• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usulan topik bimbingan klasikal berdasarkan masalah-masalah yang intens dialami oleh siswa kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Usulan topik bimbingan klasikal berdasarkan masalah-masalah yang intens dialami oleh siswa kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 - USD Repository"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN AJARAN 2006/2007

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh :

Yasinta Susi Wardoyo

NIM : 011114035

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008

(2)

SKRIPSI

USULAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL BERDASARKAN MASALAH-MASALAH YANG INTENS DIALAMI OLEH SISWA

KELAS V SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007

Oleh :

Yasinta Susi Wardoyo NIM : 011114035

Telah disetujui oleh :

Pembimbing I

Drs. Puji Purnomo.M.Si tanggal 4 Oktober 2008

Pembimbing II

(3)

USULAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL BERDASARKAN MASALAH-MASALAH YANG INTENS DIALAMI OLEH SISWA

KELAS V SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007

Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh Yasinta Susi Wardoyo

NIM : 011114035

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

Pada tanggal 9 Oktober 2008

Dan dinyatakan memenuhi syarat

SUSUNAN PANITIA PENGUJI

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua :Dr. M. M. Sri Hastuti, M.Si ………...

Sekretaris :A. Setyandari, S.Pd, Psi, MA. ………...

Anggota :Drs. Puji Purnomo, M.Si ………...

Anggota :Drs. J. Sumedi ………...

Anggota :Dr. M. M. Sri Hastuti, M.Si ………...

Yogyakarta, 9 Oktober 2008

Fakultas Keguruan Ilmu

Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Dekan,

(4)

It must come from within

Jadilah bahagia dan berkah bagi dunia

(Hellen Keller)

"Carilah dulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu."

(Mat 6:33)

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Bapak

Valentinus

Sudaljo

dan

Ibu

Theresia

Srinuswantari

Orangtuaku yang selalu memberi inspirasi dan sikap

berserah untuk selalu meletakkan semua pengalaman

hidup dihadapan Tuhan.

Kedua adikku Anton dan Monica Rini yang selalu

memberikan dukungan dan rasa persaudaraan yang

kuat.

Untuk semua sahabat dan teman-teman yang telah

memberikan doa dan dukungan.

Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan

begitu banyak pengalaman yang

mengembangkan

hidupku.

SMA

Pangudi

Luhur

yang

telah

memberikan

kesempatan besar untuk belajar dan berkembang

sebagai guru Bimbingan dan Konseling.

(5)

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah

Yogyakarta, 9 Oktober 2008

Penulis,

(6)

KELAS V SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007

Yasinta Susi Wardoyo

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survey kepada seluruh siswa kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta yang berjumlah 125 siswa. Setelah melalui uji coba penelitian dengan cara menyebarkan questioner maka disusun 49 butir item. Teknik pengolahan data yang digunakan menggunakan tabulasi skor dan Penilaian Acuan Norma (PAN), Tipe I, yaitu : M + 0,75 S.

Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan mengetahui masalah-masalah yang intens dialami siswa kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta pada tahun ajaran 2006/2007. Setelah diketahui masalahnya lalu disusun usulan topik bimbingan klasikal yang sesuai dengan siswa kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta.

Melalui penelitian di ketahui hasilnya yaitu : (1) Masalah-masalah yang intens dialami oleh siswa kelas V.1, yaitu : a. mudah merasa lelah saat mengikuti pelajaran, b. bermasalah karena perkataannya sering membuat teman tersinggung, c.gangguan pada gigi, d. mudah marah bila keinginan tidak terpenuhi, e.sering bertengkar dengan teman,f.malu berteman dengan lain jenis, g. malu dengan teman yang lebih mampu , h.terpaksa mengikuti pelajaran yang tidak disukai, i. sukar memahami penjelasan guru saat pelajaran berlangsung, j. takut tidak naik kelas, k. suasana belajar di rumah kurang memadai, l.kesulitan dalam mengingat materi pelajaran, m.sering tidak tenang saat mengikuti pelajaran di kelas,n. kurang konsentrasi dalam mengikuti pelajaran (2) Masalah-masalah yang intens dialami oleh siswa kelas V.2 yaitu a. mudah merasa lelah saat mengikuti pelajaran di kelas, b. bermasalah karena perkataannya sering membuat teman tersinggung, c. mudah lupa, d. mudah marah bila keinginan tidak terpenuhi, e.terganggu dengan julukan yang diterima dari teman-teman, f. sering patah semangat, g. mengalami masalah karena berbohong, h. malu karena tidak mampu membeli barang-barang seperti milik teman, i. hubungan kurang harmonis dengan kakak atau adik atau dengan anggota keluarga lainnya, j. tugas-tugas pelajaran tidak selesai pada waktunya, k. nilai ulangan kurang memuaskan/buruk, l. takut tidak naik kelas, m. sarana belajar di rumah kurang memadai, n. kurang konsentrasi dalam mengikuti pelajaran (3) Masalah-masalah yang intens dialami oleh siswa kelas V.4 yaitu : a. berMasalah-masalah karena perkataannya sering membuat teman tersinggung, b. mudah lupa, c. sering patah semangat, d. sering bertengkar dengan teman, e. sering terganggu akibat nama orang tua dijadikan bahan ejekan, f. sering dijadikan bahan olok-olokan teman, g. hubungan kurang harmonis dengan kakak atau adik atau dengan anggota keluarga lainnya, h. tugas-tugas pelajaran tidak selesai pada waktunya, i.

(7)

bagi siswa kelas V selama satu tahun ajaran. Usulan topik yang ditawarkan ini juga bisa diperkaya oleh Guru BK di SD Pangudi Luhur menyesuaikan dengan masalah-masalah yang dialami oleh para siswa pada setiap tahun ajaran baru.

(8)

PROBLEMS FREQUENTLY EXPERIENCED BY THE MOST OF THE FIFTH GRADE STUDENT OF SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA

IN THE ACADEMIC YEAR 2006/2007

Yasinta Susi Wardoyo

Guidance and Counseling Study Program Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The research was a descriptive research applying a survey method to all fifth grade students of SD Pangudi Luhur Yogyakarta. The respondents were 125 students in the academic year 2006/2007. After the instrument of the experiment had been tried out, then the researcher composed 49 items. The data were analyzed by tabulating the responses, counting the scores, and using the Norm-reference Test, Type I, Namely : M +0,75S.

The purpose of this research was to find out the problems frequently experienced by the fifth grade students of SD Pangudi Luhur Yogyakarta, in 2006/2007 academic year. After finding those, the researcher proposed a suitable classical guidance topic for the fifth grade student of SD Pangudi Luhur Yogyakarta.

The result of the research : (1)The problems frequently experienced by the students of the fifth grade of V.1 , such as : (a) they get tired easily during a class, (b) they hurt other’s feeling while they are talking, (c) teeth problem, (d) they get angry easily when their desires not fulfilled, (e) they often quarrel with friends, (f) they can’t get well with the opposite sex, (g) being ashamed because they don’t have goods like their friends have, (h) they can’t enjoy the lesson they don’t like, (i) difficult to understand teacher’s explanation during lesson session, (j) afraid of not being able to pass the grade, (k) uncomfortable atmosphere to study at home, (l) they feel difficult to review the lesson, (m) felling nervous during a class, (n) difficult to concentrate during lesson session; (2) The problems frequently experienced by the students of the fifth grade of V.2, such as : (a) they get tired easily, (b) they hurt others feeling while they are talking, (c) forgetful, (d) getting angry easily when their desires not fulfilled, (e) uncomfortable with nickname given by their friends, (f) being despondent sometimes, (g) facing problem because of lying, (h) being ashamed because they don’t have goods like their friends have, (i) not getting well with family, (j) unfinished school tasks, (k) unsatisfying or bad exam result, (l) afraid of not being able to pass the grade, (m) insufficient learning facility at home, (n) they feel difficult to concentrate during a class; (3) The problems frequently experienced by the students of the fifth grade of V.4, such as : (a) they hurt others feeling while they are talking, (b) forgetful, (c) being despondent sometimes, (d) often quarrelling with friend, (e) uncomfortable because they

(9)

Based on the result of the experiment, the researcher proposed a class guidance topic that can be applied to the fifth grade students of SD Pangudi Luhur Yogyakarta considering to the problems experienced by the students of the fifth grade of SD Pangudi Luhur at every new year of teaching-learning process. This proposed also can be improved by the counselor in SD Pangudi Luhur.

(10)

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Yasinta Susi Wardoyo

NIM : 011114035

Demi pengembangan Ilmu pengetahuan saya, saya memberikan kepada

perpustakaan Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah saya yang berjudul :

USULAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL BERDASARKAN MASALAH-MASALAH YANG INTENS DIALAMI OLEH SISWA

KELAS V SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Di buat di Yogyakarta

Pada tanggal 9 Oktober 2008

Yang menyatakan,

(11)

Penulis mengucap syukur kepada Tuhan atas kesetiaanNya membimbing

dan memberi kekuatan saat-saat penulisan skripsi sampai penyelesaian skripsi

ini.

Banyak pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini; Mereka

memberikan motivasi, menyalurkan ide saat penulis mengalami kesulitan.

Mereka hadir dengan segala keunikan dalam membantu penulis menyelesaikan

skripsi ini. Oleh karena itu dengan penuh ketulusan penulis menyampaikan

banyak terima kasih kepada :

1. Drs. Puji Purnomo,M.Si. Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran

membimbing, memberi dorongan. Bahkan dengan setia selalu

menghubungi penulis untuk terus menulis dan menyelesaikan skripsi

disela-sela tugas di SMA Pangudi Luhur.

2. Drs. J. Sumedi. Pembimbing II yang dengan setia dan sabar membantu

memberikan ide-ide, memberikan pengarahan, dan masukan yang

bermanfaat kepada penulis.

3. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si. Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling yang selalu memberikan dorongan untuk tetap berjuang

menghadapi segala kesulitan.

4. Bapak Fajar Santoaji, S.Pd. yang dengan setia membantu memberikan

ide dalam memperkaya alat test.

5. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma yang telah memberikan bekal lewat berbagai macam mata

kuliah. yang sangat membantu penulis didalam menyusun skripsi.

(12)

7. Bapak Paul dan Bapak Sunaryo yang dengan penuh keramahan dan

keterbukaan memberi bantuan kepada penulis.

8. Bapak/Ibu wali kelas V SD Pangudi Luhur yang telah memberikan

waktunya dan membantu penulis saat uji coba alat dan penelitian.

9. Seluruh siswa/siswi Kelas V SD Pangudi Luhur yang telah meluangkan

waktu, pikiran, perasaan dan tenaganya hingga diperoleh data penelitian.

10. Bapak Valentinus Sudaljo dan Ibu Theresia Srinuswantari yang telah

memberikan biaya, sarana, dukungan, dan perhatian melalui doa-doa

selama penyusunan skripsi ini.

11. Antonius Yuni Antoro, Monica Endang Dwi Setyarini, Wahid,

Sujiantoro, yang telah memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi

ini.

12. Br. Herman Yoseph. FIC. Kepala Sekolah SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta dimana penulis bekerja. Telah dengan setia dan sabar selalu

mengingatkan agar terus mengerjakan skripsi dan memberikan ijin untuk

meninggalkan sekolah saat penulis bimbingan skripsi di universitas.

13. Ibu Cicilia Peniyati, S.Pd. Rekan kerja di Bimbingan Konseling SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta, yang memberi inspirasi bagi penulis untuk

selalu bergembira dalam kesulitan apapun.

14. Bapak/Ibu guru di SMA Pangudi Luhur yang selalu menunjukkan

kepeduliannya, mendukung dan mendoakan penulis dalam

menyelesaikan skripsi.

(13)

Peter, Mitha, Qory, Om Teguh, Jeto, Yohana.

16. Nico yang dengan setia dan penuh kesabaran telah membantu serta

menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi.

17. Romo Yoseph Iswarahadi, Sj yang mendoakan dan memberikan

dukungan untuk selalu bersemangat dalam menghadapi kesulitan.

18. Teman-teman Angkatan 2001 dari Program Bimbingan dan Konseling

USD atas kerjasama, dukungan, dan persaudaraan selama studi.

19. Siswa/Siswi SMA Pangudi Luhur Yogyakarta yang selalu menghadirkan

kegembiraan dan keceriaan.

20. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala

dukungan, perhatian, dan bantuan baik langsung maupun tidak langsung,

terutama dalam penulisan skripsi ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi

pembaca khususnya yang berminat dalam bimbingan dan konseling.

Penulis

(14)

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

ABSTRAK... vi

ABSTRACT ...viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... x

KATA PENGANTAR... xi

DAFTAR ISI... xiv

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Batasan Istilah Variabel ... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ciri-ciri Perkembangan Anak ... 11

B. Fase Perkembangan Anak ... 17

C. Tugas Perkembangan Anak SD... 32

D. Kebutuhan Anak SD... 37

E. Masalah- Masalah Anak SD ... 43

F. Dasar Hukum Pelayanan Bimbingan di Sekolah Dasar berdasarkan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) ... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 57

(15)

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 60

F. Teknik Analisis Data ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Masalah-masalah yang intens dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Pangudi Luhur Tahun Ajaran 2006/2007 ... 70

B. Pembahasan ... 72

BAB V USULAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL UNTUK SISWA KELAS V SD PANGUDI LUHUR TAHUN AJARAN 2006/2007... 96

BAB VI RINGKASAN, KESIMPULAN, DAN SARAN A. Ringkasan ... 98

B. Kesimpulan ... 100

C. Saran-saran. ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

(16)

Halaman

Tabel 1 : Komposisi Kuesioner Masalah Siswa SD

(Kuesioner sebelum final) ... 59 Tabel 2 : Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Validitas ... 64 Tabel 3 : Komposisi Kuesioner Masalah Siswa SD

(Kuesioner final) ... 64 Tabel 4 : Masalah-masalah yang intens dialami oleh siswa SD

Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 ... 71

(17)

Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Masalah-masalah yang dialami oleh siswa SD

(Kuesioner yang digunakan dalam penelitian)... 108 Lampiran 2 Hasil Analisis Uji Validitas Item Per Aspek ... 110 Lampiran 3 Data Penelitian Masalah-masalah yang dialami

Siswa Kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta

Tahun ajaran 2006/2007... 121 Lampiran 4 Usulan Topik Bimbingan Klasikal Kelas V SD

Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007 ... 127 Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan Konseling

Berdasarkan Masalah-masalah intens yang dialami

siswa/siswi kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta... 134

(18)
(19)

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional istilah-istilah pokok

yang digunakan dalam penelitian ini.

A. Latar Belakang Masalah

Banyak pihak berpandangan bahwa anak-anak itu bagaikan kertas putih,

bersih. Orang-orang dewasa bebas untuk menggambar, mewarnai, menulisi,

mencoreti, bahkan menyobek dan meremas-remas kertas itu. Kegiatan orang

dewasa tersebut sekarang ini terasa semakin menjadi-jadi. Anak-anak kecil

harus melaksanakan banyak kegiatan, harus belajar di sekolah dengan banyak

beban, harus menyerap banyak materi, mengerjakan sejumlah pekerjaan

termasuk tugas dan pekerjaan rumah, sampai harus mengikuti banyak kursus

(Riyanto, 2004: 2).

Theo dan Martin Handoko (2004: 2) juga mengatakan bahwa budaya

instan mau serba cepat dan tanpa usaha dan dalam suasana kompetisi sudah

sangat mempengarui cara pikir dan perlakuan orang dewasa terhadap

anak-anak. Orang tua menginginkan agar anak-anaknya cepat menguasai sesuatu

dalam jumlah yang banyak dan lebih hebat daripada anak-anak lainnya.

Seringkali dijumpai anak-anak kecil berangkat ke sekolah dengan beban berat

(tas besar dan berisi banyak alat sekolah) dengan wajah tidak ceria, pulang

dengan wajah lesu dan tertekan karena banyak tugas dan pekerjaan rumah.

(20)

Istilah komputernya ”overloaded”. Mereka kehilangan keceriaan dan dunia

bermain mereka, kehilangan dunia kanak-kanak mereka yang penuh dengan

suasana bermain, bernyanyi, menari, berfantasi (khayalan) dan melakukan

sesuatu tanpa beban

Gunarsa (2004: 2) mengatakan bahwa mengasuh, membesarkan dan

mendidik anak merupakan satu tugas mulia yang tidak lepas dari berbagai

halangan dan tantangan. Telah banyak usaha yang dilakukan orang tua

maupun pendidik untuk mencari dan membekali diri dengan

pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan perkembangan anak. Lebih-lebih bila

pada suatu saat dihadapkan pada masalah yang menimpa diri anak-anak, ada

kecenderungan untuk mempertanyakan sebagai berikut : apa yang sebenarnya

terjadi pada anak ini, mengapa ia bisa berbuat demikian, mengapa masalah ini

hanya menimpa si anak bungsu atau si sulung, siapa yang bersalah dan

sebagainya.

Perkembangan seseorang anak terbentuk pada masa kanak-kanak.

Proses-proses perkembangan yang terjadi dalam diri seorang anak ditambah

dengan apa yang dialami dan diterima selama masa anak-anaknya secara

sedikit demi sedikit memungkinkan ia tumbuh dan berkembang menjadi

manusia yang dewasa. Masa anak-anak adalah periode kritis dimana mereka

mulai belajar untuk merekam, mengidentifikasi perilaku hidup orang dewasa.

Erickson (Hurlock:1978) menarik kesimpulan bahwa masa anak-anak

merupakan gambaran awal manusia sebagai manusia, tempat dimana kebaikan

(21)

dan mewujudkan dirinya. Apa yang akan dipelajari seorang anak tergantung

pada bagaimana orang tua memenuhi kebutuhan anak akan makanan,

perhatian, dan cinta kasih. Sekali ia belajar, sikap demikian akan mewarnai

persepsi individu akan masyarakat dan suasana sepanjang hidup.

Pengalaman-pengalaman pada masa anak-anak merupakan landasan

dasar bagi bentuk kepribadian kita pada saat sekarang. Lebih dari itu diri anak

yang pernah kita alami di masa dahulu, pada hakekatnya “ada melekat” pada

diri kita masing-masing. Sampai pada satu derajat tertentu, kita merupakan

produk dari pemeliharaan dan pembentukan yang telah kita terima pada masa

anak-anak.

Masa usia sekolah dasar ada yang mengatakannya sebagai masa

kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia

sebelas atau dua belas tahun. Usia ini ditandai dengan mulainya anak masuk

sekolah dasar, dan dimulailah sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak

akan mengubah sikap-sikap dan tingkah lakunya. Para pendidik mengenal

masa ini sebagai “ masa sekolah”, oleh karena itu pada masa usia inilah anak

untuk pertamakalinya menerima pendidikan formal. Seorang ahli berpendapat

lagi bahwa masa usia sekolah adalah masa matang untuk belajar, maupun

masa matang untuk sekolah. Disebut masa anak sekolah, karena sudah

menamatkan taman kanak-kanak, sebagai lembaga persiapan bersekolah yang

sebenarnya. Disebut masa matang untuk belajar, karena mereka sudah

berusaha untuk mencapai sesuatu tetapi perkembangan aktivitas bermain yang

(22)

aktivitasnya itu sendiri. Disebut masa matang untuk bersekolah, karena

mereka sudah menginginkan kecakapan-kecakapan baru yang dapat diberikan

oleh sekolah.

Sebagai hasil pemberian bantuan yang diberikan oleh keluarga dan taman

kanak-kanaknya, pada masa ini anak telah mengalami perkembangan yang

membantu anak untuk dapat menerima bahan yang diajarkan oleh gurunya,

anak sudah siap menjelajahi lingkungannya. Ia tidak puas lagi sebagai

penonton saja tapi ingin mengetahui lingkungannya, tata kerjanya, bagaimana

perasaan-perasaan, dan bagaimana ia dapat menjadi bagian dari

lingkungannya.

Menurut Rudyanto (Gunarso 2004: 158) Ketika anak memasuki usia 5 –

12 tahun adalah masa sekolah. Pada masa sekolah ini, cara berpikir si anak

lebih didasarkan pada kenyataan, bukan atas dasar fantasi seperti pada fase

sebelumnya. Sejalan dengan lingkungannya yang baru yaitu lingkungan

sekolah, maka anak lebih mengembangkan cara berpikir yang teratur dan

memperluas kehidupan sosialnya. Pusat aktivitasnya ditujukan pada

sekolahnya, tugas-tugas intelektual, hubungan dengan guru dan teman serta

norma-norma dan tuntutan sosialnya.

Pada masa sekolah ini, anak bertemu dengan guru dan teman-teman yang

berbeda dalam kemampuan mentalnya, kemampuan emosionalnya, status

sosialnya sehingga anak lebih berkembang sebagai makhluk sosial. Pola

hubungan diarahkan dari hubungan intim di dalam keluarga menjadi

(23)

dengan orang atau anak lain inilah, maka egosentrisitas mulai berkurang, dan

sebaliknya partisipasi sosial semakin berkembang. Bila pada masa

sebelumnya, anak memperoleh segala sesuatu dari lingkungannya, maka

sekarang pada masa sekolah, ia harus belajar untuk memperoleh kepuasan

sendiri.

Selain itu, anak dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

yang baru, yaitu lingkungan sekolah serta teman-temannya. Ia diminta untuk

melakukan sesuatu, oleh karenanya ia harus menguasai keahlian baru,

menggunakan lebih banyak kontrol emosi dan memperoleh lebih banyak

pengetahuan. Bagi seseorang anak sukar untuk belajar sesuatu yang baru,

mendapatkan keahlian-keahlian yang baru dan bentuk baru dari kontrol emosi,

memasuki lingkungan, teman-teman dan pekerjaan-pekerjaan yang semuanya

masih baru dan asing. Dunianya yang baru dimasukinya tanpa perlindungan

dan bimbingan langsung dari orangtuanya, yang lazimnya ia terima pada masa

pra sekolah. Sudah jelas anak tidak dapat melakukan sesuatu sebagaimana

layaknya orang dewasa. Pengalamannya masih kurang, dan iapun kurang

bijaksana untuk memilih apa yang cocok baginya, sesuai dengan situasi,

kondisi dan aturan-aturan yang semuanya baru baginya. Ia membutuhkan rasa

aman dari kedua orangtuanya dan orang-orang dewasa di lingkungannya.

Melalui pengalaman-pengalaman di rumahnya, anak diharapkan dapat

menyesuaikan diri dengan baik terhadap pengalaman-pengalaman di

(24)

Berdasarkan pengalaman penulis mengikuti program PPL di sekolah dan

KKN di Panti asuhan, penulis mempelajari bahwa masalah-masalah yang

tidak terselesaikan akan semakin intens dan mempengarui perkembangan

dirinya untuk tumbuh dan berkembang optimal. misalnya : perilaku agresi

atau menyerang yang sebenarnya adalah wujud dari pemberontakan dalam diri

anak-anak terhadap situasi yang dialami. Bahkan ditemukan juga ditemukan

satu kasus anak yang memiliki kebiasaan membual sebagai proyeksi atau

pengalihan dari kenyataan hidup sebenarnya. Setiap anak memiliki bidang

masalah yang berbeda sesuai dengan ruang dimana anak tersebut hidup dan

dibesarkan.

Penulis telah mengetahui bahwa pada hakekatnya, anak memerlukan

suatu perasaan diterima dan diingini oleh setiap orangtuanya. Anak juga

mengharapkan pemenuhan selain kebutuhan fisik, ia juga memperoleh

kebutuhan kasih sayang, rasa aman, kebebasan untuk menyatakan diri,

kebutuhan untuk mengadakan hubungan dengan sesama teman dan kebutuhan

akan harga diri. Oleh karena itu bantuan dan dorongan dari awal sangat

dibutuhkan.

Dengan adanya kurikulum baru KTSP (kurikulum tingkat satuan

pendidikan) diharapkan sekolah bisa menjadi media yang kondusif untuk

membantu perkembangan peserta didik bukan hanya dari sisi intelektual tapi

juga kepribadiannya sehingga dapat berkembang lebih optimal. Dalam

kerangka dasar dan struktur KTSP dikatakan bahwa pengembangan diri

(25)

diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat,

dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan

pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh pembimbing, guru,

atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan

ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan

pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan

kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.

Penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian atau menggali

masalah-masalah yang dialami anak-anak sejak usia SD dengan alasan bahwa

masalah-masalah anak yang sejak dini diketahui akan lebih mudah diatasi

karena memungkin banyak cara yang dapat digunakan untuk mengatasinya

daripada membiarkan masalah semakin komulatif dan kompleks. Dengan

menggali masalah-masalah siswa, diharapkan semakin terbina kerjasama antar

pihak untuk menumbuh kembangkan anak sesuai dengan bakat dan potensi

yang ada dalam diri mereka masing-masing.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, fokus permasalahan

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Masalah-masalah manakah yang secara intens dialami oleh siswa kelas

(26)

2. Topik bimbingan klasikal manakah yang sesuai bagi siswa kelas V

SD Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Pelajaran 2006/2007 ?

C. Batasan Istilah Variabel

Berikut ini dijelaskan arti beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian:

1. Masalah adalah kesulitan yang dialami oleh anak-anak SD Pangudi Luhur

Yogyakarta sebagaimana dimaksudkan dalam item-item kuesioner. Masalah

timbul karena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi, tugas perkembangan

yang belum terselesaikan, atau tujuan tertentu yang belum tercapai.

2. Masalah yang intens adalah masalah-masalah sebagaimana dimaksudkan

dalam item-item instrumen yang memperoleh skor minimal M + 0,75 S

3. SD Pangudi Luhur Yogyakarta adalah tempat atau lokasi pelaksanaan

penelitian, sekolah ini dibina atau dimiliki oleh Bruder-bruder FIC

4. Siswa adalah peserta didik kelas V SD yang menjadi subjek peneliti.

5. Topik Bimbingan Klasikal adalah topik-topik bimbingan yang direncanakan

untuk menjadi bahan layanan bimbingan

6. FIC adalah lembaga hidup bakti dimana para pria mempersembahkan

hidupnya kepada Tuhan dan terikat pada konstitusi yang disusun oleh

pendirinya. Menghayati hidup sesuai dengan spiritualitas tarekatnya dan

terikat dengan ketiga kaul yaitu kaul kemurnian, kaul kemiskinan dan kaul

(27)

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Memperoleh gambaran mengenai masalah-masalah yang secara intens

dialami oleh Siswa kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun

Pelajaran 2006/2007

2. Menyusun usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai bagi

siswa kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Pelajaran

2006/2007

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi pimpinan dan staf di SD Pangudi Luhur Yogyakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memulai pelayanan

bimbingan klasikal yang terencana.

2. Bagi anak-anak SD Pangudi Luhur Yogyakarta

Anak-anak dapat menerima pelayanan bimbingan klasikal yang sesuai

dengan kebutuhan dan masalah mereka.

3. Bagi Guru Bidang Studi

Dapat memanfaatkan hasil penelitian sebagai bahan acuan dalam

menangani masalah-masalah yang dihadapi siswa.

4. Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan tambahan informasi

mengenai masalah-masalah yang dialami anak-anak dan semakin

(28)

5. Bagi Penulis

Dengan adanya penelitian semakin mengembangkan sikap empati dengan

masalah-masalah yang dialami anak-anak karena berbagai persoalan

kompleks yang mereka alami dan memiliki kekayaan pengetahuan

(29)

KAJIAN PUSTAKA

Pada Bab ini akan di uraikan kajian teoritis untuk memperjelas

pemahaman mengenai topik penelitian. Kajian pustaka yang disajikan dalam bab

ini meliputi : Ciri-ciri perkembangan anak Sekolah Dasar, Fase Perkembangan

anak Sekolah Dasar, Tugas perkembangan anak Sekolah Dasar, kebutuhan anak

Sekolah Dasar, masalah-masalah anak Sekolah Dasar, Dasar Hukum Pelayanan

Bimbingan di Sekolah Dasar Berdasarkan KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan).

A. Ciri-ciri Perkembangan Anak Sekolah Dasar

Pengertian ciri menurut kamus besar bahasa Indonesia (1988) adalah :

tanda-tanda khas yang membedakan sesuatu dengan yang lain.” Jadi ciri-ciri

anak adalah tanda-tanda yang hanya ditemukan pada anak-anak.

Masing-masing anak berbeda satu dengan yang lainnya, baik diantara anak laki-laki

maupun perempuan. Masing-masing akan berkembang sejalan dengan sifat

dan kapasitasnya, oleh karena itu didalam proses perkembangannya ada

tahap-tahap tertentu secara individual membawa masalah.

Hurlock (1978) membagi ciri-ciri anak menjadi 3 bagian berdasarkan

pola perkembangannya :

(30)

1. Perkembangan fisik

Dipandang penting untuk dipelajari karena baik secara langsung dan

tidak langsung akan mempengaruhi perilaku anak sehari-hari. Secara

langsung, perkembangan fisik seorang anak akan menentukan

keterampilan anak dalam bergerak. Seorang anak SD yang bangun

tubuhnya sesuai dengan usia tersebut akan melakukan hal-hal yang lazim

dilakukan oleh anak-anak pada usia tersebut. Secara tidak langsung

perkembangan fisik seorang anak mempengarui cara anak memandang

dirinya sendiri dan memandang orang lain. Sebagai contoh konkret dalam

kehidupan sehari-hari anak lebih banyak bergambung dengan teman

sebayanya yang secara fisik seukuran dengan dirinya.

2. Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan

jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang

terkoordinasi. Seandainya tidak ada gangguan lingkungan atau fisik atau

hambatan mental yang mengganggu perkembangan motorik secara normal

anak SD akan siap menyesuaikan diri sampai usia remaja awal.

3. Perkembangan Emosi

Ciri khas penampilan emosi anak :

a. Emosi yang kuat, anak bereaksi dengan intensitas yang sama baik

(31)

b. Emosi seringkali tampak fluktuatif (berubah-ubah/tidak menetap).

Anak-anak seringkali memperlihatkan emosi yang meningkat dan

mereka mempelajari ledakan emosional seringkali mengakibatkan

hukuman kemudian mereka belajar untuk menyesuaikan diri.

c. Emosi bersifat sementara

Peralihan yang cepat pada anak-anak kecil dari tertawa kemudian

menangis, atau dari marah ke tersenyum atau dari cemburu ke rasa

sayang merupakan akibat dari sistem emosi yang terpendam dengan

ekspresi terus terang, kekurangpahaman terhadap situasi karena

kematangan intelektual dan pengalaman yang terbatas, rentang

perhatian yang pendek sehingga perhatian mudah dialihkan. Dengan

meningkatnya usia anak. Maka emosi lebih menetap.

d. Reaksi mencerminkan individualitas

Bayi ketika lahir pola reaksinya pada umumnya sama. Secara bertahap,

dengan adanya pengaruh faktor belajar dan lingkungan.

e. Emosi berubah kekuatannya

Dengan meningkatnya usia anak, pada usia tertentu emosi yang sangat

kuat berkurang kekuatannya, sedangkan emosi lainnya yang tadinya

lemah berubah menjadi kuat.

f. Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku

Anak-anak tidak memperlihatkan reaksi emosional mereka secara

(32)

melalui kegelisahan, melamun, menangis dan tingkah laku gugup

seperti menggigit kuku dan mengisap jempol.

Hurlock (1980: 146) Mengatakan bahwa para ahli psikologi, orang tua,

dan pendidik memberikan label yang mencerminkan ciri-ciri penting pada

akhir masa kanak-kanak. 1). Bagi kebanyakan orang tua, akhir masa

kanak-kanak merupakan usia yang menyulitkan dimana ketika anak mulai masuk SD,

anak mulai mendapat pengaruh dari teman-teman sebaya sehingga biasanya

yang terjadi anak menjadi sulit menuruti perintah. Bagi kebanyakan anak

laki-laki biasanya mulai kurang memperhatikan dan tidak bertanggungjawab

terhadap pakaian dan benda-benda miliknya maka orang tua memandang

periode ini sebagai usia tidak rapi, cenderung tidak memperdulikan dan

ceroboh dalam penampilan, kamar sangat berantakan. 2) Bagi para pendidik

melabelkan akhir masa kanak-kanak dengan usia SD. Pada usia ini anak

diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting

untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa; dan

mempelajari pelbagai keterampilan penting tertentu, baik keterampilan

kurikuler maupun ekstrakurikuler.3) Bagi para ahli Psikologi ; akhir masa

kanak-kanak dipandang sebagai periode kritis dalam dorongan berprestasi.

Suatu masa dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak

sukses atau sangat sukses. Sekali terbentuk, kebiasaan untuk bekerja di bawah,

diatas atau sesuai dengan kemampuan cenderung menetap sampai dewasa.

Akhir masa kanak-kanak adalah usia berkelompok. Suatu masa dimana

(33)

sebagai anggota kelompok terutama kelompok yang bergengsi dalam

pandangan teman-temannya. Oleh karena itu, anak ingin menyesuaikan

dengan standar yang disetujui kelompok dalam penampilan, berbicara dan

berperilaku. Keadaan ini mendorong ahli psikologi untuk menyebut periode

ini sebagai usia penyesuaian diri.

Menurut Yusuf (2006: 24-25) masa usia SD sering disebut sebagai masa

intelektual atau masa keserasian bersekolah dan ketika anak duduk di bangku

kelas V SD digolongkan dalam masa sekolah tinggi SD. Ciri-ciri khas yang

muncul pada masa ini adalah :

1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal

ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan

pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

2. Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar.

3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata

pelajaran khusus, yang oleh para ahli yang mengikuti teori faktor

ditafsirkan sebagai masa menonjolnya faktor-faktor (bakat-bakat

khusus).

4. Kira-kira umur 11,0 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang

dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi

keinginannya. Selepas umur ini pada umumnya anak menghadapi

tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.

5. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran

(34)

6. Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya

untuk dapat bermain bersama-sama. Dalam permainan itu biasanya

anak tidak lagi terikat kepada peraturan permainan yang tradisional

(yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.

Reni (2001: 21) mengemukakan bahwa masa kanak-kanak awal dimulai

saat masih bayi dan berakhir pada usia 13 tahun. Itulah sebabnya, ini

merupakan masa yang penuh dengan persoalan bagi orang tua disebabkan

anak sudah mulai ingin menunjukkan kebebasannya sebagai individu. Masa

ini ditunjukkan dalam bentuk sikap keras kepala, melawan, tidak patuh dan

berbuat antagonis. Anak juga kerapkali marah tidak karuan, merasa diganggu

mimpi buruk, ketakutan yang tidak masuk akal dan cemburu yang tidak

beralasan.

Sprintall (1998: 147-148) menuturkan apabila anak mengembangkan

kebiasaan untuk bekerja sesuai dengan kemampuannya, kebiasaan ini akan

menetap dan cenderung mengenai semua bidang kehidupan anak, tidak hanya

dibidang akademik saja. Jauh sebelum masa Sekolah Dasar berakhir, anak

perempuan mengetahui bahwa memperoleh nilai akademik yang lebih baik

dari anak laki-laki dianggap kurang sesuai dengan peran seks kelompoknya

sehingga ia mulai mengembangkan kebiasaan untuk bekerja di bawah

kemampuannya. Lambat laun kebiasaan berprestasi rendah ini meluas ke

semua bidang kehidupan dimana prestasinya dibandingkan dengan prestasi

(35)

B. Fase Perkembangan Anak Sekolah Dasar

Masa perkembangan dibagi menjadi beberapa fase, itu disebabkan

karena batas-batas yang jelas dari masa-masa perkembangan itu memang tidak

bisa dipastikan dengan seksama. Setiap pencetus teori ingin menonjolkan

beberapa aspek yang khas dari setiap fase. Misalkan menampilkan secara

khusus perkembangan ego, perkembangan intelegensi, bimbingan sekolah,

perkembangan seksualitas, masa-masa kritis dan sebagainya. Oleh karena itu

terbuka kemungkinan bagi setiap penulis untuk mengemukakan pendapatnya

masing-masing. Sekalipun begitu, pembagian-pembagian tadi pada intinya

mengandung banyak unsur kesamaan.

Dalam ilmu jiwa perkembangan kita kenal beberapa pembagian masa

hidup anak, yang disebut fase atau perkembangan. Fase perkembangan ini

mempunyai ciri-ciri yang relatif sama, berupa kesatuan-kesatuan peristiwa

yang bulat. Fase-fase perkembangan menurut para ahli sebagai berikut :

1. Perkembangan menurut Aristoteles

Aristoteles membagi masa perkembangan selama 21 tahun dalam

3 septenia (3 periode kali 7 tahun) yang dibatasi oleh 2 gejala alamiah

penting yaitu pergantian gigi dan munculnya gejala pubertas. Hal ini

didasarkan pada paralelitas perkembangan jasmaniah dengan

perkembangan jiwani anak. Pembagian tersebut sebagai berikut: 0 – 7

tahun disebut sebagai masa anak kecil, masa bermain ; 7 – 14 tahun

(36)

2. Perkembangan menurut Charlotte Buhler

Usia 9- 11 tahun : sebagai masa sekolah rendah, pada periode ini

anak mencapai objektivitas tertinggi. Masa penyelidik, kegiatan

mencoba dan bereksperimen, yang distimulir oleh dorongan-dorongan

meneliti dan rasa ingin tahu yang besar. Merupakan masa pemusatan dan

penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah dan bereksplorasi. Pada

akhri fase ini anak mulai “menemukan diri sendiri” yaitu secara tidak

sadar mulai berpikir tentang diri pribadi. Pada waktu itu anak seringkali

mengasingkan diri.

3. Perkembangan menurut Kohnstamn

Masa anak kecil adalah masa estetis dan masa anak sekolah adalah

masa intelektual

4. Perkembangan menurut Hackel

Usia 8-10 tahun adalah masa dimana anak suka sekali memelihara

binatang ternak dan binatang jinak. Misalnya memelihara kucing, anjing

kecil, ayam. Dengan penuh kasih sayang anak-anak pada usia ini

menimang dan kadang memandikan binatang-binatang tersebut ; 11- 12

tahun adalah masa dimana anak gemar sekali mengumpulkan

macam-macam benda misalnya kartupos bergambar, manik-manik, uang receh,

(37)

5. Perkembangan menurut Johan Amos Comenius

Usia 6 -12 tahun disebut periode sekolah- bahasa- ibu karena pada

periode ini anak baru mampu menghayati setiap pengalaman dengan

pengertian bahasa sendiri (bahasa ibu). Bahasa ibu dipakai sebagai

sarana untuk berkomunikasi dengan orang lain; yaitu untuk mendapatkan

impresi dari luar berupa pengaruh, sugesti dan transmisi kultural

(pengoperan nilai-nilai budaya). Bahasa ibu juga dipakai untuk

mengekspresikan kehidupan batinnya kepada orang lain.

6. Perkembangan menurut Hurlock (1978: 38)

Hurlock membagi masa kanak-kanak terdiri atas dua bagian yaitu

a). masa kanak-kanak dini (usia 2 sampai dengan 6 tahun) adalah usia

pra sekolah (pra kelompok). Anak tersebut berusaha mengendalikan

lingkungan dan mulai belajar menyesuaikan diri secara sosial, b). Akhir

masa kanak-kanak (usia 6-13 tahun). Terjadinya kematangan sosial anak

perempuan adalah usia 13 tahun pada anak laki-laki usia 14 tahun.

7. Perkembangan menurut Papalia dan Old

Reni (2001) Membagi masa kanak-kanak dalam lima tahap yaitu

a) Masa Prenatal yang diawali dari masa konsepsi sampai masa lahir;

b) Masa Bayi dan Tatih adalah saat usia 18 bulan pertama kehidupan

merupakan masa bayi; c) Masa tatih adalah di atas usia 18 bulan sampai

dengan tiga tahun. Pada saat masa tatih inilah anak-anak menuju pada

penguasaan bahasa dan motorik serta kemandirian; d) Masa kanak-kanak

(38)

dengan masa pra sekolah, e) Masa kanak-kanak mulai usia 6-12 tahun

dikenal sebagai masa sekolah. Pada masa ini anak telah mampu

menerima pendidikan formal dan menyerap berbagai hal yang ada di

lingkungannya.

Menurut Ilmu Psikologi (1994) Perkembangan anak Sekolah Dasar

terdiri dari :

1. Perkembangan Intelektual

Mengenai perkembangan intelektual ini diambil dari para ahli

seperti Jean Piaget dan Robert M.Gagne yang berpendapat bahwa

anak-anak mempunyai cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa.

Perkembangan intelektual anak berlangsung melalui perkembangan yang

dimaksud Piaget sebagai skema (Schemata). Menurut Piaget skema

merupakan penggambaran internal mengenai kegiatan fisik atau mental,

sehingga skema dapat dianggap sebagai kumpulan kaidah mengenai

bagaimana cara berinteraksi dengan lingkungan.

Piaget menekankan, bahwa aktivitas didalam menggunakan skema

inilah yang membawa anak kearah hubungannya dengan lingkungannya

sehingga menghasilkan perkembangan kognitif. Jalan yang ditempuh

anak dalam interaksinya dengan lingkungan tergantung pada skema yang

dimilikinya. Anak-anak mengerti dunianya melalui skemanya. Sehingga

anak berusia tiga tahun mengerti bahwa mainan mobil-mobilan itu

menarik namun tidak demikian halnya bagi bayi berusia empat bulan,

(39)

pemahaman dunia melalui skema yang dimiliki anak disebut asimilasi

(assimilation).

2. Perkembangan Kognitif

Piaget mengemukakan fase perkembangan kognitif sebagai

berikut:

a. Umur 0-2 adalah Fase Sensorimotor

Pada fase ini anak mulai belajar melatih koordinasi mata – tangan,

mata – kaki. Anak tertarik dengan rangsangan/stimulus yang menarik

perhatiannya kemudian meresponnya dengan gerakan-gerakan yang

masih terbatas.

b. Usia 2-7 Fase Intutif atau praoperasional

Pada fase ini anak mulai mengartikan stimulus yang dihadapkan pada

dirinya dan mulai mempelajari hal-hal baru di sekelilingnya.

c. Usia 7 – 11 Fase Operasi Konkret

Pada fase ini anak mulai belajar menjalin kontak sosial dengan

orang-orang yang ada di luar rumah, terutama anak sebayanya.Anak mulai

berani mengeksplorasi segala sesuatu yang selama ini tersimpan di

pikirannya. Mulai menunjukkan minat yang besar untuk bertanya apa

saja yang ada di sekitarnya.

d. Usia 11- 16 Fase Operasi Formal

Pada fase ini anak mulai mengimplikasikan daya kreativitasnya

(40)

informasi dari lingkungannya dan keadaan ini akan berlanjut sampai

usia dewasa.

3. Perkembangan Bahasa

Bahasa berkembang diawali adanya kebutuhan anak terhadap keinginan

bergaul, keinginan memperoleh informasi, keinginan menyatakan

pendapat/kemauan atau keinginan menguasai orang lain. Perkembangan

bahasa anak sangat erat hubungannya dengan tahap perkembangan fisik

maupun psikis anak itu. Proses-proses seperti belajar, penggunaan ingatan,

penanaman kebiasaan dalam pendidikan dan pengajaran merupakan unsur

penting yang mempengarui perkembangan bahasa.

4. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik mengikuti pola perkembangan tertentu, terjadilah

diferensiasi yang makin luas dari fungsi-fungsi dan sifat-sifat. Mengenai

pembawaan biologis, ada yang sama sekali tidak dapat dipengarui oleh

lingkungan, ada yang sedikit banya terkena pengaruh dari luar. Misalnya

mata, pola gambaran jari anak dan kaki, demikian pula letak hidung dan

telinga tidak dapat diubah oleh pengaruh lingkungan. Warna kulit dapat

berubah karena pengaruh matahari, otot-otot mengalami perubahan karena

latihan, dan sebagainya.

Seorang dapat mempunyai tubuh pendek disebabkan oleh keturunan,

tetapi dapat pula oleh karena ia kekurangan makan, pemeliharaan yang

tidak sempurna, penyakit berat dimasa kanak-kanak, pekerjaan berat

(41)

penanaman kebiasaan yang dalam pendidikan merupakan unsur penting

yang harus diperhatikan pada tahap perkembangan fisik ini.

5. Perkembangan Emosi

Perkembangan emosi erat hubungannya dengan fase-fase

perkembangan fisik maupun psikis seorang anak. Perkembangan emosi

dipengarui oleh kematangan dan belajarnya individu itu pada tiap

perkembangannya. Sebenarnya dalam pertumbuhan dan perkembangan

hampir semua fungsi yang esensial dari seorang individu selalu ada dan

terdapat kerjasama diantara fungsi-fungsi tersebut dan kemudian hari

makin bertambah kompleks.

Sebagai gambaran suatu proses yang semakin kompleks yaitu mulai

dari anak itu belajar berjalan, berbicara sampai pada fantasi dan berpikir,

oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa keadaan dalam pertumbuhan dan

perkembangan seorang individu baik dari dalam maupun dari luar akan

membentuk sifat khas emosi dari individu itu.

Masa usia sekolah dasar ada yang mengatakan sebagai masa

kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia 6 tahun hingga kira-kira sebelas

atau dua belas tahun. Usia ini di tandai dengan mulainya anak masuk

sekolah dasar, dan dimulailah sejarah baru dalam kehidupannya yang

kelak akan mengubah sikap-sikap dan tingkah lakunya. Para pendidik

mengenal masa ini sebagai “ masa sekolah”, oleh karena itu pada usia

(42)

Menurut Jean Piaget dan Robert M. Gagne Piaget (1994) Perkembangan

siswa sekolah dasar dapat dilihat dari 2 faktor yaitu

1. Perkembangan Intelektual

Mereka berpendapat bahwa anak-anak memiliki cara berpikir yang

berbeda dengan perkembangan orang dewasa. Perkembangan intelektual

anak berlansung melalui perkembangan yang dimaksud Peaget sebagai

skema (Schemata). Menurut Peaget skema itu merupakan penggambaran

internal mengenai kegiatan fisik atau mental, sehingga skema dapat

dianggap sebagai kumpulan kaidah mengenai bagaimana caranya

berinteraksi dengan lingkungan. Seorang anak yang memiliki skema

tertentu akan terdorong untuk menggunakannya.

Peaget menekankan bahwa aktivitas di dalam menggunakan skema

inilah yang membawa anak ke arah hubungannya dengan lingkungannya.

Sehingga menghasilkan perkembangan kofnitif. Jalan yang ditempuh anak

dalam interaksinya dengan lingkungannya tergantung dengan skemanya,

sehingga anak berusia tiga tahun mengerti bahwa mainan mobil-mobilan

itu menarik namun tidak demikian dengan bayi berusia empat bulan,

karena mainan tersebut tidak dapat diisap atau dibunyikan .

Proeses pemahaman dunia melalui skema yang dimiliki anak disbeut

asilmilasi (assimilation). Anak mendapat umpan balik dari lingkungannya

dengan maksud supaya dia dapat memperbaiki persepsinya. Manakala dia

memperoleh pengalaman bahwa skema yang dimilikinya tidak sebanding

(43)

(diseguilibrium). Keseimbangan ini hanya bersifat sementara karena

kejadian kontinue berikutnya akan membentuk rangsangan yang lebih

baru pada diri anak dan proses perubahan struktur mentaalpun terjadi dan

akomodasipun berlangsung apabila kepada anak hanya dihadapkan

informasi dan pengalaman yang dapat diasimilasikan dengan mudah,

tidak akan terjadi akomodasi dan perkembangan anakpun akan terhambat,

dilain pihak akomodasipun tidak terjadi apabila pengalaman terlalu asing

bagi anak, sehingga anakpun tidak dapat memahaminya.

Menurut Peaget (1994) Usia SD merupakan fase operasi konkret.

Pada fase ini anak menunjukkan suatu reorganisasi dalam struktur mentaal

anak. Dalam fase operasi konkret anak tidak menentukan pilihan yang

mana saja boleh, karena isinya sama banyak. Dalam banyak hal

pengajaran di SD dapat dikatakan sesuai dengan perkembangan kognitif

para murid. Semua aktivitas di sekolah membantu untuk perkembangan

kognitif.

2. Perkembangan Bahasa

Bahasa adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi dimana

pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk

mengungkapkan suatu pengertian seperti halnya bentuk-bentuk

komunikasi, tertulis, lisan, tanda, air muka, gerak tangan, pantomim dan

(44)

Anak belajar berbicara sesuai dengan kebutuhannya. Sekiranya ia

dapat memperoleh apa yang diinginkannya tanpa bersusah payah untuk

memintanya. Pada mulanya motif anak untuk belajar bahasa agar dapat

memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, keinginannya dan menguasai

lingkungannya sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Anak belajar

menggunakan kata-kata yang diperlukannya. Keingingan untuk

memperoleh informasi tentang lingkungannya, memberi perintah dan

menyatakan kemauannya, pergaulan dengan orang lain, dan menyatakan

ide serta pendapatnya adalah kebutuhan-kebutuhan utama anak-anak yang

merupakan insentif baginya untuk belajar berbicara. Gangguan dan

masalah dalam perkembangan bahasa dapat seringkali meninggalkan

bekas pada kepribadian mereka.

3. Perkembangan Fisik

Pertumbuhan fisik mempengarui tingkah laku, dan tingkah laku

selanjutnya mempengarui pula pertumbuhan fisik. Perkembangan fisik

anak membawa pengaruh besar pada sikapnya terhadap orang lain, juga

mempengarui reaksinya terhadap dirinya sendiri dan orang lain.

Menyadari bagaimana pandangan orang lain tentang ukuran badannya atau

rupanya secara umum berpengaruh pula terhadap konsep dirinya.

4. Perkembangan Emosi

Emosi memainkan peranan penting dalam kehidupan anak. Dari

pengalaman masa kecil kita ingat bahwa emosi memberi warna atau

(45)

merupakan motivasi terhadap tindakan atau perbuatan kita, akan tetapi

juga menyadari bahwa ada kalanya emosi itu menjadi penghambat atau

rintangan. Pengaruh emosi terhadap keadaan fisik anak bisa berakibat

sangat merugikan terutama bila emosi-emosi itu amat kuat dan sering

dialami.

Perkembangan emosi erat berhubungan dengan fase-fase

perkembangan fisik maupun psikis seorang anak. Perkembagnan emosi itu

dipengarui oleh kematangan dan belajarnya individu itu pada tiap tahap

perkembangannnya. Sebenarnya dalam masa pertumbuhan dan

perkembangan hampir semua fungsi yang esensial dari seorang individu

selalu ada dan terdapat kerjasama diantara fungsi-fungsi tersebut dan

kemudian makin hari makin bertambah kompleks. Sebagai gambaran suatu

proses yang semakin kompleks yaitu mulai dari anak itu belajar berjalan,

berbicara, sampai pada berfantasi dan berpikir. Oleh sebab itu dapat

dikatakan bahwa keadaan dalam pertumbuhan dan perkembangan

seseorang individu baik dari dalam maupun dari luar akan membentuk

sifat khas emosi dari individu itu.

Seorang ahli berpendapat bahwa masa sekolah adalah masa matang

untuk belajar, maupun masa matang untuk sekolah. Disebut masa anak

sekolah, karena sudah menamatkan taman kanak-kanak, sebagai lembaga

persiapan bersekolah yang sebenarnya. Disebut masa matang untuk

belajar, karena mereka sudah berusaha untuk mencapai sesuatu tetapi

(46)

kesenangan pada waktu melakukan aktivitasnya itu sendiri. Disebut masa

matang untuk sekolah karena mereka sudah menginginkan

kecakapan-kecakapan baru yang dapat diberikan oleh sekolah. Sebagai hasil

pemberian bantuan yang diberikan oleh keluarga dan taman

kanak-kanaknya, pada masa ini anak telah mengalami

perkembangan-perkembangan yang membantu anak untuk dapat menerima bahan yang

diajarkan oleh gurunya. Dalam masa sekolah ini, anak sudah siap

menjelajahi lingkungannya. Ia tidak puas lagi sebagai penonton saja. Ia

ingin mengetahui lingkungannya, tata kerjanya, perasaan-perasaannya dan

bagaimana ia dapat menjadi bagian dari lingkungannya (direktorat Jendral

bimbingan : 43)

Menurut Kartini Kartono (1995: 7) mengatakan apabila kita hendak

memahami kehidupan anak-anak khususnya anak usia sekolah dasar, maka

kita harus banyak menyandarkan diri pada observasi terhadap tingkah laku

anak-anak tersebut. Sebab anak-anak itu tidak bisa bercerita tentang keadaan

diri sendiri, dan tidak mampu mengungkapkan kehidupan psikisnya.

Selanjutnya kebanyakan dari kita memiliki kenangan hidup masa sangat muda

(0-3 tahun) yang minim sekali. Banyak peristiwa yang terjadi pada usia sangat

muda dulu yang menjadi serat jalinan dasar bagi kehidupan mental sekarang.

Harus disadari bahwa hampir tidak ada seorang anakpun yang bersedia

membukakan segenap perasaan dan isi batinnya kepada orang lain. Ada

(47)

untuk membukakan isi perasaan dan pikirannya sekalipun terhadap ibu sendiri

atau terhadap orang tua.

Reni (2001: 21) mengemukakan bahwa masa kanak-kanak awal dimulai

saat masih bayi dan berakhir pada usia 13 tahun. Itulah sebabnya, ini

merupakan masa yang penuh dengan persoalan bagi orang tua disebabkan

anak sudah mulai ingin menunjukkan kebebasannya sebagai individu. Masa

ini ditunjukkan dalam bentuk sikap keras kepala, melawan, tidak patuh dan

berbuat antagonis. Anak juga kerapkali marah tidak karuan, merasa diganggu

mimpi buruk, ketakutan yang tidak masuk akal dan cemburu yang tidak

beralasan.

Selain yang sudah tertulis diatas mengenai Fase Perkembangan Anak

Sekolah Dasar, Yusup ( 2005: 180-183) menambahkan :

1. Perkembangan Sosial

Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan

dalam hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk

menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral

(agama). Perkembangan sosial pada anak Sekolah Dasar ditandai dengan

adanya perluasan hubungan, disamping dengan keluarga juga dia mulai

membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau teman

sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas.

Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri

(egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerjasama) atau sosiosentris

(48)

Anak dapat berminat terhadap kegiatan teman sebayanya, dan

bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok

(gang), dia merasa tidak senang apapbila tidak diterima dalam

kelompoknya). Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan diri

dengan kelompok teman sebaya maupun lingkungan masyarakat

sekitarnya. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan

sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan

tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik (misalnya

membersihkan kelas dan halaman sekolah) maupun tugas yang

membutuhkan pikiran contohnya seperti merencanakan camping, membuat

laporan study tour dan sebagainya.

2. Perkembangan Moral

Anak mulai mengenal konsep moral (mengenai benar dan salah atau

baik buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya,

mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, tetapi lambat laun anak

akan memahaminya. Usaha menanamkan konsep moral sejak usia dini

(prasekolah) merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang

diterima anak mengenai benar dan salah atau baik-buruk akan menjadi

pedoman pada tingkah lakunya dikemudian hari.

Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti tuntutan dari

orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat

(49)

sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar

salah atau baik buruk. Misalnya dia memandang atau menilai bahwa

perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada orang tua merupakan

suatu yang salah atau buruk. Sedangkan perbuatan jujur, adil dan sikap

hormat kepada orang tua dan guru merupakan suatu yang benar dan baik.

Menanamkan konsep moral pada anak menurut Steede, Kevin (2003:

38) adalah sebagai berikut :

a. Harus dipahami bahwa semua anak menginginkan perhatian

b. Lebih baik menghadiahi anak-anak pujian atas perilaku positif

daripada memberi perhatian pada perilaku-perilaku negatif.

c. Berusaha ‘menangkap’ anak yang sedang berperilaku baik dan

menghadiahi mereka atas perilaku tersebut.

d. Membagi perilaku yang diinginkan kedalam tahap-tahap yang lebih

kecil, memberi pujian untuk setiap tahap berhasil dicapai si anak.

3. Perkembangan Penghayatan Keagamaan

Periode sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai

agama sebagai kelanjutan periode selanjutnya. Kualitas keagamaan anak

akan sangat dipengarui oleh proses pembentukan atau pendidikan yang

diterimanya. Berkaitan dengan hal tersebut, pendidikan agama di sekolah

dasar mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena itu

pendidikan agama (pengajaran, pembiasaan, penanaman nilai-nilai) di

sekolah dasar harus menjadi perhatian semua pihak yang terlibat dalam

(50)

Senada dengan paparan tersebut, Zakiah Daradjat (1986: 58)

mengemukakan bahwa pendidikan agama di sekolah dasar, merupakan

dasar bagi pembinaan sikap positif terhadap agama dan mampu

membentuk pribadi dan akhlak anak.

C. Tugas Perkembangan Anak Sekolah Dasar

Menurut Havighurst (Kartini Kartono, 1995: 40) tugas perkembangan

untuk anak SD (usia 6-12 tahun) adalah sebagai berikut :

1. Belajar kecakapan fisik yang diperlukan untuk permainan anak-anak

Melalui pertumbuhan fisik dan otak, anak belajar dan berlari semakin

stabil, makin mantap dan cepat. Pada masa sekolah anak sudah sampai

taraf penguasaan otot, sehingga sudah dapat berbaris, melakukan senam

pagi dan permainan ringan seperti sepak bola, loncat tali, berenang dan

sebagainya.

2. Membangun sikap menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai organisasi

yang bertumbuh

Hakikat tugas ini ialah (1) mengembangkan kebiasaan untuk

memelihara badan, meliputi kebersihan, keselamatan diri, dan kesehatan;

(2) mengembangkan sikap positif terhadap jenis kelaminnya baik pria dan

wanita dan juga menerima dirinya baik rupa wajahnya maupun postur

(51)

3. Belajar bergaul dengan teman sebaya

Agar anak-anak senang dan nyaman bergaul atau berteman, maka

anak mutlak dibiasakan berada di tengah-tengah seman sebayanya, untuk

bermain dan beraktivitas seperti di Playgroup atau lingkungan sebaya

seputar tempat tinggalnya . Anak-anak berlatih dan membiasakan

menghadapi bermacam-macam karakter anak. Dengan sendirinya anak

belajar berinteraksi, bermain dan beradaptasi dengan bermacam-macam

karakter anak.

4. Belajar memainkan peran pria dan wanita yang sesuai

Apabila anak sudah masuk sekolah, perbedaan jenis kelamin akan

semakin tampak. Dari segi permainan umpamanya akan tampak bahwa

anak laki-laki tidak akan memperbolehkan anak perempuan mengikuti

permainana yang khas laki-laki, seperti main kelereng, main bola dan

layang-layang.

5. Mengembangkan kecakapan dasar dalam membaca, menulis dan

menghitung

Salah satu sebab masa usia 6-12 tahun disebut masa sekolah karena

pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohaninya sudah cukup matang

untuk menerima pengajaran. Untuk dapat hidup dalam masyarakat yang

berbudaya, paling sedikit anak harus tamat SD, karena dari sekolah dasar

anak sudah memperoleh keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan

(52)

6. Mengembangkan konsep yang diperlukan untuk sehari-hari

Apabila anak telah melihat sesuatu, mendengar, mengecap, mencium

dan mengalami, tinggallah suatu ingatan pada kita. Ingatan mengenai

pengamatan yang telah lalu itu disebut konsep (tanggapan). Demikianlah

kita mempunyai tanggapan tentang ayah, ibu, rumah, pakaian, buku,

sekolah dan juga mengenai gerak-gerik yang dilakukan seperti berbicara,

berjalan, berenang, dan menulis. Bertambahnya pengalaman akan

menambahkan perbendaraan konsep pada anak. Semakin bertambah

pengetahuan, semakin bertambah pula konsep yang diperoleh. Tugas

sekolah yaitu menanamkan kaidah-kaidah atau ajaran agama (moral), ilmu

pengetahuan, adat istiadat.

7. Mencapai kemandirian pribadi

Hakekat tugas ini ialah untuk menjadi orang yang berdiri sendiri

dalam arti dapat membuat rencana, berbuat untuk masa sekarang dan masa

yang akan datang bebas dari pengaruh orang tua dan orang lain.

8. Membentuk sikap terhadap kelompok dan lembaga sosial

Hakekat tugas ini ialah mengembangkan sikap sosial yang

demokratis dan menghargai hak orang lain. Umpamanya,

mengembangkan sikap tolong menolong, sikap tenggang rasa, mau

bekerjasama dengan orang lain, toleransi terhadap pendapat orang lain dan

menghargai hak orang lain.

Rochmah (2005: 70) berpendapat kalau pada masa bayi dan

(53)

pada anak berusia 6-12 tahun dunianya lebih banyak di sekolah dan

lingkungan sekitar. Sejalan dengan itu ada tiga dorongan besar yang dialami

anak pada masa ini; yaitu dorongan untuk keluar dari rumah dan masuk dalam

kelompok sebaya (peer group). Dorongan fisik untuk melakukan berbagai

bentuk permainan dan kegiatan yang menuntut keterampilan/ gerakan fisik

dan dorongan mental untuk masuk dunia konsep,pemikiran, interaksi dan

simbol-simbol orang dewasa.

Menurut Gunarso (2004 : 13) masa anak sekolah (umur 6 – 12 tahun)

sebagai masa tenang atau masa laten, dimana yang telah terjadi dan dipupuk

pada masa-masa sebelumnya akan berlangsung terus untuk masa-masa

selanjutnya. Usia ini disebut juga sebagai usia kelompok (gangage), dimana

anak mulai mengalihkan perhatian dan hubungan intim dalam keluarga ke

kerjasama antar teman dan sikap-sikap terhadap kerja dan belajar. Dengan

memasuki SD (Sekolah Dasar), salah satu hal penting yang perlu dimiliki anak

adalah kematangan sekolah, tidak saja meliputi kecerdasan dan keterampilan

motorik, bahasa, tetapi juga hal lain seperti dapat menerima otoritas tokoh lain

diluar orang tuanya, kesadaran akan tugas, patuh pada peraturan dan dapat

mengendalikan emosi-emosinya.

Pada masa sekolah , anak-anak membandingkan dirinya dengan

teman-temannya dimana ia mudah sekali dihinggapi ketakutan akan kegagalan dan

ejekan teman. Bila pada masa ini ia sering gagal dan merasa cemas, akan

tumbuh rasa rendah diri, sebaliknya bila ia tahu tentang bagaimana dan apa

(54)

berhasil mengatasi masalah dalam hubungan dengan teman dan prestasi

sekolahnya, akan timbul motivasi yang tinggi terhadap karya dengan lain

perkataan terpupuklah “ Industri”.

Dengan memasuki dunia sekolah dan masyarakat, anak-anak dihadapkan

pada tuntutan sosial yang baru, yang menyebabkan timbulnya

harapan-harapan atas diri sendiri (self-expectation) dan aspirasi-aspirasi baru, dengan

lain perkataan akan muncul lebih banyak tuntutan dari lingkungan maupun

dari dalam anak sendiri yang kesemuanya ingin dipenuhi. Beberapa

keterampilan yang perlu dimiliki anak pada fase ini meliputi antara lain :

1. Keterampilan menolong diri sendiri (Self –help skill);

misalnya dalam hal mandi, berdandan, makan.

2. Keterampilan sosial (social-help skill); anak mampu

membantu dalam tugas-tugas rumah tangga seperti menyapu,

membersihkan rumah, mencuci dan sebagainya. Partisipasi

mereka akan memupuk perasaan berguna dan sikap

kerjasama

3. Keterampilan Sekolah (school-skill); meliputi penguasaan

dalam akademik dan non akademik (misalnya menulis,

mengarang, matematika, melukis, menyanyi, prakarya dan

sebagainya)

4. Keterampilan bermain (play skill); meliputi keterampilan

(55)

mengendarai sepeda, sepatu roda, catur, bulutangkis dan

lain-lain.

Pada usia ini anak mulai belajar mengendalikan reaksi emosinya dengan

berbagai cara atau tindakan yang dapat diterima lingkungannya (misalnya

sekarang ia tidak lagi menjerit-jerit dan bergulingan kalau keinginannya tidak

terpenuhi karena reaksi semacam itu dianggap seperiti “ anak kecil” ).

Memang masih sering terjadi bahwa di rumah anak-anak usia ini kurang besar

motivasinya untuk mengendalikan emosinya bila dibandingkan dengan kontrol

emosi yang dilakukannya di luar rumah (diantara teman atau disekolah). Pada

akhir masa sekolah, tujuan utama masa ini adalah diakui sebagai anggota dari

suatu kelompok, maka biasanya anak-anak cenderung lebih senang memilih

aturan-aturan yang ditetapkan kelompoknya daripada apa yang diatur

orangtuanya misalnya dalam cara berpakaian, berdandan, berbicara,

bertingkah laku dan sebagainya.

Melalui pengasuhan di rumah dan pergaulan sosial sehari-hari anak

belajar berinteraksi dengan orang lain, anak menemukan identitas diri dan

peran jenis kelaminnya, melatih otonomi, sikap mandiri dan berinisiatif,

belajar mengatasi kecemasan dan konflik secara tepat, mengembangkan moral

dan kata hati yang benar dan serasi.

D. Kebutuhan Anak Sekolah Dasar

Bambang (1990: 22) berpendapat bila orang tua ingin anaknya menjadi

(56)

dengan potensi-potensi tersebut maka orang tua harus memperhatikan

kebutuhan anak. Kebutuhan-kebutuhan itu antara lain :

1. Cinta

Banyak cara untuk menyatakan cinta. Ada yang dengan memberikan

hadiah berupa materi, ada yang hanya dengan belaian, ciuman dan

kata-kata yang bersifat menghargai dan menyenangkan. Semua cara dapat

ditempuh asalkan terdapat keseimbangan antara yang diucapkan dan yang

diberikan baik materi dan non materi.

2. Pengakuan atas keberhasilannya

Seorang anak yang telah berhasil dalam melakukan suatu aktivitas

tetapi tidak pernah mendapatkan perhatian dan pengakuan, maka dapat

berkurang motivasinya.

3. Rasa aman

Kebutuhan akan rasa aman sangat penting untuk dipenuhi, anak yang

mempunyai rasa aman akan melakukan aktivitas yang dapat menambah

lajunya perkembangan fisik dan psikisnya. Rasa aman yang utama adalah

rumah dan orang-orang di sekelilingnya. Dengan adanya rasa aman dari

lingkungannya, maka anak akan melangkah keluar dengan rasa percaya

diri.

4. Dorongan

Anak membutuhkan dorongan dari orang-orang di sekelilingnya

apabila merasa tidak mampu menghadapi situasi atau masalah. Tentu saja

(57)

anak tinggal menerima jadi, tetapi berupa langkah-langkah yang dapat

diambil, memberi semangat bahwa dia dahulu dapat mengatasi dengan

baik.

5. Mandiri

Kemandirian pada anak hendaknya selalu didasarkan pada

perkembangan anak. Apabila orang tua masih menuntut anaknya mandiri

yang terlalu tinggi dari kemampuannya, maka anak akan menjadi tertekan.

6. Menjaga agar kemampuan tetap terjaga

Yang dimaksud disini adalah kebutuhan anak untuk selalu merasa

mampu. Dengan tetap merasa mampu untuk berbuat sesuatu yang

diinginkan maka dia akan terus berusaha untuk berjuang.

7. Kebutuhan mendapatkan kesempatan dan pengalaman

Anak-anak membutuhka dorongan orang tua dan orang-orang di

sekelilingnya dengan diberi kesempatan dan pengalaman dalam

mengembangkan sifat-sifat bawaannya.

8. Anak-anak membutuhkan teman bermain yang simpatik

Teman-teman yang mau mengerti keadaan dirinya, mau menerima,

mau membantu bila dia dalam kesulitan sangat dibutuhkan anak dalam

(58)

9. Anak-anak membutuhkan tempat

Tempat dibutuhkan untuk menyimpan barang-barang miliknya, dan

tempat itu sebaiknya diberikan kepadanya walaupun hanya sekedar sudut

ruangan yang sempit sekalipun.

10. Rasa memiliki (sense of belonging)

Kebutuhan anak akan rasa memiliki sesuatu (betapapun kecilnya)

harus diperhatikan. Semua benda miliknya yang dianggap berharga harus

dia miliki sendiri.

11. Waktu yang bebas

Anak membutuhkan saat-saat yang bebas yang boleh dipergunakan

sesukanya. Mungkin hanya sepuluh menit atau satu jam, anak dapat

berbuat apa yang di kehendaki.

12. Tanggung jawab

Walaupun anak dianggap belum dapat bertanggung jawab, tetapi

kebutuhan tanggung jawab tetap ada. Tanggung jawab dapat disesuaikan

dengan tingkat perkembangannya.

Menurut Maslow kebutuhan seseorang tersusun dalam suatu hirarki

tertentu (Schultz, 1991: 91).Kebutuhan itu terdiri dari :

1. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis, yaitu meliputi kebutuhan-kebutuhan

akan makanan, air, udara, tidur dan seks. pemenuhan kebutuhan itu

Gambar

Tabel. 1Struktur Kurikulum SD/MI
Tabel 1Komposisi Kuesioner Masalah Siswa SD
Tabel 2
Tabel 4Masalah-masalah yang Intens Dialami oleh Siswa

Referensi

Dokumen terkait

1. Intensitas tenaga kerja yang tidak mempengaruhi produksi, justru mengurangi hasil bersih. Peningkatan intensitas penggunaan tenaga kerja yang sejajar dengan peningkatan

Formulir Pemesanan Pembelian Unit Penyertaan beserta bukti pembayaran yang diterima secara lengkap dan disetujui oleh Manajer Investasi atau Agen Penjual Efek Reksa Dana yang

Dalam penelitian ini adalah menganalisis pengaruh rasio keuangan yang berupa Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan dana pihak ketiga (DPK)

Hal ini menunjukan bahwa udem yang ditimbulkan karena induksi karagenan pada telapak kaki tikus berkurang dibandingkan dengan kelompok kontrol positif yang sama

Untuk mempercepat adopsi teknologi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Departemen Pertanian, maka sejak tahun 2009 telah ditandatngani nota kesepahaman antara Badan

Prinsip kerja dari wind tunnel ini adalah menggerakkan udara dengan fan hisap dibagian belakang dan meletakkan benda uji pada external balance yang berfungsi

Beras hitam merupakan varietas lokal yang mengandung pigmen (terutama antosianin) paling baik, berbeda dengan beras putih atau beras warna lain.. Beras hitam memiliki rasa dan

Berdasarkan analisis pengaruh nilai tukar mata uang (kurs) rupiah terhadap dollar di Provinsi Jawa Tengah, diketahui bahwa Nilai tukar mata uang selalu mengalami kenaikan