plasma darah yang kaya akan
protein (55%) dan sel-sel darah (45%). Sel-sel darah terdiri sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan trombosit (keeping darah atau platelet).
Eritrosit bersifat pasif dan melaksanakan fungsinya dalam pembuluh darah sebagai
pembawa nutrien yang telah disiapkan oleh saluran pencernaan ke jaringan tubuh,
pembawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida ke paru-paru,
pembawa sisa –sisa metabolisme dari jaringan ke ginjal untuk di ekskresikan, serta
mempertahankan sistem keseimbangan dan buffer. Trombosit berfungsi dalam
proses koagulasi dan mengaktifkan mekanisme pembekuan darah. Sedangkan
leukosit berfungsi dalm proses fagositosis dan menyediakan kekebalan terhadap
antigen spesifik (Guyton 1997).
2.6 Leukosit
Leukosit atau sel darah putih berasal dari bahasa Yunani leuco artinya putih
dan cyte artinya sel (Dharmawan 2002). Leukosit merupakan unit yang mobil / aktif
dari system pertahanan tubuh. Leukosit ini dibentuk sebagian di sumsum tulang dan
sebagian lagi di jaringan limfe yang kemudian diangkut dalam darah menuju berbagai
bagian tubuh untuk digunakan (Guyton 1997). Leukosit memiliki bentuk yang khas.
Pada keadaan tertentu inti, sitoplasma, dan organelnya mampu bergerak. Kalau
eritrosit bersifat pasif dan melaksanakan fungsinya dalam pembuluh darah, leukosit
mampu keluar dari pembuluh darah menuju jaringan dalam melakukan fungsinya
dibawah e pada tiap aktivitas f Le granulosit bersegmen
berlobus d
netrofil / h
limfosit (A
sumsum t
Semua sel
(1) dengan
dan (2) de
dapat men
eritrosit dan
individu c
fisiologi, giz
eukosit diba
t dan agran
n dan granu
dan tidak m
heterofil, b
Anonim 200
tulang, sed
l-sel ini bek
n benar-ben
engan memb
nghancurkan
n bervariasi
cukup besar
zi, umur dan
agi ke dalam
nulosit. Leu
ul sitoplasm
mempunyai
asofil dan e
04). Sel dar
dangkan lim
kerja bersam
nar merusak
bentuk antib
n atau mem
tergantung
r pada kon
n lain-lain (
m dua kelas
ukosit granu
ma. Leukos
i granul sit
eosinofil. L
rah putih ya
mfosit dipro
ma-sama me
k bahan yan
bodi dan lim
mbuat penyer
Gambar 7 H Sumber: A
jenis hewan
ndisi tertent
Dharmawan
berdasarka
ulosit mem
sit agranulo
toplasma. L
Leukosit agr
ang granulos
oduksi dal
elalui dua c
ng menyerbu
mfosit yang
rbu tidak ak
Haemopoiesis Anonim 2008e nnya. Fluktu tu, seperti n 2002). an penampa mpunyai nuk osit mempun Leukosit gra
ranulosit m
sit dan mon
am berbag
cara untuk
u itu melalu
peka, salah ktif (Guyton s. e uasi jumlah : cekaman akan histolo kleus berlob nyai nukleu anulosit ter meliputi mon nosit dibentu
gai organ l
mencegah p
ui proses fa
h satu atau k
n 1997).
h leukosit
/ stress,
ogis yaitu
bus atau
us tidak
Tabel 2 Persentase leukosit berdasarkan umur ayam
Umur Persentase (%)
Heterofil Eosinofil Basofil Limfosit Monosit 0 hari 72,4 2,5 1,1 15.9 8,1
3 hari 52,7 1,6 0,67 38,7 6,4 8 hari 50 0,25 0 48,3 1,5 10 hari 26,7 1,7 0,64 68,6 2,3 1 minggu 24 0 0 75 1 2 minggu 20,6 3,1 1,9 66 8,1 6 minggu 26 0 1 69 3 Sumber : Hodges (1997)
Tabel 3 Persentase normal leukosit untuk ayam
Umur dan jenis kelamin
Jumlah Leukosit (x
103/mm3)
Persentase (%)
Heterofil Eosinofil Basofil Limfosit Monosit
Jantan dewasa 19,8 27,2 1,9 1,7 59,1 10,2 Betina dewasa 19,8 22,8 1,9 1,7 64,6 8,9
Jantan (5-10
minggu) - 20,4 1,3 3,3 69,5 3,7 Betina white
Leghorn (6 minggu)
28,6 10,1 1,5 2,3 81,5 4,5
Betina dewasa
white Leghorn 29,4 13,3 2,5 2,4 76,1 5,7 Jantan dewasa
white Leghorn 16,6 25,8 1,4 2,4 64,0 6,4 Muda, 2-21
minggu, jantan dan betina
29,4 20,9 1,9 3,1 66,0 8,1
Sumber : Sturkie dan Grimmingger (1976)
Heterofil
Heterofil merupakan leukosit polymorphonuklear-pseudoesinophilic
granulosit (Sturkie and Grimminger 1976). Granul dari heterofil berbentuk batang
ataupun kumparan. Leukosit ini intinya terkadang jelas berwarna merah tua dan
granul seperti bola (Bacha and Linda 2000). Banyak terdapat pada peredaran darah
perifer pada beberapa jenis unggas. Heterofil ini cenderung bulat dengan sitoplasma
yang berwarna lebih muda yaitu eosinofilik. Heterofil tua mempunyai inti berlobus
(biasanya dua atau tiga lobus) yang kasar, kromatin berumpun yang berwarna ungu.
[image:36.595.112.520.288.492.2]Gambar 8 Heterofil. Sumber : Anonim 2008f
Menurut Samuelson (2007) intinya bersifat polimorfonuklear dimana
mempunyai paling banyak lima lobules. Heterofil pada ayam berdiameter 10-15 µm,
granul sitoplasma berbentuk batang pipih seperti jarum. Pada manusia dan mamalia
disebut netrofil (Sturkie and Grimminger 1976). Sel ini berkembang berdasarkan
pengaruh dari interleukin, granulocyte/monocyte colony stimulating factor dan granulocyte stimulating factor (Jackson 2007). Fungsi utama dari sel ini adalah penghancur bahan asing melalui proses yang disebut fagositosis. Sel leukosit ini
tertarik pada perbagai produk bakteri, berbagai produk yang dilepaskan oleh sel yang
rusak dan berbagai produk reaksi kekebalan (Tizard 1988). Heterofil dikenal sebagai
first line defense yaitu sebagai sistem pertahanan pertama (Dharmawan 2002).
Limfosit
Limfosit adalah leukosit yang jumlah paling banyak pada ayam dan
ukurannya bervariasi dari yang kecil sampai yang besar seperti pada mamalia (Bacha
and Linda 2000). Sel Ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu kecil, sedang dan besar
tetapi yang banyak di peredaran darah adalah yang berukuran kecil dan sedang
(Campbell 1995). Intinya bulat dan beberapa tepinya berlekuk (Samuelson 2007).
Pola kromatinnya cukup kasar dan menyatu (Bacha and Linda 2000). Sitoplasmanya
merupakan kurang basofilik dan pada salah satu sisi tepinya nukleusnya menepi
(Sturkie and Grimminger 1976). Menurut Guyton (1997) limfosit dibentuk di
Gambar 9 Limfosit. Sumber : Anonim 2008f
Menurut Dharmawan (2002), pada preparat ulas darah yang diwarnai, dapat
dibedakan limfosit besar dan limfosit kecil. Limfosit besar merupakan bentuk yang
belum dewasa dan sering disebut dengan prolimfosit atau sel blast besar. Populasi
dari limfosit dalam darah ada 2 tipe sel yaitu sel T dan sel B. Limfosit T diperkirakan
proporsinya adalah 70-75% dari seluruh jumlah limfosit sedangkan jumlahnya antara
10–20% dari jumlah seluruh limfosit. Limfosit B berfungsi sebagai imunitas humoral
yang mampu menyerang agen penyerbu. Limfosit T berperan sebagai imunitas sel
yang diperoleh dari pembentukan limfosit teraktivasi yang mampu menghancurkan
benda asing (Guyton 1997).
Monosit
Monosit merupakan leukosit yang terbesar yang berdiameter 15 – 20 µm dan
jumlahnya 3–9 % dari seluruh sel darah putih (Dharmawan 2002). Inti kromatinnya
cenderung lebih meyatu. Dan pada sitoplasma terlihat adanya vakuola (Bacha and
Linda 2000) dan seperti berbusa (Samuelson 2007). Menurut Campbell (1995)
sitoplasma sel ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian yang berwarna cerah dan
bagian yang berwarna lebih gelap. Sitoplasmanya terlihat berwarna biru keabu –
Gambar 10 Monosit. Sumber: Anonim 2008f
Monosit berperan sebagai prekusor untuk makrofag dimana sel ini akan
mencerna dan membaca antigen (Samuelson 2007). Aktivitas fagositosis dari
monosit tergantung pada bahan yang akan difagosit (Tizard 1988). Monosit darah
tidak pernah mencapai dewasa penuh sampai bermigrasi ke luar pembuluh darah
dan masuk ke jaringan. Dan kemudian menjadi sel ini menjadi makrofag tetap
(fixed macrophage) dalam jaringan seperti sinusoid hati, sumsum tulang, alveoli paru – paru, dan jaringan limfoid. Monosit lebih sering terletak dekat pembuluh
darah (Dharmawan 2002).
Eosinofil
Eosinofil adalah granulosit polimorfonuklear-eosinofilik dengan ukuran yang
hampir sama dengan heterofil. Granulosit berbentuk bulat dan relatif luas (Sturkie
and Grimminger 1976). Inti eosinofil lebih sedikit jika dibandingkan dengan heterofil
(Samuelson 2007) dan lobulasinya lebih kasar dan kromatinnya berumpun berwarna
ungu terkadang juga terlihat berwarna sedikit biru serta lebih terlihat jika dibanding
heterofil. Diameter dari eosinofil kira–kira 7 µm (Aughey and Fredric 2001).
Sitoplasmanya warnanya lebih bersih, biru pucat sedangkan granulnya bentuknya
lebih terang dan cendrung kurang berada ditengah dibandingkan dengan heterofil
(Campbell 1995). Jumlah eosinofil dalam aliran darah berkisar antara 2 sampai 8 %
dari jumlah leukosit. Sel ini berkembang dalam sumsum tulang sebelum bermigrasi
Gambar 11 Eosinofil Sumber : Anonim 2008f
Jangka hidup sel ini 3 sampai 5 hari. Eosinofil ini berperan aktif dalam
mengatur proses alergi akut dan proses pembarahan , mengatur infestasi parasit, dan
memfagositosis bakteri, antigen-antibodi komplek, mikoplasma, dan ragi. Sel ini juga
mengandung histaminases yang mengaktifkan histamine dan melepaskan serotonin
dari sel tertentu , juga melepaskan zinc yang menghalangi agregasi trombosit dan
migrasi makrofag (Dharmawan 2002). Menurut Tizard (1988) eosinofil memiliki 2
fungsi istimewa. Pertama mampu menyerang dan menghancurkan larva cacing
(parasit) yang menyusup. Kedua enzim eosinofil mampu menetralkan faktor radang
yang dilepaskan oleh sel mast dan basofil pada proses hipersensivitas tipe 1 (Tizard
1988).
Basofil
Basofil adalah granulosit yang bersifat polymorphonuklear basofilik yang
bentuk dan ukurannya hampir sama dengan heterofil (Sturkie and Grimminger 1976).
Granulosit ini cenderung menjadi sel yang bulat dengan sebuah inti bulat ditengah.
Intinya berwarna biru dan sering ditutupi oleh granul sitoplasmik (Campbell 1995).
Basofil lebih mudah dibedakan dari dua tipe sebelumnya (Samuelson 2007) karena
intinya biasanya tidak ada lobulasi (Bacha and Linda 2000). Basofil adalah leukosit
yang jumlahnya paling rendah sekitar 0,5 – 1,5% dari seluruh leukosit dalam aliran
Gambar 12 Basophil. Sumber : Anonim 2008f
Sel leukosit ini mengandung heparin, histamin, asam hialuronat, kondroitin
sulfat, serotonin dan beberapa faktor kemotaktik. Heparin berfungsi untuk mencegah
pembekuan darah, sedangkan histamine berfungsi untuk menarik eosinofil. Basofil
berperan sebagai mediator untuk aktifitas pembarahan dan alergi, memiliki reseptor
immunoglobulin E (IgE) dan immunoglobulin G (IgG) yang menyebabkan
degranulasi dan membangkitkan reaksi hipersensitif dengan sekresi yang bersifat
BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di Kandang B (kandang ayam) Fakultas Peternakan dan
Laboratorium Patologi Klinik, bagian Klinik Reproduksi dan Patologi, Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini di lakukan dari bulan Juli
2007 sampai Februari 2008.
3.2 Materi Penelitian
Hewan Penelitian dan Kandang
Ayam broiler strain Ross / Super Jumbo 747 dipelihara dari umur satu hari
sampai 6 minggu sebanyak 100 ekor. Ayam tersebut dibagi menjadi 5 kelompok
perlakuan berdasarkan herbal dan mineral yang ditambahkan pada pakan. Setiap
perlakuan terdiri dari 4 ulangan, masing-masing kelompok pengulangan terdiri dari 5
ekor ayam. Kandang yang digunakan adalah kandang dengan sistem litter yang
berukur 1 m x 1m x 1m (panjang x lebar x tinggi) yang ditempatkan dalam 4 ruangan
kandang.
Bahan dan Alat
Bahan–bahan yang diperlukan, yaitu air, sekam, vitamin (vita stress), dan
vaksin, larutan pengencer (larutan Rees and Ecker), alkohol, giemsa 10 %, methanol,
aquades, minyak emersi dan etanol. Alat –alat yang digunakan adalah tempat pakan
dan minum berukuran kecil, lampu wolfram berkekuatan 60 watt sebanyak 5 buah (1
lampu untuk 1 ruangan), plastik wadah ransum, alat semprot untuk disinfektan, spoit,
vakuteiner, cooling box, hemositometer yang terdiri dari pipet pengencer dan kamar
hitung, mikroskop, gelas objek, cover glass, kotak preparat dan mikroskop.
Ransum
Ransum diberikan pada ayam mulai dari umur 1 hari (DOC) sampai umur 6
minggu. Pakan ayam yang terdiri dari jagung, dedak, minyak, tepung ikan, bungkil
kedelai, CaCO3, DCP, vitamin, mineral, lysin, dan methionin. Ransum basal pada
perlakuan terdiri dari ransum basal ditambah dengan serbuk kunyit (Curcuma domestika Val.), serbuk bawang putih (Allium sativum L.) dan mineral zink (ZnO) yang dibuat dalam bentuk crumble. ZnO mengandung 80 % Zn. ZnO digunakan pada
penelitian ini karena zat ini tidak bersifat toksik, mudah didapatkan dipasaran dan
[image:43.595.108.520.237.463.2]harga yang relatif murah.
Tabel 4 Komposisi Ransum
Bahan Makanan Jumlah (%)
R0 R1 R2 R3 R4
Jagung 51 51 51 51 51
Dedak 3 3 3 3 3
Minyak 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5
Tepung ikan 12 12 12 12 12
Bungkil kedelai 26,3 26,3 26,3 26,3 26,3
CaCO3 1 1 1 1 1
DCP 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Vitamin dan Mineral 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Lysine 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Methionin 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Total 100 100 100 100 100
Kunyit 0 1,5 0 1,5 1,5
Bawang putih 0 2,5 2,5 0 2,5
ZnO 0 0 0,012 0,012 0,012
Keterangan : Setiap 1 kg mengandung : vitamin A = 4.000.000 IU, D3 = 800.000 IU, E = 4.500 mg, K3 = 450 mg, B2 = 1.350 mg, B6 = 6 mg, Ca-d pantothenate = 2.400 mg, Folic acid = 270 mg, Nicotinic acid = 7.200 mg, Choline Choliride = 28.000 mg, DL- Methionin = 28.000 mg, L-Lysine = 50.000 mg, Fe = 8.500 mg, Cu = 700 mg, Mn = 18.500 mg, Zn = 14.000 mg, Co = 50 mg, I = 70 mg, Se = 35 mg, Antiox carrier add = 1 kg.
Tabel 5 Kandungan dan kebutuhan zat makanan ransum ayam broiler umur 1-35 hari
Zat makanan1) Ransum Perlakuan Kebutuhan NCR (1994) R0 R1 R2 R3 R4
EM (kkal/kg) 3.200 Gross Energi (kkal/kg) 3.862 4.026 3.962,73 3.926,25 4.026 -
Protein kasar (%) 25,17 25,77 25,64 25,30 25,77 23 Serat kasar (%) 1,93 2,08 1,96 2,04 2,08 3,9 Lemak kasar (%) 11,96 12,1 11,98 12,08 12,1 7,8 Ca (%) 0,913 0,914 0,913 0,914 0,914 0,9 P tersedia (%) 0,660 0,665 0,664 0,661 0,665 0,6
Lysine (%) - - - - - 1,1 Methionin (%) - - - - - 0,5
Zink 1,220 1,222 1,221 1,221 1,222 0,0038 1) Analisis proksimal bahan makanan dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati
[image:43.595.113.518.508.673.2]Adapun pengelompokan ransum perlakuan terdiri dari 5 macam, yaitu
1. R0 yaitu kelompok ayam yang diberi ransum basal (kontrol)
2. R1 yaitu kelompok ayam yang diberikan ransum basal + serbuk bawang putih
2,5 % + serbuk kunyit 1,5 %
3. R2 yaitu kelompok ayam yang diberikan ransum basal + serbuk bawang putih
2,5 % + ZnO 120 ppm.
4. R3 yaitu kelompok ayam yang diberikan ransum basal + serbuk kunyit 1,5 % +
ZnO 120 ppm.
5. R4 yaitu kelompok ayam yang diberi ransum basal + serbuk bawang putih 2,5 %
+ serbuk kunyit 1,5 % + ZnO 120 ppm.
Pembuatan Serbuk (ZnO, Bawang putih dan Kunyit)
Zinc yang digunakan adalah ZnO dalam bentuk serbuk dan dijual di pasaran.
Bawang putih dan kunyit yang digunakan dibuat dalam bentuk serbuk melalui
serangkaian proses. Bawang putih terlebih dahulu dikelupas kulitnya lalu diiris tipis,
sedangkan kunyit masih segar dicuci hingga bersih dari tanah yang lengket,
kemudian ditiriskan dan diiris tipis. Irisan bawang putih dan kunyit dilapisi dengan
plastik hitam tipis kemudian dijemur di bawah sinar matahari hingga kering. Bawang
putih dan kunyit yang telah kering digiling hingga menjadi serbuk kemudian
ditambahkan ke bahan ransum basal.
3.3 Metode Penelitian.
Pelaksanaan Vaksin
Vaksin digunakan adalah vaksin ND (New Castle Disease) dan vaksin
gumboro. Vaksin ND pertama diberikan pada umur 4 hari dengan cara tetes pada
mata, kemudian vaksin gumboro pada umur 10 hari melalui air minum. Pada umur 21
hari diberikan vaksin ND kedua melalui mulut.
Pakan dan air minum diberikan secara ad libitum. Setiap seminggu sekali
dan penimbangan pakan sisa untuk mengetahui pakan yang dikonsumsi. Pada umur 3
minggu dan 6 minggu dilakukan pengambilan darah.
Pengambilan Sampel Darah
Pengambilan darah dilakukan pada umur 3 minggu dan 6 minggu. Darah
diambil dari vena axilaris yang ada di bagian ventral sayap dengan menggunakan
spoit lalu di masukkan ke dalam vakuteiner yang mengandung antikoagulan EDTA
(Ethylene diamine tetra acetic acid) untuk memperoleh whole blood. Pemeriksaan
darah meliputi perhitungan total leukosit dan differensiasi leukosit. Pada penelitian
ini pemeriksaan darah yang dilakukan pada umur 3 minggu dan 6 minggu, karena
pada kedua umur ini diharapkan aktivitas dari kombinasi herbal (bawang putih,
kunyit) dan mineral ZnO sudah dapat terlihat.
Pemeriksaan Darah
Perhitungan total leukosit menggunakan hemositometer. Hemositometer
terdiri dari pipet pengencer, larutan pengencer, dan kamar hitung. Larutan pengencer
menggunakan larutan Rees and Ecker yang merupakan pengembangan dari larutan
Wintrobe. Larutan Rees and Ecker ini digunakan untuk menghitung eritrosit dan
leukosit secara bersamaan. Pada penelitian ini perhitungan jumlah eritrosit dan
leukosit bersamaan. Larutan Rees and Ecker terdiri dari sodium citrate 3,5 gram,
neutral formalin 0,2 ml, brilliant creasil blue 0,1 gram, dan ditambahkan aquadest
sebanyak 100,0 ml (Dharmawan 2002).
Tehnik penghitungan leukosit adalah pada pipet leukosit masukkan darah
sampai tanda 0,5 dengan menggunakan aspirator. Ujung pipet dibersihkan dengan
tissue, kemudian larutan pengencer diisap sampai tanda 11. Kedua ujung pipet
ditutup dengan ibu jari dan jari tengah lalu dikocok dengan gerakkan membentuk
angka 8 selama 2 menit hingga homogen. Larutan pengencer yang terdapat dalam
kapiler dan yang tidak mengandung darah dikeluarkan dengan menyentuh-nyentuh
menempatkan ujung pipet pada tepi cover glass sehingga larutan darah masuk antara
gelas penutup dengan kamar hitung dan jangan sampai masuk udara.
Tehnik pembuatan preparat ulas darah tipis adalah d ua buah gelas objek yang
telah direndam dengan alkohol 70 %kemudian dilap yang bersih, kering dan bebas
lemak. Pada gelas objek pertama diteteskan satu tetes darah dengan posisi mendatar.
Gelas objek kedua (tepi masih datar) diletakkan didepan tetesan darah membentuk
sudut 30-45o dengan gelas objek pertama sehingga darah menyebar disepanjang tepi
gelas objek kedua. Setelah darah menyebar, dengan hati-hati tanpa mengangkat gelas
objek dan dengan sudut yang tetap, gelas objek kedua didorong kearah depan dengan
cepat sehingga terbentuk usapan darah tipis di atas gelas objek pertama. Ulasan darah
dikeringkan di udara lalu difiksasi dengan methanol selama 5 menit kemudian
dimasukkan dalam pewarna giemsa 10 % selama 30 menit. Setelah itu, dibilas
dengan air keran dan dikeringkan di udara (Anonim 2003 dan Anonim 2004).
Metode Pemeriksaan
Perhitungan jumlah leukosit dilakukan pada bidang persegi, yang disebut
kotak W dengan lensa objektif 10 kali. Dilakukan kalkulasi sebagai berikut :
Misalkan jumlah leukosit yang diperoleh pada bidang persegi adalah N, maka
volume keempat bidang persegi tersebut 4 X 0,1mm3 = 0,4 mm3. Pengenceran yang
dilakukan adalah 20 kali, maka jumlah leukosit per mm3 darah adalah (1 : 0,4) X 20 =
50 N (Dharmawan 2002).
Perhitungan jenis leukosit (differensiasi leukosit) menggunakan preparat
ulasan darah yang diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 kali dengan
minyak emersi. Hitungan dilakukan pada 100 jenis leukosit yang didifferensiasikan
menjadi heterofil, eosinofil, basofil, limfosit dan monosit (Anonim 2004). Perlu
diperhatikan adanya penyebaran leukosit yang tidak merata, sehingga perhitungan
Analisa Data
Untuk menganalisa data yang diperoleh digunakan Analisis Sidik Ragam
Jumlah L Ha pada ming Gambar 1 Jum Berdasark berbeda se R0 sebes kelompok stress, ter leukosit. Ke
leukosit s
menyerup
et al. 199 jumlah leu
perlakuan
30.000/µl
diduga k
(kurkumin pengeluara 1000 2000 3000 4000 5000 Ju ml ah leukosit (/ μ l) Leukosit asil pengam
ggu ke 3 dan
3 Jumlah le
mlah leuko kan gambar ecara signif ar 37.150/ k perlakuan. rinfeksi ata elompok per sebesar 33 ai hormon 99). Kelom ukosit sebes tetapi jum (Jain 1986 karena aktiv
n) (Kohli e an leukosit ab b 0 00 00 00 00 00 R0 HA
matan dan an
n minggu ke
eukosit ayam
osit pada
histogram
fikan denga
/µl, nilai i
Peningkata
au terjadi
rlakuan R3
3.550/µl. H
glukokortik mpok perlak sar 20.550/µ mlah tersebu 6). Rendah vitas antiin
et al. 2005 t ke sirkula
a b a R1 ASIL DAN nalisis statis
e 6 disajika
m broiler mi
minggu k
terlihat kel
an kelompo
ni lebih ti
an jumlah l
radang se
(kunyit dan
Hal ini did
koid sehingg
kuan R4 (ba
µl yang mer
ut masih da
hnya jumlah
nflamasi d
5 and Hod
asi. Zink da ab ab 1 R2 Kelompo PEMBAHA stika terhada
an pada Gam
inggu ke 3 d
ke 3 berki
lompok per
ok kontrol R
inggi jika
leukosit did
ehingga me
n ZnO) pada
duga karen ga meningk awang puti rupakan nila alam kisaran h leukosit dari bawan
dge et al. alam kombi
ab ab
2 R
ok Perlakuan
ASAN
ap jumlah le
mbar 13. dan minggu isar antara rlakuan (R1 R0. Jumlah dibandingk duga antara
engalami p
a minggu ke
na kemam
katkan juml
ih, kunyit d
ai paling ren
n normal y
pada kelom
ng putih (
2002) seh inasi pakan a ab R3 R eukosit ayam
u ke 6.
a 20.550-3
, R2, R3, R
h leukosit k
kan dengan
lain karena
peningkatan
e 3 memilik
mpuan kuny
ah leukosit
dan ZnO) m
ndah dianta
yaitu antara
mpok perlak
(alisin) dan
hingga men
n tidak berp b R4 Min Min m broiler 7.150/µl. R4) tidak kelompok n semua a kondisi n jumlah ki jumlah yit yang (Antony memiliki ara semua a 12.000-kuan R4 n kunyit nghambat pengaruh
nggu ke 3
terhadap pengertakan leukopoiesis tetapi diduga pada peningkatan fungsi leukosit
(Widhyari 2005).
Jumlah leukosit pada minggu ke 6 berkisar antara 28.600-41.875/µl.
Kelompok kontrol R0 pada minggu ini memiliki jumlah leukosit sebesar 41.875/µl
yang merupakan nilai yang paling tinggi dibanding semua kelompok perlakuan dan
tidak berbeda secara signifikan antara perlakuan (p>0,05).
Pada minggu ke 6 kelompok perlakuan R4 (bawang putih, kunyit dan ZnO)
memiliki jumlah leukosit sebesar 39.800/µl. Menurut Chastain and Ganjam (1986)
kondisi stres dapat menstimulasi kelenjar adrenal untuk mengeluarkan hormon
glukokortikoid sehingga meningkatkan jumlah leukosit. Selain itu, kemampuan dari
bawang putih dan kunyit sebagai immunostimulan sehingga menyebabkan
peningkatan jumlah leukosit dalam sirkulasi (Antony et al. 1999 dan Suhartini 2004). Kelompok perlakuan R2 (bawang putih dan ZnO) memiliki jumlah leukosit yang
paling rendah sebesar 28.600/µl dan masih dalam kisaran normal yaitu antara
12.000-30.000/µl (Jain 1986). Rendahnya jumlah leukosit diduga karena kemampuan
antiinflamsi bawang putih (Hodge et al. 2002) sehingga menghambat pengeluaran leukosit ke sirkulasi. Sedangkan Zn berperan pada sistem kekebalan tubuh (Perry et al. 2004) tetapi hanya untuk peningkatan fungsi dari sel leukosit (Widhyari 2005).
Menurut Sturkie and Grimmingger (1976) ayam yang berumur lebih dewasa
cenderung lebih rentan terhadap stress dibanding yang berumur muda. Kondisi stress
dapat menyebabkan peningkatan jumlah leukosit (Sturkie and Grimminger 1976).
Kelompok R0, R1 (bawang putih dan kunyit) dan R4 jumlah leukosit pada minggu ke
6 lebih tinggi daripada minggu ke 3. Peningkatan leukosit pada umur 6 diduga karena
kondisi stres yang antara lain dapt disebabkan karena iklim, penyakit, kondisi
kandang. Peningkatan leukosit secara umum pada unggas ataupun burung dapat
disebabkan oleh inflamasi (infeksi atau noninfeksi), keracunan, pendarahan pada
rongga badan, neoplasma yang tumbuh cepat, dan leukemia (Jackson 2007). Jumlah
leukosit pada kelompok R2 dan R3 relatif stabil pada minggu ke 3 dan minggu ke 6.
darah per dengan ke Heterofil Ha broiler pad Gambar 14 Jum statistik te dengan ke (P<0,05) heterofil s immunost
heterofil d
menstimul perlakuan Kelompok semua pe (alisin) da menghamb Jum Berdasark
berbeda s 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 Ju ml ah Absolut (/µ l) ifer diatur ebutuhan jik asil pengam
da minggu k
4 Jumlah he
mlah hetero erlihat kelo elompok k dengan ke sebesar 20.5 timulan (Su didalam sirk lasi sel-sel R2 (bawan
k R1 memil
erlakuan. H
an kunyit (k
bat pengelu
mlah heter
kan gambar
signifikan d b ab 0 0 0 0 0 0 0 R0 secara keta
ka timbul pr
matan dan
ke 3 dan mi
eterofil ayam
ofil pada m
ompok perl ontrol R0 elompok ko 531/µl. Hal uhartini 200 kulasi. Sela l leukosit
ng putih dan
iki jumlah h
Hal ini didu
kurkumin) uaran hetero rofil pada histogram dengan kel a b ab R1
at dalam b
roses perada
analisis st
inggu ke 6 d
m broiler m
minggu ke 3
lakuan R2,
tetapi kelo
ontrol. Kel
ini diduga
04) sehingga
ain itu, pada
ke sirkula
n ZnO) me
heterofil seb
uga karena
(Kohli et a ofil ke sirkul
minggu terlihat kel lompok R0 ab b a R2 Kelompok P
atas tertent
angan
atistika ter
disajikan pa
minggu ke 3
3 berkisar a
R3, R4 ti
ompok perl
lompok pe
karena kem
a meningka
a minggu k
si darah t
emiliki juml
besar 6.437
fungsi ant
al. 2005 and lasi.
ke 6 berk
lompok per
0 sebagai k ab
ab
R3 erlakuan
tu tetapi da
rhadap jum ada Gambar dan minggu antara 6.43 idak berbed akuan R1 erlakuan R2 mampuan ba atkan jumla
ke 3 adanya
ermasuk h
lah heterofi
/µl yang pa
tiinflamasi
d Hodge et
kisar antar rlakuan (R1 kelompok ab ab 3 R apat beruba mlah heterof r 14.
u ke 6.
7-22.786/µ
da nyata
nyata lebih
2 memiliki
awang putih
ah leukosit t
a vaksinasi
heterofil. K
il sebesar 2
aling rendah
dari bawan
t al. 2002)
ra 9.851-1
, R2, R3, R
kontrol. K ab 4 Ming Ming ah sesuai fil ayam l. Secara (p>0,05) h rendah i jumlah h sebagai termasuk sehingga Kelompok 0.531/µl. h diantara ng putih sehingga 9.258/µl. R4) tidak Kelompok ggu ke 3
perlakuan kemampua yang men Sama haln memiliki j 9851/µl. Ke 3. Menur dibanding sehingga m
dan R4 pa
Jackson (
kortikoste
kortikoste
neoplasia)
daripada m
[image:51.595.119.518.551.680.2]rendahnya turun), neo Limfosit Ha pada ming Gambar 1 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 Ju ml ah Absolut (/µ l) R3 memil an immuno
nyebabkan p
nya dengan
jumlah hete
elompok R0
rut Harvey
kan pada u
mengertak p
ada minggu
(2007) het
roid, penya
roid, prose
). Pada kelo
minggu ke
a jumlah het
oplasia sum
asil pengam
ggu ke 3 dan
5 Jumlah lim a a 0 0 0 0 0 0 0 R0 liki jumlah ostimulan da peningkatan
n minggu ke
erofil yang p
0 minggu k
(2001) ju
usia tua. Se
pembentuka
u ke 6 cend
terofil dap akit kronis s inflamasi ompok R2 3. Menuru terofil antar msum tulang
matan dan an
n minggu ke
mfosit ayam a
R1
heterofil s
ari kunyit y
n jumlah h
e 3 kelomp
paling rend
e 6 cenderu
umlah hete
lain itu, ka
an sel- sel l
derung lebi
pat mening
dan akut (t
(infeksi, in
dan R3 pa
ut Jackson
ra lain karen
g dan infeks
nalisis statis
e 6 disajika
m broiler mi a a
R Kelompok
sebesar 14.5
yang sama d
heterofil dis
pok perlaku
ah diantara
ung lebih re
erofil pada
arena pada m
leukosit term
ih tinggi da
gkat karena trauma), hyp nflamasi no ada minggu (2007) fak na inflamasi i. stika terhada
an sebagai b
inggu ke 3 d a a R2 Perlakuan 588/µl. Hal dengan hor sirkulasi (A
uan R1 pada
semua perl endah diban usia mud minggu ke masuk hete aripada min a pengelua peradrenoco onspesifik,
u ke 6 cend
ktor-faktor
i akut, flukt
ap jumlah li
erikut.
dan minggu a
a
R3
l ini didug
rmon glukok
Antony et a a minggu k
lakuan yaitu
ndingkan m
da lebih be
3 adanya v
erofil. Kelom
nggu ke 3.
aran epinef orticism, pe nekrosis, h derung lebih yang meny tuasi norma imfosit ayam
u ke 6. a a R4 M M a karena kortikoid
l. 1999). ke 6 juga
u sebesar minggu ke esar jika vaksinasi mpok R1 Menurut frin dan emberian emolisis, h rendah yebabkan al (sedikit m broiler
Minggu ke 3
Jumlah limfosit pada minggu ke 3 berkisar antara 7.963-11.969/µl. Pada
minggu ke 3 secara statistik jumlah limfosit antara kelompok perlakuan R1, R2, R3,
R4 tidak berbeda nyatadengan kelompok kontrol R0 (p>0,05). Jumlah limfosit yang
paling tinggi pada minggu ini adalah pada kelompok perlakuan R3 sebesar 11.696/µl.
Hal ini diduga karena dilakukannya vaksinasi pada minggu ke 3. Menurut
Dharmawan (2002) limfositosis dapat ditemukan sesudah melakukan vaksinasi.
Selain itu, kemampuan kunyit sebagai immunostimulan, sehingga menyebabkan
peningkatan leukosit ke sirkulasi (Kohli et al. 2005) termasuk limfosit. Kelompok perlakuan R4 memiliki jumlah limfosit yang paling rendah yaitu 7.963/µl dan masih
dalam kisaran normal yaitu 7000-15.000/µl (Jain 1986). Hal ini diduga karena fungsi
antiinflamasi dari bawang putih (alisin) dan kunyit (kurkumin) (Kohli et al. 2005 and Hodge et al. 2002) sehingga menghambat pengeluaran limfosit ke sirkulasi.
Jumlah limfosit pada minggu ke 6 berkisar antara 11.834-22.455/µl. Jumlah
limfosit kelompok perlakuan juga tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol R0
(p>0,05). Kelompok perlakuan R4 memiliki jumlah limfosit sebesar 22.455/µl.
Kondisi ini diduga karena bawang putih dapat menstimulasi proliferasi limfosit
sehingga disirkulasi juga meningkat (Milner 2006). Hal ini sesuai juga dengan
penelitian Ndong and Jean (2006) bahwa pemberian bawang putih meningkatkan
jumlah limfosit. Sedangkan kunyit dengan kemampuan immunomodulatornya
menyebabkan jumlah leukosit meningkat disirkulasi termasuk limfosit (Antony et al. 1999). Pada minggu ini kelompok perlakuan R2 memiliki jumlah limfosit yang
rendah yaitu sebesar 11.834/µl dan juga masih dalam kisaran normal. Hal ini karena
bawang putih dengan kemampuan antiinflamasinya (Hodge et al. 2002) sehingga pengeluaran limfosit dibatasi disirkulasi.
Kelompok R0 pada minggu ke 6 cenderung lebih tinggi dibanding minggu ke
3. Menurut Sturkie and Grimmingger (1976) ayam yang berumur lebih dewasa
cenderung lebih rentan terhadap stres dibanding yang berumur muda sehingga dapat
menyebabkan peningkatan jumlah leukosit termasuk limfosit. Pada kelompok R1 dan
R4 terlihat juga minggu ke 6 cenderung lebih tinggi dibanding minggu ke 3. Hal ini,
dan infeks
R4 (bawan
limfosit. P
(sifatnya r
dan p
(hypoadre
limfosit p
[image:53.595.111.500.357.472.2]stabil. Monosit Ha broiler dis Gambar 1 Jum gambar hi
berbeda d
memiliki kurkumin hormon ko dalam sirk masih dal fungsi ant
2005 and H
0 1000 2000 3000 4000 5000 Ju ml ah Ab so lu t (µ l)
si pada kele
ng putih, ku
Peningkatan relatif), leu protozoa), enokorticism pada kelomp asil pengam sajikan pada
6 Jumlah m
mlah mono istogram mi dengan kelo jumlah mo dalam kun ortisosteroid kulasi. Kelo lam kisaran tiinflamasi
Hodge et al ab
ab
R0
enjar limfoid
unyit dan Z
n limfosit a
ukemia limf
pengelua
m), neoplas
pok R2 dan
matan dan
a Gambar 16
monosit aya
sit pada mi
inggu ke 3,
ompok kon
onosit sebe
n