• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat kemampuan mengelola rasa marah : studi deskriptif siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat tahun ajaran 2013-2014 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Tingkat kemampuan mengelola rasa marah : studi deskriptif siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat tahun ajaran 2013-2014 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial - USD Repository"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

i

SMP Pangudi Luhur Bayat Tahun Ajaran 2013-2014 dan Implikasinya

Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi Sosial)

Skripsi :

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh Galih Herwin Prasetyo

091114046

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

Dengan rasa syukur

Skripsi ini saya persembahkan kepada: Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Bapak L Heru P dan Ibu E Windari A Galuh Retno R

Emilia Wahyuningtyas Teman-teman terkasih

Wiratama Rahman Nupik Wahyu Widagdo

(5)
(6)
(7)

vii

Tingkat Kemampuan Mengelola Rasa Marah (Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat Tahun Ajaran 2013-2014 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi Sosial). Program Studi Bimbingan dan Konseling, jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan mengelola rasa marah pada siswa. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten tahun ajaran 2013-2014 pada bulan Mei 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Instrument penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang disusun sendiri oleh penulis.

Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah siswa memiliki tingkat kemampuan mengelola marah yang beragam, dari yang sangat tinggi hingga yang sangat rendah. Untuk penggolongan tingkat kemampuan mengelola rasa marah secara keseluruhan prosentase yang didapatkan dari 83 siswa, terdapat 1 siswa yang mampu mengelola rasa marahnya dengan sangat tinggi atau juka diprosentasekan mendapat 16,867%dari 100%. 25 siswa yang mampu mengelola rasa marah dengan tingkat tinggi, atau juka diprosentasekan mendapat 30,12% dari 100%. 35 siswa mampu mengelola rasa marah dengan tingkat sedang, atau jika diprosentasekan mendapat 42,169% dari 100%. 8 siswa yang mampu mengelola rasa marah dengan tingkat rendah, atau jika diprosentasekan mendapat 9,639% dari 100%. 14 siswa yang mampu mengelola rasa marah dengan tingkat sangat rendah, atau jika diprosentasekan mendapat 16,867% dari 100%. Pendampingan kepada siswa akan sangat membantu siswa memahami, dan mengetahui cara yang tepat untuk menjadi lebih baik.

(8)

viii

Ability level Managing Anger (Descriptive Study Student Class VII Pangudi Luhur Bayat School Year 2013-2014 and its Implications Against Proposed Guidance Topics Personal Social). Guidance and Counseling Studies Program, the Department of Education, University of Sanata Dharma.

This aims of this study is determine the level of anger management skills in students. The subjects were students of class VII Pangudi Luhur Bayat Klaten 2013-2014 school year in May 2014. The method used in this study is descriptive quantitative method. Research instrument used was a questionnaire compiled by the author.

The results of the research conducted is students have the ability to manage the level of anger that range from very high to very low. For the classification level of anger management skills gained overall percentage of 83 students, there is one student who is able to manage his anger with very high or if it’s percentage got 16,867% from 100%. 25 students who are able to manage anger with a high level, or if it’s percentage got 30.12% from 100%. 35 students were able to manage anger with moderate levels, or if it’s percentage got 42,169% from 100%. 8 students who are able to manage anger with low-level, or if it’s percentage got 9.639% from 100%. 14 students who are able to manage anger with a very low level, or if it’s percentage got 16,867% from 100%. Assistance to students will greatly help students understand, and know the right way to become better.

(9)

ix

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat kuasa Roh Kudus kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Proses penyusunan skripsi yang telah penulis lalui, penulis mendapat bantuan, dukungan, motivasi dan arahan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Kaprodi Bimbingan dan Konseling juga selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan setia mendampingi penulis dalam menyusun skripsi dengan berkorban waktu, tenaga, pikiran dari awal penyusunan sampai terselesaikannya skripsi ini.

2. Dosen penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis, sehingga penulis mendapat banyak pengetahuan dalam mempertanggungjawabkan serta menyelesaikan skripsi ini.

3. Segenap dosen dan karyawan FKIP, khususnya prodi Bimbingan dan Konseling yang telah membimbing dan menemani penulis selama menempuh studi di prodi Bimbingan dan Konseling.

4. Bapak Fx. Heru Cahyono sebagai kepala SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten.

5. Siswa-siswi kelas VII A,B,dan C SMP Pangudi Luhur Bayat tahun ajaran 2013-2014 yang telah bersedia membantu penulis mengisi angket kuesioner dalam melakukan penelitian di SMP Pangudi Luhur Bayat. 6. Bapak L. Heru Prawoto, Ibu E. Windari, dan adik A. Galuh Retno R atas

segala doa, motivasi, serta semangat cinta kasih yang telah dibrikan hingga akhirnya penulis menyelesaikan

(10)
(11)

xi

A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Rumusan Masalah ………...……. 4

C. Tujuan Penelitian ……….. 4

D. Manfaat Penelitian ……… 5

1. Manfaat Teoritis ……… 5

2. Manfaat Praktis ………. 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………. 8

A. Marah ……… 8

1. Pengertian Marah ……….. 8

2. Ciri-ciri Marah ……….. 10

3. Aspek Marah ………. 11

4. Faktor-faktor Marah ……….. 13

B. Pengertian Kemampuan Mengelola Marah ……… 13

1. Pengertian Mengelola Marah ……… 13

2. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam mengelola rasa marah.. 14

3. Aspek-aspek orang yang mampu mengelola rasa marah …….. 18

4. Teknik Pengelolaan Rasa Marah ……….. 21

5. Perbedaan kecerdasan emosional antara pria dan wanita …… 24

C. Remaja ……… 26

1. Pengertian remaja ………. 26

2. Ciri-ciri remaja ………. 27

3. Tugas perkembangan remaja ……… 28

D. Konsep Dasar Bimbingan Pribadi-Sosial ……… 29

1. Pengertian Bimbingan ……….. 29

2. Pengertian Bimbingan Pribadi-Sosial ……….. 30

E. Hipotesis ………. 30

BAB III. METODE PENELITIAN ………. 31

A. Jenis Penelitian ………... 31

B. Subjek Penelitian ……….... 31

C. Instrument Penelitian ………... 32

(12)

xii

4. Uji Coba Kuesioner Tingkat Kemampuan Mengelola Rasa Marah . 36

D. prosedur Pengumpulan Data ……….. 40

E. teknik Analisis Data ……….. 41

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN….………... 44

A. Pasil Penelitian ……….. 44

B. Pembahasan ……… 47

BAB V. PENUTUP ………. 54

A. Pembahasan ………... 54

B. Kesimpulan ………... 55

DAFTAR PUSTAKA ……….. 57

(13)

xiii

Tabel 1 Subjek Penelitian ………32

Tabel 2 Kisi-Kisi Kuesioner Kemampuan Mengelola Rasa Marah ………34

Tabel 3 Rumus Kategorisasi Menurut Aswar ………..40

Tabel 4 Jadwal Kegiatan Pengumpulan Data ………..41

Tabel 5 Penggolongan Tingkat Kemampuan Mengelola Rasa Marah …………44

Tabel 6 Penggolongan Hasil Analisis Capaian Skor ………...45

Tabel 7 Paired Samples Statistics ………46

Tabel 8 Paired Samples Test ………46

(14)

xiv

Lampiran 1. Instrument Penelitian ………59

Lampiran 2. Hasil Uji Validitas ………65

Lampiran 3. Tabulasi data penelitian ………....67

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian ………..73

(15)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah pokok yang digunakan dalam penelitian ini.

A. Latar Belakang Masalah

Setiap individu memiliki emosi. Emosi adalah segala perasaan yang dialami.

Macam emosi ada banyak, di antaranya adalah: marah, sedih, bahagia, benci, cinta, dan lain sebagainya. Emosi dapat muncul ketika mendapatkan rangsangan atau stimulus, baik dari dalam diri maupun dari luar diri. Misalnya, ketika seseorang tidak menepati janji yang sudah disepakati bersama, maka emosi yang

biasanya dirasakan adalah jengkel, marah, benci, dan emosi yang lainnya.

Salah satu emosi yang menjadi keprihatinan adalah marah. Marah menjadi sarana untuk meluapkan perasaan ketika merasa kurang nyaman. Marah tidak

hanya dilakukan oleh kaum muda dan orang tua, namun juga bagi para remaja. Pada dasarnya sebagian besar remaja belum mampu mengelola amarah dengan baik sehingga meluapkan amarah dengan berlebihan.

(16)

marah yang berlebihan bahkan mengacu pada kekerasan fisik yang berupa

pukulan, tendangan, dan kekerasan fisik yang lain.

Marah adalah bentuk emosi negatif yang memiliki daya dorong yang sangat kuat untuk bertindak sesuai dengan emosi tersebut. Marah menjadi salah satu

keprihatinan bersama, dimana anak remaja saat ini meluapkan atau mengekspresikan rasa marah dengan hal yang berlebih seperti yang sudah diungkapkan di atas.

Dewasa ini, dapat dikatakan bahwa sebagian besar remaja kurang mampu

mengelola rasa marahnya dan meluapkan pada waktu, tempat dan pada orang yang tepat. Orang di sini diartikan sebagai pribadi yang menjadi objek marah bagi remaja tersebut. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti lingkungan

masyarakat, sampai ligkungan keluarga yang keras yang menjadikan panutan bagi anak sebagai contoh untuk meluapkan perasaan marahnya ketika mendapat respon dari luar maupun dari dalam diri anak.

Marah ketika tidak dikelola dengan baik maka dapat mengakibatkan hal yang

tidak diinginkan. Bagi remaja, ketika seorang remaja kurang mampu mengelola marahnya dengan baik maka bisa saja akan dikucilkan, dimusuhi, atau bahkan menjadi korban kekerasan ketika orang lain kurang mampu menerima alasan

(17)

SMP Pangudi Luhur Bayat adalah SMP swasta yang berkarya dalam bidang

pendidikan yang bertempat di Lemah Miring Paseban Bayat. Siswa dan siswi yang mengenyam pendidikan di SMP PL sebagian besar berasal dari keluarga dengan keadaan ekonomi menengah ke bawah. Sebagian besar orang tua murid

bekerja sebagai buruh, petani, dan pedagang. Budaya modern telah masuk ke pola bergaul remaja saat ini, tak hanya pada remaja yang tinggal di kota, namun juga remaja di desa sekalipun. Budaya modern tersebut mengubah pengelolaan emosi remaja, khususnya marah.

Dari observasi yang sudah dilakukan, peneliti melihat beberapa siswa meluapkan amarah dengan umpatan, sentuhan dan sedikit pukulan. Dari temuan tersebut, peneliti merasa bahwa siswa dan siswi SMP Pangudi Luhur Bayat kelas

VII angkatan 2013/2014 memerlukan pendampingan yang lebih guna menjadi pribadi yang lebih baik.

Dilihat dari seberapa pentingnya kemampuan mengelola amarah, maka sangat perlu adanya pengelolaan amarah bagi usia remaja awal dan anak akhir,

khususnya bagi siswa dan siswi kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat tahun ajaran 2013/2014.

B. Rumusan Masalah

(18)

1. Seberapa baik kemampuan mengelola rasa marah di kalangan siswa dan siswi

kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat tahun ajaran 2013/2014?

2. Berdasarkan hasil analisis capaian skor butir pengukuran kemampuan mengelola rasa marah yang diteliti, dalam hal apakah kemampuan mengelola amarah siswa masih rendah?

3. Apakah ada perbedaan kemampuan mengelola rasa marah antara para siswa

dan siswi kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat tahun ajaran 2013/2014 dalam hal mengelola rasa marah?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan kemampuan mengelola rasa marah para siswa dan siswi kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat tahun ajaran 2013/2014.

2. Memaparkan hasil analisis capaian skor butir pengukuran kemampuan

mengelola rasa marah, dalam hal apakah kemampuan mengelola amarah siswa masih rendah yang implikatif terhadap topik bimbingan?

3. Memperoleh gambaran tentang ada atau tidaknya perbedaan kemampuan mengelola rasa marah antara para siswa dan siswi kelas VII SMP Pangudi

(19)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi di bidang psikologi pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberi gambaran tentang kemampuan mengelola amarah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Memperoleh hasil penelitian gambaran tentang kemampuan mengelola

amarah siswa dan siswi kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat tahun ajaran 2013/2014 dan belajar menyusun topik bimbingan yang sesuai untuk membantu siswa dan siswi memahami arti amarah dan menjadikan siswa

lebih mampu mengelola amarah dengan baik.

b. Bagi Guru BK

(20)

c. Bagi Siswa dan Siswi

Peneliti dapat membantu siswa mengenali emosi marah yang dimiliki

dan membantu siswa mengelola amarah dan mengungkapkan amarah dengan kegiatan yang lebih baik.

d. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai acuan atau referensi bagi peneliti lain yang berkeinginan melakukan penelitian yang

menyangkut kemampuan mengelola amarah dan menjadikan penelitian ini sebagai sumber inspirasi untuk mengembangkan penelitian.

E. Definisi Operasional

1. Kemampuan mengelola rasa marah

Kemampuan mengelola rasa marah merupakan kemampuan seseorang

dalam mengelola rasa marah sebagai tanggapan terhadap situasi yang tidak menyenangkan dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan.

2. Siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat

(21)

3. Siswi kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat

Siswi kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat adalah remaja wanita yang

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini berisi uraian tentang beberapa hal yang berhubungan dengan kajian teori peneitian yang meliputi amarah, kemampuan mengelola rasa marah,

A. Marah

1. Pengertian Marah

Marah (anger) menurut DiGiuseppe, dkk (1994) merupakan perasaan

dalam diri, mental, dan dari sudut pandang seseorang yang diasosiasikan dengan perubahan pikiran dan perasaan pseseorang. Sedangkan menurut Spielberger (1988) marah merupakan keadaan emosional yang mempengaruhi perasaan yang berbeda-beda, dari yang tingkat mengganggunya ringan hingga

berat, serta dikaitkan dengan perubahan pada system saraf.

Rasa marah merupakan kondisi perasaan internal yang secara khusus berkaitan dengan meningkatknya dorongan untuk menyakiti orang lain. Tingkat amarah yang tinggi di kalangan remaja awal sering diekspresikan

dengan perilaku kejahatan, antisocial, kekerasan, prestasi belajar rendah, dan lemahnya kesehatan fisik dan mental hingga masa remaja akhir dan dewasa.

(23)

diri sendiri yang dapat mengekibatkan depresi dan kebencian mendalam.

Sedangkan marah ke luar adalah rasa marah yang di arahkan kepada orang atau benda lain yang merupakan ekspresi dari perasaan benci dan permusuhan yang tertahan.

Marah merupakan satu dari 6 emosi dasar yang dimiliki manusia, dimana

suatu keadaan diterima sebagai respon yang negatif dan kemudian menyalahkan orang lain dari respon yang dialami oleh individu yang bersangkutan. Amarah biasanya muncul dengan ekspresi wajah yang berubah, dahi yang mengkerut dan sebagainya. DiGiuseppe dan Tafrate (2007)

menjelaskan marah sebagai emosi negatif yang merupakan hasil dari pengalaman pribadi seseorang terhadap orang lain atau terhadap suatu situasi yang dipersepsikan sebagai keadaan yang tidak menyenangkan.

Menurut (Faupel, Herrick, dan Sharp, 2011) terdapat tiga kegunaan

marah, yaitu:

a. Marah yang digunakan untuk menanggapi frustasi ketika kebutuhannya tidak terpenuhi, missal kebutuhan akan status, kebahagiaan dan yang lain.

b. Marah yang digunakan untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Hal

(24)

c. Marah yang digunakan sebagai pelampiasan emosi yang terpendam,

terutama ketika individu merasa tidak berdaya dalam menghadapi suatu keadaan tertentu.

Pengertian marah dari yang telah diungkapkan oleh beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa marah merupakan suatu keadaan emosional negatif

yang dapat mempengaruhi perubahan pikiran dan perasaan pada seseorang. Ketika seseorang merasakan marah, maka akan terjadi perubahan-perubahan fisik yang mendukung, seperti ekspresi wajah, ketegangan otot dan lain sebagainya. Marah merupakan reaksi emosional terhadap kebutuhan yang

tidak tercapai, dan sebagai tanda akan situasi yang kurang menyenangkan.

2. Ciri-ciri Marah

Terdapat ciri-ciri yang dapat dilihat ketika seorang individu sedang marah menurut Purwanto dan Mulyono (2006). Ciri-ciri tersebut adalah:

a. Ciri pada Wajah

Yaitu perubahan warna yang terjadi pada wajah menjadi kuning pucat,

unung-ujung jari bergetar keras, timbul buih pada sudut mulut, bola mata memerah, hidung kembang kempis, dan gerakan menjadi tidak terkendali.

b. Ciri pada Anggota Tubuh

(25)

3. Aspek-aspek Marah

Menurut Purwanto dan Mulyono (2006) marah meliputi beberapa aspek,

yaitu:

a. Aspek Biologis

Respon fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, frekuensi denyut jantung meningkat, wajah memerah, pupil melebar, dan

frekuensi pengeluaran urin meningkat.

b. Aspek Emosional

Seorang individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, ingin berkelahi, mengamuk, bermusuhan, sakit hati, menyalahkan, dan menuntut.

c. Aspek Intelektual

Sebagian besar pengalaman kehidupan seseorang melalui proses

intelektual. Peran pancaindera sangat penting untuk beradaptasi pada lingkungan, selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman.

d. Aspek Sosial

(26)

mengganggu hubungan interpersonal sehingga beberapa orang memilih

menyengkal atau berpura-pura tidak marah untuk mempertahankan hubungan tersebut.

e. Aspek Spiritual

Keyakinan, nilai dan moral memengaruhi ungkapan marah seseorang yang memengaruhi hubungan seseorang dengan lingkungan sekitar.

Secara umum, seseorang menuntut kebutuhannya dari orang lain atau lingkungan sehingga timbul frustasi, apabila tidak terpenuhi dan selanjutnya timbul marah sehingga mempengaruhi menurunnya kualitas seseorang.

4. Faktor-faktor Marah

Menurut Purwanto dan Mulyono, (2006) penyebab orang marah sebenarnya dapat datang dari dalam dan luar diri seseorang. Kedua faktor tersebut yaitu:

a. Faktor Internal

Faktor internal yang menyebabkan marah antara lain menyangkut

(27)

b. Faktor Eksternal

Faktor internal yang menyebabkan marah antara lain menyangkut

situasi-situasi di luar diri seseorang yang memancing respon emosional, latar belakang keluarga, serta budaya dan lingkungan sekitar.

B. Pengertian Kemampuan Mengelola Marah

1. Pengertian Mengelola Marah

Menurut KBBI (1995) mengelola adalah suatu proses, cara dan

perbuatan untuk mengendalikan, menyelenggarakan, mengurus dan mengatur. Pengelolaan rasa marah (anger management) adalah suatu tindakan yang mengatur pikiran, perasaan, nafsu marah dengan cara yang

tepat dan positif serta dapat diterima secara sosial, sehingga dapat mencegah

sesuatu yang buruk terjadi baik pada diri sendiri maupun orang lain.

Seseorang tidak bisa melepaskan atau menghindari sesuatu atau orang lain

yang membuat mereka marah, juga tidak bisa mengubahnya, tapi seseorang

tersebut dapat belajar untuk mengontrol reaksi yang akan diberikan terhadap

hal-hal tersebut. Pengelolaan rasa marah juga merupakan kemampuan seseorang untuk mengekspresikan marah dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan, di saat yang tepat, untuk tujuan yang tepat dan ditujukan

(28)

Mengelola rasa marah merupakan kemampuan seseorang dalam

mengendalikan rasa marah sebagai tanggapan terhadap situasi yang tidak menyenangkan dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan. mengelola rasa marah juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk

mengatur rasa marah, menenangkan diri, melepaskan diri dari ketersinggungan dengan tujuan untuk mengelola amarah.

2. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam mengelola rasa marah

Ada beberapa faktor yang diidentifikasi mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mengelola emosi marah (Goleman, 1997), yaitu:

a. Keluarga

Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama untuk

mempelajari emosi (Goleman, 1997). Oleh karena itu, keluarga memiliki peran yang sangat penting. Di dalam keluarga, anak belajar bagaimana merasakan perasaannya sendiri, bagaimana orang lain

(29)

Ada dua hal yang sangat berpengaruh bagi pembelajaran emosi

di tengah keluarga (Goleman, 1997), yaitu:

1) Keterampilan emosional yang dimiliki oleh orang tua

Orang tua biasanya memiliki cara-cara tertentu untuk menangani perasaan-perasaan yang mereka alami. Cara-cara ini biasanya dicontoh oleh anak.Orang tua yang terampil secara

emosional dapat memberikan contoh yang baik kepada anaknya dalam menangani berbagai perasaan emosi. Mereka dapat mengajarkan kepada anaknya bagaimana mengenali, mengelola, memanfaatkan perasaan-perasaan, berempati, dan menangani perasaan-perasaan yang

muncul dalam berbagai hubungan dengan orang lain. Tim dari University of Washington (dalam Goleman, 1997) telah menemukan bahwa bila dibandingkan dengan orang tua yang tidak terampil

menangani perasaan, orang tua yang terampil secara emosional memiliki anak-anak yang pergaulannya lebih baik dan memperlihatkan lebih banyak kasih sayang kepada orang tuanya, serta

(30)

2) Gaya mendidik

Gaya mendidik orang tua juga sangat berpengaruh bagi

pembelajaran emosi di dalam keluarga. Ada tiga gaya mendidik anak yang secara emosional pada umumnya tidak efisien (Goleman, 1997), yaitu:

a) Sama sekali mengabaikan perasaan.

Orang tua semacam ini memperlakukan masalah emosional

anaknya sebagai hal kecil atau gangguan, sesuatu yang mereka tunggu-tunggu untuk dibentak.Mereka gagal memanfaatkan momen emosional sebagi peluang untuk menjadi dekat dengan

anak, atau untuk menolong anak memperoleh pelajaran-pelajaran dalam keterampilan emosional.

b) Terlalu membebaskan.

Orang tua ini peka akan perasaan anak, tetapi berpendapat bahwa apa pun yang dilakukan anak untuk menangani badai

(31)

menenangkan semua kekecewaan dan menggunakan tawar

menawar serta suap agar anak berhenti bersedih hati atau marah.

c) Menghina, tidak menunjukkan penghargaan terhadap perasaan anak.

Orang tua semacam ini biasanya suka mencela, mengecam, dan menghukum keras anak mereka.Misalnya, mereka mencegah

setiap ungkapan kemarahan anak dan menjadi kejam bila melihat tanda kemarahan paling kecil sekalipun. Mereka adalah orang tua yang akan berteriak dengan marah pada anak yang mencoba menyampaikan alasannya, “Jangan membantah!”.

b. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial mencakup lingkungan sekolah, yaitu pendidikan yang mereka dapat di sekolah, hubungan dengan teman-temannya, serta bagaimana sikap pengajar. Lingkungan sosial,

terutama teman sebaya (peersgroup) merupakan kumpulan orang-orang lain yang cukup berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak. Jadi secara tidak langsung lingkungan sosial juga membantu anak untuk mencapai kematangan emosi. Selain faktor-faktor di atas

(32)

sebelumnya, pelatihan anger management yang diberikan terhadap

anak-anak remaja dapat mengurangi tindakan kekerasan dan emosi marah yang berlebihan.

3. Aspek-aspek orang yang mampu mengelola rasa marah

Ada beberapa aspek dari pengelolaan rasa marah, yaitu:

a. Mengenali Emosi Marah

Menurut Goelman (1997), mengenali rasa marah merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali perasaan marah ketika

perasaan itu muncul, sehingga seseorang tidak dikuasai oleh amarah. Mengenali rasa marah dapat dilakukan dengan mengenali tanda-tanda awal yang menyertai kemarahan, seperti: denyut nadi meningkat,

jantung berdetak cepat, rahang terasa kaku, otot menjadi tegang, gelisah, intonasi nada bicara menjadi cepat dan cenderung keras bahkan kasar (Hershorn, 2005).

b. Mengendalikan Amarah

Seseorang yang dapat mengendalikan amarah tidak

membiarkan dirinya dikuasai oleh amarah. Dia dapat mengatur emosinya dan menjaga keseimbangan emosi, sehingga emosi marah tidak berlebihan dan tidak terjadi pada tingkat intensitas yang tinggi

(33)

menimbulkan perilaku-perilaku yang agresif baik secara verbal

maupun non verbal. Hal ini tentunya dapat merusak relasi dengan orang lain dan merugikan bagi diri sendiri.

c. Meredakan Amarah

Merupakan suatu kemampuan untuk menenangkan diri sendiri setelah individu marah. Menurut Tice (dalam Goleman, 1997) salah

satu strategi efektif yang dilakukan individu secara umum untuk meredakan kemarahan adalah pergi menyendiri. Alternatif lain adalah pergi berjalan-jalan cukup jauh dari rumah, berlatih olahraga secara aktif, melakukan metode-metode relaksasi seperti menarik nafas

dalam-dalam dan pelemasan otot-otot. Relaksasi ini dapat merubah fisiologis tubuh dan gejolak kemarahan yang tinggi menjadi keadaan yang lebih menyenangkan.

Seseorang akan mengalami kesulitan untuk meredakan amarahnya, jika pikirannya masih dipenuhi oleh kemarahan. Pemikiran tentang rasa marah sekecil apapun dapat mencetuskan kembali perasaan marah yang lebih besar. Untuk menghentikan

pikiran marah, dapat ditempuh dengan cara mengalihkan perhatian dari apa yang memicu amarah tersebut. Dalam surveinya mengenai strategi yang digunakan orang untuk mengatasi amarah, Tice (dalam

(34)

pikiran-pikiran buruk yang menimbulkan amarah, yaitu dengan cara

menonton film, membaca, mendengarkan musik dan semacamnya. Tice (dalam Goleman, 1997) juga menemukan bahwa menghibur diri sendiri dengan berbelanja untuk diri sendiri dan makan tanpa alasan

rasa lapar adalah bukan cara-cara yang efektif. Cara-cara ini terlalu mudah untuk melanjutkan kejengkelan atau kemarahan yang ada di dalam pikiran.

d. Mengungkapkan Amarah Secara Asertif

Orang yang asertif dapat mengungkapkan perasaan marahnya secara jujur dan tepat tanpa melukai perasaan orang lain. Orang yang

asertif dapat membela hak-hak pribadinya, mengekspresikan perasaan yang sebenarnya, menyatakan ketidaksenangan, mengungkapkan pendapat pribadi, mengajukan permintaan dan tidak membiarkan

orang lain mengambil keuntungan dari dirinya. Pada saat yang bersamaan, ia juga mempertimbangkan perasaan dan hak-hak orang lain. Perilaku asertif tentunya sangat menguntungkan bagi diri sendiri

(35)

4. Teknik Pengelolaan Rasa Marah

Adapun teknik-teknik yang sering digunakan untuk mengelola

emosi marah adalah C.A.R.E. dalam bukunya Hershorn (2002) menjelaskan keempat langkah tersebut sebagai berikut:

a. Commitment to Change(komitmen untuk mengubah diri)

Langkah pertama dalam mengelola kemarahan adalah komitmen untuk berubah.Individu yang bermasalah dalam hal

mengelola kemarahan haruslah mempunyai sebuah komitmen yang kuat untuk mengubah dirinya. Dengan adanya komitmen yang kuat, individu akan semakin termotivasi untuk belajar mengelola emosi

marah dan menerapkan teknik-tekniknya dalam kehidupan nyata.

b. Awareness of Your Early Warning Sign (kesadaran akan pertanda kemarahan)

Setiap orang memegang kendali pada saat bertindak atas dasar kemarahan.Tidak ada orang yang “meledak” atau “membentak” begitu

saja, setiap amarah pasti memiliki tanda-tanda peringatan awal.Tanda-tanda itu bisa bersifat fisiologis, tingkah laku, dan kognitif. Dengan belajar mengenali tanda-tanda peringatan awal kemarahan, seseorang bisa lebih sungguh-sungguh memegang kendali atas tindakan

(36)

Tanda-tanda peringatan awal kemarahan meliputi tiga macam

pertanda yaitu:

1) Fisiologis

Pertanda fisiologis yang sering muncul antara lain: merasa wajah menjadi panas memerah, aliran darah yang cepat di urat nadi, jantung berdebar-debar, napas menjadi lebih cepat, pendek

atau tidak stabil, badan terasa panas atau dingin, leher terasa nyeri, rahang menjadi kaku, otot mengeras dan tegang.

2) Tingkah laku

Pertanda tingkah laku meliputi: mengepalkan tinju, gigi menggerutuk, berjalan mondar-mandir dalam ruangan, tidak bisa

tetap duduk atau berdiri, berbicara dengan lebih cepat.

3) Kognitif

Pertanda kognitif mencakup pikiran-pikiran seperti: dia melakukan itu kepadaku karena dengki, dia melakukan itu dengan sengaja, aku tidak bisa percaya dia melakukan hal itu, tidak ada

(37)

c. Relaxation(relaksasi)

Relaksasi dan kemarahan merupakan reaksi yang saling

berlawanan.Keduanya melibatkan gelombang otak dan reaksi tubuh yang berbeda, sehingga tidak mungkin terjadi bersamaan. Relaksasi merupakan alat bantu yang ampuh untuk mengurangi stres secara

umum, mengurangi kemarahan ketika tanda-tanda peringatan awal kemarahan muncul, dan membantu mereka yang mengalami kesulitan tidur. Dengan melakukan relaksasi setiap hari, setiap individu dapat memperoleh manfaatnya. Ada beberapa bentuk relaksasi, yaitu:

relaksasi otot, indera, dan kognitif. Relaksasi otot merupakan relaksasi yang disarankan untuk pemula karena relaksasi ini paling mudah untuk dilakukan.

Emosi, pikiran, dan tingkah laku merupakan tiga hal yang

saling mempengaruhi.Siklus perasaan, pikiran dan tindakan saling mendorong dan memperkuat dirinya sendiri. Semakin seseorang memikirkan tentang kemarahannya semakin ia menjadi marah. Hal ini

membawanya bertindak atas dasar kemarahannya tersebut.

d. Exercising Self Control with Time Outs (latihan kontrol diri dengan waktu jeda)

(38)

Waktu jeda adalah waktu dimana individu menjauhi situasi atau orang

yang memprovokasi kemarahan. Waktu jeda berguna untuk menenangkan diri sehingga individu dapat menangani kemarahan dengan cara yang lebih konstruktif. Selama waktu jeda, sebaiknya

individu terlibat dalam suatu kegiatan yang bersifat berlawanan dengan kemarahan, yaitu relaksasi.

5. Perbedaan kecerdasan emosional antara pria dan wanita

Perbedaan antara pria dan wanita dalam kehidupan sehari - hari sering terlihat situasi -situasi tidak nyaman yang disebabkan adanya perbedaan

pendapat yang bersumber dari kurangnya sikap saling mengerti antara pria dan wanita. Dapat kita lihat pria cenderung lebih agresif daripada wanita. Pria cenderung lebih spontan dan langsung mengungkapkan emosi

marahnya, baik dengan verbal maupun non verbal.

Perbedaan antara pria dan wanita dalam kemampuan mengelola marah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Faktor jasmani

Perbedaan yang nampak dengan jelas bahwa terdapat perbedaan antara fisik pria dan wanita. Bentuk tubuh pria pada

(39)

memiliki otot dan tulang yang lebih kecil sehingga terlihat lebih halus.

Kelemahan fisik yang dimiliki wanitamenyebabkan terbentuknya etika pergaulan dimana kaum pria menunjukkan kekuatan fisiknya (Gunarsa, 1981).

b. Faktor kebudayaan

Kebudayaan yang ada di dalam masyarakat sangat berperan

penting dalam pembentukan kepribadian seseorang. Keluarga adalah pihak pertama yang sangat berpengaruh terhadap kepribadian seorang anak. Pandangan tradisional menganggap pria lebih unggul daripada

wanita.

Perlakuan yang berbeda yang diberikan oleh orang tua terhadap anak pria dan wanita sangat mempengaruhi perilaku dan kepribadian anak. Permainan pria yang cenderung mengacu pada

kekerasan akan member pandangan berbeda dengan permainan wanita yang cenderung halus sangat berpengaruh terhadap pola piker anak. Hal inilah yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan mengelola emosi, khususnya marah yang dialami oleh anak. Perilaku yang

(40)

Perbedaan perlakuan yang diberikan dapat memunculkan

kekhasan pada masing-masing pribadi. Anak pria akan cenderung kurang sabar dalam menyalurkan kemarahannya, mudah marah, dan lekas putus asa. Sedangkan anak putri akan cenderung lebih sabar,

dapat menyalurkan kemarahannya hanya dengan menangis dan lebih kuat dalam menghadapi kesulitan.

C. Remaja

1. Pengertian remaja

Siswa dan siswi SMP masuk di dalam kategori remaja. Remaja berasal dari bahasa latin, yaitu adolescene yang berarti to grow atau to grow

maturity (Golinko, dalam Jahja, 2011). Menurut Papalia dan Old, (dalam Jahja, 2011) masa remaja adalah masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak ke tingkat yang lebih tinggi.Tingkatan yang lebih

tinggi tersebut sering kita sebut sebagai masa remaja. Masa remaja mulai saat munculnya perubahan-perubahan berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan fisik, yaitu pada usia 12-22 tahun.

Remaja putra adalah seorang putra yang mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi remaja.Terjadi pada usia 12 tahun dimana

(41)

Remaja putri adalah seorang putri yang mengalami masa peralihan

dari masa kanak-kanak menjadi remaja. Terjadi pada usia 12 tahun dimana mulai terlihat perubahan pada fisik, seperti pinggul membesar; dada membulat.

2. Ciri-ciri remaja

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa ini, terjadi

perubahan yang sangat cepat baik fisik, maupun psikologis. Cirri-ciri atau perubahan yang terjadi selama masa remaja adalah:

a. Meningkatnya emosi secara cepat, dimana pada masa remaja awal sering disebut dengan masa storm & stress. Peningkatan ini dipicu

oleh perubahan yang dialami saat masa remaja awal, terutama perubahan yang terjadi pada fisik yang dipengaruhi oleh hormon.

b. Perubahan secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Perubahan yang cepat membuat remaja kurang yakin dengan dirinya

sendiri yang dipengaruhi oleh perubahan dari dalam dan luar diri.

(42)

sudah memiliki ketertarikan dengan lawan jenis dan dengan orang

yang lebih dewasa.

d. Perubahan akan nilai, dimana yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena telah mendekati dewasa.

e. Sebagian besar remaja menginginkan kebebasan, namun di sisi lain mengatakan bahwa mereka takut akan tanggug jawab yang menyertai

kebebasan dan meragukan kemampuan diri.

3. Tugas perkembangan remaja

Selain ciri pada remaja, terdapat tugas perkembangan yang harus diselesaikan oleh remaja. William Kay (dalam Jahja, 2011) menyatakan beberapa tugas perkembangan yang harus diselesaikan oleh remaja,

diantaranya adalah:

a. Menerima fisiknya sendiri dengan keragaman kualitasnya.

b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figure lain yang memiliki otoritas.

c. Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya dan orang lain, baik individual maupun

kelompok.

d. Menemukan model yang dijadikan identitasnya.

(43)

f. Memperkuatself-control(kemampuan mengendalikan diri).

g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaiandiri (sikap dan perilaku)

kekanak-kanakan.

D. Konsep Dasar Bimbingan Pribadi-Sosial

1. Pengertian Bimbingan

Dalam kamus bahasa inggris, Guidance dikaitkan dengan kata asal guide, yang memiliki makna menunjukkan jalan (showing the way),

memimpin (leading), menuntun (conducting), memberikan petunjuk (giving instruction), mengatur (regulating), mengarahkan (govering), memberikan nasihat (giving advice) (Winkel dan Hastuti, 2010).

Bimbingan juga dapat berarti suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman, dan informasi tentang dirinya sendiri; suatu cara pemberian pertolongan atas bantuan kepada individu untuk

memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya; sejenis pelayanan kepada individu-individu dengan tujuan mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun

rencana yang realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan di dalam lingkungan di mana mereka hidup; suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu dalam hal

(44)

sendiri dan lingkungan, memilih; menentukan; dan menyusun rencana

sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari lingkungan.

2. Pengertian Bimbingan Pribadi-Sosial

Winkel dan Sri Hastuti (2004) menberpendapat bahwa bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian

waktu luang, penyaluran napsu seksual dsb, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial).

E. Hipotesis

Ha= Ada perbedaan kemampuan mengelola rasa marah antara siswa dan siswi kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat tahun ajaran 2013-2014.

(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini berisi paparan tentang jenis penelitian, subjek penelitian, prosedur pengumpulan data dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh

informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan (Furchan,1982: 415). Penelitian ini memiliki tujuan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan mengelola amarah pada siswa kelas VII

SMP Pangudi Luhur Bayat tahun aaran 2013/2014. Dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan seperti yang ditemui dalam penelitian eksperimen.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 97 orang dengan

(46)

Tabel 1. Subjek Penelitian

No. Kelas Jumlah siswa

1. VIII-A 30

2. VIII-B 31

3 VIII-C 30

Total 91

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kemampuan

mengelola rasa marah di SMP Pangudi Luhur Bayat karena seperti diketahui bahwa letak SMP Pangudi Luhur Bayat berada di pelosok kotaKlaten, tepatnya perbatasan antara kota Klaten dan kota Wonosari, yang berisikan siswa-siswi yang memiliki latar

belakang keluarga yang berasal dari tingkat ekonomi rendah sampai menengah. Hasil dari penelitian akan peneliti gunakan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kemampuan mengelola rasa marah yang dialami siswa dan siswi di SMP Pangudi

Luhur Bayat,sehingga dapat dipikirkan usulan topik-topik bimbingan apa saja yang cocok dan sesuai untuk menyikapi tingkat kemampuan mengelola rasa marah yang dialami siswa dan siswi di sekolah tersebut.

Peneliti memiliki alasan memilih SMP Pangudi Luhur Bayat sebagai subjek penelitian yaitu:

(47)

khususnya siswa kurang mampu mengelola rasa marahnya dengan

baik.

2. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pihak SMP Pangudi Luhur Bayat untuk memberikan bantuan bagi siswa yang masih

kurang mampu mengelola emosi dengan baik.

C. Instrumen Penelitian 1. Jenis alat ukur

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan model inventori yang disusun oleh penulis.Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah jenis

kuesioner tertutup, yang berarti bahwa kuesioner telah berisi pernyataan-pernyataan yang telah disertai pilihan jawaban.Bentuk dan format item dalam kuesioner tingkat kemampuan mengelola rasa marah ini adalah bentuk pernyataan dengan pilihan-pilihan.Responden

dihadapkan pada stimulus yang berupa keadaan, situasi atau masalah, saat pengisian kuesioner responden diminta menentukan satu tindakan diantara pilihan-pilihan yang tersebut.

(48)

Tabel 2.

Kisi-Kisi Kuesioner Kemampuan Mengelola Rasa Marah

No Aspek Indikator No Soal

Mengenali emosi marah

a. Mengenali perasaan marah ketika rasa itu muncul yang timbul jika marah tak terkendali

19, 20, 21, 22, 23, 24

Meredakan amarah

a. Mampu menenangkan diri sendiri saat sedang marah

c. Mampu menunjukkan cara-cara yang efektif untuk jujur dan tepat tanpa melukai perasaan orang lain

38, 39, 40

(49)

2. Format pernyataan

Item-item skala yang digunakan untuk mengungkap tingkat kemampuan mengelola rasa marah para siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat tahun ajaran 2013/2014 adalah berupa

pernyataan-pernyataan tentang jenis perilaku mengelola rasa marah. Alternatif jawaban yang disediakan oleh peneliti ada empat yaitu “Sangat Sering”(SS), “Sering”(S), “Kadang-kadang” (K),dan “Tidak Pernah”(TP).

3. Penentuan Skor

Penentuan skor untuk setiap jawaban dari item-item adalah dengan

cara:

a. Semua pernyataan dari item-item bersifat positif (favourabel) dan mengarah terhadap jenis perilaku mengelola rasa marah yang dialami, jawaban ”Sangat sering” (SS) diberi skor 4, ”Sering” (S) diberi skor 3,

”Kadang-kadang” (K) diberi skor 2 dan “Tidak Pernah ”(TP) diberi skor 1.

b. Semua pernyataan dari item-item bersifat negatif (unfavourabel) dan

(50)

”Kadang-kadang” (K) diberi skor 3 dan “Tidak Pernah ”(TP) diberi

skor 4.

Subyek diminta untuk memilih satu dari empat alternatif jawaban yang disediakan peneliti pada setiap pernyataan dengan memberikan tanda cek (√ ) pada kolom alternatif jawaban. Untuk

mengungkap tingkat kemampuan mengelola rasa marah responden, seluruh jawaban diakumulasi, semakin tinggi skor total item-item yang bersifat favourabel maka semakin tinggi pula kemampuan mengelola

rasa marah para siswa. Indikator untuk menyusun kuesioner dibuat berdasarkan jenis kemampu yang mengelola rasa marah yang nampak pada tabel diatas.

4. Uji Coba Kuesioner Tingkat Kemampuan Mengelola Rasa Marah Sebelum kuesioner digunakan untuk penelitian, sebelumnya sudah melalui tahap uji coba terlebih dahulu sehingga dapat diketahui kualitas

kuesioner tersebut.Kualitas di sini yang dimaksud adalah tingkat validitas dan reliabilitas dari kuesioner.

a. Validitas

(51)

validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang mencerminkan

seluruh isi yang akan diukur (Furchan, 1982). Validitas isi merupakan validitas yang destimasi atau dinilai lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat “professional judgement”

(penilaian profesional), (Azwar, 1999).

Validitas isi tidak dapat dinyatakan dalam bentuk angka, pengesahan atau validitas isi pada dasarnya dan terpaksa didasarkan pada pertimbangan tersebut harus dilakukan secara terpisah untuk

setiap situasi.Untuk memperoleh evaluasi dari validitas isi hendaknya meminta sejumlah ahli untuk memeriksa isi tes secara sistematis serta mengevaluasi.Setelah para ahli sepakat bahwa setiap butir kuesioner

tersebut mencerminkan wilayah isi dengan memadai, maka kuesioner tersebut dikatakan telah memiliki validitas isi.

Kuesioner dimintakan judgement dari orang yang berkompeten dalam bidangnya (expert judgement).Dalam hal ini kuesioner

dimintakan pendapat dari dosen pembimbing dan juga kepala sekolah yang bersangkutan.

Pengujian validitas berdasarkan program SPSS (Statistic

(52)

korelasinya <0,275, maka item yang bersangkutan dinyatakan tidak

valid. Dari perhitungan statistik diperoleh 7 item yang tidak valid/gugur karena koefisien korelasinya < 0,275. Yakni item no 13, 14, 28, 31, 37, 39, dan item no 40. item tersebut tidak

digunakan/dipertahankan karena item-item lain yang valid dinilai sudah cukup untuk mengukur seberapa tinggi tingkat kemampuan mengelola rasa marah siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat

tahun ajaran 2013/2014.

b. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat ukur menunjuk pada “derajat keajegan alat tersebut dalam mengukur apa saja yang diukurnya” (Furchan, 1982). Derajat keajegan ditunjuk oleh koefisien reliabilitas.Reliabilitas

ditentukan oleh keadaan sampel dan jumlah item. Semakin banyak item, semakin luas wilayah pengukuran dan diharapkan memberikan hasil yang dipercaya. Untuk mengukur taraf reliabilitas instrumen dalam penelitian ini digunakan metode belah dua (split-half method)

karena metode belah dua merupakan metode yang lebih efisien dengan satu kali pengukuran pada satu kelompok. Dalam menganalisis taraf reliabilitas metode belah dua menggunakan dua rumus, Rumus

(53)

, kemudian hasil dari rumus tersebut akan dimasukkan kedalam rumus

formula koreksi dari Spearman-brown.

Rumus teknik korelasi Product-Momentdari Pearson adalah:

r

xy=

Keterangan:

r

xy=korelasi skor-skor total kuesioner dan total butir-butir

N = jumlah subjek

X = skor sub total kuesioner

Y = skor total butir-butir kuesioner

XY = hasil perkalian antara skor X dan skor Y

Sedangkan Derajat keajegan ditunjuk oleh koefisien reliabilitas

(Azwar, 2003: 83).Tingkat reliabilitas instrumen dappat diungkapkan dengan koefisien alpha (α).Untuk menghitung indeks reliabilitas

kuesioner tingkat perilaku Bullying digunakan program SPSS

(Statistic Programme for Social Science) versi 16.0.rumus koefisien alpha (α) adalah sebagai berikut:

(54)

Keterangan:

² = Varians skor belahan 1dan varians skor belahan 2

= Varians skor skala

Penulis disini menggunakan metode uji coba terpakai dari hasil pengolahan data diperoleh perhitungan koefisien reliabilitas seluruh

instrumen dengan menggunakan rumus koefisien alpha (α), yaitu

0,908.

Untuk penggolongan tingkat kemampuan mengelola rasa

marah dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 3.

Rumus Kategorisasi Menurut Azwar Koefisien Korelasi Kualifikasi

μ + 1,5 x σ < X Sangat Tinggi

μ + 0,5 x σ < X ≤ μ + 1,5 Tinggi

μ -0,5 x σ < X ≤ μ + 0,5 Sedang

μ -0,5 x σ < X ≤ μ - 0,5 Rendah

X ≤ μ - 0,5 Sangat Rendah

(Azwar,2007)

D. Prosedur Pengumpulan Data

(55)

Februari 2014.Setelah mendapat persetujuan dari pihak pengelola sekolah

maka penelitian dilakukan pada tanggal 9 Mei 2014. Penyebaran angket quisioner dibantu oleh 2 orang sahabat yang membantu karena pihak sekolah memberikan waktu 1 jam pelajaran pada jam ke-1 saja. Pihak

sekolah memberikan waktu jam ke-1 untuk penyebaran angket kuesioner karena pada jam tersebut digunakan untuk bimbingan dari wali kelas, sehingga dirasa bisa digunakan untuk melakukan penyebaran angket. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.

Tekhnik analisis data yang digunakan dalam penelitian berdasarkan

kategori jenjang (ordinal) (Azwar, 2007). Penggolongan pencapaian tingkat kemampuan mengelola rasa marah terbagi menjadi lima yaitu sangat tinggi,

(56)

Tahap-tahap yang digunakan dalam mengelola dan menganalisis data yaitu:

1. Menentukan skor dari masing-masing alternatif jawaban yang sudah

diberikan oleh subjek dan membuat tabulasi skor dari masing-masing butir skala item. Langkah selanjutnya menghitung total skor masing-masing subjek penelitian dan total skor tiap item pernyataan.

2. Pengolahan Data

Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis deskriptif yang melalui penyajian dan melalui tabel, penghitungan rata-rata (mean), standart deviasi serta

pengkategorisasian menurut norma yang telah ditentukan peneliti. a. Kategorisasi tingkat perilaku kemampuan mengelola rasa marah

siswa secara umum yang disusun berdasarkan model distribusi

normal dengan kategori jenjang. Tujuan kategori tersebut untuk menempatkan subjek penelitian kedalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur. Kontinum jenjang ini disusun berpedoman pada

Azwar (1999:106) yang mengelompokkan tingkat kemampuan mengelola rasa marah dalam lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan rendah dengan norma kategori seperti

(57)

Kategori tinggi rendah tinkat kemampuan mengelola rasa

marah secara keseluruhan (dengan ∑ item total = 33), diperoleh melalui penggolongan dengan perhitungan sebagai berikut :

X maksimum teoritik : 33 X 4 = 132

X minimum teoritik : 33 X 1 = 33

σ : (132-33) :6 = 16,5

μ : (132+ 33) : 2 = 82,5

b. Uji Beda

Uji-t 2 sampel bebas adalah metode yang digunakan untuk menguji kesamaan rata-rata dari 2 populasi yang bersifat independen, dimana peneliti

tidak memiliki informasi mengenai ragam populasi. Independen maksudnya adalah bahwa populasi yang satu tidak dipengaruhi atau tidak ada

berhubungan dengan populasi yang lain.

Pada prinsipnya, tujuan uji dua sampel adalah mengetahui apakah ada perbedaan antara dua populasi dengan melihat rata-rata dua sampelnya.

Rumus uji beda:

(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai tingkat kemampuan

mengelola rasa marah padasiswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat tahun ajaran 2013/2014, pembahasan hasil penelitian, dan program pengembangan konsep diri

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan data yang terkumpul dan diolah dengan menggunakan kriteria Azwar (2011: 147-148) dapat diketahui tingkat kemampuan Mengelola Rasa Marah

pada siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat tahun ajaran 2013/2014 seperti yang digambarkan pada table 6.

Tabel.5

Penggolongan Tingkat Kemampuan Mengelola Rasa Marah

Rentang skor Frekuensi Presentase frekuensi

Kategori

X≤ 57 14 16,867 % Sangat Rendah

59 ≤ X < 75 8 9,639 % Rendah

76 ≤ X< 90 35 42,169 % Sedang

91 ≤ X< 107 25 30,12 % Tinggi

(59)

Dari hasil pengolahan data dan tersaji dalam tabel secara umum terlihat

bahwa ada 1 (1,205 %) orang siswa yang mampu mengelola rasa marah dengan Kategori Sangat Tinggi, 25 orang (30,12 %) siswa mampu mengelola rasa marah dengan kategori Tinggi, 35 orang (42,169%) siswa mampu mengelola rasa marah

dengan kategori Sedang, 8 orang (9,639 %) siswa mampu mengelola rasa marah dengan kategori Rendah dan sisanya sebanyak 14 orang (16,867%) mampu mengelola rasa marah dengan kategori Sangat Rendah.

Tabel. 6

Penggolongan Hasil Analisis Capaian Skor Butir Pengukuran Tingkat Kemampuan Mengelola Rasa Marah

Para Siswa Kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat Rentang skor Frekuensi Presentase

frekuensi

Kategori

X ≤ 145 4 12,121 % Sangat Rendah

146 ≤ X < 186 12 36,364 % Rendah

187 ≤ X < 227 5 15,152 % Sedang

228 ≤ X < 269 11 33,333 % Tinggi

270 < X 1 3,03 % Sangat Tinggi

(60)

kemampuan mengelola rasa marah dengan kategori Tinggi, 5 (15,152 %) butir item

pengukuran tingkat kemampuan mengelola rasa marah dengan kategori Sedang, 12 (36,364 %) butir item pengukuran tingkat kemampuan mengelola rasa marah dengan kategori Rendah dan sisanya sebanyak 4 (12,121 %) butir item pengukuran tingkat

kemampuan mengelola rasa marah dengan kategori Sangat Rendah.

Tabel.7

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Putri 100.7250 40 8.08921 1.27902

Putra 95.0750 40 7.63053 1.20649

Tabel.8 Paired Samples Test

Dari hasil uji t-test yang tersaji pada tabel di atas, nilai sig (2-tail) 0,001 < 0,05 jadi terdapat perbedaan yang signifikan sehingga Ha diterima. Ha diterima karena terdapat perbedaan kemampuan di dalam mengelola rasa marah antara siswa dan siswi SMP Pangudi Luhur Bayat yang signifikan. Dari hasil uji t-test di atas juga

terpapar dari tabel bahwa mean siswa putra dan siswa putri terdapat perbedaan. Hasil Paired Differences

(61)

yang terpampang menunjukkan bahwa mean siswa putri lebih tinggi dari mean siswa

putra, sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa putri lebih mampu mengelola rasa marahnya dengan lebih baik jika dibandingkan dengan kemampuan mengelola rasa marah pada siswa putra.

B. Pembahasan.

Berdasarkan hasil penggolongan keseluruhan tingkat kemampuan mengelola rasa marah yang dialami oleh para siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur

Bayat, tampak dari hasil pengolahan data bahwa secara keseluruhan 1 orang siswa saja yang mampu mengelola rasa marah dengan Kategori Sangat Tinggi atau sekitar 1,205 % dari jumlah siswa keseluruhan , 25 orang atau sekitar 30,12% dari jumlah

siswa keseluruhan yang mampu mengelola rasa marah dengan Kategori Tinggi, 34 orang siswa atau sebanyak 40,964% dari jumlah siswa keseluruhan yang mampu mengelola rasa marah dengan Kategori Sedang, 7 orang siswa atau sebanyak 8,343% dari jumlah siswa keseluruhan yang mampu mengelola rasa marah dengan Kategori

Rendah, dan 16 orang siswa atau sebanyak 19,277% dari jumlah siswa keseluruhan yang mampu mengelola rasa marah dengan Kategori Sangat Rendah.

Hasil penelitian tersebut diatas memberikan informasi yang hampir sama

(62)

mengelola rasa marahnya dengan baik. Dari hasil penelitian tersebut, masih banyak

siswa-siswi yang kurang mampu mengelola rasa marahnya. Hal ini dikarenakan siswa-siswi mengelami masa Sturm Und Drang. Artinya siswa mengalami suatu masa dimana terdapat gejolak emosi sangat tinggi yang dipengaruhi oleh

perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang remaja tersebut (Soesilowindradini, Psikologi Perkembangan).

Pada masa inilah seorang siswa mengalami gejolak masa remajanya, dimana seorang remaja sarat akan konflik, baik konflik dengan teman sebaya maupun dengan

keluarga. Konflik yang terjadi pun biasanya dipicu oleh hal yang sepele. Konflik dengan teman sebaya bisa terjadi karena ejekan atas perubahan fisik yang dialami, seperti badan bertambah besar, dan perubahan fisik lainnya. Sedangkan konflik yang

terjadi dengan pihak keluarga biasanya dipicu oleh ketidakmampuan seorang anak menerima nasihat dan arahan dari orang tua yang tujuan sebenarnya bagus tapi disalah artikan oleh remaja tersebut.

Hasil penelitian yang dilakukan mean siswa putri cenderung lebih tinggi

dari mean siswa putra. Hal ini menunjukkan bahwa siswa putri lebih mampu mengelola rasa marah dengan lebih baik daripada siswa putra. Hal ini bisa terjadi karena pengaruh kebudayaan masyarakat di Indonesia, khususnya di pulau jawa

(63)

khususnya emosi atau rasa marah. Pandangan masyarakat akan langsung menilai

bahwa putri tersebut tidak sopan, kurang berpendidikan, atau pandangan negatif lainnya.

Masa remaja adalah masa yang sangat labil/ rentan bagi seorang anak.

Jika tidak mendapatkan pengawasan atau pendampingan yang tepat dari pihak sekolah dan pihak keluarga, akan sangat berbahaya bagi anak mendapatkan doktrin atau contoh dari luar lingkup sekolah dan keluarga. Pergaulan jaman sekarang sangat mengkhawatirkan bagi kita semua, lebih-lebih bagi orang tua yang memiliki putra

dan putri remaja. Hal ini dikarenakan banyak terjadi kenakalan remaja yang tidak biasa. Kenakalan remaja jaman ini sangat beragam, mulai dari pencurian, pemerkosaan, bahkan yang paling sadis sampai terjadi pembunuhan. Kasus-kasus

seperti tersebut sering kita jumpai pada berita, baik media cetak maupun media elektronik.

Dari data yang terpampang pada tabel, dari hasil olah spss menunjukkan bahwa dari 40 item total yang digunakan peneliti untuk mengukur tingkat

kemampuan mengelola rasa marah pada siswa dan siswi kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat tahun ajaran 2013-2014, terdapat 7 item yang gugur karena tidak memenuhi standar 0,25. Item yang gugur adalah item nomor 13, 14, 28, 31, 37, 39,

(64)

tahun ajaran 2013-2014 dalam menyikapi keadaan emosional belum menggunakan

akal sehat dan kepala dingin. Item nomor 28 adalah bagian dari aspek 3 pada indicator nomor satu yang berbunyi “mampu menenangkan diri sendiri saat sedang marah.” Dari pemaparan di atas, menunjukkan bahwa siswa kelas VII SMP Pangudi

Luhur Bayat tahun ajaran 2013-2014 masih memerlukan pendampingan dari orang lain yang lebih dewasa untuk menenangkan diri saat sedang marah. Item nomor 31 adalah bagian dari aspek 3 pada indikator nomor 2 yang berbunyi “mampu mengalihkan perhatian dari apa yang memicu marah.” Dari pemaparan di atas,

menunjukkan bahwa siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat tahun ajaran 2013-2014 masih dengan mudah dapat terbawa suasana yang memicu munculnya kemarahan. Item nomor 37 adalah bagian dari aspek 3 pada indikator nomor 3 yang

berbunyi “mampu menunjukkan cara yang efektif untuk meredakan marah.” Dari pemaparan di atas, menunjukkan bahwa siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat tahun ajaran 2013-2014 masih belum mampu mengatasi konflik batin dengan caranya sendiri. Item nomor 39 dan 40 adalah bagian dari aspek 4 pada indikator yang

berbunyi “mampu mengungkapkan perasaan marahnya secara jujur dan tepat tanpa melukai perasaan orang lain.” Dari pemaparan di atas, menunjukkan bahwa siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat tahun ajaran 2013-2014 masih sering

mengungkapkan emosi marahnya tanpa terus terang.

(65)

terdapat 16 item yang tergolong rendah dan sangat rendah untuk menjadi pernyataan

sebagai alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan mengelola rasa marah pada siswa dan siswi kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat tahun ajaran 2013-2014. Item yang rendah ada 12 item sedangkan untuk item yang sangat rendah

terdapat 4 item.

Saat penelitian dilaksanakan di SMP Pangudi Luhur Bayat, pihak sekolah sangat kooperatif dalam memberikan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan penelitian. Kepala sekolah dan guru Wali Kelas sangat terbuka pada peneliti yang

ingin melaksanakan penelitian di sekolah tersebut. Hasil penelitian tersebut akan dijadikan masukan dan kritik bagi keterlaksanaan pengelolaan sekolah. Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di SMP Pangudi Luhur Bayat sebenarnya

kurang proporsional karena hanya ada satu jam pelajaran saja dan tidak adanya Guru BK yang menetap di sekolah.

Tenaga ke-BK-an pun dipercayakan kepada seorang suster yang setiap minggu sekali hadir untuk memberikan layanan BK secara umum, bukan per kelas. Kegiatan

ke-BK-an pun dilakukan sebatas memberikan konseling kepada siswa yang bermsalah saja, belum sampai pada tahapan komprehensif, dimana BK memberikan layanan tidak hanya melihat ada masalah atau tidak ada masalah. Melainkan layanan

(66)

C. Usulan Topik-topik Bimbingan

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyusun usulan topik bimbingan untuk membantu siswa atau siswi kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat yang memiliki tingkat mengelola rasa marah agar mampu mengelola rasa marahnya

dengan lebih baik. Usulan topik bimbingan ini merupakan jawaban atas pertanyaan dalam rumusan masalah kedua yaitu “Usulan topik bimbingan apa saja yang sesuai untuk para siswa tersebut berdasarkan hasil pengungkapan tingkat kemampuan mengelola rasa marah yang terjadi pada siswa kelas VII di

SMP Pangudi Luhur Bayat tahun ajaran 2013/2014? “. Usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial untuk siswa dan siswi kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat disajikan berdasarkan item yang memiliki gradasi skor paling rendah.

(67)
(68)

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisi pemaparan tentang kesimpulan dan saran.

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:

1. Dari penggolongan hasil tingkat kemampuan mengelola rasa marah yang

terpampang pada tabel 5, dari 83 siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat tahun ajaran 2013/2014, 1 orang siswa atau 1,205% mampu mengelola rasa marah dengan tingkat sangat tinggi. 25 orang siswa atau 30,12% mampu mengelola rasa marah dengan tingkat tinggi dan 35 orang

siswa atau 42,169% mampu mengelola rasa marah dengan tingkat sedang. Namun demikian masih terdapat 8 orang siswa atau 9,639% mampu mengelola rasa marah dengan tingkat rendah dan 4 orang siswa atau

16,867% masih mengelola rasa marahnya dengan tingkat sangat rendah.

2. Dari penggolongan hasil analisis capaian skor butir yang terpampang pada tabel 6, 1 item atau 3,03% butir item yang termasuk item yang tingkat penggolongan capaian skor sangat tinggi. 11 item atau 33,333% butir item yang termasuk item yang tingkat penggolongan capaian skor

(69)

tingkat penggolongan capaian skor sedang. Namun demikian masih

teradapat 12 item atau 36,364% butir item yang termasuk item yang tingkat penggolongan capaian skor rendah dan 4 item atau 12,1221% butir item yang termasuk item yang tingkat penggolongan capaian skor sangat

rendah.

3. Dari paired sample statistics dan paired samples test, hasil sig (2-tailed)

0,001 < 0,05 maka Ha Ad perbedaan kemampuan mengelola rasa marah antara siswa dan siswi kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat tahun ajaran 2013-2014 dan Ho ditolak.

B. Saran-saran

Berikut ini dikemukakan saran-saran untuk berbagai pihak:.

1. Kepala sekolah dan seluruh pihak SMP Pangudi Luhur Bayat:

Pengadaan staf ke-BK-an untuk membantu peserta didik menyelesaikan tugas perkembangan yang wajib dan harus diselesaikan

sesuai tingkatan usia anak. 2. Orang tua murid

Bekerjasama dan berperan aktif dalam membangun komunikasi

(70)

3. Peneliti lain.

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengusulkan Identifikasi yang lebih akurat diperlukan untuk mengungkap tingkat kemampuan mengelola rasa marah yang ada di SMP Pangudi Luhur Bayat dan

(71)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. (1999). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

. (2011). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

CP. Chaplin (1993). Dictionary of Psychology Terj. Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Depdikbud. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

DiGiussepe, Raymon. (1994). Understanding Anger Disosder. Oxford University Perss.

(2007). Understanding Anger Disosder. Oxford University Perss.

Faupel, Adrian, dkk. 2011.Anger Management.

Furchan, Arief. (2004). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Goelman, Daniel. 1996. Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Goleman, Daniel. 1997. Social Intelligence: The New Science of Human Relationship. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gunarsa, J. Singgih D. dan Gunarsa Singgih D. 1981. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Hershorn, Michael. 2005. 60 second Anger Management. Jakarta: PT: Bhuana Ilmu Populer.

Jahya, Y. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: kencana Prenada Media Group.

(72)

Rifai, Melly Sri Sulastri. 1984. Psikologi Perkembangan Remaja Dari Segi Kehidupan Sosial.Bandung: Bina Aksara.

Santrock, John W. 2007. Remaja Ed. 11 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Safaria, Tantoro dan Saputra, Eka Nofran. 2009. Manajemen Emosi. Jakarta: Bumi Aksara.

Winkel. W.S. dan Hastuti, Sri M.M. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

(73)

Lampiran1

INSTRUMEN PENELITIAN

Kelola dan

mu

Disusun Oleh:

Galih Herwin Prasetyo

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(74)

Nama:……….. Kelas :………..

Kuesioner Kemampuan Mengelola Rasa Marah (Penelitian)

Dibawah ini terdapat sejumlah pernyataan mengenai kebiasaan bertingkah laku saat berelasi dengan teman sebaya, kebiasaan ini adalah kebiasaaan yang dilakukan di lingkungan sekolah. Bacalah secara cermat setiap pernyataan-pernyataan yang terdapat pada kuesioner ini kemudian pilihlah jawaban sesuai dengan kondisi yang anda rasakan. Pengisian kuesioner ini dilakukan dengan cara memberi tanda centang (√) pada kolom alternatif jawaban yang disediakan dan yang menurut anda paling sesuai dengan kondisi diri anda.

Adapun alternatif jawabannya adalah : SS : Sangat Sering

1. Saya membalas kakak yang membentak saya dengan memukul

Referensi

Dokumen terkait

pendapatan yang diperoleh dari penjualan jasa atau sumber daya untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi oleh perusahaan... Tujuan dan Nilai

Sebelum pelaksanaan praktik mengajar di kelas, mahasiswa PPL harus membuat skenario atau langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan di kelas yang meliputi

iilid eoso jdu ooeeLko rou duo req6L.. tu ns n4reri$r rnro

Agar dapat mengembangkan watak dapat bertindak dengan kemandirian berpendapat dan bertanggung jawab pribadi yang makin besar. Prosses pendidikan

1. Mengetahui diskripsi pendidikan agama Islam , pembiasaaan sifat jujur dan penanaman sikap tanggung jawab peserta didik di SD Islam Al Hidayah Samir

Penelitian kandungan klorofil dan karotenoid ekstrak kasar sayuran hijau tokal dilakukan dengan menggunakan metode Lichtenthaler (1987), sedangkan potensinya sebagai

[r]

Beras hitam merupakan varietas lokal yang mengandung pigmen (terutama antosianin) paling baik, berbeda dengan beras putih atau beras warna lain.. Beras hitam memiliki rasa dan