TAHUN AJARAN 2006/2007
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh :
Yasinta Susi Wardoyo
NIM : 011114035
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2008
SKRIPSI
USULAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL BERDASARKAN MASALAH-MASALAH YANG INTENS DIALAMI OLEH SISWA
KELAS V SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007
Oleh :
Yasinta Susi Wardoyo NIM : 011114035
Telah disetujui oleh :
Pembimbing I
Drs. Puji Purnomo.M.Si tanggal 4 Oktober 2008
Pembimbing II
USULAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL BERDASARKAN MASALAH-MASALAH YANG INTENS DIALAMI OLEH SISWA
KELAS V SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007
Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh Yasinta Susi Wardoyo
NIM : 011114035
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
Pada tanggal 9 Oktober 2008Dan dinyatakan memenuhi syarat
SUSUNAN PANITIA PENGUJI
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua :Dr. M. M. Sri Hastuti, M.Si ………...
Sekretaris :A. Setyandari, S.Pd, Psi, MA. ………...
Anggota :Drs. Puji Purnomo, M.Si ………...
Anggota :Drs. J. Sumedi ………...
Anggota :Dr. M. M. Sri Hastuti, M.Si ………...
Yogyakarta, 9 Oktober 2008
Fakultas Keguruan Ilmu
Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Dekan,
It must come from within
Jadilah bahagia dan berkah bagi dunia
(Hellen Keller)
"Carilah dulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu."
(Mat 6:33)
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Bapak
Valentinus
Sudaljo
dan
Ibu
Theresia
Srinuswantari
Orangtuaku yang selalu memberi inspirasi dan sikap
berserah untuk selalu meletakkan semua pengalaman
hidup dihadapan Tuhan.
Kedua adikku Anton dan Monica Rini yang selalu
memberikan dukungan dan rasa persaudaraan yang
kuat.
Untuk semua sahabat dan teman-teman yang telah
memberikan doa dan dukungan.
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan
begitu banyak pengalaman yang
mengembangkan
hidupku.
SMA
Pangudi
Luhur
yang
telah
memberikan
kesempatan besar untuk belajar dan berkembang
sebagai guru Bimbingan dan Konseling.
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah
Yogyakarta, 9 Oktober 2008
Penulis,
KELAS V SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007
Yasinta Susi Wardoyo
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survey kepada seluruh siswa kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta yang berjumlah 125 siswa. Setelah melalui uji coba penelitian dengan cara menyebarkan questioner maka disusun 49 butir item. Teknik pengolahan data yang digunakan menggunakan tabulasi skor dan Penilaian Acuan Norma (PAN), Tipe I, yaitu : M + 0,75 S.
Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan mengetahui masalah-masalah yang intens dialami siswa kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta pada tahun ajaran 2006/2007. Setelah diketahui masalahnya lalu disusun usulan topik bimbingan klasikal yang sesuai dengan siswa kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta.
Melalui penelitian di ketahui hasilnya yaitu : (1) Masalah-masalah yang intens dialami oleh siswa kelas V.1, yaitu : a. mudah merasa lelah saat mengikuti pelajaran, b. bermasalah karena perkataannya sering membuat teman tersinggung, c.gangguan pada gigi, d. mudah marah bila keinginan tidak terpenuhi, e.sering bertengkar dengan teman,f.malu berteman dengan lain jenis, g. malu dengan teman yang lebih mampu , h.terpaksa mengikuti pelajaran yang tidak disukai, i. sukar memahami penjelasan guru saat pelajaran berlangsung, j. takut tidak naik kelas, k. suasana belajar di rumah kurang memadai, l.kesulitan dalam mengingat materi pelajaran, m.sering tidak tenang saat mengikuti pelajaran di kelas,n. kurang konsentrasi dalam mengikuti pelajaran (2) Masalah-masalah yang intens dialami oleh siswa kelas V.2 yaitu a. mudah merasa lelah saat mengikuti pelajaran di kelas, b. bermasalah karena perkataannya sering membuat teman tersinggung, c. mudah lupa, d. mudah marah bila keinginan tidak terpenuhi, e.terganggu dengan julukan yang diterima dari teman-teman, f. sering patah semangat, g. mengalami masalah karena berbohong, h. malu karena tidak mampu membeli barang-barang seperti milik teman, i. hubungan kurang harmonis dengan kakak atau adik atau dengan anggota keluarga lainnya, j. tugas-tugas pelajaran tidak selesai pada waktunya, k. nilai ulangan kurang memuaskan/buruk, l. takut tidak naik kelas, m. sarana belajar di rumah kurang memadai, n. kurang konsentrasi dalam mengikuti pelajaran (3) Masalah-masalah yang intens dialami oleh siswa kelas V.4 yaitu : a. berMasalah-masalah karena perkataannya sering membuat teman tersinggung, b. mudah lupa, c. sering patah semangat, d. sering bertengkar dengan teman, e. sering terganggu akibat nama orang tua dijadikan bahan ejekan, f. sering dijadikan bahan olok-olokan teman, g. hubungan kurang harmonis dengan kakak atau adik atau dengan anggota keluarga lainnya, h. tugas-tugas pelajaran tidak selesai pada waktunya, i.
bagi siswa kelas V selama satu tahun ajaran. Usulan topik yang ditawarkan ini juga bisa diperkaya oleh Guru BK di SD Pangudi Luhur menyesuaikan dengan masalah-masalah yang dialami oleh para siswa pada setiap tahun ajaran baru.
PROBLEMS FREQUENTLY EXPERIENCED BY THE MOST OF THE FIFTH GRADE STUDENT OF SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA
IN THE ACADEMIC YEAR 2006/2007
Yasinta Susi Wardoyo
Guidance and Counseling Study Program Sanata Dharma University
Yogyakarta 2008
The research was a descriptive research applying a survey method to all fifth grade students of SD Pangudi Luhur Yogyakarta. The respondents were 125 students in the academic year 2006/2007. After the instrument of the experiment had been tried out, then the researcher composed 49 items. The data were analyzed by tabulating the responses, counting the scores, and using the Norm-reference Test, Type I, Namely : M +0,75S.
The purpose of this research was to find out the problems frequently experienced by the fifth grade students of SD Pangudi Luhur Yogyakarta, in 2006/2007 academic year. After finding those, the researcher proposed a suitable classical guidance topic for the fifth grade student of SD Pangudi Luhur Yogyakarta.
The result of the research : (1)The problems frequently experienced by the students of the fifth grade of V.1 , such as : (a) they get tired easily during a class, (b) they hurt other’s feeling while they are talking, (c) teeth problem, (d) they get angry easily when their desires not fulfilled, (e) they often quarrel with friends, (f) they can’t get well with the opposite sex, (g) being ashamed because they don’t have goods like their friends have, (h) they can’t enjoy the lesson they don’t like, (i) difficult to understand teacher’s explanation during lesson session, (j) afraid of not being able to pass the grade, (k) uncomfortable atmosphere to study at home, (l) they feel difficult to review the lesson, (m) felling nervous during a class, (n) difficult to concentrate during lesson session; (2) The problems frequently experienced by the students of the fifth grade of V.2, such as : (a) they get tired easily, (b) they hurt others feeling while they are talking, (c) forgetful, (d) getting angry easily when their desires not fulfilled, (e) uncomfortable with nickname given by their friends, (f) being despondent sometimes, (g) facing problem because of lying, (h) being ashamed because they don’t have goods like their friends have, (i) not getting well with family, (j) unfinished school tasks, (k) unsatisfying or bad exam result, (l) afraid of not being able to pass the grade, (m) insufficient learning facility at home, (n) they feel difficult to concentrate during a class; (3) The problems frequently experienced by the students of the fifth grade of V.4, such as : (a) they hurt others feeling while they are talking, (b) forgetful, (c) being despondent sometimes, (d) often quarrelling with friend, (e) uncomfortable because they
Based on the result of the experiment, the researcher proposed a class guidance topic that can be applied to the fifth grade students of SD Pangudi Luhur Yogyakarta considering to the problems experienced by the students of the fifth grade of SD Pangudi Luhur at every new year of teaching-learning process. This proposed also can be improved by the counselor in SD Pangudi Luhur.
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Yasinta Susi Wardoyo
NIM : 011114035
Demi pengembangan Ilmu pengetahuan saya, saya memberikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah saya yang berjudul :
USULAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL BERDASARKAN MASALAH-MASALAH YANG INTENS DIALAMI OLEH SISWA
KELAS V SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Di buat di Yogyakarta
Pada tanggal 9 Oktober 2008
Yang menyatakan,
Penulis mengucap syukur kepada Tuhan atas kesetiaanNya membimbing
dan memberi kekuatan saat-saat penulisan skripsi sampai penyelesaian skripsi
ini.
Banyak pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini; Mereka
memberikan motivasi, menyalurkan ide saat penulis mengalami kesulitan.
Mereka hadir dengan segala keunikan dalam membantu penulis menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu dengan penuh ketulusan penulis menyampaikan
banyak terima kasih kepada :
1. Drs. Puji Purnomo,M.Si. Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran
membimbing, memberi dorongan. Bahkan dengan setia selalu
menghubungi penulis untuk terus menulis dan menyelesaikan skripsi
disela-sela tugas di SMA Pangudi Luhur.
2. Drs. J. Sumedi. Pembimbing II yang dengan setia dan sabar membantu
memberikan ide-ide, memberikan pengarahan, dan masukan yang
bermanfaat kepada penulis.
3. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si. Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling yang selalu memberikan dorongan untuk tetap berjuang
menghadapi segala kesulitan.
4. Bapak Fajar Santoaji, S.Pd. yang dengan setia membantu memberikan
ide dalam memperkaya alat test.
5. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan bekal lewat berbagai macam mata
kuliah. yang sangat membantu penulis didalam menyusun skripsi.
7. Bapak Paul dan Bapak Sunaryo yang dengan penuh keramahan dan
keterbukaan memberi bantuan kepada penulis.
8. Bapak/Ibu wali kelas V SD Pangudi Luhur yang telah memberikan
waktunya dan membantu penulis saat uji coba alat dan penelitian.
9. Seluruh siswa/siswi Kelas V SD Pangudi Luhur yang telah meluangkan
waktu, pikiran, perasaan dan tenaganya hingga diperoleh data penelitian.
10. Bapak Valentinus Sudaljo dan Ibu Theresia Srinuswantari yang telah
memberikan biaya, sarana, dukungan, dan perhatian melalui doa-doa
selama penyusunan skripsi ini.
11. Antonius Yuni Antoro, Monica Endang Dwi Setyarini, Wahid,
Sujiantoro, yang telah memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi
ini.
12. Br. Herman Yoseph. FIC. Kepala Sekolah SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta dimana penulis bekerja. Telah dengan setia dan sabar selalu
mengingatkan agar terus mengerjakan skripsi dan memberikan ijin untuk
meninggalkan sekolah saat penulis bimbingan skripsi di universitas.
13. Ibu Cicilia Peniyati, S.Pd. Rekan kerja di Bimbingan Konseling SMA
Pangudi Luhur Yogyakarta, yang memberi inspirasi bagi penulis untuk
selalu bergembira dalam kesulitan apapun.
14. Bapak/Ibu guru di SMA Pangudi Luhur yang selalu menunjukkan
kepeduliannya, mendukung dan mendoakan penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
Peter, Mitha, Qory, Om Teguh, Jeto, Yohana.
16. Nico yang dengan setia dan penuh kesabaran telah membantu serta
menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi.
17. Romo Yoseph Iswarahadi, Sj yang mendoakan dan memberikan
dukungan untuk selalu bersemangat dalam menghadapi kesulitan.
18. Teman-teman Angkatan 2001 dari Program Bimbingan dan Konseling
USD atas kerjasama, dukungan, dan persaudaraan selama studi.
19. Siswa/Siswi SMA Pangudi Luhur Yogyakarta yang selalu menghadirkan
kegembiraan dan keceriaan.
20. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala
dukungan, perhatian, dan bantuan baik langsung maupun tidak langsung,
terutama dalam penulisan skripsi ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi
pembaca khususnya yang berminat dalam bimbingan dan konseling.
Penulis
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v
ABSTRAK... vi
ABSTRACT ...viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... x
KATA PENGANTAR... xi
DAFTAR ISI... xiv
DAFTAR TABEL... xvi
DAFTAR LAMPIRAN... xvii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Batasan Istilah Variabel ... 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ciri-ciri Perkembangan Anak ... 11
B. Fase Perkembangan Anak ... 17
C. Tugas Perkembangan Anak SD... 32
D. Kebutuhan Anak SD... 37
E. Masalah- Masalah Anak SD ... 43
F. Dasar Hukum Pelayanan Bimbingan di Sekolah Dasar berdasarkan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) ... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 57
E. Prosedur Pengumpulan Data ... 60
F. Teknik Analisis Data ... 68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Masalah-masalah yang intens dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Pangudi Luhur Tahun Ajaran 2006/2007 ... 70
B. Pembahasan ... 72
BAB V USULAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL UNTUK SISWA KELAS V SD PANGUDI LUHUR TAHUN AJARAN 2006/2007... 96
BAB VI RINGKASAN, KESIMPULAN, DAN SARAN A. Ringkasan ... 98
B. Kesimpulan ... 100
C. Saran-saran. ... 101
DAFTAR PUSTAKA ... 102
Halaman
Tabel 1 : Komposisi Kuesioner Masalah Siswa SD
(Kuesioner sebelum final) ... 59 Tabel 2 : Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Validitas ... 64 Tabel 3 : Komposisi Kuesioner Masalah Siswa SD
(Kuesioner final) ... 64 Tabel 4 : Masalah-masalah yang intens dialami oleh siswa SD
Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 ... 71
Halaman
Lampiran 1 Kuesioner Masalah-masalah yang dialami oleh siswa SD
(Kuesioner yang digunakan dalam penelitian)... 108 Lampiran 2 Hasil Analisis Uji Validitas Item Per Aspek ... 110 Lampiran 3 Data Penelitian Masalah-masalah yang dialami
Siswa Kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta
Tahun ajaran 2006/2007... 121 Lampiran 4 Usulan Topik Bimbingan Klasikal Kelas V SD
Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007 ... 127 Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan Konseling
Berdasarkan Masalah-masalah intens yang dialami
siswa/siswi kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta... 134
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional istilah-istilah pokok
yang digunakan dalam penelitian ini.
A. Latar Belakang Masalah
Banyak pihak berpandangan bahwa anak-anak itu bagaikan kertas putih,
bersih. Orang-orang dewasa bebas untuk menggambar, mewarnai, menulisi,
mencoreti, bahkan menyobek dan meremas-remas kertas itu. Kegiatan orang
dewasa tersebut sekarang ini terasa semakin menjadi-jadi. Anak-anak kecil
harus melaksanakan banyak kegiatan, harus belajar di sekolah dengan banyak
beban, harus menyerap banyak materi, mengerjakan sejumlah pekerjaan
termasuk tugas dan pekerjaan rumah, sampai harus mengikuti banyak kursus
(Riyanto, 2004: 2).
Theo dan Martin Handoko (2004: 2) juga mengatakan bahwa budaya
instan mau serba cepat dan tanpa usaha dan dalam suasana kompetisi sudah
sangat mempengarui cara pikir dan perlakuan orang dewasa terhadap
anak-anak. Orang tua menginginkan agar anak-anaknya cepat menguasai sesuatu
dalam jumlah yang banyak dan lebih hebat daripada anak-anak lainnya.
Seringkali dijumpai anak-anak kecil berangkat ke sekolah dengan beban berat
(tas besar dan berisi banyak alat sekolah) dengan wajah tidak ceria, pulang
dengan wajah lesu dan tertekan karena banyak tugas dan pekerjaan rumah.
Istilah komputernya ”overloaded”. Mereka kehilangan keceriaan dan dunia
bermain mereka, kehilangan dunia kanak-kanak mereka yang penuh dengan
suasana bermain, bernyanyi, menari, berfantasi (khayalan) dan melakukan
sesuatu tanpa beban
Gunarsa (2004: 2) mengatakan bahwa mengasuh, membesarkan dan
mendidik anak merupakan satu tugas mulia yang tidak lepas dari berbagai
halangan dan tantangan. Telah banyak usaha yang dilakukan orang tua
maupun pendidik untuk mencari dan membekali diri dengan
pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan perkembangan anak. Lebih-lebih bila
pada suatu saat dihadapkan pada masalah yang menimpa diri anak-anak, ada
kecenderungan untuk mempertanyakan sebagai berikut : apa yang sebenarnya
terjadi pada anak ini, mengapa ia bisa berbuat demikian, mengapa masalah ini
hanya menimpa si anak bungsu atau si sulung, siapa yang bersalah dan
sebagainya.
Perkembangan seseorang anak terbentuk pada masa kanak-kanak.
Proses-proses perkembangan yang terjadi dalam diri seorang anak ditambah
dengan apa yang dialami dan diterima selama masa anak-anaknya secara
sedikit demi sedikit memungkinkan ia tumbuh dan berkembang menjadi
manusia yang dewasa. Masa anak-anak adalah periode kritis dimana mereka
mulai belajar untuk merekam, mengidentifikasi perilaku hidup orang dewasa.
Erickson (Hurlock:1978) menarik kesimpulan bahwa masa anak-anak
merupakan gambaran awal manusia sebagai manusia, tempat dimana kebaikan
dan mewujudkan dirinya. Apa yang akan dipelajari seorang anak tergantung
pada bagaimana orang tua memenuhi kebutuhan anak akan makanan,
perhatian, dan cinta kasih. Sekali ia belajar, sikap demikian akan mewarnai
persepsi individu akan masyarakat dan suasana sepanjang hidup.
Pengalaman-pengalaman pada masa anak-anak merupakan landasan
dasar bagi bentuk kepribadian kita pada saat sekarang. Lebih dari itu diri anak
yang pernah kita alami di masa dahulu, pada hakekatnya “ada melekat” pada
diri kita masing-masing. Sampai pada satu derajat tertentu, kita merupakan
produk dari pemeliharaan dan pembentukan yang telah kita terima pada masa
anak-anak.
Masa usia sekolah dasar ada yang mengatakannya sebagai masa
kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia
sebelas atau dua belas tahun. Usia ini ditandai dengan mulainya anak masuk
sekolah dasar, dan dimulailah sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak
akan mengubah sikap-sikap dan tingkah lakunya. Para pendidik mengenal
masa ini sebagai “ masa sekolah”, oleh karena itu pada masa usia inilah anak
untuk pertamakalinya menerima pendidikan formal. Seorang ahli berpendapat
lagi bahwa masa usia sekolah adalah masa matang untuk belajar, maupun
masa matang untuk sekolah. Disebut masa anak sekolah, karena sudah
menamatkan taman kanak-kanak, sebagai lembaga persiapan bersekolah yang
sebenarnya. Disebut masa matang untuk belajar, karena mereka sudah
berusaha untuk mencapai sesuatu tetapi perkembangan aktivitas bermain yang
aktivitasnya itu sendiri. Disebut masa matang untuk bersekolah, karena
mereka sudah menginginkan kecakapan-kecakapan baru yang dapat diberikan
oleh sekolah.
Sebagai hasil pemberian bantuan yang diberikan oleh keluarga dan taman
kanak-kanaknya, pada masa ini anak telah mengalami perkembangan yang
membantu anak untuk dapat menerima bahan yang diajarkan oleh gurunya,
anak sudah siap menjelajahi lingkungannya. Ia tidak puas lagi sebagai
penonton saja tapi ingin mengetahui lingkungannya, tata kerjanya, bagaimana
perasaan-perasaan, dan bagaimana ia dapat menjadi bagian dari
lingkungannya.
Menurut Rudyanto (Gunarso 2004: 158) Ketika anak memasuki usia 5 –
12 tahun adalah masa sekolah. Pada masa sekolah ini, cara berpikir si anak
lebih didasarkan pada kenyataan, bukan atas dasar fantasi seperti pada fase
sebelumnya. Sejalan dengan lingkungannya yang baru yaitu lingkungan
sekolah, maka anak lebih mengembangkan cara berpikir yang teratur dan
memperluas kehidupan sosialnya. Pusat aktivitasnya ditujukan pada
sekolahnya, tugas-tugas intelektual, hubungan dengan guru dan teman serta
norma-norma dan tuntutan sosialnya.
Pada masa sekolah ini, anak bertemu dengan guru dan teman-teman yang
berbeda dalam kemampuan mentalnya, kemampuan emosionalnya, status
sosialnya sehingga anak lebih berkembang sebagai makhluk sosial. Pola
hubungan diarahkan dari hubungan intim di dalam keluarga menjadi
dengan orang atau anak lain inilah, maka egosentrisitas mulai berkurang, dan
sebaliknya partisipasi sosial semakin berkembang. Bila pada masa
sebelumnya, anak memperoleh segala sesuatu dari lingkungannya, maka
sekarang pada masa sekolah, ia harus belajar untuk memperoleh kepuasan
sendiri.
Selain itu, anak dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
yang baru, yaitu lingkungan sekolah serta teman-temannya. Ia diminta untuk
melakukan sesuatu, oleh karenanya ia harus menguasai keahlian baru,
menggunakan lebih banyak kontrol emosi dan memperoleh lebih banyak
pengetahuan. Bagi seseorang anak sukar untuk belajar sesuatu yang baru,
mendapatkan keahlian-keahlian yang baru dan bentuk baru dari kontrol emosi,
memasuki lingkungan, teman-teman dan pekerjaan-pekerjaan yang semuanya
masih baru dan asing. Dunianya yang baru dimasukinya tanpa perlindungan
dan bimbingan langsung dari orangtuanya, yang lazimnya ia terima pada masa
pra sekolah. Sudah jelas anak tidak dapat melakukan sesuatu sebagaimana
layaknya orang dewasa. Pengalamannya masih kurang, dan iapun kurang
bijaksana untuk memilih apa yang cocok baginya, sesuai dengan situasi,
kondisi dan aturan-aturan yang semuanya baru baginya. Ia membutuhkan rasa
aman dari kedua orangtuanya dan orang-orang dewasa di lingkungannya.
Melalui pengalaman-pengalaman di rumahnya, anak diharapkan dapat
menyesuaikan diri dengan baik terhadap pengalaman-pengalaman di
Berdasarkan pengalaman penulis mengikuti program PPL di sekolah dan
KKN di Panti asuhan, penulis mempelajari bahwa masalah-masalah yang
tidak terselesaikan akan semakin intens dan mempengarui perkembangan
dirinya untuk tumbuh dan berkembang optimal. misalnya : perilaku agresi
atau menyerang yang sebenarnya adalah wujud dari pemberontakan dalam diri
anak-anak terhadap situasi yang dialami. Bahkan ditemukan juga ditemukan
satu kasus anak yang memiliki kebiasaan membual sebagai proyeksi atau
pengalihan dari kenyataan hidup sebenarnya. Setiap anak memiliki bidang
masalah yang berbeda sesuai dengan ruang dimana anak tersebut hidup dan
dibesarkan.
Penulis telah mengetahui bahwa pada hakekatnya, anak memerlukan
suatu perasaan diterima dan diingini oleh setiap orangtuanya. Anak juga
mengharapkan pemenuhan selain kebutuhan fisik, ia juga memperoleh
kebutuhan kasih sayang, rasa aman, kebebasan untuk menyatakan diri,
kebutuhan untuk mengadakan hubungan dengan sesama teman dan kebutuhan
akan harga diri. Oleh karena itu bantuan dan dorongan dari awal sangat
dibutuhkan.
Dengan adanya kurikulum baru KTSP (kurikulum tingkat satuan
pendidikan) diharapkan sekolah bisa menjadi media yang kondusif untuk
membantu perkembangan peserta didik bukan hanya dari sisi intelektual tapi
juga kepribadiannya sehingga dapat berkembang lebih optimal. Dalam
kerangka dasar dan struktur KTSP dikatakan bahwa pengembangan diri
diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat,
dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan
pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh pembimbing, guru,
atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan
pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan
kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.
Penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian atau menggali
masalah-masalah yang dialami anak-anak sejak usia SD dengan alasan bahwa
masalah-masalah anak yang sejak dini diketahui akan lebih mudah diatasi
karena memungkin banyak cara yang dapat digunakan untuk mengatasinya
daripada membiarkan masalah semakin komulatif dan kompleks. Dengan
menggali masalah-masalah siswa, diharapkan semakin terbina kerjasama antar
pihak untuk menumbuh kembangkan anak sesuai dengan bakat dan potensi
yang ada dalam diri mereka masing-masing.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, fokus permasalahan
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Masalah-masalah manakah yang secara intens dialami oleh siswa kelas
2. Topik bimbingan klasikal manakah yang sesuai bagi siswa kelas V
SD Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Pelajaran 2006/2007 ?
C. Batasan Istilah Variabel
Berikut ini dijelaskan arti beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian:
1. Masalah adalah kesulitan yang dialami oleh anak-anak SD Pangudi Luhur
Yogyakarta sebagaimana dimaksudkan dalam item-item kuesioner. Masalah
timbul karena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi, tugas perkembangan
yang belum terselesaikan, atau tujuan tertentu yang belum tercapai.
2. Masalah yang intens adalah masalah-masalah sebagaimana dimaksudkan
dalam item-item instrumen yang memperoleh skor minimal M + 0,75 S
3. SD Pangudi Luhur Yogyakarta adalah tempat atau lokasi pelaksanaan
penelitian, sekolah ini dibina atau dimiliki oleh Bruder-bruder FIC
4. Siswa adalah peserta didik kelas V SD yang menjadi subjek peneliti.
5. Topik Bimbingan Klasikal adalah topik-topik bimbingan yang direncanakan
untuk menjadi bahan layanan bimbingan
6. FIC adalah lembaga hidup bakti dimana para pria mempersembahkan
hidupnya kepada Tuhan dan terikat pada konstitusi yang disusun oleh
pendirinya. Menghayati hidup sesuai dengan spiritualitas tarekatnya dan
terikat dengan ketiga kaul yaitu kaul kemurnian, kaul kemiskinan dan kaul
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Memperoleh gambaran mengenai masalah-masalah yang secara intens
dialami oleh Siswa kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun
Pelajaran 2006/2007
2. Menyusun usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai bagi
siswa kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Pelajaran
2006/2007
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi pimpinan dan staf di SD Pangudi Luhur Yogyakarta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memulai pelayanan
bimbingan klasikal yang terencana.
2. Bagi anak-anak SD Pangudi Luhur Yogyakarta
Anak-anak dapat menerima pelayanan bimbingan klasikal yang sesuai
dengan kebutuhan dan masalah mereka.
3. Bagi Guru Bidang Studi
Dapat memanfaatkan hasil penelitian sebagai bahan acuan dalam
menangani masalah-masalah yang dihadapi siswa.
4. Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling
Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan tambahan informasi
mengenai masalah-masalah yang dialami anak-anak dan semakin
5. Bagi Penulis
Dengan adanya penelitian semakin mengembangkan sikap empati dengan
masalah-masalah yang dialami anak-anak karena berbagai persoalan
kompleks yang mereka alami dan memiliki kekayaan pengetahuan
KAJIAN PUSTAKA
Pada Bab ini akan di uraikan kajian teoritis untuk memperjelas
pemahaman mengenai topik penelitian. Kajian pustaka yang disajikan dalam bab
ini meliputi : Ciri-ciri perkembangan anak Sekolah Dasar, Fase Perkembangan
anak Sekolah Dasar, Tugas perkembangan anak Sekolah Dasar, kebutuhan anak
Sekolah Dasar, masalah-masalah anak Sekolah Dasar, Dasar Hukum Pelayanan
Bimbingan di Sekolah Dasar Berdasarkan KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan).
A. Ciri-ciri Perkembangan Anak Sekolah Dasar
Pengertian ciri menurut kamus besar bahasa Indonesia (1988) adalah :
tanda-tanda khas yang membedakan sesuatu dengan yang lain.” Jadi ciri-ciri
anak adalah tanda-tanda yang hanya ditemukan pada anak-anak.
Masing-masing anak berbeda satu dengan yang lainnya, baik diantara anak laki-laki
maupun perempuan. Masing-masing akan berkembang sejalan dengan sifat
dan kapasitasnya, oleh karena itu didalam proses perkembangannya ada
tahap-tahap tertentu secara individual membawa masalah.
Hurlock (1978) membagi ciri-ciri anak menjadi 3 bagian berdasarkan
pola perkembangannya :
1. Perkembangan fisik
Dipandang penting untuk dipelajari karena baik secara langsung dan
tidak langsung akan mempengaruhi perilaku anak sehari-hari. Secara
langsung, perkembangan fisik seorang anak akan menentukan
keterampilan anak dalam bergerak. Seorang anak SD yang bangun
tubuhnya sesuai dengan usia tersebut akan melakukan hal-hal yang lazim
dilakukan oleh anak-anak pada usia tersebut. Secara tidak langsung
perkembangan fisik seorang anak mempengarui cara anak memandang
dirinya sendiri dan memandang orang lain. Sebagai contoh konkret dalam
kehidupan sehari-hari anak lebih banyak bergambung dengan teman
sebayanya yang secara fisik seukuran dengan dirinya.
2. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan
jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang
terkoordinasi. Seandainya tidak ada gangguan lingkungan atau fisik atau
hambatan mental yang mengganggu perkembangan motorik secara normal
anak SD akan siap menyesuaikan diri sampai usia remaja awal.
3. Perkembangan Emosi
Ciri khas penampilan emosi anak :
a. Emosi yang kuat, anak bereaksi dengan intensitas yang sama baik
b. Emosi seringkali tampak fluktuatif (berubah-ubah/tidak menetap).
Anak-anak seringkali memperlihatkan emosi yang meningkat dan
mereka mempelajari ledakan emosional seringkali mengakibatkan
hukuman kemudian mereka belajar untuk menyesuaikan diri.
c. Emosi bersifat sementara
Peralihan yang cepat pada anak-anak kecil dari tertawa kemudian
menangis, atau dari marah ke tersenyum atau dari cemburu ke rasa
sayang merupakan akibat dari sistem emosi yang terpendam dengan
ekspresi terus terang, kekurangpahaman terhadap situasi karena
kematangan intelektual dan pengalaman yang terbatas, rentang
perhatian yang pendek sehingga perhatian mudah dialihkan. Dengan
meningkatnya usia anak. Maka emosi lebih menetap.
d. Reaksi mencerminkan individualitas
Bayi ketika lahir pola reaksinya pada umumnya sama. Secara bertahap,
dengan adanya pengaruh faktor belajar dan lingkungan.
e. Emosi berubah kekuatannya
Dengan meningkatnya usia anak, pada usia tertentu emosi yang sangat
kuat berkurang kekuatannya, sedangkan emosi lainnya yang tadinya
lemah berubah menjadi kuat.
f. Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku
Anak-anak tidak memperlihatkan reaksi emosional mereka secara
melalui kegelisahan, melamun, menangis dan tingkah laku gugup
seperti menggigit kuku dan mengisap jempol.
Hurlock (1980: 146) Mengatakan bahwa para ahli psikologi, orang tua,
dan pendidik memberikan label yang mencerminkan ciri-ciri penting pada
akhir masa kanak-kanak. 1). Bagi kebanyakan orang tua, akhir masa
kanak-kanak merupakan usia yang menyulitkan dimana ketika anak mulai masuk SD,
anak mulai mendapat pengaruh dari teman-teman sebaya sehingga biasanya
yang terjadi anak menjadi sulit menuruti perintah. Bagi kebanyakan anak
laki-laki biasanya mulai kurang memperhatikan dan tidak bertanggungjawab
terhadap pakaian dan benda-benda miliknya maka orang tua memandang
periode ini sebagai usia tidak rapi, cenderung tidak memperdulikan dan
ceroboh dalam penampilan, kamar sangat berantakan. 2) Bagi para pendidik
melabelkan akhir masa kanak-kanak dengan usia SD. Pada usia ini anak
diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting
untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa; dan
mempelajari pelbagai keterampilan penting tertentu, baik keterampilan
kurikuler maupun ekstrakurikuler.3) Bagi para ahli Psikologi ; akhir masa
kanak-kanak dipandang sebagai periode kritis dalam dorongan berprestasi.
Suatu masa dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak
sukses atau sangat sukses. Sekali terbentuk, kebiasaan untuk bekerja di bawah,
diatas atau sesuai dengan kemampuan cenderung menetap sampai dewasa.
Akhir masa kanak-kanak adalah usia berkelompok. Suatu masa dimana
sebagai anggota kelompok terutama kelompok yang bergengsi dalam
pandangan teman-temannya. Oleh karena itu, anak ingin menyesuaikan
dengan standar yang disetujui kelompok dalam penampilan, berbicara dan
berperilaku. Keadaan ini mendorong ahli psikologi untuk menyebut periode
ini sebagai usia penyesuaian diri.
Menurut Yusuf (2006: 24-25) masa usia SD sering disebut sebagai masa
intelektual atau masa keserasian bersekolah dan ketika anak duduk di bangku
kelas V SD digolongkan dalam masa sekolah tinggi SD. Ciri-ciri khas yang
muncul pada masa ini adalah :
1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal
ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan
pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
2. Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar.
3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata
pelajaran khusus, yang oleh para ahli yang mengikuti teori faktor
ditafsirkan sebagai masa menonjolnya faktor-faktor (bakat-bakat
khusus).
4. Kira-kira umur 11,0 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang
dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi
keinginannya. Selepas umur ini pada umumnya anak menghadapi
tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.
5. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran
6. Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya
untuk dapat bermain bersama-sama. Dalam permainan itu biasanya
anak tidak lagi terikat kepada peraturan permainan yang tradisional
(yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.
Reni (2001: 21) mengemukakan bahwa masa kanak-kanak awal dimulai
saat masih bayi dan berakhir pada usia 13 tahun. Itulah sebabnya, ini
merupakan masa yang penuh dengan persoalan bagi orang tua disebabkan
anak sudah mulai ingin menunjukkan kebebasannya sebagai individu. Masa
ini ditunjukkan dalam bentuk sikap keras kepala, melawan, tidak patuh dan
berbuat antagonis. Anak juga kerapkali marah tidak karuan, merasa diganggu
mimpi buruk, ketakutan yang tidak masuk akal dan cemburu yang tidak
beralasan.
Sprintall (1998: 147-148) menuturkan apabila anak mengembangkan
kebiasaan untuk bekerja sesuai dengan kemampuannya, kebiasaan ini akan
menetap dan cenderung mengenai semua bidang kehidupan anak, tidak hanya
dibidang akademik saja. Jauh sebelum masa Sekolah Dasar berakhir, anak
perempuan mengetahui bahwa memperoleh nilai akademik yang lebih baik
dari anak laki-laki dianggap kurang sesuai dengan peran seks kelompoknya
sehingga ia mulai mengembangkan kebiasaan untuk bekerja di bawah
kemampuannya. Lambat laun kebiasaan berprestasi rendah ini meluas ke
semua bidang kehidupan dimana prestasinya dibandingkan dengan prestasi
B. Fase Perkembangan Anak Sekolah Dasar
Masa perkembangan dibagi menjadi beberapa fase, itu disebabkan
karena batas-batas yang jelas dari masa-masa perkembangan itu memang tidak
bisa dipastikan dengan seksama. Setiap pencetus teori ingin menonjolkan
beberapa aspek yang khas dari setiap fase. Misalkan menampilkan secara
khusus perkembangan ego, perkembangan intelegensi, bimbingan sekolah,
perkembangan seksualitas, masa-masa kritis dan sebagainya. Oleh karena itu
terbuka kemungkinan bagi setiap penulis untuk mengemukakan pendapatnya
masing-masing. Sekalipun begitu, pembagian-pembagian tadi pada intinya
mengandung banyak unsur kesamaan.
Dalam ilmu jiwa perkembangan kita kenal beberapa pembagian masa
hidup anak, yang disebut fase atau perkembangan. Fase perkembangan ini
mempunyai ciri-ciri yang relatif sama, berupa kesatuan-kesatuan peristiwa
yang bulat. Fase-fase perkembangan menurut para ahli sebagai berikut :
1. Perkembangan menurut Aristoteles
Aristoteles membagi masa perkembangan selama 21 tahun dalam
3 septenia (3 periode kali 7 tahun) yang dibatasi oleh 2 gejala alamiah
penting yaitu pergantian gigi dan munculnya gejala pubertas. Hal ini
didasarkan pada paralelitas perkembangan jasmaniah dengan
perkembangan jiwani anak. Pembagian tersebut sebagai berikut: 0 – 7
tahun disebut sebagai masa anak kecil, masa bermain ; 7 – 14 tahun
2. Perkembangan menurut Charlotte Buhler
Usia 9- 11 tahun : sebagai masa sekolah rendah, pada periode ini
anak mencapai objektivitas tertinggi. Masa penyelidik, kegiatan
mencoba dan bereksperimen, yang distimulir oleh dorongan-dorongan
meneliti dan rasa ingin tahu yang besar. Merupakan masa pemusatan dan
penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah dan bereksplorasi. Pada
akhri fase ini anak mulai “menemukan diri sendiri” yaitu secara tidak
sadar mulai berpikir tentang diri pribadi. Pada waktu itu anak seringkali
mengasingkan diri.
3. Perkembangan menurut Kohnstamn
Masa anak kecil adalah masa estetis dan masa anak sekolah adalah
masa intelektual
4. Perkembangan menurut Hackel
Usia 8-10 tahun adalah masa dimana anak suka sekali memelihara
binatang ternak dan binatang jinak. Misalnya memelihara kucing, anjing
kecil, ayam. Dengan penuh kasih sayang anak-anak pada usia ini
menimang dan kadang memandikan binatang-binatang tersebut ; 11- 12
tahun adalah masa dimana anak gemar sekali mengumpulkan
macam-macam benda misalnya kartupos bergambar, manik-manik, uang receh,
5. Perkembangan menurut Johan Amos Comenius
Usia 6 -12 tahun disebut periode sekolah- bahasa- ibu karena pada
periode ini anak baru mampu menghayati setiap pengalaman dengan
pengertian bahasa sendiri (bahasa ibu). Bahasa ibu dipakai sebagai
sarana untuk berkomunikasi dengan orang lain; yaitu untuk mendapatkan
impresi dari luar berupa pengaruh, sugesti dan transmisi kultural
(pengoperan nilai-nilai budaya). Bahasa ibu juga dipakai untuk
mengekspresikan kehidupan batinnya kepada orang lain.
6. Perkembangan menurut Hurlock (1978: 38)
Hurlock membagi masa kanak-kanak terdiri atas dua bagian yaitu
a). masa kanak-kanak dini (usia 2 sampai dengan 6 tahun) adalah usia
pra sekolah (pra kelompok). Anak tersebut berusaha mengendalikan
lingkungan dan mulai belajar menyesuaikan diri secara sosial, b). Akhir
masa kanak-kanak (usia 6-13 tahun). Terjadinya kematangan sosial anak
perempuan adalah usia 13 tahun pada anak laki-laki usia 14 tahun.
7. Perkembangan menurut Papalia dan Old
Reni (2001) Membagi masa kanak-kanak dalam lima tahap yaitu
a) Masa Prenatal yang diawali dari masa konsepsi sampai masa lahir;
b) Masa Bayi dan Tatih adalah saat usia 18 bulan pertama kehidupan
merupakan masa bayi; c) Masa tatih adalah di atas usia 18 bulan sampai
dengan tiga tahun. Pada saat masa tatih inilah anak-anak menuju pada
penguasaan bahasa dan motorik serta kemandirian; d) Masa kanak-kanak
dengan masa pra sekolah, e) Masa kanak-kanak mulai usia 6-12 tahun
dikenal sebagai masa sekolah. Pada masa ini anak telah mampu
menerima pendidikan formal dan menyerap berbagai hal yang ada di
lingkungannya.
Menurut Ilmu Psikologi (1994) Perkembangan anak Sekolah Dasar
terdiri dari :
1. Perkembangan Intelektual
Mengenai perkembangan intelektual ini diambil dari para ahli
seperti Jean Piaget dan Robert M.Gagne yang berpendapat bahwa
anak-anak mempunyai cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa.
Perkembangan intelektual anak berlangsung melalui perkembangan yang
dimaksud Piaget sebagai skema (Schemata). Menurut Piaget skema
merupakan penggambaran internal mengenai kegiatan fisik atau mental,
sehingga skema dapat dianggap sebagai kumpulan kaidah mengenai
bagaimana cara berinteraksi dengan lingkungan.
Piaget menekankan, bahwa aktivitas didalam menggunakan skema
inilah yang membawa anak kearah hubungannya dengan lingkungannya
sehingga menghasilkan perkembangan kognitif. Jalan yang ditempuh
anak dalam interaksinya dengan lingkungan tergantung pada skema yang
dimilikinya. Anak-anak mengerti dunianya melalui skemanya. Sehingga
anak berusia tiga tahun mengerti bahwa mainan mobil-mobilan itu
menarik namun tidak demikian halnya bagi bayi berusia empat bulan,
pemahaman dunia melalui skema yang dimiliki anak disebut asimilasi
(assimilation).
2. Perkembangan Kognitif
Piaget mengemukakan fase perkembangan kognitif sebagai
berikut:
a. Umur 0-2 adalah Fase Sensorimotor
Pada fase ini anak mulai belajar melatih koordinasi mata – tangan,
mata – kaki. Anak tertarik dengan rangsangan/stimulus yang menarik
perhatiannya kemudian meresponnya dengan gerakan-gerakan yang
masih terbatas.
b. Usia 2-7 Fase Intutif atau praoperasional
Pada fase ini anak mulai mengartikan stimulus yang dihadapkan pada
dirinya dan mulai mempelajari hal-hal baru di sekelilingnya.
c. Usia 7 – 11 Fase Operasi Konkret
Pada fase ini anak mulai belajar menjalin kontak sosial dengan
orang-orang yang ada di luar rumah, terutama anak sebayanya.Anak mulai
berani mengeksplorasi segala sesuatu yang selama ini tersimpan di
pikirannya. Mulai menunjukkan minat yang besar untuk bertanya apa
saja yang ada di sekitarnya.
d. Usia 11- 16 Fase Operasi Formal
Pada fase ini anak mulai mengimplikasikan daya kreativitasnya
informasi dari lingkungannya dan keadaan ini akan berlanjut sampai
usia dewasa.
3. Perkembangan Bahasa
Bahasa berkembang diawali adanya kebutuhan anak terhadap keinginan
bergaul, keinginan memperoleh informasi, keinginan menyatakan
pendapat/kemauan atau keinginan menguasai orang lain. Perkembangan
bahasa anak sangat erat hubungannya dengan tahap perkembangan fisik
maupun psikis anak itu. Proses-proses seperti belajar, penggunaan ingatan,
penanaman kebiasaan dalam pendidikan dan pengajaran merupakan unsur
penting yang mempengarui perkembangan bahasa.
4. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik mengikuti pola perkembangan tertentu, terjadilah
diferensiasi yang makin luas dari fungsi-fungsi dan sifat-sifat. Mengenai
pembawaan biologis, ada yang sama sekali tidak dapat dipengarui oleh
lingkungan, ada yang sedikit banya terkena pengaruh dari luar. Misalnya
mata, pola gambaran jari anak dan kaki, demikian pula letak hidung dan
telinga tidak dapat diubah oleh pengaruh lingkungan. Warna kulit dapat
berubah karena pengaruh matahari, otot-otot mengalami perubahan karena
latihan, dan sebagainya.
Seorang dapat mempunyai tubuh pendek disebabkan oleh keturunan,
tetapi dapat pula oleh karena ia kekurangan makan, pemeliharaan yang
tidak sempurna, penyakit berat dimasa kanak-kanak, pekerjaan berat
penanaman kebiasaan yang dalam pendidikan merupakan unsur penting
yang harus diperhatikan pada tahap perkembangan fisik ini.
5. Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi erat hubungannya dengan fase-fase
perkembangan fisik maupun psikis seorang anak. Perkembangan emosi
dipengarui oleh kematangan dan belajarnya individu itu pada tiap
perkembangannya. Sebenarnya dalam pertumbuhan dan perkembangan
hampir semua fungsi yang esensial dari seorang individu selalu ada dan
terdapat kerjasama diantara fungsi-fungsi tersebut dan kemudian hari
makin bertambah kompleks.
Sebagai gambaran suatu proses yang semakin kompleks yaitu mulai
dari anak itu belajar berjalan, berbicara sampai pada fantasi dan berpikir,
oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa keadaan dalam pertumbuhan dan
perkembangan seorang individu baik dari dalam maupun dari luar akan
membentuk sifat khas emosi dari individu itu.
Masa usia sekolah dasar ada yang mengatakan sebagai masa
kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia 6 tahun hingga kira-kira sebelas
atau dua belas tahun. Usia ini di tandai dengan mulainya anak masuk
sekolah dasar, dan dimulailah sejarah baru dalam kehidupannya yang
kelak akan mengubah sikap-sikap dan tingkah lakunya. Para pendidik
mengenal masa ini sebagai “ masa sekolah”, oleh karena itu pada usia
Menurut Jean Piaget dan Robert M. Gagne Piaget (1994) Perkembangan
siswa sekolah dasar dapat dilihat dari 2 faktor yaitu
1. Perkembangan Intelektual
Mereka berpendapat bahwa anak-anak memiliki cara berpikir yang
berbeda dengan perkembangan orang dewasa. Perkembangan intelektual
anak berlansung melalui perkembangan yang dimaksud Peaget sebagai
skema (Schemata). Menurut Peaget skema itu merupakan penggambaran
internal mengenai kegiatan fisik atau mental, sehingga skema dapat
dianggap sebagai kumpulan kaidah mengenai bagaimana caranya
berinteraksi dengan lingkungan. Seorang anak yang memiliki skema
tertentu akan terdorong untuk menggunakannya.
Peaget menekankan bahwa aktivitas di dalam menggunakan skema
inilah yang membawa anak ke arah hubungannya dengan lingkungannya.
Sehingga menghasilkan perkembangan kofnitif. Jalan yang ditempuh anak
dalam interaksinya dengan lingkungannya tergantung dengan skemanya,
sehingga anak berusia tiga tahun mengerti bahwa mainan mobil-mobilan
itu menarik namun tidak demikian dengan bayi berusia empat bulan,
karena mainan tersebut tidak dapat diisap atau dibunyikan .
Proeses pemahaman dunia melalui skema yang dimiliki anak disbeut
asilmilasi (assimilation). Anak mendapat umpan balik dari lingkungannya
dengan maksud supaya dia dapat memperbaiki persepsinya. Manakala dia
memperoleh pengalaman bahwa skema yang dimilikinya tidak sebanding
(diseguilibrium). Keseimbangan ini hanya bersifat sementara karena
kejadian kontinue berikutnya akan membentuk rangsangan yang lebih
baru pada diri anak dan proses perubahan struktur mentaalpun terjadi dan
akomodasipun berlangsung apabila kepada anak hanya dihadapkan
informasi dan pengalaman yang dapat diasimilasikan dengan mudah,
tidak akan terjadi akomodasi dan perkembangan anakpun akan terhambat,
dilain pihak akomodasipun tidak terjadi apabila pengalaman terlalu asing
bagi anak, sehingga anakpun tidak dapat memahaminya.
Menurut Peaget (1994) Usia SD merupakan fase operasi konkret.
Pada fase ini anak menunjukkan suatu reorganisasi dalam struktur mentaal
anak. Dalam fase operasi konkret anak tidak menentukan pilihan yang
mana saja boleh, karena isinya sama banyak. Dalam banyak hal
pengajaran di SD dapat dikatakan sesuai dengan perkembangan kognitif
para murid. Semua aktivitas di sekolah membantu untuk perkembangan
kognitif.
2. Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi dimana
pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk
mengungkapkan suatu pengertian seperti halnya bentuk-bentuk
komunikasi, tertulis, lisan, tanda, air muka, gerak tangan, pantomim dan
Anak belajar berbicara sesuai dengan kebutuhannya. Sekiranya ia
dapat memperoleh apa yang diinginkannya tanpa bersusah payah untuk
memintanya. Pada mulanya motif anak untuk belajar bahasa agar dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, keinginannya dan menguasai
lingkungannya sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Anak belajar
menggunakan kata-kata yang diperlukannya. Keingingan untuk
memperoleh informasi tentang lingkungannya, memberi perintah dan
menyatakan kemauannya, pergaulan dengan orang lain, dan menyatakan
ide serta pendapatnya adalah kebutuhan-kebutuhan utama anak-anak yang
merupakan insentif baginya untuk belajar berbicara. Gangguan dan
masalah dalam perkembangan bahasa dapat seringkali meninggalkan
bekas pada kepribadian mereka.
3. Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik mempengarui tingkah laku, dan tingkah laku
selanjutnya mempengarui pula pertumbuhan fisik. Perkembangan fisik
anak membawa pengaruh besar pada sikapnya terhadap orang lain, juga
mempengarui reaksinya terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
Menyadari bagaimana pandangan orang lain tentang ukuran badannya atau
rupanya secara umum berpengaruh pula terhadap konsep dirinya.
4. Perkembangan Emosi
Emosi memainkan peranan penting dalam kehidupan anak. Dari
pengalaman masa kecil kita ingat bahwa emosi memberi warna atau
merupakan motivasi terhadap tindakan atau perbuatan kita, akan tetapi
juga menyadari bahwa ada kalanya emosi itu menjadi penghambat atau
rintangan. Pengaruh emosi terhadap keadaan fisik anak bisa berakibat
sangat merugikan terutama bila emosi-emosi itu amat kuat dan sering
dialami.
Perkembangan emosi erat berhubungan dengan fase-fase
perkembangan fisik maupun psikis seorang anak. Perkembagnan emosi itu
dipengarui oleh kematangan dan belajarnya individu itu pada tiap tahap
perkembangannnya. Sebenarnya dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan hampir semua fungsi yang esensial dari seorang individu
selalu ada dan terdapat kerjasama diantara fungsi-fungsi tersebut dan
kemudian makin hari makin bertambah kompleks. Sebagai gambaran suatu
proses yang semakin kompleks yaitu mulai dari anak itu belajar berjalan,
berbicara, sampai pada berfantasi dan berpikir. Oleh sebab itu dapat
dikatakan bahwa keadaan dalam pertumbuhan dan perkembangan
seseorang individu baik dari dalam maupun dari luar akan membentuk
sifat khas emosi dari individu itu.
Seorang ahli berpendapat bahwa masa sekolah adalah masa matang
untuk belajar, maupun masa matang untuk sekolah. Disebut masa anak
sekolah, karena sudah menamatkan taman kanak-kanak, sebagai lembaga
persiapan bersekolah yang sebenarnya. Disebut masa matang untuk
belajar, karena mereka sudah berusaha untuk mencapai sesuatu tetapi
kesenangan pada waktu melakukan aktivitasnya itu sendiri. Disebut masa
matang untuk sekolah karena mereka sudah menginginkan
kecakapan-kecakapan baru yang dapat diberikan oleh sekolah. Sebagai hasil
pemberian bantuan yang diberikan oleh keluarga dan taman
kanak-kanaknya, pada masa ini anak telah mengalami
perkembangan-perkembangan yang membantu anak untuk dapat menerima bahan yang
diajarkan oleh gurunya. Dalam masa sekolah ini, anak sudah siap
menjelajahi lingkungannya. Ia tidak puas lagi sebagai penonton saja. Ia
ingin mengetahui lingkungannya, tata kerjanya, perasaan-perasaannya dan
bagaimana ia dapat menjadi bagian dari lingkungannya (direktorat Jendral
bimbingan : 43)
Menurut Kartini Kartono (1995: 7) mengatakan apabila kita hendak
memahami kehidupan anak-anak khususnya anak usia sekolah dasar, maka
kita harus banyak menyandarkan diri pada observasi terhadap tingkah laku
anak-anak tersebut. Sebab anak-anak itu tidak bisa bercerita tentang keadaan
diri sendiri, dan tidak mampu mengungkapkan kehidupan psikisnya.
Selanjutnya kebanyakan dari kita memiliki kenangan hidup masa sangat muda
(0-3 tahun) yang minim sekali. Banyak peristiwa yang terjadi pada usia sangat
muda dulu yang menjadi serat jalinan dasar bagi kehidupan mental sekarang.
Harus disadari bahwa hampir tidak ada seorang anakpun yang bersedia
membukakan segenap perasaan dan isi batinnya kepada orang lain. Ada
untuk membukakan isi perasaan dan pikirannya sekalipun terhadap ibu sendiri
atau terhadap orang tua.
Reni (2001: 21) mengemukakan bahwa masa kanak-kanak awal dimulai
saat masih bayi dan berakhir pada usia 13 tahun. Itulah sebabnya, ini
merupakan masa yang penuh dengan persoalan bagi orang tua disebabkan
anak sudah mulai ingin menunjukkan kebebasannya sebagai individu. Masa
ini ditunjukkan dalam bentuk sikap keras kepala, melawan, tidak patuh dan
berbuat antagonis. Anak juga kerapkali marah tidak karuan, merasa diganggu
mimpi buruk, ketakutan yang tidak masuk akal dan cemburu yang tidak
beralasan.
Selain yang sudah tertulis diatas mengenai Fase Perkembangan Anak
Sekolah Dasar, Yusup ( 2005: 180-183) menambahkan :
1. Perkembangan Sosial
Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan
dalam hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral
(agama). Perkembangan sosial pada anak Sekolah Dasar ditandai dengan
adanya perluasan hubungan, disamping dengan keluarga juga dia mulai
membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau teman
sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas.
Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri
(egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerjasama) atau sosiosentris
Anak dapat berminat terhadap kegiatan teman sebayanya, dan
bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok
(gang), dia merasa tidak senang apapbila tidak diterima dalam
kelompoknya). Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan diri
dengan kelompok teman sebaya maupun lingkungan masyarakat
sekitarnya. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan
sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan
tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik (misalnya
membersihkan kelas dan halaman sekolah) maupun tugas yang
membutuhkan pikiran contohnya seperti merencanakan camping, membuat
laporan study tour dan sebagainya.
2. Perkembangan Moral
Anak mulai mengenal konsep moral (mengenai benar dan salah atau
baik buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya,
mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, tetapi lambat laun anak
akan memahaminya. Usaha menanamkan konsep moral sejak usia dini
(prasekolah) merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang
diterima anak mengenai benar dan salah atau baik-buruk akan menjadi
pedoman pada tingkah lakunya dikemudian hari.
Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti tuntutan dari
orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat
sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar
salah atau baik buruk. Misalnya dia memandang atau menilai bahwa
perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada orang tua merupakan
suatu yang salah atau buruk. Sedangkan perbuatan jujur, adil dan sikap
hormat kepada orang tua dan guru merupakan suatu yang benar dan baik.
Menanamkan konsep moral pada anak menurut Steede, Kevin (2003:
38) adalah sebagai berikut :
a. Harus dipahami bahwa semua anak menginginkan perhatian
b. Lebih baik menghadiahi anak-anak pujian atas perilaku positif
daripada memberi perhatian pada perilaku-perilaku negatif.
c. Berusaha ‘menangkap’ anak yang sedang berperilaku baik dan
menghadiahi mereka atas perilaku tersebut.
d. Membagi perilaku yang diinginkan kedalam tahap-tahap yang lebih
kecil, memberi pujian untuk setiap tahap berhasil dicapai si anak.
3. Perkembangan Penghayatan Keagamaan
Periode sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai
agama sebagai kelanjutan periode selanjutnya. Kualitas keagamaan anak
akan sangat dipengarui oleh proses pembentukan atau pendidikan yang
diterimanya. Berkaitan dengan hal tersebut, pendidikan agama di sekolah
dasar mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena itu
pendidikan agama (pengajaran, pembiasaan, penanaman nilai-nilai) di
sekolah dasar harus menjadi perhatian semua pihak yang terlibat dalam
Senada dengan paparan tersebut, Zakiah Daradjat (1986: 58)
mengemukakan bahwa pendidikan agama di sekolah dasar, merupakan
dasar bagi pembinaan sikap positif terhadap agama dan mampu
membentuk pribadi dan akhlak anak.
C. Tugas Perkembangan Anak Sekolah Dasar
Menurut Havighurst (Kartini Kartono, 1995: 40) tugas perkembangan
untuk anak SD (usia 6-12 tahun) adalah sebagai berikut :
1. Belajar kecakapan fisik yang diperlukan untuk permainan anak-anak
Melalui pertumbuhan fisik dan otak, anak belajar dan berlari semakin
stabil, makin mantap dan cepat. Pada masa sekolah anak sudah sampai
taraf penguasaan otot, sehingga sudah dapat berbaris, melakukan senam
pagi dan permainan ringan seperti sepak bola, loncat tali, berenang dan
sebagainya.
2. Membangun sikap menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai organisasi
yang bertumbuh
Hakikat tugas ini ialah (1) mengembangkan kebiasaan untuk
memelihara badan, meliputi kebersihan, keselamatan diri, dan kesehatan;
(2) mengembangkan sikap positif terhadap jenis kelaminnya baik pria dan
wanita dan juga menerima dirinya baik rupa wajahnya maupun postur
3. Belajar bergaul dengan teman sebaya
Agar anak-anak senang dan nyaman bergaul atau berteman, maka
anak mutlak dibiasakan berada di tengah-tengah seman sebayanya, untuk
bermain dan beraktivitas seperti di Playgroup atau lingkungan sebaya
seputar tempat tinggalnya . Anak-anak berlatih dan membiasakan
menghadapi bermacam-macam karakter anak. Dengan sendirinya anak
belajar berinteraksi, bermain dan beradaptasi dengan bermacam-macam
karakter anak.
4. Belajar memainkan peran pria dan wanita yang sesuai
Apabila anak sudah masuk sekolah, perbedaan jenis kelamin akan
semakin tampak. Dari segi permainan umpamanya akan tampak bahwa
anak laki-laki tidak akan memperbolehkan anak perempuan mengikuti
permainana yang khas laki-laki, seperti main kelereng, main bola dan
layang-layang.
5. Mengembangkan kecakapan dasar dalam membaca, menulis dan
menghitung
Salah satu sebab masa usia 6-12 tahun disebut masa sekolah karena
pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohaninya sudah cukup matang
untuk menerima pengajaran. Untuk dapat hidup dalam masyarakat yang
berbudaya, paling sedikit anak harus tamat SD, karena dari sekolah dasar
anak sudah memperoleh keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan
6. Mengembangkan konsep yang diperlukan untuk sehari-hari
Apabila anak telah melihat sesuatu, mendengar, mengecap, mencium
dan mengalami, tinggallah suatu ingatan pada kita. Ingatan mengenai
pengamatan yang telah lalu itu disebut konsep (tanggapan). Demikianlah
kita mempunyai tanggapan tentang ayah, ibu, rumah, pakaian, buku,
sekolah dan juga mengenai gerak-gerik yang dilakukan seperti berbicara,
berjalan, berenang, dan menulis. Bertambahnya pengalaman akan
menambahkan perbendaraan konsep pada anak. Semakin bertambah
pengetahuan, semakin bertambah pula konsep yang diperoleh. Tugas
sekolah yaitu menanamkan kaidah-kaidah atau ajaran agama (moral), ilmu
pengetahuan, adat istiadat.
7. Mencapai kemandirian pribadi
Hakekat tugas ini ialah untuk menjadi orang yang berdiri sendiri
dalam arti dapat membuat rencana, berbuat untuk masa sekarang dan masa
yang akan datang bebas dari pengaruh orang tua dan orang lain.
8. Membentuk sikap terhadap kelompok dan lembaga sosial
Hakekat tugas ini ialah mengembangkan sikap sosial yang
demokratis dan menghargai hak orang lain. Umpamanya,
mengembangkan sikap tolong menolong, sikap tenggang rasa, mau
bekerjasama dengan orang lain, toleransi terhadap pendapat orang lain dan
menghargai hak orang lain.
Rochmah (2005: 70) berpendapat kalau pada masa bayi dan
pada anak berusia 6-12 tahun dunianya lebih banyak di sekolah dan
lingkungan sekitar. Sejalan dengan itu ada tiga dorongan besar yang dialami
anak pada masa ini; yaitu dorongan untuk keluar dari rumah dan masuk dalam
kelompok sebaya (peer group). Dorongan fisik untuk melakukan berbagai
bentuk permainan dan kegiatan yang menuntut keterampilan/ gerakan fisik
dan dorongan mental untuk masuk dunia konsep,pemikiran, interaksi dan
simbol-simbol orang dewasa.
Menurut Gunarso (2004 : 13) masa anak sekolah (umur 6 – 12 tahun)
sebagai masa tenang atau masa laten, dimana yang telah terjadi dan dipupuk
pada masa-masa sebelumnya akan berlangsung terus untuk masa-masa
selanjutnya. Usia ini disebut juga sebagai usia kelompok (gangage), dimana
anak mulai mengalihkan perhatian dan hubungan intim dalam keluarga ke
kerjasama antar teman dan sikap-sikap terhadap kerja dan belajar. Dengan
memasuki SD (Sekolah Dasar), salah satu hal penting yang perlu dimiliki anak
adalah kematangan sekolah, tidak saja meliputi kecerdasan dan keterampilan
motorik, bahasa, tetapi juga hal lain seperti dapat menerima otoritas tokoh lain
diluar orang tuanya, kesadaran akan tugas, patuh pada peraturan dan dapat
mengendalikan emosi-emosinya.
Pada masa sekolah , anak-anak membandingkan dirinya dengan
teman-temannya dimana ia mudah sekali dihinggapi ketakutan akan kegagalan dan
ejekan teman. Bila pada masa ini ia sering gagal dan merasa cemas, akan
tumbuh rasa rendah diri, sebaliknya bila ia tahu tentang bagaimana dan apa
berhasil mengatasi masalah dalam hubungan dengan teman dan prestasi
sekolahnya, akan timbul motivasi yang tinggi terhadap karya dengan lain
perkataan terpupuklah “ Industri”.
Dengan memasuki dunia sekolah dan masyarakat, anak-anak dihadapkan
pada tuntutan sosial yang baru, yang menyebabkan timbulnya
harapan-harapan atas diri sendiri (self-expectation) dan aspirasi-aspirasi baru, dengan
lain perkataan akan muncul lebih banyak tuntutan dari lingkungan maupun
dari dalam anak sendiri yang kesemuanya ingin dipenuhi. Beberapa
keterampilan yang perlu dimiliki anak pada fase ini meliputi antara lain :
1. Keterampilan menolong diri sendiri (Self –help skill);
misalnya dalam hal mandi, berdandan, makan.
2. Keterampilan sosial (social-help skill); anak mampu
membantu dalam tugas-tugas rumah tangga seperti menyapu,
membersihkan rumah, mencuci dan sebagainya. Partisipasi
mereka akan memupuk perasaan berguna dan sikap
kerjasama
3. Keterampilan Sekolah (school-skill); meliputi penguasaan
dalam akademik dan non akademik (misalnya menulis,
mengarang, matematika, melukis, menyanyi, prakarya dan
sebagainya)
4. Keterampilan bermain (play skill); meliputi keterampilan
mengendarai sepeda, sepatu roda, catur, bulutangkis dan
lain-lain.
Pada usia ini anak mulai belajar mengendalikan reaksi emosinya dengan
berbagai cara atau tindakan yang dapat diterima lingkungannya (misalnya
sekarang ia tidak lagi menjerit-jerit dan bergulingan kalau keinginannya tidak
terpenuhi karena reaksi semacam itu dianggap seperiti “ anak kecil” ).
Memang masih sering terjadi bahwa di rumah anak-anak usia ini kurang besar
motivasinya untuk mengendalikan emosinya bila dibandingkan dengan kontrol
emosi yang dilakukannya di luar rumah (diantara teman atau disekolah). Pada
akhir masa sekolah, tujuan utama masa ini adalah diakui sebagai anggota dari
suatu kelompok, maka biasanya anak-anak cenderung lebih senang memilih
aturan-aturan yang ditetapkan kelompoknya daripada apa yang diatur
orangtuanya misalnya dalam cara berpakaian, berdandan, berbicara,
bertingkah laku dan sebagainya.
Melalui pengasuhan di rumah dan pergaulan sosial sehari-hari anak
belajar berinteraksi dengan orang lain, anak menemukan identitas diri dan
peran jenis kelaminnya, melatih otonomi, sikap mandiri dan berinisiatif,
belajar mengatasi kecemasan dan konflik secara tepat, mengembangkan moral
dan kata hati yang benar dan serasi.
D. Kebutuhan Anak Sekolah Dasar
Bambang (1990: 22) berpendapat bila orang tua ingin anaknya menjadi
dengan potensi-potensi tersebut maka orang tua harus memperhatikan
kebutuhan anak. Kebutuhan-kebutuhan itu antara lain :
1. Cinta
Banyak cara untuk menyatakan cinta. Ada yang dengan memberikan
hadiah berupa materi, ada yang hanya dengan belaian, ciuman dan
kata-kata yang bersifat menghargai dan menyenangkan. Semua cara dapat
ditempuh asalkan terdapat keseimbangan antara yang diucapkan dan yang
diberikan baik materi dan non materi.
2. Pengakuan atas keberhasilannya
Seorang anak yang telah berhasil dalam melakukan suatu aktivitas
tetapi tidak pernah mendapatkan perhatian dan pengakuan, maka dapat
berkurang motivasinya.
3. Rasa aman
Kebutuhan akan rasa aman sangat penting untuk dipenuhi, anak yang
mempunyai rasa aman akan melakukan aktivitas yang dapat menambah
lajunya perkembangan fisik dan psikisnya. Rasa aman yang utama adalah
rumah dan orang-orang di sekelilingnya. Dengan adanya rasa aman dari
lingkungannya, maka anak akan melangkah keluar dengan rasa percaya
diri.
4. Dorongan
Anak membutuhkan dorongan dari orang-orang di sekelilingnya
apabila merasa tidak mampu menghadapi situasi atau masalah. Tentu saja
anak tinggal menerima jadi, tetapi berupa langkah-langkah yang dapat
diambil, memberi semangat bahwa dia dahulu dapat mengatasi dengan
baik.
5. Mandiri
Kemandirian pada anak hendaknya selalu didasarkan pada
perkembangan anak. Apabila orang tua masih menuntut anaknya mandiri
yang terlalu tinggi dari kemampuannya, maka anak akan menjadi tertekan.
6. Menjaga agar kemampuan tetap terjaga
Yang dimaksud disini adalah kebutuhan anak untuk selalu merasa
mampu. Dengan tetap merasa mampu untuk berbuat sesuatu yang
diinginkan maka dia akan terus berusaha untuk berjuang.
7. Kebutuhan mendapatkan kesempatan dan pengalaman
Anak-anak membutuhka dorongan orang tua dan orang-orang di
sekelilingnya dengan diberi kesempatan dan pengalaman dalam
mengembangkan sifat-sifat bawaannya.
8. Anak-anak membutuhkan teman bermain yang simpatik
Teman-teman yang mau mengerti keadaan dirinya, mau menerima,
mau membantu bila dia dalam kesulitan sangat dibutuhkan anak dalam
9. Anak-anak membutuhkan tempat
Tempat dibutuhkan untuk menyimpan barang-barang miliknya, dan
tempat itu sebaiknya diberikan kepadanya walaupun hanya sekedar sudut
ruangan yang sempit sekalipun.
10. Rasa memiliki (sense of belonging)
Kebutuhan anak akan rasa memiliki sesuatu (betapapun kecilnya)
harus diperhatikan. Semua benda miliknya yang dianggap berharga harus
dia miliki sendiri.
11. Waktu yang bebas
Anak membutuhkan saat-saat yang bebas yang boleh dipergunakan
sesukanya. Mungkin hanya sepuluh menit atau satu jam, anak dapat
berbuat apa yang di kehendaki.
12. Tanggung jawab
Walaupun anak dianggap belum dapat bertanggung jawab, tetapi
kebutuhan tanggung jawab tetap ada. Tanggung jawab dapat disesuaikan
dengan tingkat perkembangannya.
Menurut Maslow kebutuhan seseorang tersusun dalam suatu hirarki
tertentu (Schultz, 1991: 91).Kebutuhan itu terdiri dari :
1. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis, yaitu meliputi kebutuhan-kebutuhan
akan makanan, air, udara, tidur dan seks. pemenuhan kebutuhan itu