• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Leukosit Darah Ayam Broiler yang Diberi Pakan dengan Suplementasi Serbuk Bawang Putih, Serbuk Kunyit dan ZnO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Leukosit Darah Ayam Broiler yang Diberi Pakan dengan Suplementasi Serbuk Bawang Putih, Serbuk Kunyit dan ZnO"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN LEUKOSIT DARAH AYAM BROILER YANG DIBERI PAKAN DENGAN SUPLEMENTASI SERBUK BAWANG PUTIH, SERBUK KUNYIT

DAN ZnO

SKRIPSI

ZAMMILY HATI HARAHAP

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

ZAMMILY HATI HARAHAP. Gambaran Leukosit Darah Ayam Broiler yang Diberi Pakan dengan Suplementasi Serbuk Bawang Putih, Serbuk Kunyit dan ZnO. Dibimbing oleh Sus Derthi Widhyari dan Endang Rachman Supriatna.

(3)

GAMBARAN LEUKOSIT DARAH AYAM BROILER YANG DIBERI PAKAN DENGAN SUPLEMENTASI SERBUK BAWANG PUTIH, SERBUK KUNYIT

DAN ZnO

ZAMMILY HATI HARAHAP

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul Skripsi : Gambaran Leukosit Darah Ayam Broiler yang Diberi Pakan dengan Suplementasi Serbuk Bawang Putih, Serbuk Kunyit dan ZnO

Nama : Zammily Hati Harahap

Nrp : B04104013

Disetujui

Dr. drh. Sus Derthi Widhyari, MSi Drh. Endang Rachman Supriatna, MS

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Diketahui

Dr. Nastiti Kusumorini

Wakil Dekan FKH IPB

(5)

PRAKATA

Alhamdulillahirobbil’alamin…

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat,

hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Shalawat beriring salam

kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih

sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahku tercinta Alm. H. Zulkarnaen Harahap dan Mamaku terkasih Hj.

Masdalena Daulay atas kasih sayang, kepercayaan, untaian doa dan

keringatnya, adik-adikku tersayang Partunasan Harahap dan M. Parsonangan

Harahap yang telah memberi motivasi dan semangat buat kak Amie.

2. Dr.drh. Sus Derthi Widhyari, MSi sebagai dosen pembimbing atas arahan,

bimbingan, didikan, perhatian, waktu dan kesabaran yang telah diberikan

kepada penulis.

3. Drh. Endang Rachman Supriatna, MS sebagai dosen pembimbing atas

didikan, arahan, bimbingan, perhatian, waktu dan kesabaran yang telah

diberikan kepada penulis.

4. Drh. Savitri Novelina, MSi sebagai pembimbing akademik atas nasehat,

perhatian dan bimbingannya selama penulis kuliah.

5. Dr. drh. Aryani Sismin Satyaningtijas, MSc sebagai dosen penguji dalam

ujian skripsi.

6. Dr.drh. R. Harry Soehartono, M. App. Sc, Phd sebagai dosen penilai dalam

seminar.

7. Keluarga Padang Sidimpuan, Medan dan Jakarta (Uak, Tulang, Nantulang,

Bouk, dan Sepupuku).

8. A.Ramadhoni Sahputra, S.KH atas waktu, perhatian, kesabaran, motivasi,

(6)

9. Sahabat-sahabatku Wenceu, Dewi Ratih, Nina Siregar (Saudariku), Getri,

Mungky, Dini, X-Green House (Deasy, M’E ), Personel Citra Asri, keluarga

Besar IMATAPSEL Bogor (Abang, kakak, saudaraku 41 dan adik angkatan

42, 43, 44, 45), rekan sepenelitian Ibu Sri, Ratna, Upx, Popon, Wahyu,

Herlina, Kanda, Bagus, dan Sri_Ul.

10.Sahabat - sahabatku yang sedang dan akan mewarnai hidupku, serta

ASTEROIDEA’41 terbaik dan teristimewa.

11.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan. Penulis

menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam tulisan ini, tetapi penulis

berharap semoga dapat bermaafaat bagi pembaca serta kemajuan ilmu pengetahuan.

Bogor, September 2008

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang Sidimpuan Sumatera Utara pada tanggal 26

Agustus 1985. Penulis adalah putri pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak

H. Drs. Zulkarnaen Harahap SH dan Ibu Hj. Masdalena Daulay.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak Nahdatul Ulama

Padang Sidimpuan pada tahun 1992, kemudian melanjutkan pendidikan di SD Negeri

No 144432 Padang Sidimpuan dan lulus pada tahun 1998. Selanjutnya penulis

meneruskan pendidikan ke SLTP Negeri 4 Padang Sidimpuan dan lulus pada tahun

2001. Setelah lulus dari SMU Negeri 4 Padang Sidimpuan pada tahun 2004, penulis

diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti organisasi seperti: Ikatan

Mahasiswa Tapanuli Selatan (IMATAPSEL), Himpunan Profesi Ornithologi dan

Unggas , Himpunan Profesi Ruminasia, Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan

Indonesia (IMAKAHI), DKM An Nahl. Pada tahun 2007-2008 penulis menjadi

(8)

8DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

Manfaat ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Ayam (Gallus gallus) ... 3

Klasifikasi ... 3

Ciri-ciri Ayam... 4

Ayam Broiler ... 4

Bawang Putih (Allium sativum Linn.) ... 5

Klasifikasi ... 5

Morfologi ... 6

Kandungan dan Khasiat ... 6

Kunyit (Curcuma domestika Val.) ... 8

Klasifikasi ... 8

Morfologi ... 9

Kandungan dan Khasiat ... 9

Mineral Zink ... 9

Darah ... 11

Leukosit ... 11

Heterofil ... 13

Limfosit ... 14

Monosit ... 15

Eosinofil... 16

Basofil ... 17

BAHAN dan METODE Tempat dan Waktu ... 18

Materi penelitian ... 18

Hewan Penelitian dan Kandang ... 18

Bahan dan Alat ... 18

Ransum ... 18

Pembuatan Serbuk (ZnO, Bawang Putih dan Kunyit) ... 20

Metode Penelitian ... 20

Pelaksanaan Vaksin ... 20

(9)

Pemeriksaan Darah ... 22

Metode Pemeriksaan ... 23

Analisa Data ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit ... 24

Heterofil ... 26

Limfosit ... 27

Monosit ... 28

Eosinofil ... 30

Basofil ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 32

Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Hilai normal hematologi untuk ayam... 4

2 Persentase leukosit berdasarkan umur ayam ... 13

3 Persentase normal leukosit untuk ayam ... 13

4 Komposisi Ransum ... 20

(11)

GAMBARAN LEUKOSIT DARAH AYAM BROILER YANG DIBERI PAKAN DENGAN SUPLEMENTASI SERBUK BAWANG PUTIH, SERBUK KUNYIT

DAN ZnO

SKRIPSI

ZAMMILY HATI HARAHAP

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

ABSTRAK

ZAMMILY HATI HARAHAP. Gambaran Leukosit Darah Ayam Broiler yang Diberi Pakan dengan Suplementasi Serbuk Bawang Putih, Serbuk Kunyit dan ZnO. Dibimbing oleh Sus Derthi Widhyari dan Endang Rachman Supriatna.

(13)

GAMBARAN LEUKOSIT DARAH AYAM BROILER YANG DIBERI PAKAN DENGAN SUPLEMENTASI SERBUK BAWANG PUTIH, SERBUK KUNYIT

DAN ZnO

ZAMMILY HATI HARAHAP

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

Judul Skripsi : Gambaran Leukosit Darah Ayam Broiler yang Diberi Pakan dengan Suplementasi Serbuk Bawang Putih, Serbuk Kunyit dan ZnO

Nama : Zammily Hati Harahap

Nrp : B04104013

Disetujui

Dr. drh. Sus Derthi Widhyari, MSi Drh. Endang Rachman Supriatna, MS

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Diketahui

Dr. Nastiti Kusumorini

Wakil Dekan FKH IPB

(15)

PRAKATA

Alhamdulillahirobbil’alamin…

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat,

hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Shalawat beriring salam

kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih

sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahku tercinta Alm. H. Zulkarnaen Harahap dan Mamaku terkasih Hj.

Masdalena Daulay atas kasih sayang, kepercayaan, untaian doa dan

keringatnya, adik-adikku tersayang Partunasan Harahap dan M. Parsonangan

Harahap yang telah memberi motivasi dan semangat buat kak Amie.

2. Dr.drh. Sus Derthi Widhyari, MSi sebagai dosen pembimbing atas arahan,

bimbingan, didikan, perhatian, waktu dan kesabaran yang telah diberikan

kepada penulis.

3. Drh. Endang Rachman Supriatna, MS sebagai dosen pembimbing atas

didikan, arahan, bimbingan, perhatian, waktu dan kesabaran yang telah

diberikan kepada penulis.

4. Drh. Savitri Novelina, MSi sebagai pembimbing akademik atas nasehat,

perhatian dan bimbingannya selama penulis kuliah.

5. Dr. drh. Aryani Sismin Satyaningtijas, MSc sebagai dosen penguji dalam

ujian skripsi.

6. Dr.drh. R. Harry Soehartono, M. App. Sc, Phd sebagai dosen penilai dalam

seminar.

7. Keluarga Padang Sidimpuan, Medan dan Jakarta (Uak, Tulang, Nantulang,

Bouk, dan Sepupuku).

8. A.Ramadhoni Sahputra, S.KH atas waktu, perhatian, kesabaran, motivasi,

(16)

9. Sahabat-sahabatku Wenceu, Dewi Ratih, Nina Siregar (Saudariku), Getri,

Mungky, Dini, X-Green House (Deasy, M’E ), Personel Citra Asri, keluarga

Besar IMATAPSEL Bogor (Abang, kakak, saudaraku 41 dan adik angkatan

42, 43, 44, 45), rekan sepenelitian Ibu Sri, Ratna, Upx, Popon, Wahyu,

Herlina, Kanda, Bagus, dan Sri_Ul.

10.Sahabat - sahabatku yang sedang dan akan mewarnai hidupku, serta

ASTEROIDEA’41 terbaik dan teristimewa.

11.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan. Penulis

menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam tulisan ini, tetapi penulis

berharap semoga dapat bermaafaat bagi pembaca serta kemajuan ilmu pengetahuan.

Bogor, September 2008

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang Sidimpuan Sumatera Utara pada tanggal 26

Agustus 1985. Penulis adalah putri pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak

H. Drs. Zulkarnaen Harahap SH dan Ibu Hj. Masdalena Daulay.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak Nahdatul Ulama

Padang Sidimpuan pada tahun 1992, kemudian melanjutkan pendidikan di SD Negeri

No 144432 Padang Sidimpuan dan lulus pada tahun 1998. Selanjutnya penulis

meneruskan pendidikan ke SLTP Negeri 4 Padang Sidimpuan dan lulus pada tahun

2001. Setelah lulus dari SMU Negeri 4 Padang Sidimpuan pada tahun 2004, penulis

diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti organisasi seperti: Ikatan

Mahasiswa Tapanuli Selatan (IMATAPSEL), Himpunan Profesi Ornithologi dan

Unggas , Himpunan Profesi Ruminasia, Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan

Indonesia (IMAKAHI), DKM An Nahl. Pada tahun 2007-2008 penulis menjadi

(18)

8DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

Manfaat ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Ayam (Gallus gallus) ... 3

Klasifikasi ... 3

Ciri-ciri Ayam... 4

Ayam Broiler ... 4

Bawang Putih (Allium sativum Linn.) ... 5

Klasifikasi ... 5

Morfologi ... 6

Kandungan dan Khasiat ... 6

Kunyit (Curcuma domestika Val.) ... 8

Klasifikasi ... 8

Morfologi ... 9

Kandungan dan Khasiat ... 9

Mineral Zink ... 9

Darah ... 11

Leukosit ... 11

Heterofil ... 13

Limfosit ... 14

Monosit ... 15

Eosinofil... 16

Basofil ... 17

BAHAN dan METODE Tempat dan Waktu ... 18

Materi penelitian ... 18

Hewan Penelitian dan Kandang ... 18

Bahan dan Alat ... 18

Ransum ... 18

Pembuatan Serbuk (ZnO, Bawang Putih dan Kunyit) ... 20

Metode Penelitian ... 20

Pelaksanaan Vaksin ... 20

(19)

Pemeriksaan Darah ... 22

Metode Pemeriksaan ... 23

Analisa Data ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit ... 24

Heterofil ... 26

Limfosit ... 27

Monosit ... 28

Eosinofil ... 30

Basofil ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 32

Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(20)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Hilai normal hematologi untuk ayam... 4

2 Persentase leukosit berdasarkan umur ayam ... 13

3 Persentase normal leukosit untuk ayam ... 13

4 Komposisi Ransum ... 20

(21)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Ayam Broiler... 3

2 Bawang Putih ... 5

3 Struktur Alisin ... 6

4 Rimpang Kunyit ... 8

5 Struktur Kurkumin ... 9

6 Zinc Oksida ... 10

7 Haemopoiesis ... 13

8 Heterofil ... 14

9 Limfosit ... 15

10 Monosit ... 16

11 Eosinofil ... 17

12 Basofil ... 17

13 Jumlah leukosit ayam broiler minggu ke 3 dan minggu ke 6 ... 24

14 Jumlah heterofil ayam broiler minggu ke 3 dan minggu ke 6 ... 26

15 Jumlah limfosit ayam broiler minggu ke 3 dan minggu ke 6 ... 27

16 Jumlah monosit ayam broiler minggu ke 3 dan minggu ke 6 ... 29

17 Jumlah eosinofil ayam broiler minggu ke 3 dan minggu ke 6 ... 30

(22)

Halaman

1 Tabel hasil analisis Pstatistika terhadap jumlah leukosit, persentase dan jumlah jenis leukosit ayam broiler dengan Uji Anova

Dilanjutkan Uji Duncan ... 37

2 Hasil analisis perhitungan jumlah leukosit ayam broiler dengan

uji Anova dilanjutkan uji Duncan ... 38

3 Hasil analisis perhitungan persentase leukosit ayam broiler dengan

uji Anova dilanjutkan uji Duncan ... 39

4 Hasil analisis perhitungan persentase leukosit ayam broiler dengan

uji Anova dilanjutkan uji Duncan ... 41

(23)

1.1 Latar Belakang

Ayam merupakan salah satu sumber protein hewani bagi masyarakat

Indonesia, karena ayam merupakan sumber protein hewani yang dapat dijangkau oleh

semua lapisan masyarakat. Sumber protein yang berasal ayam meliputi daging dan

telur. Daging dan telur ayam mempunyai harga yang relatif murah, sehingga

permintaan dan kebutuhan masyarakat sangat tinggi (Rasyaf 1993). Berdasarkan data

yang ada pada Pinsar tahun 2008, kebutuhan ayam potong di Indonesia mencapai tiga

juta sampai lima juta ekor perhari sedangkan total produksi nasional Indonesia tidak

mencukupi kebutuhan konsumsi ayam di Indonesia, hal ini dikarenakan populasi

ayam yang ada telah berkurang (Pinsar 2008).

Perkembangan peternakan Indonesia akhir-akhir ini semakin menunjukkan

penurunan khususnya pada peternakan ayam. Keadaan ini, di tandai dengan

penurunan pola konsumsi masyarakat terhadap berbagai hasil produksi asal ayam

baik itu telur maupun daging (Pinsar 2008). Salah satu faktor yang menyebabkan

penurunan tersebut adalah semakin banyak jenis penyakit yang muncul yang

membutuhkan biaya pengobatan mahal dan pengobatan yang diberikan kurang

efektif. Usaha untuk menekan terjadinya penyakit adalah dengan meningkatkan

sistem pertahanan tubuh dari ayam (Widhyari et al. 2006).

Upaya untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam melalui perbaikan

manajemen pakan melalui pemberian obat herbal dan bahan–bahan yang tersedia di

alam. Namun pengobatan dengan menggunakan bahan kimia yang terlalu banyak

dan sering dapat menimbulkan dampak negatif bagi kualitas daging yang berdampak

bagi yang mengkonsumsi, seperti resistensi terhadap agen penyakit dan residu.

Pemberian dosis obat yang kurang tepat dan pemberian secara terus menerus dapat

menyebabkan pertumbuhan terhambat, timbul resistensi terhadap agen penyakit,

residu pada hasil produksi ayam serta biaya pengobatan yang mahal merupakan

dampak negatif dari pengobatan kimia.

Indonesia kaya akan flora tumbuhan yang beribu-ribu jenis yang masih perlu

dimanfaatkan, sehingga pengobatan dengan menggunakan tanaman obat atau disebut

(24)

dan Tajudin 2003). Penggunaan obat herbal memiliki keuntungan tidak menyebabkan

residu pada hasil produksi ayam sehingga masyarakat aman untuk menkonsumsinya.

Sampai saat ini telah banyak dilakukan penelitian terhadap tanaman sebagai sumber

bahan obat alam untuk menggantikan obat kimia, seperti penggunaan bawang putih

(Allium sativum L.) dan kunyit (Curcuma domestika Val.). Kedua tanaman ini memiliki efek farmakologis antara lain sebagai anti-bakteri, meningkatkan daya tahan

tubuh serta membantu metabolism didalam tubuh. Kedua tumbuhannya ini memiliki

manfaat yang masih perlu diteliti lebih lanjut. Selain penggunaan herbal juga

digunakan mikromineral seperti zink. Zink sering digunakan sebagai tambahan pada

pakan baik itu sebagai terapi maupun suplemen (Manalu 1999). Penelitian secara

tunggal terhadap masing-masing herbal dan mineral zink telah dilakukan tetapi

penelitian dengan mengkombinasi bawang putih, kunyit dan mineral zink belum

pernah dilakukan.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian kombinasi

bawang putih (Allium sativum L.), kunyit (Curcuma domestika Val.) dan ZnO dalam pakan terhadap gambaran leukosit darah ayam.

1.3 Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah mengetahui khasiat pemberian kombinasi

bawang putih (Allium sativum L.), kunyit (Curcuma domestika Val.) dan zink terhadap leukosit sebagai sel pertahanan tubuh.

(25)

1.1 Ayam (Gallus gallus) Klasifikasi

Klasifikasi biologi dari ayam (Gallus gallus) berdasarkan Wikipedia (2008) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Aves

Ordo : Galliformes

Famili : Phasianidae

Genus : Gallus

Spesies : Gallus gallus

Ayam (Gallus gallus) adalah unggas domestikasi yang kemungkinan turunan dari ayam Indian liar dan ayam hutan merah dari Asia Tenggara dan berhubungan

juga dengan ayam hutan abu –abu (G.sonneratii). Penamaaan ayam sangat luas tergantung dari asalnya. Ayam merupakan salah satu hewan domestikasi yang umum

dan tersebar luas (Anonim 2008).

Ciri-ciri Ayam

Seluruh tubuhnya ditutupi oleh bulu mulai dari kepala, sayap sampai dengan

ekor. Selain itu, memperlihatkan jengger yang penuh dengan bahan lilin berwarna

merah. Kulit cukup kurus dan relatif bebas dari kelenjar sekretori, dengan pengecuali

pada urophygial. Ayam mempunyai badan yang kompak, rangka yang ringan, sayap

dan kaki yang tumbuh dengan baik. Ayam merupakan unggas yang aktif, nervous,

lincah, berdarah panas, bertelur (Setijanto 1998).

Sistem respirasi dari unggas ini dibantu oleh kantong hawa. Alat pencernaan

memperlihatkan modifikasi seperti tidak mempunyai gigi, esophagus yang

mempunyai pelebaran disebut tembolok serta lambung yang terbagi dua yaitu

lambung kelenjar dengan banyak kelenjar pencernaan dan lambung otot tempat

makanan digiling lebih efektif lagi penghancuran makanan secara mekanis (Setijanto

1998).

(26)

Gambaran darah dari ayam secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel yang

disajikan sebagai berikut.

Tabel 1 Nilai normal hematologi untuk ayam

Parameter Kisaran Rataan Eritrosit

Total eritrosit 2,5-3,5 3,0

Haemoglobin 7,0-13,0 9,0

PCV (%) 22,0-35,0 30,0

MCV (fl) 90,0-140,0 115,0

MCH (pg) 33,0-47,0 41,0

MCHC (%) 26,0- 35,0 29,0

Leukosit

Total leukosit 12.000-30.000 12.000

Heterofil 3.000-6.000 4.500

Limfosit 7.000-17.500 14.000

Monosit 150-2.000 1.500

Eosinofil 0-1.000 400

Basofil Jarang -

Persentase

Heterofil 15,0-40,0 28,0

Limfosit 45,0-70,0 60,0

Monosit 5,0-10,0 8,0

Eosinofil 1,5-6,0 4,0

Basofil Jarang -

Fibrinogen (g/dl) 0,1-0,4 0,2

Trombosit (x105/µl) 20,0-40,0 30,0

Total protein plasma (g/dl) 4,0-5,5 4,5

Sumber: Jain (1986)

Ayam Broiler

Ayam broiler merupakan jenis ayam yang telah mengalami pemuliaan

sehingga menjadi ayam pedaging yang unggul, mempuyai bentuk, ukuran dan warna

yang seragam (Muchtadi dan Sugiono 1989). Ayam ini pertama kali dikenal pada

periode menjelang 1980-an, walaupun galur murninya baru diketahui sejak tahun

1960-an (Rasyaf 1993). Ayam broiler ini terdiri dari jantan dan betina yang umumya

dipanen untuk diambil karkasnya pada umur 5-6 minggu. Ayam ini memiliki

pertumbuhan fantastis, yaitu mampu mencapai bobot 1 – 2 kg dalam kurun waktu 1 –

(27)

diantaranya makanan (ransum), temperature lingkungan (berkisar 190-210) dan sistem

pemeliharaannya (Rasyaf 1992).

Ayam broiler yang berusia enam minggu sudah sama dengan ayam kampung

dewasa 8 bulan, yaitu mencapai bobot 2 kg. Ayam broiler dipasarkan di Indonesia

pada bobot 1,3-1,6 kg per ekor ayam pada umur 5-6 minggu (Rasyaf 2003). Ciri dari

ayam broiler ini adalah ukuran badan relatif besar, padat, kompak, dan berdaging

penuh. Jumlah telur sedikit, bergerak lambat, tenang dan lebih lambat mengalami

dewasa kelamin. Adapun jenis ayam pedaging ini antara lain Brahma Putra, Cochin

China, Cornish dan Sussex (Sudaryani dan Santosa 2002).

2.2 Bawang putih (Allium sativum Linn.) Klasifikasi

Klasifikasi bawang putih (Allium sativum L.) dalam Syamsiah dan Tajudin (2003) adalah :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledone

Ordo : Liliflorae

Famili : Amaryllidaceae

Bangsa : Allieae

Genus : Allium

Spesies : Allium sativum L.

Bawang putih termasuk salah satu familia Amaryllidaceae yang populer di dunia. Bawang putih yang nama ilmiahnya Allium sativum L. mempunyai nilai komersial yang tinggi dan tersebar di seluruh dunia (Wibowo 1999). Bawang putih

termasuk klasifikasi tumbuhan terna berumbi lapis atau siung yang bersusun. Umbi

dari tanaman bawang putih merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan

Indonesia (Anonim 2008a). Bawang putih sebenarnya bukan tanaman asli Indonesia.

Tanaman ini diperkirakan berasal dari Asia Tengah seperti Jepang dan Cina yang

beriklim subtropis (Syamsiah dan Tajudin 2003).

(28)

Morfologi

Bawang putih merupakan tanaman terna yang tumbuh tegak dengan tinggi

dapat mencapai 30-60 cm dan membentuk rumpun. Bawang putih mempunyai batang

semu yang terbentuk dari pelepah-pelepah daun. Tanaman bawang putih bisa

ditemukan dalam bentuk terna (bergerombol). Helaian daunnya mirip pita, berbentuk

pipih dan memanjang. Jumlah daun setiap tanaman bisa mencapai lebih dari 10 helai

(Anonim 2008a). Bunga bawang putih berupa bunga majemuk, bertangkai, berbentuk

bulat, dan menghasilkan biji untuk keperluan generatif (Syamsiah dan Tajudin 2003).

Sebagaimana warga kelompok monokotiledon, sistem perakarannya tidak memiliki akar tunggang dan akarnya serabut yang tidak panjang, tidak terlalu dalam

berada di dalam tanah sehingga tanaman ini tidak tahan terhadap kekeringan terutama

pada waktu proses pembesaran umbi (Wibowo 1999). Akar bawang putih terdiri dari

serabut-serabut kecil yang berjumlah banyak terletak di batang pokok, tepatnya di

bagian dasar umbi atau pangkal umbi yang berbentuk cakram. Fungsi akar serabutnya

adalah sebagai penghisap makanan (Syamsiah dan Tajudin 2003).

Perkembangbiakan bawang putih ada dua cara , yakni melalui bunga dan

melalui umbi atau secara tunas (Syamsiah dan Tajudin 2003). Bawang putih

merupakan tumbuhan daerah dataran tinggi. Di Indonesia, jenis tertentu

dibudidayakan di dataran rendah. Bawang putih berkembang baik pada ketinggian

tanah berkisar 200-250 meter di atas permukaan laut (Anonim 2008a).

Kandungan dan Khasiat

Bawang putih mengandung minyak atsiri aliin dan alisin yang berkaitan

dengan daya antibakteri. Minyak atsiri mudah menguap di udara bebas dan diduga

mempunyai kemampuan sebagai antibakteri dan antiseptik namun bukanlah penyebab

langsung khasiat bawang putih (Syamsiah dan Tajudin 2003 dan Wibowo 1999).

Minyak atsiri ini sering disebut sebagai minyak terbang atau minyak menguap

(29)

Gambar 3 struktur Alisin. Sumber: Anonim 2008c

Alisin adalah zat aktif yang mempunyai daya antibiotik yang cukup ampuh

(Syamsiah dan Tajudin 2003). Alisin mempunyai kemampuan dalam melawan

amoeba, bakteri, jamur atau virus . Aktivitas antimikroba dari bawang putih ini

tergantung pada enzim alisinase (cystein sulfoxide lyase) dalam alisin setelah bawang

putih dihancurkan atau dipotong (Ellmor and Feildberg 1994). Enzim alisinase dapat

membunuh bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif karena mempunyai

gugus asam amino para amino benzoate (Tsao and Yin. 2001).

Scordinin merupakan senyawa kompleks thioglosida yang berfungsi sebagai

antioksidan (Anonim 1997). Kerja scordinin seperti oksido-reduktase. Senyawa ini

berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan dan daya tahan tubuh, mampu

menekan kolesterol, meningkatkan produksi sperma serta mencegah kerusakan sel

diakibatkan oleh proses penuaan (Wibowo 1999). Kemampuan bawang putih sebagai

obat diduga karena adanya kombinasi antara alisin dan scordinin (Syamsiah dan

Tajudin 2003). Senyawa lain yang terdapat pada bawang putih adalah allithiamin.

Allithiamin merupakan hasil reaksi alisin dengan thiamin dan dapat bereaksi dengan

sistein. Fungsinya sama dengan vitamin B yaitu membantu metabolisme dalam tubuh.

Zat- zat lain yang ditemukan antara lain selenium (sebagai antioksidan), enzim

germanium (mencegah rusaknya sel darah merah), antiarthritic faktor (mencegah

rusaknya persendian), dan methyllallyl trisulfit (mencegah perlengketan sel-sel darah

merah) (Anonim 1997).

Berdasarkan hasil penelitian bawang putih mampu mencegah penyakit

jantung dan platelet aggregation (Rahman and Billington 2000). Bawang putih juga memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakter S. typhimurium dan diduga

sebagai imunostimulan serta pemacu perfomans ayam pedaging (Suhartini 2004).

(30)

al. (2004) menduga bahwa alisin dapat menghambat efek immunomodulator dari sel epitel usus. Efek komplek yang disebabkan derivat bawang putih dapat menstimulasi

dan menghambat proliferasi limfosit dan TNF-alpa, respon yang bervariasi ini

berhubungan dengan tipe dari bahan sulfur dan durasi terpaparnya (Milner 2006).

Dalam Donald and Riggs (2001) bahwa bawang putih dapat dapat meningkat

proliferasi dari makrofag dan limfosit pada penyakit kanker dan juga melawan

penurunan sistem imun yang disebabkan oleh kemoterapi dan radiasi karena

ultraviolet.

2.3 Kunyit (Curcuma Domestica Val.) Klasifikasi

Klasifikasi kunyit (Curcuma Domestica Val.) berdasarkan taksonomi tumbuhan dalam Winarto (2003) adalah :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Subkelas : Zingiberidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma domestica Val.

Kunir atau kunyit termasuk salah satu tanaman rempah dan obat asli dari

wilayah Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami persebaran ke daerah

Indo-Malaysia, Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia

dan India serta bangsa Asia umumnya pernah mengkonsumsi tanaman rempah ini,

baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan

kecantikan. Kunyit adalah rempah-rempah yang biasa digunakan dalam masakan di

negara-negara Asia. Kunyit sering digunakan dalam masakan sejenis gulai, dan juga

digunakan untuk memberi warna kuning pada masakan. Kunyit tergolong dalam

[image:30.595.149.505.383.521.2]

kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae (Anonim 2008b).

(31)

Morfologi

Kunyit merupakan tanaman berbatang semu yang tumbuh tegak dengan tinggi

28– 85 cm cm, lebar 10- 25 cm, dan batang berwarna hijau kekuningan. Batang semu,

tegak dan berbentuk bulat. Setiap berdaun tiga sampai delapan helai, panjang tangkai

hingga pangkal daun beserta pelepah daun sampai 70 cm. Helaian daun tunggal

berbentuk lanset memanjang dengan ujung dan pangkal runcing. Daun keseluruhan

berwarna hijau dan ukuran panjang 20- 40 cm dan lebar 8- 12,5 cm (Soedibyo 1998

dan Taryono 2001).

Menurut Winarto (2003), bunga tumbuh dari ujung batang semu berwarna

putih atau kuning pucat. Bunga mempunyai tiga lembar kelopak bunga, tiga lembar

tajuk bunga bunga,empat helai benang sari yang salah satunya berfungsi sebagai alat

pembiakan sedangkan tiga helai lainnya berubah bentuk menjadi bunga. Tangkai

bunga berambut dan bersisik dengan panjang tangkai 16-40 cm. Mahkota bunga

berukuran panjang 3 cm dan lebar 1,5 cm (Soedibyo 1998). Rimpang merupakan

tempat tumbuhnya tunas bagian utama kunyit, beruas–ruas , dan bercabang-cabang.

Akar rimpang tumbuh menjalar, umbi utama berbentuk elips sebesar 5-8 cm, tebal 1,5

cm, jingga terang atau agak kuning yang dibungkus selaput tipis yang berwarna

coklat (Taryono 2001).

Tanaman kunyit dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki intensitas

cahaya tinggi atau sedang. Karenanya, kunyit dapat hidup di tempat terbuka atau

ternaungi. Dataran ketinggian 2.000 m dari permukaan laut masih memungkinkan

kunyit tumbuh. Curah hujan yang cocok antara 2.000- 4.000 mm per tahun dengan

suhu 19- 30oC (Winarto 2003).

Kandungan dan Khasiat

Dalam pengobatan herbal, sudah banyak jenis penyakit yang dapat

disembuhkan dengan rimpang kunyit. Khasiat dan manfaat kunyit telah lama dikenal

sebagai bumbu masak, disamping itu juga dapat digunakan sebagai obat. Beberapa

pustaka melaporkan kandungan kimia yang terdapat di dalam kunyit. Zat kandungan

(32)

pati (Ratna Sari dan Hastuti 1986). Persentase yang terkandung dalam rimpang

kunyit adalah 4,3–6 % minyak atsiri, 0,5–6 % zat warna kuning kurkumin, 40–50 %

pati dan beberapa senyawa kimia lain seperti resin serta senyawa pahit. Zat aktif dari

[image:32.595.205.419.198.283.2]

kunyit adalah kurkumin (Purseglove et al. 1981).

Gambar 5 Struktur Kurkumin Sumber: Anonim 2008c

Pada penelitian yang ekstensif terhadap kurkumin, menunjukkan bahwa

kunyit memiliki efek terapeutik yang luas seperti antiinflamatori, antibakterial,

antiviral, antifungal, antitumor dan hepatoprotektif (Kohli et al. 2005). Kurkumin dapat menstimulasi kelenjar adrenal untuk mengeluarkan hormon glukokortikoid

sehingga meningkatkan jumlah leukosit khususnya heterofil dalam sirkulasi darah (Antony et al. 1999). Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Kohli et al. (2005) bahwa kurkumin dalam kunyit memiliki efektifitas yang sama dengan

cortisone dan phenylbutazone pada reaksi inflamasi akut. Shah et al (1999), meneliti mekanisme platelet aggregation dari kurkumin, menunjukkan bahwa kurkumin menghambat platelet aggregation melalui platelet agonis epinefrin (PAE), platelet activating factor (PAF), kolagen dan asam arachidonat (AA).

2.4 Mineral Zink

Zink (seng) merupakan suatu elemen di dalam grup IIB pada system periodik.

Memiliki warna putih kebiru – biruan dan mudah teroksidasi pada suhu ruang. Zn

termasuk ke dalam kelompok mikromineral, artinya mineral yang dibutuhkan dalam

jumlah sedikit. Zn diperlukan dalam metabolism protein, karbohidrat, dan lemak.

Menurut Manalu (1999) Zn merupakan aktivator dari beberapa sistem enzim.

Beberapa enzim dalam tubuh hewan diketahui mengandung seng seperti karbonik

anhidrase, karboksipeptidase pancreas, laktat dehidrogenase, alkaline fosfatse dan

(33)

protein, sintesis asam nukleat, biosintesis heme, transport CO2 (anhidrase karbonik)

dan reaksi – reaksi lain (Linder 1992). Zn merupakan bagian dari metalloenzymes,

[image:33.595.204.419.179.328.2]

termasuk DNA dan RNA sintase dan transferase.

Gambar 6 Zinc Oxida. Sumber Anonim 2008d

Zn dapat membantu pemeliharaan sel – sel tubuh, sebagai antioksidan dan

mampu mencegah terjadinya radikal bebas sehingga proses apoptosis atau kematian

sel secara terencana dapat ditekan (Fukamachi et al. 1998, Truong et al. 2000 dan Widhyari et al. 2006). Zn dibagi atas Zn organik dan inorganik. Sebagai supplement Zn organik disbanding Zn inorganik dapat meningkatkan respon imun sel, respon

imun humoral. Zn tersebut berada dalam tulang dan tidak dapat digunakan dalam

metabolisme. Kulit juga merupakan tempat akumulasi dari Zn. Kelebihan kalsium

berhubungan dengan defisiensi dari mineral Zn. Pada peternakan ayam membutuhkan

60 mg per kg air-dry feed (Perry et al. 2004).

Pada plasma, Zn berhubungan dengan fraksi globulin dan kurang

berhubungan dengan albumin. Menurut Scott et al. (1982) bahan pakan alami belum dapat memberikan Zn yang cukup untuk anak ayam maupun ayam pembibit. Dengan

demikian mineral inorganik seperti Zn oksida atau Zn karbonat digunakan sebagai

supplement Zn dalam ransum unggas. Didalam tubuh ZnO (zink oksida) memiliki

batas toleran yang lebih besar jika dibandingkan dengan ZnSO4 (zink sulfat) dan

ZnCO3 (zink karbonat) (Sadoval et al. 1999).

Pada peternakan ayam defisiensi zink menyebabkan rendahnya produksi

(34)

dengan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi. Zn berperan pada sistem

kekebalan tubuh (Perry et al. 2004). Menurut Underwood and Suttle (2001) zinkum banyak dijumpai pada sel leukosit dan trombosit. Menurut Groff and Gropper (2003)

zink berhubungan fungsi fagositosis dari monosit. Dalam McDowell (1992) defisiensi

zink berhubungan dengan fungsi limfosit, natural killer, netrofil dan produksi limfokin. Dalam darah zink tidak berpengaruh terhadap pengertakan leukopoiesis

tetapi diduga pada peningkatan fungsi leukosit (Widhiyari 2005).

2.5 Darah

Darah adalah jaringan khusus yang terdiri dari plasma darah yang kaya akan

protein (55%) dan sel-sel darah (45%). Sel-sel darah terdiri sel darah merah

(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan trombosit (keeping darah atau platelet).

Eritrosit bersifat pasif dan melaksanakan fungsinya dalam pembuluh darah sebagai

pembawa nutrien yang telah disiapkan oleh saluran pencernaan ke jaringan tubuh,

pembawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida ke paru-paru,

pembawa sisa –sisa metabolisme dari jaringan ke ginjal untuk di ekskresikan, serta

mempertahankan sistem keseimbangan dan buffer. Trombosit berfungsi dalam

proses koagulasi dan mengaktifkan mekanisme pembekuan darah. Sedangkan

leukosit berfungsi dalm proses fagositosis dan menyediakan kekebalan terhadap

antigen spesifik (Guyton 1997).

2.6 Leukosit

Leukosit atau sel darah putih berasal dari bahasa Yunani leuco artinya putih

dan cyte artinya sel (Dharmawan 2002). Leukosit merupakan unit yang mobil / aktif

dari system pertahanan tubuh. Leukosit ini dibentuk sebagian di sumsum tulang dan

sebagian lagi di jaringan limfe yang kemudian diangkut dalam darah menuju berbagai

bagian tubuh untuk digunakan (Guyton 1997). Leukosit memiliki bentuk yang khas.

Pada keadaan tertentu inti, sitoplasma, dan organelnya mampu bergerak. Kalau

eritrosit bersifat pasif dan melaksanakan fungsinya dalam pembuluh darah, leukosit

mampu keluar dari pembuluh darah menuju jaringan dalam melakukan fungsinya

(35)

dibawah e pada tiap aktivitas f Le granulosit bersegmen

berlobus d

netrofil / h

limfosit (A

sumsum t

Semua sel

(1) dengan

dan (2) de

dapat men

eritrosit dan

individu c

fisiologi, giz

eukosit diba

t dan agran

n dan granu

dan tidak m

heterofil, b

Anonim 200

tulang, sed

l-sel ini bek

n benar-ben

engan memb

nghancurkan

n bervariasi

cukup besar

zi, umur dan

agi ke dalam

nulosit. Leu

ul sitoplasm

mempunyai

asofil dan e

04). Sel dar

dangkan lim

kerja bersam

nar merusak

bentuk antib

n atau mem

tergantung

r pada kon

n lain-lain (

m dua kelas

ukosit granu

ma. Leukos

i granul sit

eosinofil. L

rah putih ya

mfosit dipro

ma-sama me

k bahan yan

bodi dan lim

mbuat penyer

Gambar 7 H Sumber: A

jenis hewan

ndisi tertent

Dharmawan

berdasarka

ulosit mem

sit agranulo

toplasma. L

Leukosit agr

ang granulos

oduksi dal

elalui dua c

ng menyerbu

mfosit yang

rbu tidak ak

Haemopoiesis Anonim 2008e nnya. Fluktu tu, seperti n 2002). an penampa mpunyai nuk osit mempun Leukosit gra

ranulosit m

sit dan mon

am berbag

cara untuk

u itu melalu

peka, salah ktif (Guyton s. e uasi jumlah : cekaman akan histolo kleus berlob nyai nukleu anulosit ter meliputi mon nosit dibentu

gai organ l

mencegah p

ui proses fa

h satu atau k

n 1997).

h leukosit

/ stress,

ogis yaitu

bus atau

us tidak

(36)
[image:36.595.109.520.135.255.2]

Tabel 2 Persentase leukosit berdasarkan umur ayam

Umur Persentase (%)

Heterofil Eosinofil Basofil Limfosit Monosit 0 hari 72,4 2,5 1,1 15.9 8,1

3 hari 52,7 1,6 0,67 38,7 6,4 8 hari 50 0,25 0 48,3 1,5 10 hari 26,7 1,7 0,64 68,6 2,3 1 minggu 24 0 0 75 1 2 minggu 20,6 3,1 1,9 66 8,1 6 minggu 26 0 1 69 3 Sumber : Hodges (1997)

Tabel 3 Persentase normal leukosit untuk ayam

Umur dan jenis kelamin

Jumlah Leukosit (x

103/mm3)

Persentase (%)

Heterofil Eosinofil Basofil Limfosit Monosit

Jantan dewasa 19,8 27,2 1,9 1,7 59,1 10,2 Betina dewasa 19,8 22,8 1,9 1,7 64,6 8,9

Jantan (5-10

minggu) - 20,4 1,3 3,3 69,5 3,7 Betina white

Leghorn (6 minggu)

28,6 10,1 1,5 2,3 81,5 4,5

Betina dewasa

white Leghorn 29,4 13,3 2,5 2,4 76,1 5,7 Jantan dewasa

white Leghorn 16,6 25,8 1,4 2,4 64,0 6,4 Muda, 2-21

minggu, jantan dan betina

29,4 20,9 1,9 3,1 66,0 8,1

Sumber : Sturkie dan Grimmingger (1976)

Heterofil

Heterofil merupakan leukosit polymorphonuklear-pseudoesinophilic

granulosit (Sturkie and Grimminger 1976). Granul dari heterofil berbentuk batang

ataupun kumparan. Leukosit ini intinya terkadang jelas berwarna merah tua dan

granul seperti bola (Bacha and Linda 2000). Banyak terdapat pada peredaran darah

perifer pada beberapa jenis unggas. Heterofil ini cenderung bulat dengan sitoplasma

yang berwarna lebih muda yaitu eosinofilik. Heterofil tua mempunyai inti berlobus

(biasanya dua atau tiga lobus) yang kasar, kromatin berumpun yang berwarna ungu.

[image:36.595.112.520.288.492.2]
(37)
[image:37.595.243.380.117.229.2]

Gambar 8 Heterofil. Sumber : Anonim 2008f

Menurut Samuelson (2007) intinya bersifat polimorfonuklear dimana

mempunyai paling banyak lima lobules. Heterofil pada ayam berdiameter 10-15 µm,

granul sitoplasma berbentuk batang pipih seperti jarum. Pada manusia dan mamalia

disebut netrofil (Sturkie and Grimminger 1976). Sel ini berkembang berdasarkan

pengaruh dari interleukin, granulocyte/monocyte colony stimulating factor dan granulocyte stimulating factor (Jackson 2007). Fungsi utama dari sel ini adalah penghancur bahan asing melalui proses yang disebut fagositosis. Sel leukosit ini

tertarik pada perbagai produk bakteri, berbagai produk yang dilepaskan oleh sel yang

rusak dan berbagai produk reaksi kekebalan (Tizard 1988). Heterofil dikenal sebagai

first line defense yaitu sebagai sistem pertahanan pertama (Dharmawan 2002).

Limfosit

Limfosit adalah leukosit yang jumlah paling banyak pada ayam dan

ukurannya bervariasi dari yang kecil sampai yang besar seperti pada mamalia (Bacha

and Linda 2000). Sel Ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu kecil, sedang dan besar

tetapi yang banyak di peredaran darah adalah yang berukuran kecil dan sedang

(Campbell 1995). Intinya bulat dan beberapa tepinya berlekuk (Samuelson 2007).

Pola kromatinnya cukup kasar dan menyatu (Bacha and Linda 2000). Sitoplasmanya

merupakan kurang basofilik dan pada salah satu sisi tepinya nukleusnya menepi

(Sturkie and Grimminger 1976). Menurut Guyton (1997) limfosit dibentuk di

(38)
[image:38.595.244.376.119.233.2]

Gambar 9 Limfosit. Sumber : Anonim 2008f

Menurut Dharmawan (2002), pada preparat ulas darah yang diwarnai, dapat

dibedakan limfosit besar dan limfosit kecil. Limfosit besar merupakan bentuk yang

belum dewasa dan sering disebut dengan prolimfosit atau sel blast besar. Populasi

dari limfosit dalam darah ada 2 tipe sel yaitu sel T dan sel B. Limfosit T diperkirakan

proporsinya adalah 70-75% dari seluruh jumlah limfosit sedangkan jumlahnya antara

10–20% dari jumlah seluruh limfosit. Limfosit B berfungsi sebagai imunitas humoral

yang mampu menyerang agen penyerbu. Limfosit T berperan sebagai imunitas sel

yang diperoleh dari pembentukan limfosit teraktivasi yang mampu menghancurkan

benda asing (Guyton 1997).

Monosit

Monosit merupakan leukosit yang terbesar yang berdiameter 15 – 20 µm dan

jumlahnya 3–9 % dari seluruh sel darah putih (Dharmawan 2002). Inti kromatinnya

cenderung lebih meyatu. Dan pada sitoplasma terlihat adanya vakuola (Bacha and

Linda 2000) dan seperti berbusa (Samuelson 2007). Menurut Campbell (1995)

sitoplasma sel ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian yang berwarna cerah dan

bagian yang berwarna lebih gelap. Sitoplasmanya terlihat berwarna biru keabu –

(39)
[image:39.595.239.382.118.224.2]

Gambar 10 Monosit. Sumber: Anonim 2008f

Monosit berperan sebagai prekusor untuk makrofag dimana sel ini akan

mencerna dan membaca antigen (Samuelson 2007). Aktivitas fagositosis dari

monosit tergantung pada bahan yang akan difagosit (Tizard 1988). Monosit darah

tidak pernah mencapai dewasa penuh sampai bermigrasi ke luar pembuluh darah

dan masuk ke jaringan. Dan kemudian menjadi sel ini menjadi makrofag tetap

(fixed macrophage) dalam jaringan seperti sinusoid hati, sumsum tulang, alveoli paru – paru, dan jaringan limfoid. Monosit lebih sering terletak dekat pembuluh

darah (Dharmawan 2002).

Eosinofil

Eosinofil adalah granulosit polimorfonuklear-eosinofilik dengan ukuran yang

hampir sama dengan heterofil. Granulosit berbentuk bulat dan relatif luas (Sturkie

and Grimminger 1976). Inti eosinofil lebih sedikit jika dibandingkan dengan heterofil

(Samuelson 2007) dan lobulasinya lebih kasar dan kromatinnya berumpun berwarna

ungu terkadang juga terlihat berwarna sedikit biru serta lebih terlihat jika dibanding

heterofil. Diameter dari eosinofil kira–kira 7 µm (Aughey and Fredric 2001).

Sitoplasmanya warnanya lebih bersih, biru pucat sedangkan granulnya bentuknya

lebih terang dan cendrung kurang berada ditengah dibandingkan dengan heterofil

(Campbell 1995). Jumlah eosinofil dalam aliran darah berkisar antara 2 sampai 8 %

dari jumlah leukosit. Sel ini berkembang dalam sumsum tulang sebelum bermigrasi

(40)
[image:40.595.241.382.117.227.2]

Gambar 11 Eosinofil Sumber : Anonim 2008f

Jangka hidup sel ini 3 sampai 5 hari. Eosinofil ini berperan aktif dalam

mengatur proses alergi akut dan proses pembarahan , mengatur infestasi parasit, dan

memfagositosis bakteri, antigen-antibodi komplek, mikoplasma, dan ragi. Sel ini juga

mengandung histaminases yang mengaktifkan histamine dan melepaskan serotonin

dari sel tertentu , juga melepaskan zinc yang menghalangi agregasi trombosit dan

migrasi makrofag (Dharmawan 2002). Menurut Tizard (1988) eosinofil memiliki 2

fungsi istimewa. Pertama mampu menyerang dan menghancurkan larva cacing

(parasit) yang menyusup. Kedua enzim eosinofil mampu menetralkan faktor radang

yang dilepaskan oleh sel mast dan basofil pada proses hipersensivitas tipe 1 (Tizard

1988).

Basofil

Basofil adalah granulosit yang bersifat polymorphonuklear basofilik yang

bentuk dan ukurannya hampir sama dengan heterofil (Sturkie and Grimminger 1976).

Granulosit ini cenderung menjadi sel yang bulat dengan sebuah inti bulat ditengah.

Intinya berwarna biru dan sering ditutupi oleh granul sitoplasmik (Campbell 1995).

Basofil lebih mudah dibedakan dari dua tipe sebelumnya (Samuelson 2007) karena

intinya biasanya tidak ada lobulasi (Bacha and Linda 2000). Basofil adalah leukosit

yang jumlahnya paling rendah sekitar 0,5 – 1,5% dari seluruh leukosit dalam aliran

(41)
[image:41.595.241.382.117.235.2]

Gambar 12 Basophil. Sumber : Anonim 2008f

Sel leukosit ini mengandung heparin, histamin, asam hialuronat, kondroitin

sulfat, serotonin dan beberapa faktor kemotaktik. Heparin berfungsi untuk mencegah

pembekuan darah, sedangkan histamine berfungsi untuk menarik eosinofil. Basofil

berperan sebagai mediator untuk aktifitas pembarahan dan alergi, memiliki reseptor

immunoglobulin E (IgE) dan immunoglobulin G (IgG) yang menyebabkan

degranulasi dan membangkitkan reaksi hipersensitif dengan sekresi yang bersifat

(42)

BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Kandang B (kandang ayam) Fakultas Peternakan dan

Laboratorium Patologi Klinik, bagian Klinik Reproduksi dan Patologi, Fakultas

Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini di lakukan dari bulan Juli

2007 sampai Februari 2008.

3.2 Materi Penelitian

Hewan Penelitian dan Kandang

Ayam broiler strain Ross / Super Jumbo 747 dipelihara dari umur satu hari

sampai 6 minggu sebanyak 100 ekor. Ayam tersebut dibagi menjadi 5 kelompok

perlakuan berdasarkan herbal dan mineral yang ditambahkan pada pakan. Setiap

perlakuan terdiri dari 4 ulangan, masing-masing kelompok pengulangan terdiri dari 5

ekor ayam. Kandang yang digunakan adalah kandang dengan sistem litter yang

berukur 1 m x 1m x 1m (panjang x lebar x tinggi) yang ditempatkan dalam 4 ruangan

kandang.

Bahan dan Alat

Bahan–bahan yang diperlukan, yaitu air, sekam, vitamin (vita stress), dan

vaksin, larutan pengencer (larutan Rees and Ecker), alkohol, giemsa 10 %, methanol,

aquades, minyak emersi dan etanol. Alat –alat yang digunakan adalah tempat pakan

dan minum berukuran kecil, lampu wolfram berkekuatan 60 watt sebanyak 5 buah (1

lampu untuk 1 ruangan), plastik wadah ransum, alat semprot untuk disinfektan, spoit,

vakuteiner, cooling box, hemositometer yang terdiri dari pipet pengencer dan kamar

hitung, mikroskop, gelas objek, cover glass, kotak preparat dan mikroskop.

Ransum

Ransum diberikan pada ayam mulai dari umur 1 hari (DOC) sampai umur 6

minggu. Pakan ayam yang terdiri dari jagung, dedak, minyak, tepung ikan, bungkil

kedelai, CaCO3, DCP, vitamin, mineral, lysin, dan methionin. Ransum basal pada

(43)

perlakuan terdiri dari ransum basal ditambah dengan serbuk kunyit (Curcuma domestika Val.), serbuk bawang putih (Allium sativum L.) dan mineral zink (ZnO) yang dibuat dalam bentuk crumble. ZnO mengandung 80 % Zn. ZnO digunakan pada

penelitian ini karena zat ini tidak bersifat toksik, mudah didapatkan dipasaran dan

[image:43.595.108.520.237.463.2]

harga yang relatif murah.

Tabel 4 Komposisi Ransum

Bahan Makanan Jumlah (%)

R0 R1 R2 R3 R4

Jagung 51 51 51 51 51

Dedak 3 3 3 3 3

Minyak 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5

Tepung ikan 12 12 12 12 12

Bungkil kedelai 26,3 26,3 26,3 26,3 26,3

CaCO3 1 1 1 1 1

DCP 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

Vitamin dan Mineral 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

Lysine 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

Methionin 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

Total 100 100 100 100 100

Kunyit 0 1,5 0 1,5 1,5

Bawang putih 0 2,5 2,5 0 2,5

ZnO 0 0 0,012 0,012 0,012

Keterangan : Setiap 1 kg mengandung : vitamin A = 4.000.000 IU, D3 = 800.000 IU, E = 4.500 mg, K3 = 450 mg, B2 = 1.350 mg, B6 = 6 mg, Ca-d pantothenate = 2.400 mg, Folic acid = 270 mg, Nicotinic acid = 7.200 mg, Choline Choliride = 28.000 mg, DL- Methionin = 28.000 mg, L-Lysine = 50.000 mg, Fe = 8.500 mg, Cu = 700 mg, Mn = 18.500 mg, Zn = 14.000 mg, Co = 50 mg, I = 70 mg, Se = 35 mg, Antiox carrier add = 1 kg.

Tabel 5 Kandungan dan kebutuhan zat makanan ransum ayam broiler umur 1-35 hari

Zat makanan1) Ransum Perlakuan Kebutuhan NCR (1994) R0 R1 R2 R3 R4

EM (kkal/kg) 3.200 Gross Energi (kkal/kg) 3.862 4.026 3.962,73 3.926,25 4.026 -

Protein kasar (%) 25,17 25,77 25,64 25,30 25,77 23 Serat kasar (%) 1,93 2,08 1,96 2,04 2,08 3,9 Lemak kasar (%) 11,96 12,1 11,98 12,08 12,1 7,8 Ca (%) 0,913 0,914 0,913 0,914 0,914 0,9 P tersedia (%) 0,660 0,665 0,664 0,661 0,665 0,6

Lysine (%) - - - - - 1,1 Methionin (%) - - - - - 0,5

Zink 1,220 1,222 1,221 1,221 1,222 0,0038 1) Analisis proksimal bahan makanan dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati

[image:43.595.113.518.508.673.2]
(44)

Adapun pengelompokan ransum perlakuan terdiri dari 5 macam, yaitu

1. R0 yaitu kelompok ayam yang diberi ransum basal (kontrol)

2. R1 yaitu kelompok ayam yang diberikan ransum basal + serbuk bawang putih

2,5 % + serbuk kunyit 1,5 %

3. R2 yaitu kelompok ayam yang diberikan ransum basal + serbuk bawang putih

2,5 % + ZnO 120 ppm.

4. R3 yaitu kelompok ayam yang diberikan ransum basal + serbuk kunyit 1,5 % +

ZnO 120 ppm.

5. R4 yaitu kelompok ayam yang diberi ransum basal + serbuk bawang putih 2,5 %

+ serbuk kunyit 1,5 % + ZnO 120 ppm.

Pembuatan Serbuk (ZnO, Bawang putih dan Kunyit)

Zinc yang digunakan adalah ZnO dalam bentuk serbuk dan dijual di pasaran.

Bawang putih dan kunyit yang digunakan dibuat dalam bentuk serbuk melalui

serangkaian proses. Bawang putih terlebih dahulu dikelupas kulitnya lalu diiris tipis,

sedangkan kunyit masih segar dicuci hingga bersih dari tanah yang lengket,

kemudian ditiriskan dan diiris tipis. Irisan bawang putih dan kunyit dilapisi dengan

plastik hitam tipis kemudian dijemur di bawah sinar matahari hingga kering. Bawang

putih dan kunyit yang telah kering digiling hingga menjadi serbuk kemudian

ditambahkan ke bahan ransum basal.

3.3 Metode Penelitian.

Pelaksanaan Vaksin

Vaksin digunakan adalah vaksin ND (New Castle Disease) dan vaksin

gumboro. Vaksin ND pertama diberikan pada umur 4 hari dengan cara tetes pada

mata, kemudian vaksin gumboro pada umur 10 hari melalui air minum. Pada umur 21

hari diberikan vaksin ND kedua melalui mulut.

Pakan dan air minum diberikan secara ad libitum. Setiap seminggu sekali

(45)

dan penimbangan pakan sisa untuk mengetahui pakan yang dikonsumsi. Pada umur 3

minggu dan 6 minggu dilakukan pengambilan darah.

Pengambilan Sampel Darah

Pengambilan darah dilakukan pada umur 3 minggu dan 6 minggu. Darah

diambil dari vena axilaris yang ada di bagian ventral sayap dengan menggunakan

spoit lalu di masukkan ke dalam vakuteiner yang mengandung antikoagulan EDTA

(Ethylene diamine tetra acetic acid) untuk memperoleh whole blood. Pemeriksaan

darah meliputi perhitungan total leukosit dan differensiasi leukosit. Pada penelitian

ini pemeriksaan darah yang dilakukan pada umur 3 minggu dan 6 minggu, karena

pada kedua umur ini diharapkan aktivitas dari kombinasi herbal (bawang putih,

kunyit) dan mineral ZnO sudah dapat terlihat.

Pemeriksaan Darah

Perhitungan total leukosit menggunakan hemositometer. Hemositometer

terdiri dari pipet pengencer, larutan pengencer, dan kamar hitung. Larutan pengencer

menggunakan larutan Rees and Ecker yang merupakan pengembangan dari larutan

Wintrobe. Larutan Rees and Ecker ini digunakan untuk menghitung eritrosit dan

leukosit secara bersamaan. Pada penelitian ini perhitungan jumlah eritrosit dan

leukosit bersamaan. Larutan Rees and Ecker terdiri dari sodium citrate 3,5 gram,

neutral formalin 0,2 ml, brilliant creasil blue 0,1 gram, dan ditambahkan aquadest

sebanyak 100,0 ml (Dharmawan 2002).

Tehnik penghitungan leukosit adalah pada pipet leukosit masukkan darah

sampai tanda 0,5 dengan menggunakan aspirator. Ujung pipet dibersihkan dengan

tissue, kemudian larutan pengencer diisap sampai tanda 11. Kedua ujung pipet

ditutup dengan ibu jari dan jari tengah lalu dikocok dengan gerakkan membentuk

angka 8 selama 2 menit hingga homogen. Larutan pengencer yang terdapat dalam

kapiler dan yang tidak mengandung darah dikeluarkan dengan menyentuh-nyentuh

(46)

menempatkan ujung pipet pada tepi cover glass sehingga larutan darah masuk antara

gelas penutup dengan kamar hitung dan jangan sampai masuk udara.

Tehnik pembuatan preparat ulas darah tipis adalah d ua buah gelas objek yang

telah direndam dengan alkohol 70 %kemudian dilap yang bersih, kering dan bebas

lemak. Pada gelas objek pertama diteteskan satu tetes darah dengan posisi mendatar.

Gelas objek kedua (tepi masih datar) diletakkan didepan tetesan darah membentuk

sudut 30-45o dengan gelas objek pertama sehingga darah menyebar disepanjang tepi

gelas objek kedua. Setelah darah menyebar, dengan hati-hati tanpa mengangkat gelas

objek dan dengan sudut yang tetap, gelas objek kedua didorong kearah depan dengan

cepat sehingga terbentuk usapan darah tipis di atas gelas objek pertama. Ulasan darah

dikeringkan di udara lalu difiksasi dengan methanol selama 5 menit kemudian

dimasukkan dalam pewarna giemsa 10 % selama 30 menit. Setelah itu, dibilas

dengan air keran dan dikeringkan di udara (Anonim 2003 dan Anonim 2004).

Metode Pemeriksaan

Perhitungan jumlah leukosit dilakukan pada bidang persegi, yang disebut

kotak W dengan lensa objektif 10 kali. Dilakukan kalkulasi sebagai berikut :

Misalkan jumlah leukosit yang diperoleh pada bidang persegi adalah N, maka

volume keempat bidang persegi tersebut 4 X 0,1mm3 = 0,4 mm3. Pengenceran yang

dilakukan adalah 20 kali, maka jumlah leukosit per mm3 darah adalah (1 : 0,4) X 20 =

50 N (Dharmawan 2002).

Perhitungan jenis leukosit (differensiasi leukosit) menggunakan preparat

ulasan darah yang diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 kali dengan

minyak emersi. Hitungan dilakukan pada 100 jenis leukosit yang didifferensiasikan

menjadi heterofil, eosinofil, basofil, limfosit dan monosit (Anonim 2004). Perlu

diperhatikan adanya penyebaran leukosit yang tidak merata, sehingga perhitungan

(47)

Analisa Data

Untuk menganalisa data yang diperoleh digunakan Analisis Sidik Ragam

(48)
[image:48.595.122.512.214.339.2]

Jumlah L Ha pada ming Gambar 1 Jum Berdasark berbeda se R0 sebes kelompok stress, ter leukosit. Ke

leukosit s

menyerup

et al. 199 jumlah leu

perlakuan

30.000/µl

diduga k

(kurkumin pengeluara 1000 2000 3000 4000 5000 Ju ml ah   leukosit   (/ μ l) Leukosit asil pengam

ggu ke 3 dan

3 Jumlah le

mlah leuko kan gambar ecara signif ar 37.150/ k perlakuan. rinfeksi ata elompok per sebesar 33 ai hormon 99). Kelom ukosit sebes tetapi jum (Jain 1986 karena aktiv

n) (Kohli e an leukosit ab b 0 00 00 00 00 00 R0 HA

matan dan an

n minggu ke

eukosit ayam

osit pada

histogram

fikan denga

/µl, nilai i

Peningkata

au terjadi

rlakuan R3

3.550/µl. H

glukokortik mpok perlak sar 20.550/µ mlah tersebu 6). Rendah vitas antiin

et al. 2005 t ke sirkula

a b a R1 ASIL DAN nalisis statis

e 6 disajika

m broiler mi

minggu k

terlihat kel

an kelompo

ni lebih ti

an jumlah l

radang se

(kunyit dan

Hal ini did

koid sehingg

kuan R4 (ba

µl yang mer

ut masih da

hnya jumlah

nflamasi d

5 and Hod

asi. Zink da ab ab 1 R2 Kelompo PEMBAHA stika terhada

an pada Gam

inggu ke 3 d

ke 3 berki

lompok per

ok kontrol R

inggi jika

leukosit did

ehingga me

n ZnO) pada

duga karen ga meningk awang puti rupakan nila alam kisaran h leukosit dari bawan

dge et al. alam kombi

ab ab

2 R

ok Perlakuan

ASAN

ap jumlah le

mbar 13. dan minggu isar antara rlakuan (R1 R0. Jumlah dibandingk duga antara

engalami p

a minggu ke

na kemam

katkan juml

ih, kunyit d

ai paling ren

n normal y

pada kelom

ng putih (

2002) seh inasi pakan a ab R3 R eukosit ayam

u ke 6.

a 20.550-3

, R2, R3, R

h leukosit k

kan dengan

lain karena

peningkatan

e 3 memilik

mpuan kuny

ah leukosit

dan ZnO) m

ndah dianta

yaitu antara

mpok perlak

(alisin) dan

hingga men

n tidak berp b R4 Min Min m broiler 7.150/µl. R4) tidak kelompok n semua a kondisi n jumlah ki jumlah yit yang (Antony memiliki ara semua a 12.000-kuan R4 n kunyit nghambat pengaruh

nggu ke 3

(49)

terhadap pengertakan leukopoiesis tetapi diduga pada peningkatan fungsi leukosit

(Widhyari 2005).

Jumlah leukosit pada minggu ke 6 berkisar antara 28.600-41.875/µl.

Kelompok kontrol R0 pada minggu ini memiliki jumlah leukosit sebesar 41.875/µl

yang merupakan nilai yang paling tinggi dibanding semua kelompok perlakuan dan

tidak berbeda secara signifikan antara perlakuan (p>0,05).

Pada minggu ke 6 kelompok perlakuan R4 (bawang putih, kunyit dan ZnO)

memiliki jumlah leukosit sebesar 39.800/µl. Menurut Chastain and Ganjam (1986)

kondisi stres dapat menstimulasi kelenjar adrenal untuk mengeluarkan hormon

glukokortikoid sehingga meningkatkan jumlah leukosit. Selain itu, kemampuan dari

bawang putih dan kunyit sebagai immunostimulan sehingga menyebabkan

peningkatan jumlah leukosit dalam sirkulasi (Antony et al. 1999 dan Suhartini 2004). Kelompok perlakuan R2 (bawang putih dan ZnO) memiliki jumlah leukosit yang

paling rendah sebesar 28.600/µl dan masih dalam kisaran normal yaitu antara

12.000-30.000/µl (Jain 1986). Rendahnya jumlah leukosit diduga karena kemampuan

antiinflamsi bawang putih (Hodge et al. 2002) sehingga menghambat pengeluaran leukosit ke sirkulasi. Sedangkan Zn berperan pada sistem kekebalan tubuh (Perry et al. 2004) tetapi hanya untuk peningkatan fungsi dari sel leukosit (Widhyari 2005).

Menurut Sturkie and Grimmingger (1976) ayam yang berumur lebih dewasa

cenderung lebih rentan terhadap stress dibanding yang berumur muda. Kondisi stress

dapat menyebabkan peningkatan jumlah leukosit (Sturkie and Grimminger 1976).

Kelompok R0, R1 (bawang putih dan kunyit) dan R4 jumlah leukosit pada minggu ke

6 lebih tinggi daripada minggu ke 3. Peningkatan leukosit pada umur 6 diduga karena

kondisi stres yang antara lain dapt disebabkan karena iklim, penyakit, kondisi

kandang. Peningkatan leukosit secara umum pada unggas ataupun burung dapat

disebabkan oleh inflamasi (infeksi atau noninfeksi), keracunan, pendarahan pada

rongga badan, neoplasma yang tumbuh cepat, dan leukemia (Jackson 2007). Jumlah

leukosit pada kelompok R2 dan R3 relatif stabil pada minggu ke 3 dan minggu ke 6.

(50)
[image:50.595.120.503.237.360.2]

darah per dengan ke Heterofil Ha broiler pad Gambar 14 Jum statistik te dengan ke (P<0,05) heterofil s immunost

heterofil d

menstimul perlakuan Kelompok semua pe (alisin) da menghamb Jum Berdasark

berbeda s 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 Ju ml ah   Absolut   (/µ l) ifer diatur ebutuhan jik asil pengam

da minggu k

4 Jumlah he

mlah hetero erlihat kelo elompok k dengan ke sebesar 20.5 timulan (Su didalam sirk lasi sel-sel R2 (bawan

k R1 memil

erlakuan. H

an kunyit (k

bat pengelu

mlah heter

kan gambar

signifikan d b ab 0 0 0 0 0 0 0 R0 secara keta

ka timbul pr

matan dan

ke 3 dan mi

eterofil ayam

ofil pada m

ompok perl ontrol R0 elompok ko 531/µl. Hal uhartini 200 kulasi. Sela l leukosit

ng putih dan

iki jumlah h

Hal ini didu

kurkumin) uaran hetero rofil pada histogram dengan kel a b ab R1

at dalam b

roses perada

analisis st

inggu ke 6 d

m broiler m

minggu ke 3

lakuan R2,

tetapi kelo

ontrol. Kel

ini diduga

04) sehingga

ain itu, pada

ke sirkula

n ZnO) me

heterofil seb

uga karena

(Kohli et a ofil ke sirkul

minggu terlihat kel lompok R0 ab b a R2 Kelompok P

atas tertent

angan

atistika ter

disajikan pa

minggu ke 3

3 berkisar a

R3, R4 ti

ompok perl

lompok pe

karena kem

a meningka

a minggu k

si darah t

emiliki juml

besar 6.437

fungsi ant

al. 2005 and lasi.

ke 6 berk

lompok per

0 sebagai k ab

ab

R3 erlakuan

tu tetapi da

rhadap jum ada Gambar dan minggu antara 6.43 idak berbed akuan R1 erlakuan R2 mampuan ba atkan jumla

ke 3 adanya

ermasuk h

lah heterofi

/µl yang pa

tiinflamasi

d Hodge et

kisar antar rlakuan (R1 kelompok ab ab 3 R apat beruba mlah heterof r 14.

u ke 6.

7-22.786/µ

da nyata

nyata lebih

2 memiliki

awang putih

ah leukosit t

a vaksinasi

heterofil. K

il sebesar 2

aling rendah

dari bawan

t al. 2002)

ra 9.851-1

, R2, R3, R

kontrol. K ab 4 Ming Ming ah sesuai fil ayam l. Secara (p>0,05) h rendah i jumlah h sebagai termasuk sehingga Kelompok 0.531/µl. h diantara ng putih sehingga 9.258/µl. R4) tidak Kelompok ggu ke 3

(51)

perlakuan kemampua yang men Sama haln memiliki j 9851/µl. Ke 3. Menur dibanding sehingga m

dan R4 pa

Jackson (

kortikoste

kortikoste

neoplasia)

daripada m

[image:51.595.119.518.551.680.2]

rendahnya turun), neo Limfosit Ha pada ming Gambar 1 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 Ju ml ah   Absolut   (/µ l) R3 memil an immuno

nyebabkan p

nya dengan

jumlah hete

elompok R0

rut Harvey

kan pada u

mengertak p

ada minggu

(2007) het

roid, penya

roid, prose

). Pada kelo

minggu ke

a jumlah het

oplasia sum

asil pengam

ggu ke 3 dan

5 Jumlah lim a a 0 0 0 0 0 0 0 R0 liki jumlah ostimulan da peningkatan

n minggu ke

erofil yang p

0 minggu k

(2001) ju

usia tua. Se

pembentuka

u ke 6 cend

terofil dap akit kronis s inflamasi ompok R2 3. Menuru terofil antar msum tulang

matan dan an

n minggu ke

mfosit ayam a

R1

heterofil s

ari kunyit y

n jumlah h

e 3 kelomp

paling rend

e 6 cenderu

umlah hete

lain itu, ka

an sel- sel l

derung lebi

pat mening

dan akut (t

(infeksi, in

dan R3 pa

ut Jackson

ra lain karen

g dan infeks

nalisis statis

e 6 disajika

m broiler mi a a

R Kelompok 

sebesar 14.5

yang sama d

heterofil dis

pok perlaku

ah diantara

ung lebih re

erofil pada

arena pada m

leukosit term

ih tinggi da

gkat karena trauma), hyp nflamasi no ada minggu (2007) fak na inflamasi i. stika terhada

an sebagai b

inggu ke 3 d a a R2 Perlakuan 588/µl. Hal dengan hor sirkulasi (A

uan R1 pada

semua perl endah diban usia mud minggu ke masuk hete aripada min a pengelua peradrenoco onspesifik,

u ke 6 cend

ktor-faktor

i akut, flukt

ap jumlah li

erikut.

dan minggu a

a

R3

l ini didug

rmon glukok

Antony et a a minggu k

lakuan yaitu

ndingkan m

da lebih be

3 adanya v

erofil. Kelom

nggu ke 3.

aran epinef orticism, pe nekrosis, h derung lebih yang meny tuasi norma imfosit ayam

u ke 6. a a R4 M M a karena kortikoid

l. 1999). ke 6 juga

u sebesar minggu ke esar jika vaksinasi mpok R1 Menurut frin dan emberian emolisis, h rendah yebabkan al (sedikit m broiler

Minggu ke 3

(52)

Jumlah limfosit pada minggu ke 3 berkisar antara 7.963-11.969/µl. Pada

minggu ke 3 secara statistik jumlah limfosit antara kelompok perlakuan R1, R2, R3,

R4 tidak berbeda nyatadengan kelompok kontrol R0 (p>0,05). Jumlah limfosit yang

paling tinggi pada minggu ini adalah pada kelompok perlakuan R3 sebesar 11.696/µl.

Hal ini diduga karena dilakukannya vaksinasi pada minggu ke 3. Menurut

Dharmawan (2002) limfositosis dapat ditemukan sesudah melakukan vaksinasi.

Selain itu, kemampuan kunyit sebagai immunostimulan, sehingga menyebabkan

peningkatan leukosit ke sirkulasi (Kohli et al. 2005) termasuk limfosit. Kelompok perlakuan R4 memiliki jumlah limfosit yang paling rendah yaitu 7.963/µl dan masih

dalam kisaran normal yaitu 7000-15.000/µl (Jain 1986). Hal ini diduga karena fungsi

antiinflamasi dari bawang putih (alisin) dan kunyit (kurkumin) (Kohli et al. 2005 and Hodge et al. 2002) sehingga menghambat pengeluaran limfosit ke sirkulasi.

Jumlah limfosit pada minggu ke 6 berkisar antara 11.834-22.455/µl. Jumlah

limfosit kelompok perlakuan juga tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol R0

(p>0,05). Kelompok perlakuan R4 memiliki jumlah limfosit sebesar 22.455/µl.

Kondisi ini diduga karena bawang putih dapat menstimulasi proliferasi limfosit

sehingga disirkulasi juga meningkat (Milner 2006). Hal ini sesuai juga dengan

penelitian Ndong and Jean (2006) bahwa pemberian bawang putih meningkatkan

jumlah limfosit. Sedangkan kunyit dengan kemampuan immunomodulatornya

menyebabkan jumlah leukosit meningkat disirkulasi termasuk limfosit (Antony et al. 1999). Pada minggu ini kelompok perlakuan R2 memiliki jumlah limfosit yang

rendah yaitu sebesar 11.834/µl dan juga masih dalam kisaran normal. Hal ini karena

bawang putih dengan kemampuan antiinflamasinya (Hodge et al. 2002) sehingga pengeluaran limfosit dibatasi disirkulasi.

Kelompok R0 pada minggu ke 6 cenderung lebih tinggi dibanding minggu ke

3. Menurut Sturkie and Grimmingger (1976) ayam yang berumur lebih dewasa

cenderung lebih rentan terhadap stres dibanding yang berumur muda sehingga dapat

menyebabkan peningkatan jumlah leukosit termasuk limfosit. Pada kelompok R1 dan

R4 terlihat juga minggu ke 6 cenderung lebih tinggi dibanding minggu ke 3. Hal ini,

(53)

dan infeks

R4 (bawan

limfosit. P

(sifatnya r

dan p

(hypoadre

limfosit p

[image:53.595.111.500.357.472.2]

stabil. Monosit Ha broiler dis Gambar 1 Jum gambar hi

berbeda d

memiliki kurkumin hormon ko dalam sirk masih dal fungsi ant

2005 and H

0 1000 2000 3000 4000 5000 Ju ml ah   Ab so lu t   l)

si pada kele

ng putih, ku

Peningkatan relatif), leu protozoa), enokorticism pada kelomp asil pengam sajikan pada

6 Jumlah m

mlah mono istogram mi dengan kelo jumlah mo dalam kun ortisosteroid kulasi. Kelo lam kisaran tiinflamasi

Hodge et al ab

ab

R0

enjar limfoid

unyit dan Z

n limfosit a

ukemia limf

pengelua

m), neoplas

pok R2 dan

matan dan

a Gambar 16

monosit aya

sit pada mi

inggu ke 3,

ompok kon

onosit sebe

n

Gambar

Gambar 1  Ayam Broiler
Tabel 1 Nilai normal hematologi untuk ayam
Gambar 2 Bawang Putih.
Gambar 3 struktur Alisin.
+7

Referensi

Dokumen terkait

2) Surat Keterangan Hasil Penelitian (SKHP) yang dikeluarkan oleh Mabes Polri dengan rekomendasi dari pejabat yang berwenang mengeluarkan SKHP dari Satwil.. 3) Surat

KINERJA KEUANGAN ...396 Ni Luh Putu Wiagustini; Ni Luh Anik Puspa Ningsih; Luh Gede Sri Artini PENGARUH KUALITAS KEHIDUPAN KERJA, DUKUNGAN ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP

Pembelajaran Matematika di SD merupakan salah satu kajian yang menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik khususnya antara hakekat anak dan

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah penerapan Pre-Requisite Program dan implementasi HACCP yang masih belum berjalan secara maksimal di Aston Braga Hotel

Ketua Pengadilan Tinggi Perihal :Usulan Kenaikan Pangkat atas nama Tata Usaha Negara Jakarta. ………..,

Jika langkah selanjutnya adalah membangun sistem nyata dalam bahasa pemrograman generasi ketiga, produk prototipe harus dapat menyediakan pada anda sarana untuk mencetak semua

Perbedaan post test perilaku hidup sehat keluarga antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdasarkan hasil uji statistik t independent didapatkan p value 0,000 &lt;

Jumlah peserta yang mengikuti kegiatan penerapan IbM ini sebanyak 25 orang yang terdiri atas masyarakat calon guru yaitu mahasiswa yang sudah tingkat akhir